PENGENALAN KONSEP
NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA
DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
Dipublikasikan oleh:
Blue Carbon Consor um
Gedung EDTC - PKSPL IPB,
Kampus IPB Baranangsiang
Jl. Raya Pajajaran No.1, Bogor 16127.
Telp/Fax : +62251-8343432
www.blucarbonconsor um.org
Disiapkan oleh:
Prianto Wibowo, Akbar Ario Digdo, Warintoko
Foto-foto oleh:
Prianto Wibowo
Layout & Ilustrasi oleh:
Langgeng Arief Utomo
PENGENALAN KONSEP
NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA
DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
Maret 2016
Tujuan:
1. Peserta dapat memahami konsep Nilai Konservasi Tinggi (NKT);
2. Peseta mampu memahami bagaimana proses iden kasi NKT di
laksanakan;
3. Peserta memahami bagaimana mengelola dan memantau NKT.
4. Peserta memahami bagaimana konsep NKT dapat diterapkan
dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir.
Sasaran Pela han:
- Aparat pemerintah daerah dan para pihak yang berkepen ngan
dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir, seper
pengelola wisata di wilayah pesisir, dan pengelola pemanfaatan
sumber daya pesisir lainnya.
Durasi: 120 menit
Metode: modul ini diberikan dengan cara presentasi dan diskusi di dalam
kelas.
Bahan dan Alat: materi presentasi (power point), infocus, laptop.
Da ar Isi
Da ar Isi
1. Pengantar 1
1.1. Kategori Nilai Konservasi Tinggi (NKT)
1.2. Pendekatan NKT
1.2.1. Iden kasi NKT
1.2.2. Pengelolaan NKT
1.2.3. Pemantauan NKT
3
3
4
4
5
6
7
2.2. Ekosistem dan Mosaik Ekosistem pada Tingkat Bentang Alam (NKT2) 8
2.2.1. Konsep Dasar
8
2.2.2. Indikator dan Sumber Data
8
2.3. Ekosistem yang Unik (NKT 3)
10
2.3.1. Konsep Dasar
2.3.2. Indikator dan Sumber Data
11
11
12
13
14
16
17
17
17
18
18
19
20
20
26
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
Da ar Isi
27
27
5.3. Pendekatan NKT dan Perangkat Evaluasi Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir
30
6. Penutup
32
7. Da ar Pustaka
33
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
ii
1. Pengantar
engelolaan wilayah pesisir di Indonesia diatur dalam Undang-undang No. 27 Tahun 2007
jo Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil. Salah satu upaya untuk memas kan keberlanjutan sumber daya pesisir
adalah dengan melakukan konservasi wilayah pesisir, yang merupakan upaya perlindungan,
pelestarian dan pemanfaatan wilayah pesisir beserta ekosistemnya untuk menjamin
keberadaan, ketersediaan dan kesinambungan sumber daya pesisir. Di samping itu, penerapan
praktek-praktek cerdas dalam pengelolaan sumber daya pesisir seper praktek perikanan
berkelanjutan juga berupaya untuk menjamin keberlanjutan sumber daya pesisir.
Pendekatan Nilai Konservasi Tinggi (NKT) pertama kali dikembangkan oleh Forest Stewardship
Council (FSC) pada akhir tahun 1990-an. Pendekatan NKT ini telah terbuk bermanfaat untuk
mengiden kasi dan mengelola nilai-nilai lingkungan dan sosial dalam lanskap produksi.
Meskipun pada awalnya NKT digunakan dalam konteks ser kasi pengelolaan hutan, namun
hingga saat ini NKT telah berkembang dan dapat diterpakan untk berbagai penggunaan
termasuk misalnya pada perencanaan tata guna lahan, advokasi konservasi, perencanaan dan
desain pembelian bahan baku yang bertanggung jawab serta kebijakan-kebijakan investasi.
Pendekatan NKT juga dapat diterapkan dalam konteks perencanaan dan pengelolaan sumber
daya wilayah pesisir. Suatu lokakarya internasional mengenai NKT di wilayah pesisir Chile
Selatan telah mengembangkan pendekatan NKT ini untu wilayah pesisir.
Dalam pelaksanaan penerapan konsep NKT di lapangan masih banyak ditemukan berbagai
permasalahan yang berhubungan dengan interpretasi, metode pendekatan, analisa dan standar
peloporan yang berbeda satu sama lain. Hal lain yang tak kalah pen ngnya adalah tantangan
bagi para pengelola sumber daya alam dalam menindaklanju hasil iden kasi NKT yaitu
adanya rencana pengelolaan untuk dapat memelihara atau meningkatkan NKT dan pemantauan
terhadap NKT yang teriden kasi di dalam masing-masing unit pengelolaan.
Penerapan konsep NKT untuk pengelolaan wilayah pesisir telah mulai dikembangkan khususnya
untuk menentukan tujuan-tujuan pelestarian nilai konservasi (conserva on objec ves).
Perencanaan yang beorientasi pada tujuan (objec ve-oriented planning) di wilayah pesisir dapat
mengadopsi konsep NKT dengan cara mengiden kasi NKT sebagai tujuannya. Panduan ini
diharapkan dapat dijadikan acuan dalam mengadopsi pendekatan NKT ke dalam perencanaan
dan pengelolaan sumber daya pesisir, baik oleh pemerintah daerah maupun oleh pihak
pengelola kawasan pesisir lainnya (contoh: pihak swasta maupun kelompok masyarakat
pengelola kawasan di wilayah pesisir).
1.1. Kategori Nilai Konservasi Tinggi (NKT)
Nilai Konservsi Tinggi (NKT) merupakan nilai biologis, ekologis, sosial atau kultural yang memiliki
signikansi luar biasa atau peran yang sangat pen ng.
Secara umum terdapat 6 kategori NKT yang telah disepaka (HCV Resource Network, September
2013); meskipun demikian, pada tahun pada tahun 2009, melalui suatu lokakarya internasional
tentang NKT di wilayah pesisir dan laut Chili Selatan yang diorganisir oleh WWF, pendekatan
NKT juga dicoba untuk diterapkan untuk mengelola sumber daya pesisir dan laut. Berdasarkan
lokakarya ini, para peserta telah menyepaka kategori nilai konservasi tambahan yaitu yang
terkait dengan Proses Bio-Oseanogra, yaitu ekosistem pesisir dan laut dimana proses
oseonogras dan biologis sering terjadi yang merupakan aspek pen ng penyokong
keanekaragaman haya yang ada.
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
NKT 2. Ekosistem dan mosaik ekosistem pada ngkat bentang alam. Ekosistem dan mosaik
ekosistem pada ngkat bentang alam yang luas yang memiliki signikansi pada ngkat
global, regional atau nasional dan memiliki populasi yang layak dari sebagian besar spesiess
alami serta memiliki pola sebaran dan jumlah yang alami.
NKT 3. Ekosistem dan Habitat. Ekosistem, habitat atau refugia langka, terancam atau
terancam punah.
NKT 4. Jasa ekosistem. Jasa ekosisem mendasar dalam situasi pen ng, termasuk
perlindungan daerah tangkapan air dan kontrol erosi pada tanah rentan dan lereng.
NKT 5. Kebutuhan masyarakat. Situs dan sumber daya yang mendasar untuk memenuhi
kebutuhan dasar masyarakat lokal atau masyarakat adat (untuk mata pencaharian,
kesehatan, makanan, air, dll), yang teriden kasi melalui interaksi dengan komunitas atau
masyarakat adat terkait.
NKT 6. Nilai kultural. Situs, sumber daya, habitat, dan bentang alam dengan signikansi
kultural, arkeologis, atau sejarah pada ngkat global atau nasional dan/atau kepen ngan
kultural, ekologis, ekonomi atau religi/sakral bagi budaya tradisional masyarakat lokal atau
masyarakat adat yang teriden kasi melalui interaksi dengan komunitas atau masyarakat
adat terkait.
NKT 7. Proses Bio-Oseanogra. Ekosistem pesisir dan laut dimana proses oseanogras dan
biologis sering terjadi, yang merupakan aspek pen ng penyokong keanekaragaman haya ,
contoh: kawasan dengan produk vitas primer nggi, daerah penyebaran dan perlindungan
larva.
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
perlindungan total serta mengiden kasi kawasan yang dapat digunakan untuk produksi
dengan catatan bahwa pengelolaannya konsisten dengan upaya melestarikan NKT (contoh:
pengelolaan wilayah pantai untuk resort pariwisata dengan tetap memper mbangkan
keberadaan mangrove maupun sarang penyu).
1.2.3. Pemantauan NKT
Rezim pemantauan perlu diberlakukan untuk memas kan praktek-praktek pengelolaan
pesisir sejalan dengan upaya melestarikan/meningkatkan NKT secara efek f. Rezim
pemantauan harus mampu menerjemahkan tujuan-tujuan strategis rezim pengelolaan
menjadi tujuan-tujuan operasional. Indikator yang sesuai dengan tujuan pemantauan
perlu dipilih untuk mengkaji status NKT, serta ambang batas aksi untuk memas kan NKT
diperlihara atu di ngkatkan.
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
ategori-kategori NKT di bawah ini didasarkan pada Panduan Iden kasi NKT yang dibuat
oleh High Conserva on Value Resource Network HCVRN (2013) dan Workshop
Interna onal mengenai NKT di Chile Selatan (2009).
Gambar 1. Ilustrasi Julang Sumba (Rhy ceros evere ) spesies endemik Sumba.
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
Dibandingkan dengan kawasan lainnya (di dalam negara yang sama misalnya, atau dalam
wilayah administrasi yang lebih kecil seper provinsi yang dapat dijadikan unit referensi
yang lebih sesuai, atau dibandingan dengan unit biogeogra lainnya yang berukuran
serupa)
Kehadiran spesies RTE atau endemik yang terekam akan secara langsung memenuhi syarat
sebagai NKT, tapi hanya apabila konsentrasi spesies tersebut signikan secara global, regional
atau nasional.
Tempat berlindung secara musiman yang berfungsi sebagai lokasi sementara untuk berkembang
biak, bersarang, berhibernasi, situs migrasi atau habitat yang esensial bagi spesies RTE dianggap
memenuhi syarat sebagai NKT 1, bahkan apabila habitat tersebut hanya digunakan pada tahuntahun tertentu.
Kawasan lindung/konservasi sebagai proxy bagi konsentrasi keanekaragaman haya .
Keberadaan kawasan lindung atau kawasan konservasi dapat mewaspadakan pihak pengkaji
akan adanya NKT potensial karena diasumsikan bahwa kawasan lindung/kawasan konservasi
tersebut mengandung konsentrasi nilai keanekaragaman haya yang signikan. Tanpa adanya
informasi lebih lanjut mengenai kualitas ora dan fauna yang terdapat di dalam kawasan
lindung/konservasi, dengan menggunakan pendekatan keha -ha an, sebuah kawasan
lindung/konservasi dapat diper mbangkan sebagai NKT 1. Selain kawasan lindung/kawasan
konservasi yang resmi ditetapkan oleh pemerintah, situs prioritas konservasi global seper
Important Bird Area (IBA), Endemic Bird Area (EBA), Situs Ramsar, juga dapat dijadikan indikator
kuat sebagai NKT 1.
Spesies langka, terancam, atau terancam punah (RTE) berlaku bagi spesies yang beresiko,
tengah mengalami atau telah melewa penurunan jumlah populasi yang signikan. Walau
denisi NKT menggunakan is lah spesies terancam dan terancam punah, keduanya seringkali
bersamaan dengan spesies rentan, dimasukkan dalam is lah payung terancam dan terancam
punah dalam konteks Da ar Merah IUCN. Species terancam dan terancam punah dapat
mencakup spesies yang diklasikasikan oleh IUCN sebagai Rentan (Vulnerable-Vu), Terancam
(Endangered-EN), dan Terancam Punah (Cri cally endangered CR) pada ngkat global maupun
regional, atau yang ak vitas perdagangannya diatur oleh persetujuan internasional CITES, dan
juga spesies yang dilindungi secara nasional.
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
Kehadiran kawasan prioritas keanekaragaman haya yang diakui (contoh: situs Ramsar,
IBA, dsb)
Kehadiran kawasan konservasi dan kawasan lindung yang ditetapkan oleh pemerintah.
Kehadiran habitat alami dengan kondisi yang baik di dalam kawasan tertentu merupakan
indikator yang kuat (namun bukan jaminan) akan kehadiran NKT1.
Wilayah-wilayah kunci yang secara musiman digunakan oleh spesies mingran (untuk
bereproduksi, mencari makan, memijah, dsb).
Guna mengetahui keberadaan NKT1, sumber data spasial seper peta kawasan lindung dan
kawasan konservasi dapat membantu dalam mengiden kasi keberadaan NKT1. Di samping itu,
kajian-kajian keanekaragaman haya yang telah dilakukan dapat dijadikan sumber data dalam
memetakan keberadaan NKT1. Pelaksanaan survei dan kajian secara langsung dapat membantu
mengevaluasi keberadaan NKT1 di suatu wilayah.
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
Pengenalan dan Iden kasi NKT Ekosistem dan Mosaik Ekosistem pada Tingkat Bentang Alam (NKT2)
Konsep dasar - Indikator dan sumber data
2.2. Ekosistem dan Mosaik Ekosistem pada Tingkat Bentang Alam (NKT2).
Ekosistem pada ngkat bentang alam yang luas serta mosaik ekosistem yang signikan pada
ngkat global, regional atau nasional, serta yang mencakup populasi yang laya dari sebagian
besar spesies alami dengan pola distribusi dan jumlah yang alami.
Ekosistem dan Mosaik Ekosistem pada Tingkat Bentang Alam (NKT2) - Ekosistem pesisir tropis
1.
Ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove dicirikan dengan jenis-jenis tumbuhan mangrove yang khas,
yang biasanya hidup pada tanah berlumpur maupun berkarang. Ekosistem mangrove biasanya memiliki
keanekaragaman fauna yang cukup nggi dan merupakan habitat bagi sejumlah jenis burung, bahkan
jenis-jenis primata.Sistem perakaran vegetasi mangrove yang khas (contoh: akar lutut, akar pneumatofor,
akar tongkat dan akar papan) merupakan habitat bagi sejumlah jenis ikan, kepi ng dan rep lia. Ekosisem
mangrove merupakan penyimpan karbon yang nggi baik pada vegetasi di atas permukaan mapun tanah
di bawah permukaannya. Ekosistem bakau memberikan fungsi dan manfaat bagi alam dan manusia,
antara lain menjaga garis pantai, penghasil kayu, dan rekreasi.
2.
Ekosistem Padang Lamun. Ekosistem padang lamun biasanya terdapat di perairan yang landai, di atas
lumpur/pasir ada batas terendah pasang surut. Ekosistem lamun merupakan habitat bagi sejumlah jenis
biota perairan yang berekonomi nggi, seper teripang dan ikan. Padang lamun juga merupakan habitat
bagi mamalia air Duyung (Dugong sp.). Ekosistem lamun juga merupakan penyimpan karbon di alam yang
cukup nggi.
3.
Ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem laut tropis di perairan yang
dangkal dan jernih. Terumbu karang merupakan eksosistem laut yang produk f dan paling nggi
keanekaragaman haya nya. Sejumlah jenis ikan pelagis bergantung pada keberadaan terumbu karang
pada masa mudanya. Terumbu karang dapat berfungsi sebagai pelindung pantai dari erosi dan memiliki
nilai keindahan yang nggi untuk wisata bawah air. Pada beberapa tempat ekosistem terumbu karang
dapat membentuk laguna.
4.
Ekosistem estuaria (muara). Estuaria sebagai pertemuan sungai dan laut adalah ekosistem semi tertutup
dengan hubungan terbuka ke laut dan dipengaruhi oleh masukan air tawar. Estuaria menyediakan habitat
bagi sejumlah spesies ikan ekonomis pen ng yang memanfaatkan esuaria sebagai tempat mencari makan
maupun tempat bereproduksi dan menumbuh-besarkan anak-anak ikan (nursery ground). Produk vitas
primer estuaria pada umumnya sangat nggi karena memiliki kandungan unsur hara yang nggi dan
ketersediaan cahaya matahari sepanjang tahun. Kawasan muara sangat rentan terhadap kerusakan dan
perubahan baik alami maupun akibat ak vitas manusia. Estuaria yang terletak dekat pemukiman lebih
banyaka mendapatkan tekanan dan perubahan baik oleh limbah pencemaran maupun perubahan fungsi
lahan.
5.
Dataran lumpur. Merupakan dataran lumpur yang dak bervegetasi yang dapat dijupai di daerah pasang
surut di dekat hutan bakau, di pantai-pantai yang terlindung dengan air yang tenang, serta di kawasan
muara sungai. Mikroorganisme dan detritus serta beberapa jenis bentos banyak di jumpai di dataran
lumpur ini. Biota bentos di dataran lumpur merupakan sumber makanan bagi sejumlah satwa lainnya,
seper burung-burung air yang sebagian spesiesnya dilindungi (contoh: Wilwo-Mycteria cinerea) Dataran
lumpur dan pasir yang luas juga dapat meredam energi gelombang air laut yang menuju daratan.
6.
Ekosistem Hutan Pantai. Ekosistem hutan pantai terdapat di daerah-daerah kering di tepi pantai dengan
kondisi tanah berpasir atau berbatu dan terletak di atas garis pasang ter nggi. Vegetasi hutan pantai
biasanya antara lain Barringtonia asia ca, Terminalia catappa, Casuarina equise folia, dan Pisonia
grandis. Umumnya di hutan pantai terdapat dua formasi vegetasi yaitu formasi Pescaprae dan formasi
Baringtonia. Ekosistem hutan pantai merupakan habitat bagi sejumlah satwa, yang terkadang bersifat
endeik atau dilindungi. Hutan pantai memberikan banyak manfaat bagi masyarakat sekitar, sebagai sumbe
makanan, kayu dan jasa lingkungan lainnya. Hutan pantai juga merupakan ekosistem pen ng dalam
menyimpan karbon di alam.
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
10
Ekosistem yang unik (NKT 3) Konsep Dasar - Indikator dan Sumber Data
Terancam atau terancam punah dikarenakan penggunaan lahan yang secara langsung
mengancam keberadan ekosistem tersebut.
Pada area yang banyak mengalami eliminasi terhadap ekosistem atau habitat alaminya,
atau mengalami dampak besar-besaran akibat ak vitas pembangunan, maka ekosistem
alami yang tersisa dapat dijadikan NKT 3.
Sumber data untuk keperluan iden kasi keberadaan NKT 3 dapat menggunakan, jika ada,
sistem klasikasi nasional tentang ekosistem dan habitat serta status kelangkaanya. IUCN
tengah mengkoordinasikan pengembangan sebuah Da ar Merah Ekosistem. Da ar ini akan
mencerminkan resiko kepunahan di ngkat lokal, regional maupun global, menggunakan
kategori ancaman yang telah digunakan untuk spesies: Rentan (Vulnerable), Terancam Punah
(Endangered), dan Sangat Terancam (Cri cally Endangered). Da ar ini dapat digunakan sebagai
sumber pen ng bagi negara-negara yang dak punya atau hanya sedikit memiliki informasi
mengenai prioritas ekosistem ngkat nasional.
11
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
Pengenalan dan Iden kasi NKT Jasa Ekosistem (NKT 4) - Konsep Dasar - Indikator dan Sumber Data
Iden kasi terhadap jasa ekosistem dan situasi yang kri s memerlukan konsultasi dengan pihak
pemangku kepen ngan setempat yang mungkin terdampak langsung, dan dengan pihak lain
yang memiliki informasi lokal, termasuk otoritas loka, ahli geogra dan hidrologi. Data spasial
yang dapat membantu mengiden kasi NKT 4 antara lain:
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
12
Pengenalan dan Iden kasi NKT Kebutuhan Masyarakat (NKT 5) - Konsep Dasar
13
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
Akses yang sulit untuk menjangkau pusat kesehatan atau rumah sakit
Sebagian besar rumah serta peralatan rumah tangga dibuat dari bahan-bahan
tradisional/alami yang sumbernya tersedia secara lokal
Terbatasnya/ adanya infrastruktur listrik dan air
Pertanian dan peternakan dilakukan dalam skala kecil atau subsisten
Hadirnya penggembala permanen atau nomaden
Berburu atau menangkap ikan merupakan sumber protein dan penghasilan yang pen ng
Makanan didapatkan dari alam liar merupakan bagian terbesar dari diet, baik sepanjang
tahun atau hanya pada musim-musim yang kri s.
Sumber informasi yang berharga untuk meniden kasi NKT 5 antara lain:
Kajian sosial ekonomi pada wilayah terkait.
Konsultasi dengan organisasi yang relevan di bidang pengembangan masyarakat yang
bekerja dengan masyarakat terkait.
Studi mengenai pemanfaatan sumber daya alam serta mata pencaharian masyarakat.
Studi antropologi mengenai diet dan ak vitas subsisten.
Beberapa alat bantu dapat diterapkan dalam mengiden kasi NKT 5, antara lain pemetaan
par sipa f, Par cipatory Rural Apprisal, survei sosial ekonomi.
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
14
Pengenalan dan Iden kasi NKT Nilai Kultural (NKT 6) - Konsep Dasar
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
NKT 6 mewakili wilayah-wlayah dengan signikansi budaya yang memiliki peranan tradisional
yang pen ng bagi masyarakat lokal atau adat. Hal ini dapat mencakup situs-situs religi atau
sakral, lahan pemakaman, atau situs yang menjadi pelaksanaan upacara adat. Konsep ini dikenal
baik oleh masyarakat lokal, dan beberapa hukum nasiona mensyaratkan agar keberadaannya
diiden kasi dan dilindungi. Dalam mengiden kasi NKT 6, pihak pengkaji perlu
memper mbangkan apakah hukum yang sudah ada cukup untuk melindungi situssitus/wilayah-wilayah tersebut.
2.6.2. Indikator dan Sumber Data
Keberadaan NKT 6 secara global dapat dirujuk berdasarkan Situs Warisan Dunia UNESCO, dan
secara nasional dapat merujuk pada data dan informasi di museum atau data nasional terkait
dengan arkeologi.NKT 6 perlu diiden kasi melalui keterlibatan komunitas lokal atau
masyarakat adat. Banyaka metode dan sumber informasi yang digunakan untuk NKT5, seper
pemetaan par sipa f dan konsultasi yang dapat digunakan dalam mengiden kasi NKT 6.
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
16
Pengenalan dan Iden kasi NKT Proses Bio-Oseanogra (NKT 7) - Konsep Dasar - Indikator dan Sumber Data
Gambar 8. Ekosistem mangrvove merupakan area pembesaran larva ikan dan udang.
17
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
Mempersiapkan Laporan Kajian NKT Pembelajaran dari Praktek Terbaik untuk Kajian NKT
ajian NKT di wilayah pesisir dapat bermanfaat sebagai masukan untuk perencanaan
wilayah pesisir. Perencanaan konservasi wilayah pesisir yang akan mengadopsi konsep
NKT dalam menentukan tujuan/target konservasinya memerlukan per mbanganper mbangan teknis mapun kebijakan-kebijakan yang ada. Kajian NKT dapat diinisiasi dan
dilaksanakan oleh pemerintah daerah maupun pihak investor (swasta) pengembang wilayah
pesisir untuk memas kan kelestarian NKT yang ada. Kajian NKT dapat dilakukan dengan
bantuan tenaga ahli maupun melalui konsultasi dengan para pemangku kepen ngan (Forum
Mul Pihak).
Skala, intensitas serta resiko yang di mbukan oleh ak vitas yang direncanakan.
Semakin besar skala, intensitas dan resiko dari ak vitas suatu proyek, semakin besar
pula upaya yang dibutuhkan untuk melacak, mengiden kasi serta memahami
karakteris k, distributsi, sensi tas, dan kerentanan NKT. Pengkaji perlu memaparkan
secara baik potensi dampak serta skala dari operasi yang direncanakan, serta
memas kan bahwa upaya pengkajian sudah cukup memadai.
Menjalankan konsultasi dengan para pemangku kepen ngan. Salah satu peran pen ng
yang dijalankan oleh pengkaji NKT adalah melibatkan para ahli, masyarakat lokal dan
pemangku kepen ngan lainnya selama proses kajian NKT. Suatu analisis para pihak
(stakeholders) dapat membantu mengiden kasi para pihak yang perlu dilibatkan dalam
kajian NKT.
Mempe mbangkan bentang alam yang lebih luas. Bagian utama kajian NKT sebaiknya
dilaksanakan pada skala situs produksi (contoh: unit engelola, konsesi hutan,
perkebunan). Namun demikian, mengabaikan konteks bentang alam yang lebih luas
(contoh: ak vitas yang berlangsung di kawasan sekitarnya, rancangan tata guna lahan di
wilayah terkait, dsb) dapat meningkatkan resiko terjadinya fragmentasi habitat serta
ancaman atau kerusakan pada sebagian NKT. Beberapa NKT juga dapat ditemukan pada
ngkat bentang alam, NKT lainnya bergantung pada keberadaan mosaik habitat lain yang
cocok dalam bentang alam yang lebih luas. Fitur sosial dan biologis kunci dari bentang
alam yang lebih luas perlu dideskripsikan secara jelas.
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
18
19
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
20
c) Prinsip par sipa f yang berar melibatkan masyarakat dan para pihak lain dalam
mengiden kasi, mengelola dan memantau NKT.
d) Prinsip Keberlanjutan/Kelestarian (sustainability); berar bahwa fungsi dan manfaat
ekosistem pesisir dalam segala bentuknya harus dapat dinikma oleh umat manusia dan
seluruh kehidupan di muka bumi lintas generasi secara bekelanjutan dengan potensi dan
kualitas yang sekurang-kurangnya sama ( dak menurun). Jadi dak boleh terjadi
pengorbanan (pengurangan) fungsi dan manfaat ekosistem hutan yang harus dipikul suatu
generasi tertentu akibat keserakahan generasi sebelumnya.
Dalam mengelola NKT, unit pengelola atau masyarakat pengelola perlu mengiden kasi
keberadaan NKT di wilayah kelolanya sebagai target-target pengelolaan. Suatu kajian NKT
dibutuhkan baik dengan bantuan tenaga ahli maupun dengan konsultasi bersama para pihak
yang pemangku kepen ngan yang terkait. Di samping itu, unit pengelola atau masyarakat
pengelola perlu mengiden kasi ancaman-ancaman yang nyata maupun potensial terhadap
keberadaan NKT tersebut, sehingga kemudian intervensi pengelolaan yang efek f dapat di
rencankan dan dilaksanakan.Figur berikut memperlihatkan model konseptual sederhana dalam
pengelolaan NKT.
Tujuan
Pengelolaan
Target
Pengelolaan
Mangrove yang
teriden kasi sebagai
NKT 3 dan 4.
Ancaman
Intervensi
Mengontrol
pembangunan sarana
dan prasarana terbatas
seper jalan setapak dan
menara pengamat.
