1
Abd. Asis , Slamet Sampurno S. 2, Marthen Napang 3, Dara Indrawati 4
,
Siti Isti Dwi Pratiwi 5, Ervinadia Ghita Syahfitri 6
1,2,3,4,5,6
Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, Makassar
DOI: http://dx.doi.org/10.33603/hermeneutika.v3i2
Diterima: 14 Juni 2021; Direvisi: 16 Juli 2021; Dipublikasikan: Agustus 2021
Abstrak: Makalah ini bertujuan untuk menganalisis pengaturan kapal pengangkut ikan
hidup berdasarkan perundang-undangan di Indonesia. Tipe penelitian ini adalah penelitian
hukum normatif, dengan menggunakan pendekatan konsep (conceptual approach), dan
pendekatan perundang-undangan (statute approach). Data yang digunakan adalah data
sekunder yang terdiri dari bahan hukum primerdan bahan hukum sekunder. Bahan hukum
yang terkumpul kemudian dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No.15/PERMEN-KP/2020 tentang Kapal
Pengangkut Ikan Hidup bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengangkutan
ikan hidup, serta mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan yang bertanggung jawab, perlu
mengganti Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 15/PERMEN-KP/2016
tentang Kapal Pengangkut Ikan Hidup sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 32/PERMEN-KP/2016 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 15/PERMEN-KP/2016 tentang Kapal Pengangkut
Ikan Hidup. Aturan ini juga mengatur agar kapal pengangkut ikan hidup harus sesuai
spesifikasi dan fungsinya sebagaimana yang telah diatur yakni kapal yang memiliki palkah
yang dirancang untuk mengangkut ikan hidup, memiliki sirkulasi air atau memiliki sirkulasi
udara (aerator).
1
Abd. Asis
Email: asisfhuh@yahoo.co.id
2
Slamet Sampurno S.
Email: slametsampurno@unhas.ac.id
3
Marthen Napang
Email: marthennapang@unhas.ac.id
4
Dara Indrawati
Email: daraindrawati@unhas.ac.id
5
Siti Isti Dwi Pratiwi
Email: stistidwiprtw@gmail.com
6 Ervinadia Ghita Syahfitri
Email: ervinadiaghitasyahfitri@yahoo.com
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA
I. PENDAHULUAN
Masyarakat nelayan secara dihadapi oleh nelayan di Negeri ini.
geografis adalah masyarakat yang hidup, Masalah pertama adalah pada aset, di
tumbuh, dan berkembang di kawasan mana antara lain nelayan masih sulit
pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara mendapatkan bantuan kapal, lalu belum
wilayah darat dan laut. Sebagai suatu semua nelayan mendapatkan asuransi jiwa
sistem, masyarakat nelayan terdiri atas yang diberikan oleh KKP, hingga
kategori-kategori sosial yang membentuk tingginya biaya solar. Kemudian masalah
kesatuan sosial. Menurut Sebenan, bahwa berikutnya ada pada sektor
masya-rakat di kawasan pesisir sebagian keuangan. Nelayan disebut masih kurang
besar berprofesi sebagai nelayan yang dalam akses permodalan untuk biaya
diperoleh secara turun-temurun dari nenek operasional melaut (contohnya
moyang mereka.1 Karakteristik masyarakat perlengkapan laut). Juga masih ada
nelayan terbentuk mengikuti sifat dinamis pemanfaatan solar oleh pihak yang
sumber daya yang digarapnya, sehingga seharusnya tidak berhak. Nelayan juga
untuk mendapatkan hasil tangkapan yang masih kurang pengetahuan mengenai
maksimal, nelayan harus berpindah- pemanfaatan pendapatan untuk
pindah. Selain itu, risiko usaha yang tinggi pengembangan usaha. Isu sektor
menyebabkan masyarakat nelayan hidup penangkapan ikan juga penting dicarikan
dalam suasana alam yang keras, yang solusinya, di mana akses nelayan
selalu diliputi ketidakpastian dalam Indonesia untuk mendapatkan informasi
menjalankan usahanya.2 Nelayan seakan cuaca, gelombang perairan, arah angin
sudah kuat dalam menahan terpaan beban masih terbatas. Lantas informasi lokasi
hidup sebagaimana ia menahan kerasnya persebaran ikan masih didapat secara
ombak dan kencangnya angina pada saat konvensional, penanganan kondisi darurat
melaut untuk mencari ikan demi masih kurang, hingga akses informasi
menghidupi dirinya dan keluarganya. mengenai ikan yang dibutuhkan pasar
Kawasan perairan yang luas dan masih kurang. Masalah berikutnya yang
kekayaan sumber daya perikanan dan dihadapi nelayan di Indonesia adalah
kelautan yang melimpah ternyata belum penyimpangan dan pengelolaan, di mana
100 persen dioptimalkan oleh nelayan di informasi lokasi dan kapasitas
Indonesia. Berbagai problematika terus penyimpanan pendingin masih terbatas.
melingkari kehidupan nelayan di Negeri Lalu fasilitas penyimpanan pendingin di
ini. Apa sajakah isu-isu yang dihadapi oleh pelabuhan masih kurang dan hasil
nelayan di Indonesia? Adakah solusinya?. tangkapan akan menurun kualitasnya jika
Kementerian Komunikasi dan Informatika tanpa kepastian penjualan dan fasilitas
beserta Kementerian Kelautan dan penyimpanan pendingin. Sedangkan
Perikanan Republik Indonesia sendiri permasalahan yang terakhir ada pada
mencoba untuk memetakan isu-isu yang bidang pemasaran, di mana nelayan masih
kurang akses untuk mengetahui harga
pasar hasil tangkap yang dapat
1
Martha Wasak, 2012. Keadaan Sosial-Ekonomi menyebabkan fluktuasi harga. Kemudian
Masyarakat Nelayan di Desa Kinabuhutan,
Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa
masih munculnya tengkulak dalam jalur
Utara, Sulawesi Utara. Pasific Journal. Vol. 1 (7), distribusi, dan kurangnya dukungan untuk
hlm. 1339 pengembangan pemasaran elektronik.3
2
Tini Suryaningsi, Kemiskinan Masyarakat
Nelayan di Desa Aeng Batu-Batu, Kecamatan
Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Provinsi
3
Sulawesi Selatan, Handep, Volume 1, Nomor 1, Indonesiabaik.id, Problematika Nelayan
Desember 2017, hlm. 50 Indonesia, lihat
Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
182 VOL. 5, NO. 1, FEBRUARI 2021
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA
12
Aan Supriatna, 2014, Cara Pengangkutan Ikan
11
Randy Hedva Rakasiwi Rumbawa dan Ali Azhar Hidup. https://www.lalaukan.com/2014/05/cara-
(2020), Ibid., hlm. 8 pengangkutan-ikanhidup.html
Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
184 VOL. 5, NO. 1, FEBRUARI 2021
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA