Anda di halaman 1dari 23

1.

1 Latar Belakang

Kelompok Nelayan di Desa Tompe pada dasarnya orang yang sangat berjasa

khususnya bagi Kecamatan Sirenja dikarenakan mereka bekerja menangkap ikan atau

biota lainnya yang hidup di laut untuk memenuhi permintaan masyarakat yang

mengkonsumsi ikan sebagai lauk untuk kebutuhannya. Manfaat nelayan begitu berarti

bagi masyarakat yang jauh dari laut. tanpa nelayan, maka akan sulit bagi masyarakat

untuk bisa makan ikan dan hasil laut lainya. Oleh karena itu, peran pemerintah dalam

memberdayakan masyarkat nelayan sangat berperan penting baik dalam

kesejahteraan masyarakat nelayan maupun dalam meningkatkan hasil tangkapan

ikannya yang berdampak baik terhadap pengusaha rumah makan maupun usaha

olahan ikan lainnya.

Nelayan Kecamatan Tompe terbagi dalam sebuah kelompok yaitu Kelompok

Usaha Nelayan. Selain itu, hasil tangkapan yang rendah ini juga disebabkan karena

perahu yang digunakan sangat kecil sehingga jarak yang di tempuh untuk menangkap

ikan tidak jauh berkisar di bawah 12 mil (1 mil=1,609 kilometer) sehingga hasil

tangkapan nelayan sedikit. Hasil tangkapan ikan tidak sebanding dengan harga

jualnya, harga jual ikan di Kecamatan Tompe sangat murah ini disebabkan karena

sebagian nelayan menjual hasil tangkapnya tidak langsung kepada konsumen pasar,

tetapi melalui beberapa pedagang perantara (pengepul), sehingga pengepul bisa

memainkan harga. Dengan harga beli yang sangat murah, pengepul menjual ke kota-

kota besar seperti di Palu dengan harga lebih tinggi. Selain itu, harga jual ikan para

nelayan juga sering mengalami kondisi di mana pada saat hasil tangkapan nelayan

1
baik (melimpah) harga jual ikan turun secara drastis, sebaliknya ketika hasil

tangkapan berkurang harga jual ikan menjadi mahal.

Pemberdayaan masyarakat pada dasarnya merupakan proses untuk membuat

masyarakat berdaya. Setiap anggota masyarakat dalam sebuah komunitas sebenarnya

memiliki potensi, gagasan serta kemampuan untuk membawa dirinya dan

komunitasnya untuk menuju kearah yang lebih baik, namun potensi itu terkadang

tidak bisa berkembang disebabkan faktor- faktor tertentu. Untuk menggerakkan

kembali kemandirian masyarakat dalam pembangunan dikomunitasnya, maka

diperlukan dorongan-dorongan atau gagasan awal untuk menyadar kembali peran dan

posisinya dalam kerangka untuk membangun masyarakat madani. Proses penyadaran

masyarakat tersebut bisa berupa penyuluhan dari pemerintah kepada masyarakat

dengan bertanya apa yang di butuhkan nelayan untuk meningkatkan kemampuan dan

mengurangi beban oprasionalnya agar nelayan bisa meningkatkan kemampuan dalam

bidang menangkap ikan, mengolah ikan, maupun meningkatkan jaringan pemasaran

ikan keluar daerahnya (Fathoni, 2022)

Desa Tompe Kecamatan Sirenja ini merupakan kawasan pesisir yang terletak

di tepi pantai Teluk Palu dan juga Desa Tompe merupakan pusat pemerintahan

sekaligus pusat aktivitas pemerintahan Kecamatan Sirenja. Mata pencaharian utama

warga Desa Tompe adalah Nelayan disana terdapat Kelompk Usaha Nelayan yang

terdiri dari masyakarat Desa Tompe yang mayoritas Suku Kaili.

