Anda di halaman 1dari 9

Modul Pembelajaran Terpadu

Inovasi untuk Kesejahteraan


Lingkungan

Labiibah Nasywa Oktari


Tadris IPA

Institut Agama Islam Negeri


Ponorogo
Biodiversitas dan
Pelestarian Satwa
Liar
Indikator Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran diharapkan peserta didik mampu:
1. Menguraikan konsep dan pengertian Biodiversitas.
2. Mengidentifikasi spesies satwa yang terancam punah di wilayah lokal.
3. Pengembangan kesadaran kewarganegaraan.

Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu memahami konsep dan arti penting biodiversitas.
2. Siswa mampu mengidentifikasi spesies yang terancam punah di wilayah lokal.
3. Siswa mampu mengembangkan kesadaran kewarganegaraan terkait pelestarian satwa liar.

Profil Pelajar Pancasila


1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia
Pelajar memulai dan mengakhiri pembelajaran dengan berdo’a serta bersikap santun
selama proses pembelajaran.
2. Bernalar Kritis
Pelajar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang terkait dengan identifikasi
spesies satwa yang terancan punah serta kesadaran kewarganegaraan terkait pelestarian
satwa dalam kehidupan sehari-hari.
3. Gotong royong
Pelajar memiliki kemampuan bekerja sama dalam memecahkan permasalahan terkait
dengan identifikasi spesies satwa yang terancan punah serta kesadaran kewarganegaraan
terkait pelestarian satwa dalam kehidupan sehari-hari.
PETA KONSEP
Biodiversitas dan Pelestarian Satwa
Liar

Konsep Biodiversitas Identifikasi dan Identifikasi Spesies Pelestarian Satwa


Klasifikasi Satwa yang Terancam Liar dan Tanggung
Liar Punah Jawab sebagai
Warga Negara

Pengertian Peran
Biodiversitas Biodiversitas
dalam
Keberlangsungan
Kehidupan Satwa
Uraian Materi
A. Konsep Biodiversitas
1. Pengertian Biodiversitas
Biodiversitas atau keanekaragaman hayati (biological-diversity atau biodiversity) adalah
semua makhluk hidup di bumi (tumbuhan, hewan, mikroorganisme) termasuk
keanekaragaman genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman ekosistem yang
dibentuknya. Biodiversitas atau keanekaragaman hayati mengacu pada variasi genetik,
spesies, dan ekosistem suatu wilayah tertentu. Konsep ini mencakup keberagaman seluruh
bentuk kehidupan di Bumi dan merupakan aspek kritis dalam memahami dinamika
lingkungan.
Keanekaragaman hayati adalah variabilitas di antara makhluk hidup dari sumber,
termasuk interaksi ekosistem terrestrial, pesisir dan lautan, serta ekosistem akuatik lain dan
kompleks ekologi tempat hidup makhluk hidup menjadi bagiannya. Biodiversitas memiliki
peran penting dalam menjaga keseimbangan dan mendukung kehidupan satwa. Biodiversitas
dapat dikelompokkan menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1. Keanekaragaman Gen: Merujuk pada variasi gen dalam suatu populasi atau spesies.
Keanekaragaman genetik memungkinkan adaptasi terhadap perubahan lingkungan,
resistensi terhadap penyakit, dan kelangsungan hidup spesies. Populasi yang memiliki
keanekaragaman genetik lebih tinggi cenderung lebih tahan terhadap tekanan lingkungan.
2. Keanekaragaman Spesies: Mengacu pada jumlah dan beragamnya spesies yang ada di
suatu ekosistem atau wilayah. Keanekaragaman spesies memberikan berbagai sumber
makanan dan tempat tinggal bagi satwa. Dengan adanya spesies yang berbeda, ekosistem
dapat mempertahankan keseimbangan dan mencegah dominasi satu spesies tertentu yang
dapat mengganggu keseimbangan alam.
3. Keanekaragaman Ekosistem: Melibatkan vasiasi berbagai ekosistem yang ada di suatu
wilayah, termasuk hutan, sungai, padang rumput, dan lainnya. Keanekaragaman
ekosistem menyediakan berbagai habitat yang mendukung kehidupan satwa. Setiap
ekosistem memiliki karakteristik unik yang mendukung spesies tertentu, sehingga
keanekaragaman ini esensial bagi kelangsungan hidup dan reproduksi satwa.

2. Peran Biodiversitas dalam Keberlangsungan Kehidupan Satwa


Biodiversitas memiliki peran krusial dalam menjaga keberlangsungan kehidupan satwa.
Berikut adalah beberapa peran utama biodiversitas dalam mendukung kehidupan dan
keberlangsungan satwa:
a. Sumber Makanan
Biodiversitas memberikan beragam jenis tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme
yang menjadi sumber makanan bagi satwa. Keanekaragaman hayati ini menciptakan
jaringan makanan yang kompleks, mendukung rantai makanan, dan memberikan opsi
makanan yang cukup untuk berbagai spesies satwa.
b. Habitat dan Tempat Berkembangbiak
Keanekaragaman ekosistem memberikan berbagai jenis habitat dan tempat
berkembangbiak yang sesuai dengan kebutuhan berbagai spesies satwa. Hal ini sangat
penting untuk siklus hidup, perkembangbiakan, dan kelangsungan hidup mereka.
c. Adaptasi Terhadap Perubahan Lingkungan
Keanekaragaman genetik memungkinkan satwa untuk beradaptasi dengan perubahan
lingkungan. Spesies dengan variasi genetik yang lebih besar mampu bertahan dalam
kondisi yang berubah atau dihadapkan pada tekanan lingkungan baru.
d. Pemberi Manfaat Ekosistem (Ecosystem Service)
Biodiversitas menyediakan layanan ekosistem yang mendukung kehidupan satwa,
seperti penyediaan air bersih, pemuliaan tanaman, control hama alami, dan penyerapan
polutan. Layanan ini essensial untuk kesejahteraan dan kelangsungan hidup satwa.
e. Estetika dan Nilai Budaya
Keanekaragaman hayati memberikan nilai estetika dan budaya yang penting bagi
manusia, termasuk keindahan alam, tradisi lokal, dan keberlanjutan budaya. Nilai ini
menciptakan kesadaran dan dukungan Masyarakat untuk pelestarian satwa liar dan
habitatnya.

B. Identifikasi dan Klasifikasi Spesies Satwa Liar


Dalam dunia biologi dan konservasi, identifikasi dan klasifikasi spesies satwa liar
memainkan peran sentral dalam pemahaman dan pelestarian keanekaragaman hayati. Proses
ini tidak hanya memberikan wawasan mendalam tentang organisme hidup di sekitar kita,
tetapi juga menjadi landasan untuk strategi konservsi yang efektif.
a. Identifikasi Spesies Satwa Liar
Idenstfikasi spesies melibatkan pengenalan dan pemahaman ciri-ciri unik yang
membedakan satu spesies dari yang lain. Ciri-ciri tersebut dapat mencakup morfologi
eksternal, seperti warna, bentuk tubuh, atau pola khusus. Di samping itu, aspek anatomis
dan perilaku juga menjadi kunci dalam mengidentifikasi spesies. Melalui teknik-teknik
pengamatan langsung dan penggunaan alat bantu modern seperti kamera, peneliti dapat
merinci setiap detail yang diperlukan untuk memastikan identifikasi yang akurat.
b. Klasifikasi Spesies Satwa Liar
Setelah identifikasi, proses klasifikasi membantu menempatkan spesies dalam
kerangka taksonomi yang sistematis. Sistem klasifikasi binomial, yang mencakup nama
ilmiah unik untuk setiap spesies, memberikan dasar yang konsisten bagi ilmuwan di
seluruh dunia. Hierarki taksonomi, mulai dari kingdom hingga spesies, memastikan
pengelompokan yang logis dan memberikan pemahaman tentang hubungan evolusi antar
spesies.
c. Peran Penting dalam Konservasi
Identifikasi dan klasifikasi tidak hanya memberikan wawasan ilmiah, tetapi juga
menjadi landasan untuk upaya konservasi. Dengan memahami spesies apa yang ada, di
mana mereka hidup, dan apa ancaman terhadap keberlangsungan hidup mereka, para
peneliti dan konservasionis dapat merancang strategi pelestarian yang lebih tepat sasaran.
Ini melibatkan pembentukan Kawasan konservasi, rehabilitasi habitat alami, atau
kampanye edukasi masyarakat.

C. Identifikasi Spesies yang Terancam Punah


Indonesia memiliki sejumlah spesies satwa yang terancam punah, baik di darat maupun di
laut. Keanekaragaman hayati di Indonesia semakin terancam oleh ancaman manusia, dan
banyak satwa liar menghadapi risiko kepunahan. Proses identifikasi dan klasifikasi spesies
yang terancam punah menjadi kunci dalam upaya konservasi. Identifikasi melibatkan
pengamatan lapangan, analisis suara, dan penelitian DNA untuk memahami karakteristik unik
setiap spesies.
Langkah selanjutnya adalah klasifikasi, di mana spesies ditempatkan dalam kategori
konservasi berdasarkan evaluasi status populasi dan tingkat ancaman yang dihadapinya.
Sejumlah faktor seperti deforestasi, perburuan illegal, dan perubahan iklim menjadi ancaman
utama. Pentingnya melibatkan ahli biologi, penggunaan teknologi, dan kerjasama lintas sektor
terungkap dalam upaya mempertahankan keberagaman hayati di Indonesia.
Dengan melakukan identifikasi dan klasifikasi spesies yang terancam punah, kita dapat
membangun pemahaman yang lebih mendalam tentang masalah ini dan mengarahkan upaya
pelestarian dan konservasi yang lebih efektif. Melibatkan masyarakat, pemerintah, dan
organisasi konservasi menjadi kunci untuk menjaga agar keindahan dan keanekaragaman
alam tetap hasil untuk generasi mendatang. Hewan-hewan yang dikatakan terancam punah
menghadapi berbagai ancaman serius terhadap kelangsungan hidup mereka. Berikut adalah
beberapa spesies yang termasuk dalam kategori satwa yang terancam punah di Indonesia:
1. Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
 Ancaman:
a. Hilangnya Habitat: Deforestasi dan konservasi lahan untuk perkebunan dan
pemukiman menusia mengurangi habitat alami harimau.
b. Perburuan Ilegal: Perburuan untuk perdagangan illegal dan kebutuhan tradisional
mengancam populasi Harimau.
2. Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus)
 Ancaman:
a. Deforestasi: perambahan hutan untuk perkebunan kelapa sawit dan industri kayu
menghancurkan habitat orangutan.
b. Perburuan atau Perdagangan: Perburuan untuk diperdagangkan sebagai hewan
peliharaan atau bagian tubuhnya.
3. Komodo (Varanus komodoensis)
 Ancaman:
a. Hilangnya Habitat: Perubahan iklim dan aktivitas manusia mengancam habitat
Komodo.
b. Turisme berlebihan: Dampak dari turisme yang tidak terkendali juga dapat
mengganggu populasi Komodo.
4. Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
 Ancaman:
a. Perburuan Ilegal: Perburuan untuk keperluan obat tradisional dan tanduk badak
yang dianggap sebagai symbol keberuntungan.
b. Hilangnya Habitat: Deforestasi mengurangi habitat alami badak Jawa.
5. Penyu Hijau (Chelonia mydas)
 Ancaman:
a. Perburuan Telur: Telur-telur penyu menjadi target perburuan untuk diambil dan
diperdagangkan.
b. Perubahan Iklim: Perubahan suhu dapat memengaruhi keberlangsungan hidup
telur dan anak penyu.
6. Lumba-lumba Hidung Botol (Tursiops aduncus)
 Ancaman:
a. Tangkapan dan Penangkapan Langsung: Penangkapan langsung untuk taman
hiburan dan tangkapan sampingan di perikanan.
b. Polusi Laut: Populasi suara dan limbah dapat menggangu perilaku dan navigasi
lumba-lumba.

D. Pelestarian Satwa Liar dan Tanggung Jawab sebagai Warga Negara


Pelestarian satwa liat menjadi tanggung jawab bersama sebagai warga negara. Kehidupan
satwa liar berkontribusi pada keseimbangan ekosistem dan membawa manfaat ekologis serta
estetika yang tidak ternilai. Dalam menjalankan tanggung jawab ini, diperlukan pemahaman
mendalam tentang pelestarian satwa liar dan peran masyarakat dalam mendukungnya.
Pelestarian satwa liar memiliki peran yang sangat penting. Satwa liar memainkan peran
penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, termasuk control populasi dan interaksi
rantai makanan. Keanekaragaman hayati yang dijaga dapat memberikan manfaat jangka
panjang untuk pertanian, kesehatan, dan kehidupan secara keseluruhan. Satwa liar membantu
menyumbangkan keindahan alam dan memiliki nilai estetika yang berharga dalam kehidupan.
Dalam kehidupan satwa liar tentu saja mengalami ancaman dalam keberlangsungan
hidupnya, seperti hilangnya habitat, perburuan illegal, dan perubahan iklim. Ancaman
hilangnya habitat satwa liar seperti deforestasi, perubahan penggunaan lahan, dan urbanisasi.
Ancaman satwa liar melalui perburuan illegal, seperti adanya perburuan untuk perdagangan
illegal, kuliner, atau keperluan obat tradisional. Ancaman satwa liar melalui perubahan iklim,
dapat mempengaruhi pola migrasi, musim berkembang biak, dan ketersediaan sumber daya
alami.
Sebagai warga negara, kita memiliki tanggung jawab penting dalam menjaga dan
melestarikan satwa liar. Keanekaragaman hayati adalah warisan berharga yang tidak hanya
memberikan keindahan alam, tetapi juga memainkan peran penting dalam menjaga
keseimbangan ekosistem. Berikut adalah beberapa aspek bentuk tanggung jawab kita dalam
pelestarian satwa liar:
1. Pendidikan dan Kesadaran
 Menggali pengetahuan tentang satwa liar dan dampak aktivitas manusia terhadap
mereka.
 Menyebarkan informasi melalui edukasi, seminar, dan kampanye sosial untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat.
2. Partisipasi dalam Program Konservasi
 Mendukung dan berpartisipasi aktif dalam program konservasi lokal dan nasional.
 Ikut serta dalam kegiatan penanaman kembali, rehabilitasi habitat, dan pemantauan
populasi untuk mendukung pelestarian satwa liar.
3. Menjaga Lingkungan Hidup
 Mengurangi konsumsi sumber daya alam yang dapat merusak habitat satwa liar.
 Menerapkan praktik ramah lingkungan, seperti penggunaan produk daur ulang dan
pengurangan limbah.
4. Melaporkan Aktivitas Ilegal
 Melibatkan diri dalam pengawasan dan melaporkan aktivitas perburuan ilegal,
perangkap satwa liar, atau kerusakan habitat.
 Menjadi mata dan telinga bagi pihak berwenang untuk mencegah kejahatan terhadap
satwa liar.
5. Pemberdayaan Masyarakat Lokal
 Mendukung Pembangunan berkelanjutan untuk masyarakat lokal, sehingga mereka
tidak tergantung pada eksploitasi alam.
 Mendorong partisipasi masyarakat dalam inisiatif pelestarian dan memberikan manfaat
ekonomi yang berkelanjutan.

Rangkuman
Biodiversitas merujuk pada keanekaragaman hayati, termasuk variasi genetik, spesies,
dan ekosistem di Indonesia. Keanekaragaman hayati esensial untuk menjaga keseimbangan
ekosistem, memastikan ketahanan pangan, dan memberikan layanan ekosistem yang
mendukung kehidupan. Satwa liar memegang peran krusial dalam menjaga keseimbangan
ekosistem dengan menjadi bagian dari rantai makanan dan mengatut populasi spesies lain.
Keanekaragaman satwa liar menciptakan ekosistem yang stabil dan produktif. Deforestasi,
perubahan iklim, polusi, dan perburuan illegal merupakan ancaman serius terhadap
biodiversitas dan menyebabkan kepunahan satwa liar. Hilangnya habitat alami dan gangguan
manusia menjadi penyebab utama penurunan populasi satwa liar.
Latihan soal

Uji Kompetensi

Jawablah pertanyaan berikut ini


Apa yang dimaksud dengan suhu dan bagaimana suhu diukur? Berikan contoh
penggunaan suhu dalam kehidupan sehari-hari!
Berapa nilai skala Fahrenheit jika termometer menunjukkan 250C?
Jelaskan bagaimana termometer raksa bekerja dan mengapa raksa digunakan dalam
termometer?
Jelaskan mengapa termometer alkohol lebih cocok digunakan dalam lingkungan
laboratorium dibandingkan termometer raksa? Sertakan juga perbandingan
karakteristik keduanya!

KUNCI JAWABAN

Suhu adalah ukuran dari tingkat panas atau dinginnya suatu benda atau
lingkungan. Suhu diukur menggunakan alat yang disebut termometer.
Termometer adalah alat yang memanfaatkan perubahan dimensi bahan (seperti
raksa atau alkohol) akibat perubahan suhu untuk mengukur suhu. Contoh
penggunaan suhu dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika memeriksa suhu
tubuh dengan termometer klinis, memeriksa suhu ruangan dengan termometer
digital, atau bahkan memasak makanan dengan mengontrol suhu.
Dst……
Daftar Pustaka

Berisi daftar pustaka yang diambil dalam penyusunan modul dengan contoh format: (Justify,
Cambria, 12).

Artikel:
Sudarsana, I. K. (2016). Pemikiran tokoh pendidikan dalam buku lifelong learning: Policies,
practices, and programs (Perspektif Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia).
Jurnal Penjaminan Mutu, 2(2), 44–53.

Buku:
Creswell, J. W., & Poth, C. N. (2016). Qualitative inquiry and research design: Choosing
among five approaches. Sage publications.

Buku kompilasi artikel (edited book):


Prasad, A. S.Clinical and biochemical spectrum of zinc deficiency in human subjects, In: A. S.
Prasad, Ed., Clinical, biochemical and nutritional aspects of trace elements, Alan R.
Liss, Inc., New York, 1982, pp. 5-15.

Prosiding Seminar:
Saregar, a. (2016). Efektifitas pembelajaran fisika dengan model learning cycle dan model
contextual teaching learning (CTL) terhadap hasil belajar siswa kelas XI di SMA Negeri
1 Karya Pinggawa Krui Pesisir Barat.Mathematic, Science, and Education National
Conference (MSENCo) (pp. 49-54). Bandar Lampung: FTK IAIN Raden Intan
Lampung.

Skripsi/Tesis/Disertasi yang dipublikasikan


Wahyuni, S. Y. 2009. Pengembangan uji kompetensi mandiri berbasis komputer untuk
meningkatkan efikasi diri siswa (Doctoral dissertatation).Diperoleh dari nama data base

Skripsi/Tesis/Disertasi yang tidak dipublikasikan


Kuntoro, T. H. 2007. Pengembangan kurikulumpelatihan magang di SMK: Suatu studi
berdasarkan dunia usaha (Unpublished Doctoral dissertation). Program Pasca
SarjanaUNNES, Semarang.

Peraturan perundang-undangan
Depdikbud. 2013. Permendikbud nomor 66 tahun 2013 tentangstandar penilaian. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai