bermakna kampung watumela sistem pemerintahan kala itu dipimpin oleh seorang
kepala kampung dengan nama lain “KI WATUMELA” yang artinya kepala/
pimpinan Watumela. Pemilihan pertama kali tahun 1968, ketika itu nama
kampung diganti dengan nama desa dan kepala kampung menjadi kepala desa.
dari tahun 1968 sampai 1970, kemudian digantikan La Ode Buto sebaga kepala
desa pelaksana sementara selama tiga bulan. Pengganti La Ode Buto Lanjutnya
dari kampung lama ke kampung desa latugho sekarang. Di Desa Latugho yang
baru kemudian desa latugho sekarang. Di desa latugho yang baru kemudian desa
di pimpin oleh La Ode abdul Karim sebagai kepala desa ke empat. Beliau
memimpin desa latugho dari tahun 1972 sampai tahun 2003 atau sekitar 31 tahun,
setelah Laode Abdul Karim di gantikan La Ode Piiga dari tahun 2003 sampai
tahun 2010, Selanjutnya digantikan oleh La ode Baru Tahun 2010 sampai tahun
2017 selanjutnya setelah itu digantikan La Lami, S.P sebagai pelaksana dari tahun
2017 sampai 2020. Selanjutnya melalui proses panjang untuk menduduki jabatan
kepala desa defenitif maka pemerintah mengadakan pemilihan serentak pada
tanggal 15 November 2019 pada saat itu dimenangkan oleh Amirudin, S.Pd
1. Letak Geografis
desa Latugho berada dibagian ibu kota Kecamatan Lawa adapun batasan desa
tersebut adalah :
Desa Latugho terletak di kecamatan Lawa. Jarak tempuh dari desa ke ibu
kota kecamatan 2 kilo meter, dari Desa ke Ibu Kota kabupaten 19 kilo Meter, dari
desa ke ibu kota provinsi, Perjalanan darat 120 kilo meter, Perjalanan laut 4 jam,
dataran rendah, dengan potensi Pertanian, Perikanan Ikan Air Tawar, dan
2. Keadaan Ekonomi
Disamping itu lokasi yang relatif dekat dengan ibu kota kecamatan dan pusat
kegiatan perekonomian memberikan peluang kehidupan yang lebih maju dalam
3. Keadaan Budaya
menjunjung tinggi budaya dan adat istiadat yang diwarisi oleh para leluhur, hal
ini terbukti masi berlakunya tatanan budaya serta kearifan lokal pada setiap
prosesi pernikahan, khitanan, panen raya. Lembaga yang paling berperan dalam
melestarikan dan menjaga tatanan adat istiadat dan budaya lokal ini adalah
Lembaga Adat Desa Latugho (LAD), lembaga ini masih tetap aktif, baik dalam
4. Demografi
a. Kependudukan
berikut:
2. Perempuan 988
1. 0– 4 Tahun 124
4. 40 – 46 Tahun 507
5. KeadaanPendidikan
biasanya akan dapat mempertajam sistematika pikir atau pola pikir individu,
Data Menurut mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada tabel berikut ini :
ASN 52 Orang
POLRI 2 Orang
4.2 Pembahasan
Silat ewa wuna merupakan seni bela diri silat dengan teknik yang khas
dikabupaten muna silat ini menjadi bagian dari seni tari yang dikembangkan dari
generasi kegenarasi, silat khas muna ini memadukan antara gerakan seni dan bela
Dalam segala lapisan kehidupan masyarakat muna kebiasaan ataupun tradisi yang
dilakukan setiap hari tumbuh menjadi identitas ataupun ciri khas dari masyarakat
tersebut. Hal ini kemudian menjadi seni yang memiliki daya tarik tersendiri, dari
singkat tentang salah satu ciri khas masyarakat Suku muna ini, yaitu identitas diri
Suku muna yang dikenal sebagai suku dengan kearifan local yang
memiliki keunikan ciri khas yang unik serata menarik. kini mulai
inikami dan kita adalah saudara. Pada dasarnya gerakan-gerakan yang ada pada
silat muna, ini hampir sama dengan tarian walaupun ada perbedaan yang di
tunjukkan.
Silat muna biasa di persembahkan pada acara tertentu misal hajatan atau
Sorak ramai dan antusias penonton sangat tergambar jelas di lihat dari
tepuk tangan masyarakat ketika para pesilat beradu kekuatan dan semua yang
hadir dalam proses pelaksanaan silat muna,ini ikut tegang karena pemain tidak
hanya dengan gerakan tangan dan kaki yang membentuk kuda-kuda saja tetapi
juga menggunakan badik, dalam tari ini. Masyarakatpun di buat takjub oleh
persembahan para pesilat, dan yang terlibatpun mulai dari kalangan dewasa,
Silat muna ini kemudian menjadi tradisi dan warisan adat bagi masyarakat
Desa latugho yang terus dilestarikan dari generasi ke generasi dan menjadikan itu
bahwa makna silat muna ini yang kaitannya dengan teori interaksi simbolik
(George Herbert Mead) yang memiliki asumsi dasar bahwa kehidupan manusia
Dari hal tersebut, interaksi simbolik dengan tiga konsep utamanya pikiran,
diri dan masyarakat sangat besar pengaruhnya bagi penelitian ini. Pada “pikiran”
misalnya, yang mana setiap individu dibekali dengan kemampuan berpikir yang
tercipta berdasarkan interaksi sosial. Interaksi yang terjadi antar individu dalam
berpikirnya apa makna dalam silat ini, serta memperoleh informasi dari interaksi
dan analisa otak dalam diri tentang syarat dan aturan dalam silat muna ini yaitu
Diri merupakan penilaian atau sudut pandang orang lain sehingga mampu
mengambil peran atau tindakan dalam silat ini. Contohnya ialah ketika individu
ikut menyaksikan silat muna ini serta melakukan interaksi dengan lingkungan dia
berada maka dengan sadar ikut terlibat dan masuk ke area silat tarsebut dan mulai
melakukan gerakan silat dan tidak hanya itu di dalam diri ini juga individu
dengan norma yang berlaku di masyarakat, kalaupun itu terjadi mereka dengan
akan gerakan silat muna , setiap individu sudah mampu memposisikan dirinya
masyarakat yang saling bekerja sama dan memiliki kesamaan makna akan untuk
berani membela kebenaran atas diri, keluarga, dan tanah dimana kita lahir
pembahasan dapat diketahui bahwa makna simbolik yang terkandung ambil di bab
Tokoh teori interaksi simbolik antara lain :George Herbert Mead, Herbert
atas simbol tersebut. Asumsi-asumsi: a). Masyarakat terdiri dari manusia yang
Simbolik, ide dasarnya adalah sebuah symbol, karena simbol ini adalah suatu
konsep mulia yang membedakan manusia dari binatang. Simbol ini muncul akibat
dari kebutuhan setiap individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Dan dalam
proses berinteraksi tersebut pasti ada suatu tindakan atau perbuatan yang diawali
dengan pemikiran.tambahkan
dari suatu tempat ke tempat yang lain. Maka dalam silat muna ini terdapat
perubahan posisi gerakan serta perubahan pada gerak tangan dan kaki. Dan dalam
tari ini tentu posisi badan, tangan dan kaki memiliki makna tersendiri yang terdiri
atas makna non verbal karena gerak yang dihasilkan menunjukkan simbol
tersendiri.