Etnik Kaili memiliki Bahasa daerah yang disebut memiliki Bahasa “Kaili” dan

ada beberapa kosakata sama dengan kosakata etnik lainnya di Sulawesi Selatan

2
seperti kata: Ikan atau Bau bagi etnik Kaili dan Mandar, kata Mangga atau Taipa dan

Makassar dan lain-lain. Dengan adanya persamaan kosakata tersebut, maka dikatakan

bahwa etnik kaili masih memiliki hubungan kekerabatan dengan etnik lainnya

(Sumber Buku)

Desa Tompe merupakan salah satu desa dalam wilayah administrasi

Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala dengan luas wilayah mencapai kurang lebih

400Ha yang terbagi atas 3 (Tiga) dusun yaitu Dusun Ujuna (Dusun I), Dusun Tompe

(Dusun II), dan Dusun Talinti (Dusun III) dan terbagi menjadi 10 RT. Desa Tompe

dapat dikategorikan sebagai wilayah Usahawan Tani dan Nelayan dimana mayoritas

mata pencaharian masyarakat adalah berada disektor Usaha, Pertanian, Perikanan.

Namun karena keterbatasan kemampuan dan kondisi wilayah yang kurang luas

mengakibatkan penghasilan masyarakat tergolong minim.

Selain itu di desa Tompe daerah pesisir tepatnya di Dusun III dan Dusun I

Ujuna yang mata pencaharian warga adalah para nelayan, alat tangkap melaut yang

mereka pakai masih dapat dikatakan tradisional tidak memungkinkan para nelayan

untuk bertahan lama dilaut sehingga para nelayan tidak dapat memanfaatkan sumber

daya alam dari laut secara maksimal. Kondisi ini juga diperburuk dengan kurangnya

pengetahuan dan kemampuan para nelayan dalam mengelolah hasil tangkapan dan

terbatasnya ruang dalam menjual hasil tangkapan mereka ditempat lain. Dengan

berbagai permasalahan yang ada hingga menyebabkan kesulitan bagi nelayan untuk

mengembangkan maupun meningkatkan pendapatan mereka. Adapun beberapa

program pemberdayaan masyarakat yang berjalan di desa Tompe sejak beberapa

3
tahun terakhir. Program pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan di desa

Tompe kecamatan Sirenja tepatnya di dusun III dan Dusun I Ujuna daerah pesisir

pantai telah mendapatkan pemberdayaan bantuan dari pemerintah berupa pukat dan

perahu.

Di Desa Tompe Kecamatan Sirenja masih sering terjadi bencara banjir rob

dampak dari bencana pada tanggal 28 September 2018 yaitu gempa dan tsunami.

Banjir rob ini adalah banjir yang diakibatkan oleh pasangnya air laut sehingga

menggenangi daratan. Genagan banjir rob ini dapat bertahan lama bahkan sampai

satu minggu dengan tinggi genangan air laut yang berbeda-beda setiap harinya

dikarenakan adanya gaya gravitasi yang menyebabkan air akan mengalir ke daerah

yang lebih rendah. Dampak dari banjir rob terhadap masyakarat kelompok usaha

nelayan menyebabkan masyarakat harus lebih bekerja keras lagi untuk dapat

memenuhi kehidupan sehari-hari mereka.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, penulis tertarik melakukan

penelitian ini dengan mengangkat judul “Pemberdayaan Nelayan Kaili Di Desa

Tompe Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat Kelompok Usaha Nelayan Etnis

Kaili Di Desa Tompe Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala ?

4
2. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat pemberdayaan

masyarakat nelayan di Desa Tompe Kecamatan Sirenja?

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian bertujuan untuk memperoleh mengetahui pemberdayaan

Kelompok Usaha Nelayan Etnik Kaili di Desa Tompe Kecamatan Sirenja Kabupaten

Donggala

2. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian dilakukan dengan harapan bahwa penelitian ini dapat memberi

manfaat, bagi peneliti maupun oran lain. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberi manfaat dalam berbagai hal, antara lain :

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dalam memperkaya wawasan pengembangan ilmu pengetahuan

terutama tentang pemberdayaan masyarakat nelayan.

1. Manfaat Praktis

a) Bagi Pemerintah

Agar mendapat perhatian yang lebih dari pembuat kebijakan terhadap

masyarakat dalam rangka mengembangkan potensi untuk menciptakan

masyarakat yang maju dan berkualitas

5
b) Bagi Masyarakat

Masyarakat bisa mengetahui pentingnya suatu pemberdayaan bagi masyarakat

yang meningkatkan kesejahteraan mereka, baik dalam aspek sosial maupun

ekonomi.

1.4 Kerangka Konseptual

1. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan dimana masyarakat

bernisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan

kondisi diri sendiri. Di sisi lain, salah satu kata kunci pada saat ini yang sering

didengungkan oleh semua lapisan masyarakat adalah kata peningkatan sumber daya

manusia. Kata tersebut mempunyai makna lebih spesifik lagi menyangkut bagaimana

mengangkat kondisi masyarakat yang ada menjadi lebih baik dimasa mendatang

(Ritonga, 2015).

Kata “pemberdayaan” adalah terjemahan dari bahasa Inggris “Empowerment”,

pemeberdayaan berasal dari kata dasar “power” yang berarti kekuatan untuk berbuat,

mencapai, atau melakukan. Awalan “em” dalam kata empowerment dapat berarti

kekuatan yang terdapat dalam diri manusia atau suatu sumber kreativitas (Abror,

2022)

Istilah pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai upaya memenuhi

kebutuhan yang diinginkan oleh individu, kelompok dan masyarakat luas agar mereka

6
memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan dan mengontrol lingkungannya dan

dapat memenuhi keinginan – keinginan, termasuk aksesbiliti terhadap sumber daya

yang terkait dengan pekerjaan, aktivitas sosial dan lain-lain (Rahmatulliza, 2017).

Menurut Toto Mardikanto (2013:61) pemberdayaan adalah serangkaian

kegiatan untuk memperkuat atau mengoptimalkan keberdayaan (dalam arti)

kemampuan dan atau keunggulan bersaing kelompok lemah dalam masyarakat,

termasuk individu-individu yang mengalami kemiskinan (Imron et al., 2019).

Pemberdayaan menurut Mc Ardle yang dikutip dari Sri Dayati mengartikan

pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara

konsekuen melaksanakan keputusan tersebut. Orang-orang yang telah mencapai

tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan keharusan

untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan,

keterampilan dan sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan mereka tanpa

bergantung pada pertolongan eksternal. Namun demikian, Mc Ardle

mengimplikasikan hal tersebut bukan untuk mencapai tujuan, melainkan makna

pentingnya proses dalam pengambilan keputusan (Dayati, 2008).

Menurut Suharto (2005:58) Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang,

khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau

kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki

kebebasan (freedom) dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat,

melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, menjangkau sumber-sumber

produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan

7
memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan, dan berpartisipasi

dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka

(Imron et al., 2019).

Menurut Mardikanto dkk (2011:28) pemberdayaan diartikan sebagai upaya

memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh individu, kelompok dan masyarakat luas

agar mereka memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan dan mengontrol

lingkungannya agar dapat memenuhi keinginan-keinginannya, termasuk

aksesibilitasnya terhadap sumberdaya yang terkait dengan pekerjaannya, aktivitas

sosialnya dan lain-lainnya (Imron et al., 2019).

Pemberdayaan sebagai proses pembangunan, kemandirian, swasembada,

penguatan posisi tawar masyarakat kelas bawah terhadap kekuatan tekanan di segala

bidang dan lingkup kehidupan (Sutoro Eko, 2002).

Konsep pemberdayaan (masyarakat desa) juga dapat dipahami dari dua sudut.

Pertama, pemberdayaan dimaknai dalam konteks menempatkan masyarakat dalam

perspektif. Posisi masyarakat tidak tunduk pada penerima manfaat (beneficiaries)

yang bergantung pada kontribusi eksternal seperti pemerintah, melainkan posisi

aktor (agen atau partisipan) negara yang bertindak secara independent (Noor, 2011)

Masyarakat yang mandiri sebagai peserta berarti ruang terbuka dan

kemampuan untuk mengembangkan potensi kreatif, menguasai lingkungan dan

sumber dayanya sendiri, memecahkan masalah secara mandiri dan berpartisipasi

8
menentukan proses politik di wilayah negara. Masyarakat berpartisipasi dalam

proses pembangunan dan pemerintahan (Sutoro Eko, 2002).

