Hidup Provinsi
Sulawesi Tenggara
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia menempati peringkat kedua dunia setelah Brasil dalam hal
keanekaragaman hayati. Sebanyak 5.131.100 keanekaragaman hayati di
dunia, 15,3% nya terdapat di Indonesia. Luar biasanya, keanekaragaman
hayati Indonesia banyak yang berpotensi untuk dijadikan bahan obat-obatan.
Potensi hayati yang luar biasa ini perlu dieksplorasi dan dimanfaatkan untuk
kesehatan dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Namun sayangnya, pada saat
ini kondisi keanekaragaman hayati cukup mengkhawatirkan akibat adanya
ancaman yang disebabkan oleh kerusakan dan pemanfaatan yang berlebihan.
Fenomena perubahan iklim akhir-akhir ini juga merupakan suatu ancaman
serius bagi keberlangsungan hidup keanekaragaman hayati di Indonesia.
Dengan naiknya suhu global rata-rata permukaan bumi sebesar 1,5 2,5oC
risiko kepunahan tumbuhan dan hewan akan meningkat menjadi sebesar 20
30 %. Kondisi ini menyebabkan semakin merosot, baik pada tingkat ekosistem,
spesies maupun genetik. Kemerosotan tidak hanya pada tingkat spesies dan
ekosistem, tetapi juga pada tingkat genetik. Berangkat dari keprihatinan
tersebut dan mempertimbangkan nilai dan manfaat keanekaragaman hayati
sebagai aset bagi pembangunan nasional dan daerah sehingga diperlukan
pelestarian jenis-jenis dan sumber daya genetik lokal yang langka melalui
pencadangan sumber daya alam, maka Kementerian Lingkungan Hidup telah
menginisiasi program untuk mendukung pelestarian dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati secara lestari, diantaranya melalui Program
pembangunan Taman Keanekaragaman hayati. Taman Keanekaragaman Hayati
dibangun dengan tujuan menyelamatkan berbagai spesies tumbuhan asli/lokal
yang memiliki tingkat ancaman sangat tinggi terhadap kelestariannya atau
ancaman yang mengakibatkan kepunahannya. Taman Keaneka Ragaman
Hayati akan mempunyai fungsi antara lain sebagai tempat (1) Koleksi
tumbuhan (2) pengembangbiakan tumbuhan dan satwa pendukung penyedia
bibit (3) sumber genetik tumbuhan dan tanaman lokal (4) sarana pendidikan,
penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan ekowisata (5) sumber bibit
dan benih (6) ruang terbuka hijau; dan (7) penambahan tutupan vegetasi.
Sulawesi Tenggara sebagai bagian dari wilayah tropis di bumi memiliki
kekayaan alam hayati yang cukup tinggi. Kekayaan alam tersebut mencakup
berbagai keanekaragaman ekosistem seperti ekosistem hutan, lahan basah,
mangrove, terumbu karang, padang lamun dan savana. Di samping itu, daerah
ini juga memiliki kekayaan spesies dengan keanekaragaman yang tinggi, dan
mempunyai sifat khas yang tidak terdapat di belahan bumi lainnya.
Berdasarkan hasil survey diketahui bahwa 63 famili dan 275 jenis (spesies)
flora dan fauna Sulawesi Tenggara merupakan jenis-jenis yang dilindungi, dan
diantaranya tergolong endemik. Hal ini disebabkan Sulawesi Tenggara berada
di Wilayah Wallacea (Wallacea region), yaitu daerah diantara garis Wallacea
dan garis Weber yang memisahkan daerah biogeografi Indomalaya di Sebelah
Barat dan Australia di sebelah Timur. Melihat posisi yang strategis tersebut,
Pengembangan Desain Taman Keaneka
Ragaman Hayati
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi
Sulawesi Tenggara
3. Sasaran
4. Keluaran
5. Jumlah Anggaran
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi
Sulawesi Tenggara
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi
Sulawesi Tenggara
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
A.
1. Persiapan
a. Persiapan Bahan dan Personil
b. Rapat Teknis
2. Pelaksanaan
a. Identifikasi Lokasi dan Areal Taman Keaneka Ragaman Hayati
Kegiatan identifikasi lokasi yang memenuhi syarat Taman Keaneka
Ragaman Hayati dengan kriteria :
dari
permukaan laut;
Diutamakan dekat dengan sumber air;
Memiliki luas tertentu sesuai dengan tipe Taman Keaneka
Ragaman Hayati sebagai berikut :
Luas Taman Keaneka Ragaman Hayati Kota
Tipe
A
B
C
D
Luasan (Ha)
3,0 - 4,9 (Jari-jari 97,7 124,9 m)
5 - 9,9
10 - 24,9
25
Luasan (Ha)
10,0 - 14,9
15,0 - 24,9
25,0 - 49,9
50
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi
Sulawesi Tenggara
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi
Sulawesi Tenggara
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi
Sulawesi Tenggara
f. Pemeliharaan Bibit
Bibit yang didapat akan ditanam pada polybag dengan ukuran besar.
Untuk menjamin bibit yang didapat tumbuh dengan baik perlu dilakukan
pemupukan dan penyiraman secara teratur serta pemberantasan
bakteri/virus penyakit tanaman, kegiatan dimaksud adalah :
Melakukan penyiraman, pemupukan, penyiangan, pemberantasan
hama dan penyakit secara kontinyu pada bibit tumbuhan yang telah
didapat.
Memeriksa secara kontinyu kondisi bibit tumbuhan.
Tenaga ahli yang dibutuhkan pada tahapan ini adalah pakar
budidaya tanaman yang dibantu oleh pelaksana lapangan
g. Pengembangan Kelembagaan
Pengembangan kelembagaan bertujuan untuk membangun
kelembagaan di Provinsi yang dapat mengkoordinasi pelaksanaan
kegiatan Taman Keanekaragaman Hayati yang dibangun di setiap
Kabupaten/Kota. Tujuan kelembagaan ini adalah untuk:
Memastikan terbangunya kelembagaan/unit pengelola di
setiap Kabupaten/Kota
Melaksanakan pemantauan dan evaluasi taman Keaneka
Ragaman Hayati di setiap Kabupaten/Kota
Memastikan adanya keberlanjutan pendanaan Taman
Keaneka Ragaman Hayati di setiap Kabupaten/Kota, dengan
langka-langka kegiatan :
Pertemuan koordinasi dan pakar untuk dapat memetakan
lokasi-lokasi yang dapat digunakan untuk pembangunan taman
Keaneka Ragaman Hayati dan dituangkan dalam peta 1:25.000.
Tenaga ahli yang digunakan adalah Pakar GIS
Melakukan pertemuan koordinasi dengan SKPD di Kabupaten
agar dapat mengimplementasikan kegiatan pengembangan
Taman Keaneka Ragaman Hayati.
Mencari referensi informasi yang dibutuhkan pada pangkalan
data Keaneka Ragaman Hayati.
Melakukan pertemuan koordinasi dan pakar untuk Penyusunan
data base Keanekaragaman Hayati setiap kabupaten dan
mendokumentasikan dalam bentuk pangkalan data.
Melakukan kajian terhadap kelembagaan yang akan dibentuk
pada Taman Keaneka Ragaman Hayati baik di Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
Membuat model kelembagaan di Provinsi dan daerah.
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi
Sulawesi Tenggara
Penyusunan
Program
perencanaan
provinsi
untuk
mengimplementasikan
kegiatan
pengembangan
Taman
Keaneka Ragaman Hayati
Penyusunan data base Keanekaragaman Hayati setiap
Kabupaten/Kota yang memuat:
Gambar yang meliputi foto koleksi berupa bentuk keseluruhan
tumbuhan, daun, bunga, dan buah;
Nama lokal yang meliputi nama lokal yang dipakai di daerah tersebut
dan nama umum Indonesia;
Nama ilmiah yang meliputi nama ilmiah yang baku (valid) (genus,
spesies, author);
Klasifikasi baku yang dipakai dengan menyebut sumber publikasinya;
Ciri-ciri morfologi berupa pertelaan terhadap bentuk pohon, daun,
bunga, buah. Kapan berbunga dan berbuahnya di alam dan jika ada
di taman Keaneka Ragaman Hayati;
Geolokasi yaitu pemberian data lokasi tempat koleksi dari setiap
individu yang ditanam, meliputi: koordinat;ketinggian; dan nomor
koleksi;
Asal usul koleksi tanaman yang meliputi:nama kampung; desa;
Kecamatan; kabupaten; provinsi; koordinat; dan ketinggian;
Sebaran tumbuhan koleksi secara global dan informasi koleksi
tersebut endemik, dengan menyebutkan referensi publikasinya;
Data habitat alami tumbuhan koleksi dengan referensi publikasinya;
Metode untuk memperbanyak tumbuhan koleksi;
Manfaat Taman Keaneka Ragaman Hayati bagi masyarakat setempat,
lingkungan hayati dan non hayati, serta potensi manfaat yang dapat
dikembangkan lebih lanjut; dan
Tanggal penanaman koleksi berupa informasi kapan dikumpulkan,
ditanam untuk mengetahui umur koleksi.
3. Pelaporan Pengembangan Disain Taman Kehati
a.
Penyusunan Laporan Disain Taman Keanekaragaman Hayati
b. Pengiriman Laporan
B.
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi
Sulawesi Tenggara
BAB III
HASIL KEGIATAN
2.1. Persiapan Awal
Kesepahaman bersama dengan SKPD terkait baik pada tingkat Provinsi
maupun pada tingkat Kabupaten/Kota. Hal ini bisa dibangun melalui
pertemuan koordinasi atau kegiatan sosialisasi. Pelaksanaan setiap tahapan
kegiatan
dilakukan
pertemuan
koordinasi
untuk
menjami
adanya
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi
Sulawesi Tenggara
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi
Sulawesi Tenggara
lokal.
Mengadaptasikan tumbuhan yang didapat dari alam dengan kondisi
sekitar.
Membuat nursery tumbuhan lokal yang didapat sebagai tempat
penyimpanan bibit.
Melakukan penyiraman, pemupukan, penyiangan, pemberantasan
hama dan penyakit secara kontinyu pada bibit tumbuhan yang telah
didapat.
Memeriksa secara kontinyu kondisi bibit tumbuhan.
Tenaga ahli yang dibutuhkan pada tahapan ini adalah pakar taksonomi dan
ekologi yang dibantu oleh tenaga kurator
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi
Sulawesi Tenggara
b. Kajian Ekologi
Mencari tenaga ahli bidang Taksonomi, Ekologi Tumbuhan dan GIS
Menyiapkan data dasar untuk mengetahui jenis lokal, jenis tanah, jenis
satwa, tipe ekosistem di provinsi yang dapat menggambarkan kondisi di
setiap kabupaten.
Melakukan survey untuk menginventarisasi jenis tanah, jenis satwa dan
jenis tumbuhan.
Pertemuan pakar dan koordinasi untuk perumusan masalah dan analisis
Kajian kelayakan lokasi berdasarkan kriteria Taman Kehati:
o berada di luar kawasan hutan; lahan tidak berstatus sengketa;
lahan milik Pemda, kepastian peruntukan lahan melalui penetapan; diutamakan
berada pada ketinggian antara 400 600 meter di atas permukaan laut;
diutamakan dekat dengan sumber air; dan memiliki luas tertentu sesuai dengan
tipe Taman Kehati sebagai berikut:
Luasan (Ha)
3,0 - 4,9 (Jari-jari 97,7 124,9 m)
5 - 9,9
10 - 24,9
25
Luasan (Ha)
10,0 - 14,9
15,0 - 24,9
25,0 - 49,9
50
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi
Sulawesi Tenggara
Langkah I: Pemetaan
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi
Sulawesi Tenggara
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi
Sulawesi Tenggara