Yang menjadi jiwa dan karakter dalam sebuah silat ialah gerakan. Gerakan
yang diperlihatkan tentu syarat akan makna. Hidupnya suatu gerakan silat ialah
karena adanya gerakan yang tentu memiliki karakter sehingga ikut dirasakan oleh
siapapun yang melihatnya. Dalam silat muna , tentu memiliki ciri khusus dalam
setiap gerakannya, berbeda dengan gerakan pada umumnya yang mana terdapat
alur dan gerakan yang seirama dalam silat muna ini setiap pesilat menunjukkan
kualitas gerakannya karena dari itu dapat di lihat siapa yang lebih berkompeten
1. Tahap Pertama
Pada tahap pertama ini seorang murid diharuskan untuk mempelajari seni bela diri
Ewa Wuna (Silat Muna) yang terdiri dari empat langka diantaranya:
a. Langkah Satu, dimana gerakan ini memasang kuda- kuda dengan baik serta
b. Langkah Dua, dimana gerakan ini Mengamati gerakan lawan dan mencari letak
berperan adalah tangan dan kaki sementara posisi tangan di kepal kedalam terus
dilancarkan dengan pukulan lurus kedepan dan disertai dengan kaki membentuk
serangan yang akan dilakukan dapat dihindari dan melakukan pukulan lurus tepat
2. Tahap Kedua
Seperti halnya dalam tahap pertama, pada tahap kedua juga seorang murid
mempelajari seni bela diri Ewa Wuna (Silat Muna) terdiri dari empat gerakan
menyerang yang berasal dari dalam, dimana dalam gerakan ini seorang pemain
seni bela diri Ewa Wuna (Silat Muna) akan melakukan serangan dengan
memasuki area lawan. Sasaran serangan ini adalah titik fital yang dianggap dapat
melumpuhkan musuh dalam satu kali serangan. Gerakan ini berupa pukulan lurus
welalo dan fokantibae wesimbeli atau gerakan dari luar berupa pukulan lurus
kedepan samping atau luar lawan. Gerakan ini juga tetap dilapisi dengan langkah
diluar); Sasaran memutar kedalam dan diluar ini merupakan gerakan kombinasi,
gerakan ini merupakan gerakan sulit yang dilakukan dalam setiap permainan silat
kampung. Gerakan ini merupakan gerakan lurus kedepan, pukulan pendek dengan
siku, pukulan pendek setelah lawan ditarik dengan posisi badan menghadap
kelawan dan menariknya kedepan lalu dilanjutkan lagi pukulan akhir.; Fokantibae
kesasaran)
Pakaian dan Aksesoris dalam silat tidak lengkap rasanya jika tidak di
tambah dengan sentuhan pakaian atau kostum serta hiasan untuk memperindah
tampilan tersebut. dalam silat muna ini para pesilatnya diwajibkan untuk
situasi dan keadaan yang ada. Mulanya, berdasarkan hasi wawancara dengan
“Dulunya pakaian yang kami gunakan dalam tari manca ini ialah serba hitam
yang melambangkan kelahiran kembali dan kehidupan. Karena sejarah adanya tari
manca ini pada waktu itu di suku kami ada seorang raja yang memimpin dan
mengharapkan kelahiran si pewaris tahta atau si buah hati, dan pada suatu malam
sang raja tertidur dan bermimpi ada seseorang yang menggerakkan tangannya dan
ia pun ikut menari dan ketika sang raja ingin menghampiri orang tersebut ia
terbangun oleh suara sang istri yang hendak melahirkan. Maka itulah hitam
dimaknai kelahiran kembali dan kematian, namun di zaman yang sekarang ini
masyarakat bebas memakai kostum apapun asal tetap sesuai dengan kaidah dan
dalam silat ini adalah sebagai pertanda kelahiran dan kematian, namun seiring
berkembangnya zaman makna dari pakaian ini sudah tidak lagi merujuk pada hal-
hal tertentu, tetapi lebih kepada pemaknaan subjektif, yang paling penting adalah
tetap sesuai dengan kaidah dan norma yang berlaku di masyarakat ungkap dari
laode fie”. Selain pakaian atau kostum yang digunakan tersebut terdapat juga
beberapa aksesoris sebagai pelengkap dalam ewa wuna ini yang tentu memilki
Sarung Muna adalah sarung tradisional yang dibuat oleh masyarakat Muna di
sebagai pelengkappakaian bela diri. Sarung Muna dibuat melalui dua proses, yaitu
proses menyusun benang yang disebut hani/kasoro dan proses menenun untuk
menentukan motif pada kain yang dibuat. Pewarnanya menggunakan bahan alami
dan benangnya terbuat dari sutra dan kapas. Dalam silat tradisional Ewa Wuna,
sarung tenun Muna ini digunakan juga pada saat pelaksanaan pencak silat atau
b.. Keris/Badik
Keris dianggap sebagai benda warisan nenek moyang, maka keris juga dipandang
Kecamatan Watopute Kabupaten Muna. Keris ini dibuat dengan sangat hati-hati
dan melalui proses panjang baik fisik material maupun mental spritual, karena itu
keris harus disimpan ditempat yang aman, agar keris tersebut tidak dimainkan
Kemudian keris juga dapat dijadikan sebagai alat atau perlengkapan, misalnya
sebagai alat perlengkapan pencak silat atau Ewa Wuna yang dimainkan pada saat
c. Kabulusi (Tombak)
Tombak menjadi salah-satu senjata yang digunakan dalam pementasan Ewa
Wuna. Tombak biasanya digunakan oleh 1-2 pemain dan selebihnya terkadang
menggunakan badik, parang dan senjata tajam lainnya ataupun dengan tangan
Kerajaan Muna.
f. Bandera (Bendera)
Dalam permainan silat Ewa Wunaatau pencak silat yang dimainkan saat pesta adat
harus ada dengan penengah, agar pada saat berlangsungnya silat Ewa
Wunabisateratur, suapaya yang memainkan silat tersebut tidak terjadi sesuatu hal
yang tidak diinginkan seperti terkena goresan benda tajam(keris) yang dimainkan.
Kemudian pemegang bendera atau penengah dalam permainan silat Ewa Wuna
bertindak adil dan tidak hanyut dalam emosi, bersikap tenang dan tidak tergesa-
gesa atau gugup dan harus konsentrasi (La Ode Safarudin,Wawancara 2 Mei
2021).
yaitu batang pohon pisang. Batang pohon pisang dipersiapkan untuk dijadikan
sebagai objek yang akan dipotong yang biasanya akan dipotong setelah 3-5 kali
putar/lingkar. Salah satu pemain bertugas untuk menjaga pohon pisang dengan
memegang parang.
h. Nuhaa (Periuk/Belanga)
Wuna yang diletakkan didekat batang pohon pisang. Belanga yang biasanya
terbuat dari bahan tanah liat akan digunakan setelah prosesi batang pohon pisang
akan beradu ketangkasan dengan lawan mainnya yang bertugas sebagai penjaga
pohon pisang dan belanga. Maksud tujuan pemecahan belanga tanah liat ini
berfungsi dan dipercaya sebagai penghilang rasa sakit bagi para pemain/pesilat
4.2.5 Makna Alat Musik yang dimainkan dalam Pelaksanaan silat muna
Tari tanpa alat musik tentu tidak begitu menarik untuk di tonton, yang
menjadi kekuatan dan hidupnya tari itu ialah musik sebagai pengiring yang
yang dibuat untuk menghasilkan musik.Dan alat musik yang digunakan dalam tari
ini ialah alat music tradisional yaitu gendang atau gandah, gong kecil yang biasa
masyarakat menyebutnya dengan kikinoh dan gong besar yang disebut agoh.
1. Ganda (Gendang)
Ganda merupakan alat musik yang digunakan dalam pementasan ewa Wuna.
Ganda terdiri dari bahan kayu, dan kulit binatang maupun dari rotan. Untuk
membuat alat musik ini di perlukan sebatang kayu besar suapaya tahan lama,
batang kayu ini dipotong sepanjang 50-80 cm. Kemudian potongan kayu tersebut
dilubangi, sehingga membentuk sebuah lubang dan di tutup dengan kulit kambing
atau kulit kerbau. Setalah itu diikat dengan rotan agar tidak terlepas dari batang
kayu tersebut. Ganda atau gendang ini juga digunakan pada saat pelaksanaan silat
Untuk menegakan kulit penutup ganda, maka pada rotan yang melilit diujung,
diganjal dengan kuda-kuda dari kayu yang dibentuk sebagai pasak kayu. Kuda-
kuda itulah sebagai alat penyetel bunyi dari pada alat musik tersebut, dimana
makin tegang kulit penutupnya makin nyaring pula bunyinya. Biasanya ganda ini
sembarang tangan, melainkan dengan suatu alat pemukul yang terbuat dari kayu
yang ujungnya dibalut dengan kain. Dalam silat tradisional Ewa Wuna, ganda ini
digunakan untuk mengiringi suatu pencak silat atau Ewa Wuna yang
dipertunjukkan.
irama Gong. Sehingga tidak heran apabila bunyi gong dangen gendang bertautan
maka akan terdengar bunyinya yang sangat bagus dan akan menarik
orang/masyarakat untuk datang ketempat pelaksanaan Ewa Wuna. Hal ini terbukti
pada saat penulis melakukan pengamatan pada salah satu acara hajatan di Muna.
“Yang menjadi penunjang peting dalam tari ini ialah iringin musik senada yang
membuat setiap yang mendengar akan ikut terlibat dalam pelaksanaan tari ini.
Dan untuk alat musiknya sediri tidak ada makna khusus di dalamnya, berbeda
dengan irama musiknya atau suara yang dihasilkan dari instrumen tersebut itu
sebagai pertanda atau panggilan bahwa di wilayah kami sedang ada tari manca. Di
daerah kami jika mendengar alunan gendang manca ini maka semua orang
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa alat musik dalam tari
manca adalah sebagai pelengkap dan secara makna sebetulnya tidak ada, alat
a. Mbololo (Gong)
alaat mausik ini teardiri daari kuninagan yang dipatri sedemikian rupa, sehingga
merupakaan puasat daari alaat mausik terseabut dan dimaana abagian atasanya
sebagaai tabuhanya. Mbololo atau Gong ini yang digunakan pada saat pelaksanaan
satu alat yang digunakan dalam pelaksanaan ewa wuna adalah Gong atau
mbololo. Gerakan ewa muna mengikuti bunyi ketukan dari alat music
music mbololo yang digunakan berjumlah 2 biji yang diikat dan saling bertautan.
Gong ini di mainkan oleh satu orang pemain. Sementara itu pemain ewa wuna
Dalam penelitiaan ini seperti apa yang dijelaskan di atas yaitu gerakan,
pakaian dan alat musik merupakan bentuk kominkasi non verbal dalam penelitian
tsilat muna ini. Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam silat muna
maka tidak lepas kaitannya dengan pesan atau komunikasi non verbal yang ada
dalam tari tersebut silat muna juga memiliki makna verbal di dalam proses
Dalam silat muna ini, tidak begitu banyak pesan-pesan yang disampaikan
baik secara lisan maupun tulisan, namun di beberapa kesempatan biasanya akan
ada salah seorang yang memandu atau sebagai prolog yang menjelaskan secara
singkat tentang silat muna ini dan dari hasil penilitian isi dari apa yang
“Kita yang terlahir sebagai anak laut dan sebagai suku Bajo yang tersebar di
seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke, satu leluhur dan satu titah untuk
tetap mempertahankan ajaran leluhur kami dan warisan budaya yang orang tua
kami telah pertahankan dan ajarkan kami dahulu.Sebagai seorang Bajo kami
tidak hanya berani dalam menyelam di kedalaman tapi kami juga berani dalam
melawan pemberontak.”
Dan dalam penuturan tersebut dapat di ketahui bahwa pesan yang ingin
disampaikan ialah bahwa masyarakat muna merupakan orang yang tangguh dan
diketahui bahwa dalam silat muna ini terdapat pedang atau kris yang digunakan
dalam tari ini, sebelum menggunaka alat tersebut para tetuah adat sudah
membacakan sesuatu biasa disebut (baong maca doa) yang menurut kepercayaan
masyarakat ialah sebagai doa keselamatan agar pedang itu tidak melukai diri dan
lawan ketika sedang ber atraksi dalam ewa wuna ini. Hal itu juga dipertegas
dengan penjelasan Bapak La Ilalani (60 tahun) selaku tokoh adat di Desa Banu-
“Ada doa yang disematkan dalam pedang itu yang isinya (Bismillah, Allah itu
kami ana’ umpu nu ma allau-allauna lama’ atau ullang ma di lao’ itu gagga ne
bertarung. Dadi petarung gagga piddah itu nggai mako’ aha ma pamalennag
Artinya:
“Bismillah, hari ini kami anak cucumu yang hari-harinya mengembara atau hidup
di lautan kini mampu bertarung, menjadi petarung kuat. Pedang ini tidak melukai
orang yang berkhianat tapi akan memberikan keselamatan bagi orang banyak”
Dari apa yang diampaikan bahwa pedang yang masyarakat Bajo menyebutnya
pedah sangat dipercaya masyarakat memiliki kekuatan dan pengaruh besar bagi
keselamatan masyarakat.