Anda di halaman 1dari 14

Nilai Konservasi Tinggi (NKT) sebagai

Salah Satu Upaya Konservasi Pada


Kawasan Konsesi Sawit
Lani’ah – P2A021007
Konsep NKT
 Konsep mengenai Nilai Konservasi Tinggi (NKT) atau High Conservation Value
(HCV), berawal sebagai alat untuk meningkatkan produksi kayu dengan
mempertimbangkan aspek-aspek sosial, budaya dan keanekaragaman hayati,
lalu berkembang menjadi konsep yang memiliki implikasi luas bagi
masyarakat.
 Pada sektor swasta, penggunaan konsep NKT menunjukkan komitmen
perusahaan untuk melakukan prektek terbaik dalam usahanya, serta
meberikan peluang bagi perusahaan untuk membuktikan diri sebagai pihak
swasta yang bertanggungjawab.
 Pada sektor pemerintahan, NKT menjadi alat untuk mencapai perencanaan
tata guna lahan yang menjaga keberlanjutan fungsi dan manfaat biologi,
sosial dan ekologis yang saling terkait pada alam.
 Selain dua sektor terseut, konsep NKT juga mewarnai berbagai sektor lainnya
misalnya sektor publik (perencanaan wilayah), sektor sumber daya terbaharui
(perencanaan minimalisasi dampak), sektor keuangan (syarat pemberian
pinjaman) dan sektor-sektor lainnya.
Pengertian NKT, KBKT, dan HBKT
 High Conservation Value (HCV) atau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
menjadi Nilai Konservasi Tinggi (NKT), ialah sesuatu yang bernilai konservasi
tinggi pada tingkat lokal, regional atau global yang meliputi nilai-nilai ekologi,
jasa lingkungan, sosial dan budaya.
 High Conservation Area (HCVA) atau diterjemahkan menjadi Kawasan Bernilai
Konservasi Tinggi (KBKT) merupakan suatu kawasan yang memiliki satau atau
lebih dari nilai konservasi tinggi (NKT).
 High Conservation Value Forest (HCVF) atau diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia menjadi Hutan Bernilai Konservasi Tinggi (HBKT), ialah suatu areal
hutan yang memiliki satu atau lebih nilai konservasi tinggi (NKT)
Nilai Konservasi Tinggi (NKT)
 6 NKT berisi 13 sub nilai dalam 3 kategori yaitu :
 (I) Keanekaragaman Hayati --- NKT 1,2 dan 3
 (II) Jasa Lingkungan --- NKT 4
 (III) Sosial dan Budaya --- NKT 5 dan 6
 Tujuan NKT :
 NKT 1.1 melindungi kawasan yang memiliki fungsi pendukung kehati
 NKT 1.2 menjamin semaksimal mungkin kelangsungan hidup spesien Red List
IUCN
 NKT 1.3 melindungi kawasan yang menjadi habitat bagi spesies yang terancam,
penyebaran terbatas, dan dilindungi.
 NKT 1.4 melindungi habitat bagi spesies atau sekumpulan spesies yang
dipergunakan secara temporer
 NKT 2.1 melindungi kawasan bentang alam luas yang memiliki kapasitas untuk
menjaga proses dan dinamika ekologi secara alami
 NKT 2.2 Melindungi kawasan alam yang berisi dua atau lebih ekosistem dengan
garis batas yang tidak terputus
Nilai Konservasi Tinggi (NKT)
 Tujuan NKT :
 NKT 2.3. melindungi kawasan yang mengandung populasi dari perwakilan spesies
alami
 NKT 3. melindungi kawasan yang mempunyai ekosistem langka atau terancam
punah
 NKT 4.1. Melindungi kawasan atau ekosistem yang penting sebagai penyedia air dan
pengendalian banjir bagi masyarakat hilir
 NKT 4.2. Melindungi kawasan yang penting bagi pengendalian erosi dan sedimentasi
 NKT 4.3. melindungi kawasan yang berfungsi sebagai sekat alam untuk mencegah
meluasnya kebakaran hutan atau lahan
 NKT 5. melindungi kawasan alam yang mempunyai fungsi penting untuk pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat lokal termasuk pangan, air, sandang, bahan untuk
rumah, kayu bakar, obat-obatan dan pakan hewan
 NKT 6. Kawasan yang mempunyai fungsi penting untuk identitas budaya tradisional
komunitas lokal
Contoh Hasil Analisis HCV

Pic : Climate Policy Initiative


Contoh Hasil Analisis HCV

Pic : Climate Policy Initiative


Contoh Proses Asesmen NKT/HCV
Judul laporan : Public Summary High Conservation Value Assesment PT Karya Bakti
Agro Sejahtera 3
Tanggal : 18 Mei 2016
Periode : oktober 2015 – Januari 2016
Area : Luas Area : 6.680 Ha (lokasi berijin) Perkebunan Kelapa Sawit
Tujuan keg. : melakukan identifikasi HCV, serta menyediakan rekomendasi
pengelolaan dan pemantauan untuk memastikan kegiatan produksi tidak berdampak
negative terhadap area HCV. Hal ini dilakukan dalam rangka memenuhi persyaratan
RSPO.
Dasar keg. : common Guidance for the Identification of High Conservation Values
(Brown et al 2013) dan HCV Toolkits (ProForest 2003, ProForest 2008)
Total HCV management area 396,4 Ha.
Peta Situasi
Tim Asesmen HCV, terdiri atas ahli biodiversity (hcv 1,2,3), ahli jasa lingkungan (hcv 4), ahli
sosbud ( hcv 5,6), ahli pemetaan/GIS

Metode :
1. Pre-Asesmen dan persiapan, pengumpulan data dan informasi sekunder,
identivikasi area berpotensi hcv, isu konservasi, pemahaman lanskap
2. Open meeting & Basic Training on HCV, membangun pemahaman dan unit
kerja melalui pelatihan terkait untuk unit manajemen perusahaan
3. Participatory Mapping, workshop dengan narasumber untuk menghimpun data
keberadaan atribut hcv dan mengklarifikasi data potnsial hcv pada tahap pre-asesmen
4. Survei Lapangan, verifikasi keberadaan atribut HCV melalui pengecekan lapangan,
pengumpulan data lapangan dan wawancara
5. Stakeholder Consultation, menyampaikan hasil identifikasi hcv melalui
workshop/FGD/wawancara, menghimpun masukan untuk penyusunan rekomendasi pengelolaan dan
pemantauan HCV
6. Closig Meeting, penyampaian hasil sementara identifikasi hcv kepada pihak unit managemen
melalui presentasi dan diskusi serta penyerahan internal report
7. Analisis dan pelaporan, menyajikan hasil kajian HCV dalam sebuah laporan setelah
dilakukannya analisis data, serta analisis spasial.
Data Terkait
HASIL ASESMEN HCV PT KBAS 3.
1. Ditemukannya spesies endemic atau terancam punah/langka,
ekosistem yang terancam punah/refugium, jasa lingkungan, SDA yang
penting untuk memenuhi kebutuhan hidup, tempat-tempat yang
penting bagi budaya masyarakat local, sejarah, atau bagi religi dan
spiritual
2. Teridentifikasi empat area sebagai HCV 1.2 yaitu habitat spesies
yang langka atau terancam punah
3. Teridentifikasi empat area sebagai HCV 1.3 yaitu habitat spesies
endemic
4. Teridentifikasi tiga area sebagai HCV 1.4 yaitu habitat bagi spesies
yang digunakan secara temporer
5. Teridentifikasi tipe HCV 3 berupa ekosistem lahan gambut yang
masih berfungsi sebagai pengendali banjir melalui fungsi resapan
dan penyimpanan air.
6. Teridentifikasi tipe HCV 4,5 dan 6 sesuai ketentuan dalam panduan.
7. Dari total area izin lokasi PT KBAS 3 seluas 6.680 Ha, didapatkan
total luas indikatif area HCV 1 seluas 355,6 Ha. HCV managemen
area 18,6 Ha. HCV 3 seluas 24,2 Ha. HCV 4 seluas 167,8 Ha. HCV 5
seluas 159,1 Ha dan HCV 6 Seluas 102,8 Ha. Total
Kesimpulan
 NKT merupakan suatu instrumen yang dipergunakan dalam upaya konservasi,
dan menjadi prasyarat atau penambah nilai dalam beberapa kategori tertentu
sesuai dengan kebutuhan masing-masing pihak
 NKT mengedepankan kawasan dengan unsur keanekaragaman hayati, jasa
lingkungan dan sosial budaya sebagai parameter nilai konservasinya
 NKT masih dalam proses upaya, yang dalam perjalanannya agar keseluruhan
prosedur NKT dapat berjalan dengan baik maka keterlibatan dari para pihak
sangat diperlukan.
 Proses identifikasi NKT yang menjadi salah satu bagian dari upaya konservasi,
merupakan proses yang cukup panjang dan memiliki manfaat besar untuk
membantu misi konservasi.
 Interaksi dan komunikasi yang baik antara berbagai pihak terkait, dapat
memaksimalkan upaya konservasi melalui pengelolaan dan pemantauan NKT
ini.
Daftar Pustaka

 Central KalimantanHigh Conservation Value Provincial Assesment, 14 Oktober


2016. Diakses pada 19 November 2021 dari laman
https://www.climatepolicyinitiative.org/publication/central-kalimantan-
high-conservation-value-provincial-assessment/
 Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia. Panduan Identifikasi Kawasan
Bernilai Konservasi Tinggi di Indonesia. Tropenbos International Indonesia
Programme.
 Public Summary High Conservation Value Assesment PT Karya Bakti Agro
Sejahtera (PT KBAS 3) Kecamatan Marau dan kendawangan, Kabupaten
Ketapang, Kalimantan Barat, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai