Anda di halaman 1dari 10

USULA PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI

N KABUPATEN BEKASI
TEKNIS

BAGIAN D
TANGGAPAN TERHADAP
KERANGKA ACUAN KERJA
D.1. TANGGAPAN TERHADAP LATAR BELAKANG
Keanekaragaman hayati merupakan isu yang sangat penting di tingkat domestik maupun
global karena menyangkut kelestarian makhluk hidup dan kehidupan manusia. Secara
nasional, negara telah memposisikan keanekaragaman hayati menjadi bagian dari
sumberdaya penting bagi keberlanjutan pembangunan Nasional. Komitmen tersebut
diperlukan karena berbagai sektor pembangunan secara langsung maupun tidak langsung
tergantung pada keanekaragaman ekosistem, keragaman jenis, genetik dan fungsi-fungsi
lingkungan yang diperanakkannya. Pelestarian keanekaragaman hayati sangat penting
artinya bagi pembangunan sektor pertanian, kesehatan, industri, rekreasi serta
pengembangan ilmu pengetahuan. Nilai dan manfaat keanekaragaman hayati yang
bersifat tidak nyata (intangible) bahkan tidak ternilai oleh perhitungan ekonomi, namun

DINAS LINGKUNGAN HIDUP


BAGIAN D-1
PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI
USULA PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI
N KABUPATEN BEKASI
TEKNIS

jelas memberikan kontribusi sangat besar bagi kelangsungan hidup manusia. Manfaat
keanekaragaman hayati dalam menjaga tata air, mencegah berbagai jenis bencana alam,
mendaur ulang bahan pencemar dan mempertahankan kondisi iklim merupakan bukti
nyata besarnya peranan keanekaragaman hayati bagi manusia di muka Bumi.

Keanekaragaman hayati melingkupi berbagai perbedaan atau variasi bentuk, penampilan,


jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan. Keanekaragaman hayati
dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis, dan
keanekaragaman ekosistem. Keanekaragaman gen (genetic diversity) merujuk kepada
berbagai macam informasi genetik yang terkandung di dalam individu tumbuhan, hewan,
dan mikroorganisme yang mendiami bumi. Keanekaragaman jenis (species diversity)
merujuk kepada keanekaragaman organisme hidup di bumi (diperkirakan berjumlah 5 –
50 juta tetapi hanya 1,4 juta yang baru dipelajari). Keanekaragaman ekosistem
(ecosystem diversity) berkaitan dengan keanekaragaman habitat, komunitas biotik, dan
proses ekologi di biosfer. Issue tersebut muncul akibat hilangnya keragaman genetik, jenis
dan ekosistem dunia pada akhir abad ke 20. Kurun waktu dua setengah abad diperkirakan
25% kehidupan akan hilang dari permukaan bumi, rata-rata 100.000 telah punah setiap
tahunnya. Keanekaragaman hayati mempunyai peranan yang sangat penting terhadap
kehidupan manusia. Hal tersebut disebabkan karena aktivitas manusia yang mengarah
pada kerusakan habitat maupun pengalihan fungsi lahan. Kondisi tersebut sangat
mengkhawatirkan karena seperti kita ketahui keanekaragaman hayati mempunyai
peranan penting sebagai penyedia bahan makanan, obat-obatan dan berbagai komoditi
lain penghasil devisa negara, juga berperan dalam melindungi sumber air, tanah serta
berperan sebagai paru-paru dunia dan menjaga kestabilan lingkungan. Namun
keanekaragaman hayati saat ini terancam oleh kegiatan manusia pula. Seiring dengan
semakin berkembangnya pembangunan di semua sektor, semakin marak pula kerusakan
lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia itu sendiri. Penurunan keragaman
hayati di Indonesia terutama disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk,
kemiskinan, dan kebijakan politik lokal (Jepson, et al 2002) yang merangsang terjadinya
kerusakan dan fragmentasi habitat, pemanfaatan berlebih dan introduksi spesies asing,
(Diamond, 1998). Kegiatan manusia dalam memanfaatkan hutan secara tidak bijaksana
dimana banyaknya penebangan liar, penjarahan hutan dan perubahan hutan menjadi

DINAS LINGKUNGAN HIDUP


BAGIAN D-2
PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI
USULA PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI
N KABUPATEN BEKASI
TEKNIS

lahan pertanian, hal ini terutama berkaitan dengan adanya pemanfaatan sumber daya
hayati yang berlebih tanpa mengindahkan kaidah konservasi (Vane-Wright, 1999).

Profil keanekaragaman hayati daerah merupakan gambaran keanekaragaman hayati yang


terdapat atau dimiliki oleh daerah. Keanekaragaman hayati ini mencakup tingkatan
ekosistem, spesies, dan tingkatan di dalam spesies atau genetik, baik yang alami maupun
yang telah dibudidayakan. Pemanfaatan komponen keanekaragaman hayati ini sangat
beragam, tidak hanya terbatas sebagai bahan pangan atau untuk memenuhi kebutuhan
dasar manusia lainnya, tetapi lebih luas lagi mencakup aspek lainnya. Pasal 26 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistem menyebutkan bahwa pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistem
nya dilakukan melalui kegiatan pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian
alam dan pemanfaatan jenis tumbuhan serta satwa liar. Pemanfaatan kondisi lingkungan
kawasan pelestarian alam dapat dilakukan dengan cara tidak melakukan degradasi dan
fragmentasi habitat asli kawasan tersebut. Sedangkan untuk pemanfaatan jenis
tumbuhan dan satwa liar, dilakukan dengan memperhatikan kelangsungan potensi, daya
dukung, dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar yang bersangkutan.

Keberhasilan upaya konservasi keragaman hayati, sangat didukung oleh kebijakan politik
lokal, baik pemahaman, kemauan maupun praktik. Para penentu kebijakan publik perlu
memahami bahwa dalam konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development)
keberhasilan ekonomi harus didukung oleh keberlanjutan sumber daya hayati yang
dimiliki suatu wilayah. Data keragaman hayati dan pemanfaatannya sebagai komponen
dasar upaya konservasi keragaman hayati di Kabupaten Bekasi masih sangat minim.
Sehingga perlu dilakukan penyusunan data dan Informasi tentang keragaman hayati lokal
suatu wilayah dalam mendukung upaya pelestarian keragaman hayati secara global
(Norton,1998). Informasi tersebut meliputi jenis, jumlah, lokasi, dan manfaat bagi
manusia baik langsung maupun tidak langsung serta nilai ekonomis sumberdaya hayati
yang ada.

Besarnya peranan keanekaragaman hayati bagi kelangsungan hidup manusia, serta bagi
pembangunan memberikan alasan kuat mengapa konservasi keanekaragaman hayati
harus diupayakan oleh berbagai pihak di tingkat pusat maupun daerah, termasuk oleh
Pemerintah Kabupaten Bekasi. Konservasi keanekaragaman hayati di Kabupaten Bekasi

DINAS LINGKUNGAN HIDUP


BAGIAN D-3
PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI
USULA PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI
N KABUPATEN BEKASI
TEKNIS

mengalami tantangan yang berat, karena kompleksitas pengelolaan pembangunan yang


terjadi. Pertumbuhan wilayah Kabupaten Bekasi yang cepat dan kedudukan yang strategis
baik secara politik, ekonomi dan sosial telah mendorong pertumbuhan populasi
penduduk yang sangat tinggi. Peningkatan populasi penduduk merupakan awal dari
munculnya permasalahan lingkungan di wilayah perkotaan karena menuntut peningkatan
penyediaan infrastruktur perkotaan. Fenomena semacam ini pada akhirnya akan
berakibat pada perubahan pengembangan lingkungan fisik dan tata kota yang lebih
menekankan pada aspek ekonomi daripada aspek lingkungannya (termasuk nilai historis
nya) yang mengakibatkan kota tersebut tidak nyaman, aman, indah, bersih, dan sehat
untuk ditinggali. Arah pembangunan kota sering kali mengorbankan proporsi ruang
terbuka hijau (RTH) yang secara nyata merupakan sumber keanekaragaman hayati.

Kebijakan pembangunan Kabupaten Bekasi saat ini, memposisikan isu lingkungan


termasuk isu keragaman hayati menjadi perhatian yang sangat penting, terutama terkait
dengan hilangnya nilai keberlanjutan plasma nutfah, spesies, dan ekosistem, contohnya
dengan banyaknya jenis flora dan fauna di Kabupaten Bekasi yang punah. Oleh karena itu,
keanekaragaman hayati perlu dipandang sebagai aset bagi pembangunan daerah di
Kabupaten Bekasi sehingga harus dikelola secara terpadu untuk melindunginya dari
kegiatan pembangunan dan/atau pemanfaatan sumberdaya alam yang berpotensi
mengakibatkan kerusakan dan mengancam kelestarian keanekaragaman hayati, baik
pada tingkat sumberdaya genetik, spesies, maupun ekosistem.

Mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 29 Tahun 2009 tentang Pedoman
Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah, maka Pemerintah Kabupaten Bekasi perlu
menyusun perencanaan konservasi keanekaragaman hayati dengan menggunakan
informasi mengenai kondisi dan potensi keanekaragaman hayati yang disusun dalam
bentuk profil keanekaragaman hayati daerah. Profil keanekaragaman hayati daerah
merupakan gambaran keanekaragaman hayati yang terdapat atau dimiliki oleh daerah.
Profil keanekaragaman hayati daerah memiliki manfaat dan nilai penting bagi daerah
sebagai data dasar mengenai keanekaragaman hayati daerah; kekuatan tawar pada saat
komponen keanekaragaman hayati akan diakses dan pendukung pengambilan keputusan,
perumusan kebijakan, penyusunan strategi, dan rancang tindak pengelolaan
keanekaragaman hayati daerah.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP


BAGIAN D-4
PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI
USULA PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI
N KABUPATEN BEKASI
TEKNIS

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka kegiatan inventarisasi potensi keanekaragaman


hayati menjadi sangat penting sebagai bagian dari proses penyusunan profil
keanekaragaman hayati di Kabupaten Bekasi.

Tanggapan Dan Saran Terhadap Latar Belakang

Pada Latar belakang pekerjaan konsultan memahami pentingnya Penyusunan Profil


Keanekaragaman Hayati perlu dilaksanakan karena peran dari keanekaragaman hayati
yang cukup besar bagi kelangsunan hidup serta bagi pembangunan , dan di Kabupaten
Bekasi sendiri isu lingkungan khususnya keragaman hayati termasuk dalam salah satu isu
pembangunan Nasional dan daerah. Profil keanekaragaman hayati daerah merupakan
gambaran keanekaragaman hayati yang terdapat atau dimiliki oleh daerah.
Keanekaragaman hayati ini mencakup tingkatan ekosistem, spesies, dan tingkatan di
dalam spesies atau genetik, baik yang alami maupun yang telah dibudidayakan.
Pemanfaatan komponen keanekaragaman hayati ini sangat beragam, tidak hanya
terbatas sebagai bahan pangan atau untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia lainnya,
tetapi lebih luas lagi mencakup aspek lainnya.

D.2. TANGGAPAN TERHADAP TUJUAN DAN SASARAN


Tujuan dari kegiatan Penyusunan Profil Keanekaragaman Hayati di Kabupaten Bekasi ini
adalah sebagai berikut:

a. Menyediakan data dasar tentang jumlah spesies, kelimpahan, lokasi, potensi


ekonomis dan pemanfaatannya oleh masyarakat lokal;
b. Menyediakan data dasar tentang status spesies tertentu untuk kebijakan pelestarian.

Sasaran dari kegiatan ini adalah menyusun dokumen profil/data keanekaragaman hayati
daerah Kabupaten Bekasi yang meliputi jenis informasi persebaran ekologi dan geografi,
kondisi ekosistem berdasarkan/mengikuti waktu atau musim, kondisi umum tiap tipe
ekosistem meliputi keunikan, species dominan, spesies penting
(langka/endemik/dilindungi), potensi pengembangan ekosistem serta upaya-upaya
pemangku kepentingan didaerah dalam pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman
hayati.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP


BAGIAN D-5
PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI
USULA PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI
N KABUPATEN BEKASI
TEKNIS

Tanggapan Dan Saran Terhadap Maksud, Tujuan, dan Sasaran

Penjabaran maksud dan tujuan/sasaran menurut Pihak Konsultan sudah menunjukkan


adanya hubungan substantif pekerjaan yang dituangkan dalam KAK dan hubungan antara
Pihak Pemberi Kerja dengan Pihak Konsultan yang mengerjakan. Pada prinsipnya pihak
Konsultan dapat memahami dengan baik, maksud dan tujuan kegiatan sebagaimana yang
tertuang dalam KAK.

D.3. TANGGAPAN TERHADAP RUANG LINGKUP WILAYAH


Perencanaan yang dilakukan dalam pekerjaan Penyusunan Profil Keanekaragaman Hayati
di Kabupaten Bekasi adalah terletak di Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat.

Tanggapan Dan Saran Terhadap Ruang Lingkup Wilayah

Pada dasarnya konsultan memahami mengenai ruang lingkup wilayah/lokasi kajian,


namum dalam KAK tidak tertuang ruang lingkup pekerjaan.

D.4. TANGGAPAN TERHADAP DASAR HUKUM


Adapun Landasan Hukum yang menjadi penyusunan kegiatan ini, diantaranya:

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati


dan Ekosistem nya; (Lembaran Negara Tahun 1990Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3419);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.
3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan
Tumbuhan.
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa mengenai Keanekaragaman Hayati.
5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
6. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman.
7. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
8. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengesahan Cartagena Protocol On
Biosafety To The Convention On Biological Diversity (Protokol Cartagena tentang
Keamanan Hayati atas Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati).
9. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP


BAGIAN D-6
PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI
USULA PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI
N KABUPATEN BEKASI
TEKNIS

10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.


11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, memberikan dasar hukum untuk melakukan dan melaksanakan
pencadangan sumber daya alam, agar makhluk hidup mendapat jaminan untuk
melangsungkan kehidupannya meskipun dimanfaatkan untuk kemakmuran
masyarakat.
12. Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun 1978 tentang Pengesahan Convention on
International Trade in Endangered Species (CITIES) of Wild Fauna and Flora.
13. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung, Cagar Alam dan Suaka Margasatwa.
14. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian.
15. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan jenis Tumbuhan
dan Satwa.
16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan
dan Satwa Liar.
17. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk
Rekayasa Genetika.
18. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional.
19. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan
Pendayagunaan Tanah Terlantar.
20. Peraturan Pemerintah Nomor 03 Tahun 2012 Tentang Taman Keanekaragaman
Hayati
21. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Kawasan Suaka
Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
22. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2009 tentang
Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah.
23. Peraturan Menteri Pertanian No. 67/PERMENTAN/OT.140/12/2006 tentang
Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Tanaman.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP


BAGIAN D-7
PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI
USULA PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI
N KABUPATEN BEKASI
TEKNIS

24. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 01/Pert/SR.120/2/2006 tentang Syarat


Penamaan dan Tata Cara Pendaftaran Varietas Tanaman.
25. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman
Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya.
26. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2009 tentang
Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah.
27. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun2012 tentang
lembaga konservasi.
28. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun2013 tentang
Ketentuan Ekspor Tumbuhan Alam dan Satwa Liar yang Tidak dilindungi Undang-
Undang dan Termasuk dalam Daftar CITES.
29. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 09. 1 /KPTS – II /2000 Tentang Kriteria Dan
Status Standar Pengelolaan Hutan Produksi Secara Lestari.
30. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun2001 tentang
Kriteria Baku Kerusakan Mangrove.
31. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 355/KPTS-II/2003 tentang Penandaan
Tumbuhan dan Satwa Liar.

Tanggapan Dan Saran Terhadap Dasar Hukum

Konsultan menilai dasar hukum sudah cukup jelas dan dapat dipahami

D.5. TANGGAPAN TERHADAP KEBUTUHAN TENAGA AHLI DAN TENAGA


PENDUKUNG
Untuk melaksanakan pekerjaan ini dibutuhkan fasilitas dan atau pendampingan tenaga
ahli yang berpengalaman dibidang masing-masing dan dibantu beberapa tenaga
pendukung (supporting staff) sebagai berikut:

1. Tenaga Ahli, meliputi:


a. Team Leader yang dibutuhkan sebanyak 1 (Satu) orang dengan persyaratan yaitu
Magister Pertanian program studi Ilmu Tanah, dengan pendidikan minimal S2
dan memiliki pengalaman kerja minimal 5 (lima) tahun.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP


BAGIAN D-8
PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI
USULA PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI
N KABUPATEN BEKASI
TEKNIS

b. Tenaga Ahli Biologi yang dibutuhkan sebanyak 1 (Satu) orang dengan persyaratan
yaitu Sarjana Biologi, dengan pendidikan minimal S1 dan memiliki pengalaman
kerja minimal 3 (tiga) tahun.
c. Tenaga Ahli Pertanian yang dibutuhkan sebanyak 1 (Satu) orang dengan
persyaratan yaitu Sarjana Pertanian, dengan pendidikan minimal S1 dan memiliki
pengalaman kerja minimal 3 (tiga) tahun.
d. Tenaga Ahli Perikanan yang dibutuhkan sebanyak 1 (Satu) orang dengan
persyaratan yaitu Sarjana Perikanan, dengan pendidikan minimal S1 dan memiliki
pengalaman kerja minimal 3 (tiga) tahun.
e. Tenaga Ahli Kehutanan yang dibutuhkan sebanyak 1 (Satu) orang dengan
persyaratan yaitu Sarjana Kehutanan, dengan pendidikan minimal S1 dan
memiliki pengalaman kerja minimal 3 (tiga) tahun.
f. Tenaga Ahli Lingkungan yang dibutuhkan sebanyak 1 (Satu) orang dengan
persyaratan yaitu Sarjana lingkungan, dengan pendidikan minimal S1 dan
memiliki pengalaman kerja minimal 3 (tiga) tahun.
g. Tenaga Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota yang dibutuhkan sebanyak 1 (Satu)
orang dengan persyaratan yaitu Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota, dengan
pendidikan minimal S1 dan memiliki pengalaman kerja minimal 3 (tiga) tahun.
2. Tenaga Pendukung
a. Asisten Peneliti / Tenaga Ahli yang dibutuhkan sebanyak 1 (Satu) orang dengan
persyaratan yaitu Sarjana Biologi / Kelautan / Kehutanan / Perencanaan Wilayah
dan Kota lulusan Minimal Strata 1 (S1) memiliki pengalaman kerja minimal 3
(tiga) tahun.
b. Surveyor dibutuhkan sebanyak 3 (tiga) orang dengan lulusan Minimal Diploma
SMK/D1/D2 Semua Jurusan dengan pengalaman kerja minimal 2 (dua) Tahun.
c. Operator Komputer 1 (satu) orang dengan lulusan Minimal Diploma 3 (D3)
Semua jurusan dengan pengalaman minimal 1 (satu) tahun.
d. Administrasi 1 (satu) orang dengan lulusan Minimal Diploma 3 (D3) Semua
jurusan dengan pengalaman minimal 1 (satu) tahun.

Tanggapan Dan Saran Terhadap Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung

DINAS LINGKUNGAN HIDUP


BAGIAN D-9
PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI
USULA PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI
N KABUPATEN BEKASI
TEKNIS

Sebagaimana tercantum dalam KAK, pelaksanaan pekerjaan ini konsultan diminta


memberikan layanan jasa tenaga ahli sebanyak 7 (tujug) bidang keahlian, dan 4 (empat)
tenaga pendukung, pada dasarnya konsultan memahami tentang kebutuhan tenaga ahli
yang diperlukan dalam pekerjaan “Penyusunan Profil Keanekaragaman Hayati di
Kabupaten Bekasi” ini serta akan berusaha memenuhikebutuhan tenaga ahli sesuai
dengan bidang keahlian dan kualifikasinya.

D.6. TANGGAPAN TERHADAP OUTPUT/PELAPORAN


Produk yang akan dihasilkan dari kegiatan Penyusunan Profil Keanekaragaman Hayati di
Kabupaten Bekasi adalah sebagai berikut:

1. Laporan Pendahuluan, ukuran kertas A4, jumlah buku 5 (lima) rangkap.


2. Laporan Fakta dan Analisis, ukuran kertas A4, jumlah buku 5 (lima) rangkap.
3. Laporan Final, ukuran kertas A4, jumlah buku 5 (lima) rangkap hardcover.
4. Laporan Ringkasan Eksekutif ukuran A4, sebanyak 5 (lima) rangkap.

Tanggapan Dan Saran Terhadap Output/Pelaporan

Konsultan memahami pelaporan yang diingikan dari kegiatan ini.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP


BAGIAN D-10
PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI

Anda mungkin juga menyukai