Anda di halaman 1dari 2

Ikan hiu hidup diperairan laut,

payau dan air tawar, ikan hiu juga terdapat


di perairan beriklim sedang dan perairan
tropis. Ikan hiu adalah jenis ikan pelagis
dan demersal yang bersifat auryhalin.
Derajat toleransi lebar terhadap salinitas,
sehingga dapat hidup diperairan payau dan
perairan tawar, selain laut sebagai habitat
utamanya. Kehidupan ikan hiu terdapat
pada daerah meritik (dekat pantai) dan
oseanik sampai kedalaman 200 m yang
kaya akan makanan (Manik 2004). Daerah
sebaran ikan hiu yaitu di perairan tropis
dan subtropis, sebagian besar populasi ikan
ini terdapat di Samudera Atlantik bagian
utara dan Samudera Pasifik. Menurut
White et al (2006), dikawasan Indo-Pasifik
ikan hiu tersebar mulai dari laut Merah
sampai New Caledonia ke utara sampai
Jepang bagian selatan terus ke Samudera
Hindia sampai Australia bagian utara dan
Polynesia. Di Indonesia, ikan hiu tersebar
di seluruh laut, mulai dari Selat Malaka,
Laut Jawa, Laut Flores, Laut Sulawesi,
Laut Sunda, Laut Maluku dan Laut
Arafura (Manik 2004).
Hiu umumnya adalah Apex
Predator atau predator puncak pada
ekosistem karena mereka hanya memiliki
sedikit pemangsa alami. Sebagai top
predator, hiu memangsa hewan-hewan
dibawahnya pada jaring makanan,
membantu
mengatur
dan menjaga
keseimbangan ekosistem lautan. Top
predator secara langsung membatasi
populasi dari mangsanya. Makanan dari
kebanyakan pemangsa utama ini cukup
beragam, hal ini memungkinkan hiu untuk
berganti mangsa saat populasi mangsa
tertentu rendah, sehingga memungkinkan
spesies yang menjadi mangsa hiu tetap ada
(Sergio et al 2006).
Akibat penurunan populasi tersebut
spesies hiu yang berada di Indonesia telah

masuk dalam datar merah IUCN


(International Union for Conservation of
Nature) yaitu dari 78 spesies hiu terdapat 1
spesies hiu yang termasuk dalam kategori
Critically Endangered, 28 spesies kategori
Near Threatened, 10 spesies kategori
Vulnerable, 9 spesies kategori Data
Deficient dan Least Concern, serta 23
spesies yang termasuk kategori Not
Evaluated (White et al. 2006). Spesies hiu
yang ada termasuk ke dalam daftar merah
(IUCN) sebagai spesies yang terancam
punah seperti Sphyrna lewini, Alopias
superciliosus, Carcharhinus obscurus, dan
Isurus oxyrinchus.
Famili Carcharhinidae banyak
ditangkap dikarenakan habitatnya tersebar
di wilayah perairan tropis dan subtropis,
tergolong spesies oseanik dan pelagis,
serta banyak ditemukan di lepas pantai
dekat daratan dan permukaan laut. Famili
Carcharhinidae
biasanya
mampu
melahirkan 1-16 anak dalam satu periode
kehamilan (White et al. 2006). Status
IUCN semua spesies dalam famili
Carcharhinidae telah tergolong dalam
daftar merah sebagai spesies yang hampir
terancam punah, akan tetapi statusnya
dalam CITES belum dievaluasi. Spesies C.
falciformis atau hiu mungsing merupakan
spesies terbanyak yang ditemukan di setiap
tempat pelelangan ikan (TPI). Hal tersebut
dikarenakan habitatnya berada dekat
permukaan laut, lepas pantai dekat daratan
sehingga hiu ini sering tertangkap oleh
rawai dan jaring nelayan.
Famili Sphyrnidae biasa dikenal
oleh nelayan sebagai hiu martil. Hiu martil
telah masuk dalam daftar merah IUCN
sebagai spesies hampir terancam dan
spesies Apendiks II dalam CITES. Hiu
martil dijumpai dari lapisan permukaan
hingga kedalaman 275 m dan jumlah anak
yang dilahirkan 12-41 ekor dengan masa

kandungan 9-10 bulan (White et al 2006).


Hiu jenis memiliki ciri yang unik yaitu
kepala melebar ke samping dengan
lekukan dangkal di bagian tengah kepala.
Habitat hiu martil paling umum di jumpai
di wilayah perairan tropis dari lapisan
permukaan hingga kedalaman 275 meter.
Sirip hiu martil dewasa memiliki potensi
ekonomi yang sangat tinggi, sehingga
banyak diburu untuk diekspor.
Famili Alopiidae dikenal oleh
nelayan
sebagai
hiu
lancur.
Alopiidaememiliki ciri yang khas yaitu
ekor bagian atas sepanjang ukuran
tubuhnya,
ukuran
tubuhnya
dapat
mencapai ukuran panjang 365 cm, saat
lahir ukuran panjang total 130-160 cm, hiu
jantan mencapai dewasa pada ukuran 240
cm, dan betina 260 cm (White et al. 2006).
Alopiidae tersebar sangat luas terdapat di
perairan tropis dan subtropis di Samudra
Hindia dan Pasifik wilayah permukaan laut
hingga kedalaman 152 m (White et al.
2006). Status IUCN Famili Alopiidae pada
tahun 2014 tergolong sebagai spesies
hampir terancam yang sebelumnya pada
tahun 2006 statusnya masih belum
dievaluasi (White et al. 2006). Walaupun
telah tergolong dalam daftar merah IUCN,
status Alopiidae dalam CITES masih
belum dievaluasi sehingga hiu ini bebas
untuk diperdagangkan tanpa adanya
pengelolaan.
Hal
tersebut
dapat
mengakibatkan
eksploitasi
bahkan
kepunahan terhadap hiu famili Alopiidae.
Famili Lamnidae Menurut IUCN
tahun 2001 hiu dengan spesies Isurus
paucus dengan jumlah 4 individu termasuk
kedalam kategori rawan. Hiu spesies ini
melahirkan anak 2-8 ekor dalam satu kali
masa reproduksi dengan periode waktu
yang belum diketahui (White et al. 1997).
spesies
Isurus
oxyrinchus
jumlah
melahirkan 4-25 anak dari satu kali masa

memijah pada periode 15-18 bulan atau


reproduksi yang terjadi setiap 3 tahun
(White et al. 2006).
Triaenodon obesus adalah hiu
berukuran sedang dengan panjang tubuh
rata-rata sekitar 1,60 meter. Hiu karang
Whitetip ditandai dengan tubuh yang
ramping dengan kepala yang luas, yang
jelas dikembangkan dan juga kulit flap
karakteristik samping lubang hidung, mata
oval besar dengan murid vertikal, dan
warna putih eponymous dari ujung sirip
punggung dan sirip ekor . Ini adalah salah
satu hiu yang paling umum di terumbu
karang di Indo-Pasifik ,
dengan
area
sirkulasi ke barat Afrika dan timur ke
pantai Amerika Tengah terakhir. Dia
tinggal sebagian besar di air jernih di dekat
dasar laut di kedalaman air dari 8 sampai
40 meter (White et al. 2006). IUCN telah
menilai hiu karang sebagai ikan dengan
kategori Hampir Terancam, mencatat
bahwa jumlahnya yang semakin menipis
karena peningkatan tingkat kegiatan
perikanan yang tidak diatur di seluruh
jangkauan. Tingkat reproduksi yang
lambat dan preferensi habitat terbatas
spesies ini membuat populasi yang rentan
terhadap eksploitasi berlebihan.
Manik N. 2004. Mengenal beberapa jenis
hiu. oseana. 29 (1); 9-10
Sergio F, Newton, Marchel and Pedrini P.
2006.
Ecological
Jus
ified
Charistina: Preservation of Top
Predators Deliec=vers Biodiversity
Conserbation. Journal of Applied
Ecology. 43; 1049-1055
White WT, Last PR, Stevens JD, Yearsley
GK, Fahmi, Dharmadi. 2006.
Economically important sharks and
rays of Indonesia. Canberra (AU) :
Australian Centre for International
Agricultural Research.

Anda mungkin juga menyukai