Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dina Oktaviani

Kelas : B

Kelompok : 3

Jelaskan pengertian komposisi penduduk dan dinamika penduduk

Jawaban:

Komposisi penduduk adalah pengelompokan penduduk berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.


Seperti pengelompokan penduduk berdasarkan umur, jenis kelamin,mata pencaharian, agama,
pendidikan. Dikemukakan oleh ( Said Rusli dalam Bagoes ,mantra, 2003: 23 ) bahwa
komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk berdasarkan karakteristik-
karakteristik tertentu. Komposisi penduduk juga dapat diartikan sebagai mata statistik
dari statistik kependudukan yang membahas penduduk berdasarkan umur atau usia
dan jenis kelamin.

Dengan demikian komposisi penduduk secara sederhana merupakan pengelompokan


penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin. Komposisi penduduk diperlukan dalam
suatu negara karena dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan atau
penentuan kebijakan dalam pelaksanaan pembangunan. Komposisi penduduk perlu
dikaji secara baik, karena setiap wilayah terdapat penduduk yang berbeda usia dan
jenis kelamin yang berbeda sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda
pula. Pemerintah dapat merancang kegiatan atau perencanaan yang benar-benar sesuai
dengan kemampuan penduduk. Pemerintah juga dapat menata kebutuhan sarana dan
prasarana kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang disesuaikan
dengan kebutuhan penduduknya. Oleh karena itu, dengan mengetahui komposisi
penduduk, dapat dibuat pertimbangan yang logis, matang, dan bermakna sehingga
tidak menimbulkan adanya kesalahan dalam pengambilan keputusan ataupun
penenentuan kebijaksanaan dalam pelaksanaan pembangunan.

Secara umum dapat diklasifikaasikan menurut :

1. Karakteristik biologi (demografi), seperti umur, jenis kelamin.

2. Karakteristik sosial, antara lain tingkat pendidikan dan status perkawinan

3. Karakteristik ekonomi, antara lain kegiatan penduduk yang aktif secara ekonomi,lapangan
usaha, status dan jenis pekerjaan, serta tingkat pendapatan

4. Karakteristik geografis atau persebaran antara lain berdasarkan tempat tinggal, daerah
perkotaan-pedesaan, provinsi, dan kabupaten

NEXT
Dinamika penduduk adalah kondisi di saat struktur penduduk, jumlah dan persebarannya
mengalami perubahan akibat terjadinya proses demografi yaitu kelahiran, kematian,
perpindahan (Bappenas,2013). Pertumbuhan penduduk menurut Lucas, Donald & Young
(1990) dipengaruhi oleh tiga elemen utama yaitu fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian),
dan migrasi. Tingkat fertilitas memberikan pengaruh positif terhadap laju pertumbuhan
penduduk atau menambah jumlah penduduk, sedangkan tingkat mortalitas
memberikan pengaruh negatif atau faktor pengurang terhadap laju pertumbuhan
penduduk. Migrasi penduduk yang telah mencapai pendidikan tersier mungkin akan
meninggalkan negara dan menggunakan keterampilan dan kecerdasan mereka untuk
membantu pengembangan negara lain yang berdampak terhadap penurunan
perekonomian di suatu negara (Stephen, et al 2003).

Dinamika penduduk tersebut dapat mempengaruhi pembangunan dalam mendorong


pertumbuhan ekonomi, ketika jumlah penduduk semakin besar maka perlu diiikuti dengan
kualitas penduduk yang memadai sehingga dapat menjadi modal bagi pertumbuhan ekonomi.
Namun sebaliknya akan menjadi beban bagi suatu negara jika kualitas penduduknya rendah
dan menghambat pembangunan

Nama : Zulfa Rifa Nabilah

Npm : 192154029

Kelas : B

Kelompok : 10

Izin bertanya , seberapa epektif konservasi di wilayah perkotaan. Menurut kelompok , apakah
konservasi di wilayah perkotaan sudah diterapkan dibeberapa kota di Indonesia ?

Terimakasih.

Jawaban:
1. Wilayah perkotaan merupakan areal yang telah termodifikasi sangat tinggi dan lanskap
yang sangat kompleks yang di dalamnya terdapat tumbuhan hijau atau wilayah terbuka
yang sangat bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia maupun satwaliar. Selain itu.
beberapa kota memiliki ketersambungan habitat yang terfragmentasi atau jalur
hijau perkotaan yang terdiri atas habitat semi/alami,suksesi sekunder, dan areal
terbuka. Dalam rangka konservasi keanekaragaman hayati di wilayah perkotaan maka
tidak ada satupun pihak yang dianggap paling berperan penting. Hal ini karena semua
pihak, baik pemilik rumah, pemerintah setempat, pemerintah pusat, maupun para
pengembang, diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam aksi tersebut.
Salah satunya Hutan kota merupakan bagian kecil lahan yang masih hijau yang terdapat
pada lanskap yang kelabu di lingkungan buatan. Hutan kota juga merupakan enclave yang
di dalamnya terdapat keanekaragaman hayati (Mc Phersonet al 1997). Manfaat yang
diperoleh dari hutan kota dapat dimaksimumkan dengan cara mengatur
konvigurasi vegetasi yang unik untuk setiap tujuan perancangan lanskap seperti
estetika, greenbelts ,habitat satwaliar, konservasi energi dan air, serta reduksi
bahaya kebakaran. Hutan kota terdiri atas vegetasi yang tumbuh di sepanjang jalan/jalan
kota dan taman/taman kota, areal terlantar, dan areal permukiman (Bradley 1995, alvey
2006). Hutan kota dapat dianggap sebagai barang ekonomi yang menyediakan
berbagai manfaat seperti penurunan temperatur udara sekitar serta konsentrasi
pencemaran udara (Zhu dan Zhang 2008)

NEXT
Berbagai penelitian telah dilakukan guna mengetahui tingkat keaneka ragaman hayati di
suatu wilayah kota. Penelitian tersebut telah membuktikan bahwa hutan kota dapat
mengandung sejumlah besar jenis yang hidup secara alami di kawasan tersebut. Penelitian
Cornelis & Hermy 2004) yang dilakukan di 15 taman kota di flanders, Belgia
menunjukkan bahwa taman kota tersebut mengandung 30% spesies tumbuhan, 50%
spesies burung, 40% spesies kupu-kupu dan 60% spesies amfibi dibanding dengan yang
ada di alam. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya fungsi taman kota sebagai cagar
keanekaragaman hayati di flanders.

Menurut Robert Mcdonald namun ada tantangan kelembagaan yang harus dipecahkan
agar intervensi konservasi perkotaan dapat dimanfaatkan sepenuhnya.
1. Pertama, masih sulit untuk mengukur, menilai, dan merencanakan berbagai aspek
lingkungan sekaligus. Sementara penelitian di bidang ekologi sekarang
memungkinkan secara teknis dalam banyak kasus, ini tetap merupakan proses yang
memakan waktu.
2. Kedua, lembaga pemerintah, di dalam kota dan di tingkat regional atau nasional,
umumnya tetap fokus pada satu aspek lingkungan tertentu, dari pada melihat
penciptaan infrastruktur alam dengan banyak manfaat sebagai mandat mereka.
Dan , banyak masalah lingkungan yang melintasi batas-batas politik, membuat
masalah yurisdiksi menjadi penghalang. Solusi umumnya adalah menciptakan entitas
pemerintah atau kuasipemerintah yang memungkinkan dialog dan negosiasi di antara
entitas politik, meminimalkan biaya transaksi

2. Konservasi di wilayah perkotaan sudah diterapkan dibeberapa kota di Indonesia . Salah


satunya Berdasarkan penelitian hendra gunawan, dkk (2017) , Hutan kota PT. AGM
Gunung Putri di Kabupaten Bogor, sebagai salah satu kota satelit yang merupakan tipe
“Hutan Kota Pelestarian Plasma Nutfah” karena berisi jenis-jenis pohon yang endemik,
langka, dan terancam. Hutan kota ini juga berada di tengah pemukiman dan oleh
karenanya ditanam jenis-jenis pohon penghasil pangan buah-buahan, sehingga
memenuhi kriteria tipe “Hutan Kota Kawasan Permukiman”. Sampai akhir tahun
2015 tercatat 72 spsies pohon, dengan jumlah 397 individu pohon. Secara umum ada
kenaikan indeks keanekaragaman dari 2,06 pada 2010 menjadi 3,34 pada tahun 2015. Di
hutan kota PT. AGM Gunung Putri ditemukan 27 jenis fauna yang terdiri atas dua
jenis satwa menyusui (mamalia), lima satwa melata (reptilia) dan tujuh jenis burung
(aves) dan 13 jenis serangga (insekta). Indeks keanekaragaman jenis keseluruhan
komunitas fauna 2,8.

program konservasi ex situ, Indonesia telah membentuk 84 kebun binatang, 27 unit


rehabilitasi satwa liar dan 1.118 unit penangkaran. Indonesia juga telah
mengembangkan peraturan untuk memastikan keterkaitan antara konservasi ex situ
melalui restocking untuk pemulihan populasi spesies di alam. Indonesia juga telah
mengeluarkan standar untuk kesejahteraan hewan. Salah satu penerapan usaha pelestarian
Rafflesia dengan cara memindahkan bunga tersebut dari habitat alaminya ke habitat
buatan seperti ke Kebun Botani. Cara ini telah membawa hasil yang cukup
menggembirakan bagi usaha pelestarian Rafflesia, seperti bunga Rafflesia yang tumbuh di
Kebun Raya Bogor salah satu bukti keberhasilan konservasi ex-situ.

Konservasi ex-situ (di luar kwasan) adalah upaya konservasi yang dilakukan dengan
menjaga dan mengembangbiakkan jenis tumbuhan dan satwa di luar habitat alaminya
dengan cara pengumpulan jenis, pemeliharaan dan budidaya (penangkaran).

Ada juga berdasarkan penelitian Cyntia Wuisang (2015) penerapan Koridor hijau di Kota
Manado terdiri atas koridor hijau jalan, sungai, dan pantai, dan kawasan penyanggah berupa
sabuk hijau. Koridor hijau atau green corridor sebagai salah satu unsur kota yang penting
memiliki banyak fungsi sebagai peneduh yang dapat menciptakan kenyamanan (amenity), dan
sebagai sarana konservasi eksitu dan dapat memberikan berbagai jasa lingkungan. Sebagai
sarana konservasi eksitu, koridor hijau dapat berperan sebagai koleksi berbagai jenis flora
(khususnya pohon).
Sumber-sumber Hipotesis

Untuk merumuskan hipotesis seorang peneliti dituntut untuk dapat menggali sumber-sumber
hipotesis. Menemukan suatu hipotesis memerlukan kemampuan si peneliti dalam mengaitkan
masalah-masalah dengan varaiabel-variabel yang dapat diukur dengan menggunakan suatu
kerangka analisis yang dibentuknya. Mengggali dan merumuskan hipotesis mempunyai seni
tersendiri. Si peneliti harus sanggup memfokuskan permasalahan sehingga hubungan-
hubungan yang terjadi dapat diterka. Sumber-sumber untuk menggali hipotesis dapat
diperoleh dari :

1. Dari peneliti sendiri

Yaitu dari sumber pengetahuan umum peneliti mengenai bidang yang akan ditelitinya

2. Dari Teori dan Konsepsi

Teori-teori dan konsep-konsep yang sudah ada lalu dikendalikan sedemikian rupa sehingga
dapat dibentuk suatu hipotesis penelitian

3. Hasil penelitian terdahulu

Yaitu hasil-hasil penelitian yang sudah ada disusun kembali menjadi hipotesis yang kemudian
diuji kembali kebenarannya.

Menurut Good dan Scates (1945) dalam buku Methods of Research Educational ada beberapa
sumber untuk menggali hipotesis, yaitu

1. Ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam yang berkaitan dengan fenomena.

2. Wawasan dan pengertian yang mendalam tentang suatu fenomena.

3. Materi bacaan dan literatur.

4. Pengalaman individu sebagai suatu reaksi terhadap fenomena.

5. Data empiris yang tersedia.

6. Analogi atau kesamaan dan adakalanya menggunakan imajinasi yang berdasar pada
fenomena.

Dalam buku Metodologi Penelitian Pendekatan kuantitatif : Hipotesis yang dirumuskan


peneliti dapat diperoleh secara induktif yang bersumber pada pengamatan empiris, atau secara
deduktif yang bersumber pada khazanah teori yang sahih. Dengan demikian, hipotesis dapat
dirumuskan dari: (a) pengalaman, pengamatan, dan dugaan si peneliti, (b) hasil-hasil dari
penelitian yang pernah dilakukan sebelum-nya, dan (c) teori-teori yang sudah terbentuk.

Hipotesis yang dirumuskan berdasar pengalaman, pengamatan dan dugaan peneliti merupakan
hipotesis yang paling lemah, yang umumnya hanya digunakan pada penelitian eksploratif dan
deskriptif yang memang bertujuan untuk mengetahui paparan hipotesis yang sebenarnya. Jika
mengacu pada langkah metode keilmuan, hipotesis yang dirumuskan berdasar dugaan peneliti
belum memenuhi kriteria kebenaran teoritik. Sedang hipotesis yang dirumuskan berdasar
hasil-hasil penelitian terdahulu dan berdasar teori yang telah mapan, memiliki tingkat
kebenaran teoritik yang tinggi, dan hipotesis itulah yang akan diuji dengan serangkaian fakta
empirik melalui kegiatan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai