Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Tradisi Tukar Cincin Saat Khitbah Perspektif Hukum Keluarga Islam Di

Desa Sumberwaru, Kecamatan Binakal, Kabupaten Bondowoso.

1. Sejarah Awal Desa Sumber Waru1

Menurut Sumber cerita dari para sesepuh Desa Sumberwaru,

diketahui bahwa terbentuknya nama Desa Sumberwaru berasal dari Sumber

Mata Air. Yang pada awalnya Sumberwaru ini adalah sebuah kawasan hutan

yang banyak sumber Mata air, dari kondisi seperti ini maka desa ini diberi

nama Desa Sumber Waru (Sumber Mata air yang terletak dibawah pohon

bheruh), kemudian diperbaiki dengan terjemahan bahasa Indonesia menjadi

“Sumber waru”. Berdasarkan riwayat tersebut maka daerah ini dikenal

dengan Desa Sumberwaru sampai sekarang.

2. Profil Desa Sumber Waru

Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa;

Perangkat Desa terdiri atas:

a. Sekretariat Desa

b. Pelaksana Kewilayahan

c. Pelaksana Tekhnis

Perangkat Desa berkedudukan sebagai unsur pembantu Kepala Desa.

1
RPJMDes 10 November 2022
1. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Sumberwaru

Pemerintah Desa Sumberwaru dipimpin oleh Kepala Desa terpilih

yang dilantik oleh Bupati Bondowoso. Adapun Kepala Desa yang pernah

menjabat hingga sekarang adalah sebagai berikut:

a. Senarum (Tahun 1936-1938)

b. Sobier / H.Su’ud (Tahun 1938-1968)

c. Sartimin (Tahun 1968-1990)

d. Suprapto (Tahun 1990-1998)

e. Zainur Ansori (Tahun 1998-2007)

f. Abdul Halim Siddiq (Tahun 2007-2013)

g. Al Walid (2014)

h. Solichin (2014)

i. Al Walid (Tahun 2015-2021)

j. Al Walid (Tahun 2021- Sekarang)

Pada saat ini Desa Sumberwaru dipimpin oleh 1 (satu) orang Kepala

Desa, 1 (satu) orang Sekretaris Desa, 5 (lima) orang Kepala Urusan dan 6

(Enam) orang Kepala Dusun.


Struktur Organisasi Pemerintah Desa Sumberwaru

BPD KEPALA DESA

SEKDES

SEKSI SEKSI SEKSI URUSAN URUSAN URUSAN


PEMERINTAHAN PEMBERDAYAAN KESEJAHTERAAN PERENCANAAN, KEUANGAN UMUM
SOSIAL EVALUASI DAN
MASYARAKAT
PELAPORAN
DESA

Kasun Gardu Kasun Kasun Kasun Kasun Kasun


Krajan 1 Krajan 2 Krajan 3 Andung 1 Andung 2
Secara umum pelayanan pemerintah Desa Sumberwaru kepada

masyarakat cukup memuaskan. Dalam beberapa sesi wawancara langsung

dengan masyarakat Desa Sumberwaru yang dipilih secara acak, terungkap

bahwa dalam memberikan pelayanan pengurusan administrasi

kependudukan, pertanahan dan lain-lain dikerjakan dengan cepat dan

dilayani selama 24 jam, baik pelayanan pada jam kerja di kantor maupun

di luar jam kerja di rumah Kepala Desa, Sekretaris Desa atau Perangkat

Desa lainnya.

2. Letak Demografi

Batas Wilayah Desa Bersebelahan dengan:

a. Sebelah Utara : Desa Baratan dan Desa Kembangan

b. Sebelah Selatan : Desa Gadingsari

c. Sebelah Timur : Desa Binakal

d. Sebelah Barat : Hutan

3. Pembagian Wilayah Desa

RT.11
RT.12

RT.09
RT.10

RT.03
RT.01
RT.08 RT.02
Balai
RT.07 desa RT.05 RT.04
4. Adapun kondisi wilayah DesaRT.06
Sumberwaru terdiri dari:
Wilayah Desa Sumberwaru:

a. Ketinggian dari permukaan air laut : 231 M

b. Luas tanah sawah : 75,155 Ha

c. Luas tanah pekarangan : 141,337 Ha

d. Tanah Pekarangan & Pemukiman : 34,286Ha

e. Luas wilayah seluruhnya : 250,778 Ha

5. Wilayah Bawahan terdiri dari:

a. Dusun Gardu : 1 RW 3 RT

b. Dusun Krajan 1 : 1 RW 2 RT

c. Dusun Krajan 2 : 1 RW 2 RT

d. Dusun Krajan 3 : 1 RW 1RT

e. Dusun Andung 1 : 1 RW 2 RT

f. Dusun Andung 2 : 1 RW 2 RT

Jumlah seluruhnya : 6 RW 12 RT

6. Keadaan sosial budaya

a. Kependudukan

Berdasarkan data administrasi Pemerintah Desa Tahun 2015

jumlah penduduk Desa Sumberwaru Kecamatan BinakalKabupaten

Bondowoso terdiri dari 823 KK dengan jumlah penduduk total 1.776


jiwa dengan rincian penduduk laki – laki sejumlah 823 jiwa dan

penduduk perempuan sejumlah 953 jiwa sebagai tercantum dalam

tabel berikut ini:

Jenis Kelamin
No Tahun Jml
L P

1 2010 768 891 1.659

2 2011 775 900 1.675

3 2012 790 915 1.750

4 2013 810 940 1.750

5 2014 823 953 1.776

6 2015 827 959 1.786

Sumber Data : Profil Desa Sumberwaru Tahun 2015

Keadaan kependudukan di Desa Sumberwaru dilakukan

identifikasi jumlah penduduk dengan menitikberatkan pada klasifikasi

usia dan jenis kelamin. Untuk memperoleh informasi yang berkaitan

dengan deskripsi tentang jumlah penduduk di Desa Sumberwaru

berdasarkan usia dan jenis kelamin secara detail dapat dilihat dalam

Tabel berikut ini :

Kelompok
No. Lakilaki Perempuan Jumlah Prosentase(%)
Usia
1. 0–6 97 89 186 10,5

2. 7 – 15 108 96 204 11,5

3. 16 – 18 54 41 95 5,4

4. 19 – 24 58 73 131 7,4

5. 25 – 39 193 226 419 23,6

6. 40 – 49 107 122 229 12,9

7. 50 – 59 115 128 243 13,7

8. >60 117 152 269 13,7

Jumlah 823 953 1776 100%

Sumber Data : Profil Desa Sumberwaru Tahun 2015


Dari data di atas nampak bahwa penduduk usia produktif pada

usia 20 – 49 Tahun Desa Sumberwaru sejumlah 419 jiwa atau hampir

23,6%. Hal ini merupakan modal berharga bagi pengadaan tenaga

produktif dan Sumber Daya Manusia (SDM).

Tingkat kemiskinan di Desa Sumberwaru Kecamatan Binakal

Kabupaten Bondowoso termasuk tinggi. Dari jumlah 835 KK di atas,

sejumlah 600 KK menurut Data Masyarakat Miskin Tahun 2014 yang

terdiri dari Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), Rumah Tangga

Miskin (RTM) dan Rumah Tanga Pra Sejahtera, akan tetapi kenyataan

yang ada di Desa Sumberwaru Kecamatan Binakal Kabupaten


Bondowoso tercatat sebagai Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)

sejumlah 197 KK, Rumah Tangga Miskin (RTM) sejumlah 107 KK,

Rumah Tangga Pra Sejahtera sejumlah 141 KK dan Rumah Tangga

Sejahtera sejumlah 155 KK sehingga lebih 78 % KK di Desa

Sumberwaru Kecamatan Binakal Kabupaten Bondowoso adalah

keluarga miskin.

Desa Sumberwaru secara geografis posisinya berada di Kota

Kecamatan dengan jarak dari Ibukota Kabupaten Bondowoso sekitar ±

7 KM, Desa Sumberwaru memiliki potensi yang sangat strategis bagi

pengembangan Pertanian dan peternakan.

7. Mata Pencaharian Pokok

Kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Sumberwaru sangat

berfariatif dengan kegiatan ekonomi masyarakat Desa Sumberwaru

sebagian besar dibidang pertanian, baik petani yang memiliki lahan

(minoritas) maupun buruh tani (mayoritas) dan perdagangan.

Perekonomian Desa Sumberwaru pada beberapa Tahun terakhir belum

menunjukkan perubahan yang signifikan dan berarti, ini sebagai implikasi

dari krisis ekonomi nasional yang berkepanjangan sehingga cenderung

ada jarak antara yang kaya dan yang miskin, Untuk itu sangat dibutuhkan

bantuan Pemerintah berupa Program Pemberdayaan Masyarakat yang

langsung menyentuh dan dirasakan oleh masyarakat miskin. Berikut ini

adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian:


Mata Pencaharian dan Jumlahnya

No Prosentasedari Total
Jenis Pekerjaan Jumlah
. Jumlah Penduduk

1. Petani 267 14,9%

2. Buruh tani 675 38,0%

3. PNS/TNI/POLRI 3 0,2%

4. Karyawan swasta 10 0,5 %

5. Pedagang 20 1,2%

6. Wirausaha 9 0,5%

7. Pensiunan 7 0,4%

8. Tukang bangunan 10 1,1%

9. Peternak 5 0,2%

10. Lain-lain/tidak tetap 297 16,7%

Jumlah 1291 71%

Sumber Data : Profil Desa Sumberwaru Tahun 2015

Dengan melihat data di atas maka angka pengangguran di Desa

Sumberwaru Kecamatan BinakalKabupaten Bondowoso cukup tinggi.

Berdasarkan data di atas dinyatakan bahwa jumlah penduduk yang tidak


atau belum bekerja dan mengurus rumah tangga berjumlah 403 orang dari

jumlah penduduk 1.786 orang. Angka-angka inilah yang merupakan

kisaran angka pengangguran di Desa Sumberwaru Kecamatan Binakal

Kabupaten Bondowoso.

3. Hasil wawancara tentang “Tradisi Tukar Cincin Saat Khitbah

Perspektif Hukum Keluarga Islam Di Desa Sumberwaru Kecamatan

Binakal Kabupaten Bondowoso”

Tradisi tukar cincin adalah suatu kebiaasan yang dilakukan mayoritas

banyak orang sebagai pelengkap acara khitbah atau pernikahan yang

mana tradisi tersebut adalah kebiasaan dari orang non muslim dan orang

islam ikut melakukannya. Tradisi tersebut biasanya dilakukan saat acara

khitbah berlangsung yang mana biasanya dari pihak tunangan laki-laki

menyematkan cincin di jari tunangan perempuan. Dan begitupun

sebaliknya secara bergantian. Dan mayoritas cincin yang digunakan

dalam tukar cincin tersebut adalah emas. Berdasarkan hasil wawancara

yang telah peneliti lakukan dengan bapak kepala desa Sumberwaru.

Bapak Al Walid mengutarakan sebagai berikut:

“tradisi tukar cincin yang terjadi saat pertunangan adalah tradisi


bawaan dari para sesepuh di desa sumberwaru, dan masyarakat hanya
ikut melestarikannya saja, sampai sekarang tradisi tersebut masih
dilangsungkan di desa kami.
Dan adapun praktek tukar cincin yang diterapkan di desa

sumberwaru berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan

maka bapak Al Walid mengutarakan:


“prosesi tukar cincin disini biasanya dari kedua belah pihak yang
bertunangan bergantian memasangkan cincin dijari pasangannya. Yang
biasanya diletakkan dijari manis tangan sebelah kanan.
Dan terkait dengan material cincin yang di pakai saat khitbah yaitu

berupa emas. Sebagaimana telah dilakukan oleh orang yang bersangkutan

yaitu saudari Siti Sunar menuturkan:

“dari tradisi tukar cincin disini memang mayoritas dari masyarakat


sumberwaru menggunakan emas semua. Bahkan tidak pernah saya lihat
sebelumnya sampai sekarang. yang mengunakan cincin untuk lamaran
selain dari emas. Kalau masalah meterialnya semua sama, yang beda
hanyalah ukuran dan banyaknya emas nya saja. Dan memang yang
memakai emas itu bukan hanya dari tunangan perempuan tapi juga dari
pihak tunangan laki-laki.
Adapun hasil wawancara tentang khitbah yang terjadi di Desa
Sumberwaru yang telah peniliti lakukan dengan saudari Ulfa Rosyidah
sebagai orang yang bersangkutan adalah:
“Khitbah yang terjadi di desa sumberwaru biasanya calon
tunangan laki-laki datang kerumah calon tunangan perempuan. Yang
biasanya datang bersama kedua orang tua, dan beberapa dari keluarga
pihak calon tunangan laki-laki dengan membawa seserahan lamaran
yaitu berupa baju, makanan tradisional, make up dan cincin emas untuk
calon tunangan perempuan. Dan biasanya setelah beberapa hari dari
pihak perempuan pergi kerumah tunangan laki-laki dengan orang tua
dan beberapa keluarganya juga. Sebagai bentuk lamaran dari pihak laki-
laki diterima dan membalas niat baiknya dari pihak laki-laki tersebut.
Adapun tujuan dari adanya tradisi khitbah disini menurut kasun di
desa Sumberwaru yaitu saudara Lusfriadi yang mana dia termasuk dari
orang bersangkutan menuturkan:
“Tujuan dari adanya khitbah disini untuk melanjutkan niatan baik
dari tunangan laki-laki yang ingin meninikahi saudari perempuan yang
hendak dilamar. Dan juga untuk menghindar dari fitnah masyarakat
karena jika sudah terikat dengan ikatan pertunangan maka persepsi
masyarakat berbeda dengan sebelumnya. Sekalipun berduaan,
boncengan, berbicara berdua dengan tunangannya dengan syarat
menjaga diri agar tidak terjerumus dalam lembah perzinaan, masyarakat
cenderung tidak membicarakannya, karena anggapan masyarakat sudah
membenarkannya. Yang terpenting ada keterikatan dan bisa menjaga diri
dari hal yang bisa mendatangkan fitnah masyarakat dan bisa menjaga
kehormatan keluarga.
Adapun pengaruh yang terjadi kalau misalnya prosesi khitbah tidak

sesuai dengan tradisi yang biasanya masyarakat di Desa Sumberwaru

lakukan. Maka Hasil Wawancara yang telah peneliti lakukan Menurut

saudari Lusfriadi adalah:

“Setiap momen yang dilakukan saat acara khitbah sudah memiliki


kepercayaan masing-masing dari masyarakat. Misalnya dari makanan
yang dibawak saat lamaran seperti pinang, daun sirih. Masyarakat
sudah mempercayai kalau makanan tersebut sebagai simbol harapan
agar hubungan dari kedua calon tunangan langgeng sampai kakek nenek.
bahkan kalau misalnya dari kami ada yang menyalahi tradisi di desa,
maka masyarakat akan berfikiran buruk. Dan akan menjadi fitnah di
kalangan masyarakat.
B. Analisis Data

1. Analisis Data tradisi tukar cincin saat khitbah perspektif hukum

keluarga islam di Desa Sumberwaru.

Tradisi tukar cincin merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh

masyarakat di Desa sumberwaru kecamatan Binakal Bondowoso. Kebiasaan

masyarakat melakukan tukar cincin saat khitbah adalah sebagai bentuk adat

yang dilakukan oleh masyarakat Sumberwaru. Yang mana khitbah di dalam

islam itu mubah bahkan ada beberapa pendapat ulama yang mensunnahkan.

Khitbah di dalam islam dianjurkan karena Guna untuk mengikat suatu

hubungan antara calon tunangan laki-laki dan calon tunangan perempuan

dengan niatan baik untuk meneruskan ke jenjang pernikahan. Akan tetapi

khitbah disini diperbolehkan dengan ketentuan yang sesuai dengan syari’at

islam.
a. Analisis tradisi tukar cincin saat khitbah perspektif hukum keluarga islam

di Desa Sumberwaru kecamatan binakal.

Adapun tradisi tukar cincin yang di lakukan saat khitbah adalah

suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat sumberwaru. Yang mana

Tradisi tukar cincin saat khitbah tersebut merupakan tradisi yang

dilakukan oleh para sesepuh masyarakat di Desa Sumberwaru dan

masyarakat di desa sumberwaru hanya melestarikan adat tukar cincin

tersebut.2 Adanya tradisi tukar cincin tersebut gunanya adalah sebagai

bentuk simbol bahwasanya kedua belah pihak yang bertunangan sudah

terikat. Adapun prosesi tukar cincin disini biasanya dari kedua belah

pihak yang bertunangan bergantian memasangkan cincin dijari

pasangannya. Yang biasanya diletakkan dijari manis tangan sebelah

kanan.3

Tukar cincin merupakan kegiatan memasang cincin dijari kedua

pasangan yang akan menikah sebagai simbol ikatan atau pengikat diantara

keduanya. Prosesi tukar cincin ini juga dianggap sebagai pelengkap dalam

acara pertunangan yang dilakukan.4

Adapun pendapat ulama’ tentang tukar cincin saat khitbah adalah

sebagai berikut:

2
Wawancara yang dilakukan dengan bapak Al Walid 12 november 2022
3
Wawancara yang dilakukan dengan bapak Al Walid 12 november 2022
4
“Tukar Cincin”. KBBI Daring, 2016. Web. 23 oktober 2022
1) Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin berkata: “cincin nikah

yang biasa digunakan adalah emas. Padahal emas sama sekali tidak

punya pengaruh bagi yang mengenakannya. Sebagian orang yang

menggunakan cincin pernikahan ini terkadang membuat ukiran pada

emas tersebut dan diserahkan kepada istrinya. Begitu pula sebaliknya.

Keyakinan mereka adalah bahwa tukar cincin semacam ini akan lebih

merekat ikatan cinta diantara pasutri. Dalam kondisi seperti ini, cincin

pernikahan bisa jadi haram karena cincin menjadi sandaran hati padahal

tidak disetujui secara syar’i maupun terbukti dari segi keilmiahan.

Begitu pula tidak boleh menggunakan cincin pernikahan oleh pasangan

yang baru dilamar. Karena jika belum ada akad nikah, si wanita

belumlah menjadi istri dan belumlah halal. Wanita tersebut bisa halal

bagi pria jika benar-benar telah terjadi akad nikah”.5

2) KH Ahmad Zahro dalam fiqih kontemporer 3, ada beberapa hal yang

dapat menyebabkan tukar cincin ini dilarang, dan haram hukumnya,

salah satunya yaitu “Jika dalam penyerahannya, calon suami

memasangkan cincin tersebut dengan memegang tangan calon istri,


5
Syaikh Muhammad bin sholeh Al ‘Utsaimin, Al Fatwa Al Jami’ah lil Mar-ah Al Muslimah,juz 3, h.
914-915
sebab walaupun sudah bertunangan tetapi status mereka masih orang

lain, belum halal, bukan suami-istri, karena belum terjadi akad

nikah”.6

3) Syaikh al Fauzan hafizhahullah, “Adapun cincin tunangan, maka ini

bukanlah berasal dari budaya kaum muslimin. Ia dipakai saat akan

dilaksanakannya pernikahan. Tidak boleh memakai cincin tunangan

karena beberapa alasan, karena hal tersebut meniru tradisi kaum

(kafir) yang tidak ada kebaikannya sedikitpun. Ia adalah tradisi baru

yang masuk ketengah-tengah kaum muslimin, bukan dari tradisi umat

Islam.7

4) Syaikh Sholeh Al Munajjid dalam website Al Islam Wal Jawab

berkata, “Cincin kawin bukanlah tradisi kaum muslimin. Jika diyakin

cincin kawin tersebut punya sebab yang daoat mengikat ikatan cinta

antara suami istri, dan jika cincin tersebut dilepas dapat mengganggu

hubungan keduanya, maka hal ini bisa dinyatakan syirik dan masuk

dalam keyakinan jahiliyah. Ditambah lagi bahwa emas itu haram bagi

pria, maka cincin kawin tidaklah diperbolehkan sama sekali. Kami

dapat rinci alasannya:8

6
KH Ahmad Zahro, fiqih kontemporer juz 3 (Jakarta selatan: PT Qof Media 2017) h. 234
7
https://www.republika.co.id 12 November 2022
8
Website AL Islam Sual wal Jawab, no. 21441. 23 november 2022
a) Karena cincin kawin tidak ada kebaikanya sama sekali dan hanya

merupakan tradisi yang di impor oleh kaum muslimin dari orang

kafir.

b) Jika mengenai cincin kawin tersebut mengaggap bahwa cincin itu

bisa berpengaruh dalam langgengnya pernikahan, maka hal ini

bisa masuk dalam kesyirikan (karena menyandarkan sebab pada

sesuatu yang bukan sebab sama sekali).

Jadi tradisi tukar cincin saat khitbah itu tidak sesuai dengan

hukum islam. Karena prosesi tukar cincin yang terjadi di Desa

Sumberwaru menyalahi hukum islam yang mana saat penyematan

cincin pertunangan tersebut antara kedua pihak calon yang hendak

bertunangan bergantian memasangkan cincin dijari pasangannya.

Dari prosesi tersebut tak jarang dari kedua belah pihak saling

bersentuhan dengan yang bukan mahramnya. Dan hal itu dilarang

dalam islam karena tidak adanya keterikatan mahram. Dan tradisi

tersebut tidak murni datangnya dari islam melainkan imporan dari

orang kafir.

Dan biasanya tradisi tukar cincin saat khitbah yang terjadi di desa

sumberwaru materialnya mayoritas menggunakan emas yang mana dari

pihak tunangan laki-laki juga menggunakannya.9

9
Hasil wawancara dengan Siti Sunar 12 November 2022
sedangkan dalam islam haram hukumnya bagi orang laki-laki

menggunakan emas sebagaimana tertera dalam hadits Rasululah SAW:

‫ب َو ْال َح ِري ِْر‬ َّ ‫ َأ َح َّل‬:‫ال‬


ِ َ‫الذه‬ َ َ‫َوع َْن اَبِ ْي ُموْ َسى اَ َّن النَّبِي صلى هللا عليه وسلم ق‬
‫ (رواه أحمد والنسإى والترمذي‬.‫ َو ُح ِّر َم َعلَى َذ َك ِرهَا‬,‫ث ِم ْن ُأ َّمتِ ْي‬
ِ ‫لِِإّل نَا‬

)‫وصححه‬.10
Artinya: “Dan dari Abu Musa, bahwa Nabi SAW. Bersabda: “Aku

halalkan emas dan sutera untuk perempuan dari ummatku, dan

diharamkannya atas laki-laki dari ummatku”. (HR. Ahmad,

Nasa’i, dan Tirmidzi).

Dan beberapa pendapat ulama yang sepakat tentang keharaman

orang laki-laki memakai emas:

1) Sahabat Ibnu Abbas ra. meriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah SAW.

melihat cincin emas dipakai oleh seorang laki-laki. Rasulullah SAW.

mencabut lalu membuang cincin itu dari tangan lelaki itu. Beliau SAW.

kemudian bersabda:

ٍ ‫يَ ْع ِم ُد َأ َح ُد ُك ْم ِإلَى َج ْم َر ٍة ِم ْن ن‬
‫َار فَيَجْ َعلُهَا فِي يَ ِد ِه‬ 11

10
Khatib Syarbani, Mughni Al-Muhtaj, h.96.
11
Imam Muslim, shahih muslim, (Mesir: Jam’iyatul Maknazul islami 1421), no. 2090.
Artinya: “salah seorang dari kalian telah sengaja mengambil batu api

neraka dan meletakknanya di tangannya”. (HR. Muslim no. 2090)

2) Ulama fikih dan hadis mazhab Maliki, Al-Qadhi ‘Iyadh, menjelaskan

bahwa hadis di atas adalah dalil keharaman memakai emas bagi kaum

lelaki. Hadis ini sekaligus menghapus kebolehan menggunakan cincin

emas sebelumnya, di mana Rasulullah SAW. melakukannya langsung di

mimbar agar dilihat oleh seluruh sahabat. Dan larangannya sudah jelas

melalui perkataan dan perbuatan beliau Rasulullah SAW.12

3) Bahkan ulama mazhab syafi’I berpendapat, jika sedikit saja bagian dari

cincin bercampur dengan emas, maka hukumnya tetap haram. Hal ini

berdasarkan kepada dalil larangan yang bersifat umum.13

Dan adapun terkait masalah khitbah sendiri yang mana khitbah

merupakan tradisi yang mengarah pada adanya pernikahan kegiatan atau upaya

kearah terjadinya hubungan perjodohan antara seorang pria dan seorang wanita,

atau seorang laki-laki meminta seorang wanita untuk menjadi istrinya, dengan

cara yang sudah menjadi adat dimasyarakat.14

Dan kebiasaan yang terjadi di desa sumberwaru adalah biasanya calon

tunangan laki-laki datang kerumah calon tunangan perempuan. Yang biasanya

datang bersama kedua orang tua, dan beberapa dari keluarga pihak calon

12
https://kesan.id/feed/tanya-dalil-memakai-emas-bagi-laki-laki, 10 Novemer 2022.
13
Yahya Bin Syaaf An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, jilid 14, (Beirut Libanon: Daar Kutub Ilmiah,
2003/1424 H), h. 29.
14
Ayu surya nensy 2022. “tinjauan hukum islam terhadap pelaksanaan tukar cincin dalam
pertunangan.” (Skripsi-UIN Suska, Riau, 2022), 8.
tunangan laki-laki dengan membawa seserahan lamaran yaitu berupa baju,

makanan tradisional, make up dan cincin emas untuk calon tunangan

perempuan. Dan biasanya setelah beberapa hari dari pihak perempuan pergi

kerumah tunangan laki-laki dengan orang tua dan beberapa keluarganya juga.

Sebagai bentuk lamaran dari pihak laki-laki diterima dan membalas niat

baiknya dari pihak laki-laki tersebut.15 dan Tujuan dari adanya khitbah disini

untuk melanjutkan niatan baik dari tunangan laki-laki yang ingin menikahi

saudari perempuan yang hendak dilamar. Dan juga untuk menghindar dari

fitnah masyarakat karena jika sudah terikat dengan ikatan pertunangan maka

persepsi masyarakat berbeda dengan sebelumnya. Sekalipun berduaan,

boncengan, berbicara berdua dengan tunangannya dengan syarat menjaga diri

agar tidak terjerumus dalam lembah perzinaan, masyarakat cenderung tidak

membicarakannya, karena anggapan masyarakat sudah membenarkannya. Yang

terpenting ada keterikatan dan bisa menjaga diri dari hal yang bisa

mendatangkan fitnah masyarakat dan bisa menjaga kehormatan keluarga.16

Sedangkan di dalam islam khitbah itu ada syarat batasannya yang harus

dipenuhi. Fakta dan teori ini tentu kontradiksi dalam tradisi khitbah tersebut.

berikut beberapa dalil yang mengarah pada batasan khitbah:

Sebelum khitbah biasanya ta’aruf atau pengenalan dilakukan.proses

ta’aruf disini biasanya dilakukan untuk mengurangi suatu kejadian negatif

15
Hasil wawancara dengan Ulfa Rosyidah 24 November 2022
16
Hasil wawancara dengan Lusfriadi 24 November 2022
yang mengakibatkan retaknya hubungan kekeluargaan yang berpotensi tidak

akurnya di dalam rumah tangga. Dari ta’aruf seseorang dapat mengetahui

calonnya dari agamanya, sifatnya, perlakuan terhadapnya.17 Selain itu ta’aruf

dapat dilakukan dengan mengobrol akan tetapi harus ditemani salah satu pihak

keluarga agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, serta tidak menimbulkan

fitnah.

Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka perlu adanya

penulis membahas batasan-batasan ta’aruf:

1. Batasan-batasan ta’aruf:18

a. Menjaga pandangan mata dan hati dari perkara yang diharamkan

b. Pembicaraan tidak mengandung dosa dan bermuatan seksual

c. Tidak melakukan khalwat

d. Hindari sentuhan fisik

e. Menutup aurat masing-masing dengan pakaian yang sopan dan rapi

Dan juga pendapat ulama dari batasan-batasan ta’aruf diantaranya:

a. Memandang dalam proses ta’aruf. Dalam ta’aruf. memandang memang

diperbolehkan. Namun yang diperbolehkan adalah memandang dalam

koridor ke islaman untuk mengetahui orang yang akan dipersunting.

Jika tidak ada niat untuk itu maka tidak diperbolehkan.

17
Isnadul Hamidi, “ta’aruf dan khitbah sebelum perkawinan”, juris 16, no.1 (2017), h. 48
18
https://galamedia.pikiran-rakyat.com.10 November 2022.
b. Memandang setelah khitbah itu disunahkan. Hal itu karena memandang

setelah khitbah dapat menambah kemantapan hati untuk menikah.

c. Ta’aruf tidak memperbolehkan siapa pun memperlihatkan aurat kepada

orang lain. Jika pun hal itu diperlukan untuk memastikan pihak

perempuan tidak mengalami cacat fisik, harus diwakilkan pada orang

yang boleh melihatnya.

d. Dalam proses ta’aruf, sebaiknya tida membicarakan hal-hal yang

melenceng dari islam. Hal ini termasuk ucapan atau hal-hal yang

mengarah pada hal yang tidak senonoh. Kalaupun sudah di khitbah

misalnya, pembicaraan semacam itu yang membangkitkan syahwat yang

harus dihindari karena belum ada ikatan pernikahan.

e. Saat melakukan pertemuan untuk ta’aruf, tidak dilakukan berdua saja,

tetapi harus ada mahram yang menemani. Hal ini untuk menghindari

kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan. Selain itu, ini juga

bagian agar tidak mendekat pada zina.

f. Shalat istikharah adalah bagian dari cara untuk meminta petunjuk Allah

setelah ta’aruf dilakukan. Sebab, pada dasarnya dalam setiap

mengambil keputusan dalam hidup, disunahkan untuk melakukan shalat

istikharah.

g. Perbanyak ketakwaan kepada Allah SWT dan pasrah. Jika ta’aruf sudah

dilakukan dan hati telah mantap, segera khitbah. Setelah khitbah,


barulah lakukan persiapan untuk pernikahan. Tentu dengan

pertimbangan-pertimbangan dan restu keluarga.

Dari batasan-batasan ta’aruf diatas maka apa-apa yang perlu kita

hindari sebelum khitbah itu juga berlaku setelah terjadinya akad khitbah.

Karena dalam hal ini status dari kedua pasangan masih belum halal dan tidak

ada keterikatan mahram antara keduanya. Adanya pembatasan ini untuk

menjaga diri agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, mendekati

zina dan dapat menimbulkan fitnah. Dan juga beberapa pendapat ulama yang

membatasi melihat calon pinangannya cukup dengan melihat wajah dan

telapak tangannya: Mayoritas fuqoha’ berpendapat bahwa orang yang

meminang boleh memandang pinangannya. Imam Malik, Imam Syafi’i, Dan

Imam Ahmad memberikan batasan pada telapak tangan dan wajah saja. 19

Karena wajah cukup untuk bukti keindahan dan kehalusan kulit badannya.

Dan untuk selebihnya menurut mereka tidak boleh.

19
Azam, Abdul Aziz Muhammad, fiqh munakahat (Jakarta: amzah, 2009), h. 11.

Anda mungkin juga menyukai