UNYSEF 2016
Coastal-C
(Koperasi Mina Syariah Sebagai Solusi Peningkatan Pengelolaan Potensi
Sumberdaya Kelautan Untuk Mewujudkan Masyarakat Pesisir Berdayasaing
Global)
Diusulkan Oleh :
Fahrizal Amir
H34130036
2013
C54130033
2013
Rahma Suryaningtyas
H54130068
2013
LEMBAR PERNYATAAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang
berjudul Coastal-C (Koperasi Mina Syariah Sebagai Solusi Peningkatan
Pengelolaan Potensi Sumberdaya Kelautan Untuk Mewujudkan Masyarakat
Pesisir Berdayasaing Global) dengan baik dan lancar.
Melalui karya tulis ini penulis ingin menyampaikan suatu solusi terkait
permasalahan pengelolaan perikanan dan kesejahteraan masyarakat pesisir agar
mampu memiliki daya saing global.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis, baik secara langsung
maupun tidak langsung, sehingga akhirnya karya tulis ini dapat diselesaikan.
Kami menyadari terdapat banyak kekurangan dalam pembuatan karya tulis
ini. Besar harapan kami karya tulis ini dapat diapresiasi secara baik oleh pembaca,
sehingga dapat bermanfaat dan menambah
Penulis,
DAFTAR ISI
4
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan.......................................2
Tabel 4.1 Potensi Ekonomi Maritim Indonesia ................................................11
Tabel 4.2 Potensi Produk Lestari dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya
Ikan di Indonesia................................................................................................11
Tabel 4.3 Gambaran Kesejahteraan Berdasarkan Pendapatan.....................12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambaran Tataniaga Bisnis Ikan Tangkap...................................13
Gambar 2. Konsep Coastal-C Koperasi Mina Syariah..................................15
RINGKASAN
tulis ilmiah, artikel, serta jurnal dari internet. Metode pengumpulan data dilakukan
melalui studi kepustakaan dan pencarian data mengenai obyek permasalahan yang
dibahas dalam karya tulis. Pendekatan yang digunakan adalah deskripsi kualitatif
dan analisis data dilakukan adalah dengan metode kualitatif.
Peranan sektor perikanan dalam memicu pertumbuhan ekonomi Indonesia
masih sangat kecil, yaitu hanya 2,3% terhadap PDB keseluruhan. Potensi
sumberdaya laut belum mampu dipotimalisasikan dengan baik. Salah satu bentuk
solusi untuk optimalisasi pengelolaan kekayaan laut adalah pembentukan
Coastal-C atau Konsep Koperasi Mina Syariah yang berfokus pada tiga hal yaitu
produksi, distribusi, serta pembinaan dan pelatihan. Pembentukan Coastal-C atau
Konsep Koperasi Mina Syariah harus segera direalisasikan dan didukung
pelaksanannya oleh pemerintah, seluruh lapisan masyarakat.
Keyword : Masyarakat Daerah Pesisir, Koperasi Mins Syariah, Potensi
Sumberdaya Laut
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengaan 17.504
pulau dan dibingkai dengan 95.181 km garis pantai terpanjang kedua setelah
Kanada (Sumber: data dan informasi geospasial, 2013). Sebesar 75% luas
Indonesia adalah laut. Sekitar 60% penduduk dan 2/3 kota-kota di Indonesia
tinggal dan terdapat di wilayah pesisir (Kemendagri, 2012).
Berdasarkan potensi tersebut, seharusnya ekonomi maritim Indonesia
memiliki peran yang cukup besar dalam mewujudkan perekonomian Indonesia.
Kemajuan perekonomian maritim Indonesia seharusnya berbanding lurus dengan
kesejahteraan masyarakat pesisir. Wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, dan laut
Indonesia mengandung potensi SdA dan jasa-jasa lingkungan (environmental
services) yang sangat besar dan bisa digunakan untuk berbagai macam kegiatan
(sektor) pembangunan, tetapi hingga saat ini belum dimanfaatkan secara optimal.
Luas wilayah pesisir hanya 8% permukaan bumi, tetapi menghasilkan 45%
SdA dan jasa lingkungan dunia (Costanza, 1998). Berdasarkan fakta tersebut,
sebagian besar nelayan masih kesulitan untuk mengangkat derajat ekonominya
menjadi taraf sejahtera. Hasil tangkapan para nelayan hanya dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mengganti biaya operasional
penangkapan ikan.
