Nama : Nurhayati
NIM : 08082682024004
DosenPengampu : Dr. Indra, M.Si.
Pendahuluan
Keanekaragaman hayati merupakan kekayaan alam yang dimiliki oleh suatu daerah,
dari tingkat genus sampai spesies yang membentuk suatu ekosistem. Ekosistem ini menjadi
ciri khas suatuwilayah dan dapatdimanfaatkan oleh manusia baik untuk kepentingan pribadi
atau lebih besar (daerah dan Negara).
Tahapan Penyusunan Profil
Penyusunan profil keanekaragaman hayati daerah ini ditempuh melalui beberapa
tahapan yaitu identifikasi dan inventarisasi keanekaragaman hayati oleh lembaga daerah,
analisis kesenjangan data/informasi, inventarisasi data/informasi baru, analisis dan sintesis,
serta konsultasi publik.
Identifikasi dan inventarisasi dilakukan oleh Lembaga Pemerintah Daerah (komisi
daerah plasnutfah), Lembaga Pemerintah Pusat yang ada di daerah, Perguruan Tinggi dan
Lembaga Pendidikan lain, Industri dan Perusahaan yang menggunakan bahan baku
keanekaragaman hayati, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (tingkatlokal, nasional, maupun
internasional). Semua unsure tersebut bekerja sama dalam mendapatkan informasi,
mengumpulkan, melestarikan/konservasi, dan memanfaatkan keanekaragaman hayati dalam
skala kecil maupun besar (industri) untuk kepentingan masyarakat sekitar, daerah, dan
nasional.
Analisis kesenjangan data, dilakukan untuk menganalisis data yang dimiliki oleh
lembaga-lembaga di atas guna penyusunan profil keanekaragaman hayati. Tahap selanjutnya
yaitu inventarisasi data baru dilakukan untuk melengkapi jika ada data yang kurang pada
inventarisasi. Selanjutnya analisis dan sintesis dilakukan untuk mengetahui nilai keterkaitan
dan validitas data/informasi keanekaragaman hayati. Dan konsultasi public bertujuan untuk
mensosialisasikan profil keanekaragaman hayati, memvalidasi data, dan mendapatkan saran
dari lembaga di atas atau public guna penyusunan profil keanekaragaman hayati.
Pendahuluan
Indonesia mendapatkan predikat sebagai negara megabiodiversity, baik dari segi
keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman spesies dan keanekaragaman genetik. Kekayaan
ini menuntut tanggung jawab yang besar untuk menjaga keseimbangan pelestarian (ekologi)
dan pemanfaatan bagi masyarakat (ekonomi). Karena itu Indonesia menyusun IBSAP
(Indonesia Biodiversity Strategy and Action Plan) 2003-2020, agar menjadi acuan bagi semua
pihak dalam pengelolaan keanekaragaman hayati. Sasaran yang ingin dicapai dalam pedoman
ini adalah pemerintah daerah dapat menyusun Rencana Induk Pengelolaan (RIP) sesuai
dengan status dan prioritas pengelolaan keanekaragaman hayati.
Kriteria
Kriteria ini untuk menetapkan kawasan bernilai penting bagi konservasi
keanekaragaman hayati, baik pada tingkat ekosistem, spesies, maupun genetik. Pada tingkat
ekosistem, criteria ini untuk mengetahui keunikan/ kekhasan, potensi dan kondisi nilai dukung
tatanan ekosistem wilayah, tingkat keanekaragaman spesies, keterwakilan/representativeness
(ekosistem alam yang tersisa tetapi kondisinya relative masih baik). Pada tingkat spesies,
criteria ini untuk mengetahui keunikan/kekhasan spesies, tingkat keterancaman spesies dan
kekhususan pada daur hidupnya. Dan pada tingkat genetik, criteria ini untuk mengetahui
keunikan varietas tanaman, rumpun hewan/ternak, dan strain ikan yang secara local bernilai
spesifik, nilai keunggulan (contoh: ketahanan terhadap hama/penyakit, ketahanan terhadap
cekaman lingkungan, produktivitas), kekhasan (keindahandll), nilai pilihan, nilai ekonomi,
tingkat keterancaman, dan nilai sosial.
Iklim di TN Siberut adalah iklim khatulistiwa yang panas dan lembab. Meskipun
begitu, curah hujannya tergolong tinggi dan musim kemarau berlangsung dalam waktu
yang relatif singkat dengan curah hujan rata-rata 3.320 mm per tahun. Suhu rata-rata
berada pada kisaran 22° – 31° Celcius serta kelembaban relatif konstan antara 91 sampai
95.
Kawasan Siberut terbentuk dari serpihan, endapan, dan juga marmer yang berusia
cukup muda. Beberapa area mengandung sista, kuarsa, dan juga karang kapur sebagai
hasil dari masa Miocene. Ada pula bebatuan vulkanis yang merupakan hasil dari ledakan
vulkanis.
Sementara itu, tutupan hutan di kawasan ini terdiri dari 76% hutan primer, 6,5% sekunder
yang telah tereksploitasi, 5% hutan rawa, 5,97% belukar yang berada di daerah dataran, dan
sisanya sebanyak 4,53% merupakan lahan pertanian.
