Anda di halaman 1dari 29

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Desa Pesisir merupakan satu dari sepuluh desa yang ada di wilayah Kecamatan
Besuki Kabupaten Situbondo. Desa pesisir memiliki luas wilayah sebesar 56.424 Ha. Sesuai
dengan namanya Desa Pesisir ini adalah daerah yang berada di pinggir pantai, terdapat
pelabuhan pemberhentian kapal yang berlayar ke Madura, sekaligus terdapat tempat
penangkapan dan pelelangan ikan (TPI).

4.1.1 Sejarah Desa Pesisir


Dikisahkan pada tahun 1800an terdapat sebuah perahu yang berlayar dari wilayah
Minangkabau dengan melakukan perjalanan menuju wilayah timur Indonesia. Kemudian
perahu tersebut mengalami masalah pada alat pendorong perahu tersebut, sehingga
mengakibatkan perahu tersebut terdampar di wilayah pantai (sekarang wilayah pantai Desa
Pesisir). Ketua rombongan dari perjalan pelayaran ini bernama Astubo, beliau memutuskan
untuk berisitrahat di wilayah Selat Madura (sekarang Desa Pesisir) yang dulunya merupakan
semak-semak belukar dan tidak berpenghuni.

Beliau merasa nyaman dan kerasan beristirahat di wilayah pantai sehingga akhirnya
beliau mengurungkan niatnya untuk melanjutkan perjalanan berlayar. Astubo menetap di
wilayah pantai yang sekarang menjadi Desa Pesisir dengan membabad wilayah pesisir
semakin luas hingga seperti sekarang ini. Dinamakan Desa Pesisir dikarenakan wilayah yang
beliau babad adalah wilayah pantai/pinggir laut/selat. Untuk mengenang jasa dan kerja keras
beliau sehingga tercipta Desa Pesisir ini, maka nama Astubo diabadikan menjadi nama
sebuah jembatan pertama di Desa Pesisir, yaitu Jembatan Astubo.

4.1.2 Kondisi Geografis


Desa Pesisir merupakan salah satu Desa yang berada dalam pemukiman Pesisir
Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur yang terletak di sebelah barat
pusat kecamatan. Pesisir merupakan Desa yang sangat dekat dengan laut dan sangat
potensial, strategis, mudah dijangkau serta banyak sekali orang yang datang untuk mecari
ikan, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

A. Sebelah Utara : Selat Madura


B. Sebelah Selatan : Desa Besuki Kecamatan Besuki
C. Sebelah Timur : Desa Demung Kecamatan Besuki
D. Sebelah Barat : Desa Kalianget Kecamtan Banyuglugur

Asal-usul penduduk Desa Pesisir sebahagian besar adalah asli pribumi yang sudah
menetap sejak nenek moyang dan sebagiannya adalah pendatang yang namun relatif sangat
sedikit karena pada umumnya adalah pendatang yang menikah dengan penduduk pribumi dan
menetap di Desa Pesisir. Desa Pesisir adalah Desa yang terletak di wilayah pantai Selat
Madura dengan wilayah yang terbagi menjadi 6 (enam) Dusun, antara lain:

1. Dusun Petukangan
2. Dusun Krajan
3. Dusun Gudang
4. Dusun Lesanan Kidul
5. Dusun Lesanan Lor
6. Dusun Mandaran

Berbicara mengenai letak strategis wilayah Desa Pesisir dapat dilihat juga dari
orbitasi, yang artinya letak suatu desa dengan pusat kegiatan yang memegang peranan
penting bagi arah pembangunan desa itu sendiri. Adapun letak orbitasi dari Desa Pesisir
dengan pusat kegiatan ekonominya adalah sebagai berikut:

Jarak ke Kecamatan: 1,4 Km (hanya butuh waktu 5 menit)

Jarak ke alun-alun Besuki : 1 Km (hanya butuh waktu 4 menit)

Jarak ke pasar Besuki : 900 M (hanya butuh waktu 3 menit)

Jarak ke Kabupaten/kota: 38 Km (butuh waktu sekitar 1 jam)

4.1.3 Jumlah Penduduk Desa Pesisir


Jumlah penduduk Desa Pesisir yang tercatat sampai dengan tahun 2021 adalah 8.988
Jiwa, dengan rincian penduduk laki-laki sejumlah 4.324 jiwa dan penduduk perempuan
sejumlah 4.664 jiwa.

A. Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

KELOMPOK UMUR JUMLAH

0-17 Tahun 2.040 Jiwa

18-56 Tahun 5.447 Jiwa


56+ 1.501 Jiwa

B. Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penduduk

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Cendana sangat beragam tingkatnya mulai dari
Taman Kanak-kanak sampai dengan Perguruan Tinggi, dengan rincian pada tabel berikut:

NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH

1. Taman Kanak-Kanak 589 Orang


2. SD/Sederajat 2.489 Orang
3. SMP/Sederajat 1.160 Orang
4. SMA/Sederajat 846 Oramg
5. Akademi/ D1-D3 15 Oramg
6. S1 91 Orang
7. S2 2 Orang

Berdasarkan tabel di atas tingkat pendidikan tertinggi penduduk Desa Pesisir adalah
tingkat Sekolah Dasar dengan jumlah 2.489 orang. Masih jarang penduduk yang melanjutkan
ke perguruan tinggi dikarenakan kurangnya kesadaran mereka akan pentingnya pendidikan
dan rendahnya pendapatan masyarakat. Dengan adanya program Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) ini diharapkan dapat menyejahterakan dan
meningkatkan perokonomian keluarga, harapannya dengan adanya perbaikan dan
peningkatan pada kondisi ekonomi keluarga diharapkan dapat meningkatkan kondisi
pendidikan penduduk Desa Pesisir.

C. Berdasarkan Mata Pencaharian

Berikut adalah jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian penduduk Desa Pesisir:

NO PEKERJAAN JUMLAH
1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 39 Oramg
2. TNI 1 Orang
3. Wiraswasta/Pedagang 191 Orang
4. Petani 16 Orang
5. Nelayan 7.041 Orang
6. Jasa 36 Orang
7. Pengrajin 1 Orang
8. Pekerja Seni 1 Orang
9. Tidak Bekerja/Pengangguran 1.990 Orang

4.1.4 Visi dan Misi Desa Pesisir Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo

Visi :“Membentuk suatu desa yang berakhlaqul karimah yang berkepanjangan dari
Gemah Ripah Loh Jinawi dan bisa membentuk suatu pemerintahan Baldatun Toyyibatun
Warobbun Ghofur”.

Misi :

1. Menyikapi jalannya pemerintahan, akan menjalin kerjasama dengan mitra kerja


baik tingkat RT/RW, Desa, Kecamatan, Kabupaten, Legislatif, dan Eksekutif di
wilayah Republik Indonesia, yang senantiasa akan disalurkan kepada masyarakat.
2. Menjalin program-program pemerintahan yang mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang ada.
3. Mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat.
4. Memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat yang tidak mempunyai BPJS,
KIS, akan membentuk JAMKESDES

4.1.5 Pemerintahan Desa Pesisir Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo


Secara administrasi pemerintahan Desa Pesisir dimulai pada Tahun 1880 M. Adapun
nama-nama Pemimpin yang telah mengukir Pemerintahan Desa Pesisir adalah sebagai
berikut:

TAHUN PEMIMPIN (KEPALA DESA) KETERANGAN

1800an Bapak ASTUBO Pembabad Desa Pesisir

1880 Bapak ARTO Periode I

1880-1945 Bapak MOH TAHIR Periode II

1945-1951 Bapak ABDUL HAMID Periode III


1951-1966 Bapak H. ABDUL LATIF Peiode III

1966-1967 Bapak BAHRI Periode IV

1967-1973 Bapak SETIJO DARMO Periode V

1973-1974 Bapak SAHRI Periode VI

1974-1984 Bapak NGATMARI Periode VII

1984-1985 Bapak SAHRI Periode VIII

1985-1986 Bapak TAUFIK HIDAYAT Periode IX

1986-1990 Bapak SABAR Periode X

1990-1991 Bapak ARTOJO Periode XI

1991-1993 Bapak MOECHLIS Periode XII

1993-1994 Bapak ABD. SJUJUR Periode XIII

1994-2001 Bapak ABD. RAZAK Periode XIV

2001-2007 Bapak MUHAMMAD ILHAM Periode XV

2007-2013 Bapak MUHAMMAD ILHAM Periode XVI

2013-2019 Bapak SUDARSONO Periode XVII

2019-Sekarang Bapak AHMADI Periode XVIII

4.2 Program Usaha Peningkatan Keluarga Sejahtera


4.2.1 Sejarah Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera

Program Usaha Peningkatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) di Desa Peisir dibentuk


pada tanggal 17 mei 2017 yang diketuai oleh ibu Heny Rahman. Program UPPKS ini
merupakan program yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam kampung KB (Keluarga
Berencana). Berdirinya UPPKS ini untuk memberdayakan dan menyejahterakan keluarga
melalui usaha kecil. Didirikannya program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
Sejahtera (UPPKS) di Desa Pesisir di latar belakangi dengan adanya permasalahan penduduk
perempuan yang tidak memiliki kegiatan serta mereka memiliki potensi yang bisa
dikembangkan, melalui kelompok UPKKS ini anggota bisa belajar terkait usaha untuk
meningkatkan pendapatan keluarga, selain itu anggota UPPKS juga mendapat berbagai
pengetahuan dan pengalaman melalui kelompok UPPKS ini.

Anggota UPPKS ini adalah ibu-ibu yang menjadi akseptor KB dengan tahapan
keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I (KS I) yang memiliki minat dalam
mengembangkan usaha bersama program UPKKS. Mereka yang bergabung ada yang
memang telah memiliki usaha industri skala rumahan dan ada yang memang benar-benar
merintis dari awal UPPKS terbentuk. Awalnya anggota UPPKS Desa Pesisir cakupannya
hanya meliputi Dusun Petukangan saja, akan tetapi sekarang telah berkembang meliputi
seluruh dusun yang ada di Desa Pesisir. Dengan jumlah anggota diawal hanya 1 kelompok
yang terdiri dari 3 orang, sekarang telah bertambah menjadi 7 oranga anggota aktif. Mereka
didampingi langsung oleh PLKB Kecamatan Besuki sebagai pendamping dan pengarah
kegiatan. PLKB adalah Pegawai Pemerintah Daerah (Pemda) yang bertugas
melaksanakan/mengelola, menggerakkan, memberdayakan serta menggalang dan
mengembangkan kemitraan dengan berbagai pihak pelaksanaan program KB bersama
institusi masyrakat pedesaan/perkotaan ditingkatan Desa/Kelurahan.

Anggota UPPKS mendapat bantuan Alat Tepat Guna (ATG) dari Dinas
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana
(DP3AP2KB) Kabupaten Situbondo berupa kompor gas, wajan, dandang, dan oven
tangkring. Di dalam kelompok UPPKS Desa Pesisir sudah berdiri bermacam-macam usaha
yang kebanyakan dari olahan hasil laut, mereka memasarkan produknya dengan cara mulut
ke melut dan melalui media sosial.

4.2.2 Tujuan dan Visi Misi Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera

Tujuan dari UPPKS Desa Pesisir yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan dan
pendapatan keluarga, khususnya keluarga akseptor KB dan keluarga lansia yang tergolong
dalam keluarga pra sejahtera dan Keluarga Sejahtera I (KS I) mereka mengikuti berbagai
pembinaan dan pelatihan yang ada dalam UPPKS.
Visi: “UPPKS bersama mitra kerja membangun usaha mikro untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga”

Misi:

1. UPPKS berusaha meningkatkan peran serta mitra kerja dalam kegiatan usaha mikro.
2. UPPKS berusaha mengembangkan usaha mikro melalui kegiatan kelompoknya.
3. UPPKS berusaha meningkatkan kesejahteraan keluarga.
4. UPPKS berusaha membina kesertaan dan kemandirian ber-KB anggota kelompoknya.

4.3.3 Struktur Kepengurusan Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan


Keluarga Sejahtera

Salah satu syarat pembentukan kelompok UPPKS ialah di dalamnya terdapat


pengurus, peran pengurus di sini sangat penting karena bertugas sebagai sentra penentu
aktifitas kegiatan kelompok yang akan dilakukan, sebagai roda penggerak/penginsiasi untuk
kelompok, dan melakukan pencatatan-pencatatan untuk kelompok. Pada UPPKS Desa Pesisir
sama dengan struktur kepengurusan pada umumnya yaitu terdiri dari ketua, bendahara,
sekretaris. Struktur kepengurusan ini menggambarkan fungsi dan tugas dari masing-masing
jabatan yang mereka miliki. Fungsi dan tugas pengurus UPPKS antara lain:

A. Ketua
1. Memimpin dan bertanggung jawab secara keseluruhan atas keberhasilan UPKKS.
2. Menyusun rencana kegiatan bersama anggota pengurus.
3. Membagi tugas pengurus dan anggota.
4. Mengendalikan kegiatan administrasi.
5. Mendorong dan memberi contoh kepada anggota untuk mengikuti peraturan.
6. Menghubungi mitra anggota.
7. Menghubungi petugas untuk pembinaan anggota
B. Sekretaris
1. Menyelenggarakan segala kegiatan surat menyurat.
2. Menerima surat masuk dan menyampaikan kepada ketua.
3. Menyiapkan jawaban surat dan mengirimkannya setelah disetujui oleh ketua.
4. Menyiapkan surat edaran, undangan, pertemuan, dan sebagainya.
5. Menyiapkan acara pertemuan sesuai jadwal.
6. Menyampaikan hal-hal yang dipermasalhkan kepada ketua.
7. Mengisi dan mengirimkan laporan.
8. Menyimpan arsip-arsip dan dokumen penting.
9. Mencatat dan merangkum hasil rapat dan menginformasikan kepada anggota.
C. Bendahara
1. Mencatat keluar masuknya uang.
2. Membuat bukti pengeluaran dan pemasukan uang.
3. Mencatat kekayaan.
4. Membuat laporan keuangan.

Struktur Pengurus Kelompok UPPKS Desa Pesisir

Ketua
Heny Rahman

Sekretaris Bendahara
Risky Tri Meidia P Yulita

Anggota adalah orang yang menjadi bagian dalam suatu kelompok, anggota memiliki
tugas untuk mengikuti setiap kegiatan dalam kelompok, anggota UPPKS Desa Peisir adalah
ibu-ibu aseptor KB, jika ditotal seluruh pengurus dan anggota UPPKS Desa Pesisir terdiri
dari 7 orang aktif, berikut adalah daftar pengurus dan anggota UPPKS Desa Pesisir:

NAMA JABATAN JENIS USAHA


Heny Rahman Ketua Deng-deng Ikan Mangla
Risky Tri Meidia P Sekretaris Teri Krispy
(kiky)
Muryati Anggota Abon Ikan Tuna
Sucip Anggota Rengginang dan Kerupuk
Nur Riskiyawati Anggota Kerupuk Cumi
Ulfatun Hasana Anggota Kerajinan Kain Flanel
Indah Anggota Batik dan Pot Dari Handuk Tidak
Terpakai

Program pemberdayaan yang dilakukan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga


Berencana Nasional (BKKBN) melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak
Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Situbondo dengan
program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS), program ini
merupakan salah satu program dari Kampung KB yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas dan ketahanan ekonomi keluarga, serta menciptakan keluarga kecil bahagia sejahtera.
Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian tentang proses pemberdayaan ekonomi
keluarga anggota kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)
dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)

Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh pemerintah untuk meningkatkan


kesejahteraan masyarakat, dan sejak tahun 1976 institusi BKKBN telah melakukan kegiatan
yang khususnya ditujukan untuk keluarga akseptor KB agar mereka dapat memperoleh
kehidupan yang lebih baik. Melalui program Community Incetive Project (CIP) yang
penggarapannya dilaksanakan melalui pendekatan pembangunan desa secara keseluruhan,
para keluarga akseptor diberikan berbagai insentif atas prestasi masyarakat pedesaan dalam
kesertaan ber-KB.

Setelah lahirnya UU nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan


Pembangunan Keluarga, UPPKA berubah nama menjadi kelompok UPPKS (Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera). Kegiatan Kelompok Akseptor menarik
perhatian keluarga yang belum menjadi peserta KB, sehingga mereka ingin bergabung.
Karena itu UPPKA tidak lagi eksklusif atau membatasi dari dari akseptor KB, tetapi kegiatan
kelompok itu membuka kesempatan keluarga-keluarga yang belum menjadi peserta KB,
utamanya keluarga muda kurang mampu bergabung dan menjadi anggota kelompok UPPKS
dengan tetap mempertahankan ciri secara khusus dalam kerja gotong royong yang menjadi
ciri khusus UPPKA. Ketua kelompok dipimpinn oleh ibu atau pasangan yang sudah tercatat
sebagai peserta KB atau pernah berpengalaman menjadi peserta KB di tempat tinggalnya.

Seiring dengan dinamika program KB yang diperbaharui menjadi Program


Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana), dengan
keterbatasan permodalan dan kewenangan, BKKBN pada tahun 2020 mengembalikan
nomenklatur UPPKS menjadi UPPKA dengan tujuan untuk lebih fokus pada pelestarian
kesertaan KB dan memudahkan untuk melakukan pemantauan lapangan, serta diharapkan
kesejahteraan akseptor KB bisa ditingkatkan dan menjadi pemicu penggunaan kontrasepsi
modren dan berjangka panjang.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh bapak Mujiono,S.Sos selaku Kepala Seksi
Penyuluhan dan Pendayagunaan PLKB dan Kader KB, beliau mengatakan bahwa:

“Ada 2 hal yang perlu di cermati memang dulu kita punya kegiatan yang namanya
UPPKS namun setelah itu diganti menjadi UPPKA yang kepanjangannya Usaha Peningkatan
Keluarga Akseptor bertujuan untuk meningkatkan dan memberdayakan pendapatan ekonomi
keluarga, dari para keluarga-keluarga yang aktif mengikuti atau menjadi keluarga peserta KB,
Pasangan Usia Subur (PUS), terutama keluarga pra-sejahtera yang ada di wilayah Kabupaten
Situbondo sendiri.”

Setiap Kampung KB pasti di dalamnya ada UPPKS, Kabupaten Situbondo sendiri


terdapat 38 Kampung KB yang tersebar di 17 Kecamatan. Untuk UPPKS di Desa Pesisir
diikuti ibu-ibu yang merupakan aseptor KB dengan tahapan Keluarga Pra Sejahtera dan
Keluarga Sejahtera I (KS I) yang berminat dalam bidang usaha ekonomi produktif. Anggota
dari UPPKS ini bisa perorangan ataupun kelompok. Berdasarkan wawancara dengan bapak
Mujiono S.Sos selaku Kasi Penyuluhan dan Pemberdayaan PLKB dan Kader IMP (Institusi
Masyarakat Pedesaan) beliau menyatakan bahwa:

“Perbedaan anggota UPPKS perorangan/individu dan kelompok yaitu untuk yang


perorangan/individu mereka mempunyai produk masing-masing, sumber dana berasal dari
individu entah itu berasal dari pinjaman atau lainnya dan keuntungannya untuk diri sendiri.
Sedangkan untuk kelompok itu menghimpun para anggota UPPKS untuk bergabung menjadi
1 unit usaha, dalam kegiatan-kegiatan produksi mereka lakukan bersama, dan mereka
membentuk kepengurusan seperti ketua kelompok, sekretaris kelompok, dan bendahara
sedangkan untuk sumber dana berasal dari iuran kelompok atau pinjaman dan keuntungannya
dibagikan ke kelompok, tapi baik perorangan atau kelompok mereka mendapat bantuan
berupa Alat Tepat Guna (ATG) dari kami Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan
Anak Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana (DP3AP2KB) untuk menunjang usaha
mereka.”

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa anggota


UPPKS semuanya adalah perempuan yaitu ibu-ibu akseptor dan Pasangan Usia Subur (PUS)
mereka bisa mendirikan usaha secara mandiri atau bergabung dengan anggota lain, dari
UPPKS ini bisa menambah kegiatan dan menambah pendapatan ibu-ibu Desa Pesisir.

Tahap-tahap dalam pelaksanaan program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga


Sejahtera (UPPKS) di Desa Pesisir antara lain:

A. Pertemuan
4.3 Proses Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Anggota Kelompok Usaha
Peningkatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) di Desa Pesisir Kecamatan Besuki
Kabupaten Situbondo
Tahapan Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga Sejahtera (UPPKS) dapat dibagai menjadi sebagai berikut :

A. Tahap Seleksi Lokasi/Pemilihan Wilayah

Seleksi lokasi dilakukan oleh pihak PLKB Kecamtan Besuki dengan cara mendatangi
lokasi tempat untuk diterapkannya program secara langsung, seleksi dilakukan melalui
kriteria yang telah ditentukan, kriteria tersebut yaitu tempat dijalankannya program UPPKS
memiliki potensi usaha yang dapat dikembangkan, mempunyai potensi sumber daya alam
untuk mendukung program UPPKS, dan adanya masyarakat yang berminat dalam bidang
usaha.

Seleksi lokasi merupakan hal yang penting, karena untuk berhasilnya suatu program
maka lokasi untuk menerapkan program tersebut juga harus tepat dan sesuai dengan kriteria.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh bapak Drs. Eko Winarmo selaku PLKB
Kecamatan Besuki, Beliau mengatakan bahwa:

“Pertama kami menginformasikan kepada pihak Desa terkait program yang akan
dijalankan, setelah pihak Desa menyetujui kami mendatangi secara langsung Desa tersebut
untuk melihat potensi Desa. Alhamdulillah di Desa Pesisir sudah memenuhi kriteria dilihat
dari kriteria utama kampung KB adalah Pesisir dimana daerah pesisir biasanya kumuh,
bermasalah dengan kebersihan lingkungan, kenakalan remaja, maraknya pernikahan dini.
Dibalik permasalahan tersebut Desa Pesisir memiliki potensi sumber daya alam yakni hasil
laut yang melimpah berupa ikan dan ada usaha masyarakat yang dapat dikembangkan.
Awalnya memang sudah ada masyarakat yang memiliki usaha tetapi produknya masih umum
dan biasa saja begitu seperti rengginang, kerupuk, ya yang kita tahu itu memang khas
Situbondo sekali.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Drs. Eko Winarno maka dapat
disimpulkan bahwa pemilihan Desa Pesisir sebagai tempat dijalankannya program UPPKS
ialah karena masyarakat Desa Pesisir memiliki beberapa permasalahan selain itu juga adanya
potensi sumber daya alam untuk menunjang berkembangnya usaha yang dijalankan
masyarakat. Masih adanya masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan atau kegiatan terutama
ibu-ibu dan juga menjadi salah satu alasan mengapa Desa Pesisir terpilih menjadi tempat
dijalankannya program UPPKS, karena program UPKKS selain bertujuan meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan keluarga juga untuk mengembangkan potensi dan menambah
kegiatan ibu-ibu Desa Pesisir.

Sejalan dengan hal tersebut, bapak Sunarlis selaku perangkat Desa Pesisir juga
mengatakan:

“Awalnya PLKB Kecamatan Besuki melakukan pendataan dengan menginventarisir


terkait data kependudukan, potensi desa, dan catatan sipil yang akurat. Setelah itu data di
evaluasi agar dapat digunakan sebagai dasar penetapan prioritas, sasaran, dan program yang
akan dilaksanakan di wilayah Desa Pesisir secara berkesinambungan.”

Berdasarkan hasil temuan di lapangan setelah dianalisis bahwa Seleksi lokasi/wilayah


merupakan tahap awal dari pemberdayaan masyarakat melalui Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS), seleksi lokasi ini dilakukan agar pemberdayaan
masyarakat dapat berjalan dengan lancar dan agar tujuan dari UPPKS dapat terlaksana.
Setelah seleksi lokasi dilakukan Desa Pesisir memenuhi kriteria untuk mendapatkan program
UPPKS.

B. Tahap Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat.

Pada tahap ini pendamping PLKB melakukan sosialisasi kepada penduduk Desa
Pesisir terkait program UPPKS yang merupakan salah satu program dari Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan merupakan salah satu
program yang terdapat dalam kampung KB, sosialisasi dihadiri oleh ibu-ibu dan Pasangan
Usia Subur (PUS) yang sebelumnya sudah diberi udangan oleh pihak desa. Dalam sosialisasi
ini pendamping memberikan pemahaman tentang program UPPKS, pemberian motivasi
kepada masyarakat, serta mengarahkan penduduk untuk ikut ber-KB, setelah sosialiasi
dilaksanakan dilanjutkan dengan merekrut anggota UPPKS.

Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh bapak Drs. Eko Winarmo selaku PLKB
Kecamatan Besuki yang mengatakan:

”Kita melakukan sosialisasi dengan mengundang tokoh masyarakat, calon kadernya,


kepala desa, camat, dan lintas sektor untuk mengenalkan apa itu Kampung KB, kenapa yang
dipilih Desa Pesisir, kita juga menjelaskan apa itu program UPPKS, apa tujuannya dan siapa
saja sasaranya.”

Pendamping juga menjelaskan dengan mengikuti program UPPKS selain untuk


meningkatkan pendapatan keluarga juga bisa meningkatkan kerjasama antar anggota,
membantu masyarakat untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya, menambah
pengalaman dan pengetahuan tentang berwirausaha, serta membantu mensukseskan program
KB di Indonesia. Hal lain juga dikatakan oleh Ibu Sriponingsih Selaku Ketua UPPKS
Sejahtera beliau mengatakan bahwa:

“Dalam perekrutan anggota ini agar bisa menjadi anggota UPPKS maka harus
memenuhi kriteria yaitu calon anggota merupakan keluarga akseptor KB dan lansia, memiliki
jiwa berwirausaha yang tinggi, dalam perekrutan ini kita juga bisa menyeleksi dari tahapan
keluarga apa calon anggota yang direkrut.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Asih Sri Rahayu, S.Sos dan Ibu
Sriponingsih, dalam tahap sosialisasi pemberdayaan masyarakat yang dikemukakan dalam
teori Tim Delivery sosialisasi dilakukan guna memberikan pemahaman tentang program
UPPKS kepada masyarakat serta meningkatkan minat masyarakat untuk ikut ber-KB,
sosialisasi dilakukan oleh pendamping PLKB Kabupaten Banjarnegara. Dalam sosialisasi
pendamping memberikan pemahaman kepada masyarakat Desa Pesisir terkait program
UPPKS, setelah itu diberi motivasi supaya masyarakat tergerak untuk menyejahterakan
keluarganya bersama program

UPPKS, selain itu juga diadakan perekrutan anggota. Dalam tahap sosialisasi ini sudah
dilaksanakan dengan baik dalam program UPPKS.

Salah satu bentuk strategi pemasaran yang dilakukan oleh anggota UPPKS adalah
melalui promosi. Promosi yang dilakukan oleh kelompok UPPKS adalah promosi lisan/dari
mulut ke mulut. Kelompok UPPKS tidak berani mempromosikan produk mereka dengan cara
promosi menggunakan surat kabar, internet karena biaya promosi yang mahal dan
keuntungan yang di dapat tidak sebanding dengan biaya promosi sehingga mereka hanya
melakukan promosi lisan, saling percaya antara pembeli dengan penjual dan kualitas dari
produk yang baik. Sebenarnya pelaku usaha di kelompok UPPKS ingin sekali
mempromosikan menggunakan surat kabar atau internet agar produk yang mereka jual
mudah dikenal orang, mendapatkan pelanggan yang banyak.

Dengan adanya promosi, membantu para pelaku usaha di UPPKS untuk


menginformasikan hasil produksinya kepada pangsa pasar. Selain itu promosi, juga
membantu para pelaku usaha untuk meningkatkan angka penjualan produk guna meraih
omzet yang mereka targetkan. Tetapi pelaku usaha di UPPKS kurang menciptakan strategi
promosi yang baru dan berbeda dengan pelaku usaha lainnya agar produk yang dihasilkan
memiliki nilai lebih dimata para konsumen
KATEGORISASI TRANSKRIP WAWANCARA REDUKSI DATA DISPLAY DATA KESIMPULAN/VERIVIKASI

Pemberdayaan Ekonomi UPPKS itu ada 2 hal yang perlu


Keluarga Melalui UPPKS kita cermati, memang dari awal
dulu kita punya kegiatan yang
namanya UPPKS, namun setelah
ada pergantian dari UPPKS itu
menjadi UPPKA (Usaha
Peningkatan Pendapatan
Keluarga Akseptor). Tujuannya
dari UPPKA itu adalah untuk
meningkatkan dan
memberdayakan pendapatan
ekonomi keluarga, dari keluarga
yang aktif mengikuti atau
menjadi peserta KB yang ada di
Kabupaten Situbondo atau di
wilayah masing-masing.
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA MENTAH

Peneliti : UPPKS itu apa ya pak?

Informan : UPPKS itu ada 2 hal yang perlu kita cermati, memang dari awal dulu kita
punya kegiatan yang namanya UPPKS, namun setelah ada pergantian dari
UPPKS itu menjadi UPPKA (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
Akseptor). Tujuannya dari UPPKA itu adalah untuk meningkatkan dan
memberdayakan pendapatan ekonomi keluarga, dari keluarga yang aktif
mengikuti atau menjadi peserta KB yang ada di Kabupaten Situbondo atau di
wilayah masing-masing.

Peneliti : Menyambung pertanyaan ya pak, apakah anggota UPPKS itu hanya meliputi
peserta KB atau boleh dari luar pak, siapa saja yang boleh bergabung?

Informan : Nah itu bisa juga dari peserta KB, bisa juga dari Pasangan Usia Subur (PUS)
yang belum menjadi anggota KB, kenggotaanya disitu.

Peneliti : Apakah setiap kampung KB itu ada UPPKS pak?

Informan : Setiap Kampung KB memang ada UPPKS, jadi jumlah Kampung KB yang
ada di Kabupaten Situbondo sendiri itu ada 38 Kampung KB yang ada. Jadi
masing-masing Kampung KB ada satu kelompok UPPKS.

Peneliti : Ini pak anggota UPPKS itu kan pada umumnya perempuan, dan
keanggotaanya itu bisa bersifat individu maupun kelompok, sebenarnya apa
sih pak yang membedakan kedua hal tersebut?

Informan : Kalau individu itu masing-masing ya punya produk sendiri-sendiri,


sedangkan kelompok itu menghimpun para anggota UPPKS yang tergabung
dalam kegiatan produksi-produksi yang dihasilkan

Peneliti : Sebenarnya bagaimana sih pak tahap-tahap pembentukan kelompok UPPKS


itu sebelum dilaksanakan programnya?

Informan : Dari tahapan awal untuk pembentukan kelompok UPPKS ini kan secara garis
besar pesertanya atau anggota KB, Jadi masing-masing dusun atau desa itu
membuat 1 kelompok UPPKS yang anggotanya antara 10-20 orang, setelah
dibentuk baru kita melakukan suatu kegiatan produk-produk apa yang dimiliki
dari masing-masing anggota

Peneliti : Berarti memang ini sebelumnya orang-orang yang sudah punya usaha pak?

Informan : Belum bisa, punya usaha ya bisa artinya nanti jika sudah dibuat kelompok itu
bisa diadakan kegiatan-kegiatan pelatiha, bagi yang sudah punya produk itu
diberikan pendampingan untuk peningkatan kualitas produksinya, baik cara
pengemasan, maupun cara pemasaran. Sedangkan yang masih belum punya
produk diberi pelatihan produk apa yang kira-kira disukai dan diminati.

Peneliti : Lalu darimana sumber pendanaan UPPKS pak?

Informan : Sumber pendanaan UPPKS itu swadaya, kecuali kalau memang ada bantuan
kita bisa ajukah kepada pihak swasta maupun mitra.

Peneliti : Berarti itu anggota yang iuran sendiri untuk kegiatan produksi, mencari
bahan?

Informan : Iya artinya kalau yang sudah mulai kegiatan produksi ya mereka modal
sendiri, kita fasilitasi cara pemasaran maupun cara pendanaan kemungkinan
ada semacam kredit usaha menengah maupun mikro.

Peneliti : Apakah dari Dinas itu pernah menjaring CSR mislanya dari Bank Jatim atau
apa begitu pak?

Informan : Kalau sementara ini dari Dinas belum ada ya, tapi kerjasama itu pernah
dilakukan dari pihak perbankan berupa permodalan, itu pun juga harus ada
semacam MOU dari pihak kelompok dan pemberi modal.

Peneliti : Upaya apa saja yang telah dilakukan oleh Dinas untuk memberdayakan para
anggota UPPKS?

Informan : Ya yang pertama kita tetap melakukan suatu pembinaan-pembinaan, terkait


keanggotaan program peserta KB aktif, yang kedua pembinaan secara
kelompok terkait peningkatan produk secara kualitas maupun pemasarannya.
Yang ketiga di ikut sertakan pameran-pameran produk untuk memudahkan
pemasaran. Lalu berbagai pelatihan terhadap kelompok-kelompok UPPKS
untuk menghasilkan produk yang lebih berkualitas.

Peneliti : Kemudian bagaimana cara untuk memandirikan anggota UPPKS pak?

Informan : Untuk mengarah kepada kelompok yang mandiri itu ada indikator atau
tahapan, yang pertama kelompok dasar, kedua kelompok berkembang, ketiga
kelompok mandiri. Dengan proses yang cukup panjang diperlukan pembinaan,
pelatihan, termasuk permodalan. Mandiri baik secara permodalan, pemasaran
dan lain sebagainya. Untuk mencapai hal itu diperlukan waktu, antara 1-2
tahun.

Peneliti : Bagaimana cara mepertahankan kelompok UPPKS yang telah terbentuk agar
tidak bubar?

Informan : Dari kelompok UPPKS kan mayoritas peserta KB, jadi selalu kita
memberikan informasi-informasi tentang pentingnya kelompok UPPKS secara
berkelanjutan, selalu muncul generasi-generasi baru dari peserta KB aktif
untuk dijadikan sebagai anggota kelompok UPPKS. Jadi gambarannya seperti
ini seorang perempuan menjadi anggota atau peserta KB, wanita subur itu kan
rentang usia 15-49 tahun, setalah 50 tahun itukan masa menopause, misalkan
yang sudah sepuh tetep mau jadi anggota ya tidak masalah.

Peneliti : Sejauh mana tingkat keberhasilan program UPPKS di Kabupaten Situbondo


sendiri?

Informan : Untuk tingkat keberhasilannya dapat diukur secara kuantitas, munculnya


kelompok-kelompok UPPKS baru, secara kualitas sudah dapat mengasilkan
produk-produk baru yang bisa dipasarkan ke luar kota.

Peneliti : Masalah atau kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan program
UPPKS?

Informan : Kendala pertama macetnya kegiatan yang dilakukan para kelompok karena
ada rasa jenuh atau bosan, kedua kendala pemasaran, ketiga bantuan
permodalan sulit di dapat.
Peneliti : Mungkin bisa dijelaskan permasalahan apa yang dimiliki oleh Desa Pesisir,
dan potensi apa sehingga UPPKS dilaksanakan di sana?
Informan : Potensinya ya produk dan bahan dari laut seperti ikan.
Peneliti : Kemudian dasarnya apa pak, kenapa kok Desa Pesisir yang dipilih pasti kan
ada permasalahan yang me-latar belakanginya?
Informan : Kan Kampung KB itu salah satu kriterianya itu daerah pesisir, dimana pada
umumnya daerah pesisir itu kan kumuh, bermasalah dengan kebersihan
lingkungan, kenakalan remaja, sama umur kawin yang dibawah 20 tahun itu
tinggi.
Peneliti : Karena permasalah itu tadi lantas apa upaya dilakukan untuk menyadarkan
masyarakat, agar sadar meskipun terdapat beberapa permasalahan tetapi
masih ada potensi yang dapat di kembangkan?
Informan : Yang kita lakukan sosialisasi, untuk UPPKS kita pernah melakukan
pelatihan olahan hasil laut seperti bandeng presto, abon ikan tongkol, teri
krispy, dendeng mangla. Kalau yang produk lama itu memang sudah ada
seperti kerupuk, rengginang, ya itu kan memang khas Situbondo.
Peneliti : Tapi sebenarnya anggota-anggota disini itu sudah punya usaha atau belum
pak, atau memang setelah dibentuk Kampung KB dan dibentuk UPPKS baru
mereka merintis begitu?
Informan : Awalnya ada yang punya dan ada yang memang merintis. Yang punya itu
ya seperti kerupuk, rengginang. Sedangkan yang baru itu ya bandeng presto,
abon ikan tongkol, teri krispy, dendeng mangla. Yang banyak peminatnya itu
ya produk-produk baru. Untuk nama brand yang akan digunakan, desain
kemasannya seperti apa ya kita yang tawarkan. Produk-produk yang kita
rintis ini lemah di kemasan, kita tidak punya nomer P-IRT dan mesin sealer,
seandainya punya bisa kita pasarkan ke online, misalnya ke shopeee.
Tapi meskipun tidak masuk ke Shopee itu kita sudah ada pesanan online
sosial media, pemasaran sudah ke berbagai kota diantaranya Sidoarjo,
Malang, Bali.
Peneliti : Mungkin bisa diceritakan pak, bagaimana awal beridirinya UPPKS di Desa
Pesisir?
Informan : Ya awalnya kita perkenalkan UPPKS kepada kader KB, lalu mereka
membentuk kelompok
Peneliti : Tahapan-tahapannya seperti apa pak, survei dulu, sosialisasi dulu?
Informan : Awalnya kita juga mensosialisasikan apa itu Kampung KB, kenapa yang
dipilih pesisir, apa itu UPPKS. Pada sosialisasi itu kita mengundang tokoh
masyarakat, calon kadernya, kepala desa, camat, dari lintas sektor.
Peneliti : Lalu bagaimana pelaksanaan programnya pak?
Informan : Setelah sosialisi itu kan terbentuk ya, ada pembinaan-pembinaan dari dinas,
mini loka karya, awal tahun membuat musyawarah program kerja. Jadi tidak
harus ada kita, semua kegiatan mereka ya tetap jalan.
Peneliti : Terkhusus UPPKS kan pasti ada pertemuan rutin, pembahasan produk yang
akan diolah, proses produksi, pengemasan, dan pemasaran iti seperti apa?
Informan : Pertama, kalau pertemuan kita tidak rutin ya. Kedua untuk pembahasan
produk yang akan diolah biasanya ketika awal tahun kita akan melakukan
rapat program kerja yang akan dijalankan dimana anggota sendiri yang
mengusulkan minta pelatihan apa saja begitu. Ketiga, untuk proses produksi
ya mereka yang mengerjakan kita tidak ikut-ikut. Kalau pemasaran macem-
macem ya, ada yang memang sudah di titipkan ke toko, ada yang punya
langganan tersendiri, dan ada sebagian yang online (tapi cuma abon).
Peneliti : Berarti pembahasan produk itu selalu dirapatkan ya pak?
Informan : Ya terkadang kita rapat gitu, tetapi kadang-kadang kita langsung saja ke
sana kalau gk ada kegiatan, gk perlu harus seremonial ada konsumsi gitu
karena itu kan ada hubungannya dengan dana. Ketika dirasa perlu tetap kita
lakukan pembinaan meskipun dana belum terun.
Peneliti : Selama ini pelatihan apa saja yang telah dilaksanakan bersama dinas, dan
bekerjasama dengan pihak mana saja pak?
Informan : Iya pas pelatihan itu DP3AP2KB menggandeng Dinas Perindustrian dan
Perdagangan (DISPERINDAG), kemudian DISPERINDAG itu memberikan
petunjuk misalnya yang bisa mengisi materi pelatihan tentang ini itu si A dan
difasilitasi
Peneliti : Proses pemberdayaan itu seperti apa pak, misalkan sebelum itu ada
pelatihan berwirasuha, lalu itu dilakukan dimana dan kapan, kayak semacam
pembekalan itu pak?
Informan : Ya yang tadi itu kita menggandeng DISPERINDAGkemudian
mendatangkan pelatih, tetapi tidak harus pegawainya dalam aritan orang
yang memang kompeten di bidangnya. Terakhir itu diadakan pelatihan
olahan kaki naga, pematiranya dari penyuluh DINAS KELAUTAN DAN
PERIKANAN
Peneliti : Sebelumnya pernah diadakan tidak pak, penyuluhan dan pelatihan
peningkatan kualitas produk, misalnya bahan bakunya itu jangan
menggunakan bahan baku yang sembarangan tetapi harus dengan kualitas
yang benar-benar bagus?
Informan : Ya ketika pelatihan itu sudah memang disampaikan misalnya bandeng,
bandeng yang harus dipilih itu yang kualitasnya seperti apa, yang segar, dan
sebagainya. Semua itu ya jadi satu, mulai tahap pemilihan bahan,
pengolahan, pengemasan, dan hingga pemasaran.
Peneliti : Kalau pelatihan penyuluhan keamanan pangan itu pak, entah dari DINKES
tentang PIRT
Informan : PIRT itu memang difasilitasi oleh puskesmas jadi bisa langsung ke
puskesmas, tetapi sekilas juga kita bahas pentingnya dan keuntungannya
ketika produk itu sudah punya nomor P-IRT. Waktu itu juga sudah kita
koordinir, jadi kita yang mengumpulkan untuk para anggota yang mau
daftar, lalu kita yang menyetorkan ke DINKES. Kemudian proses setelah
dari DINKES itu ya mereka jalan sendiri.
Peneliti : Selain anggota UPPKS itu kan pasti di minta untuk partisipasi dalam
keikutsertaan berKB
Informan : Ya memang semua anggota poktan KB yang berstatus PUS itu kita berikan
motivasi untuk ikut KB, tujuan dari UPPKS itu kan untu mepermudah dalam
melalukan pembinaan keberlangsungan pemakaian alat kontrasepsi. Dari
masa kehamilan saja kita sudah lakukan pembinaan, misalnya pas lahir
rencananya mau pakai apa.
Peneliti : Apakah ada monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh PLKB kesana
begitu terutama UPPKS, dan bagaimana kondisi sekarang UPPKS yang ada
di Desa Pesisri?
Informan : Kalau monitoring itu selalu ya, dan tidak terjadwal. Ketika kita kesana ya
termasuk melakukan monitoring dan pembinaan. Kondisi UPPKS desa
Pesisir yang sekarang ya itu, kita lemah di pengemasan, kalau produknya
sudah lumayan bagus dan banyak.
Peneliti : Upaya apa saja sih pak, yang telah dilakukan untuk memandirikan
kelompok, kan tidak selamanya harus dilakuakan pembinaan bukankan
begitu pak?
Informan : Jadi mereka itu sebernanya sudah jalan, seperti pemasarannya. Cuma
terkadang kita bantu utamanya tentang pemasaran lewat online misalnya
kaitannya dengan mengurus PIRT. Kalau seperti pembuatan produk,
pemilihan bahan kita tidak ikut-ikut, paling hanya ketika mereka kesulitan
label
Peneliti : Terkait hambatan atau kendala apa saja yang dialami selama program
UPPKS berlangsung?
Informan : Permodalan, karena kita itu hanya bisa melalukan pembinaan-pembinaan,
dan pelatihan-pelatihan, jadi untuk permodalan kita tidak bisa artinya dari
Dinas tidak ada. Paling kita cuma mencarikan solusi misalnya ke bank,
KUR. Ketika anggota awal-awal merintis ya pakai uang pribadi. Kendala
lain termasuk peralatan ya seperti vacum sealler kita tidak punya.
Peneliti : Kalau keanggotaan seperti apa pak, misalnya ada yang sudah mau berhenti?
Informan : Ada yang seperti itu, karena dia ya tidak ingin pengembangan maunya
produknya ya begitu-begitu saja, tidak ada keinginan untuk maju, misalnya
tidak mau mengurus PIRT tapi ya yang begitu kan tidak bisa di titipkan ke
supermarket dan online.
Peneliti : Untuk keanggotaan UPPKS ini siapa saja bu yang boleh bergabung?
Informan : Anggotanya ya seputar orang dusun petukngan dan dari kenggotaan
Kampung KB
Peneliti : Awal terbentuknya anggotanya berapa bu?
Informan : 1 kelompok dulu masih 3 orang, sekarang sudah menjadi 7 orang
Peneliti : Sebenarnya yang membedakan keanggotan kelompok UPPKS individu
atau kelompok itu apa sih bu?
Informan : Usahanya dijalankan masing-masing, tapi ketika ada lomba dan
pembukuan ya kita saling bantu
Peneliti : Sebenernya bagaimana sih bu cerita awal mula cerita terbentuknya
UPPKS di Desa Pesisir?
Informan : Pertama itu sosialisasi dulu, setelah itu diadakan berbagai pelatihan-
pelatihan, kemudian salah satu orang yakni ibu Sucip yang memang sudah
punya kerupuk ikan menyanggupi untuk mencoba memproduksi
rengginang, terbentuklah kelompok.
Peneliti : Itu sebelumnya ada pembahasan tidak bu, mengenai kira-kira produk apa
yang akan diolah?
Informan : Iya kita semua di bimbing mulai dari bahannya, caranya, kebersihannya,
kemasannya. Bahannya tidak boleh memakai pengawet.
Dalam pembahasan produk itu, desa Pesisir kan dominan dengan ikan jadi
otomatis apapun yang berhubungan dengan hasil laut sebisa mungkin jika
bisa di produksi silahkan di coba, dan ketika berhasil ya dilanjutkan, kita
produksi sesuai pesanan. Biasanya kita itu mengusulkan kepada PLKB
ketika rapat minta pelatihan olahan apa, misalnya minta pelatihan bandeng
presto ya dari dinas nanti memfasilitasi dengan mengundang pematerinya.
Peneliti : Untuk pengemasan produk itu bagaimana bu?
Informan : Dari UPPKS ini kita diajarkan untuk menimbang dan membungkus
produk dengan rapi, desain kemasan juga harus di buat semenarik mungkin
mbk, karena percuma rasa enak tapi kemasan tidak menarik nanti custumer
yang melihat tidak akan tergugah untuk membeli, selain itu di kemasan
juga kita kasih tulisan produk olahan Kampung KB.
Peneliti : Kalau pemasaran produk UPPKS itu kemana saja ya bu?
Informan : Itu kan ketika ada pesanan baru kita produksi, online juga melalui sosial
media, dari mulut ke mulut jadi orang datang langsung yang memang
sebelumnya sudah tau, atau ketika ada pameran kita produksi skala besar
mbk.
Peneliti : Bagaimana sih bu tingkat partisipasi anggota UPPKS, dalam menikuti
kegiatan itu?
Informan : Semuanya semangat mbk, soalnya kan menghasilkan uang untuk
kelompoknya sendiri dan memenuhi kebutuhan keluarga
Peneliti : Apakah ada syarat tertentu bu untuk bergabung dalam keanggotaan
UPPKS?
Informan : Ndak ada syarat apapun mbk, kita terbuka bagi siapa saja yang mau
bergabung, bukan hanya anggota KB.
Peneliti : Kalau pemilihan bahan itu bagaimana bu?
Informan : Ya kita belinya dari nelayan langsung mbk, ikannya segar-segar karena
kita ambil dari nelayan pancingan yang kebutulan juga tetangga sendiri di
sekitar sini, kalau ambil dari nelayang jurung (nelayan jaring) itu kurang
begitu fresh rot perot (bentuknya lecet-lecet).
Peneliti : Dulu pelatihan apa saja sih bu, yang pernah dilakukan disini?
Informan : Pelatihan pembuatan pentol ikan tongkol, pelatihan pembuatan abon dari
jantung pisang.
Peratama kita mengidentifikasi apa yang melimpah disini untuk dijadikan
ide, cara pemasaran, bagaimana keuntungan usaha dari rumah, cara
kemasan agar lebih mnarik untuk dibeli, cara makanan tetap awet tanpa
pengawet
Peneliti : Kalau yang ngasih pelatihan itu siapa bu, darimana?
Informan : Semuanya dari dinas mbk, kalau kemasan itu DISPERINDAG, kalau
pengurusan PIRT itu DINKES tapi kita masih proses, sedangkan DPPKB
itu ya mengundang orang yang berkompeten di bidangnya untuk dijadikan
narasumber, kita ditanya-tanya dengan pegawainya kalau disini apa ya
yang melimpah, ya umpanaya ikan cakalan, lalu dari DPPKB langsung
inisiatif oh gimana kalau kapan-kapan nyoba buat abon, nanti saya
panggilkan narasumber biasanya seperti itu sih mbk.
Peneliti : Perubahan sebelum dan sesudah adanya UPPKS itu seperti apa bu?
Informan : Ya otomatis pendapatan kita bertambah, sangat mengurangi
pengangguran, ibu-ibu yang biasanya setelah mengurus rumah itu kan
biasanya tidak ada pekerjaan mungkin langsung nonton TV jadi kita tarik
sebisa mungkin untuk bisa produktif nambah-nambah keuangan, juga
pengetahuannya kan lebih bertambah jadi yang sebelumnya taunya ikan itu
cuma di goreng gitu kan bisa diolah jadi sempol, dibuat abon, dibuat
bandeng presto, semua itu bisa jadi cemilan anak-anak juga kan jadinya
mengirit bagi ibu-ibu dan yang pasti sehat.
Peneliti : Kalau Kampung KB itu kan ada keja bakti ya bu, biasanya kapan
waktunya nggih bu?
Informan : Kita adakan kerja bakti untuk kebersihan lingkungan itu biasanya tiap
bulan, tergantung kekompakan dan kesenggangan waktu anggota, kan
anggotanya darimana-mana kadang sibuk ini sibuk itu, jadi cari waktu yang
benar-benar kosong baru bersih-bersih lingkungan.
Peneliti : Perubahan umumnya selain itu apalagi bu yang dirasakan?
Informan : Sebelumya kan banyak yang nikah di usia muda, setelah diundang-
diundang sekarang sudah menurun, banyak anak-anak punk nongkrong
tidak berguna setelah di panggil ke kantor diarahkan untuk mengisi
kegiatan dengan hal-hal positif dengan di fasilitasi pelatihan sablon
sekarang sudah jarang kenakalan remaja itu, angka keikutsertaan berKBnya
juga sudah tinggi
Peneliti : Kalau soal pameran tadi bu, produk UPPKS ini sudah pernah di ikutkan
pada pameran apa saja dimana saja?
Informan : Dulu biasanya disini ada event pasar malam di alun-alun Besuki, terus
Hari Jadi Kota Situbondo (HARJAKASI) di alun-alun Situbondo, di
Sidoarjo juga.
Peneliti : Dana awal UPPKS itu darimana bu, apakah pernah melakukan
peminjaman modal?
Informan : Untuk permodalan semua kita memakai uang pribadi ya, tetapi untuk
peralatan itu kita bisa usul ke dinas butuh alat apa yang bisa menunjang
kemajuan usaha anggota, alat ini itu alat yang benar-benar tidak mampu
dibeli sendiri oleh anggota.
Peneliti : Kalau dulu alat bantuan apa saja sih bu yang diterima dari kantor?
Informan : Iya memang kita meneriman bantuan ATG atau Alat Tepat Guna
diantaranya wajan, dandang atau kukusan, kompor gas, oven tangkring
Peneliti : Kalau dari dinas atau kecamatan itu sering melakukan tinjauan kesini
tidak bu?
Informan : Monitoring dan Evaluasi itu dilakukan ketika ada acara penting saja,
misalnya mau ada kunjungan dari provinsi yang ingin tau bagaimana
Kampung KB yang ada di Desa Pesisir itu seperti apa baru mereka kesini,
semuanya tidak rutin dan titdak terjadwal.
Peneliti : Kenaikan pendapatan yang diterima sebelum dan sesudah adanya UPPKS
itu berapa sih bu?
Informan : Keuntungan yang saya dapatkan itu kisaran ratusan ribu ya mbk, misalnya
saya buat sempol ikan modal 50ribu bisa jadi keuntungan bersihnya
100ribu
Peneliti : Mata pencaharian warga masyarakat desa Pesisir itu apa saja pak?
Informan : Mata pencaharian disini itu ya 90% itu buruh nelayan
Peneliti : Kalau potensi yang dimiliki oleh Desa Pesisir itu apa saja pak?
Informan : Kalo potensi yang pasti ikan ya dan kita juga punya rumput laut, selain itu
kita tidak ada karena area persawahan pun kita tidak punya
Peneliti : Kalau angka pengangguran disini masih tinggi atau bagaimana pak?
Informan : Sekarang sudah lumayan menurun jadi dari total jumlah penduduk itu ada
20%, sedangkan sebelum adanya Kampung KB atau UPPKS sendiri itu
35%
Peneliti : Bagaimana sih pak kondisi perekonomian dan tingkat kesejahteraan
perempuan disini itu sebelum dan sesudah adanya UPPKS itu bagaimana
sih pak?
Informan : Sebelum adanya UPPKS kesejahteraan ibu-ibu masih berada pada tahap
pra sejahtera, banyak faktor yang menjadi penyebab diantaranya kurangnya
keterampilan/keahliaan, adanya program atau kegiatan-kegiatan yang tidak
berkelanjutan misalnya ada pelatihan tetapi setelah itu selesai, nah kalau
kampung KB dan yang di dalamnya ada UPPKS ini kan bersinergi dengan
PKK dan ada beberapa tambahan dana dari dana desa untuk pengadaaan
bahan dan alatnya ketika pelatihan, walaupun ya butuh ketelatenan sih mbk
karena yang diajarin kan ibu-ibu
Peneliti : Komunikasi tahap awal yang dilakukan oleh PLKB ke desa itu bagaimana
pak, sebelum pembentukan UPPKS?
Informan : ya awalnya PLKB melakukan pendataan, dilakukan inventarisir, setelah
itu data di evaluasi, terkait dengan penanganan-penanganan yang harus di
prioritaskan. Data yang digali berupa data-data kependudukan, pemuda-
pemudi siap nikah, jumlah perempuan mengangggur. Kampung KB ini kan
tidak hanya terfokus pada ibu hamil, balita, jadi perempuan-perempuan
yang menganggur diberikan pelatihan agar mereka berdaya Alhamdulillah
itu ada yang sudah membuat kerupuk. Ya keterlibatan desa adalah
memfasilitasi kegiatan yang dilaksanakan oleh Kampung KB, bahkan kami
sudah menyediakan sekretariat tersendiri untuk Kampung KB yang
jaraknya tidak jauh dari balai desa.
Peneliti : Terkait alokasi dana berapa persen sih pak yang digelontorkan oleh desa
untuk Kampung KB khususnya UPPKS sendiri?
Informan : Dari dana Desa itu tiap tahunnya itu tidak sama ya mbk, dikarenakan kita
sesuaikan dengan yang dibutuhkan oleh Kampung KB itu sendiri, jadi rata-
rata yang kita gelontorkan itu sekitar 5-10%
Peneliti : Bagaiman sih pak respon dan antusiasme warga disini tentang UPPKS
ini?
Informan : Terkait adanya UPPKS ini masyarakat sangat mendukung sekali, karena
walau bagaimana pun kan orientasi dan tujuannya baik karena terkait
dengan kesejahteraan masyarakat, sejauh ini desa hanya berjalan seiringan
DPPKB dan PLKB kecamatan mengadakan sosialiasi terkait peningkatan
ekonomi masyarakat dan peningkatan kapasitas masyarakat terkait keahlian
serta keterampilannya, sekarang desa kan ada BUMDES jadi kita akan
fasilitasi terkait kebutuhan-kebutuhan dari perempuan atau masyarakat
yang sudah mulai produksi mereka akan diarahkan pemasaran ke toko-toko
dimana BUMDES yang akan menjadi penjembatan pemasaran itu.
Peneliti : Sejauh ini kendala apa saja sih pak yang dihadapi oleh UPPKS?
Informan : Pertama budaya, jadi masih ada budaya patriaki dimana apa-apa yang
dilakukan oleh perempuan harus atas ijin suami. Kedua pola pikir, jadi pola
pikir dari sebagian perempuan-perempuan kita itu bisa dikatakan masih
primitif masih ada ketergantungan terhadap suami. Ketiga ego yang tinggi,
karena sudah merasa mampu menghasilkan pendapatan lain. Kempat,
faktor lingkungan yang kurang mendukung, kadang kala ada salah satu
perempuan itu mau belajar dan menambah keterampilannya jadi salah satu
tetangganya itu ngomong mau ngapain sih, untuk apa, jadi pengaruhnya ke
mental ketika ada omongan tidak mengenakkan sedikit langsung mundur.

Anda mungkin juga menyukai