Anda di halaman 1dari 6

B.

Keanekaragaman Ikan

Hasil data yang diperoleh, ditemukan jumlah total spesies (S) sebanyak 33 spesies ikan dari 16 famili
yang berbeda, dengan jumlah total individu semua spesies (N) adalah 281. Spesies ikan dari famili
Pomacentridae adalah yang paling banyak ditemukan. Lima urutan teratas spesies yang paling banyak
ditemukan adalah Pomacentrus brachialis, Acanthochromis polyacanthus, Dascyllus aruanus, Selar
crumenophthalmus, dan Abudefduf vaigiensis. Komposisi jenis spesies ikan dan famili ikan, serta jumlah
kelimpahan tiap spesies (ni) dan jumlah kelimpahan semua spesies (N) disajikan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Komposisi Jenis Ikan

Berdasarkan hasil data komposisi jenis ikan yang diperoleh, spesies Pomacentrus brachialis
merupakan jenis ikan yang paling banyak ditemukan atau memiliki kelimpahan individu spesies (ni), yaitu
sejumlah 43 individu. Pomacentrus brachialis hidup pada tipe habitat lingkungan perairan laut maupun payau,
dengan berasosiasi pada terumbu karang dan merupakan jenis ikan yang tidak melakukan migrasi. Persebaran
Pomacentrus brachialis yaitu pada perairan pasifik barat, mulai dari Indonesia hingga ke Fiji, sampai utara
menuju Kepulauan Ryukyu, selatan menuju ke New Caledonia, dan baru-baru ini ditemukan juga di kawasan
perairan Tonga. Ukuran panjang maksimal ikan ini yaitu 8,0 cm. Berkembang biak dengan cara bertelur, dan
dapat berganti-ganti pasangan selama masa perkembang biakannya. Pada saat induk betina mengeluarkan telur,
telurnya akan melekat pada substrat atau telur bersifat demersal. Induk jantan akan berperan dalam menjaga dan
menganinkan telurnya (Allen, 1991). Pomacentrus brachialis dapat ditemukan pada lorong-lorong dan lereng
terumbu karang pada kedalaman 6-40 meter dan hidup secara soliter atau dalam kelompok kecil (Allen, et al.,
2003; Nurhasinta, et al., 2019). Ikan Pomacentrus brachialis memakan zooplankton dan ganggang bentik
(Worms, 2020) . Hal ini menunjukkan bahwa kelimpahan ikan Pomecentrus branchialis dipengaruhi oleh faktor
ketersediaan makanan serta faktor kondisi habitat di daerah tersebut. Tingginya jumlah kelimpahan spesies
Pomacentrus brachialis di sebabkan terdapat banyak karang acropora, di mana karang acropora adalah habitat
atau tempat berlindung dari spesies tersebut (Allen, et al., 2003; Nurhasinta, et al., 2019).
Taksonomi Pomacentrus brachialis:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Pomacentridae
Genus : Pomacentrus
Spesies : Pomacentrus brachialis (Worms, 2020).

Gambar 3.1 Pomacentrus brachialis Berasosiasi pada Terumbu Karang.

(Fishbase, 2020).

Spesies Acanthochromis polyacanthus merupakan jenis ikan yang paling banyak kedua ditemukan dan
memiliki kelimpahan individu spesies (ni), yaitu sejumlah 36 individu. Ikan ini mampu hidup pada kisaran
kedalaman 1-65 meter, dan paling sering dijumpai pada kedalaman 4-20 meter di lingkungan perairan laut,
dengan berasosiasi pada terumbu karang sepanjang hidupnya dan tidak melakukan migrasi. Persebaran spesies
Acanthochromis polyacanthus pada perairan Pasifik Barat, mulai dari Indonesia dan Filipina ke timur laut
Australia dan Melanesia. Ukuran panjang maksimal Acanthochromis polyacanthus yaitu 14,0 cm.
Acanthochromis polyacanthus dewasa mendiami terumbu karang dekat kawasan pesisir lepas pantai. Juga dapat
ditemukan disekitar pelabuhan, laguna, dermaga, dan lereng terumbu karang. Merupakan satu-satunya spesies
pomacentrid yang tidak memiliki tahap larva pelagis (Fishbase, 2020). Induk Acanthochromis polyacanthus
cenderung untuk memlihara dan menjaga benih atau anakannya, dan ketika pada tahap juvenile akan terlihat
dalam koloni kecil. Bentuk pengembangan anakan yang dirawat oleh induknya, berarti bahwa anakan atau
keturunan berikutnya sering mendiami habitat temoat tinggal di daerah sekitar karang dimana mereka
dibesarkan. Akibatnya tingkat asaptasi lokal yang tinggi terhadap lingkungan sekitar merka tumbuh (Fulton,
2013). Saat berkembang biak indukan Acanthochromis polyacanthus akan bersifat teritorial, dan juga tipe ikan
monogami atau hanya memiliki satu pasangan saja. Pada saat induk betina mengeluarkan telur, telurnya akan
melekat pada substrat atau telur bersifat demersal. Induk jantan akan berperan dalam menjaga dan menganinkan
telurnya (Allen, 1991). Pada saat juvenile tidak memiliki fase biseksual dan semua jantan memiliki testis
gonochoris yang tidak berdiferensiasi (Fishbase, 2020).

Taksonomi Acanthochromis polyacanthus:


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Pomacentridae
Genus : Acanthochromis
Spesies : Acanthochromis polyacanthus (Worms, 2020).
Gambar 3.2 Acanthochromis polyacanthus juvenile.

(Fishbase, 2020).

Dascyllus aruanus merupakan spesies ketiga yang paling banyak dijumpai berdasarkan data
pengamatan. Spesies ini memiliki kelimpahan individu spesies (ni), yaitu sejumlah 26 individu. Dascyllus
aruanus hidup pada kisaran kedalaman 0-20 meter. Habitat pada perairan laut tropis dengan berasosiasi pada
terumbu karang dan tidak melakukan migrasi. Penyebaran ini yaitu pada samudera pasifik, meliputi wilayah
utara dan timur Selat Lombok, pulau Marquesas dan Tuamotu, wilayah utara hingga ke selatan Jepang, dan
selatan ke New Caledonia. Morfologi tubuh ikan berwarna belang hitam dan putih, warna dasar tubuh berwarna
putih dengan tiga garis hitam mencolok, dan memiliki sirip ekor pucat dibandingkan warna hitam. Ukuran
panjang maksimum Dascyllus aruanus adalah 10,0 cm dan mampu hidup pada usia maksimum 6 tahun.
Dascyllus aruanus bersifat teritorial, menghuni kawasan laguna dangkal dan dataran terumbu karang subtidal.
Berasosiasi dengan percabangan karang Acropora sebagai tempat perlindungan dengan membentuk kelompok
kecil. Dascyllus aruanus memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan mengkonsumsi zooplankton, invertebrata
bentik, dan alga (Fishbase, 2020). Dascyllus aruanus jantan dewasa akan menarik perhatian betina untuk
melakukan pemijahan atau berkembang biak kemudian bertelur di sarangnya. Indukan Dascyllus aruanus akan
menjaga dan memelihara terlurnya sampai menetas, dan karakter indukan saat menjaga telurnya akan semakin
agresif untuk melakukan proteksi terhadap ikan/organisme lain yang dianggap sebagai ancaman. Telur akan
menetas setelah 2-5 hari, telur bersifat demersal dan melekat pada substrat, dan larva bersifat pelagis dan dapat
memakan plankton. Berkembang biak dengan cara bertelur, dan mempu berganti-ganti pasangan untuk
berkembang biak. Merupakan spesies diurnal atau aktif pada saat siang hari. Dascyllus aruanus jantan dewasa
akan memilih sarang yang kemudian menarik perhatian betina dengan cara “menari” dan berkeliling pada area 1
metes di atas karang (Borsa, 2014).

Taksonomi Dascyllus aruanus:


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Pomacentridae
Genus : Dascyllus
Spesies : Dascyllus aruanus (Worms, 2020).

Gambar 3.3 Dascyllus aruanus.


(Fishbase, 2020).
Selar crumenophthalmus merupakan spesies selanjutnya yang paling banyak ditemukan berdasarkan
hasil data pengamatan Tabel 3.1 Komposisi Jenis Ikan. Spesies ini memiliki kelimpahan individu spesies (ni),
yaitu sejumlah 25 individu. Selar crumenophthalmus memiliki nama lokal ikan selar bentong, yang hidup
bergerombol di perairan laut pada kawasan sekitar pantai, dan mampu hidup pada kisaran kedalaman 0-170
meter, dan umumnya lebih sering ditemukan pada kedalaman 2-10 meter, hidup dengan berasosiasi pada
terumbu karang. Persebaran ikan ini pada perairan Indo-Pasifik, mulai dati Afrika Timur menuju utara hingga
Rapa, menuju utara ke selatan Jepang dan Kepulauan Hawaii, selatan menuju New Caledonia. Pada kawasan
perairan Pasifik Timut, tersebar mulai dari Meksiko hingga Peru, termasuk Kepulauan Galapagos. Pada
kawasan perairan Atlantik bara, tersebar dari Nova Scotia, Kanada dan Bermuda melalui Teluk Meksiko dan
Karibia ke Sao Paulo, Brasil. Pada kawasan perairan Atlantik Timur tersebar dari Tanjung Verde ke Angola
Selatan (Fishbase, 2020). Panjang ikan ini dapat mencapai panjang 30 cm, umumnya 20 cm, ukuran panjang
maksimum ikan Selar crumenophthalmus adalah 70,0 cm (Froese, 2006) Selar crumenophthalmus lebih suka
mendiami perairan laut yang jernih di sekitar pulai daripada kawasan perairan neritik, walau terkadang juga
dijumpai pada kawasan perairan yang keruh. Ikan ini bersifat pelagis, berenang dengan cara bergerombol dalam
kelomok besar hingga terdiri dari ratusan ribu ikan. Selar crumenophthalmus aktif keluar beraktivitas mencari
makan pada malam hari, ikan ini memakan udang kecil, invertebrata bentik, zooplankton dan larva ikan ketika
berada di lepas pantai. Ikan selar bentong merupakan jenis ikan konsumsi yang seringkali dijual pada keadaan
segar maupun dalam bentuk asin-kering, asin-rebus (Fischer, 1995).

Taksonomi Selar crumenophthalmus:


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Carangidae
Genus : Selar
Spesies : Selar crumenophthalmus (Worms, 2020).

Gambar 3.4 Selar crumenophthalmus.

(Fishbase, 2020).

Abudefduf vaigiensis memiliki kelimpahan individu spesies (ni), yaitu sejumlah 16 individu. Memiliki
tipe habitat pada lingkungan perairan laut tropis dangkal pada kisaran kedalaman 1-15 meter dengan berasosiasi
pada terumbu karang. Merupakan spesies ikan yang melakukan migrasi di perairan laut. Persebaran pada
perairan laut Indo-Pasifik, mulai dari Laut Merah dan Afrika Timur ke Kepulauan Line dan Tuamoto, utara ke
selatan Jepang, selatan ke Australia. Juga pernah ditemukan di Teluk Bay, Selandia Baru. Abudefduf vaigiensis
dapat tumbuh hingga ukuran maksimum 20,0 cm. Morfologi ikan ini memiliki warna dasar tubuh putih pucat
hingga bagian perut dan bagian punggung berwarna biru kehijauan., dengan lima garis hitam kebiruan melapisi
tubuhnya, garis pertama terletak tepat di belakang bagian kepala ikan, garis terakhir menyempit pada tangkai
ekor, dan garis tengahnya berada pada bagian punggung. Memiliki sirip ekor bercabang dua membentuk seperti
pita. Bagian punggung tubuh terdapat corak warna kuning (Allen, 1991). Abudefduf vaigiensis dewasa
menghuni tepi atas lereng terumbu karang dan juga pada karang berbatu di dekat pantai, sering kalo juga
ditemukan pada kawasan pelabuhan, laguna dan dermaga. Abudefduf vaigiensis juvenile berasosiasi dengan
rumput laut yang malayang atau sejenis makro alga. Abudefduf vaigiensis memakan zooplankton, ganggang
bentik, dan invertebrata kecil, mencari makan di tengah laut atau sarang cenderung di antara batu dan tepian
karang. Ketika melakukan pemijahan dan berhasil berkembang biak, seringkali anakan Abudefduf vaigiensis
terbawa ombak besar hingga jauh ke lepas pantai, larva menetas dan hanyut ke zona pelagis. Berkembang biak
dengan cara bertelur, dan mempu berganti-ganti pasangan untuk berkembang biak. Moroflogi penampakkan
warna induk jantan menjadi lebih kebiru-biruan selama pemijahan (Froese, 2007). Indukan membangun sarang
di atas batu atau tepian karang. Telur bersifat demersal dan melekat pada substrat. Induk Abudefduf vaigiensis
jantan berperan untuk menjaga dan merawat telur-telurnya, dan betina bertelur di sarang setelah melakukan
pembuahan (Fishbase, 2020).

Taksonomi Abudefduf vaigiensis:


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Pomacentridae
Genus : Abudefduf
Spesies : Abudefduf vaigiensis (Worms, 2020).

Gambar 3.4 Abudefduf vaigiensis

(Fishbase, 2020).
DAFTAR PUSTAKA

P. Borsa, A. Sembiring, C. Fauvelot and W. J. Chen, Resurrection of Indian Ocean humbug


damselfish, Dascyllus abudafur (Forsskål) from synonymy with its Pacific Ocean sibling, Dascyllus
aruanus (L.). Comptes Rendus Biologies, Elsevier Masson, (2014), Vol 337: 709-716.

Froese, Rainer, and P. Daniel, eds. Selar crumenophthalmus in FishBase. May 2006 version, (2006).

Froese, Rainer and P. Daniel, eds. Abudefduf vaigiensis in FishBase. May 2007 version, (2007).

G. Allen, R. Steene, P. Humann, and N. DeLoach, Reef Fish Identification: Tropical Pasific. 1st ed.
Jacksonville, California: New World Publication, (2003).

G. R. Allen, Damselfishes of the World, Melle, Germany : Mergus Publishers, (1991).

Fishbase, https://www.fishbase.se/summary/5718 (diakses pada 1 Mei 2020).

C. J. Fulton, S. A. Binning, P. C. Wainwright, and D. R. Bellwood, Wave-Induced Abiotic Stress Shapes


Phenotypic Diversity within a Coral Reef Fish Across a Geographical Cline. Coral Reefs (2013) Vol 32 :685-
689.

Nurhasinta, Umroh, and A. S. Indra, Kelimpahan Ikan Chaetodontidae dan Pomacentridae di Ekosistem
Terumbu Karang Pulau Ketawai dan Pulau Gusung Asam Kabupaten Bangka Tengah Maspari Journal, (2019),
Vol 11(2): 97-114.

W. Fischer, F. Krupp, W. Schneider, C. Sommer, K. E. Carpenter dan V. Niem, (eds.) FAO Panduan untuk
Identifikasi Spesies untuk Denda de la Pesca. Journal Pasifik Timur-Tengah. Vol. 3 FAO, Roma. (1995).

Worms (World Register of Marine Species), WoRMS taxon details, http://www.marinespecies.org/aphia.php?


p=taxdetails&id=212977 (diakses pada 1 Mei 2020).

Anda mungkin juga menyukai