Anda di halaman 1dari 16

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA PIKIR

2.1 TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Pengertian Nelayan

Menurut Pasal 1 Undang-undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 1964

tentang Bagi Hasil Perikanan (LNRI No. 97 Tahun 1964, TLN No. 2690) (dalam

Retnowati, 2011), pengertian nelayan dibedakan menjadi dua, yaitu nelayan

pemilik dan nelayan penggarap. Nelayan pemilik adalah orang atau badan

hukum yang dengan hak apapun berkuasa atas sesuatu kapal atau perahu yang

dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan dan alat-alat penangkapan ikan,

sedangkan nelayan penggarap adalah semua orang yang menyediakan tenaganya

untuk ikutserta dalam usaha penangkapan ikan di laut. Secara geografis nelayan

adalah masyarakat yang hidup, tumbuh, dan berkembang di kawasan pesisir

yakni kawasan transisi antara wilayah darat dan laut (kusnadi, 2009).

2.1.2 Perilku dan Kebudayaan Nelayan

Sebagi entitas sosial, mayarakat nelayan memiliki sistem sosial yang

tersendiri dan berbeda dengan masyarakat lain yang hidup di daerah

pegunungan, lembah, atau dataran rendah atau perkotaan (Kusnadi, 2005). Bagi

masyarakat nelayan, kebudayaan merupakan system gagasan atau system

kognitif yang berfungsi sebagai pedoman kehidupan, referensi pola-pola


7

kelakuan sosial, serta sebagai sarana untuk 13 menginterprestasi dan memaknai

berbagai peristiwa yang terjadi dalm lingkunganya (keesing, 1989:68-69).

kebudayaan harus bersifat fungsional dalam kehidupan masyarakat. Jika

tidak, kebudayaan itu akan hilang dalam waktu yang tidak lama. Kebudayaan

haruslah membantu kemampuan survival masyarakat atau penyesuaian diri

individu terhadap lingkungan kehidupannya. Sebagai suatu pedoman untuk

bertindak bagi warga masyarakat, isi kebudayaan adalah rumusan dari tujuan-

tujuan dan cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan itu, yang disepakati

secara sosial (Kluckhon, 1984:85, 91).

Masyarakat nelayan secara umum memiiliki pola interaksi yang sangat

mendalam. Polainteraksi yang dimaksud dapat dilihat dari hubungan kerjasama

dalam melaksanakan aktifitas, melaksanakan kontak secara baik antara nelayan

dangan nelayan, maupun dengan masyarakat lainnya. Mereka memiliki tujuan

yang jelas dalam melaksanakan u sahanya serta dilakukan dengan sistem yang

permanen, sesuai dengan kebudayaan pada masyarkat nelayan. Berikut ini akan

dideskripsikan beberapa aspek antropologis yang dipandang penting sebagai

pembangun identitas kebudayaan masyarakat nelayan, seperti sistem gender,

relasi patron-klien, pola-pola eksploitasi sumber daya perikanan, dan

kepemimpinan sosial.

Sistem Gender Sistem gender adalah sistem pembagian kerja secara seksual

(the division of labor by sex) dalam masyarakat nelayan yang didasarkan pada

persepsi kebudayaan yang ada. Dengan kata lain, sistem gender merupakan

kontruksi sosial dari masyarakat nelayan yang terbentuk sebagai hasil evolutif
8

dari suatu proses dialektika antara manusia, lingkungan, dan kebudayaannya.

Sebagai produk budaya, sistem gender diwariskan secara sosial dari generasi ke

generasi. Berdasarkan sistem gender masyarakat nelayan, pekerjaan-pekerjaan

yang terkait dengan “laut” merupakan ”ranah kaum “laki-laki”, sedangkan

wilayah ”darat” adalah ranah kerja ”kaum perempuan”. Dalam rumah tangga

nelayan miskin, kaum perempuan, isteri nelayan, mengambil peranan yang

strategis untuk menjaga integrasi rumah tangganya. Modernisasi perikanan yang

berdampak serius terhadap proses pemiskinan telah menempatkan kaum

perempuan sebagai penanggung jawab utama kelangsungan hidup rumah tangga

nelayan (Kusnadi, 2003:69-83).

Jika pemerintah menggagas program-program pemberdayaan untuk

mengatasi kemiskinan nelayan, kaum perempuan dapat ditempatkan sebagai

subjek pemberdayaan sosial-ekonomi. Dengan demikian, upaya untuk mencapai

tujuanpemberdayaan dapat ditempuh secara tepat dan efisien. b. Patro-klien

Prinsip-prinsip relasi patron-klien berlaku juga pada masyarakat nelayan.

Unsure-unsur yang berpotensi sebagai patron adalah pedagang ikan berskala

besar dan kaya, nelayan pemilik perahu (orenga, Madura), juru mudi juragan

laut atau pemimpin awak perahu, dan orang kaya lainnya. Mereka yang

berpotensi menjadi klien adalah nelayan buruh (pandhiga, Madura) dan warga

pesisir yang kurang mampu sumber dayanya. Secara intensif, relasi patron-klien

ini terjadi di dalam aktivitas pranata ekonomi dan kehidupan sosial di kampung.

Para patron ini memiliki status dan peranan sosial yang penting dalam kehidupan

masyarakat nelayan (Kusnadi, 2000).


9

Kompleksitas relasi sosial patron-klien (vertikal) dan relasi sosial horisontal

di antara mereka merupakan urat-urat struktur sosial masyarakat nelayan. c.

Pola-pola Eksploitasi Sumber daya Dalam konteks hubungan eksploitasi sumber

daya perikanan, masyarakat nelayankita memerankan empat perilaku sebagai

berikut:

a) Mengeksploitasi terus-menerus sumber daya perikanan tanpa

memahami batas-batasnya.

b) Mengeksploitasi sumber daya perikanan, disertai dengan merusak

ekosistem pesisir dan laut, seperti menebangi hutan bakau serta

mengambil terumbu karang dan pasir laut.

c) Mengeksploitasi sumber daya perikanan dengan cara-cara yang

merusak (destructive fishing), seperti kelompok nelayan yang

melakukan pemboman ikan, melarutkan potasium sianida, dan

mengoperasikan jaring yang merusak lingkungan, seperti trawl atau

minitrawl.

d) Mengeksploitasi sumber daya perikanan dipadukan dengan tindakan

konservasi, seperti nelayan-nelayan yang melakukan penangkapan

disertai dengan kebijakan pelestarian terumbu karang, hutan bakau,

dan mengoperasikan jaring yang ramah lingkungan (Kusnadi,

2009:126-127).

Sebagai suatu sistem, masyarakat nelayan terdiri atas kategori-kategori

sosial yang membentuk kesatuan sosial. Mereka juga memiliki sisten nilai dan

kebudayaan sebagai referensi prolaku mereka sehari-hari.


10

Faktor kebudayaan ini yang menjadi pembeda antara masyarakat nelayan

dan masyarakat lainnya. Sebagian besar masyarakat pesisir menggantungkan

hidupnya mengelola potensi sumberdaya perikanan. Mereka menjadi komponen

utama konstruksi masyarakat maritim Indonesia.

2.1.3. Usaha perikanan

Usaha perikanan adalah suatu yang dilakukan oleh kelompok atau perorangan

dimana orientasi dari pekerjaan tersebut adalah untuk mendapatkan profit dari

hasil penankapan ikan penangkaran, atau budidaya ikan baik air tawar maupun air

laut dan usaha ini digolongkan menjadi beberapa kelompok hermanto (1986 : 17)

Menurut Hermanto (1986:23) nelayan dibedakan statusnya dalam usaha

penangkapan ikan, status nelayan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Juragan Darat, yaitu orang yang memiliki perahu dan alat tangkap ikan

tetapi dia tidak ikut dalam operasi penangkapn ikan kelaut. Juragan darat

menangung semua biaya operasi penangkapan.

b) Juragan Laut, yaitu orang yang memiliki perahu dan alat tangkap ikan,

tetapi dia ikut bertanggungjawab dalam operasi penangkapan ikan di laut.

c) Juragan Darat Laut, yaitu orang yang memiliki perahu dan alat tagkap ikan

serta ikut dalam operasi penangkapan ikan di laut. Mereka menerima bagi

hasil sebagai pemilik unit penangkapan.

d) Buruh atau pandega, yaitu orang yang tidak memiliki unit penangkapan dan

hanya berfungsi sebagai anak buah kapal. Buruh atau pandega pada

umumnnya menerima bagi hasil tangkapan dan jarang diberi upah harian.
11

2.1.4 Karakteristik nelayan

Karakteristik Adalah cirikhas seorang dalam meyakini, bertindak, ataupun

merasakan. Berbagai teori pemikiran dari karakteristik tumbuh untuk menjelaskan

berbagai kunci karateristik manusia (boere,2008)

Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam

operasi penangakapan ikan/ binatang air, orang yang hanya melakukan pekerjaan

dalam operasi penangkapan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat

perlengkapan kedalam perah/ kapal, mengankut ikan dari perahu/kapal tidak

dimasukan sebagai nelayan. Ataupun nelayan boleh diartikan orang yang mata

penchariana melakukan penangkapan ikan,

sedangkan masyarakat nelayan adalah kelompok atau sekelompok orang

yang bekerja sebagai nelayan, nelayan kecil, pembudidaya ikan kecil yang

bertempat tinggal disekitar kawasan nelayan (Bambang Riyanto,2013)

Karakteristik masyarakat nelayan berbeda dengan karakteristik masyarakat

petani karena perbedaan sumberdaya yang terkontrol yakni lahan untuk

memproduksi suatu jenis komoditas dengan hasil yang diprediksi dengan sifat

demikian sifat yang demikian memuminkanya lokasi produksi yang menetap,

sehingga mobilitas usaha yang reltaif rendah dan faktor resiko relatif kecil

(stefanus, 2005)

Nelayan tradisional

Koesnadi (2009) nelayan terbagi beberapa kategori hal ini dilhat dari

ketersediaan alat tangkap, kapasitas perahu atau kapal penangkap ikan

kemudian teknologi yang digunakan dan daya jelajah dari penangkapan ikan
12

a) Nelayan tradisional dari segi alat tankap biasanya hanya menggunakan

alat tangkap yang berkapasitas kecil dimana pendapatan rata rata hanya cukup

untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga

b) Dari kapasitas perahu penankap ikan penangkapan ikan rata-rata

berkapasitas dibawah dari 1 ton / dari setiap penangkapan

c) Dari segi teknologi perahu nelayan tradisional biasanya hanya

menggunakan teknologi mesin tempel yang berkapasitas (3 – 4 pknouck PK)

dimana daya jelajah dari mesin tersebut cukup terbatas

2.1.5Tipologi nelayan

Tipologi dapat di artikan sebagai pembagian masyarakat kedalam

golongan golongan menurut kriteria-kriteria tertentu. Kriteria dalam tipologi

masyarakat nelayan dapat dilihat berdasarkan lima sudut pandang (bagong

suyanto 2013)

1) Dari segi penguasaan alat alat produksi atau perlengakapan alat tangkap

yang dimiliki nelayan. Dalam sudut pandang ini nelayan bisa dibedakan

menjadi dua golongan yaitu golongan nelayan yang tidak mempunyai alat-

alat produksi sendiri (pemilik alat produksi) dan golongan nelayan yang

tidak mempunyai alat –alat produksi sendiri (nelayan buruh ) dalam hal

ini nelayan buruh hanya dapat menyumbang jasa tenaga dalam kegiatan

menangkap ikan serta mendapatkan upah yang lebih kecil dari nelayan

pemilik alat produksi.


13

2) Dari segi skala investasi modal usahanya.

Nelayan yang dipandang dari pandang ini digolongkan menjadi dua tipe,

yaitu nelayan besar yang memberikan modal investasi dengan jumlah yang

banyak untuk kegiatan menangkap ikan dan nelayan kecil yang hanya bisa

memberikan modal investasinya dengan jumlah yang banyak kegiatan

menangkap ikan dan nelayan kecil yang hanya bisa memberikan modal

investasinya dengan jumlah yang sedikit

Modal dalam dalam nelayan ini seperti kapal, alat tangkap dan

bahan bakar yang digunakan dalam proses produksi untuk mencari ikan.

Sebagian modal nelayan dalam proses produksi untuk mencari ikan

sebagian modal nelayan yang dimiliki digunakan untuk sebagai biaya

produksi atau biaya operasi, penyediaan input produksi (sarana Produksi),

seperti untuk memiliki perahu/kapal, alat tangkap yang digunakan, serta

bahan bakar untuk peerahu. Sedangkan dalam prasarana pendukung

nelayan dipakai untuk modal membeli es, keranjang ikan serta perbekelan

makan yang dibawa Mulyadi (2005)

3) Berdasarakan tingkat teknologi peralatan tangkap ikan, nelayan modern

cenderung lebih menggunakan teknologi canggih dan berpendapatan lebih

besar dibandingkan dengan nelayan trradisional, ini dikarenakan nelayan

modern wilayah produksinya dapat menjangkau perairan yang lebih jauh.


14

4) Berdasarkan tenaga kerja

Tenaga kerja menurut Basir Barthos (2001) aalah tiap orang yang

melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guan

mengahasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Menurut wagito (1984) menunjukan bahwa distribusi pendapatan dari pola

hasil tangkapan sangatlah timpang diterima antara pemilik dan awak kapal

secara umum hasil bagi bersih dengan sejumlah awak yang terlibat dalam

aktivitas kegiatan dikapal.

Semakin banyak jumlah awak kapal semakin kecil bagian yang akan

diperoleh setiap awaknyaSetiap usaha kegiatan nelayan yang akan dilaksanakan

pasti memerlukan tenaga kerja, banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan harus

disesuaikan dengan kapasitas kapal motor yang dioperasikan sehingga akan

mengurangi biaya melaut (lebih efisien ) yang diharapkan pendapatan tenaga kerja

akan lebih meningkat karena tambahn tenaga tersebut profesional (Masyhuri

1999)

5) Berdasarkan lama melaut

Setidaknya ada tiga pola penangkapan ikan yang laizim dilakukan oleh

nelayan pertama adalah pola penangkapan lebih dari satu hari. Penangkapan

ikan seperti ini merupakan penangkapan ikan seperti ini merupakan

penangkapan ikan lepas pantai. Jauh dekatnya daerah tangakapan dan besar

kecilnya perahu yang digunakan menentukan lamanya melaut kedua adalah

pola penangkapan ikan satu hari biasanya nelayan berangkat melaut sekitar

pukul 14.00 mendarat kembali sekitar jam 09 00 hari berikutnya.


15

Penangkapan ikan tengah hari penangkapan seperti ini merupkan

penangkapan ikan dekat pantai. Umumnya mereka berangkat sekitar jam

03.00 dini hari atau setelah subuh, dan kembali mendarat pagi harinya

sekitar jam 09 00 atau sampai pukul 15.00 sore

Lamanya perjalanan merupakan waktu yang diperlukan nelayan untuk

sampai ditempat sasaran penangkapan ikan, hal ini sangat dipengaruhi oleh

berapa lamanya nanti nelayan berada dilautan semaikn lama nelayan

dilautan semakin banyak waktu untuk mencari ikan juga semakin besar

peluangnya tergantungdari ikan yang didapat karena tidak ada kepastian

2.1.6 Ciri Ciri Nelayan

Menurut pollack (1998) bahwa nelayan dapat di bedakan kedalam dua

kelompok yaitu :

a) Nelayan Skala Besar

1) Besar kapasitasnya teknlogi penangkapan maupun jumlah armada Dimana

mereka lebih berorientasi pada keuntungan (profit oriented) dan

melibatkan buruh nelayan ebagai anak buah kapal (ABK) Dengan orientasi

kerja yang kompleks.

2) Pola hubungan antar berbagai status kerja tersebut juga semakin hirarkhis.

Hal ini menjadikan nelayan besar sering disebut sebagai nelayan industri

(industri fisher). Walaupun demikian nelayan industri sebenarnya lebih

tepat disebut dengan kapaitalis atau pengusaha perikanan karean umumnya

organisasi kerja yang mereka kendalikan bersifat normal dlam pengertian

status badan status badan hukum, dan mereka juga tidak terjun langsung
16

dalam usaha penangkapan sehingga sering disebut pula sebagai “ juragang

darat”

1) Nelayan Skali Kecil

Beroperasi didaerah pesisir yang tumpang tindih dengan kegiatan budidaya

2) Pola Umumnya mereka bersifat padat karya

3) Nelayan kecil mencakup berbagai karakteristik nelayan baik berdasarkan

kapasitas teknologi (alat tangkap dan armada) maupun budaya

4) Belum menggunakan alat tangkap yang maju

5) Berorientasi subsitem sehingga disebut sebagai peasant fisher

6) Biasanya hasil tangkap dijual kemudian dialokasikan untuk memenuhi

kebutuhan pokok sehari-hari dan untuk diinvestasikan kembali

melipatgandakan keuntungan

7) Menurut Undang undang perikan 2004 nelayan kecil adalah orang yang

mata pencaharianya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari hari

8) Nelayan keil pada umumnya merupakan kelompok masarakat termiskin

dan menjadi nelayan dalam waktu yang relatif lama, juga demikian resikio

yang sangat tinggi, baik karena kondisi alam maupun kondisi persaingan

antar nelayana, serta pendapatan yang tidak pasti ini terjadi karena menjadi

nelayan tidak hanya semata mata sebagai mata pencaharian, tapi

merupakan jalan hidup satu satunya


17

Menurut (Sastrawidjaya 2002 dalam sjarno 2008), ciri komunitas nelayan

dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu sebagai berikut:

a) Dari segi mata pencaharian nelayan adalah orang orang yang segala

aktifitasnya berkaitan dengan lingkungan laut dan pesisir atau yang

menjadikanya mata pencahariannya

b) Dari segi cara hidup , komunita nelayan adalah komunitas gotong royong

kebutuhuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting

pada saat untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar

dan pengarahan tenaga yang banyak, seperti pada saat berlayar, membangun

rumah atau tanggul penahan gelombang disekitar desa

c) Dari segi keterampilan, meskipun pekerjan nelayan adalah pekerjaan berat

namun pada umunya nelayan hanya memiliki keterampilan sederhana

kebanyakan yang bersangkutan bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang

diturunkan oleh orang tua bukan yang dipelajari secara profesional.

Dilihat dari teknologi yang digunakan dpat dibedakan menjadi dalam dua

kategori yaitu nelayan modern dan nelyan tradisional

a. Nelayan tradisional

Koesnadi (2009) nelayan terbagi beberapa kategori hal ini dilhat dari

ketersediaan alat tangkap, kapasitas perahu atau kapal penangkap ikan

kemudian teknologi yang digunakan dan daya jelajah dari penangkapan

ikan nelayan tradisional dari segi alat tankap biasanya hanya

menggunakan alat tangkap yang berkapasitas kecil dimana pendapatan rata

rata hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga Dari kapasitas
18

perahu penankap ikan penangkapan ikan rata-rata berkapasitas dibawah

dari 1 ton / dari setiap penangkapan Dari segi teknologi perahu nelayan

tradisional biasanya hanya menggunakan teknologi mesin tempel yang

berkapasitas (3 – 4 pknouck PK) dimana daya jelajah dari mesin tersebut

cukup terbatas

Sesunguhnya, nelayan bukanlah entitas tunggal, mereka terdiri dari berbagai

kelompok. Dilihat dari segi pemilikan alat tangkap, nelayan dapt dibedakan

menjadi 3 kelompok yaitu (Mulyadi,2005)

a) Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap orang

lain

b) Nelayan juragang adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang

dioperasikan oleh orang lain

c) Nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap

sendiri, dan dlam pengoperasianyatidak melibatkan orang lain.


19

2.2 Kerangka Pikir

Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam

operasi penangakapan ikan/ binatang air, profesi nelayan juga di sebut sebagai

seorang atau kelompok masyarakat yang dimana keseharianya dengan

mengandalkan alat tangkap, perahu dan teknologi untuk mengksploitasi sumber

daya alam biota laut

tipologi masyarakat nelayan dapat dilihat berdasarkan lima sudut pandang

(bagong suyanto 2013)

1) Dari segi penguasaan alat alat produksi atau perlengakapan alat tangkap

yang dimiliki nelayan. Dalam sudut pandang ini nelayan bisa dibedakan

menjadi dua golongan yaitu golongan nelayan yang tidak mempunyai alat-

alat produksi sendiri (pemilik alat produksi) dan golongan nelayan yang

tidak mempunyai alat –alat produksi sendiri (nelayan buruh )

2) Dari segi skala investasi modal usahanya.

Nelayan yang dipandang dari pandang ini digolongkan menjadi dua tipe,

yaitu nelayan besar yang memberikan modal investasi dengan jumlah yang

banyak untuk kegiatan menangkap ikan dan nelayan kecil yang hanya bisa

memberikan modal investasinya dengan jumlah yang banyak kegiatan

menangkap ikan dan nelayan kecil yang hanya bisa memberikan modal

investasinya dengan jumlah yang sedikit Mulyadi (2005)

3) Berdasarakan tingkat teknologi peralatan tangkap ikan, nelayan modern

cenderung lebih menggunakan teknologi canggih dan berpendapatan lebih


20

besar dibandingkan dengan nelayan trradisional, ini dikarenakan nelayan

modern wilayah produksinya dapat menjangkau perairan yang lebih jauh.

4) Berdasarkan tenaga kerja

Menurut wagito (1984) menunjukan bahwa distribusi pendapatan dari pola

hasil tangkapan sangatlah timpang diterima antara pemilik dan awak kapal

secara umum hasil bagi bersih dengan sejumlah awak yang terlibat dalam

aktivitas kegiatan dikapal.

5) Berdasarkan lama melaut

Setidaknya ada tiga pola penangkapan ikan yang laiim dilakukan oleh

nelayan pertama adalah pola penangkapan lebih dari satu hari.

Penangkapan ikan seperti ini merupakan penangkapan ikan seperti ini

merupakan penangkapan ikan lepas pantai.


21

Bagan kerangka pikir

Nelayan Tradisional

Kelurahan leok II

Faktor pendukung usaha


nelayan

1) alat tangkap produksi


2) modal usaha nelayan
3) teknologi yang
digunakan
4) tenaga kerja kelmpok
nelayan
5) pengalaman/ lamanya
nelayan melaut

ANALISIS DESKRIPTIF
KUALITATIF

Anda mungkin juga menyukai