Terdapat empat prinsip yang sering digunakan untuk suksesnya program

pemberdayaan, yaitu prinsip kesetaraan, partisipasi, keswadayaan/kemandirian, dan

keberlanjutan (Alawiyah, 2021)

a. Kesetaraan

Prinsip utama yang harus dipegang dalam proses pemerdayaan masyarakat adalah

adanya kesetaraan atau kesejajaran kedudukan antara masyarakat dengan lembaga

yang melakukan program-program pemberdayaan masyarakat maupun antar laki-

laki dan perempuan. Tidak ada dominasi antar pihak-pihak tersebut. Dinamika

yang yang dibangun adalah hubungan kesetaraan dengan mengembangkan

mekanisme berbagai pengetahuan, pengalaman serta keahlian satu sama lain.

Masing-masing mengetahui kelebihan dan kekurangan, sehingga terjadi proses

saling belajar.

b. Partisipatif

Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian masyarakat adalah

program yang sifatnya partisipatif, direncanakan, dilaksanakan, diawasi, dan

dievaluasi oleh masyarakat. Namun, untuk sampai pada tingkat tersebut perlu

waktu dan proses pendampingan yang melibatkan yang berkomitmen tinggi

terhadap pemberdayaan masyarakat.

c. Keswadayaan

9
Prinsip keswadayaan adalah menghargai dan mengedepankan kemampuan

masyarakat dari pada bantuan pihak lain. Konsep ini tidak memandang orang

miskin sebagai obyek yang tidak berkemampuan, melainkan sebagai subyek yang

memiliki kemampuan serba sediki. Mereka memiliki kemampuan untuk

menabung, pengetahuan yang mendalam tentang kendala-kendala usahanya,

memiliki tenaga kerja dan kemauan, serta memiliki norma-norma permasyarakat

yang sudah lama dipatuhinya. Semua itu harus digali dan dijadikan modal dasar

bagi proses pemberdayaan.

d. Berkelanjutan

Program pemberdayaan perlu dirancang untuk berkelanjutan, sekalipun pada

awalnya peran pendamping lebih dominan dibanding masyarakat sendiri. Tapi

secara perlahan dan pasti, peran pendamping akan makin berkurang, bahkan

akhirnya dihapus, karna masyarakat sudah mampu mengelola kegiatannya sendiri.

Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah memampukan dan memandirikan

masyarakat terutama dari kemiskinan keterbelakangan/ketimpangan/

ketidakberdayaan. Kemiskinan dapat dilihat dari indikator kebutuhan dasar yang

tidak memadai/tidak konsisten. Kebutuhan dasar tersebut meliputi pangan,

sandang, papan, kesehatan, pendidikan, dan transportasi (Endah, 2020)

2. Kelompok Usaha Nelayan

Kelompok Usaha Bersama (KUB) adalah badan usaha yang dibentuk oleh

Nelayan Kecil berdasarkan hasil kesepakatan atau musyawarah seluruh anggota yang

dilandasi oleh keinginan bersama untuk berusaha bersama dan

10
dipertanggungjawabkan secara bersama guna meningkatkan pendapatan anggota

(Boari, 2022)

Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

Nomor KEP.14/MEN/2012 tentang Pedoman Umum Penumbuhan dan

Pengembangan Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan Pembentukan Kelompok

Usaha Bersama memiliki Karakteristik Kelembangaan Pelaku Utama Perikanan yang

meliputi (Syafari, 2021)

a. Ciri Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan

a) Kelompok Perikanan

1) memiliki jumlah anggota kelompok 10 – 25 orang

2) pelaku utama yang berada di dalam lingkungan pengaruh seorang ketua

kelompok

2) mempunyai tujuan, minat dan kepentingan yang sama terutama dalam bidang

usaha perikanan

3) memiliki kesamaan-kesamaan dalam tradisi/kebiasaan, domisili, lokasi usaha,

status ekonomi, Bahasa

4) bersifat informal

5) memiliki saling ketergantungan antar individu

6) mandiri dan partisipatif

7) memiliki aturan/norma yang disepakati Bersama

8) memiliki administrasi yang rapih.

b. Unsur Pengikat Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan

11
Kelembagaan pelaku utama perikanan yang madiri dapat terjadi karena adanya

pengikat yang kuat diantara mereka. Unsur-unsur pengikat tersebut adalah:

1) adanya kepentingan yang sama

2) adanya motivasi untuk berkembang diantara mereka

3) adanya saling mengenal dengan baik antara sesama anggotanya, akrab, dan

saling percaya mempercayai

4) adanya sentra/kluster/kawasan/areal/zona yang menjadi tanggung jawab

bersama diantara anggotanya

5) adanya struktur organisasi dan pembagian tugas yang jelas

6) adanya pengelolaan administrasi, sarana dan prasarana serta keuangan secara

Bersama

7) adanya kader yang berdedikasi untuk menggerakkan para pelaku utama dan

kepemimpinannya diterima oleh sesama pelaku utama lainnya

8) adanya kegiatan yang dapat memberi manfaat bagi sebagian besar anggotanya

9) adanya dorongan dari tokoh masyarakat setempat untuk mendukung program

yang telah ditentukan

10) adanya jejaring kerja/usaha serta akses terhadap kelembagaan keuangan dan

pasar

11) memiliki akses terhadap teknologi dan informasi

12) unsur pengikat lainnya.

3. Klasifikasi Bentuk Nelayan

1. Klasifikasi nelayan menurut statistik perikanan (Sofiyanti, 2016) :

12
a. Nelayan penuh. Nelayan tipe ini memiliki satu mata pencaharian, yaitu

sebagai nelayan. Hanya menggantungkan hidupnya dengan profesi kerjanya

sebagai nelayan dan tidak memiliki pekerjaan dan keahlian selain menjadi

seorang nelayan.

b. Nelayan sambilan utama. Nelayan tipe ini mereka menjadikan nelayan sebagai

profesi utama tapi memiliki pekerjaan lainnya untuk tambahan penghasilan.

Apabila sebagian besar pendapatan seseorang berasal dari kegiatan

penangkapan ikan ia disebut sebagai nelayan.

c. Nelayan sambilan tambahan. Nelayan tipe ini biasanya memiliki pekerjaan

lain sebagai sumber penghasilan, sedangkan pekerjaan sebagai nelayan hanya

untuk tambahan penghasilan.

4. Klasifikasi kelompok nelayan berdasarkan kepemilikan alat tangkap:

a. Nelayan penggarap. Nelayan penggarap adalah orang yang sebagai kesatuan

menyediakan tenaganya turut serta dalam usaha penangkapan ikan laut,

bekerja dengan sarana penangkapan ikan milik orang lain.

b. Juragan atau pemilik. Orang atau badan hokum yang dengan hak apapun

berkuasa atau memiliki atas sesuatukapal/perahu dan alat-

alat penangkapan ikan yang digunakan dalam usaha penangkapan ikan, yang

dioperasikan oleh orang lain. Jika pemilik tidak melaut maka disebut juragan

atau pengusaha. Jika pemilik sekaligus bekerja melaut menangkap ikan maka

dapat disebut sebagai nelayan yang sekaligus pemilik kapal.

5. Klasifikasi nelayan berdasarkan kelompok kerja

13
a. Nelayan perorangan. Nelayan yang memiliki peralatan tangkap ikan sendiri,

dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain.

b. Nelayan kelompok usaha bersama (KUB) adalah gabungan dari minimal 10

orang nelayan yang kegiatan usahanya terorganisir tergabung dalam kelompok

usaha bersama non-badan hokum.

c. Nelayan perusahaan adalah nelayan pekerja atau pelaut perikanan yang terikat

dengan perjanjian kerja laut (PKL) dengan badan usaha perikanan

1.5 METODE PENELITIAN

1. Dasar Dan Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena menginginkan hasil

penelitian yang mendalam dan menyeluruh atas apa yang akan diteliti. Selain itu,

peneliti menggunakan metode ini karena subjek dari penelitian ini adalah masyarakat

nelayan etnik kaili, agar prosedur penelitian menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Jadi

peneliti memilih kualitatif dengan pencarian data melalui wawancara, observasi dan

dokumentasi.