Pengelolaan taman nasional menerapkan sistem zonasi diantaranya adalah zona inti yang
berada di Siberut Utara dan Siberut Selatan, zona rimba yang mengelilingi zona inti, zona
pemanfaatan tradisional di sebelah barat daya sampai sebelah barat laut Pulau Siberut, serta
zona pemanfaatan intensif di Simabugai tepatnya antara Dudun Sirisurak dan Dusun Limau.
Taman Nasional Siberut memiliki kondisi alam yang masih asri dan jarang tersentuh
oleh tangan manusia. Oleh sebab itu, berbagai spesies flora dan fauna dapat membentuk
habitat dengan baik di kawasan ini. Termasuk juga tumbuhan dan hewan endemik hingga
langka.
1. Flora
Ada lebih dari 896 spesies tumbuhan berkayu di Taman Nasional Siberut.
Beberapa diantaranya adalah kelompok herba, semak belukar, ephypit, dan liana.
Persebaran jenis flora tersebut juga mengikuti tipe ekosistem dari Taman Nasional
Siberut.
Kawasan ini juga mempunyai beberapa jenis anggrek sejumlah 25 spesies yang
terbagi menjadi 22 anggrek epifit dan 3 anggrek tanah. Beberapa diantaranya adalah
anggrek bulan putih (Phalaenopsis amabilis), Coelogyne incrasata, Eria
nutans, Dendrobium paphyllum, dan lain sebagainya.
Tercatat ada 6 spesies flora yang merupakan jenis endemik di kawasan ini.
Keenam spesies tersebut adalah Mesua cathairinae, Diospyros brevicalyx, Aporusa
quadrangularis, Baccaurea dulcis, Drypetes subsymmetrica, dan Horsfieldia
macrothyrsa.
2. Fauna
Kelompok aves atau burung yang berhasil tercatat sejumlah 135 spesies dan satu-
satunya jenis endemik di kawasan ini yaitu celepuk Mentawai (Otus mentawai).
Gambar 3. Flora di Taman Nasional Siberut
(Sumber: https://dtechnoindo.blogspot.com, 2016)
Berbagai kegiatan dapat dilakukan di Taman Nasional Siberut mulai dari yang
sederhana sampai dengan yang menguji adrenalin. Untuk memenuhi hal tersebut pengunjung
dapat mengunjungi beberapa spot wisata di kawasan ini.
1. Trecking
Selain hutan, sungai juga menjadi lokasi yang tepat untuk disusuri. Pengunjung
akan melihat pondok atau sapou yang merupakan tempat masyarakat lokal beternak dan
berladang. Penyusuran sungai biasanya dilakukan dengan menggunakan sampan,
sehingga pengunjung lebih leluasa mengamati kehidupan masyarakat setempat di
sepanjang aliran sungai.
3. Hutan Mangrove
Ada beberapa pulau kecil di bagian selatan Pulau Siberut seperti Pulau Karang
Bajat dan Pulau Nyang-Nyang. Pulau-pulau tersebut menjadi tujuan untuk wisata bahari
yang menyenangkan. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain snorkeling, berenang,
memancing, atau sekadar menikmati pesona dari pantai berpasir putih.
Pulau lainnya adalah Pulau Bugei yang berada di Teluk Saibi Sarabua. Pulai ini
memiliki pasir pantai yang berwarna putih diterpa gulungan ombak. Ada juga padang
lamun dan gugusan terumbu karang yang tergolong sangat luas.
5. Wisata Budaya
Wisata budaya selalu memiliki tempat tersendiri di hati para penikmat keragaman
di Indonesia, termasuk bagi pengunjung Taman Nasional Siberut. Di sekitar kawasan ini
terdapat budaya khas warga setempat yang unik, seperti membuat tato dan
membuat kabit yang merupakan celana tradisional masyarakat Mentawai.
Selain itu, pada waktu tertentu juga diadakan upacara adat dengan menampilkan
tarian khas Mentawai yang disebut turuk. Ada juga prosesi pengobatan yang dilakukan
oleh sikerei yang merupakan dukun Mentawai.
Penjagaan kawasan taman nasional bertujuan untuk melindungi kawasan dari ancaman-
ancaman kerusakan sebagai berikut:
PENGELOLAAN
Taman Nasional Siberut dikelola oleh Balai Taman Nasional Siberut sebagai Unit
Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen
Kehutanan.
Balai ini terbagi atas dua Seksi Wilayah Konservasi, yaitu ;
Seksi Konservasi Wilayah I, di Muara Sikabaluan, dan
Seksi Konservasi Wilayah II, di Muara Siberut.
Kawasan dikelola dengan sistem zona dan pembagian zona Taman Nasional Siberut telah
ditetapkan sebagai berikut :
– Zona Inti, terletak dibagian Siberut Utara dan Siberut Selatan seluas ± 46.533 Ha.
– Zona Rimba, terletak di sekeliling zona inti dengan luas ± 99.555 Ha.
– Zona Pemanfaatan Tradisional, terletak di sebelah Barat Daya sampai sebelah Barat Laut
Pulau Siberut dengan luas ± 44.392 Ha.
– Zona Pemanfaatan Intensif, terletak di Simabugai antara Dusun Sirisurak dan Dusun Limau
dengan luas 20 Ha.
Daftar Pustaka
DLHBantul.2009. https://dlh.bantulkab.go.id/filestorage/dokumen/2020/01/PerMen%20LH%
20No. %2029%20Tahun%202009.pdf