Anda di halaman 1dari 33

A.

Gambaran Umum Desa Cikidang

1. Letak Geografis

Desa Cikidang merupakan salah satu desa dari 13 desa di wilayah

Kecamatan Bantarujeg, yang terletak 3 km kearah timur dari kota kecamatan.

Desa Cikidang mempunyai luas wilayah 272,702 hektar. Wilayah Desa Cikidang

terbagi menjadi 3 dusun, yaitu :

1) Dusun Cikidang : 10 RT 3 RW

2) Dusun Cidomas : 10 RT 3 RW

3) Dusun Cigunung : 5 RT 2 RW

Sehingga secara keseluruhan Desa Cikidang terdapat 8 RW dan 25 RT.

Cikidang, adalah sebuah desa yang berada di wilayah Kecamatan

Bantarujeg Kabupaten Majalengka. Adapun batas-batas wilayah Desa

Cikidang sebagai berikut :

a. Disebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Sukamenak

b. Disebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Cinambo

c. Disebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Bantarujeg

d. Disebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Gununglarang

2. Iklim

Iklim Desa Cikidang sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia

mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh

langsung terhadap pola tanam yang ada di desa Cikidang Kecamatan Bantarujeg

1
2

3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Cikidang Kecamatan

Bantarujeg dalam menunjang kegiatan pemerintahan pembangunan

kemasyarakatan adalah sebagai berikut:

a. Sarana Pendidikan

1. Taman Kanak-Kanak

2. TKA/TPA

3. Sekolah Dasar

b. Sarana Kesehatan

1. Pos KB

2. Posyandu

c. Sarana Perekonomian

1. Rice Mill (Heller)

2. Bengkel Motor

d. Sarana Transportasi

Seluruh ruas jalan yang ada di Desa Cikidang pada umumnya sudah

beraspal walaupun sudah mulai rusak dan gang-gang kecil sebagian besarnya

sudah diplesterisasi. Kendaraan umum baik yang beroda dua maupun empat bisa

dengan leluasa menggunakan sarana jalan yang ada.

Selain sumber daya alam (Natural Resources) yang melimpah, Desa

Cikidang memiliki sumber daya manusia (Human Resources) sebagai penopang

peningkatan ekonomi desa. Secara umum dapat dideskripsikan secara singkat

tentang kependudukan desa ini


3

4. Jumlah Penduduk

Secara umum jumlah penduduk Desa Cikidang berdasarkan jumlah

kelamin yaitu sebagai berikut.

a. Laki-laki : 1.573 orang

b. Perempuan : 1.715 orang

Jumlah : 3.288 orang

Sedangkan jumlah penduduk menurut tingkat pendidikannya yaitu:

a. Lulusan Pendidikan Umum

1) Sekolah Dasar : 1.932 orang

2) SMP/SLTP : 646 orang

3) SMA/SLTA : 316 orang

4) Sarjana (S1) : 84 orang

5) Magister (S-2) : 2 orang

6) Doktor (S-3) : - orang

b. Pra Sekolah : 308 orang

c. Buta Huruf : - orang

5. Struktur Sosial Masyarakat

Penggunaan tanah di desa Cikidang sebagian besar diperuntukan untuk

tanah pertanian sawah, sedangkan sisanya untuk tanah kering yang merupakan

bangunan dan fasilitas-fasilitas lainnya. Karena Desa Cikidang merupakan desa

pertanian, maka sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani,

selengkapnya sebagai berikut:


4

a. Petani : 1.213 orang

b. Pedagang : 133 orang

c. PNS : 62 orang

d. Buruh : 314 orang

Jumlah kepemilikan hewan ternak oleh penduduk desa Cikidang adalah

sebagai berikut:

a. Ayam/itik : 4.598 ekor

b. Kambing : 46 ekor

c. Sapi : 8 ekor

d. Kerbau : 23 ekor

e. Lainnya : 264 ekor

B. Sejarah dan Potensi Desa Cikidang

1. Latar Belakang Berdirinya Desa Cikidang

Pada zaman dahulu Desa Cikidang merupakan dusun terpencil dengan

nama Ciwaru Girang dan letaknya dua kilometer dari Desa Cikidang sekarang ke

arah timur tepatnya didekat hulu Sungai Ciwaru.

Pada saat itu Kerajaan Talaga Manggung (Kecamatan Talaga sekarang),

sebuah kerajaan yang sulit ditaklukan karena kesaktian rajanya. Banyak dari

utusan-utusan kerajaan jawa yang datang untuk mengalahkannya tapi tak satupun

yang berhasil.

Pada suatu waktu ada seorang paninggaran (pemburu) yang bernama Kiyai

Mas Demang Kalangbentang, dia salah satu utusan dari kerajan jawa yang kalah
5

dalam pertarungan melawan Raja Talaga Manggung, dia berlari ke arah barat

sambil mengejar seekor binatang yaitu kidang (kijang), kidang tersebut berlari ke

arah Ciwaru Girang dan masuk ke selokan besar yang ada airnya lalu menghilang.

Paninggaran itu merasa kaget dan bingung, akhirnya dia beristirahat di

bawah pohon kadu yang sangat besar dan rindang, sampai dia berpkir kayanya

tempat ini cocok untuk tempat tinggalnya. Tiba-tiba muncul seorang perempuan

yang bernama Nyi Ringgitsari, dia sebenarnya penjelmaan dari kidang tersebut.

Akhirnya peninggaran itu manikah denga Nyi Ringgitsari dan menetap di dekat

pohon kadu tersebut. Dan sampai sekarang tempat tersebut bernama Cikadu

(makam Kiyai Mas Demang Kalangbentang) paninggaran itu jadi sesepuh

Kampung Ciwaru Girang sampai akhir hayatnya, dan nama Dusun Ciwaru Girang

berganti nama menjadi Cikidang, diambil dari nama binatang yang diburu dan

menghilang di selokan tersebut dan letaknya di sebelah barat Cikadu.

Pada zaman DI/TII Desa Cikidang habis dibakar dan penduduknya banyak

yang dibunuh, akhirnya posisi desa pindah ke sebelah barat dan lagi-lagi diserang

oleh gerombolan DI/TII sampai dibumihanguskan.

Pada sekitar 1958 Desa Cikidang pindah lagi ke dekat Sungai Cilutung

dan namanyapun tidak berubah sampai sekarang

2. Perkembangan Desa Cikidang dari Tahun 2007 sampai 2014

Perbandingan perkembangan Desa Cikidang antara tahun 2007 sampai

tahun 2014 dapat digambarkan sebagai berikut.


6

Tabel 4.1

Perkembangan Desa Cikidang Tahun 2007 S ampai 2014

No. Uraian Tahun 2007 Tahun 2014

1. Kependudukan ± 2.15 orang ± 3.288 orang

2. Keadaan Alam Pertanian Pertanian

3. Mata Pencaharian Tidak begitu Mulai kompleks


kompleks

4. Adat Istiadat Dipegang teguh Mulai memudar

5. Kelembagaan Dikuasai kaum tua Kaum muda mulai


diberi kepercayaan

6. Pendidikan SD – PT (S1) TK – PT (S2)

7. Gotong Royong Masih dipertahankan Mulai memudar

8. Sapras Desa Belum lengkap Mulai lengkap


(Disarikan dari berbagai Monografi Desa Cikidang 2007 – 2014 Hal. 1 -3)

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Cikidang antara tahun 2007 sampai 2015 hanya

mengalami pertambahan sekitar ±1.000 orang. Ini menunjukkan sejak tahun

2007 masyarakat Desa Cikidang sudah mengenal program KB. Berdasarkan

gambaran tersebut juga dapat diketahui bahwa keadaan masyarakat Desa

Cikidang walaupun berada di pinggiran kota tetapi pemahaman

masyarakatnya tidak terlalu terbelakang, terbukti dengan mampunya

memahami program KB sehingga masyarakat mau mengikuti sehingga laju

pertumbuhan penduduk dapat diatasi. Pada penduduk yang tidak memahami

program tersebut (KB) tentu mereka tidak ada akan mau mengikutinya
7

b. Keadaan Alam

Keadaan alam yang ada pada masyarakat Desa Cikidang sejak tahun

2007 sampai 2014 masih berbasis pertanian. Ini menggambarkan bahwa

struktur alam tidak berubah, sampai hari ini di Desa Cikidang belum ada satu

industripun sehingga kawasannya masih pertanian dan belum berubah menjadi

kawasan industri atau kawasan lainnya (Wawancara dengan Bapak Pipin, pada

Tanggal 05 Mei 2015).

c. Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk sejak tahun 2007 sampai 2014 mengalami

perkembangan yang cukup pesat. Pada tahun 2007 mata pencaharian

penduduknya hanya petani, buruh, PNS, guru, dan berdagang. Sedangkan

pada tahun 2014 mata pencaharian penduduk Desa Cikidang sudah mulai

kompleks sehingga mata pencaharian penduduknya menjadi petani, buruh,

PNS, guru (PNS dan honorer), ABRI, Polisi, sopir, peternak, dosen, dan

lainnya. Jika dilihat dari struktur mata pencahariannya, tampak sekali warga

Desa Cikidang mengalami perkembangan yang pesat. Sehingga masyarakat

yang memiliki mata pencaharian yang terbatas sekarang (tahun 2014) mata

pencaharian masyarakat Desa Cikidang menjadi lebih banyak (kompleks)

d. Adat Istiadat

Kepercayaan masyarakat dalam memegang teguh adat istiadat sudah

mulai berubah. Pada tahun 2007 masyarakat Desa Cikidang masih memegang

teguh adat istiadatnya, anak-anak masih percaya dengan istilah ”pamali”


8

(mendatangkan petaka) jika melakukan sesuatu hal yang tidak sesuai dengan

etika dan norma dalam kehidupan di masyarakat. Tetapi pada tahun 2014,

anak-anak sekalipun sudah tidak lagi mengindahlan istilah “pamali” mereka

umumnya lebih berpikir menggunakan rasio daripada berpikir yang tidak

logis. Sehingga hal-hal tertentu yang berhubungan dengan adat istiadat mulai

tidak dipergunakan. Hal-hal yang berhubungan dengan adat istiadat yang

mulai tidak dipergunakan lagi misalnya memberikan sesaji saat upacara

panen, memberikan sesaji di batas desa/kampung, pada benda-benda yang

dikeramatkan, perempuan mengenakan kebaya dan kain (kecuali pada saat

upacara pernikahan dan keperluan tertentu), laki-laki mengenakan celana

pangsi (berwarna hitam sejenis pakaian pencak silat), menabuh benda-benda

pada saat ada gerhana matahari/bulan, membawa makanan ke balai

desa/kampung setelah ada gempa bumi dan sebagainya. Kini masyarakat lebih

berpikir logis, sehingga kehidupan di Desa Cikidang yang letaknya di

pinggiran kota sekarang sudah tercium aroma modernisasi. Anak-anak gadis

ABG yang mengenakan pakaian serba bini, bepergian selalu menggunakan

kendaraan minimal roda dua, berkomunikasi menggunakan HP, hiburan di

rumah nonton TV yang dilengkapi parabola dan sejenisnya sudah mulai

merambah dalam kehidupan masyarakat Desa Cikidang

e. Kelembagaan

Kelembagaan Desa Cikidang pada tahun 2007 masih didominasi kaum

tua kini pada tahun 2014 mulai didominasi oleh kaum muda. Umumnya
9

mereka yang ikut aktif dalam lembaga pemerintahan Desa Cikidang adalah

kaum intelektual muda. Mereka para generasi muda yang memiliki

pengetahun yang memadai atau memiliki gelar dalam pendidikan lebih diberi

kesempatan untuk mengisi posisi perangkat desa daripada mereka yang

berusia tua. Sehingga dengan hal ini kemajuan desa mulai terlihat walaupun

belum sejajar dengan desa lain yang sudah duluan maju

f. Pendidikan

Dari segi pendidikan, penduduk Desa Cikidang tidak tertinggal dengan

desa lainnya. Sejak tahun 2007 serendah-rendahnya masyarakat sudah

berpendidikan SD dan setinggi-tingginya berpendidikan sarjana (S1). Tahun

2014 pendidikan yang diikuti masyarakat Desa Cikidang dimulai dari

pendidikan prasekolah TK dan sejenisnya sampai pendidikan magister (S2).

Ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Cikidang memandang bahwa

pendidikan sesuatu yang sangat penting dalam menjalani kehidupan.

Imbasnya dari pendidikan ini, mulai ditemukan mata pencaharian baru pada

masyarakat Desa Cikidang misalnya Dosen, tenaga medis (perawat) dan

sebagainya

g. Gotong Royong

Kegotongroyongan yang merupakan ciri khas masyarakat desa, pada

masyarakat Desa Cikidang terutama pada tahun 2014 ini sudah mulai

memudar. Mungkin saja hal tersebut disebabkan karena sibuknya masyarakat


10

dalam menjalankan aktivitas kehidupannya atau karena sebagian masyarakat

sudah mulai berpikir materialis. Sehingga untuk sikap kegotongroyongan ini,

sebagian masyarakat sudah mengganti dengan memberikan sejumlah

makanan/uang dan sebagiannya lagi sudah tidak lagi mau melaksanakan

gotong royong

h. Sapras Desa

Sarana dan prasarana desa yang ada mulai semakin dilengkapi pada

tahun 2014 ini. Jalan yang menghubungkan antar-kampung sudah diaspal

sehingga memungkinkan transportasi berjalan lancar. Daerah yang sulit

dijangkau karena letaknya terhalang oleh sungai mulai dibangunkan jembatan

walaupun belum permanen, jalan-jalan gang mulai diplesterisasi, bahkan

untuk keperluan administrasi surat-menyurat di desa kini sudah menggunakan

computer dan printer tidak lagi menggunakan mesin tik manual mengikutinya

3. Keadaan Sosial, Budaya Masyarakat Desa Cikidang

Mata pencaharian penduduk mayoritas sebagai petani, baik petani

pemilik, petani penggarap, maupun sebagai buruh tani. Sebagian penduduk

bekerja sebagai PNS, pensiunan, pedagang, karyawan, dan pertukangan, yang

merupakan bagian penduduk minoritas. Dengan beragamnya sosial ekonomi

dan sosial budaya di Desa Cikidang menciptakan masyarakat Cikidang

merupakan masyarakat yang majemuk. Adapun data berdasarkan mata

pencaharian masyarakat, sebagai berikut :


11

a. Petani : 1.213 orang

b. Buruh : 314 orang

c. Pedagang : 133 orang

d. PNS : 62 orang

e. Guru PNS : 30 orang

f. Guru Honor : 35 orang

g. ABRI : 2 orang

h. Polisi : 2 orang

i. Sopir : 7 orang

j. Peternak : 5 orang

k. Dosen : 1 orang

Dari data mata pencaharian yang beraneka ragam tersebut dapat

digarisbawahi bahwa jika berbicara tentang struktur sosial masyarakat yang ada

relevansinya dengan kehidupan ekonomi masyarakat di Desa Cikidang, maka

secara garis besar dapat dikelompokkan tiga unit sosial yang menjadi pusat

kehidupan ekonomi, yaitu kota, desa dan daerah pertanian.

Dilihat dari sudut kehidupan ekonomi, maka kota merupakan pusat

pengambilan bahan mentah dari daerah pertanian pedesaan atau merupakan

tempat-tempat transit bahan mentah untuk diteruskan ke kota-kota yang lebih

besar. Dengan perdagangan yang lebih intensif, kota merupakan pusat peredaran

uang yang lebih cepat dan dalam volume yang lebih besar. Kehidupan yang

kompleks dari pada kota, tidak hanya mempunyai aspek ekonomi saja,

melainkan mempunyai aspek sosial, kultur, keamanan, serta mempunyai


12

interdefedensi satu sama lain. Perkebunan dan pesawahan terlihat sebagai

daerah-daerah dengan ciri khas di tengah-tengah daerah pertanian rakyat

pedesaan.

Dilihat dari struktur sosial ekonomi, masyarakat Desa Cikidang

mayoritas merupakan masyarakat petani, yang kebutuhan hidupnya dipenuhi

dari hasil pertanian. Pada dekade tujuh puluhan, pada umumnya masyarakat

Cikidang merupakan petani tradisional. Lahan pertanian diolah secara

tradisional, yaitu dengan cara dicangkul atau dibajak dengan mempergunakan

tenaga hewan atau tenaga manusia. Lahan pertanian terdapat dua macam

yaitu lahan perkebunan dan lahan pesawahan.

Mengenai lahan pesawahan sebagai lahan penghasil padi terbagi

menjadi dua macam lahan pesawahan, yaitu lahan pesawahan sistem irigasi

tradisional yang dibangun dan diatur oleh manusia, serta jenis lahan

pesawahan tada hujan. Lahan pesawahan tada hujan yaitu lahan pesawahan

yang sistem penggarapannya hanya dapat dilakukan pada musim penghujan,

apabila musim kemarau biasanya lahan pesawahan ini ditanami berbagai

jenis sayur-sayuran sebagai tanaman panyelang (selingan).

Sistem pemasaran hasil pertanian pada tahun tujuh puluhan, di Desa

Cikidang masih mengalami kesulitan pemasaran dengan kurangnya sarana

transportasi, hasil pertanian hanya dijual ke pasar-pasar tradisional dengan

cara dipikul atau dijual kepada tengkulak yang datang langsung ke rumah-

rumah penduduk. Selain mengolah lahan pesawahan, petani bercocok tanam

di ladang dengan mempergunakan lahan yang dimiliki pemerintah desa yang


13

disebut tanah titisara. Tanah titisara adalah tanah hak guna pakai yang

dimiliki oleh pemerintah desa dan digarap oleh rakyat dengan cara menyewa

kepada pemerintah desa. Penggarapan tanah ini tidak hanya pada tahun tujuh

puluhan saja, tetapi telah berlangsung dari sebelumnya sampai sekarang.

Bahkan sekarang ini, tanah titisara di Desa Cikidang telah menjadi tanah turun

temurun dari leluhunya, tidak ada bedanya dengan tanah milik perorangan,

walaupun statusnya tetap sebagai tanah hak guna pakai milik pemerintah desa.

Kepemilikan lahan pertanian dapat dibedakan antara mereka yang

memiliki sawah yang cukup luas (tuan tanah), dengan mereka yang memiliki

tanah beberapa petak saja serta hasilnya hanya cukup untuk dimakan sendiri.

Mereka yang tak punya lahan pertanian, merupakan sebagai petani penggarap

di lahan-lahan yang dimiliki oleh para tuan tanah dengan sistem bagi hasil.

Undang-Undang Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang

status tanah di Indonesia tidak selalu berjalan mulus karena faktor politik,

sosiologis, antropologis, dan faktor ekonomi. Dengan sendirinya mengalami

perubahan-perubahan yang memberi efek lebih lanjut terhadap struktur

ekonomi pedesaan, merupakan dari proses modernisasi pembangunan yang

sekarang sedang terjadi dalam seluruh bidang kehidupan masyarakat.

Pada era modern sekarang ini, arus modernisasi yang diiringi

perubahan sosial ekonomi, mulai terasa di Desa Cikidang. Misalnya dengan

sistem pengolahan lahan pertanian secara modern, yang dapat memperbaiki

tingkat perekonomian petani. Dilihat dari segi positifnya teknologi modern pada

bidang pertanian dapat membantu proses pengolahan lahan dengan cepat,


14

tetapi disisi lain menimbulkan angka pengangguran di masyarakat terutama

dapat dirasakan oleh buruh tani yang secara tidak langsung telah kehilangan

lapangan pekerjaan

Situasi seperti ini mengakibatkan kota mempunyai daya tarik tersendiri

bagi masyarakat pedesaan, dalam mencukupi kebutuhan ekonomi. Sehingga

masyarakat urbanpun tidak dapat dibendung lagi, tanpa memperhatikan aspek-

aspek negatif dari kehidupan kota, yang terbayang dalam pikiran mereka bahwa

kota merupakan tempat yang tepat untuk mendapatkan segalanya. Seperti yang

dikatakan Smeler (dalam Astrid S. Susanto, 1983 : 170) sebagai berikut.

"Kemampuan penduduk yang migrasi ke kota untuk menetap dan berhasil


menyesuaikan diri adalah kecil, sehingga banyak yang kembali ke
desanya. Walaupun demikian suatu sikap psikologik yang sukar
dijelaskan adalah sekembalinya mereka ke desa, mereka selalu
melukiskan kehidupan di kota sebagai suatu yang menarik, kurang
menyebut konflik-konflik sosial dan ekonomi yang terdapat di kota
(yang tak teratasi oleh mereka). Sehingga meningkatkan daya tarik kota
terhadap desa dan migrasi ke kota jalan terus".

Perkataan sosial ditinjau sebagai semua kegiatan yang ada

hubungannya dengan masyarakat luas. Masyarakat merupakan satuan yang

didasarkan pada ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh dikatakan stabil,

yang dalam perjalannya akan mengalami proses sosial dalam kehidupan, baik

individu maupun kelompok.

Dalam menelaah kondisi-kondisi sosio-ekonomi Desa Cikidang, juga

harus diselidiki sistem status sosial dalam masyarakat Cikidang di tahun 2007

dan sebelumnya, sebagai bahan perbandingan. Sejak berdirinya tahun 1932

sampai tahun 2007 di desa Cikidang sempat terjadi pengkelasan dalam status
15

sosial masyarakat.

Masyarakat Cikidang, seperti masyarakat tradisional lainnya, biasanya

digambarkan sebagai cerminan satu pembagian kelas yang bi-modial.

Mayoritas rakyat yang sangat besar atau rakyat biasa yang mencakup petani,

pertukangan, pedagang dan buruh disebut rakyat kecil (jalma leutik).

Perkataan tukang tani dipakai untuk lapisan masyarakat yang terdiri dan orang-

orang yang bercocok tanam, pertukangan dan pedagang mengikutinya

3. Keadaan Sosial Budaya

Adapun sosial budaya Desa Cikidang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten

Majalengka meliputi bidang pemerintahan, kelembagaan, dan pemerintahan

umum. Berikut ini rincian dari sistem sosial budaya Desa Cikidang :

a. Bidang Pemerintahan

1) Kepala Desa

2) Sekretaris Desa

3) Kepala Urusan

4) Pelaksana Bidang

5) Kepala Dusun

6) RW

7) RT

b. Bidang Kelembagaan Desa Cikidang

1) BPD

2) LPM
16

3) MUI

4) PKK

5) Karang Taruna

6) Kelompok Tani

7) Darmawanita

c. Bidang Pemerintahan Umum, dengan program kerjanya antara

lain :

1) Pengumpulan PBB

2) Pembuatan KTP

3) Pembuatan KK

4) Penerimaan beras Raskin.

Seiring kemajuan dan proses modernisasi yang mendorong suatu

perubahan total dari suatu masyarakat dalam keadaan tradisional menuju

masyarakat yang maju, status sosial masyarakatpun mengalami perubahan

melalui proses perubahan sosial dan budaya.

Proses sosial merupakan suatu proses, yang berarti bahwa la merupakan

suatu gejala perubahan, gejala penyesuaian diri, dan gejala pembentukan.

Gejala ini terjadi karena individu-individu dalam kelompok menyesuaikan

diri satu sama lain serta menyesuaikan diri dengan keadaan. Usaha-usaha ini

akan terus dilakukannya selama kelompok itu bemilai baginya, selama

dirasakannya bahwa ia memerlukan kelompok untuk kemajuan dan

perkembangan dirinya mengikutinya

Pada tahun 2014, pengkelasan status sosial di kalangan masyarakat


17

Cikidang telah mulai terkikis oleh keadaan zaman yang semakin maju. Tidak

ada lagi yang disebut golongan atas dan golongan bawah. Perubahan sosial

sekarang ini, dengan didorong oleh arus modernisasi serta semakin

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, menciptakan perubahan sosial

di daerah pedesaan. Tetapi di sisi lain dampak negatif dari modernisasi,

mengarahkan generasi muda ke arah yang memprihatinkan. Sekarang ini

sudah sangat langka anak muda mau mengolah lahan pertanian. Generasi

muda saat ini sebagian besar telah terkontaminasi oleh budaya-budaya luar,

sehingga nilai-nilai budaya peninggalan leluhumya secara bertahap mulai pudar

dan ditinggalkan.

Padahal budaya merupakan wujud yang abstrak dari kebudayaan. Budaya

atau kultural, ide-ide atau gagasan manusia yang hidup bersama dalam suatu

kelompok masyarakat. Dengan demikian budaya merupakan bagian dari

kebudayaan, yang diartikan sebagai adat istiadat. Adat istiadat mencakup nilai

budaya dan norma-norma menurut pranata-pranata yang ada di dalam masyarakat

yang bersangkutan Sepertinya adat istiadat serta nilai-nilai budaya yang ada di

Desa Cikidang.

Beberapa tradisi atau adat istiadat yang masih melekat pada masyarakat

Cikidang sebagai warisan turun temurun dari leluhumya, yang hingga hingga

sekarang masih dijalankan dalam kehidupan masyarakat Desa Cikidang,

diantaranya ;

a. Dalam cara menentukan jodoh untuk anak-anaknya, biasanya diawali dengan

tradisi neundeun omong atau menaruh perkataan, dilanjutkan dengan


18

nyereuhan atau melamar. Sampai pada waktu pernikahan diadakan proses

seserahan, buka pintu, akad nikah, upacara nyawer, yang terakhir sekali

acara nyembah atau memohon doa restu kepada sanak saudara dengan cara

datang ke rumahnya. Cara mencari jodoh untuk anakpun diikat oleh status

sosial.

b. Dalam hal upacara tujuh bulanan untuk ibu hamil masih diadakan upacara

tersendiri walaupun sekarang ini sudah mulai diselaraskan/disesuaikan

dengan ajaran agama Islam.

c. Masyarakat Cikidang pada saat ini, masih percaya dengan hal-hal yang

berbau mistik (walaupun hanya sebagian kecil), seperti percaya dengan

hitungan-hitungan apabila akan mengerjakan sesuatu pekerjaan, masih

percaya dengan persembahan-persembahan sesaji yang diperuntukan roh-roh

leluhumya yang telah meninggal, dan hal-hal mistik lainnya.

Bahwa masyarakat Desa Cikidang pada tahun 2007 masih diliputi

kepercayaan pada cerita-cerita mitos atau hal-hal gaib yang dianggapnya dapat

memberikan kekuatan pada kehidupan mereka. Ajaran agama sering diliputi oleh

kekuatan gaib, padahal masyarakat Cikidang merupakan penganut Islam yang

taat dalam menjalankan aturan agama, tetapi hal-hal yang bersifat mistik masih

bercampur aduk dengan ajaran agama.

Tetapi nampaknya sering tidak sistematis, dibelakang cerita mitos itu

biasanya terdapat sesuatu makna yang mempunyai nilai-nilai penting dalam

alam pikiran warga sesuatu budaya. Mitos di samping agama mempunyai

fungsi mengatur sikap dan sistem nilai manusia, mempertahankan tertib sosial
19

dalam lingkungan masyarakat yang belum banyak menggunakan prinsip-

prinsip ilmu pengetahuan modem.

Setiap kebudayaan memiliki ciri khas, yaitu merupakan penyelesaian

manusia terhadap lingkungan hidupnya, serta usaha untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya sesuai dengan keadaan yang menurut pengalamannya

(unsur tradisi) adalah yang terbaik. Suatu kebudayaaan tidak terlepas dari unsur

yang masih ada atau masyarakat yang telah punah.

Di era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, unsur tradisi

sebagai warisan nenek moyang, sepertinya telah terhimpit dan berangsur punah

oleh budaya modern yang merambat dengan cepat. Masyarakat desa yang

merupakan aset dari budaya tradisional, telah ditenggelamkan oleh arus

modernisasi budaya.

Seperti halnya di Desa Cikidang, arus budaya modern yang masuk

dengan begitu cepat, telah mengelabui generasi muda khususnya, sehingga

generasi muda telah kehilangan identitas dirinya sebagai masyarakat

tradisional di pedesaan yang mempunyai budaya warisan leluhurnya. Pada

zaman modern seperti sekarang ini, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi, masyarakat Desa Cikidang telah berkembang serta siap membangun

dengan sumber daya manusia yang telah memadai. Mereka sadar bahwa

pembangunan desa pada dasarnya bertujuan untuk mengubah suatu keadaan

yang lebih baik atau lebih meningkat. Pembangunan juga merupakan suatu

konsep yang dinamis, terus berkembang dan berkesinambungan. Bintoro

Tjokroamidjodjo (1986 : 1) mengemukakan bahwa “Pembangunan adalah


20

suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir”.

4. Keadaan Ketertiban dan Keamanan

Secara umum, keadaan keamanan dan ketertiban di Desa Cikidang

Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka sampai sekarang ini dalam keadaan

aman, tenteram, dan terkendali. Ada sarana Pos Kamling yang hampir dibangun di

setiap RT/RW, tiap malam diadakan ronda malam secara bergiliran dari

masyarakat terutama laki-laki yang sudah dewasa.

5. Kondisi Kelembagaan dan Kegiatan Pemberdayaan

Desa pada dasarnya tersusun dari tiga unsur pokok, yaitu pemerintah,

warga masyarakat, dan wilayah. Yang dimaksud pemerintah adalah birokrat desa

dari tingkat RT sampai Kepala Desa dan lembaga-lembaga yang secara yuridis

formal diakui keberadaannya sebagai penyeimbang dalam pelaksanaan

pemerintahan di tingkat desa. Lembaga-lembanga yang dimaksud di antaranya

BPD (Badan Permusyawaratan Desa) dan LPPMD (Lembaga Pemberdayaan dan

Pembangunan Masyarakat Desa).

 BPD (Badan Permusyawaratan Desa)

Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

Otonomi Daerah, maka di setiap desa dibentuk badan legislatif tingkat desa dan

sebagai perwujudannya adalah BPD. Lembaga ini dilengkapi dengan kelengkapan

hak, kewajiban, dan wewenang.

Tugas dan wewenang BPD di antaranya :

1) Menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja antara

ketua dan wakil ketua BPD serta anggota kemudian mengumumkannya dalam
21

rapat BPD.

2) Mengadakan koordinasi dengan pemerintah desa atau stakeholder

lain yang dianggap perlu.

3) Mengawasi jalannya pelaksanaan tugas dan kewajiban pemerintah

desa.

Struktur organisasi BPD Desa Cikidang Kecamatan Bantarujeg Kabupaten

Majalengka :

a. Ketua

b. Sekretaris

c. Bendahara

d. Anggota

 LPPMD (Lembaga Pemberdayaan dan Pembangunan Masyarakat Desa)

Lembaga ini merupakan penyelaras dan penyeimbang pemerintah desa

terutama SDM dalam bidang pembangunan fisik serta pemberdayaan masyarakat

khususnya dalam bidang sumber daya manusia yang ada di Desa Cikidang

Kecamatan Bantarujeg.

Struktur organisasi LPPMD Desa Cikidang Kecamatan Bantarujeg

Kabupaten Majalengka :

a. Ketua

b. Sekretaris

c. Bendahara

d. Anggota
22

6. Pembangunan Desa dan Permasalahannya

Pembangunan merupakan proses yang terus menerus dan

berkesinambungan, maka pelaksanaannya disusun melalui suatu rencana yang

yang berkesinambungan setiap tahun atau yang lebih dikenal dengan sebutan

Rancana Anggaran dan Pembelanjaan Desa (RAPBDES) untuk satu tahun.

Rencana pembangunan yang akan digarap di antaranya sebagai berikut.

a) Meningkatkan sarana dan prasarana pemerintah desa agar dapat berjalan

dengan baik dan lancar sesuai dengan yang diharapkan.

b) Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan yang ada.

c) Meningkatkan sarana dan prasarana yang berhubungan dengan

perekonomian masyarakat khususnya sektor pertanian, perdagangan, jasa dan

perhubungan.

d) Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan umum.

e) Meningkatkan sarana dan prasarana ketertiban dan keamanan lingkungan

melalui penataan Pos Kamling dan Ronda Malam.

Realisasi Pembangunan :

1. Rehab balai desa.

2. Rehab SD Negeri Cikidang I dan II.

3. Perbaikan sarana air bersih.

4. Perbaikan saluran air (irigasi).

5. Pengaspalan jalan.

6. Pemeliharaan jalan desa.

7. Pemeliharaan Pos kamling tiap RT/RW.


23

8. Pemeliharaan (Pengecatan) mesjid tiap dusun.

9. Perbaikan jalan gang di tiap dusun.

Pada umumnya pelaksanaan pembangunan Desa Cikidang dapat tercapai

dan dapat sejajar dengan desa-desa yang lain. Namun demikian, masih ada

hambatan-hambatan atau masalah di antaranya :

a. Rencana pembangunan yang direncanakan melalui

RAPBDES Tahun Anggaran 2014 belum bisa dilaksanakan karena berbagai

hal terutama keterlambatan kucuran dana dari pemerintah dan urunan dari

masyarakat tidak masuk sesuai yang diharapkan.

b. Lahan belum dapat diolah secara produktif yang

berorientasi komersil, sehubungan keterbatasan kemampuan belum dapat

memanfaatkan kondisi tanah yang ada dan sebagian warga masyarakat

mengubah kebiasaan pola pertanian secara intensif ada sedikit hambatan,

sehingga belum meraih hasil yang maksimal mengikutinya

Perlu diketahui bahwa dalam bidang pemerintahan dengan usianya yang

cukup tua, tentunya telah memiliki catatan sejarah panjang dalam masalah

pengelolaan pemerintahan, yang relevansinya dengan figur kepemimpinan di

Desa Cikidang. Adapun Kepala Desa yang pernah memimpin di Desa

Cikidang sejak tahun 1932 adalah sebagai berikut.

Tabel 4.2

Periodisasi Kepala Desa Cikidang

No. Nama Periode


24

1 Dengkut ….... s/d 1932

2 Upung 1932 s/d 1938

3 Muhamad Safe’i 1938 s/d 1959

4 Wahi 1959 s/d 1964

5 Sobari 1964 s/d 1969

6 Idi Supriadi 1969 s/d 1985

7 Idi Djunaedi 1985 s/d 1988

8 Endje 1988 s/d 1998

9 Enjang Kusmayadi 1998 s/d 2008

10 Didi Lukmana 2008 s/d 2015

Dikaitkan dengan kondisi di Indonesia, khususnya di daerah pedesaan,

sejak zaman dahulu telah ada persekutuan hukum masyarakat lokal dengan

nama desa atau sejenisnya yang telah memiliki struktur perantara. Struktur

perantara yang dinamakan pemerintah desa dengan Kepala Desa sebagai

pemimpinnya, memainkan peranan sangat penting, yakni menjadi

penghubung antara masyarakat desa sebagai satu kesatuan masyarakat hukum

dengan lingkungan diluarnya. Bahkan pada masa penjajahan Belanda,

organisasi pemerintah desa telah diperalat kaum penjajah guna memeras

rakyat melalui pola tanam paksa ataupun memenuhi kewajiban menyumbang

tenaga kerja tanpa bayaran yang memadai (Breman, 1986). Keadaan semacam

itu pada masa penjajahan Jepang tetap dipertahankan dan bahkan ditambah

dengan kewajiban kerja paksa. Masyarakat desa telah sejak lama dalam

posisi terekspoitasi, sehingga sulit membangun desa apabila masyarakat


25

desa tidak diberdayakan, dicerdaskan dan dimanusiakan (Sadu Wasistiono,

2006: 4).

Dari sepuluh periodisasi kepemimpinan ini telah berhasil dibenahi

beberapa hal yang berkaitan dengan keberadaan Desa Cikidang secara historis

antara lain sebagai berikut.

a) Kepala Desa sebagai pendorong terhadap semangat masyarakat agar terus

bekerja jangan putus asa walaupun dalam situasi sulit. Ungkapan "Sepi ing

pamrih rame ing gawe”, dimana pamrih itu sudah terserap dalam tujuan

mulia manusia, yakni menyempurnakan kehidupan dengan jalan pengabdian,

sambil menyangkal sikap ingin menang sendiri (kumaha aing).

b) Kepala Desa berupaya menertibkan administrasi pemerintahan, penertiban

batas wilayah, penertiban kependudukan ketika terjadi proses pamekaran

kampung, penertiban masalah tanah titisara yang merupakan kekayaan desa,

serta penertiban-penertiban urusan pemerintahan lainnya. Hal ini memerlukan

waktu yang panjang, sehingga hal-hal yang menyangkut peningkatan

kesejahteraan rakyat yang relevansinya dengan sosial ekonomi rakyat kurang

terperhatikan.

c) Kepala Desa berupaya melakukan pembangunan yang diarahkan pada

kegiatan pembangunan fisik, terutama pembangunan jalan-jalan desa serta

pembangunan saluran irigasi secara tradisional yang merupakan sarana

penunjang dalam meningkatkan perekonomian rakyat. Selain pada bidang

pembangunan fisik, juga ada upaya untuk meningkatkan sumber daya

manusia di Desa Cikidang ke arah yang lebih maju dengan menekankan


26

kepada -rakyatnya agar menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang

lebih tinggi, jangan hanya puas dengan lulus dari sekolah dasar saja.

Begitu pula pembangunan pada bidang keagamaan, dengan dibangun

sarana-sarana peribadatan serta memperbanyak kegiatan-kegiatan

keagamaan.

d) Kepala Desa berupaya meningkatkan perekonomian rakyat, dengan

dibangunnya beberapa irigasi tradisional di beberapa titik lahan pesawahan

rakyat dengan mempergunakan swadaya masyarakat, serta pembagian

bibit unggul kepada para petani yang merupakan sumbangan pemerintah

melalui kelompok tani yang ada di setiap kampung.

e) Kepala Desa berupaya menghantarkan pemilu yang sangat sensitif di awal

reformasi tanpa terjadinya gejolak yang membahayakan stabilitas keamanan

di Desa Cikidang. Desa Cikidang berhasil menyelenggarakan pemilu multi

partai

Kepala Desa di era reformasi yang relevansinya dengan otonomi

daerah, peranan desa berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 cukup penting.

Menurut undang-undang tersebut,

“Desa merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai


susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa, serta
memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakatnya”. (UU NO. 22/1999)

Selain mempunyai wewenang penuh dalam pengelolaan daerah, desa

juga mempunyai perhatian besar dari pemerintah, baik pemerintah provinsi

maupun pemerintah pusat begitu besar, seperti yang didapatkan Desa Cikidang,
27

terbukti subsidi dana pemerintah mengalir melalui apa yang disebut DAU (Dana

Alokasi Umum) jumlahnya berkisar Rp 20 juta per tahun, DAK (Dana Alokasi

Khusus) dari provinsi berkisar antara Rp 15-20 juta pertahun. Belum lagi dana

PPK/IPM (Program Pengembangan Kecamatan/Indek Pengembangan

Masyarakat), besamya dana sesuai proposal yang diajukan desa yang

bersangkutan. (Wawancara dengan Bapak Didi, pada tanggal 12 Mei 2015).

Dengan adanya subsidi pemerintah yang berkesinambungan tidak ada

alasan lagi pembangunan di desa berjalan lambat. Hal ini diakui oleh Kepala

Desa Cikidang, Pembangunan di Desa Cikidang diarahkan pada skala perioritas

antara lain:

1) Perbaikan infrastrukiur jalan, terutama jalan milik desa.

2) Perbaikan dan pembuatan irigasi, sebagai penunjang peningkatan ekonomi

rakyat.

3) Pembangunan sumber daya manusia, dengan memberi dukungan penuh

terhadap program pendidikan dasar sembilan tahun.

Dalam pelaksanaannya penggunakan berbagai sumber dana antara lain

berasal dari swadaya masyarakat dan subsidi dari pemerintah. Selain dari subsidi

pemerintah sebagai sumber keuangan dalam meningkatkan sosial ekonomi,

Desa Cikidang mempunyai sumber pendapatan asli desa yang utama yaitu dari

Tower Milik PT XL dan sewa tanah titisara. Dengan sumber keuangan yang ada,

baik dari subsidi pemerintah maupun dari pendapatan asli desa, mampu

membangun berbagai sarana peningkatan ekonomi rakyat maupun sarana

sosial, seperti pembangunan irigasi secara permanen, perbaikan sarana


28

trasportasi, perbaikan sarana ibadah, dan peningkatan kegiatan kepemudaan

melalui karang taruna. Adanya peningkatan pembangunan pada masa sekarang

ini, tentunya tidak lepas dari partisipasi masyarakat yang pro aktif dalam

pembangunan desa, serta kerjasama yang solid antara Kepala Desa dengan

stafnya.

Kesuksesan dan kegagalan seorang pemimpin tergantung kepada

kemampuan seseorang menjadi pemimpin. Setiap pemimpin, intinya ingin

membangun dan mengadakan perubahan agar masyarakat yang dipimpinnya

mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik. Seperti dijelaskan lebih lanjut oleh

Bintoro sebagai berikut : “Pembangunan merupakan suatu proses pembaharuan

yang terus menerus dari keadaan tertentu kepada suatu keadaan yang lebih baik”

(Tjokroamidjodjo, 1983:222).

Hal tersebut berarti bahwa pembangunan adalah merupakan suatu

proses perubahan dan bila hal itu dilakukan oleh suatu bangsa, maka

perubahan itu harus direncanakan lebih dahulu. Mengenai pembangunan suatu

proses yang berencana dikemukakan oleh Sondan P. Siagian dalam bukunya

Administrasi Pembangunan yang dikutip oleh Taliziduhu Ndraha memberikan

pengertian pembangunan sebagai berikut.

“Pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan


dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu
bangsa, Negara, pemerintah menuju modemitas dalam rangka
pembinaan bangsa” (Ndraha, 1987 : 11).
Sedangkan Ibnu Syamsi memberikan pengertian pembangunan sebagai

“…..suatu proses perubahan sistem yang direncanakan dan pertumbuhan


yang terarah yang berorientasi pada perbaikan, modemitas, kemajuan
sosial ekonomis dan nation building.”(Syamsi, 1986 : 4).
29

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembangunan

mempunyai pengertian dasar sebagai berikut.

a. Pembangunan mengandung arti proses perubahan untuk menuju keadaan yang

lebih baik.

b. Perubahan tersebut dilaksanakan secara sadar.

c. Bahwa pembangunan itu mengacu pada modernitas.

Pembangunan desa merupakan bagian yang penting dan tidak

terpisahkan dari pembangunan nasional. Mengenai pengertian pembangunan desa

dikemukakan oleh Swalem sebagai berikut “Pembangunan desa adalah bagian

integral dari pembangunan nasional, yang dilaksanakan dalam rangka

pembangunan manusia seutuhnya, suatu gerakan pembangunan yang mencakup

keseluruhan aspek kehidupan masyarakat di desa, yang diarahkan untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat, memantapkan ketahanan masyarakat di

bidang ipleksosbudhankam dalam rangka mewujudkan ketahanan nasional yang

sehat dan kuat pada tahap berikutnya” (Swalem, 1987 : 34).

Mendukung pernyataan di atas Soewigno mengemukakan

pendapatnya tentang pembangunan desa sebagai berikut “Pembangunan desa

adalah pembangunan manusia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia,

pembangunan desa bersifat sektoral menyangkut semua segi kehidupan

masyarakat, sehingga pembangunan desa tidaklah pembangunan yang berdiri

sendiri tetapi merupakan satu kesatuan dari pembangunan nasional”

(Soewigno, 1985 : 79).

Dari pemyataan di atas terlihat bahwa sifat multi sektoral yang melekat
30

pada pembangunan desa mengharuskan bahwa pembangunan desa harus

dilaksanakan secara terintegrasi, terpadu dalam perencanaan dan pelaksanaan

sehingga optimalisasi dari pembangunan tcrsebut dapat dicapai berdaya guna dan

berhasil guna. Dalam hubungan ini, menurut Soewigno, pembangunan desa

menempatkan dirinya dalam tiga sifat, yaitu sebagai berikut.

a. Sebagai metode pembangunan dalam rangka mewujudkan cita-cita

bangsa, melalui pembangunan pedesaan, karena sebagian besar masyarakat

adalah tinggal dan berusaha desa. Masyarakat adalah subyek pembangunan.

b. Sebagai program yang menyangkut berbagai segi terakumulasi dalam bentuk

program-program yang pelaksanaanya di desa dan memerlukan

keikutsertaan masyarakat desa.

c. Sebagai gerakan, dimana harus dilaksanakan secara menyeluruh di

pedesaan. Sebagai gerakan maka diperlukan kemampuan untuk

menggerakkan masyarakat dalam melaksanakan pembangunan yang

dilandasi oleh kesadaran untuk meningkatkan dirinya dalam keadaan yang

lebih baik (Soewignjo, 1985 : 79).

Sedangkan pengertian pembangunan Desa menurut I Nyoman Beratha

adalah sebagai berikut.

“Pembangunan dari masyarakat pada unit pemerintahan terendah yang


harus dilaksanakan dan dibina terus-menerus secara sistematis dan terarah
sebagai bagian penting dari usaha pembangunan negara sebagai usaha
menyeluruh” (Beratha, 1982 : 72).
Pengertian di atas menunjukkan bahwa pembangunan desa adalah

pembangunan yang dilaksanakan oleh masyarakat desa dan merupakan bagian

dari pembangunan negara. Karena itu, pembangunan desa mempunyai nilai yang
31

strategis dalam pembangunan nasional hal ini dapat dilihat bahwa sebagian

besar rakyat Indonesia tinggal di daerah pedesaan yang hidupnya sangat

tergantung pada sektor pertanian. Pembangunan desa dilaksanakan secara

menyeluruh yang meliputi seluruh aspek kehidupan, hal ini sesuai dengan

pendapat Marbun yang mengemukakan bahwa “Pembangunan desa adalah

seluruh kegiatan pembangunan yang berlangsung di pedesaan dan meliputi

seluruh aspek kehidupan masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu dengan

mengembangkan swadaya gotong-royong” (Marbun, 1988 : 28).

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa pembangunan desa

merupakan rangkaian usaha yang dilaksanakan dalam lingkungan desa dengan

tujuan untuk mempertinggi taraf hidup masyarakat serta kesejahteraan

masyarakat desa. Aspek-aspek dalam pembangunan desa dirinci Kansil sebagai

berikut.

a. Aspek ekonomi adalah hal-hal yang bersangkutan dengan urusan-urusan :

1) Urusan ekonomi desa

2) Usaha ekonomi rakyat, koperasi, kewiraswastaan

3) Perlumbungan dan perkreditan desa

4) Produksi dan distribusi

5) Ketenagakerjaan

6) Bantuan pusat dan daerah

b. Aspek sosial budaya adalah hal-hal yang bersangkutan dengan urusan-urusan

1) Sosial

2) Pendidikan dan kebudayaan termasuk kepercayaan terhadap Tuhan Yang


32

Maha Esa

3) Kesehatan masyarakat

4) Gotong-royong masyarakat

5) Adat dan kebiasaan

c. Aspek agama adalah hal-hal yang bersangkutan dalam urusan-urusan :

1) Pendidikan agama

2) Kerukunan hidup antar-umat beragama

3) Lembaga-lembaga keagamaan

d. Aspek politik (pemerintahan) adalah hal-hal yang bersangkutan dalam urusan-

urusan :

1) Pemerintahan dengan pemerintahan tingkat atasnya dengan pihak-pihak

lain di luar wilayah kekuasaannya

2) Keamanan dan perlindungan masyarakat

3) Adat dan peradilan

4) Pajak dan retribusi

5) Pertahanan

e. Aspek keagamaan adalah hal-hal yang bersangkutan dalam urusan-urusan :

1) Keamanan desa

2) Keamanan dan ketertiban lingkungan

3) Keamanan harta benda desa/negara

4) Perlindungan masyarakat

f. Aspek kependudukan dan fisik adalah hal-hal yang bersangkutan dalam

urusan-urusan :
33

1) Kependudukan

2) Tata fisik usaha tani

3) Tata fisik permukiman dan lingkungan

4) Prasarana fisik desa yang meliputi sarana produksi, perhubungan

pemasaran dan sosial (Kansil, 1984:127)

Jadi dapat dikatakan bahwa pembangunan desa, mencakup beberapa

aspek kehidupan bagi seluruh masyarakat desa yaitu aspek eko.nomi, sosial,

budaya, agama, politik, keamanan serta kependudukan dan lingkungan hidup. Ciri

utama pembangunan desa adalah harus adanya keikutsertaan seluruh komponen

masyarakat di desa yang bersangkutan untuk melaksanakan pembangunan

bersama-sama. Demikian halnya pembangunan di Desa Cikidang, ternyata

mampu melibatkan seluruh komponen masyarakat sebagai rasa tanggung

jawab terhadap kemajuan desanya.

-------------00000----------

Anda mungkin juga menyukai