Pada pendekatan kualitatif ini, saya selaku peneliti harus mengumpulkan

informasi sebanyak mungkin dari para masyarakat nelayan yang berada di Desa

Tompe Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala yang merupakan tempat dimana

saya selaku penulis melakukan penelitian, lalu membentuk informasi ini menjadi

kategori- kategori atau tema-tema tertentu. Tema ini kemudian menjadi teori-teori

14
untuk nantinya diperbandingkan dengan pengalaman pribadi atau dengan literatur-

literatur yang ada.

2. Ruang Lingkup Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penulis memilih lokasi penelitian di Desa Tompe Kecamatan Sirenja Kabupaten

Donggala karena di Desa Tompe masih ada kelompok usaha nelayan etnik kaili

yang mengandalkan pekerjaan utama mereka sebagai nelayan untuk memenuhi

kebutuhan mereka sehari-hari.

b. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Kelompok usaha nelayan di Desa Tompe

yang berjumlah 6 kelompok. Masing-masing kelompok memiliki perahu

nelayan di Desa Tompe Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala.

c. Penentuan Informan

Adapun penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

purposive sampling yang ditetapkan secara sengaja atas dasar kriteria atau

pertimbangan yang dapat memberikan informasi lebih mendalam dan relavan

mengenai permasalahan penelitian.

Adapun informan 6 kelompok nelayan yang sudah dipilih dan disesuaikan

dengan kajian penelitian terhadap pemberdayaan masyarakat nelayan di Desa

Tompe. Salah satu dari nelayan tersebut adalah ketua persatuan nelayan yang

mengontrol pergerakan para nelayan di Desa Tompe.

3. Teknik Pengumpulan Data

15
Untuk mendapatkan informasi atau data yang mampu menjawab permasalahan

penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka berdasarkan judul yang di angkat,

saya menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Studi Pustaka

Pengumpulan data yaitu dengan cara mengumpulkan bahan-bahan bacaan yang

berhubungan dan relavan dengan permasalahan penelitian yang diteliti melalui

buku- buku, skripsi, tesis, jurnal dan browsing internet.

b. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan ini dimaksudkan untuk memperoleh data penelitian di

lapangan, baik bersifat primer maupun sekunder. Seluruh data yang

dikumpulkan direlevansikan dengan permasalahan yang dijadikan ruang

lingkup kajian. Untuk itu, saya secara langsung mengadakan penelitian

lapangan terhadap objek yang diteliti dengan melakukan aktivitas sebagai

berikut :

a) Wawancara

Tahap ini ialah mewawancarai sejumlah informan yaitu nelayan yang

dianggap dapat memberikan data yang akurat dengan tujuan penelitian.

Dalam melakukan wawancara, saya menggunakan pedoman wawancara

yang kemudian hasilnya dicatat dengan baik. Wawancara ini saya lakukan

pada saat informan beristirahat disiang hari, karena informan dapat

diwawancarai ketika sedang tidak melakuka aktivitas dan juga sebelum

wawancara saya selaku peneliti sudah membuat janji terlebih dahulu pada

16
setiap informan untuk melakukan wawancara sebanyak dua kali agar tidak

mengganggu aktivitas para nelayan.

Agar permasalahan dalam penelitian ini dapat terungkap secara

mendetail, maka saya akan mengadakan wawancara secara langsung para

informan dan dalam penelitian ini melalui tahap wawancara secara bebas

dan mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara yang tekah

disusun sebelumnya guna mendapatkan informasi tentang bagaimana sistem

musim, serta bagaimana praktek melaut masyarakat nelayan di Desa Tompe

Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala.

b) Pengamatan (Observasi)

Pengamatan dilakukan dengan cara terlibat langsung di lokasi

penelitian untuk meninjau berbagai situasi kelompok usaha nelayan. Situasi

yang dimaksud seperti persiapan dan cuaca untuk pergi melaut, hal ini

dimaksudkan untuk memperoleh kebenaran dan informasi yang ingin

digalih dari para kelompok usaha nelayan yang ada di Desa Tompe, seperti

mengamati jam keberangkatan tergantung persiapan dan kesiapan para

kelompok usaha nelayan.

c) Dokumentasi

Penulis melakukan dokumentasi untuk mendapatkan gambaran dari sudut

pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang

17
ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan, penulis

melakukan dokumentasi pada saat nelayan di Desa Tompe melakukan

aktivitasnya.

Kedudukan metode ini sebagai metode pembantu sekaligus sebagai pelengkap

data-data tertulis maupun yang tergambar di tempat penelitian, sehingga dapat

membantu penulis dalam mendapatkan data-data yang lebih obyektif dan konkrit.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun kedalaman pola, memilih mana yang penting dan yang

akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri

maupun orang lain (Noor, 2011)

Data yang telah dikumpulka noleh peneliti kemudian dianalisa dengan

menggunakan teknik analisis induktif. Teknik analisis induktif adalah analisis yang

berpijak dari pengertian – pengertian atau fakta-fakta yang bersifat khusus kemudian

diteliti dari menghasilkan pengertian umum. Analisa data induktif adalah proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil pengamatan,

wawancara, dan studi dokumentasi.

a. Penyuntingan Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting mengenai Kelompok Usaha

18
Nelayan. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya.

b. Kategorisasi Data

Memudahkan untuk memahami apa yang akan terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Untuk mengecek apakah

penulis sudah menyatukan data sesuai dengan rumusan masalah penulis

ajukan.

c. Penafsiran Makna Dasar

Interpretasi informasi ini diperlukan untuk mengoreksi beberapa informasi

yang diterima oleh informan yaitu Kelompok Usaha Nelayan

d. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adamerupakan

temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam memperoleh hasil penyusunan proposal yang maksimal, maka dalam

penulisan ini, penulis menyusun proposal ke dalam 5 bab pembahasan, dimana

kelima bab ini saling berkaitan pembahasannya.

Bab 1 Pendahuluan. Dalam Bab ini terdapat pembahasan latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitisn, manfaat penelitian, kerangka konseptual, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

19
Bab II Tinjauan Pustaka. Dalam Bab ini akan menjelaskan tentang apa itu

pemberdayaan masyarakat yang dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu : pengertian

pemberdayaan, konsep dari pemberdayaa, prinsip-prinsip, tujuan dan strategi

dilakukannya pemberdayaan dan pembahasan mengenai masyarakat kelompok usaha

nelayan yang berada di Desa Tompe Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala.

Bab III Gambaran Umum. Di Bab ini akan membahas mengenai Gambaran Umum

Sejarah Berdirinya Desa Tompe Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala yang

merupakan tempat penulis melakukan penelitian.

Bab IV Hasil dan Pembahasan. Dalam Bab ini akan Membahas hasil yang

didapatkan selama penelitian pemberdayaan masyarakat nelayan di Desa Tompe

Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala.

Bab V Penutup. Pada Bab terakhir berisi kesimpulan dan saran peneliti sendiri

berdasarkan hasil penelitian yang penulis dapat di lapangan.

20
DAFTAR RENCANA ISI

SAMPUL LUAR
SAMPUL DALAM
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABLE
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat penelitian

a. Tujuan Penelitian
b. Manfaat Penelitian

D. Kerangka Konseptual

E. Metode Penelitian

a. Dasar Dan Tipe Penelitian


b. Ruang Lingkup Penelitian

1. Lokasi Penelitian
2. Subjeck Penelitian
3. Penentuan Informan

c. Teknik Pengumpulan Data

1. Studi Pustaka
2. Penelitian Lapangan
a) Wawancara
b) Pengamatan (Observasi)
c) Dokumentasi

21
d. Teknik Analisis Data

1. Penyuntingan Data
2. Kategorisasi Data
3. Penafsiran Makna Dasar
4. Penarikan Kesimpulan

e. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Studi Tentang Pemberdayaan Masyarakat Nelayan

B. Studi Tentang Masyarakat Nelayan

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Desa Tompe Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala


B. Profil Informan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Desa Tompe Kecamatan Sirenja


Kabupaten Donggala

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

22

Anda mungkin juga menyukai