Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL

“ Pengembangan Literasi Bisnis Bagi Nelayan di Pulau Mantehage Desa


Tinongko Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara”

Di Susun Oleh :
Chindiana Sari Teiwilang
18303122

Program Studi Pendidikan Ekonomi


Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Manado
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mengingat Negara Indonesia merupakan negara dengan luas laut terbesar,


kita memiliki potensi untuk memanfaatkan hal tersebut demi peningkatan
pendapatan masyarakat khususnya masyarakat nelayan. Nelayan termasuk
warga Negara Indonesia yang berekonomi lemah dari masa ke masa,
pergulatan masyarakat nelayan melawan ketidakpastian kehidupan, khususnya
bagi yang melakukan penangkapan di wilayah perairan yang sangat luas.
Nelayan mempunyai tingkat kehidupan yang tidak banyak berubah apabila
dilihat dari segi sosial ekonominya, karena tingkat sosial ekonomi dan
kesejahteraan hidup yang rendah dan nelayan merupakan lapisan sosial yang
paling miskin.

Nelayan juga adalah masyarakat yang mempunyai karakteristik yang


berbeda dengan masyarakat lainnya, sifat komunalisme mereka sangat tinggi
dan buruh nelayan identik dengan kemiskinan dalam bekerja mereka harus
menghadapi ganasnya ombak dan cuaca laut, sehingga ada nelayan lainnya
sampai tinggal dilaut agar mendapatkan banyak ikan. Nelayan adalah
kelompok masyarakat yang berada pada level paling bawah, baik secara
ekonomi, sosial, maupun budaya. Karena penghasilan mereka masih
tergantung pada kondisi alam, maka sulit bagi mereka untuk merubah
kehidupannya menjadi lebih baik.

Nelayan merupakan kelompok masyarakat yang eksistensi dan peranannya


penting dalam pembangunan, terutama di sektor perikanan. Hal ini mengingat
keterlibatannya secara langsung dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan.
Sebagaimana Indonesia dengan kekayaan laut yang melimpah, maka idealnya
masyarakat nelayan juga bisa memperoleh kualitas kehidupan yang baik
sesuai dengan peranannya yang strategis.

2
Pekerjaan sebagai nelayan memiliki ketergantungan terhadap sumber daya
kelautan. Ketergantungan tersebut disatu sisi menguntungkan karena ditunjang
oleh sumber daya laut yang melimpah. Akan tetapi kondisi perairan laut yang
berubah-ubah tidak menjamin nelayan dapat memperoleh hasil tangkapan ikan
setiap waktu dengan jumlah yang banyak, sehingga di dalam pekerjaan
nelayan juga dikenal istilah masa paceklik.

Masyarakat nelayan dapat dipandang sebagai suatu lingkungan hidup dari


satu individu atau satu keluarga nelayan. Kehidupan masyarakat nelayan di
Pulau Mantehage desa tinongko inilah suatu keadaan nyata yang dapat
diungkapkan melalui usaha mereka yang dipengaruhi oleh musim
penangkapan ikan, kondisi alam tidak menunjang, terbatasnya modal dan
tingkat pendidikan yang rendah sehingga mengakibatkan keadaan sosial
ekonomi lemah. nelayan di Pulau Mantehage masih menggunakan alat
tangkap soma/jaring dan jubi, sebagai alat tangkap utama yang dilakukan
secara turun temurun. Sebenarnya mereka ingin mencoba alat tangkap lain
yang lebih modern dan efisien tapi karna keterbatasan modal yang dimiliki
maka mereka hanya dapat bertahan dengan alat tangkap yang ada. Kehidupan
sosial ekonomi nelayan Pulau Mantehage ini hanya memiliki mata
pencaharian sebagai nelayan dan pendapatannya tidak menentu hasil
tangkapannya tergantung pada kondisi alam (laut) dengan kearifan dan
pengetahuan yang mereka miliki serta hubungan sosial yang terjalin antara
masyarakat sesama nelayan di Pulau ini.

Tidak bisa dipungkiri bahwa kenyataan masyarakat pesisir masih banyak


yang berada dibawah garis kemiskinan, sementara sumber daya alam
melimpah seperti ikan dan biota laut lainnya. Selain itu potensi pariwisata
berupa fenomena keindahan pantai semestinya memberikan nilai lebih yang
bisa digali untuk kesejahteraan masyarakat pesisir, seharusnya masyarakat
pesisir mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih dibanding masyarakat
lainnya.

3
Nelayan dipulau mantehage desa tinongko ada yang mempunyai
langganan di Manado untuk menjual hasil tangkapan. Nelayan setmpat
mengumpulkan ikan sebanyak mungkin untuk dibawa ke Manado sesuai
dengan permintaan pelanggan. Dari hasil wawancara yang dilakukan Bapak
Refly nelayan desa tinongko mengatakan bahwa para nelayan setempat sangat
membutuhkan sarana yang dapat membantu peekonomian masyarakat.
Menurut Bapak Obrin dan Bapak Hengly nelayan di desa tinongko
menyatakan bahwa mereka juga membutuhkan tempat untuk memasarkan dan
menjual hasil dari tangkapan. Bapak Yantje juga mengatakan mereka hanya
menjual hasil tangkapan, dengan cara mengelilingi antar kampung yang ada di
Pulau Mantehage.

Kehidupan masyarakat nelayan di Pulau Mantehage desa tinongko adalah


keadaan nyata yang dapat diungkapkan melalui usaha mereka yang
dipengaruhi oleh musim penangkapan ikan, kondisi alam tidak menunjang,
terbatasnya modal dan tingkat pendidikan yang rendah sehingga
mengakibatkan keadaan sosial ekonomi lemah. Dalam kehidupan masyarakat
nelayan, ikan adalah salah satu kebutuhan pokok yang termasuk pangan serta
lauk pauk yang menjadikan pokok penghasilan dari para nelayan, termasuk
masyarakat nelayan di Pulau Mantehage desa tinongko.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin melakukan penelitian


Literasi Bisnis Bagi Nelayan Yang ada di Pulau Mantehage Desa Tinongko
Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara. Untuk itu penulis tertarik dan
mengangkat Judul. Pengembangan Literasi Bisnis Bagi Nelayan di Pulau
Mantehage Desa Tinongko, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa
Utara.

B. Tujuan Penelitian Dan Pengembangan

Tujuan penelitian dan pengembangan ini adalah untuk mengetahui cara


bagaimana mengembangkan Literasi Bisnis Bagi Nelayan di Pulau
Mantehage Desa Tinongko.

4
C. Spesifikasi Produk Yang Diharapkan

Peneliti akan melakukan pengembangan terhadap Literasi Bisnis Bagi


Nelayan di Pulau Mantehage, Desa Tinongko. Spesifikasi Literasi Bisnis Bagi
Nelayan yang akan dikembangkan adalah:

1. Peneliti akan mengembangkan Literasi Bisnis Bagi Nelayan tersebut


supaya dihasilkan produk berupa Modul Pelatihan Literasi Bisnis.
2. Kegiatan ini diarahkan pada Pelatihan Literasi Bisnis Nelayan untuk
meningkatkan pemahaman dan keterampilan bisnis agar mampu berdaya
saing dengan baik. Begitu juga pelatihan terkait ekspor dan pemanfaatan
bagi para nelayan yang telah berorientasi ekspor. Peneliti akan
melakukan pengembangan agar pelatihan yang terdapat pada literasi
bisnis nelayan dan kompetensi dalam pemeliharaan dan perbaikan.

D. Pentingnya Pengembangan

Mengacu pada tujuan penelitian, maka berikut beberapa alasan pentingnya


penelitian dan pengembangan ini:

1. Pelatihan literasi bisnis nelayan untuk meningkatkan pemahaman dan


keterampilan bisnis agar mampu berdaya saing dengan baik, sehingga
dapat menambah informasi tentang peluang usaha yang dapat
dikembangkan.
2. Secara teoritis, memberikan sumbangan pengembangan keilmuan berupa
peluasan materi pada bidang ekonomi khusunya dalam bidang
kewirausahaan. Dengan demikian hasil penelitian dan pengembangan
dapat menjadi acuan peneliti lanjut dalam mengembangkan hal serupa.

E. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Hasil yang dicapai akan optimal jika proposal ini membatasi


permasalahan. Permasalahan yang akan dikaji dalam proposal ini adalah:

5
1. Peneliti ini memfokuskan pada pembuatan usaha pengolahan produk
olahan berbahan baku ikan ini dapat dijadikan sumber usaha atau mata
pencaharian lainnya bagi nelayan dan keluarganya.
2. Hasil wawancara mendalam yang dilakukan peneliti, sebagian besar dari
nelayan dan keluarga nelayan tidak memiliki keahlian mengolah produk
olahan. Bentuk diversifikasi usaha lainnya yang dapat di kembangkan di
pesisir Desa Tinongko adalah pengelolaan usaha Ekowisata pesisir oleh
Nelayan.

F. Definisi Istilah
1. Penilaian pengembangan adalah metode penilaian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu dan mengkaji kefektifan produk tersebut.
“Dalam hal ini penelti tidak menguji teori, tetapi untuk menghasilkan
dan mengembangkan produk yaitu berupa tempat pelelangan ikan.
2. Modul pelatihan adalah salah satu media pembelajaran yang dapat
digunakan sebagai media transformasi pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja kepada peserta pelatihan untuk mencapai kompetensi
tertentu.
3. Literasi adalah kemampuan dan keterampilan individu dalam mengolah
informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup.
4. Bisnis adalah suatu kegiatan individu yang terorganisasi untuk
menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan
keuntungan dalam memenuhi kebuthan masyarakat.
5. Nelayan adalah istilah orang-orang yang sehari-harinya bekerja
menangkap ikan atau biota lainnya yang hidup di dasar, kolom maupun
permukaan perairan.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1) Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R &
D)
a. Pengertian Penelitian Pengembangan atau
Research and Development (R & D)
Penelitian Pengembangan atau  Research and Development  (R&D) sa
at ini merupakan salah jenis penelitian yang banyak dikembangkan.
Penelitian pengembangan merupakan salah satu jenis penelitian yang
dapat menjadi penghubung atau pemutus kesenjangan antara penelitian
dasar dengan penelitian terapan. 
Pengertian Penelitian Pengembangan atau  Research and Development 
(R&D)sering diartikan sebagai suatu proses atau langkah-langkah untuk
mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang
telah ada. Yang dimaksud dengan produk dalam konteks ini adalah tidak
selalu berbentuk hardware (buku, modul, alat bantu pembelajaran di
kelas dan laboratorium), tetapi bisa juga perangkat lunak (software)
seperti program untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas,
perpustakaan atau laboratorium, ataupun model-model pendidikan,
pembelajaran pelatihan, bimbingan, evaluasi, manajemen, dll.
Menurut Sugiyono (2009: 297), penelitian pengembangan atau
research and development (R&D) adalah aktifitas riset dasar untuk
mendapatkan informasi kebutuhan pengguna (needs assessment),
kemudian dilanjutkan kegiatan pengembangan (development) untuk
menghasilkan produk dan mengkaji keefektifan produk tersebut.
Penelitian pengembangan terdiri dari dua kata yaitu research (penelitian)
dan development (pengembangan). Kegiatan pertama adalah melakukan
penelitian dan studi literatur untuk menghasilkan rancangan produk

7
tertentu, dan kegiatan kedua adalah pengembangan yaitu menguji
efektifitas, validasi rancangan yang telah dibuat, sehingga menjadi
produk yang teruji dan dapat dimanfaatkan masyarakat luas. Menurut
Mulyatiningsih (2012: 161), penelitian dan pengembangan bertujuan
untuk menghasilkan produk baru melalui proses pengembangan.
Menurut Puslitjaknov-Balitbang Depdiknas (2008) metode penelitian
dan pengembangan memuat tiga komponen utama, yaitu 1) model
pengembangan, 2) prosedur pengembangan, 3) uji coba produk.
Sedangkan menurut Anik Ghufron (2007: 2), penelitian dan
pengembangan adalah model yang dipakai untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan pembelajaran yang mampu mengembangkan berbagai
produk pembelajaran.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian
pengembangan atau research and development (R&D) adalah model
penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan produk yang diawali
dengan riset kebutuhan kemudian dilakukan pengembangan untuk
menghasilkan sebuah produk yang telah teruji. Hasil produk
pengembangan antara lain: media, materi pembelajaran, dan sistem
pembelajaran. Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian research
and development (R&D). Pengembangan produk pada penelitian ini yaitu
pengembangan produk berupa tempat peleangang ikan.

2) Nelayan
a. Pengertian Nelayan
Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan, (Dalam Tegar R
Hakim 2012) Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya
melakukan penangkapan ikan. Dalam perstatistikan perikanan perairan
umum, nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan operasi
penangkapan ikan di perairan umum. Orang yang melakukan pekerjaan
seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat penangkapan ikan ke dalam

8
perahu atau kapal motor, mengangkut ikan dari perahu atau kapal motor,
tidak dikategorikan sebagai nelayan.
Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh,
nelayan jurangan dan nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan
yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain. Sebaliknya nelayan
jurangan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan
oleh orang lain. Sedangkan nelayan perorangan adalah nelayan yang
memiliki peralatan tangkap sendiri, dan dalam pengoperasiannya tidak
melibatkan orang lain (Subri, 2005)
Sumberdaya nelayan dicirikan oleh pendidikan dan keterampilan
yang rendah, kemampuan manajemen yang terbatas. Taraf hidup
penduduk desa yang sebagian besar nelayan sampai saat ini masih
rendah, pendapatan tidak menentu (sangat bergantung pada musim ikan),
kebanyakan masih memakai peralatan tradisional dan masih sukar
menjauhkan diri dari perilaku boros (Sitorus, 1994)

b. Gambaran Umum Masyarakat Nelayan


Masyarakat merupakan komunitas yang mendiami wilayah
tertentu Masyarakat adalah sekelompok manusia yang saling berinteraksi
dan berhubungan serta memiliki nilai-nilai dan kepercayaan yang kuat
untuk mencapai tujuan dalam hidupnya. Menurut Hassan Shadily,
masyarakat dipahami sebagai suatu golongan besar atau kecil yang terdiri
dari beberapa manusia yang dengan atau karena sendirinya bertalian
secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain. Masyarakat
merupakan sekumpulan individu-individu yang di dalamnya terdapat
norma-norma yang harus dijaga dan dijalankan.
Nelayan dapat diartikan sebagai orang yang hasil mata pencaharian
utamanya berasal dari menangkap ikan di laut. Nelayan di dalam
Ensiklopedi Indonesia dinyatakan sebagai orang-orang yang secara aktif
melakukan kegiatan penangkapan ikan, baik secara langsung maupun
tidak langsung sebagai mata pencahariannya. Nelayan merupakan suatu

9
pekerjaan menangkap ikan di laut yang dilakukan oleh seseorang.
Kebanyakan orang yang bekerja sebagai nelayan adalah masyarakat yang
tinggal di desa pesisir.
Nelayan dikategorikan sebagai seseorang yang pekerjaannya
menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap yang sederhana,
mulai dari pancing, jala dan jaring, sampai dengan perahu yang
dilengkapi dengan alat tangkap ikan. Namun dalam perkembangannya
nelayan dapat pula dikategorikan sebagai seorang yang profesinya
menangkap ikan dengan alat yang lebih modern berupa kapal ikan
beserta peralatan tangkapnya yang sekarang dikenal sebagai anak buah
kapal. Di samping itu juga nelayan dapat diartikan sebagai petani ikan
yang melakukan budidaya ikan di tambak dan keramba-keramba di
pantai.
Masyarakat nelayan merupakan kumpulan orang-orang yang
bekerja mencari ikan di laut yang menggantungkan hidup terhadap hasil
laut yang tidak menentu dalam setiap harinya. Masyarakat nelayan
cenderung mempunyai sifat keras dan terbuka terhadap perubahan.
Sebagian besar masyarakat nelayan adalah masyarakat yang mempunyai
kesejahteraan rendah dan tidak menentu. Kesulitan mengatasi kebutuhan
hidup sehari-hari membuat masyarakat nelayan harus rela terlilit hutang
dan menanggung hidup yang berat, mereka tidak hanya berhutang kepada
kerabat dekat, tetapi mereka juga berhutang kepada tetangga dan teman
mereka.
Masyarakat nelayan umumnya masyarakat yang memiliki etos
kerja tinggi dan mempunyai sifat kekerabatan yang erat diantara mereka.
Masyarakat nelayan umumnya masyarakat yang kurang berpendidikan.
Pekerjaan sebagai nelayan adalah pekerjaan kasar yang banyak
mengandalkan otot dan pengalaman, sehingga untuk bekerja sebagai
nelayan latar belakang pendidikan memang tidak penting. Masyarakat
yang bekerja sebagai nelayan, ternyata bukan hanya masyarakat yang
sudah berumur lanjut, tetapi banyak masyarakat generasi muda yang

10
masih berumur 17-25 tahun juga sudah bekerja sebagai nelayan.
Umumnya mereka adalah anak dari keluarga nelayan yang ikut bekerja
sebagai nelayan yang terkadang masih duduk dibangku sekolah.
Secara sosial ekonomi, tingkat kehidupan nelayan khususnya
nelayan kecil tidak banyak berubah dari tahun ke tahun, tingkat
kesejahteraan mereka semakin merosot jika dibandingkan pada masa-
masa tahun 1970-an. Hal itu disebabkan karena kondisi ikan diperairan
laut Pulau Mantehage umunya sudah mengalami over exploited.
Komunitas desa pesisir, khususnya nelayan kecil pada dasarnya adalah
kelompok masyarakat yang kehidupannya sangat bergantung pada hasil
laut. Seperti juga pada masyarakat petani yang kehidupannya tergantung
pada irama musim, pasang surut kelangsungan hidup keluarga nelayan
kecil sangat dipengaruhi oleh musim panen dan paceklik ikan. Saat
kondisi laut sedang tak bersahabat dan ikan-ikan cenderung bersembunyi
di dasar laut, maka pada saat itu pula rejeki terasa seret dan keluarga-
keluarga nelayan kecil kemudian harus hidup serba irit, bahkan
kekurangan.

c. Kehidupan Keluarga Nelayan Kecil

Keluarga atau rumah tangga merupakan kesatuan sosial yang


membentuk masyarakat. Di dalam keluarga terdapat anggota-anggota
keluarga, seperti suami, istri, dan anak. Seperti halnya dengan keluarga-
keluarga pada umumnya, keluarga nelayan juga mempunyai tanggungan
ekonomi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari anggota keluarganya.
Dalam keluarga, semua modal dan barang diatur oleh kepala keluarga
yang bertindak tanpa pamrih demi kepentingan bersama. Meskipun ada
pembagian pekerjaan yang berdasarkan jenis kelamin dan umur, namun,
semuanya bekerja untuk kepentingan bersama. Masing-masing anggota
keluarga akan berkontribusi sesuai dengan peran, tanggungjawab dan
kemampuannya.

11
Nelayan kecil merupakan nelayan tradisional yang mencari ikan di
laut dengan menggunakan perahu kecil dan alat tangkap yang sederhana
dan tidak banyak tersentuh oleh teknologi canggih. Wilayah peraian yang
dapat diakses oleh nelayan kecil pun tidak sejauh nelayan modern yang
menggunakan banyak teknologi canggih, nelayan kecil hanya mampu
menjangkau perairan di pinggir-pinggir pantai saja, berbeda dengan
nelayan modern yang dapat menjakau perairan laut sampai jauh di tengah-
tengah laut. Berbeda dengan nelayan modern yang acap kali mampu
merespon perubahan dan lebih kenyal dalam menyiasati kondisi over
fishing, nelayan tradisional seringkali justru mengalami proses
marginalisasi dan menjadi korban dari pembangunan dan modernisasi
perikanan.

Dengan menggunakan alat tangkap yang sedikit dan teknologi


yang sederhana, nelayan kecil hanya mampu memperoleh hasil tangkapan
ikan dalam jumlah yang sedikit pula yang hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, itu pun saat cuaca dan kondisi laut yang sedang
bersahabat. Saat cuaca dan kondisi laut yang tidak bersahabat, para
nelayan kecil tidak dapat mencari ikan di laut dan hal itu mengakibatkan
nelayan kecil tidak dapat memperoleh penghasilan sehingga keluarga
nelayan kecil tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari- hari mereka,
keadaan tersebut yang menjadikan keluarga nelayan kecil hidup dalam
keterbatasan ekonomi dan jauh dari kesejahteraan.
Berbeda dengan keluarga nelayan modern atau juragan kapal yang
rata-rata hidup berkecukupan, keluarga nelayan kecil sering kali hidup
dengan kondisi serba pas-pasan. Keluarga nelayan kecil dituntut untuk
bertahan hidup dalam himpitan ekonomi yang melanda keluarga mereka,
disaat harga kebutuhan pokok yang setiap tahunnya naik, mau tidak mau
mereka harus tetap bisa membelinya demi kelangsungan hidup anggota
keluarga mereka, belum juga biaya pendidikan untuk anak mereka yang
harus mereka tanggung.

12
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan
Selain Biaya, jumlah tenaga kerja, pengalaman, dan jarak tempuh,
masih terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi peningkatan
pendapatan nelayan yaitu :
1. Teknologi
Teknologi terkait dengan peralatan yang digunakan oleh nelayan
dalam penangkapan ikan adalah perahu tanpa mesin atau perahu dengan
mesin, jaring dan pancing. Peralatan atau biaya nelayan adalah nilai dari
peralatan yang digunakan seperti harga perahu, harga peralatan
penangkapan ikan, dan bahan makanan yang dibawa melaut dan yang
ditinggalkan dirumah. Ini merupakan input bagi nelayan dalam melaut
(menangkap ikan). Selain itu jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam
melaut.
2. Sosial Ekonomi
Beberapa faktor sosial ekonomi adalah usia, pendidikan, pengalaman,
peralatan, keikutsertaan dalam organisasi nelayan, dan musim. Usia
mempengaruhi pendapatan nelayan karena seseorang yang telah berumur
15 tahun ke atas yang dapat disebut nelayan. Pendidikan yang ditempuh
nelayan juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan
nelayan. Pengalaman menentukan keterampilan nelayan dalam melaut,
semakin terampil nelayan maka hasil tangkapan cenderung semakin baik.
Faktor kepemilikan peralatan yang digunakan nelayan apakah nelayan
memiliki peralatan sendiri atau tidak. Apabila nelayan tidak memiliki
peralatan sendiri dan hanya menerima gaji, maka dikatakan buruh nelayan.
Keberadaan organisasi dan keikutsertaan nelayan dalam organisasi
diharapkan dapat memberi dampak positif bagi pendapatan nelayan.

3. Tata Niaga
Ikan adalah komoditi yang mudah rusak, jadi proses penyimpanannya
harus baik. Kualitas ikan mempengaruhi harga jual ikan di pasaran. Jadi
dilihat nilai efisiensi penggunaan tata niaga perikanan tersebut, semakin

13
baik dan efisien tata niaga perikanan tersebut, berarti semakin baik pula
harganya (Sujarno, 2008) Selain over eksploitasi dan maraknya IUU
(Illegal, Unreported, Unregulated) fishing, sektor perikanan mengalami
masalah yang cukup serius terkait dengan perubahan iklim dan dampaknya
terhadap keberlanjutan usaha perikanan tangkap maupun budidaya.
Perubahan gradual peningkatan suhu yang terjadi secara global berakibat
pada perubahan aspek biofisik seperti perubahan cuaca yang ekstrem,
kenaikan panas muka laut, perubahan jejaring makanan, dan perubahan
fisiologis reproduksi akan berdampak pada aspek sosial ekonomi
perikanan (Fauzi, 2010)

e. Faktor Pengalaman Melaut

Pengalaman kerja adalah pengetahuan atau keterampilan yang telah


diketahui dan dikuasai seseorang yang akibat dari perbuatan atau
pekerjaan yang telah dilakukan selama beberapa waktu tertentu. Dalam
aktivitas nelayan dengan semakin berpengalaman dalam menangkap ikan
bisa meningkatkan pendapatan atau keuntungan. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin lama pengalaman nelayan maka besar pula pendapatan
yang diterima. Dengan pengalaman yang dimiliki nelayan sesuai dengan
usaha yang dijalankan. Nelayan tahu menentukan di daerah mana operasi
penangkapan ikan yang tepat sehingga produksi lebih tinggi, kapan saat
melaut yang tepat, bagaimana penggunaan alat tangkap yang tepat, kondisi
musim, semua ini tentu berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima
nelayan.

3) Penelitian Yang Relevan


Beberapa penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian ini
adalah:

14
1. Skripsi Achmad Shofi Ahadian yang berjudul “Akad Musyarakah
Antara Pemilik Kapal dan Nelayan di Desa 10 Sumberanyar Kec.
Paiton Kab. Probolinggo”.
Dengan hasil penelitian bahwa keharmonisan dalam bekerja menjadi
modal pokok keutuhan anggota, tidak ada jaminan dari masing-
masing nelayan (anggota) terus berada dalam satu kelompok. Ketidak
cocokan atau cekcok antara sesama anggota bisa menyebabkan para
nelayan pindah pada kelompok yang lain. Ketika jumlah anggota
semakin berkurang maka perahu bisa berhenti bekerja karena tidak
cukup tenaga untuk mengoperasionalkan alat tangkap ikan, hal inilah
yang selalu dijaga oleh sang pemilik perahu untuk terhindar dari
kebangkrutan. Disisi lain masing-masing anggota diikat oleh pinjaman
hutang kepada sang pemilik perahu sehingga aspek ini membuat tidak
secara serta merta anggota pindah pada perahu yang lain manakala
belum melunasi hutang sebagai kontrak kerja, sungguhpun demikian
hutang sebagai ikatan kerja bukan menjadi persoalan serius bagi para
anggota karena seandainya anggota tersebut pindah pada perahu lain,
maka sang pemilik perahu yang baru sanggup memberikan pinjaman
sejumlah pinjaman yang dipinjamkan oleh pemilik perahu
sebelumnya.
2. Skripsi Tomy Apriyanto, 2016 yang berjudul: ”Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Di Kanagarian Sungai Pinang
Kecamatan Xi Koto Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan”.
Dengan hasil penelitian Berdasarkan hasil wawancara pendahuluan
dengan Ices salah seorang nelayan di Kenagarian Sungai Pinang, jarak
tempuh tidak terlalu mempengaruhi Ices mencontohkan ada dua kapal
satu kapal kecil dan satu kapal besar dengan jarak tempuh melaut
yang sama tetapi hasil tangkapan sangat berbeda. Perbedaan
penghasilan itu terjadi karena alat tangkapan kapal besar lebih besar.
Ices dengan pengalamannya memandang bahwa faktor modal yang
mempengaruhi pendapatan nelayan. Kenagarian Sungai Pinang

15
Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan merupakan
salah satu daerah yang potensial di Kabupaten Pesisir Selatan. Pada
umumnya masyarakat kanagarian sungai pinang bermata pencaharian
sebagai nelayan dan bekerja sebagai nelayan merupakan salah satu
pekerjaan yang diandalkan oleh masyarakat nagari sungai
pinang,karena daerah ini merupakan daerah yang potensial dalam
menghasilkan ikan. Hal itu pula dijumpai penulis di lapangan bahwa
masih banyak nelayan tradisional yang masih tergolong miskin.
Sebagian besar dari anak-anak nelayan tidak menamatkan pendidikan
dan para nelayanpun juga memiliki tingkat pendidikan yang sangat
rendah, hal itu disebabkan oleh kurang nya biaya, akses sekolah yang
jauh dari tempat tinggal serta kondisi sosial masyarakat yang tidak
memungkinkan, tetapi dilain hal mereka juga merupakan pewaris
bangsa. Dilihat dari kodisi tingkat kehidupan nelayan Kenagarian
Sungai Pinang tergolong tertinggal, hal ini dapat dilihat antara lain
dari kondisi perumahan, sarana prasarana yang digunakan dalam
melaut belum menunjukan kemajuan hal ini dapat dilihat dari kapal
yang digunakan dan akses jalan menuju ke daerah ini bisa dikatakan
sangat buruk. selain itu di Kenagarian Sungai Pinang ini belum ada
tempat pengolahan ikan-ikan kering, ikan-ikan yang masih mentah
yang nantinya akan dijual keberbagai tempat lain seperti padang.
Kondisi sosial masyarakat Kenagarian Sungai Pinang Kecamatan
Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan yang relatif miskin
dengan mata pencaharian rata rata penduduk sebagai nelayan.
Seidealnya masyarakat Kenagarian Sungai Pinang sejahtera dari
penghasilan tangkapan ikan. Perlu membahas faktor faktor yang
mempengaruhi pendapatan nelayan di Kenagarian Sungai Pinang
dengan membandingkan anata teori dan kenyataan.
3. Skripsi Sari, Leny Novita, 2017 yang berjudul: “Sistem Kerjasama
Antara Pemilik Perahu dan Nelayan dalam Perspektif Ekonomi Islam

16
(Studi Kasus Pada Nelayan di Desa Bungo Kecamatan Wedung
Kabupaten Demak)”.
Dengan hasil penelitian Masyarakat nelayan di Desa Bungo
Kecamatan Wedung Kabupaten Demak merupakan salah satu daerah
pemukiman nelayan yang perlu diperhatikan. Dimana mata
pencaharian penduduknya sebagian adalah sebagai nelayan. Pada
umumnya, masyarakat nelayan di Desa Bungo sangat minim
pengetahuan, pendidikan, dan perekonomian. Para nelayan tersebut
tentunya sangat membutuhkan modal untuk membeli peralatan
melautnya. Dalam hal ini bagi para nelayan yang tidak mempunyai
cukup banyak uang sangat membutuhkan tambahan modal dari pihak
lain. Sebagian besar nelayan di Desa Bungo yang memiliki tingkat
ekonomi di atas rata-rata juga ikut bekerja melaut bersama nelayan
lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Nelayan di Desa
Bungo sangat tidak menentu dalam memperoleh penghasilan
melautnya. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan alam dan cuaca yang
terjadi pada saat melaut, dan juga dipengaruh oleh nasib para nelayan
itu sendiri. Ketika musim ikan dan kerang tiba, maka hasil tangkapan
laut yang diperoleh nelayan akan banyak. Tetapi sebaliknya pada saat
musim paceklik tiba, maka hasil tangkapan laut yang diperoleh
nelayan sangat sedikit bahkan nelayan bisa tidak mendapatkan hasil
tangkapan sama sekali.
4. Artikel Jerry R. H. Wuisang, 2016 “Pengembangan Pembelajaran
Discovery Berbasis Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Keterampilan
Hidup Dan Karir Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Manado”.
Dengan hasil penelitian pengembangan ini bertujuan untuk:
menjelaskan permasalahan dan perlunya pembelajaran penemuan
berbasis budaya lokal model, mengembangkan model pembelajaran
discovery berbasis budaya lokal,menentukan efisiensi dan efektivitas
model pembelajaran penemuan berbasis budaya lokal untuk

17
meningkatkan keterampilan hidup dan karir. Menggunakan model
penelitian dan pengembangan oleh Borg dan Gall (1983) yang
dikembangkan dengan menggunakan: prinsip, desain konstruktivis,
pengembangan kolaboratif dan terintegrasi, dan menghasilkan model
akhir yang fleksibel. model pengembangan ini dalam rangka
memaksimalkan potensi budaya lokal yang terintegrasi dengan potensi
siswa untuk meningkatkan keterampilan hidup dan karir
Pengembangan lebih lanjut dimungkinkan melalui implementasi di
berbagai mata kuliah lain dengan mengambil dimensi yang berbeda
sesuai.
5. Artikel Yati Feisy Mogea, Sjeddie R. Watung, Edwin Wantah, 2021.
“Pengembangan Materi Pemberdayaan, Ekonomi Petani Salak di Desa
Pangu Kecamatan Ratahan Timur”.
Dengan hasil penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan usaha
petani salak dan yang ada di desa pangu.Penelitian ini merupakan
penelitian pengembangan dengan subjek penelitian yaitu beberapa
petani yang ada di desa pangu. Teknik pengumpulan data yang
digunakan yaitu observasi, angket dan FGD (Focus Grup Discussion),
hasil dari penelitian ini di analisis dengan menggunakan metode model
ADDIE. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengembangan materi
yang di kembangkan berpengaruh dan bermanfaat bagi beberapa petani
yang ada di desa pangu.

18
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian Pengembangan

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian dan pengembangan (Research & Development). Borg and Gall
(1983:772) menyatakan bahwa “educational research and development (R and D)
is a process used to develop and validate educational products”. Untuk dapat
menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian bersifat analisis kebutuhan.
Penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang akan digunakan dalam
pendidikan. Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah modul
pelatihan literasi bisnis bagi nelayan di Desa Tinongko.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian yaitu di wilayah Minahasa Utara Kecamatan Wori, Pulau


Mantehage Desa Tinongko. dan waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 16
Agustus 2021 – 22 November 2021.

C. Jenis Data Penelitian

Jenis data penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif


dengan mengumpulkan data primer. Pendekatan kuantitatif ialah penelitian yang
fokus analisisnya pada angka, sedangkan pendekatan kualitatif ialah penelitian
berdasarkan paradigma, strategi, dan implementasi model secara kualitatif.

Data primer ialah data yang diperoleh langsung dari sumber terkait dengan
penelitian mengenai Literasi Bisnis Bagi Nelayan di Pulau Mantehage Desa
Tinongko. Data yang diperoleh dari wawancara dengan para nelayan yang

19
mengetahui tentang kekuatan, kelemahan, peluang serta mengetahui latar
belakang Nelayan tersebut.

D. Penentuan Sampel

Teknik sampling menggunakan purposive sampling yaitu memilih responden


di lokasi secara sengaja sesuai kriteria penelitian yaitu 10 responden yang
diwawancarai yang merupakan Nelayan yang pr ofessional.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian ilmiah dimaksudkan untuk


bahan atau data yang relevan, akurat dan reliable yang hendak kita teliti. Oleh
karena itu perlu digunakan metode pengumpulan data yang baik dan cocok.
Dalam penelitian ini digunakan metode pengumpulan data berupa
(Sugiyono,2008).

1. Interview (wawancara) langsung, yaitu pengumpulan data yang


dilakukan sebagai studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang akan diteliti dan untuk mengetahui hal-hal penting
dari responden yang lebih mendalam.
2. Interview terstruktur (kuesioner) digunakan dalam penelitian ini yaitu
teknik pengumpulan data telah mengetahui dengan pasti tentang
informasi yang akan diperoleh.
3. Observasi, dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap
obyek yang akan diteliti.
4. Studi Pustaka, dilakukan untuk membuat suatu konsep yang diambil
dari berbagai studi literatur, teori, publikasi, jurnal, majalah yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti.

F. Langkah – Langkah Penelitian Pengembangan

20
Dalam penelitian ini peneliti membatasai hanya sampai tahap pengembangan
menyesuaikan dengan tujuan penelitian, dan berikut tiga langkah yang akan
digunakan:

1) Define (Pendefinisian)
Pendefenisian dalam hal ini diantaranya untuk mengetahui kebutuhan
mata pencaharian. Dalam hal ini peneliti membuat pendahuluan dengan
melakukan observasi di terhadap para Nelayan di Desa Tinongko melalui
wawancara.
2) Design (Perancangan)
Tahap perancangan dilakukan berdasarkan hal-hal yang diperoleh dari
proses pendefinisian, pada tahap ini dilakukan perancangan berupa
modul pelatihan literasi bisnis nelayan.
3) Develop (Pengembangan)
Dalam tahap ini adalah proses membuat produk dengan berbagai tahapan
sampai pada dengan tahan penyelesaian produk/ produk akhir.

DAFTAR PUSTAKA

Anik, Ghufron. 2007. Panduan Penelitian Dan Pengembangan Bidang


Pendidikan Dan Pembelajaran. Yogyakarta : Lembaga Penelitian
UNY.

Artikel Jerry R. H. Wuisang, “Pengembangan Pembelajaran Discovery


Berbasis Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Keterampilan Hidup
Dan Karir Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Manado”.

Borg, W.R. & Gall, M.D.Gall, 1983. Educational Research: An Introduction,


Fifth Edition. New York : Logman.

Buku : Ahmad Fauzi (2010). Kebijakan Perikanan dan kelautan: isu, sintesis dan

21
gagasan. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Endang Mulyatiningsih, 2012:161 penelitian dan pengembangan bertujuan untuk

menghasilkan produk baru melalui proses pengembangan.


Yogyakarta : Alfabeta.

Puslitjaknov-Balitbang Depdiknas 2008 metode penelitian dan pengembangan

memuat tiga komponen utama, yaitu 1) model pengembangan,

prosedur pengembangan, 3) uji coba produk.

Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D ,

Bandung :Alfabeta.

Subri, M. 2005. Ekonomi Kelautan.Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sitorus, MTF. 1994. Peran Ekonomi Wanita dalam Rumah Tangga Nelayan

Miskin di Pedesaan Indonesia. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi

Pertanian. Bogor : IPB

Sujarno, 2008. Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan.

Internet.http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/7165/1/09E00282.pdf.

Tegar R Hakim, 2012. Departemen Kelautan Dan Perikanan Direktorat Jenderal

Perikanan Tangkap. 2002, Pedoman Pengelolaan Pelabuhan

Perikanan, Jakarta : Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap

Departemen Kelautan Dan Perikanan Dengan Japan International

Cooperation Agency (JICA).

Yati Feisy Mogea, Sjeddie R. Watung, Edwin Wantah, 2021. Pengembangan


Materi Pemberdayaan, Ekonomi Petani Salak di Desa Pangu

22
Kecamatan Ratahan Timur : Pendidikan Ekonomi Universitas
Negeri Manado.

23
24

Anda mungkin juga menyukai