Beberapa hal teknis yang perlu diperha kan oleh masyarakat/unit pengelola dalam mengelola
NKT adalah sbb:
Penentuan tujuan pengelolaan. Tujuan pengelolaan NKT perlu terukur dan
mendapatkan dukungan dari pihak pengelola kawasan, termasuk manajemen pengelola,
serta memiliki sumber anggaran biaya. NKT yang telah teriden kasi berdasarkan kajian
NKT baik di dalam maupun di sekitar wilayah kelola perlu menjadi dasar dalam
menentukan tujuan-tujuan pengelolaan.
21
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
Analisis ngkat ancaman. Ancaman terhadap keberadaan NKT dapat berasal dari dalam
(internal) wilayah kelola maupun dari luar (eksternal) wilayah kelola, baik yang bersifat
langsung maupun dak langsung. Analisis sumber ancaman dilakukan untuk masingmasing target pengelolaan, dan diharapkan dapat menentukan ancaman utama atau
ngkat ancaman yang paling mendesak untuk ditangani melalui intervensi pengelolaan.
Potensi ancaman juga secara spasial perlu diiden kasi. Beberapa parameter spasial
dapat digunakan untuk mengiden kasi potensi ancaman (contoh: keberadaan
pemukiman, jaringan jalan, status kawasan, dsb.).
Pendekatan par sipa f masyarakat. Pendekatan par sipa f oleh para pihak pemangku
kepen ngan termasuk masyarakat khususnya dalam menentukan intervensi pengelolaan
NKT yang terkait dengan ekonomi sosial budaya (NKT 4, 5 dan 6) perlu dilakukan.
Par sipasi masyarakat perlu dilibatkan mulai dari mengiden kasi khususnya NKT 4, 5
dan 6, mengiden kasi ancaman, serta rencana dan pelaksanaan intervensi
pengelolaannya. Pihak pengelola juga perlu melakukan kesepakatan-kesepakatan
dengan masyarakat dalam melestarikan NKT.
Sistem perencanaan pengelolaan NKT secara terintegrasi dan par sipa f. Elemenelemen kuci dalam struktur organisasi pengelola seper bagian perencanaan,
pemeliharaan, pemanenan atau bagian-bagian lain yang relevan perlu terlibat ak f
dalam merencanakan upaya pengelolaan NKT, sehingga pengelolaan NKT dapat
terintegrasi dengan program kerja yang ada. Pelibatan para pihak terkait dalam
perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan NKT juga pen ng untuk
menumbuhkembangkan kepedulian para pihak terhadap NKT, dan dapat meningkatkan
potensi kontribusi sumber daya para pihak dalam mengelola NKT.
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
22
23
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
si : mengelola hutan bernilai konservasi nggi di Indonesia. The Nature Conservancy 2002.
Penginderaan jarak jauh menggunakan sarana citra satelit atau potret udara untuk memeriksa perubahan-perubahan yang
terjadi pada vegetasi dan tutupan hutan. Sedangkan so ware untuk melakukan kegiatan tersebut ada dalam satu sistem
pemetaan yang biasa di sebut sistem informasi geogras (SIGGeogracal informa on system).
Sample plot permanen adalah kegiatan untuk memantau pertumbuhan dan kema an pohon yang terdapat dalam suatu
kawasan hutan.
Transek hidupan liar adalah jalur-jalur panjang yang terdapat dalam suatu unit pengelolaan khususnya hutan, tempat
melakukan survey kehidupan liar yang menggunakan cara atau metode baku tentang kehidupan liar di tempat tersebut seper
jejak, kotoran, sarang, suara, bau dan sebagainya.
Spesies indikator sering di jadikan patokan dalam pemantauan. Beberapa spesies yang telah disarankan menjadi indikatorindikator ekologis antara lain burung-burung frugivora dan insek vora terestrial, owa, dan serangga atau spesies-spesies kunci
atau spesies payung.
Pengukuran erosi, sedimentasi dan kualitas Air menjadi salah satu indikator yang pen ng dalam pemantuan NKT khususnya
pemantauan lingkungan,hal ini berhubungan khususnya dengan NKT 4.
Metode ini melibatkan semua elemen di dalam perusahaan dalam membantu pemantuan satwa liar yang diketemukan dalam
ak vitas harian, contoh: supir mobil angkutan yang menemukan satwaliar di dalam perjalanan dalam konsesi bisa melaporkan
temuannya kepada petugas di divisi yang menangani tentang lingkungan, begitu juga staf-staf lain yang bisa melakukan hal yang
sama.
Kajian perburuan di masyarakat dilakukan untuk memantau berapa banyak atau berapa intensitas perburuan terhadap
satwaliar yang dilakukan oleh masyarakat dalam periode tertentu.
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
24
25
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
26
ilayah pesisir dapat didenisikan sebagai wilayah antara ekosistem darat dan
ekosistem laut yang memiliki karakeris k yang sangat unik, baik dari kondisi
lingungan maupun dari jenis sumber dayanya, yang diperngaruhi oleh perubahan di
darat maupun di laut.
Berdasarkan Undang-Undang No. 27 Tahun 2007, ruang lingkup wilayah pesisir melipu
ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut; ke arah darat
mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 mil laut diukur dari garis
pantai. Namun demikian, pada beberapa wilayah kepulauan yang rela f kecil seper di Lombok
dan Sumba, beberapa wilayah administrasi 'kecamatan pesisir' di pulau ini melipu wilayah
yang mencakup daratan dan pegunungan.
