THESIS
Oleh:
ISTIQOMAH FAUZIAH
NPM. 21064020014
Kepada
Halaman
I. PENDAHULUAN ...........................................................................................1
19
pertiga luas tanah air. Kelautan dapat menjadi tumpuan atau arus utama
ini dan masa depan, seharusnya sektor kelautan dan perikanan mendapat
perhatian yang lebih dari pemerintah. Perikanan laut di Indonesia sebagian besar
industri. Perikanan rakyat sendiri sampai saat ini masih bersifat tradisional,
artinya pengolahan yang dilakukan menerapkan informasi dari luar yang lebih
Negara yang memiliki kekayaan laut yang banyak dan beraneka ragam.
Luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta yang terdiri dari 2,7
juta perairan Nusantara dan 3,1 juta Perairan Zona Ekonomi Eksklusif. Panjang
garis pantai 95.181 km, dan gugusan pulau sebanyak 17.480. Melimpahnya
potensi hayati yang dikandung oleh laut di sekitar tempat komunitas nelayan
bermukim, seharusnya dapat menjadi suatu aset besar bagi nelayan setempat
kenyataannya sampai saat ini kehidupan nelayan tetap saja masih berada dalam
terisolasi desa pesisir, fasilitas pelayanan dasar termasuk infrastruktur fisik masih
persyarata.
bahwa masalah utama yang biasa dialami oleh masyarakat pesisir adalah
antara daratan dan lautan diwilayah pesisir telah membentuk ekosistem yang
beragam dan sangat produktif serta memberikan nilai ekonomi yang luar biasa
konsekuensi dari tekanan terhadap pesisir ini adalah masalah pengelolaan yang
timbul karena konflik pemanfaatan oleh berbagai pihak kepentingan yang ada
diwilayah pesisir.
2017 20.969
2018 20.032
2019 20.750
2020 20.687
2021 20.422
padadaerah pesisir yaitu para nelayan yang ada di daerah Mulyorejo. Kondisi
3
serta carut marut kemiskinan. Kelurahan Kejawan Putih Tambak terdapat kerja
sama antara dua pihak yang tidak sederajat baik dari segi kekuasaan maupun
bantuan keuangan kepada nelayan biasa pada saat masa paceklik dimana
nelayan biasa tidak melaut ataupun pada saat nelayan mendapatkan kesulitan.
sehari – harinya karena dalam kehidupan sehari – hari mereka hanya melakukan
kegiatan mata pencaharian dengan mencari ikan. Pada masa paceklik ketika
sedang tidak musim ikan atau pasang mati yang memberikan pilihan kepada
nelayan untuk tidak melaut. Hal ini tentunya berdampak pada keberlanjutan
kehidupan mereka ketika tidak ada lagi pendapatan yang bisa diperoleh yaitu
di masa mendatang.
alat tangkap. seperti jaring, jala, dan lain sebagainya. Para nelayan melakukan
4
surut air laut. Hasil tangkapan dari nelayan biasanya dijual langsung dipajak
yang dilakukan oleh beberapa keluarga nelayan. Berikut data kelompok nelayan
daerah laut dan pesisir pantai. Nelayan - nelayan kecil/tradisional pada umumnya
sangat mengharapkan sumber pendapatan langsung dari laut yang dijual untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari - hari. Oleh karena itu peneliti melakukan
bermata pencarian sebagai nelayan dan para penduduknya masih banyak yang
Surabaya ).
6
Jawa Timur?
Nelayan
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
teori yang didapat dibangku kuliah agar dapat melakukan observasi dan
b. Bagi Lembaga
tukar petani.
di Kelurahan Kejawan Putih Tambak Kota Surabaya Jawa Timur dari yang
diketahui oleh peneliti, ada beberapa yang telah melakukan penelitian seperti
yang tersebut di atas. Perbedaan dari penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti adalah berbeda dari lokasi dan alat analisis yang digunakan.
I. TINJAUAN PUSTAKA
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah indikator tingkat kesejahteraan dari
Keluarga Prasejahtera dan sebanyak 2 orang responden (6%) berada pada tahap
Swakarya.. Dari hasil penelitian yang dilakukan ditarik kesimpulan bahwa nelayan
Kesejahteraan Nelayan Alat Tangkap Gill Net Desa Asinan Kecamatan Bawen
Kabupaten Semarang”. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif. Dari hasil penelitian yang dilakukan ditarik kesimpulan bahwa nelayan gill
net Desa Asinan memiliki tingkat kesejahteraan tinggi berdasarkan hasil skoring
Biru, Kabupaten Malang, Jawa Timur”. Metode yang dipakai dalam penelitian ini
koefisien gini (Indeks Gini). Dari hasil penelitian yang dilakukan ditarik kesimpulan
bahwa Nelayan perikanan pelagis besar di Sendang Biru Kabupaten Malang tidak
pendapatan yang ditentukan oleh Bank Dunia setara 1,25 US$ atau setara
Rp.15.000/kapita/hari. Hal ini diperkuat oleh rataan nilai tukar yang ditunjukkan
pendapatan terjadi antar kelompok nelayan yang ada di Sendang Biru Kabupaten
Bondowoso Tahun 2018 dan untuk mengetahui capaian keberhasilan, dampak dan
penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar petani kabupaten Bondowoso pada tahun
2018 mengalami peningkatan sebesar 0,68 persen dari 103,73 pada tahun 2017
menjadi 104,44 pada tahun 2018. Hal ini menunjukkan bahwa petani kabupaten
sektor pertanian Kabupaten Bondowoso selama 5 tahun terakhir yakni Produksi dan
sektor hilirnya.
nilai tukar petani yang selama ini dijadikan sebagai indikator kesejahteraan petani
di Provinsi Jawa Timur periode tahun 2012-2014; (2) ketepatan dua alat ukur
komplemen (nilai tukar alternatif) dalam menggambarkan tingkat kesejahteraan
mengalami penurunan dari tahun 2012 hingga tahun 2014. Hal tersebut
menggambarkan kondisi riil dimana petani di Jawa Timur pada tahun tersebut
sehari-hari karena inflasi barang konsumsi. NTFP pada tahun 2012 mengalami
peningkatan dari keseluruhan jenis input faktor produksi kecuali biaya transportasi
pada tahun 2014 dimana pada tahun tersebut terjadi kenaikan harga bahan bakar
menyebabkan nilai tukar faktor produksi jenis input biaya transportasi berada
Nurasa dan Muchjidin (2013) dalam penelitiannya tentang analisis nilai tukar
petani dimana kelangsungan usatahani dan produksi padi sangat ditentukan oleh
kegairahan dan kesejahteraan petani padi dalam berusahatani padi. Dari analisis
pengeluaran yang terendah. Sementara itu dalam biaya produksi, biaya tenaga
sementara biaya input produksi lainnya (pajak) relatif kecil. Kondisi ini memberikan
implikasi bahwa: (a) peningkatan produksi petani tidak selalu diikuti oleh
pengukuran NTP hanya didasarkan kepada rasio harga harga, (b) pentingnya
menjaga efektivitas kebijakan harga dasar gabah dalam rangka menjaga stabilitas
harga jual padi petani, dan (c) perlunya pengembangan sistem pendanaan untuk
penundaan masa penjualan gabah petani. Peningkatan kesejahteraan petani padi
tidak hanya ditentukan oleh kebijakan dibidang pertanian juga nonpertanian. Untuk
itu kebijakan penetapan harga dasar gabah harus selalu disesuaikan sejalan
petani padi sawah, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang (Susanti, dkk,
2013). Diantaranya dengan menghitung nilai tukar petani untuk mengetahui tingkat
kesejahteraan petani dan menganalisis stratei peningkatan nilai tukar petani padi
sawah. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari petani melalui
metode slovin sehingga ditentukan besar sampel petani padi sawah sebanyak 42
orang yang mengusahakan usahatani padi sawah. Metode analisis data yang
digunakan adalah analisis dengan rumus matematis NTP = IT/IB. 100, indikator NTP
Masalah utama yang sering dihadapi oleh para petani khususnya petani
produsen padi saat ini adalah rendahnya tingkat harga jual beras terutama pada
saat puncak musim panen, karena lingkungan dan cuaca biasanya bersamaan
dengan musim hujan. Penyebab lain dari harga gabah yang rendah yaitu usahatani
padi skala kecil, keterbatasan sarana dan prasarana produksi dan pascapanen.
Tujuan: (1) menilai peran kelembagaan petani dalam pertukaran tarif, (2)
Hasil menunjukkan, nilai tukar dipengaruhi oleh umur, pendidikan, pengalaman, luas
kelembagaan milik anggota petani, sarana produksi terpenuhi terutama pupuk dan
2010).
Menurut penelitian Indah, dkk (2021) Nilai Tukar Petani (NTP) adalah indikator
penelitian ini 1) Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan peternak sapi dan 2) Untuk
mengetahui pengaruh faktor indeks harga yang dibayar peternak terhadap indeks
harga yang diterima peternak sapi. menggunakan data time series NTP dengan
tahun dasar 2012 = 100 sebagai dasar penghitungan tahun 2018 – 2019. Lokasi
Kabupaten Sidoarjo yang merupakan sentra sapi potong dan sapi perah. Sampel
analisis NTP dilakukan dilakukan secara deskriptif dan analisis faktor-faktor yang
menunjukkan bahwa nilai tukar peternak sapi di Kabupaten Sidoarjo pada tahun
2019 meningkat sebesar 1,81 persen dari 109,41 pada tahun 2018 menjadi 111,21
pada tahun 2019. Hal ini menunjukkan bahwa peternak sapi di Sidoarjo kabupaten
mengalami surplus atau kemakmuran. Harga input produksi indeks yang meliputi
harga benih, pakan, dan upah tenaga kerja yang harus dibayar oleh peternak sapi
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap harga sapi indeks diterima
oleh peternak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai tukar petani terhadap
laju inflasi di Indonesia di masa Covid 19 (Yasin, 2021). Variabel bebas nilai tukar
petani terdiri dari nilai tukar petani kehutanan, usahatani hortikultura, dan tanaman
inflasi, nilai tukar ternak petani berpengaruh positif dan signifikan atau berpengaruh
terhadap tingkat inflasi, nilai tukar rupiah petani hortikultura berpengaruh positif dan
signifikan atau berpengaruh terhadap laju inflasi, nilai tukar petani tanaman pangan
seperti pendapatan dan luas lahan pertanian. Nilai tukar petani merupakan indikator
dari kesejahteraan petani yang dapat menjadi ukuran pendapatan riil petani. Petani
nilai tukar cenderung meningkat dari tahun 2009 ke tahun 2013. Selain itu, luas
bertujuan untuk menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung dari nilai tukar
dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Penelitian ini menggunakan analisis
jalur untuk mendapatkan hasil, dengan variabel tenaga kerja pertanian dan
produktivitas pertanian sebagai intervensi variabel. Hasil yang diperoleh bahwa nilai
tukar petani memiliki pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung terhadap
dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya nilai tukar petani khususnya
digunakan adalah waktu bulanan data seri 2014-2017 yang dicampur dengan Badan
Pusat Statistik (BPS). Perkembangan dari nilai tukar petani di Kalimantan Selatan
regresi linier berganda. Hasil dari F pengujian menunjukkan bahwa model regresi
variable Nilai tukar dolar AS, harga gabah rata-rata di tingkat petani (GKP), dan
upah buruh panen memiliki berpengaruh nyata terhadap variabel terikat NTP
tanaman pangan. Selain itu, inflasi, nilai ekspor dan pertumbuhan ekonomi tidak
menunjukkan angka 0,918 yang berarti proporsi pengaruh keenam variabel bebas
kemajuan, data untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani juga diperlukan. Salah
ekonomi adalah Nilai Tukar Petani (NTP). Tujuan penelitian adalah untuk
menganalisis pengaruh inflasi, suku bunga, tenaga kerja, PDB, dan nilai tukar petani
sebelumnya pada nilai tukar petani di Provinsi Sumatera Utara. Data yang
digunakan adalah data sekunder dari 1989-2018. Model analisis yang digunakan
dan nilai tukar petani di masa lalu memiliki dampak yang menguntungkan dan
signifikan terhadap nilai tukar petani. Sedangkan secara simultan inflasi, suku
bunga, tenaga kerja, PDB, dan nilai tukar masa lalu bersama dengan dampak
Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan harga yang diterima petani
dengan harga yang dibayarkan petani, yaitu satu indikator mengukur kesejahteraan
juga di Tolitoli. Akibatnya sulit untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petani dilihat
menggunakan data primer yang diperoleh dari petani melalui wawancara langsung
PanganNilai Tukar (NTKP) dan Nilai Tukar Faktor Produksi (NTFP) memberikan
kontribusi sebesar 86,7% dan signifikan terhadap kenaikan NTP. Peningkatan NTP
Alat
Peneliti Tahun Komoditas Topik
Analisis
Analisis Strategi
Metode SEM Dan
Peningktanan Produktivitas
Analisis Statistik
Salmani 2013 Ikan dan Kesejahterahan Petani
Deskriptif Dan
Padi Di Desa Sambirejo
Multivariat
Kabupaten Langkat
Analisis Nilai
NTP
Analisis Nilai Tukar Petani
Maulana
2014 Ikan Analisis Deskriptif (NTP) Kabupaten
Firdaus
Bondowosotahun 2018
Serdang)
Strategi Pemberdayaan
Pangan
Indah, dkk 2021 Peternakan Berganda dan Sapi (NTP-T) Dan Faktor-
Sidoarjo
Pertanian di Indonesia.
Kalimantan Selatan
Autoregresif Sumatera
untuk menjawab tujuan penelitian ini maka diterapkannya metode analisis nilai tukar
yang digunakan.
2.21 Nelayan
Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di
Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pingir pantai atau pesisir laut.
Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bemata penceharian hasil laut dan
aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut dan pesisir, atau mereka yang
b. Dari segi cara hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong.
Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada saat
untuk mengatasi keadan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan pengerahan
tenaga yang banyak, seperti saat berlayar, membangun rumah atau tanggul
Kebanyakan mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang di turunkan oleh
orang tua, bukan yang dipelajari secara professional. Dari bangunan struktur sosial,
komunitas nelayan terdidiri dari atas komunitas yang hetorogen dan homogen.
transportasi angkutan hasil kepasar juga akan menjadi penyebab rendahnya harga
ekonomi yang sangat rendah. Pendidikan yang dimiliki masyarakat nelayan secara
umum rendah, dan sering dikategorikan sebagai masyarakat yang biasa bergelut
menurut Kusnadi (2002) pada dasarnya dapat ditinjau dari tiga sudut pandang yakni
1. Dari segi penguasaan alat produksi atau peralatan tangkap (Perahu, jaring
dan perlengkapan yang lain), struktur masyarakat nelayan terbagi dalam ketegori
nelayan pemilik (alat-alat produksi) dan nelayan buruh. Nelayan buruh tidak memiliki
terbatas.
nelayan terbagi kedalam kategori nelayan besar dan nelayan kecil. Nelayan, disebut
sebagai nelayan besar karena jumlah modal yang investasikan dalam uaha
kerja nelayan dan semakin besar pendapatan, semakin besar pula kemungkinan
menempati posisi yang tinggi dalam stratifikasi sosial. Pendapatan semakin kecil
dan semakin tidak strategis peranan dalam organisasi penangkapan ikan, maka
semakain rendah pula posisi dalam masyarakat. Juragan laut dalam konteks ini,
akan senantiasa mempunyai posisi yang lebih tinggi dari pada nelayan yang
beropesi sebagai buruh, demikian juga juragan darat akan menempati posisi yang
lebih tinggi dari pada juragan laut (Masyhuri, 1996 diacu oleh Masawir, 2009).
dua atau lebih Negara, sektor, atau kelompok sosial ekonomi. Walaupun asal mula
dan penggunaan yang lebih luas dari konsep ini berasal dari perdagangan
internasional, dewasa ini konsep nilai tukar juga sering digunakan untuk membuat
oleh sector produksi yang berbeda dalam suatu negara. Dari penggunaan seperti
ini timbul konsep mengenai nilai tukar antar sektor. Nilai tukar menurut Soeharjo,
dkk (1980) dapat digunakan untuk keperluan dua macam analisis. Penggunaan
yang pertama adalah sebagai alat deskripsi (descriptive tool). Sebagai alat deskripsi
konsep ini digunakan untuk menerangkan dan menjelaskan secara statistik atau
indeks mengenai kecendrungan jangka pendek dan jangka panjang tentang sejarah
yang sangat erat hubungannya dengan yang pertama, adalah sebagai alat untuk
keperluan penetapan kebijakan (tool for policy). Konsep nilai tukar nelayan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah konsep Nilai Tukar Nelayan (NTN), yang pada
NTN ini juga disebut sebagai Nilai Tukar Subsisten (Subsistence Terms of Trade).
Menurut Basuki, dkk (2001), NTN adalah rasio total pendapatan terhadap total
pengeluaran rumah tangga nelayan selama periode waktu tertentu. Dalam hal ini,
pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan kotor atau dapat disebut sebagai
NTN = Yt/Et
Yt = YFt + YNFt
Et = EFt + EKt
Ytd = total pendapatan keluarga nelayan periode dasar (harga bulan dasar)
td = periode dasar (bulan, tahun,dll). Dalam penelitian ini menggunakan lpnsep NTN
seperti diatas dimana dalam perhitungan ini INTN tahun dasar = 100 Asumsi dasar
dalam penggunanaan konsep NTN dan INTN tersebut adalah semua hasil usaha
perikanan tangkap. Barang non perikanan tangkap yang diperoleh dari pertukaran
ini dipakai untuk keperluan usaha penangkapan ikan, baik untuk proses produksi
tersedia tidak memungkinkan untuk memisahkan barang non nelayan yang benar-
(c) pendidikan
(d) kesehatan
(e) perumahan
(f) pakaian
(g) rekreasi.
Konsep NTN dan INTN di atas adalah konsep umum. Perhitungan NTN dalam kajian
ini merinci NTN kedalam spesifikasi jenis nelayan, sehingga didapatkan lima formula
(1) NTN-Juragan 38
(2) NTN-Nahkoda
perdebatan. Pertama adalah apa lingkup dari substansi kesejahteraan kedua adalah
kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat relatif karena tergantung
tersebut. Menurut Sunarti (2012), Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan
kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap warga negara
sendiri merupakan sesuatu yang bersifat relative karena tergantung dari besarnya
sejahtera , karena tingkat kebutuhan tersebut secara tidak langsung sejalan dengan
kehidupan dan penghidupan sosial. Material maupun spiritual yang diikuti dengan
rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman diri, rumah tangga serta masyarakat
lahir dan batin yang memungkinkan setiap warga Negara dapat melakukan usaha
pemenuhan kebutuhan jasmanai, rohani dan soial yang sebaik-baiknya bagi diri
sendiri, rumah tangga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi
(Liony, dkk, 2013). Kesejahteraan merupakan titik ukur bagi masyarakat yang berarti
bahwa telah berada pada kondisi yang sejahtera. Pengertian sejahtera itu sendiri
keadaan sehat, dan damai, sehingga untuk mencapai kondisi itu orang tersebut
memerlukan suatu usaha sesuai kemampuan yang dimilikinya. Para ahli ekonomi
dilihat sebagai lawan dari kondisi kemiskinan” (Dwi 2008 diacu oleh Widyastuti
Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga
negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
penghasilan secara kuantitatif; (2) adanya kesehatan keluarga yang lebih baik
secara kualitatif; dan (3) adanya investasi ekonomis keluarga berupa tabungan
manusia (Suharto, 2007). Meskipun tidak ada suatu batasan substansi yang tegas
seperti kesempatan kerja, perlindungan hari tua, keterbebasan dari kemiskinan, dan
atau Opportunities, dan ancaman atau Threats dalam suatu proyek atau spekulasi
bisnis (Suryatama, 2014). Dan dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan
1. Strengths (Kekuatan)
tubuh organisasi itu sendiri. Dengan mengenali aspek –aspek apa saja yang
organisasi tersebut.
2. Weaknesses (Kelemahan)
Weaknesses (Kelemahan) merupakan kondisi atau segala sesuatu hal yang
Pada dasarnya, sebuah kelemahan merupakan suatu hal yang wajar ada
kebutuhan konsumen atau dunia usaha dan industri dan lain – lain.
3. Opportunities (Peluang)
4. Threats (Ancaman)
meliputi hal – hal dari lingkungan yang tidak menguntungkan bagi sebuah
faktorfaktor yang mempengaruhi baik positif maupun negatif dari dalam dan dari luar
melakukan sesuatu.
terjadi.
Menurut Alex Sandra dan Edi Purwanto (2015) untuk menganalisis secara lebih
dalam tentang SWOT, maka perlu dilihat faktor faktor eksternal dan internal sebagai
a. Faktor Eksternal
(O dan T). Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi-kondisi yang terjadi
b. Faktor Internal
dan W). Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi-kondisi yang terjadi di
(IFE) merupakan sebuah alat formulasi strategi yang digunakan untuk meringkas
dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis,
peluang dan ancaman yang dianggap penting. Data eksternal dikumpulkan untuk
berikut:
internal, sementara total nilai diatas 2,5 mengidentifikasi posisi internal yang
kuat.
sebagai berikut:
1. Menulis faktor eksternal
yang kuat.
Hasil analisis pada tabel matriks faktor strategi internal dan faktor strategi
- Kalau peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y > 0 dan
y < 0.
- Kalau kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x > 0 dan
nilainya x < 0.
Gambar 2.1 Kuadran SWOT
Kuadran I:
Kuadran II:
Kuadran III:
Dilham, 2007).
yaitu:
a. Strategi SO: Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu
peluang sebesar-besarnya.
b. Strategi ST: Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang
indicator BPS yang dapat dilihat dalam mengukur tingkat kesejahteraan rumah
tangga nelayan yaitu kesejahteraan yang diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS).
beberapa indikator untuk memudahkan penelitian dilihat dari alat ukur tiap-tiap
indikator yang memungkinkan untuk diteliti. Adapun indikator yang digunakan dapat
dilihat pada kerangka pikir berikut ini: Kerangka Pemikiran sejahtera Tidak sejahtera
Hasil Biaya
Produksi Produksi
Penerimaan Konsumsi
Pengeluaran
Rumah
Tangga
It NTN Ib
Tingkat Kesejahterahan
berupa data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Jawa Timur. Sampel yang dijadikan pada saat survei Nilai Tukar Nelayan sebagai
responden adalah seluruh nelayan yang ada di Kelurahan Kejawan Putih Tambak.
Metode pengambilan dengan cara sesnsus atau bisa disebut metode sampling
jenuh adalah penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
teknik uji statistik yang sesuai untuk mendapatkan informasi yang diinginkan dari
tubuh materi atatu data yang sudah matang diperoleh pada instansi atau lembaga
dari berbagai sumber sesetara mungkin “menjadi satu bentuk yang sama”),
2018) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peniliti
Pertanian Provinsi Jawa Timur, Petani Padi, Penyuluh Pertanian dan Pedagang.
Pengumpulan data diperoleh dari dua sumber, yaitu data primer dan data
Data primer merupakan data yang diperoleh dari wawancara secara langsung
kepada pihak – pihak yang terlibat dalam objek penelitian, serta hasil observasi di
1. Wawancara
2. Observasi
Kelurahan Kejawan Putih Tambak , yang terdiri atas: (bahan pustaka) buku,
Data sekunder berarti data yang diperoleh dari studi literatur, baik dari
instansi terkait, maupun dari buku, jurnal, maupun penelitian terdahulu, yang telah
kesejahterahan, jurnal – jurnal yang membahas tentang nilai tukar petani padi dan
3. NTN dihitung dari indeks yang diterima nelayan dan indeks yang dibayar
nelayan.
Nilai Tukar Petani (NTN) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang
diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang dinyatakan
dalam persentase. Indeks harga yang diterima petani (It) didefinisikan sebagai
indeks harga yang menunjukkan perkembangan harga produsen atas hasil prouksi
petani. Sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) didefinisikan sebagai
petani, baik untuk konsumsi rumah tangga maupun proses produksi pertanian.
Semakin tinggi NTN, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya
beli petani.
Indeks Harga yang Diterima Nelayan (It) adalah indeks yang mengukur rata-
rata perubahan harga dalam suatu periode dari suatu paket jenis barang hasil
produksi pertanian pada tingkat harga produsen di petani dengan dasar suatu
periode tertentu. It digunakan untuk melihat fluktuasi harga barang yang dihasilkan
Ptti = Harga yang diterima nelayan bulan ke-t untuk jenis barang-i
Pt(t-1)I = Harga yang diterima nelayan bulan ke-(t -1) untuk jenis barang Ke-i
𝑃𝑡𝑡𝑖
𝑃𝑡(𝑡−1)𝑡
= Relatif harga yang diterima nelayan bulan ke-t dibandingka ke- (t-1) untuk
Ptoi = Harga yang diterima nelayan pada tahun dasar untuk jenis barang ke – i
Indeks Harga yang Dibayar nelayan (Ib) adalah indeks yang mengukur rata
- rata perubahan harga dalam suatu periode dari suatu paket komoditas barang
dan jasa biaya produksi dan penambahan barang modal serta konsumsi rumah
tangga di daerah pesisir dengan dasar suatu periode tertentu. Ib digunakan untuk
Dimana:
Pb(t-1)I = Harga yang dibayar nelayan bulan ke-(T - 1) untuk jenis barang ke- i
𝑃𝑏𝑡𝑖
𝑃𝑏(𝑡−1)𝑡
= Relatif harga yang dibayar nelayan bulan ke- t dibandingkan ke (t-1) untuk
Pboi = Harga yang dibayar nelayan pada tahun dasar untuk jenis barang ke – i
berikut.
𝐼𝑡
𝑁𝑇𝑁 = 𝑥 100%
𝐼𝑏
Keterangan:
Untuk menghitung indeks harga dibutuhkan data tentang jumlah produksi dari
harga dalam dua periode yaitu tahun 2012 dan 2013. Angka indeks bagi tahun
dasar adalah sama dengan 100, karena di anggap harga tahun 2012 sebagai 100
1. NTN > 100 berarti petani mengalami surplus. Harga produksinya naik lebih
sebelumnya.
3. NTN < 100, berarti petani mengalami deficit, kenaikan harga barang
tahap ini maka diketahui faktor internal dan eksternal seperti pada penjelasan
berikut.
A. Beberapa kekuatan nilai tukar petani padi
analisis yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis, dan tahap pengambilan
keputusan. Pada tahap pertama yaitu tahap pengumpulan data, dilakukan evaluasi
faktor eksternal maupun internal untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Tahap
selanjutnya adalah tahap analisis dimana pada tahap ini terdapat beberapa model
alat analisis yaitu; matrik tows, matrik BCG, matriks internal-eksternal, matriks
space, dan matriks grand strategi. Semakin banyak matrik yang digunakan dalam
analisis, maka analisis yang dilakukan akan semakin akurat. Tahap terakhir proses
mana pada tahap ini dapat digunakan matrik perencanaan strategis kuantitatif
untuk mempermudah pemilihan strategi.
memiliki peluang dan kekuatan, sehingga pada posisi ini perusahaan harus
Kuadran 2: Pada posisi ini perusahaan memiliki ancaman, namun masih ada
kekuatan dari segi internal sehingga ancaman tersebut dapat diatasi dengan
kekuatan yang ada. Strategi yang tepat untuk posisi ini adalah strategi diversifikasi
jangka panjang.
sehingga perusahaan harus memilih strategi yang tepat agar kelemahan yang ada
tidak mengurangi peluang besarnya. Strategi yang tepat untuk posisi ini adalah
menyusun factor - faktor strategis adalah matrik SWOT Matrik ini dapat
Keterangan:
Variabel adalah segala sesuatu bentuk apa saja yang ditetapkan oleh
kemudian ditarik kesimpulan. Variabel – variabel yang diukur dalam penelitian ini
2. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan nelayan untuk dalam
4. Penerimaan adalah jumlah uang atau balas jasa yang diterima petani dari
6. Indeks harga yang diterima nelayan adalah indeks harga yang menunjukkan
7. Indeks harga yang dibayar petani adalah indeks harga yang menunjukkan
perikanan(Rp).
perbulannya (jiwa).
Agustin, Eka R. Badjuri, Sarwedi. 2016. Analisis Nilai Tukar Petani Sebagai
Indikator Kesejahteraan Petani Di Provinsi Jawa Timur Periode Tahun
2012-2014. Artikel Ilmiah Mahasiswa. Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember (UNEJ)
Alex, Sandra. Edi Purwanto. 2015. Pengaruh Faktor-Faktor-Eksternal dan Internal
Terhadap Kinerja Usaha Kecil dn Menengah di Jakarta. Jakarta: Business
Management Journal Vol. 11 No.1 Maret 2015
Akbar, Taufik, Muhammad Fauzi, Hairin Fajeri. 2019. Faktor yang Mempengaruhi
Nilai Tukar Petani (NTP) Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Selatan.
IOSR Journal of Agriculture and Veterinary Science (IOSR-JAVS) e-ISSN:
2319-2380, p-ISSN: 2319-2372. Volume 12, Issue 7 Ser. I (July 2019), PP
83-91
Akhmad, Efendi. 2018. Nilai Tukar Petani Provinsi Bali Tahun 2015-2017. Badan
Pusat Statistik Provinsi Bali, Bali, Indonesia. Vol. 6 No. 1. 2018: Mei 2018
Anwas, Adiwilaga. 1992. Pengantar Ilmu Pertanian. Jakarta: Rineke Cipta.
Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Kesejahteraan Rumah Tangga. Badan Pusat
Statistik, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2011. Pengertian Nilai Tukar Petani. Sumatera Barat:
Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2014. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014. Badan Pusat
Statistik. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2015. Nilai Tukar Petani Sulawesi Selatan. Badan Pusat
Statistik. Makassar.
Badan Pusat Statistik. 2020. Nilai Tukar Petani Jawa Timur. Badan Pusat Statistik.
Provinsi Jawa Timur.
Badan Pusat Statistik. 2021. Provinsi Jawa Timur Dalam Angka 2021. Badan
Pusat Statistik. Provinsi Jawa Timur.
Bantilan, Nursida K., Made Antara Wahyuningsih dan Rustam Abd Rauf. 2017.
Peningkatan Nilai Tukar Petani melalui Tanam Padi Intensifikasi di Tolitoli,
Indonesia. Sustainable Agriculture Research. Vol. 7, No. 1; 2018. ISSN
1927-050X E-ISSN 1927-051
Barrington, Moore, Jr (1967). Social Origins of Dictatorship and Democracy: Lord
and Peasent in the Making of The Modern World, Bacon Press Books are
published under the auspices of the Unitarian Universalist Assosiation, US
Bilung, S. 2016. Analisis SWOT dalam menentukan Strategi Pemasaran Sepeda
Motor Honda Pada CV. Semoga Jaya Di Area Muara Wahau Kabupaten
KUtai Timur. EJournal Administrasi Bisnis
Bobihoe, J. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian, Jambi.
Chamidah, S., Karyadi, dan S. Suratiningsih. 2012. Perbandingan usahatani padi
yang menggunakan hand tracktor dengan ternak sapi di kelompok tani
karya pembangunan. Jurnal Agromedia.
Dajan, Anto. 1983, Pengantar Metode Statistik Jilid 1, LP3ES, Jakarta
David A. 2013. Manajemen Pemasaran Strategi. Edisi kedelapan. Salemba
Empat. Jakarta.
Ekaria dan A.N. Hasyyati. 2014. Kajian Penghitungan Nilai Tukar Petani Tanaman
Pangan (NTPP) di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Tahun 2011- 2013.
Jurnal Aplikasi Statistika dan Komputasi Statistik.
Hartoyo, Lutifah, Mulyani. 2010. Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat
Kesejahteraan Keluarga. Kasus di Wilayah Pesisir Jawa Barat. Jurnal Ilmu
Keluarga dan Konsumsi Volume 3 No. 1-10.
Hidayatulloh, W.A., S. Supardi, dan L.A. Sasongko. 2012. Tingkat ketepatan
adopsi petani terhadap sistem tanam jajar legowo pada tanaman padi
sawah. Jurnal Mediagro.
Indah, P.N., Tjahaja Amir, I., & S. 2021. Analisis Nilai Tukar Peternak Sapi (NTP-
T) Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Sidoarjo.
Jurnal Internasional Teknologi Rekayasa dan Riset Manajemen, 5(3), 1-8.
doi: 10.7821/ijetmr. v8.i5.2021.934
Indraningsih, S.K, dkk. 2010. Kinerja Penyuluh Dari Perspektif Petani Dan
Eksistensi Penyuluh Swadaya Sebagai Pendamping Penyuluh Pertanian.
Jurnal Analisis KebijakanPertanian. Volume 8, Nomor 4.
Jumin, H.B. 2010. Dasar-dasar Agronomi. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Krisnamurthi, B, 2009. Langkah Sukses Menuju Agribisnis. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Kusriawati, Nisngsih. Hamamah, 2013. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Dan External Factor Evaluation (EFE) Buah Naga Organik (Hylocereus
Undatus) [skripsi]. Program Studi Agribisnis: Universitas Islam Madura
Lestari, Novi. 2020. Analisis Strategi Peningkatan Produktivitas dan
Kesejahterahan Petani Padi Di Desa Sambirejo Kabupaten Langkat. Jurnal
Ekonomi Pembangunan. Universitas Pembangunan Panca Budi Medan
Lukmandono. 2015. Analisis SWOT untuk Menentukan Keunggulan Strategi
Bersaing di Sektor Industri Kreatif. Seminar Nasional Sains dan Teknologi
Terapan III. Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
Machfudh, Masyhuri. 2007. Dasar-Dasar Ekonomi Mikro. Jakarta: Prestasi
Pustakaraya.
Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Edisi Ke-Tiga.LP3S
Musaqa, S. 2006. Analisis Sistem Pengadaan dan Pemasaran Benih di Kabupaten
Batang Hari, Provinsi Jambi. Fakultas Pertanian. Insititut Pertanian Bogor,
Bogor. (Skripsi Sarjana Pertanian)
Nazir, 2010. Analisis Determinan Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Kabupaten
Aceh Utara. Tesis. Medan. Universitas Sumatera Utara.