Posisi nelayan dan pembudidaya ikan dalam sistem rantai pasok
(tataniaga) sangat tidak diuntungkan. Seringkali hasil tangkapan dan budidaya
petani dibeli dengan harga yang sangat murah. Masalah lainnya yang tidak kalah
vital adalah nelayan belum bisa mengatur dan menjaga kontinuitas pendapatan
saat musim hujan dan musim kemarau. Saat musim hujan, hasil tangkapan
nelayan akan melimpah ruah, namun pada saat musim kemarau, hasil tangkapan
akan sedikit, dan pendapatan nelayanpun semakin kecil.
Keadaan nelayan yang terbatas pada akses teknologi serta ilmu
pengetahuan mengakibatkan pengelolaan sumberdaya yang ada belum dapat
dimaksimalkan dengan baik. Pengelolaan potensi sumberdaya laut secara
maksimal baru dapat dilakukan oleh pengusaha besar dengan ketersediaan modal
yang cukup besar dan teknologi yang memadai, sehingga dapat menangkap dan
membudidayakan ikan dengan kualitas yang lebih baik serta mendapatkan
pendapatan yang cukup besar, sedangkan nelayan masih termarjinalkan.
Tabel 1.1 Data Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan
Jenis
Luas
Kegiatan
Perairan
Perikanan
(juta km2)
MSY (juta
ton/tahun)
A. Perikanan Tangkap
2. Perairan
Umum
(Payau)
3. Perairan
Umum dan
Tingkat
2014 (juta
Pemanfaatan
ton)
(%)
6.2
5.8
7.3
5.78
79
0.54
0.9
0.42
46.67
B. Perikanan Budidaya
2. Tambak
Produksi
14.52
0.24
42
9.38
22.33
0.02
10
2.39
23.9
0.02
5.7
2.75
48.24
Tawar
TOTAL
6.62
65.9
20.72
31.44
Sumber: Statistik Kelautan dan Perikanan 2015 diolah oleh RD Institute, 2016.
Sesuai dengan data tersebut, pemanfaatan sumberdaya kelautan yang ada
masih belum maksimal. Total potensi ekonomi sebelas sektor Kelautan Indonesia
yaitu US$ 1,2 triliun/tahun atau 7 kali lipat APBN 2015 (Rp 2.000 triliun = US$
170 miliar) atau 1,2 PDB Nasional saat ini.
Koperasi mina syariah menjadi salah satu solusi untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan tersebut. Pembentukan koperasi mina syariah guna
mengoptimalkan
peran
koperasi
untuk
mengurangi
kesenjangan
dan
mandiri secara ekonomi. Koperasi mina syariah memiliki fokus pada produksi,
distribusi, dan juga pembinaan serta pelatihan bagi masyarakat daerah pesisir
untuk peningkatan moral.
Kegiatan pembinaan dan pelatihan dilaksanakan untuk meningkatkan
kualitas para nelayan yang kemudian akan meningkatkan produktivitas dan
kesejahteraan meningkat. Hal tersebut akan menjadikan perekonomian nasional
berbasis maritim semakin memiliki daya saing. Oleh karena itu, penulis
memberikan sebuah solusi melalui penulisan karya ini yang berjudul Coastal-C
(Koperasi Mina Syariah Sebagai Solusi Peningkatan Pengelolaan Potensi
Sumberdaya Kelautan Untuk Mewujudkan Masyarakat Pesisir Berdayasaing
Global).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rincian
permasalahan yang di hadapi adalah sebagai berikut:
1. Apa dan bagaimana urgensi serta potensi pengembangan ekonomi maritim
di Indonesia?
2. Apa faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat pesisir kurang sejahtera?
3. Bagaimana solusi untuk mengatasi kurangnya kesejahteraan masyarakat
pesisir tersebut?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan karya tulis
ini adalah :
1. Mengetahui urgensi dan potensi pengembangan ekonomi maritim
Indonesia.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kurang sejahteranya masyarakat
pesisir Indonesia.
3. Merumuskan solusi peninngkatan kesejahteraan masyarakat pesisir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Masyarakat Pesisir
Masyarakat pesisir adalah sekelompok masyarakat yang hidup bersamasama mendiami suatu wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan khas
yang terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumberdaya pesisir
(Satria, 2009). Masyarakat pesisir tidak saja nelayan, melainkan juga
pembudidaya ikan, pengolah ikan serta pedagang ikan. Demikian juga dengan
jenis mata pencaharian masyarakat pesisir yaitu memanfaatkan sumberdaya alam
atau jasa-jasa lingkungan yang ada di wilayah pesisir seperti nelayan, petani ikan,
dan pemilik atau pekerja industri maritim (Adnan, 2015).
Masyarakat pesisir yang didominasi oleh usaha perikanan pada umumnya
masih berada pada garis kemiskinan, mereka tidak mempunyai pilihan mata
pencaharian, memiliki tingkat pendidikan yang rendah, tidak mengetahui dan
menyadari kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan yang ada di wilayah
pesisir (Lewaherilla, 2002). Kemudian dari status legalitas lahan, karakteristik
beberapa kawasan permukiman di wilayah pesisir umumnya tidak memiliki status
hukum, terutama area yang direklamasi secara swadaya oleh masyarakat
(Suprijanto 2006).
Wilayah pesisir merupakan wilayah daratan yang berbatasan dengan laut.
Batas di daratan meliputi daerahdaerah yang tergenang air, maupun yang tidak
tergenang air yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang surut,
angin laut dan intrusi garam, sedangkan batas di laut ialah daerah-daerah yang
dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti sedimentasi dan
mengalirnya air tawar ke laut, serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh
kegiatan-kegiatan manusia di daratan (Bengen 2001).
Menurut Pramono (2005) masyarakat pesisir pada umumnya merupakan
masyarakat tradisional dengan kondisi strata sosial ekonomi yang sangat rendah.
Masyarakat yang tinggal di daerah pesisir sering dikategorikan sebagai
masyarakat yang biasa bergelut dengan kemiskinan dan keterbelakangan.
Permasalahan pokok yang ada pada masyarakat pesisir adalah masih rendahnya
tingkat pendidikan, pengetahuan kelautan yang sangat kurang, pemilikan modal
serta manajemen usaha perikanan yang rendah (Soero et al 2012).
Sebagian besar mata pencaharian masyarakat pesisir adalah bergerak
dalam sektor pemanfaatan sumberdaya kelautan (marine resource based), seperti
4
nelayan, pembudidaya
ikan, penambangan
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Penulisan karya tulis ini menggunakan data sekunder yang meliputi bukubuku yang relevan dengan topik penulisan, karya tulis ilmiah, artikel, serta jurnal
dari internet. Penulisan karya tulis ini juga menggunakan data tidak langsung dari
kutipan pernyataan beberapa orang yang memiliki kompetensi terkait dengan
permasalahan yang dibahas. Sumber data berasal dari Kementerian Koperasi dan
UMKM, Badan Pusat Statistik (BPS), serta instansi lainnya.
3.2 Teknik Pengumpulan Data dan Informasi
Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan yang
mendalam dan pencarian data mengenai obyek permasalahan yang dibahas dalam
karya tulis. Studi kepustakaan menggunakan referensi-referensi umum dan
khusus. Untuk semakin mendukung dan memperkuat ketepatan dan kredibilitas
dari penulisan informasi juga dilakukan pengumpulan data melalui internet.
3.3 Pendekatan Penulisan
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah
deskripsi kualitatif
berdasarkan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Perekonomian Nasional Berbasis Maritim
dibandingkan
dengan luas
negara-negara
luas total 5.193.250 km2 (Wikipedia, 2015). Berdasarkan data total luas Indonesia
tersebut, sekitar 75% atau 3.257.483 km berupa lautan, sedangkan sisanya,
sekitar 25% atau 1.919.440 km adalah berupa daratan. Total luas daratan tersebut,
sekitar 28% atau 537.443 km2 adalah perairan air tawar, dan sisanya, sekitar 72%
atau 1.381.996 km2 adalah daratan (Dauhuri, 2015).
Total potensi ekonomi di sebelas sektor kelautan Indonesia yaitu US$ 1,2
triliun/tahun atau 7 kali lipat APBN 2015 (Rp 2.000 triliun = US$ 170 miliar) atau
1,2 PDB Nasional saat ini. Hal tersebut mampu menyediakan lapangan kerja
untuk 40 juta orang atau 1/3 total angkatan kerja Indonesia. Berikut adalah tabel
potensi 11 sektor ekonomi maritim Indonesia:
Tabel 4.1 Potensi Ekonomi Maritim Indonesia
No
Sektor Ekonomi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Perikanan Tangkap
12
Perikanan Budidaya
80
Industri Pengolahan Hasil Perikanan
100
Industri Bioteknologi Kelautan
180
ESDM
210
Parawisata Bahari
60
Transportasi Laut
30
Industri dan Jasa Maritim
200
Coastal Forestry
8
Sumberdaya Wilayah Pulau Kecil
120
Sumberdaya No-Konvensional
200
Total
1.2
Sumber: Dauhuri, 2015.
Posisi geoekonomi dan geopolitik Indonesia sangat strategis, dimana 45%
dari seluruh komoditas dan produk dengan nilai 1.500 dolar AS/tahun dikapalkan
melalui ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) (UNCTAD, 2012). Selat Malaka
(ALKI-1) merupakan jalur transportasi laut terpadat di dunia, sekitar 150 200
kapal per hari. Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar di dunia
dengan 17.504 pulau, 6.000 diantaranya tak berpenghuni. Seluruh pulau tersebut
dibingkai dengan garis pantai sepanjang 95.181 km. Hal tersebut menyebabkan
Indonesia menjadi negara dengan garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada.
10
Jenis
Kegiatan
Perikanan
Luas
Perairan
(Juta Km2)
MSY (juta
ton/tahun)
A. Perikanan Tangkap
5.8
2. Perairan
0.54
Umum
B. Perikanan Budidaya
0.24
Produksi 2014
(juta ton)
Tingkat
Pemanfaatan
(%)
6.2
7.3
5.78
79
0.9
0.42
46.67
14.52
42
9.38
22.33
2. Tambak
0.02
10
2.39
23.9
(Payau)
3. Perairan
Umum dan
0.02
5.7
2.75
48.24
Tawar
TOTAL
6.62
65.9
20.72
31.44
Sumber: Statistik Kelautan dan Perikanan 2015 diolah oleh RD Institute, 2016.
4.3 Kesejahteraan Masyarakat Pesisir
Data yang telah disebutkan sebelumnya, sekitar 60% penduduk dan 2/3
kota-kota Indonesia tinggal dan terdapat di wilayah pesisir (Kemendagri, 2012).
Data tersebut, jika dibandingkan dengan jumlah masyarakat pesisir di dunia, luas
wilayah pesisir hanya 8% permukaan bumi, tetapi menghasilkan 45%
Sumberdaya Alam (SdA) dan Jasa Lingkungan (JasLing) dunia (Costanza, 1998).
Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan kesejahteraan yang diukur
dalam segi pendapatan masyarakat pesisir:
11
Berikut
Ekosistem
Laut dan
Populasi
Ikan
12
Nelay
an
Hasil
Tangka
p
PP
PP
PP
PP
Konsume
n (PASAR)
Pabrik
(PRODUSEN
)
Sarana Produksi
* Jaring
* Alat Tangkap
* BBM
* Beras/Mie, dll
tersebut
menunjukkan
perlu
adanya
fokus
terhadap
13
14
yang dibuat untuk diterapkan di masyarakat daerah pesisir fokus pada bagian
produksi, distribusi, serta pembinaan dan pelatihan.
Konsep Coastal-C dengan berfokus pada tiga konsep akan semakin
mengefektifkan dan mengoptimalkan fungsi koperasi mina syariah. Beberapa
koperasi yang mengalami kegagalan atau kerugian karena kurangnya pemahaman
anggota dan pengurus terhadap peran dan fungsi koperasi. Pengurus koperasi
yang tidak memiliki kualifikasi untuk menjalankan tugas koperasi akan membuat
pelaksanaan koperasi syariah menjadi buruk begitupun dengan anggota.
Pengurus dan anggota harus bersama-sama memaknai bahwa koperasi
dibentuk untuk mewujudkan kesejahteraan hidup mereka. Hal tersebut akan
membuat koperasi berdiri kokoh karena pengurus dan anggota bersama-sama
untuk memajukan koperasi mina syariah yang sudah dibuat. Koperasi seperti
halnya organisasi yang lain membutuhkan manajemen yang baik agar tujuan
koperasi tercapai dengan efisien.
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Baitul Mal Wat Tamwil
Darussalam Madani (BMT-DM) Kota Wisata, Cibubur, menjadi salah satu contoh
koperasi syariah yang sukses. Koperasi BMT-DM itu didirikan pada 9 September
2007 yang diprakarsai Badan Pengelola Masjid Darussalam Kota Wisata Cibubur
dengan modal awal sekitar Rp 185 juta. Anggota dari koperasi syariah ini adalah
pengurus masjid dan pegadang di Fresh Market Cibubur.
KJK BMT-DM berkembang pesat sebagai salah satu koperasi berbasis
syariah di Indonesia, di mana hanya dalam waktu dua tahun mampu
mengembangkan asetnya hingga Rp 2,28 miliar. Dalam waktu dua tahun, koperasi
tersebut mampu menghimpun anggota hingga 500 orang, dan mampu membeli
gedung di kawasan tersebut sebagai kantornya. Selain itu, BMT DM juga telah
menggunakan standar operasi secara on-line terkomputerisasi sehingga seluruh
anggotanya terintegrasi dengan kartu anggota yang on-line, layaknya kartu ATM
perbankan.
Pelaksanaan koperasi mina syariah berfokus pada tiga hal, yaitu produksi,
distribusi, serta pembinaan dan pelatihan. Berikut adalah gambaran konsep
Coastal-C yaitu Koperasi Mina Syariah :
15
Distribusi :
Produksi :
* Pengelolaan TPI
* Akad Simpan
tersendiri
Pinjam Syariah
Pembinaan dan
* Pengadaan mitra
Pelatihan
* Pengadaan Sarana
dengan perusahaan
Produksi (Saprodi)
* Penyediaan es batu
* DiversifikasiGambar
Produk2. Konsep Coastal-C Koperasi Mina Syariah
* Pengemasan
Konsep Koperasi
Mina Syariah
16
harganya atau mengalami peningkatan pada musim kemarau, sehingga hal ini
dapat diatasi dengan tabungan yang dimiliki oleh para nelayan.
Program sistem simpan pinjam syariah hanya berlaku bagi anggota
koperasi. Pinjaman yang diberikan oleh koperasi adalah pinjaman yang digunakan
untuk produksi dengan dibina serta diawasi penggunaannya oleh pihak pengurus
koperasi. Pembinaan dan pengawasan pemberian pinjaman produksi dilakukan
untuk menghindari penggunaan pinjaman yang tidak semestinya dilakukan.
Pinjaman yang diberikan oleh koperasi juga dapat diberikan ketentuan
khusus, seperti hanya diperuntukkan bagi masyarakat daerah pesisir yang terdaftar
sebagai anggota dan anggota tersebut memiliki jumlah simpanan Rp 2.000.000,00
untuk pinjaman Rp 3.000.000,00 - Rp 4.000.000,00. Hal tersebut dilakukan untuk
melihat keaktifan anggota di koperasi agar anggota tidak hanya melakukan
pinjaman, tetapi juga mampu mengelola harta yang dimiliknya sebaik mungkin.
Selain itu, hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi apabila terjadi
penunggakan pembayaran karena selama ini beberapa koperasi mengalami
kerugian karena anggota yang meminjam uang tidak bisa bahkan tidak mau
mengembalikannya.
Pinjaman lain yang dapat diberikan oleh koperasi adalah pinjaman yang
diberikan kepada anggota aktif yang sedang terkena musibah, seperti ada keluarga
yang meninggal, rumah kebakaran, dan sebagainya. Pinjaman tersebut berasal dari
dana yang memang sengaja dipisahkan dengan pinjaman produksi yang
dikumpulkan untuk membantu anggota yang sedang membutuhkan bantuan.
Pinjaman yang diberikan oleh koperasi adalah pinjaman dengan akad yang
tergolong dalam akad tabarru maupun tijarah. Akad tabarru (gratuitos contract)
adalah segala macam perjanjian yang menyangkut non profit transaction
(transaksi nirlaba). Akad tabarru dilakukan dengan tujuan tolong menolong
dalam rangka berbuat kebaikan. Akad yang termasuk dalam golongan ini adalah
akad-akad sebagai berikut : hibah, waqaf, shadaqah, hadiah, dan lain-lain.
Karim (2006:70) menjelaskan bahwa akad tijarah adalah segala macam
perjanjian yang menyangkut for profit transaction. Akad-akad ini dilakukan
dengan tujuan mencari keuntungan, karena itu akad tijarah bersifat komersil.
Pengelompokkan akad tijarah berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang
17
18
karena itu, konsep koperasi mina syariah selanjutnya adalah fokus pada distribusi.
Program pengolalaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) tersendiri oleh koperasi mina
syariah.
Pengelolaan TPI oleh pengurus koperasi dapat memberikan harga yang
sesuai dengan standar bagi nelayan, baik dilihat dari musim maupun pengeluaran
rata-rata yang dikeluarkan oleh nelayan. Selain itu, pengelolaan TPI tersendiri
juga dapat memotong rantai tataniaga ikan tangkap sehingga dapat lebih efektif
dan efisien. Pengelolaan TPI sendiri juga dapat memberikan keuntungan pada
pihak koperasi yang kemudian hasilnya dapat digunakan untuk kegiatan sosial,
pembinaan, memperbesar koperasi, dan sebagainya.
Program selanjutnya adalah membangun kemitraan dengan perusahaan
atau usaha lain. Pembangunan kemitraan ini merupakan salah satu cara untuk
memotong rantai distribusi ikan sehingga lebih efektif dan efisien. Perusahaan
atau usaha lain yang membutuhkan ikan dapat memesan melalui koperasi
sehingga koperasi dapat menjual hasil tangkapan kepada perusahaan atau usaha
lain. Penjualan hasil tangkapan nelayan kepada perusahaan atau usaha lain dengan
penggunaan harga tertentu yang sesuai standar dan kesepakatan. Selain itu,
koperasi juga dapat membantu hasil tangkapan nelayan untuk diekspor, melihat
pendapatan yang besar apabila hasil tangkapan nelayan Indonesia bisa diekspor.
Penyediaan es batu untuk para nelayan, baik yang berlayar harian maupun
bulanan merupakan kebutuhan yang penting bagi para nelayan. Penyediaan es
batu adalah cara untuk mengatasi kelangkaan persediaan es batu. Pada umumnya,
kebutuhan akan es batu yang cukup banyak menyebabkan dibutuhkannya
penyediaan es batu secara kontinu. Es batu digunakan nelayan untuk membuat
ikan tetap segar dan tidak cepat busuk. Selain itu, untuk mendukung aktivitas
ekspor ikan diperlukan es batu untuk menjaga ikan tetap segar pada saat diekspor.
Program koperasi mina syariah selanjutnya adalah membuat kemasan ikan
menjadi lebih baik sehingga ikan tidak mudah rusak. Permasalahan selama ini
yang dihadapi oleh para nelayan adalah ikan yang rusak karena masih jarang
dilakukan cara pengemasan ikan yang baik. Ikan yang rusak dapat menurunkan
harga ikan tersebut secara drastis ketika dijual, hal ini umumnya terjadi pada saat
hasil tangkapan diekspor. Ikan yang rusak, seperti buntut dalam keadaan yang
19
tidak baik, tergores kail pancing, dan sebagainya akan turun harganya. Contoh
kasus tersebut seperti ikan yang buntutnya dalam keadaan baik seharusnya dapat
diberikan harga Rp 150.000,-/kg, namun ikan ikan yang buntutnya dalam keadaan
tidak baik harganya akan turun menjadi Rp 50.000,00.
Konsep
koperasi
mina
syariah
selanjutnya
adalah
fokus
pada
20
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Indonesia memiliki potensi sumberdaya kelautan yang cukup besar untuk
mendukung kemajuan perekonomian Indonesia. Indonesia dengan negara
kepulauan terbesar di dunia, yaitu 17.504 pulau serta dibingkai oleh 95.181 km
garis pantai memiliki sumberdaya kelautan yang melimpah dan dapat
dikembangkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Banyak masyarakat daerah pesisir yang masih kurang sejahtera. Hal
tersebut terjadi karena ada banyak masalah yang dihadapi oleh masyarakat daerah
pesisir. Permasalahan tersebut diantaranya, kesenjangan pendapatan antara musim
kemarau dengan musim hujan, penjualan ikan ke tengkulak yang menyebabkan
pendapatan rendah. Selain itu, kurangnya persediaan es batu juga menjadi kendala
bagi nelayan. Pembinaan dan pelatihan yang kurang pada masyarakat daerah
pesisir sehingga masyarakat terbatas akses untuk mendapatkan pengetahuan
terkait pengelolaan sumberdaya kelautan.
Berbagai permasalahan pada masyarakat daerah pesisir harus segera
mendapatkan solusi. Solusi untuk mengatasi kurangnya kesejahteraan masyarakat
pesisir adalah dengan pembentukan dan pengoptimalisasian fungsi Coastal-C atau
Koperasi Mina Syariah di daerah pesisir. Koperasi mina syariah adalah koperasi
yang berada di daerah pesisir dan berbasis pada prinsip syariah dengan
memerhatikan keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar. Koperasi mina
syariah berfokus pada tiga hal yaitu produksi, distribusi, serta pembinaan dan
pelatihan.
5.2 Saran
Permasalahan di daerah pesisir harus segera diatasi melihat potensi yang
terdapat pada sumberdaya kelautan. Oleh karena itu, pembentukan dan
pengoptimalisasian fungsi Coastal-C atau Koperasi Mina Syariah di daerah
pesisir harus segera direalisasikan dan didukung oleh pemerintah serta seluruh
lapisan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah pesisir.
Reealisasi pembentukan koperasi mina syariah juga harus diawasi agar berjalan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Adnan IM. 2015. Studi Potensi Mata Pencaharian Alternatif Rumah Tangga
Nelayan Di Kabupaten Bantaeng [Skripsi]. Makassar (ID): Universitas
Hasanuddin. Al Husein, Imroni.2012. Akad Tabaru Dan Tijarah.
http://alhushein.blogspot.co.id/2012/01/akad-tabaru-dantijarah.html, 19 April 2016.
Bengen, D.G. 2001. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut (Sinopsis),
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL). Institut Pertanian
Bogor.
Faizun M. 2009. Dampak Perkembangan Kawasan Wisata Pantai Kartini
Terhadap Masyarakat Setempat Di Kabupaten Jepara [Tesis]. Semarang
(ID): Universitas Diponegoro.
http://www.diklatapsi.com/menyoal-regulasi-koperasi-syariah/, 18 April 2016.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-normahiday6320-2-babii.pdf, 18 April 2016.
http://www.dakwatuna.com/2009/12/17/5070/koperasi-masjid-cibubur-jadi
percontohan-koperasi-syariah/#ixzz46OlQZPVK, 20 April 2016
Kemenkop, Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
RI Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004.
Pramono D. 2005. Budaya Bahari. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Satria A.2009. Pesisir dan Laut Untuk Rakyat. Bogor: IPB Press. Lewaherilla dan
Niki Elistus. 2002 . Pariwisata Bahari; Pemanfaatan Potensi Wilayah
Pesisir dan Lautan. Makalah Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian
Bogor.
Soero HMP, Sulistyo D dan Hayat A. 2012 . Pemberdayaan Istri Nelayan Melalui
Koperasi Unit Desa (Kud) (Studi Pada Kud Mina Jaya Sendang Biru
Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang). Jurnal
Administrasi Publik (JAP). 2(1): 41-46.
Suprijanto dan Iwan, 2006. Karakteristik Spesifik, Permasalahan dan Potensi
Pengembangan Kawasan Kota Tepi Laut/Pantai (Coastal City) di
Indonesia (Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan
Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global).
Wira W. 2011. Tantangan Pembangunan berbasis Maritim (Tinjauan Ekonomi,
Pertahanan dan Pendidikan). Maritim Management [Internet]. [diunduh
2016 April 19]. Tersedia pada:
https://www.academia.edu/9643252/Tantangan_Pembangunan_Maritim.
22
: Fahrizal Amir
Program Studi
: Agribisnis
Fakultas
Asal Universitas
Nomor HP
: 085608202107
: fahrizal.amir@gmail.com
Karya Ilmiah
:-
Penghargaan Ilmiah
Anggota Kelompok I :
Nama
: M. Sita Mustofa
Program Studi
Fakultas
Asal Universitas
Nomor HP
: 089636166846
: msitamustofa10@gmail.com
Karya Ilmiah
Penghargaan Ilmiah
23
Anggota Kelompok II :
Nama
: Rahma Suryaningtyas
: Tuban, 05
April 1995
Program Studi
: Ilmu
Ekonomi Syariah
Fakultas
: Ekonomi
dan Manajemen
Asal Universitas
: Institut
Pertanian Bogor
Nomor HP
08567149711
rahmasuryaningtyas05@gmail.com
Karya Ilmiah
Penghargaan Ilmiah
24
25