27
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
Disamping diatur oleh Undang-Undang No. 27 Tahun 2007, perencanaan di wilayah pesisir
(terutama di daratan) juga diatur dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. Penyusunan RZWP-3-K seper apa yang diamanatkan UU Nomor 27 Tahun 2007
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 1 Tahun 2014 Pasal 9 ayat (2) tersebut di atas
menegaskan bahwa RZWP-3-K harus diserasikan, diselaraskan, dan diseimbangkan dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kab/Kota. Rencana Tata Ruang Wilayah dalam UU Nomor
26 Tahun 2007 termasuk dalam Rencana Umum Tata Ruang yang secara hirarki terdiri dari
RTRW Nasional, RTRW Provinsi, RTRW Kab/Kota.
Perencanaan ruang (spasial) wilayah pesisir bersifat lebih kompleks dibandingkan dengan
perencanaan spasial di daratan. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan sbb:
Perencanaan di wilayah peisisr harus mengikutsertakan semua aspek yang berkaitan di
wilayah daratan maupu wilayah laut.
Aspek daratan dan lautan tersebut dak dapat dipisahkan secara sik oleh garis pantai,
dan kedua aspek tersebut saling berinteraksi dan bersifat dinamis.
Bentang alam pesisir dapat berubah secara cepat bila dibandingkan dengan daratan.
Pada perencanaan di ngkat bentang alam, penerapan pendekatan NKT dapat membantu
dalam mengiden kasi 'target-target' pelestarian yang dapat diper mbangkan dalam
menetapkan zona konservasi dalam RZWP3K, maupun kawasan lindung dalam Rencana Tata
Ruang di wilayah pesisir. NKT dak hanya meni kberartkan pada nilai-nilai keanekaragaman
haya maupun ekosistem, tetapi juga meni kberatkan pada nilai-nilai jasa lingkungan,
kebutuhan ekonomi maupun nilai-nilai budaya yang perlu upaya pelestarian.
Perencanaan pengelolaan wilayah pesisir pada umumnya didasarkan pada isuisu/permasalahan-permasalahan strategis yang ada (contoh: isu abrasi pantai, pencemaran
lingkungan, bencana alam, dsb.). Penerapan pendekatan NKT dalam perencanaan pengelolaan
di wilayah pesisir dak hanya memperkaya pengetahuan mengenai wilayah pesisir yang akan
dikelola, tetapi juga dapat membantu menyusun perencanaan yang berorientasi pada
tujuan/target (objec ve-oriented planning), yaitu pen ngnya melestarikan NKT itu sendiri.
Kajian NKT dalam suatu wilayah pesisir dapat disajikan secara spasial sehingga menggambarkan
lokasi-lokasi dimana NKT tersebut berada. Melalui konsultasi dengan para pihak pemangku
kepen ngan di wilayah tersebut, dapat ditentukan apakah NKT-NKT tersebut dapat dijadikan
target yang perlu dilestarikan keberadaannya sehingga dapat dimasukkan dalam kawasan
konservasi (sesuai dengan Undang-Undang No. 27 Tahun 2007) atau kawasan lindung (seuai
dengan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007), atau perlunya penerapan praktek-praktek cerdas
(smart prac ces) dalam memanfaatkan ruang ke ka ruang tersebut harus dimasukkan ke dalam
zona lain - contoh: kawasan pemanfaatan umum (dalam RZWP3K) atau kawasan budidaya
(dalam Tata Ruang).
Kajian NKT (kususnya kajian NKT 4, 5 dan 6) juga dapat dipakai sebagai masukan dalam analisis
non-spasial: sosial dan budaya yang diperlukan baik dalam menyusun RZWP3K maupun dalam
menyusun dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah. Analisis sosial dan budaya diperlukan dalam
mengkaji sosial dan budaya masyarakat yang dapat mendukung atau menghambat
pengembangan wilayah atau kawasan.
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
28
Kajian NKT dapat dilakukan bersamaan (terintegrasi) dengan penyusunan RZWP3K (lihat Tabel di
bawah), maupun dilakukan terpisah, dan dijadikan masukan melalui:
1. Analisis data sekunder,
2. Pengeolahan data, maupun
3. Konsultasi Publik
Tabel 1. Integrasi Kajian NKT dalam Tahapan Penyusunan RZWP3K.
No.
Tahapan RZWP3K
Persiapan.
Kerangka Acuan Kegiatan
(KAK).
Survei lapangan.
Pengumpulan data primer
5.
Penyusunan Dokumen
Awal.
Konsultasi Publik
Penyusunan Dokumen
Antara.
Konsultasi Publik.
Penyusunan dokumen
nal.
12.
Permohonan tanggapan
dan saran.
13.
Pembahasan RANPERDA
14.
Penetapan.
1.
2.
3.
4.
7.
8.
9.
10.
11.
29
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
5.3. Pendekatan NKT dan Perangkat Evaluasi Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir.
Kajian NKT di suatu wilayah pesisir dapat dijadikan perangkat evaluasi yang konstruk f terhadap
perencanaan pengelolaan wilayah pesisir yang ada. Sebagai contoh, sebagaimana dijelaskan pada
bagian sebelumnya, Kajian NKT yang terpisah dapat dijadikan masukan untuk evaluasi penyusunan
RZWP3K, melalui konsultasi publik dan integrasi serta analisis data spasial yang terkait. Beberapa
tantangan dalam memas kan hasil kajian NKT dapat menjadi masukan dalam perencanaan
wilayah pesisir antara lain:
Keterlibatan/akses pihak yang melakukan kajian NKT dalam penyusunan perencanaan
pengelolaan.
Pemahaman yang terbatas akan konsep/pendekatan NKT dan eksibilitas yang terbatas
dalam mengadopsi hasil kajian NKT dari konsultan penyusun perencanaan wilayah pesisir
serta pemerintah daerah.
Kompa bilitas skala pada data spasial yang berbeda antara kajian NKT dan perencanaan
wilayah pesisir.
Kurangnya pemahaman para pihak terkait mengenai pendekatan dan kajian NKT sehingga
mereka dak mampu menyapaikan permasalahan-permasalahan pen ng terkait NKT di
dalam proses perencanaan pengelolaan wialyah pesisir (contoh: dalam konsultasi publik).
Berikut ini disampaikan beberapa perangkat (tools) yang dapat membantu dalam
mengintegrasikan dan mengar kulasikan NKT pada suatu wilayah pesisir ke dalam perencanaan
pengelolaan wilayah pesisir:
Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
Sebagai bagian dari Kebijakan, Rencana dan Program (KRP), dokumen-dokumen perencanaan
pengelolaan wilayah pesisir (contoh; RZWP3K, RPWP3K) juga perlu dikaji dengan suatu Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. KLHS adalah rangkaian analisis yang
sistema s, menyeuruh, dan par sipa f untuk memas kan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana, dan/atau program (KRP).
Pendekatan NKT juga dapat diterapkan dalam melakukan KLHS terhadap perencanaan
pengelolaan wilayah pesisir. Pelingkupan dan analisis data dalam proses penyusunan KLHS yang
memper mbangkan keberadaan NKT sangat krusial dalam memas kan terintegrsinya pendekatan
NKT dalam kajian KHLS. KLHS yang mengintegrasikan pendekatan NKT dapat secara langsung
memberikan arahan program dalam memas kan kelestarian NKT yang terdapat di wilayah pesisir
yang dikaji.
KLHS dengan mengadopsi pendekatan NKT dapat merekomendasikan skenario op mum untuk
konservasi dalam penentuan alokasi ruang dalam RZWP3K maupun RTRW. Skenario op mum ini
adalah alokasi ruang yang op mum untuk kepen ngan keberlanjutan NKT, baik melalui
rekomendasi menjadi Kawasan Konservasi atau Lindung maupun melalui rekomendasi penerapan
praktek cerdas dalam pemanfaatan sumber daya pesisir.
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
30
31
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
Penutup
6. Penutup
Konsep dan pendekatan Nilai Konservasi Tinggi hanyalah salah satu perangkat dalam memas kan
pengelolaan wilayah pesisir dapat bersifat kolabora f, berkelanjutan. Keberhasilan pengelolaan
wilayah pesisir beserta sumber daya alam dan masyarakatnya bergantung pada komitmen para
pemangku kepen ngan di dalam menjaga dan meningkatkan nilai-nilai yang sangat pen ng ini.
Komitmen dalam menjagai Nilai Konservasi Tinggi di dalam wilayah pesisir ini juga perlu di dukung
oleh kebijakan dan regulasi-regulasi yang relavan dari pemerintah. Komitmen dari pihak unit
pengelola atau pemegang izin pemanfaatan wilayah pesisir dalam hal ini harus juga di dukung oleh
komitmen pemerintah setempat melalui regulasi dan kebijakan yang mendukung juga keterlibatan
masyarakat sangat di perlukan. Karena mereka ini memiliki kontribusi yang menetukan berhasil
daknya kegiatan pengelolaan NKT.
Disamping komitmen yang kuat, perangkat lain yang tak kalah pen ng adalah adanya bimbingan
dan panduan yang memadai kepada para pemangku kepen ngan di dalam menjalankan
pengelolaan dan pemantauan NKT. Keberadaan panduan dan berbagi pengetahuan dalam
mengelola NKT menjadi sangat pen ng. Secara nasional saat ini keberadaan Jaringan NKT
Indonesia dapat membantu para pihak yang berminat dalam berbagi pengetahuan dan
pengalaman dalam mengkaji dan mengelola NKT.
Penyempurnaan terhadap Panduan ini sangatlah diperlukan, mengingat perkembangan
pengetahuan dan permasalahan di wilayah pesisir. Untuk itu pendekatan adap f menjadi landasan
utama dalam pengembangan panduan yang ada saat ini. Karena dengan konsep ini, panduan yang
ada saat ini di harapkan akan terus berkembang dan lebih baik lagi serta kredibel dan bermanfaat.
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
32
Da ar Pustaka
7. Da ar Pustaka
Anonim, 2013. Panduan Umum untuk Iden kasi Nilai Konservasi Tinggi. HCVRN.
Didik Prasetyo, Yokyok Hadiprakarsa, Sutji Shinto. 2013. Panduan Pengelolan dan Pemantauan
Nilai Konservasi Tinggi. Jaringan NKT Indonesia-USAID IFACS.
Miethke, S and M.Galves, 2009, Marine and Coastal High Conserva on Value Areas in Southern
Chile. Interna onal Workshop Report. Valdivia: WWF Chile, 45p.
Nirarita, Ch.E, P. Wibowo, dan D. Padmawinata. 1996. Ekosistem Lahan Basah. Panduan untuk
Guru dan Prak si Pendidikan. Wetlands Interna onal-Indonesia Program. Bogor.
Salafsky, N., R. Margoluis, and K. Redford (2001) Adap ve Management : A tool for conserva on
prac oners. Biodiversity Support Program. Washington DC.
33
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR