Anda di halaman 1dari 40

Modul Pela han

PENGENALAN KONSEP
NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA
DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Dipublikasikan oleh:
Blue Carbon Consor um
Gedung EDTC - PKSPL IPB,
Kampus IPB Baranangsiang
Jl. Raya Pajajaran No.1, Bogor 16127.
Telp/Fax : +62251-8343432
www.blucarbonconsor um.org
Disiapkan oleh:
Prianto Wibowo, Akbar Ario Digdo, Warintoko
Foto-foto oleh:
Prianto Wibowo
Layout & Ilustrasi oleh:
Langgeng Arief Utomo

Modul Pela han

PENGENALAN KONSEP
NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA
DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
Maret 2016

Tujuan:
1. Peserta dapat memahami konsep Nilai Konservasi Tinggi (NKT);
2. Peseta mampu memahami bagaimana proses iden kasi NKT di
laksanakan;
3. Peserta memahami bagaimana mengelola dan memantau NKT.
4. Peserta memahami bagaimana konsep NKT dapat diterapkan
dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir.
Sasaran Pela han:
- Aparat pemerintah daerah dan para pihak yang berkepen ngan
dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir, seper
pengelola wisata di wilayah pesisir, dan pengelola pemanfaatan
sumber daya pesisir lainnya.
Durasi: 120 menit
Metode: modul ini diberikan dengan cara presentasi dan diskusi di dalam
kelas.
Bahan dan Alat: materi presentasi (power point), infocus, laptop.

Da ar Isi

Da ar Isi
1. Pengantar 1
1.1. Kategori Nilai Konservasi Tinggi (NKT)
1.2. Pendekatan NKT
1.2.1. Iden kasi NKT
1.2.2. Pengelolaan NKT
1.2.3. Pemantauan NKT

3
3
4
4

2. Pengenalan dan Iden kasi NKT 5


2.1. Keanekaragaman spesies (NKT 1)
2.1.1. Is lah dan konsep Dasar
2.1.2. Indikator dan sumber data

5
6
7

2.2. Ekosistem dan Mosaik Ekosistem pada Tingkat Bentang Alam (NKT2) 8
2.2.1. Konsep Dasar
8
2.2.2. Indikator dan Sumber Data
8
2.3. Ekosistem yang Unik (NKT 3)
10
2.3.1. Konsep Dasar
2.3.2. Indikator dan Sumber Data

11
11

2.4. Jasa Ekosistem (NKT 4) 12


2.4.1. Konsep Dasar
12
2.4.2. Indikator dan Sumber Data

12

2.5. Kebutuhan Masyarakat (NKT5) 13


2.5.1. Konsep Dasar
2.5.2. Indikator dan Sumber Data

13
14

2.6. Nilai Kultural (NKT 6)


15
2.6.1. Konsep Dasar
15
2.6.2. Indikator dan Sumber Data

16

2.7. Proses Bio-Oseanogra (NKT 7)


2.7.1. Konsep Dasar
2.7.2. Indikator dan Sumber Data

17
17
17

3. Mempersiapkan Laporan Kajian NKT

18

3.1. Pembelajaran dari Praktek Terbaik untuk Kajian NKT

18

3.2. Format Standar Laporan Kajian NKT

19

4. Pengelolaan dan Pemantauan NKT


4.1. Pengelolaan NKT

20

20

4.2. Pemantauan NKT


23
4.2.1. Metode Pemantauan NKT
24
4.2.2. Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan dan Pemantauan NKT

26

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Da ar Isi

5. Penerapan Pendekatan NKT dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir

27

5.1. Batasan Wilayah Pesisir 27


5.2. Penerapan Pendekatan NKT dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir

27

5.3. Pendekatan NKT dan Perangkat Evaluasi Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir

30

6. Penutup

32

7. Da ar Pustaka

33

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

ii

Pengantar Kategori Nilai Konservasi Tinggi (NKT)

1. Pengantar

engelolaan wilayah pesisir di Indonesia diatur dalam Undang-undang No. 27 Tahun 2007
jo Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil. Salah satu upaya untuk memas kan keberlanjutan sumber daya pesisir
adalah dengan melakukan konservasi wilayah pesisir, yang merupakan upaya perlindungan,
pelestarian dan pemanfaatan wilayah pesisir beserta ekosistemnya untuk menjamin
keberadaan, ketersediaan dan kesinambungan sumber daya pesisir. Di samping itu, penerapan
praktek-praktek cerdas dalam pengelolaan sumber daya pesisir seper praktek perikanan
berkelanjutan juga berupaya untuk menjamin keberlanjutan sumber daya pesisir.
Pendekatan Nilai Konservasi Tinggi (NKT) pertama kali dikembangkan oleh Forest Stewardship
Council (FSC) pada akhir tahun 1990-an. Pendekatan NKT ini telah terbuk bermanfaat untuk
mengiden kasi dan mengelola nilai-nilai lingkungan dan sosial dalam lanskap produksi.
Meskipun pada awalnya NKT digunakan dalam konteks ser kasi pengelolaan hutan, namun
hingga saat ini NKT telah berkembang dan dapat diterpakan untk berbagai penggunaan
termasuk misalnya pada perencanaan tata guna lahan, advokasi konservasi, perencanaan dan
desain pembelian bahan baku yang bertanggung jawab serta kebijakan-kebijakan investasi.
Pendekatan NKT juga dapat diterapkan dalam konteks perencanaan dan pengelolaan sumber
daya wilayah pesisir. Suatu lokakarya internasional mengenai NKT di wilayah pesisir Chile
Selatan telah mengembangkan pendekatan NKT ini untu wilayah pesisir.
Dalam pelaksanaan penerapan konsep NKT di lapangan masih banyak ditemukan berbagai
permasalahan yang berhubungan dengan interpretasi, metode pendekatan, analisa dan standar
peloporan yang berbeda satu sama lain. Hal lain yang tak kalah pen ngnya adalah tantangan
bagi para pengelola sumber daya alam dalam menindaklanju hasil iden kasi NKT yaitu
adanya rencana pengelolaan untuk dapat memelihara atau meningkatkan NKT dan pemantauan
terhadap NKT yang teriden kasi di dalam masing-masing unit pengelolaan.
Penerapan konsep NKT untuk pengelolaan wilayah pesisir telah mulai dikembangkan khususnya
untuk menentukan tujuan-tujuan pelestarian nilai konservasi (conserva on objec ves).
Perencanaan yang beorientasi pada tujuan (objec ve-oriented planning) di wilayah pesisir dapat
mengadopsi konsep NKT dengan cara mengiden kasi NKT sebagai tujuannya. Panduan ini
diharapkan dapat dijadikan acuan dalam mengadopsi pendekatan NKT ke dalam perencanaan
dan pengelolaan sumber daya pesisir, baik oleh pemerintah daerah maupun oleh pihak
pengelola kawasan pesisir lainnya (contoh: pihak swasta maupun kelompok masyarakat
pengelola kawasan di wilayah pesisir).
1.1. Kategori Nilai Konservasi Tinggi (NKT)
Nilai Konservsi Tinggi (NKT) merupakan nilai biologis, ekologis, sosial atau kultural yang memiliki
signikansi luar biasa atau peran yang sangat pen ng.
Secara umum terdapat 6 kategori NKT yang telah disepaka (HCV Resource Network, September
2013); meskipun demikian, pada tahun pada tahun 2009, melalui suatu lokakarya internasional
tentang NKT di wilayah pesisir dan laut Chili Selatan yang diorganisir oleh WWF, pendekatan
NKT juga dicoba untuk diterapkan untuk mengelola sumber daya pesisir dan laut. Berdasarkan
lokakarya ini, para peserta telah menyepaka kategori nilai konservasi tambahan yaitu yang
terkait dengan Proses Bio-Oseanogra, yaitu ekosistem pesisir dan laut dimana proses
oseonogras dan biologis sering terjadi yang merupakan aspek pen ng penyokong
keanekaragaman haya yang ada.

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Pengantar Kategori Nilai Konservasi Tinggi (NKT)

Berikut merupakan kategori-kategori NKT tersebut:

NKT 1. Keanekaragaman spesies. Keterpusatan keanekaragaman biologis yang mencakup


spesies endemik dan spesies langka, terancam atau terancam punah (spesies RTE) yang
signikan pada ngkat global, regional maupun nasional.

NKT 2. Ekosistem dan mosaik ekosistem pada ngkat bentang alam. Ekosistem dan mosaik
ekosistem pada ngkat bentang alam yang luas yang memiliki signikansi pada ngkat
global, regional atau nasional dan memiliki populasi yang layak dari sebagian besar spesiess
alami serta memiliki pola sebaran dan jumlah yang alami.

NKT 3. Ekosistem dan Habitat. Ekosistem, habitat atau refugia langka, terancam atau
terancam punah.

NKT 4. Jasa ekosistem. Jasa ekosisem mendasar dalam situasi pen ng, termasuk
perlindungan daerah tangkapan air dan kontrol erosi pada tanah rentan dan lereng.

NKT 5. Kebutuhan masyarakat. Situs dan sumber daya yang mendasar untuk memenuhi
kebutuhan dasar masyarakat lokal atau masyarakat adat (untuk mata pencaharian,
kesehatan, makanan, air, dll), yang teriden kasi melalui interaksi dengan komunitas atau
masyarakat adat terkait.

NKT 6. Nilai kultural. Situs, sumber daya, habitat, dan bentang alam dengan signikansi
kultural, arkeologis, atau sejarah pada ngkat global atau nasional dan/atau kepen ngan
kultural, ekologis, ekonomi atau religi/sakral bagi budaya tradisional masyarakat lokal atau
masyarakat adat yang teriden kasi melalui interaksi dengan komunitas atau masyarakat
adat terkait.

NKT 7. Proses Bio-Oseanogra. Ekosistem pesisir dan laut dimana proses oseanogras dan
biologis sering terjadi, yang merupakan aspek pen ng penyokong keanekaragaman haya ,
contoh: kawasan dengan produk vitas primer nggi, daerah penyebaran dan perlindungan
larva.

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Pengantar Pendekatan NKT - Iden kasi NKT - Pengelolaan NKT

1.2. Pendekatan NKT


Wilayah pesisir yang merupakan peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi
oleh perubahan darat dan laut merupakan wilayah yang pen ng dalam menyokong
keankearagaman haya serta populasi penduduk di sebagian besar wilayah Indonesia.
Pendekatan NKT dapat diterapkan dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan perencanaan
konservasi di wilayah pesisir, yang bertujuan untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan
nilai-nilai lingkungan dan sosial yang signikan ata pen ng sebagai bagian dari tata kelola yang
bertanggung jawab. NKT mengharuskan ngkat perlindungan yang lebih nggi untuk
memas kan keberlangsungannya dalam jangka panjang, khususnya apabila keberadaaanya
dapat terdampak secara nega f oleh praktek-praktek pembangunan yang berlangsung pada
wilayah pesisir.
Penerapan pendekatan NKT dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir
membutuhkan upaya yang lebih besar untuk mengiden kasi keberadaan NKT melalui
kajian dan konsultasi para pemangku kepen ngan yang lebih intensif, melalui perha an yang
lebih besar dalam menentukan dan mengimplementasikan pendekatan pengelolaan yang
sesuai serta melalui pemantauan terhadap implementasi dan efek vitas pendekatan
tersebut.
1.2.1. Iden kasi NKT
Dalam mengenali NKT di wilayah pesisir, proses iden kasi NKT perlu melibatkan interpretasi
terhadap makna masing-masing kategori NKT dalam konteks lokal atau nasional, serta perlunya
menentukan NKT mana saja yang terdapat pada kawasan terkait (contoh: unit pengelolaan
pesisir) atau NKT mana saja yang terletak pada cakupan bentang alam yang lebih luas yang
kemungkinan akan terdampak secara nega f oleh ak vitas pembangunan. Proses iden kasi
dilakukan melalui kajian NKT yang terdiri dari konsultasi dengan para pemangku kepen ngan,
analisis terhadap informasi yang tersedia serta pengumpulan informasi tambahan jika
diperlukan. Kajian NKT harus menghasilkan laporan yang jelas mengenai keberadaan atau
ke adaan masing-masing NKT, lokasi keberadaannya, status dan kondisinya serta sebisa
mungkin menyediakan informasi mengenai kawasan, habitat, sumber daya kunci, dan kawasan
pen ng yang menyokong NKT tersebut. Pengetahuan tersebut kemudian dapat digunakan
untuk mengembangkan rekomendasi pengelolaannya untuk memas kan NKT-NKT tersebut
akan dipelihara dan/atau di ngkatkan.
1.2.2. Pengelolaan NKT
Kawasan pengelolaan NKT merupakan kawasan yang tercakup di dalam sebuah situs, unit
pengelolaan atau bentang alam di mana keputusan-keputusan pengelolaan yang sesuai perlu
dilakukan dan diimplementasikan untuk memelihara atau meningkatkan NKT. Untuk
kepen ngan pemetaan dan perencanaan, pen ng untuk membedakan lokasi antar NKT, yang
kemungkinan berukuran cukup kecil dan terkadang bersifat rahasia (contoh: tempat
berkembang biaknya penyu atau tempat yang sakral) serta kawasan pengelolaaan di mana
keputusan dan aksi yang sesuai diperlukan, terkadang mencakup kawasan yang lebih luas.
Proses mendesain rancanangan pengelolaan NKT perlu melibatkan inves gasi terhadap
ancaman-ancaman yang aktual maupun yang potensial, serta pengembangan syarat-syarat
pengelolaan. Hal ini dapat mencakup penggambaran kawasan-kawasan yang membutuhkan

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Pendekatan NKT - Pemantauan NKT

perlindungan total serta mengiden kasi kawasan yang dapat digunakan untuk produksi
dengan catatan bahwa pengelolaannya konsisten dengan upaya melestarikan NKT (contoh:
pengelolaan wilayah pantai untuk resort pariwisata dengan tetap memper mbangkan
keberadaan mangrove maupun sarang penyu).
1.2.3. Pemantauan NKT
Rezim pemantauan perlu diberlakukan untuk memas kan praktek-praktek pengelolaan
pesisir sejalan dengan upaya melestarikan/meningkatkan NKT secara efek f. Rezim
pemantauan harus mampu menerjemahkan tujuan-tujuan strategis rezim pengelolaan
menjadi tujuan-tujuan operasional. Indikator yang sesuai dengan tujuan pemantauan
perlu dipilih untuk mengkaji status NKT, serta ambang batas aksi untuk memas kan NKT
diperlihara atu di ngkatkan.

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Pengenalan dan Iden kasi NKT Keanekaragaman spesies (NKT 1)

2. Pengenalan dan Iden kasi NKT

ategori-kategori NKT di bawah ini didasarkan pada Panduan Iden kasi NKT yang dibuat
oleh High Conserva on Value Resource Network HCVRN (2013) dan Workshop
Interna onal mengenai NKT di Chile Selatan (2009).

2.1. Keanekaragaman spesies (NKT 1)


Konsentrasi keanekaragaman haya termasuk spesies endemik dan spesies langka, terancam
dan terancam punah (RTE) yang signikan pada ngkat global, regional atau nasional.

Gambar 1. Ilustrasi Julang Sumba (Rhy ceros evere ) spesies endemik Sumba.

Gambar 2. Ilustrasi Gemak Sumba (Turnix ever ) spesies endemik Sumba.

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Keanekaragaman spesies (NKT 1) - Is lah dan konsep dasar

2.1.1. Is lah dan konsep dasar


Konsentrasi keanekaragaman haya . NKT 1 mencakup konsentrasi keanekaragaman haya
yang signikan, yang diakui unik atau luar biasa:

Dibandingkan dengan kawasan lainnya (di dalam negara yang sama misalnya, atau dalam
wilayah administrasi yang lebih kecil seper provinsi yang dapat dijadikan unit referensi
yang lebih sesuai, atau dibandingan dengan unit biogeogra lainnya yang berukuran
serupa)

Berdasarkan kajian lapangan dan konsultasi wilayah manapun yang mengandung


konsentrasi spesies NKT 1 (RTE atau endemik) yang signikan atau yang mengandung
habitat yang berperan kri s terhadap ketahanan spesies tersebut akan ditetapkan
sebagai kawasan NKT.

Kehadiran spesies RTE atau endemik yang terekam akan secara langsung memenuhi syarat
sebagai NKT, tapi hanya apabila konsentrasi spesies tersebut signikan secara global, regional
atau nasional.
Tempat berlindung secara musiman yang berfungsi sebagai lokasi sementara untuk berkembang
biak, bersarang, berhibernasi, situs migrasi atau habitat yang esensial bagi spesies RTE dianggap
memenuhi syarat sebagai NKT 1, bahkan apabila habitat tersebut hanya digunakan pada tahuntahun tertentu.
Kawasan lindung/konservasi sebagai proxy bagi konsentrasi keanekaragaman haya .
Keberadaan kawasan lindung atau kawasan konservasi dapat mewaspadakan pihak pengkaji
akan adanya NKT potensial karena diasumsikan bahwa kawasan lindung/kawasan konservasi
tersebut mengandung konsentrasi nilai keanekaragaman haya yang signikan. Tanpa adanya
informasi lebih lanjut mengenai kualitas ora dan fauna yang terdapat di dalam kawasan
lindung/konservasi, dengan menggunakan pendekatan keha -ha an, sebuah kawasan
lindung/konservasi dapat diper mbangkan sebagai NKT 1. Selain kawasan lindung/kawasan
konservasi yang resmi ditetapkan oleh pemerintah, situs prioritas konservasi global seper
Important Bird Area (IBA), Endemic Bird Area (EBA), Situs Ramsar, juga dapat dijadikan indikator
kuat sebagai NKT 1.
Spesies langka, terancam, atau terancam punah (RTE) berlaku bagi spesies yang beresiko,
tengah mengalami atau telah melewa penurunan jumlah populasi yang signikan. Walau
denisi NKT menggunakan is lah spesies terancam dan terancam punah, keduanya seringkali
bersamaan dengan spesies rentan, dimasukkan dalam is lah payung terancam dan terancam
punah dalam konteks Da ar Merah IUCN. Species terancam dan terancam punah dapat
mencakup spesies yang diklasikasikan oleh IUCN sebagai Rentan (Vulnerable-Vu), Terancam
(Endangered-EN), dan Terancam Punah (Cri cally endangered CR) pada ngkat global maupun
regional, atau yang ak vitas perdagangannya diatur oleh persetujuan internasional CITES, dan
juga spesies yang dilindungi secara nasional.

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Keanekaragaman spesies (NKT 1) - Indikator dan Sumber Data

2.1.2. Indikator dan sumber data


Untuk mengiden kasi NKT 1 dibutuhkan informasi mendasar mengenai spesies dan
habitatnya. Suatu kajian keanekaragaman haha dapat membantu dalam mengiden kasi
keberadaan NKT1 di suatu daerah, yaitu dengan mengetahui keberadaan spesies RTE dan
endemik pada daerah tersebut. Di samping itu, beberapa indikator potensial dapat membantu
dalam mengiden kasi NKT1, yaitu:

Kehadiran kawasan prioritas keanekaragaman haya yang diakui (contoh: situs Ramsar,
IBA, dsb)

Kehadiran kawasan konservasi dan kawasan lindung yang ditetapkan oleh pemerintah.

Kehadiran habitat alami dengan kondisi yang baik di dalam kawasan tertentu merupakan
indikator yang kuat (namun bukan jaminan) akan kehadiran NKT1.

Wilayah-wilayah kunci yang secara musiman digunakan oleh spesies mingran (untuk
bereproduksi, mencari makan, memijah, dsb).

Guna mengetahui keberadaan NKT1, sumber data spasial seper peta kawasan lindung dan
kawasan konservasi dapat membantu dalam mengiden kasi keberadaan NKT1. Di samping itu,
kajian-kajian keanekaragaman haya yang telah dilakukan dapat dijadikan sumber data dalam
memetakan keberadaan NKT1. Pelaksanaan survei dan kajian secara langsung dapat membantu
mengevaluasi keberadaan NKT1 di suatu wilayah.

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Pengenalan dan Iden kasi NKT Ekosistem dan Mosaik Ekosistem pada Tingkat Bentang Alam (NKT2)
Konsep dasar - Indikator dan sumber data

2.2. Ekosistem dan Mosaik Ekosistem pada Tingkat Bentang Alam (NKT2).
Ekosistem pada ngkat bentang alam yang luas serta mosaik ekosistem yang signikan pada
ngkat global, regional atau nasional, serta yang mencakup populasi yang laya dari sebagian
besar spesies alami dengan pola distribusi dan jumlah yang alami.

Gambar 3. Mozaik ekosistem pesisir di Sumba melipu habitat berupa savana,


mangrove, hutan pantai, dataran lumpur/pasir, padang lamun, terumbu karang.

2.2.1. Konsep Dasar


NKT2 mencakup ekosistem dan mosaik ekosistem yang cukup besar serta secara rela f belum
terganggu sehingga mampu menyokong populasi yang layak dari sebagian besar spesies alami
serta nilai-nilai lingkungan yang muncul dalam ekosistem tersebut.
Secara prinsip, ukuran NKT 2 harus berhubungan dengan kawasan yang dibutuhkan untuk
memelihara populasi yang layak khususnya bagi spesies-spesies besar atau yang memiliki
penyebaran yang luas. NKT 2 melipu keterwakilan ekosistem atau mosaik ekosistem pada
bentang alam yang luas yang rela f belum dipengaruhi oleh pembukaan lahan, intensikasi
pengelolaan padang rumput, perburuan berlebihan atau perubahan alur sungai secara
antropogenik.
2.2.2. Indikator dan Sumber Data
Beberapa indikator yang dapat dijadikan proxy terhadap NKT 2 antara lain adalah
1) Bentang alam yang telah ditetapkan sebagai bentang alam konservasi; Sebagai contoh
Situs Ramsar dan Lanskap Prioritas Konservasi Hariamau.
2) Kawasan berhutan yang rela f utuh.
Sumber data yang dapat digunakan untuk mengiden kasi NKT 2 antara lain:
1) Data spasial/peta tutupan hutan
2) Data spasial/peta pe habitat, yang merupakan gabungan dari data pe vegetasi,
ke nggian dan kondisi geologi.
3) Peta wilayah-wilayah yang berperan pen ng seper peta koridor satwa, atau zona
penyangga.
PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Ekosistem dan Mosaik Ekosistem pada Tingkat Bentang Alam (NKT2) - Ekosistem pesisir tropis

Ekosistem Pesisir Tropis


Berikut ini adalah ekosistem utama di wilayah pesisir yang dapat ditemukan di daerah tropis:

1.

Ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove dicirikan dengan jenis-jenis tumbuhan mangrove yang khas,
yang biasanya hidup pada tanah berlumpur maupun berkarang. Ekosistem mangrove biasanya memiliki
keanekaragaman fauna yang cukup nggi dan merupakan habitat bagi sejumlah jenis burung, bahkan
jenis-jenis primata.Sistem perakaran vegetasi mangrove yang khas (contoh: akar lutut, akar pneumatofor,
akar tongkat dan akar papan) merupakan habitat bagi sejumlah jenis ikan, kepi ng dan rep lia. Ekosisem
mangrove merupakan penyimpan karbon yang nggi baik pada vegetasi di atas permukaan mapun tanah
di bawah permukaannya. Ekosistem bakau memberikan fungsi dan manfaat bagi alam dan manusia,
antara lain menjaga garis pantai, penghasil kayu, dan rekreasi.

2.

Ekosistem Padang Lamun. Ekosistem padang lamun biasanya terdapat di perairan yang landai, di atas
lumpur/pasir ada batas terendah pasang surut. Ekosistem lamun merupakan habitat bagi sejumlah jenis
biota perairan yang berekonomi nggi, seper teripang dan ikan. Padang lamun juga merupakan habitat
bagi mamalia air Duyung (Dugong sp.). Ekosistem lamun juga merupakan penyimpan karbon di alam yang
cukup nggi.

3.

Ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem laut tropis di perairan yang
dangkal dan jernih. Terumbu karang merupakan eksosistem laut yang produk f dan paling nggi
keanekaragaman haya nya. Sejumlah jenis ikan pelagis bergantung pada keberadaan terumbu karang
pada masa mudanya. Terumbu karang dapat berfungsi sebagai pelindung pantai dari erosi dan memiliki
nilai keindahan yang nggi untuk wisata bawah air. Pada beberapa tempat ekosistem terumbu karang
dapat membentuk laguna.

4.

Ekosistem estuaria (muara). Estuaria sebagai pertemuan sungai dan laut adalah ekosistem semi tertutup
dengan hubungan terbuka ke laut dan dipengaruhi oleh masukan air tawar. Estuaria menyediakan habitat
bagi sejumlah spesies ikan ekonomis pen ng yang memanfaatkan esuaria sebagai tempat mencari makan
maupun tempat bereproduksi dan menumbuh-besarkan anak-anak ikan (nursery ground). Produk vitas
primer estuaria pada umumnya sangat nggi karena memiliki kandungan unsur hara yang nggi dan
ketersediaan cahaya matahari sepanjang tahun. Kawasan muara sangat rentan terhadap kerusakan dan
perubahan baik alami maupun akibat ak vitas manusia. Estuaria yang terletak dekat pemukiman lebih
banyaka mendapatkan tekanan dan perubahan baik oleh limbah pencemaran maupun perubahan fungsi
lahan.

5.

Dataran lumpur. Merupakan dataran lumpur yang dak bervegetasi yang dapat dijupai di daerah pasang
surut di dekat hutan bakau, di pantai-pantai yang terlindung dengan air yang tenang, serta di kawasan
muara sungai. Mikroorganisme dan detritus serta beberapa jenis bentos banyak di jumpai di dataran
lumpur ini. Biota bentos di dataran lumpur merupakan sumber makanan bagi sejumlah satwa lainnya,
seper burung-burung air yang sebagian spesiesnya dilindungi (contoh: Wilwo-Mycteria cinerea) Dataran
lumpur dan pasir yang luas juga dapat meredam energi gelombang air laut yang menuju daratan.

6.

Ekosistem Hutan Pantai. Ekosistem hutan pantai terdapat di daerah-daerah kering di tepi pantai dengan
kondisi tanah berpasir atau berbatu dan terletak di atas garis pasang ter nggi. Vegetasi hutan pantai
biasanya antara lain Barringtonia asia ca, Terminalia catappa, Casuarina equise folia, dan Pisonia
grandis. Umumnya di hutan pantai terdapat dua formasi vegetasi yaitu formasi Pescaprae dan formasi
Baringtonia. Ekosistem hutan pantai merupakan habitat bagi sejumlah satwa, yang terkadang bersifat
endeik atau dilindungi. Hutan pantai memberikan banyak manfaat bagi masyarakat sekitar, sebagai sumbe
makanan, kayu dan jasa lingkungan lainnya. Hutan pantai juga merupakan ekosistem pen ng dalam
menyimpan karbon di alam.

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Pengenalan dan Iden kasi NKT Ekosistem yang unik (NKT 3)

2.3. Ekosistem yang unik (NKT 3)

Ekosistem, habitat maupun refugia langka, terancam atau terancam punah.

Gambar 4. Ilustrasi ekosistem mangrove.

Gambar 5. Ekosistem rumput laut di pesisir.

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

10

Ekosistem yang unik (NKT 3) Konsep Dasar - Indikator dan Sumber Data

2.3.1. Konsep Dasar


NKT 3 mencakup ekosistem, habitat atau refugia yang memiliki peranan pen ng dikarenakan
kelangkaannya atau ngkat ancaman yang dihadapinya, atau komposisi spesiesnya yang langka
atau unik, atau karakteris k lainnya. Untuk mendenisikan ekosistem langka, perlu
diper mbangkan kehadiran ekosistem serupa di dalam region biogeograk yang sama.
Ekosistem dapat dikategorikan sebagai NKT 3 apabila ekosistem tersebut:
Langka secara alami dikarenakan ketergantungannya terhadap jenis tanah, lokasi,
hidrologi atau tur klima s atau sik lainnya yang sangat terlokalisasi seper beberapa
jenis hutan karst, hutan sungai di zona yang tandus.

Langka secara antropogenik dikarenakan luasan ekosistem tersebut telah berkurang


dras s akibat ak vitas manusia dibandingkan luasan sebelumnya.

Terancam atau terancam punah dikarenakan penggunaan lahan yang secara langsung
mengancam keberadan ekosistem tersebut.

2.3.2. Indikator dan Sumber Data


Keberadaan NKT 3 dapat diyakini apabila terdapat indikator-indikator tertentu seper :

Pada area yang banyak mengalami eliminasi terhadap ekosistem atau habitat alaminya,
atau mengalami dampak besar-besaran akibat ak vitas pembangunan, maka ekosistem
alami yang tersisa dapat dijadikan NKT 3.

Jika proxy ekosistem mengindikasikan kehadiran ekosistem RTE.

Sumber data untuk keperluan iden kasi keberadaan NKT 3 dapat menggunakan, jika ada,
sistem klasikasi nasional tentang ekosistem dan habitat serta status kelangkaanya. IUCN
tengah mengkoordinasikan pengembangan sebuah Da ar Merah Ekosistem. Da ar ini akan
mencerminkan resiko kepunahan di ngkat lokal, regional maupun global, menggunakan
kategori ancaman yang telah digunakan untuk spesies: Rentan (Vulnerable), Terancam Punah
(Endangered), dan Sangat Terancam (Cri cally Endangered). Da ar ini dapat digunakan sebagai
sumber pen ng bagi negara-negara yang dak punya atau hanya sedikit memiliki informasi
mengenai prioritas ekosistem ngkat nasional.

11

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Pengenalan dan Iden kasi NKT Jasa Ekosistem (NKT 4) - Konsep Dasar - Indikator dan Sumber Data

2.4. Jasa Ekosistem (NKT 4)


Jasa ekosistem dasar dalam situasi kri s termasuk perlindungan daerah tangkapan air, serta
kontrol terhadap erosi pada tanah yang dan lereng yang rentan terhadap erosi.

2.4.1. Konsep Dasar


Jasa ekosistem merupakan keuntungan yang diperoleh manusia melalui ekosistem termasuk
jasa penyediaan sumber makanan dan air; jasa pengaturan seper pengaturan terhadap banjir,
kekeringan, degradasi tanah; jasa kultural seper keuntungan rekreasional, spiritual dan religi;
serta jasa pendukung lainnya seper pembentukan tanah dan daur nutrien. Jasa ekosistem
menjadi kri s ke ka gangguan terhadap jasa tersebut mengakibatkan ancaman yang parah,
katastropik atau berdampak nega f secara akumula f terhadap kesejahteraan, kesehatan atau
kebertahanan masyarakat lokal atau terhadap NKT lainnya. Situasi kri s dapat mengacu pada
ke adaan alterna f yang layak, tersedia langsung atau terjangkau yang dapat diandalkan jika
jasa tersebut dak ada.
Suatu wilayah dapat diper mbangkan sebagai NKT 4 jika berperan dalam melindungi atau
menyediakan salah satu dari jasa ekosistem dalam situasi yang kri s. Contohnya kawasan hutan
dapat menyediakan fungsi sebagai pengatur aliran air dalam sebuah daerah tangkapan air. Jasa
ini dianggap pen ng/kri s jika mayarakat bergantung pada air untuk minum atau iritasi, atau
pengaturan air menjamin keberadaan perkembangbiakan ikan atau lahan perkebunan yang
dijadikan ketergantungan hidup masyarakat setempat.
Jasa ekosistem sebagai penyimpan karbon di alam sepenuhnya sesuai dengan cakupan NKT 4,
mengingat keberadaannya dak terkait langsung dengan masyarakat setempat.
2.4.2. Indikator dan Sumber Data
Situasi berikut dapat mengindikasikan adanya potensi NKT 4:

Wilayah terpencil dn/atau perdesaan miskin yang masyarakatnya bergantung secara


langsung pada sumber daya alam untuk menyediakan sebagian besar kebutuhan
mereka, termasuk air.
Bagian hulu dari kawaasan lahan basah yang ekstensif atau pen ng tempat pembibitan
dan pemijahan ikan, atau ekosistem pesisir yang sensi f (contoh: hutan bakau, terumbu
karang, dll)
Wilayah yang curam atau bergunung-gunung dengan curah hujan yang nggi dengan
resiko besar terjadinya erosi/longsor

Iden kasi terhadap jasa ekosistem dan situasi yang kri s memerlukan konsultasi dengan pihak
pemangku kepen ngan setempat yang mungkin terdampak langsung, dan dengan pihak lain
yang memiliki informasi lokal, termasuk otoritas loka, ahli geogra dan hidrologi. Data spasial
yang dapat membantu mengiden kasi NKT 4 antara lain:

Peta hidrologi, peta topogra


Peta resiko bencana
Peta DAS pen ng.

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

12

Pengenalan dan Iden kasi NKT Kebutuhan Masyarakat (NKT 5) - Konsep Dasar

2.5. Kebutuhan Masyarakat (NKT 5)


Situs dan sumber daya yang fundamental dalam memenuhi kebutuhan dasar komunitas lokal
atau masyarakat adat (contohnya sebagai sumber mata pencaharian, kesehatan, nutrisi dan
air), yang diiden kasi melalui keterlibatan dengan komunitas atau masyarakat adat.

Gambar 6. Ak vitas masyarakat di hutan mangrove.

2.5.1. Konsep Dasar


NKT 5 mengacu pada situs dan sumber daya yang fundamental dalam memenuhi kebutuhan
dasar bagi masyarakat lokal. Peran kajian NKT dalam hal ini adalah untuk mencirikan ngkat
ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya terkait serta memberikan rekomendasi
pengelolaan mengenai cara-cara mi gasi.
Sebuah situs atau sumber daya menjadi fundamental dalam memenuhi kebutuhan dasar
apabila jasa yang disediakannya dak dapat digan kan (jika alterna f lainnya dak tersedia atau
mampu diadakan), dan apabila hilang atau rusak maka akan mengakibatkan penderitaan yang
serius terhadap pemangku kepen ngan yang terdampak. Kebutuhan dasar dalam konteks NKT 5
dapat mencakup salah satu atau semua jenis jasa penyediaan lingkungan.

13

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Kebutuhan Masyarakat (NKT 5) Indikator dan Sumber Data

2.5.2. Indikator dan Sumber Data


NKT 5 kemungkinan akan memiliki nilai yang lebih pen ng di wilayah-wilayah yang
masyarakatnya, baik secara keseluruhan ataupun sebagian sangat bergantung pada ekosistemekosistem terkait sebagai mata pencahariannya, dan alterna f lain terbatas ketersediaannya.
Secara umum, jika masyarakat lokal mendapatkan keuntungan dari ekosistem yang dikelola
secara alami atau tradisional, maka NKT 5 kemungkinan hadir. Situasi berikut mengindikasikan
kemungkinan adanya NKT 5 pada suatu wilayah:

Akses yang sulit untuk menjangkau pusat kesehatan atau rumah sakit
Sebagian besar rumah serta peralatan rumah tangga dibuat dari bahan-bahan
tradisional/alami yang sumbernya tersedia secara lokal
Terbatasnya/ adanya infrastruktur listrik dan air
Pertanian dan peternakan dilakukan dalam skala kecil atau subsisten
Hadirnya penggembala permanen atau nomaden
Berburu atau menangkap ikan merupakan sumber protein dan penghasilan yang pen ng
Makanan didapatkan dari alam liar merupakan bagian terbesar dari diet, baik sepanjang
tahun atau hanya pada musim-musim yang kri s.

Sumber informasi yang berharga untuk meniden kasi NKT 5 antara lain:
Kajian sosial ekonomi pada wilayah terkait.
Konsultasi dengan organisasi yang relevan di bidang pengembangan masyarakat yang
bekerja dengan masyarakat terkait.
Studi mengenai pemanfaatan sumber daya alam serta mata pencaharian masyarakat.
Studi antropologi mengenai diet dan ak vitas subsisten.
Beberapa alat bantu dapat diterapkan dalam mengiden kasi NKT 5, antara lain pemetaan
par sipa f, Par cipatory Rural Apprisal, survei sosial ekonomi.

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

14

Pengenalan dan Iden kasi NKT Nilai Kultural (NKT 6) - Konsep Dasar

2.6. Nilai Kultural (NKT 6)


Situs, sumber daya, habitat, dan lanskap yang memiliki signikansi kultural,
arkeologis atau sejarah di ngkat global atau nasional dan/atau yang memiliki
kepen ngan kultural, ekologi, ekonomi atau religi/sakral yang kri s bagi budaya
tradisional komunitas lokal atau masyarakat adat, yang diiden kasi melalui interaksi dengan
komunitas lokal atau masyarakat adat terkait.

Gambar 7. Makam tradisional Watumbaka di pesisir merupakan NKT 6


karena memiliki nilai-nilai tradisional.

2.6.1. Konsep Dasar


Denisi NKT 6 cukup luas dan sangat berguna untuk membaginya ke dalam dua kategori yang
berbeda, yaitu:
1) Nilai-nilai dengan signikansi global atau nasional;
2) nilai yang kri s bagi masyarakat lokal pada skala situs.
Situs, sumber daya, habitat atau bentang alam yang memiliki signikansi di ngkat global atau
nasional kemungkinan besar juga memiliki peran historis, religi atau spiritual yang dikenal luas
dan dalam banyak kasus memiliki ketetapan resmi oleh pemerintah nasional atau lembaga
internasional seper UNESCO. Terkadang situs-stus seper pemakaman kuno atau kesenian goa
prasejarah dapat memenuhi syarat sebagai NKT 6 berdasarkan opini para ahli atau pemangku
kepen ngan tanpa perlunya penetapan resmi.
15

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Nilai Kultural (NKT 6) - Indikator dan Sumber Data

NKT 6 mewakili wilayah-wlayah dengan signikansi budaya yang memiliki peranan tradisional
yang pen ng bagi masyarakat lokal atau adat. Hal ini dapat mencakup situs-situs religi atau
sakral, lahan pemakaman, atau situs yang menjadi pelaksanaan upacara adat. Konsep ini dikenal
baik oleh masyarakat lokal, dan beberapa hukum nasiona mensyaratkan agar keberadaannya
diiden kasi dan dilindungi. Dalam mengiden kasi NKT 6, pihak pengkaji perlu
memper mbangkan apakah hukum yang sudah ada cukup untuk melindungi situssitus/wilayah-wilayah tersebut.
2.6.2. Indikator dan Sumber Data
Keberadaan NKT 6 secara global dapat dirujuk berdasarkan Situs Warisan Dunia UNESCO, dan
secara nasional dapat merujuk pada data dan informasi di museum atau data nasional terkait
dengan arkeologi.NKT 6 perlu diiden kasi melalui keterlibatan komunitas lokal atau
masyarakat adat. Banyaka metode dan sumber informasi yang digunakan untuk NKT5, seper
pemetaan par sipa f dan konsultasi yang dapat digunakan dalam mengiden kasi NKT 6.

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

16

Pengenalan dan Iden kasi NKT Proses Bio-Oseanogra (NKT 7) - Konsep Dasar - Indikator dan Sumber Data

2.7. Proses Bio-Oseanogra (NKT 7)


Wilayah-wilayah pesisir dan laut dimana proses biologi dan oseanogra sering terjadi yang
merupakan kunci keberlangsungan keanekaragaman haya .

Gambar 8. Ekosistem mangrvove merupakan area pembesaran larva ikan dan udang.

2.7.1. Konsep Dasar


Pengembangan kategori NKT 7 ini didasarkan pada suatu workshop internasional mengenai
penerapan NKT di Chili Selatan (WWF, 2009). Wilayah pesisir dan laut dimana proses biologi dan
oseanogra sering terjadi yang merupakan kunci keberlangsungan keanekaragaman haya ,
seper wilayah upwelling, area produk vitas primer, zona perlindungan dan pemijahan
dikategorikan dalam NKT 7 ini.
2.7.2. Indikator dan Sumber Data
Keberadaan NKT 7 dapat diiden kasi berdasarkan peta persebaran ekosistem pesisir, seper
ekosistem lamun, terumbu karang, dan mangrove. Di samping itu, data oseanogra setempat
juga dapat digunakan untuk mengiden ksi keberadaan NKT 7, dengan konsultasi para ahli
biologi kelautan dan oseanogra.

17

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Mempersiapkan Laporan Kajian NKT Pembelajaran dari Praktek Terbaik untuk Kajian NKT

3. Mempersiapkan Laporan Kajian NKT

ajian NKT di wilayah pesisir dapat bermanfaat sebagai masukan untuk perencanaan
wilayah pesisir. Perencanaan konservasi wilayah pesisir yang akan mengadopsi konsep
NKT dalam menentukan tujuan/target konservasinya memerlukan per mbanganper mbangan teknis mapun kebijakan-kebijakan yang ada. Kajian NKT dapat diinisiasi dan
dilaksanakan oleh pemerintah daerah maupun pihak investor (swasta) pengembang wilayah
pesisir untuk memas kan kelestarian NKT yang ada. Kajian NKT dapat dilakukan dengan
bantuan tenaga ahli maupun melalui konsultasi dengan para pemangku kepen ngan (Forum
Mul Pihak).

3.1. Pembelajaran dari Praktek Terbaik untuk Kajian NKT


Kajian NKT merupakan proses di mana NKT dievaluasi serta diiden kasi dan tujuan kajian NKT
harus secara jelas ditetapkan (contoh: sebagai skema perencanaan atau pengelolaan suatu
kawasan). Kajian NKT beragam dari segi cakupan, durasi, biaya dan syarat pelaporannya. Namun
demikian, yang pen ng adalah bahwa keberadaan atau ke adaan masing-masing kategori NKT
harus selalu dikaji dengan cara yang konsisten dengan deisi global dan interpretasi HCVRN. Jika
salah satu kategori NKT dak disinggung, maka diperlukan jus kasi yang kuat untuk keputusan
tersebut (contoh: kondisi areal kajian dak memungkinkan adanya NKT tertentu). Kajian NKT
yang baik perlu memper mbangkan:

Skala, intensitas serta resiko yang di mbukan oleh ak vitas yang direncanakan.
Semakin besar skala, intensitas dan resiko dari ak vitas suatu proyek, semakin besar
pula upaya yang dibutuhkan untuk melacak, mengiden kasi serta memahami
karakteris k, distributsi, sensi tas, dan kerentanan NKT. Pengkaji perlu memaparkan
secara baik potensi dampak serta skala dari operasi yang direncanakan, serta
memas kan bahwa upaya pengkajian sudah cukup memadai.

Menjalankan konsultasi dengan para pemangku kepen ngan. Salah satu peran pen ng
yang dijalankan oleh pengkaji NKT adalah melibatkan para ahli, masyarakat lokal dan
pemangku kepen ngan lainnya selama proses kajian NKT. Suatu analisis para pihak
(stakeholders) dapat membantu mengiden kasi para pihak yang perlu dilibatkan dalam
kajian NKT.

Mempe mbangkan bentang alam yang lebih luas. Bagian utama kajian NKT sebaiknya
dilaksanakan pada skala situs produksi (contoh: unit engelola, konsesi hutan,
perkebunan). Namun demikian, mengabaikan konteks bentang alam yang lebih luas
(contoh: ak vitas yang berlangsung di kawasan sekitarnya, rancangan tata guna lahan di
wilayah terkait, dsb) dapat meningkatkan resiko terjadinya fragmentasi habitat serta
ancaman atau kerusakan pada sebagian NKT. Beberapa NKT juga dapat ditemukan pada
ngkat bentang alam, NKT lainnya bergantung pada keberadaan mosaik habitat lain yang
cocok dalam bentang alam yang lebih luas. Fitur sosial dan biologis kunci dari bentang
alam yang lebih luas perlu dideskripsikan secara jelas.

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

18

Mempersiapkan Laporan Kajian NKT Format Standar Laporan Kajian NKT

3.2. Format Standar Laporan Kajian NKT


Pelaporan kajian NKT perlu di sampaikan secara sistema s. Laporan kajian NKT melipu :
1) Ringkasan Ekseku f. Berisi ringkasan laporan secara menyeluruh, dengan
mencantumkan latar belakang singkat, tujuan, metode, hasil serta kesimpulan dan saran
secara ringkas.
2) Cakupan Kajian. Bagian ini mejelaskan mengenai wilayah kajian NKT. Di samping itu,
tujuan kajian perlu ditetapkan secara jelas.
3) Konteks Bentang Alam yang Lebih Luas serta Signikansi Wilayah yang Dikaji. Bagian
ini berisi penjelasan bentang alam yang lebih luas dari wilayah yang akan dikaji,
termasuk di dalamnya DAS yang ada, wilayah hutan lindung di sekitarnya, letak
pemukiman, infrastruktur, wilayah pertanian dll yang ada di sekitar wilayah yang dikaji.
Bagian ini perlu menjelaskan signikansi wilayah yang akan dikaji.
4) Proses Kajian NKT. Bagian ini menjelaskan mengenai metode, pendekatan kajian NKT,
serta penjelasan mengenai keahlian anggota m kajian NKT.
5) Iden kasi, Lokasi dan Status se ap NKT. Bagian ini secara rinci menjelaskan status dari
se ap NKT (NKT 1-7), keberadaan dan ke adaannya. Jika ada NKT yang dak dibahas,
perlu diberikan juga penjelasan yang memadai. Di samping itu perlu juga dibahas
kehadiran NKT pada wilayah/skala yang lebih luas. Pemetaan NKT juga perlu
digambarkan dengan skala yang memadai untuk pengambilan keputusan pengelolaan.

19

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Pengelolaan dan Pemantauan NKT Pengelolaan NKT

4. Pengelolaan dan Pemantauan NKT

ilayah pesisir, di samping memiliki keanekaragaman ekosistem yang produk f juga


mendapatkan cukup banyak tekanan pembangunan. Tidak kurang dari 60%
penduduk Indonesia bermukim di kawasan pesisir. Kemudahan akses terhadap
kawasan pesisir cenderung meningkatkan laju pemanfaatan wilayah pesisir, baik dalam
pemanfaatan sumber daya ekonomi maupun pemanfaatan ruang, yang dapat mengancam
keberadaan NKT, yang pada akhirnya mengancam baik ekosistem, jasa lingkungan, maupun
nilai-nilai sosial ekonomi dan budaya yang ada.
Untuk memas kan keberlanjutan keberadan NKT di wilayah pesisir, para pemangku kepen ngan
baik pemerintah daerah, sektor swasta maupun masyarakat yang mengelola keseluruhan
maupun sebagian wilayah pesisir perlu memahami pen ngnya mengelola dan memantau NKT
di wilayahnya untuk menjamin keberadan NKT tersebut. Pemangku kepen ngan atau pihak
pengelola wilayah pesisir (contoh: Pengelola wisata pantai, hotel/resort, kebun, dsb) perlu
menyiapkan suatu rencana pengelolaan dan pemantauan NKT diwilayahnya yang dapat secara
rasional diimplementasikan sebagai bagian dari tanggung jawab dalam pengelolaan wilayah
pesisir.
Pada bagian ini akan dibahas bagaimana menyiapkan Rencana Pengelolaan dan Pemantauan
terhadap NKT (RPPNKT) yang telah diiden kasi.
4.1. Pengelolaan NKT
Pengelolaan NKT adalah upaya-upaya yang dilakukan melalui proses perencanaan yang
berorientasi pada tujuan (objec ve-oriented planning) untuk melestarikan keberadaan NKT.
Salah satu prinsip dasar dari pengelolaan NKT adalah bahwa wilayah yang mempunyai NKT dak
selalu harus dijadikan kawasan perlindungan, tetapi konsep NKT mensyaratkan agar
pembangunan dilaksanakan dengan cara perenapan praktek cerdes (smart prac ces) yang
dapat menjamin pemeliharaan dan atau peningkatan nilai konservasi. Dalam hal ini, pendekatan
NKT berupaya membantu masyarakat secara umum mencapai keseimbangan rasional antara
keberlanjutan lingkungan hidup dengan pembangunan ekonomi jangka panjang. (contoh:
pengelolaan wilayah pantai untuk resort pariwisata dengan tetap memper mbangkan keutuhan
ekosistem mangrove maupun maupun pantai tempat penyu bersarang)
Dalam pengelolaan NKT, ada ga prinsip dasar yang harus selalu diper mbangkan dengan baik
dan benar, yaitu:
a) Prinsip Keutuhan (holis c); berar bahwa penyelenggaraan pengelolaan NKT harus selalu
memper mbangkan seluruh komponen pembentuk ekosistem alami, baik komponen
penyusun rantai makanan dan rantai energi maupun komponen bio k maupun abio knya.
Prinsip keutuhan ini juga berkaitan dengan kondisi/karakter lingkungannya, baik di njau dari
sisi biosik, ekonomi, poli k dan sosial budaya masyarakat. Prinsip ini memperha kan dan
dapat memenuhi kepen ngan seluruh pihak yang tergantung dan berkepen ngan terhadap
kawasan unit pengelolaan umumnya dan NKT khususnya serta mampu mendukung
kehidupan manusia dan alam.
b) Prinsip Keterpaduan (integrated); berar bahwa penyelenggaraan pengelolaan NKT harus
berlandaskan pada keselarasan interaksi antar komponen penyusun ekosistem serta
keselarasan interaksi ekosistem dengan para pihak yang tergantung dan berkepen ngan
terhadap NKT yang melipu aspek lingkungan, aspek ekonomi, dan aspek sosial-budaya;

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

20

Pengelolaan dan Pemantauan NKT Pengelolaan NKT

c) Prinsip par sipa f yang berar melibatkan masyarakat dan para pihak lain dalam
mengiden kasi, mengelola dan memantau NKT.
d) Prinsip Keberlanjutan/Kelestarian (sustainability); berar bahwa fungsi dan manfaat
ekosistem pesisir dalam segala bentuknya harus dapat dinikma oleh umat manusia dan
seluruh kehidupan di muka bumi lintas generasi secara bekelanjutan dengan potensi dan
kualitas yang sekurang-kurangnya sama ( dak menurun). Jadi dak boleh terjadi
pengorbanan (pengurangan) fungsi dan manfaat ekosistem hutan yang harus dipikul suatu
generasi tertentu akibat keserakahan generasi sebelumnya.
Dalam mengelola NKT, unit pengelola atau masyarakat pengelola perlu mengiden kasi
keberadaan NKT di wilayah kelolanya sebagai target-target pengelolaan. Suatu kajian NKT
dibutuhkan baik dengan bantuan tenaga ahli maupun dengan konsultasi bersama para pihak
yang pemangku kepen ngan yang terkait. Di samping itu, unit pengelola atau masyarakat
pengelola perlu mengiden kasi ancaman-ancaman yang nyata maupun potensial terhadap
keberadaan NKT tersebut, sehingga kemudian intervensi pengelolaan yang efek f dapat di
rencankan dan dilaksanakan.Figur berikut memperlihatkan model konseptual sederhana dalam
pengelolaan NKT.

Tujuan
Pengelolaan

Ekosistem pesisir alami


dan jasa lingkungan yang
diberikan tetap terjaga.

Target
Pengelolaan

Mangrove yang
teriden kasi sebagai
NKT 3 dan 4.

Ancaman

Potensi ancaman dari


rencana pengembangan
infrastruktur wisata

Intervensi

Mengontrol
pembangunan sarana
dan prasarana terbatas
seper jalan setapak dan
menara pengamat.

Gambar 9. Model Konseptual Sederhana Pengelolaan NKT.

Beberapa hal teknis yang perlu diperha kan oleh masyarakat/unit pengelola dalam mengelola
NKT adalah sbb:
Penentuan tujuan pengelolaan. Tujuan pengelolaan NKT perlu terukur dan
mendapatkan dukungan dari pihak pengelola kawasan, termasuk manajemen pengelola,
serta memiliki sumber anggaran biaya. NKT yang telah teriden kasi berdasarkan kajian
NKT baik di dalam maupun di sekitar wilayah kelola perlu menjadi dasar dalam
menentukan tujuan-tujuan pengelolaan.

21

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Pengelolaan dan Pemantauan NKT Pengelolaan NKT

Pengelola perlu memper mbangkan keberadaan NKT di luar/sekitar wilayah


kelolanya. Sering kali, kegiatan atau praktek-praktek operasional unit pengelola
berdampak pada keberadaan NKT di luar/sekitar wilayah kelola. Untuk itu adalah
pen ng untuk memper mbangkan kajian bentang alam yang lebih luas dari wilayah
kelola.

Analisis ngkat ancaman. Ancaman terhadap keberadaan NKT dapat berasal dari dalam
(internal) wilayah kelola maupun dari luar (eksternal) wilayah kelola, baik yang bersifat
langsung maupun dak langsung. Analisis sumber ancaman dilakukan untuk masingmasing target pengelolaan, dan diharapkan dapat menentukan ancaman utama atau
ngkat ancaman yang paling mendesak untuk ditangani melalui intervensi pengelolaan.
Potensi ancaman juga secara spasial perlu diiden kasi. Beberapa parameter spasial
dapat digunakan untuk mengiden kasi potensi ancaman (contoh: keberadaan
pemukiman, jaringan jalan, status kawasan, dsb.).

Intervensi kegiatan pengelolaan. Pihak pengelola perlu cermat dalam merencanakan


dan melaksanakan intervensi kegiatan pengelolaan. Intervensi kegiatan pengelolaan
perlu memperha kan ngkat ancaman dan prioritas pengelolaan yang telah dianalisis,
serta memper mbangkan sumber daya yang ada, baik nansial maupun sumber daya
manusia. Intervensi pengelolaan perlu memper mbangkan keuntungan dalam pendek
mapun jangka panjang sehingga intervensi kegiatan dapat dianggap sebagai investasi
pengelolaan.

Pendekatan par sipa f masyarakat. Pendekatan par sipa f oleh para pihak pemangku
kepen ngan termasuk masyarakat khususnya dalam menentukan intervensi pengelolaan
NKT yang terkait dengan ekonomi sosial budaya (NKT 4, 5 dan 6) perlu dilakukan.
Par sipasi masyarakat perlu dilibatkan mulai dari mengiden kasi khususnya NKT 4, 5
dan 6, mengiden kasi ancaman, serta rencana dan pelaksanaan intervensi
pengelolaannya. Pihak pengelola juga perlu melakukan kesepakatan-kesepakatan
dengan masyarakat dalam melestarikan NKT.

Mekanisme pengelolaan konik. Rencana pengelolaan NKT juga perlu mengakomodasi


resiko konik kepen ngan para pihak terhadap keberadaan NKT, dengan cara
menyiapkan mekanisme pengelolaan konik, antara lain dengan kesepakatan
menentukan perwakilan dari para pihak, dan prosedur kompensasi standar.

Sistem perencanaan pengelolaan NKT secara terintegrasi dan par sipa f. Elemenelemen kuci dalam struktur organisasi pengelola seper bagian perencanaan,
pemeliharaan, pemanenan atau bagian-bagian lain yang relevan perlu terlibat ak f
dalam merencanakan upaya pengelolaan NKT, sehingga pengelolaan NKT dapat
terintegrasi dengan program kerja yang ada. Pelibatan para pihak terkait dalam
perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan NKT juga pen ng untuk
menumbuhkembangkan kepedulian para pihak terhadap NKT, dan dapat meningkatkan
potensi kontribusi sumber daya para pihak dalam mengelola NKT.

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

22

Pengelolaan dan Pemantauan NKT Pemantauan NKT

4.2. Pemantauan NKT


Pemantauan (Monitoring) di denisikan sebagai kegiatan menyelidiki bagaimana keadaankeadaan berubah dalam perjalanan waktu; Dengan kata kunci pengumpulan dan evaluasi data
secara periodik terhadap tujuan, sasaran dan kegiatan yang sudah ditetapkan (Salafsky et al.,
2001).
Kegiatan pemantauan dalam konteks NKT melipu :
1. Pemantauan terhadap dampak pengelolaan terhadap keberadaan NKT, dengan cara
memantau indikator-indikator keberadaannya, apakah kondisinya berubah, semakin
rusak atau semakin meningkat. Pemantauan juga perlu melihat kecenderungan skala
ancaman terhadap NKT, apakah ngkat ancamannya berkuranga atau bertambah.
2. Pemantauan terhadap efek vitas pengelolaan NKT, seper efek vitas intervensi
kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Pemantauan dapat membantu para pelaksana
dilapangan untuk melihat bagian-bagian mana yang sesuai dengan rencana dan bagian
mana yang dak berhasil. Oleh sebab itu pemantauan merupakan bagian intergral dari
siklus pengelolaan adap f.

Gambar 10. Tahapan pengelolaan dan pemantauan NKT.

23

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Pemantauan NKT - Metode Pemantauan NKT - Pemantauan Ekologis

4.2.1. Metode Pemantauan NKT.


Secara umum metode pemantauan NKT dapat dikategorikan menjadi:
a)
Pemantauan Ekologis
b)
Pemantauan Par sipa f
A. Pemantauan Ekologis.
Pemantauan ekologis dipergunakan karena beberapa hal:
1) Hasil pemantauan dapat memberikan peringatan kepada unit pengelola dari perubahan
ekologi yang dak diinginkan yang terjadi di dalam konsesi;
2) Pemantauan ekologis merupakan kebutuhan obyek f untuk mengevaluasi apakah
kegiatan pengelolaan NKT yang berhubungan dengan melestarikan keanekaragaman
haya sudah di capai atau belum;
3) Pemantauan ekologis adalah sebuah kebutuhan untuk mengevaluasi dampak jangka
panjang dari ak vitas manusia dan gangguan terhadap keanekaragaman haya ;
4) Pemantauan ekologis dapat memberikan wawasan kepada para pengelola di dalam
sebuah unit pengelolaan tentang fungsi ekosistem yang kompleks.
Beberapa metode yang disarankan dan biasa digunakan untuk pengumpulan data dan jenis
data yang dikumpulkan untuk melakukan pemantauan ekologis antara lain:
1) Penginderaan jarak Jauh dan sistem informasi geogras;
2) Plot sample permanen (vegetasi);
3) Transek Satwaliar;
4) Spesies indikator;
5) Pengukuran erosi, sedimentasi dan kualitas air.
6) Survey Temuan;
7) Kajian Perburuan di masyarakat
8) Wawancara dengan masyarakat.
Diambil dari panduan bagi prak

si : mengelola hutan bernilai konservasi nggi di Indonesia. The Nature Conservancy 2002.

Penginderaan jarak jauh menggunakan sarana citra satelit atau potret udara untuk memeriksa perubahan-perubahan yang
terjadi pada vegetasi dan tutupan hutan. Sedangkan so ware untuk melakukan kegiatan tersebut ada dalam satu sistem
pemetaan yang biasa di sebut sistem informasi geogras (SIGGeogracal informa on system).
Sample plot permanen adalah kegiatan untuk memantau pertumbuhan dan kema an pohon yang terdapat dalam suatu
kawasan hutan.
Transek hidupan liar adalah jalur-jalur panjang yang terdapat dalam suatu unit pengelolaan khususnya hutan, tempat
melakukan survey kehidupan liar yang menggunakan cara atau metode baku tentang kehidupan liar di tempat tersebut seper
jejak, kotoran, sarang, suara, bau dan sebagainya.
Spesies indikator sering di jadikan patokan dalam pemantauan. Beberapa spesies yang telah disarankan menjadi indikatorindikator ekologis antara lain burung-burung frugivora dan insek vora terestrial, owa, dan serangga atau spesies-spesies kunci
atau spesies payung.
Pengukuran erosi, sedimentasi dan kualitas Air menjadi salah satu indikator yang pen ng dalam pemantuan NKT khususnya
pemantauan lingkungan,hal ini berhubungan khususnya dengan NKT 4.
Metode ini melibatkan semua elemen di dalam perusahaan dalam membantu pemantuan satwa liar yang diketemukan dalam
ak vitas harian, contoh: supir mobil angkutan yang menemukan satwaliar di dalam perjalanan dalam konsesi bisa melaporkan
temuannya kepada petugas di divisi yang menangani tentang lingkungan, begitu juga staf-staf lain yang bisa melakukan hal yang
sama.
Kajian perburuan di masyarakat dilakukan untuk memantau berapa banyak atau berapa intensitas perburuan terhadap
satwaliar yang dilakukan oleh masyarakat dalam periode tertentu.

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

24

Pemantauan NKT - Metode Pemantauan NKT - Pemantauan Par sipa f

B. Pemantauan Par sipa f


Pemantuan yang bersifat par sipa f adalah kegiatan pemantauan yang melibatkan masyarakat
di dalamnya. Metode ini utamanya digunakan dalam pendekatan pengelolaan dan pemantuan
NKT 5 dan NKT 6. Belum ada metode baku di dalam melakukan pemantauan yang berhubungan
dengan NKT ini. Unit pengelola di sarankan untuk mengembangkan metode-metode yang
mungkin bisa melibatkan masyarakat dalam proses pemantauan ini. Ada beberapa hal yang
harus ada di dalam komponen metode tersebut antara lain :
Denisi dan parameter yang akan dipantau dengan mudah dipahami masyarakat;
Indikator tersebut harus sederhana, bahasa yang dipakai mudah dan dimenger

masyarakat, aturan-aturan dalam metode tersebut gampang dipahami;


Masyarakat sebagai bagian dari pengambil keputusan;
Berikut ini di sampaikan beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk melakukan pemantauan
NKT 5 & NKT 6 secara par sipa f adalah:
1. Sosialisasikan kepada masyarakat tentang NKT yang telah teriden kasi sebelumya;
2. Diskusikan dengan masyarakat tentang perubahan apa saja yang sedang dan akan terjadi
dan bagaimana kecenderungan kecenderungan ke depannya terkait dengan keberadaan
NKT ini.
3. Kembangkan dan laksanakan rencana pemantauan secara par sipa f dengan
mendiskusikan tentang indikator atau parameter apa saja yang akan dipantau, siapa
yang akan memantau dan kapan akan dilakukan pemantauan.
4. Susunlah rencana pemantauan secara par sipa f ini sedetail mungkin dan sejelas
mungkin agar masyarakat dapat memahami serta dapat berpar sipasi dalam kegiatan
pemantauan.
5. Buatlah komitmen dan kesepakatan dengan masyarakat untuk mematuhi dan menaa
rencana serta pelaksanaan dari pemantauan NKT ini.
6. Masukkan rencana pemantauan NKT ini ke dalam rencana pemantauan strategi
konservasi perusahaan yang dapat disinergikan dengan rencana pemantauan aspek
lainnya.
7. Integrasikan kegiatan ini kedalam kegiatan ru n masyarakat yang dak mengganggu
keseharian mereka.

25

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Pemantauan NKT Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan dan Pemantauan NKT

4.2.2. Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan dan Pemantauan NKT


Dokumen Rencana Pengelolaan dan Pemantauan NKT (RPPNKT) adalah perangkat perencanaan
untuk melakukan upaya pengelolaan dan pemantauan terhadap NKT yang telah diiden kasi.
Dokumen ini dapat dibuat cukup sederhana maupun detail namun yang terpen ng dapat secara
jelas memberikan rencana yang dapat diterapkan secara rasional dan tepat sasaran.
Dokumen RPPNKT dapat disiapkan oleh unit pengelola kawasan di pesisir, baik oleh kelompok
masyarakat maupun oleh pihak swasta (pengelola resort, pengusaha tambak, dsb). Walaupun
dokumen ini bersifat voluntary, namun tersusunnya dokumen ini dapat membantu pihak
pengelola wilayah pesisir untuk mengelola wilyahnya secara lestari, dengan memper mbangkan
kelestarian ekosistem pesisir, masyarakat sekitar, dan nilai-nilai tradisional yang terkandung di
dalamnya, sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, khususnya memenuhi pasal 23, dimana pemanfaatan wilayah
wajib memenuhi persyaratan pengelolaan lingkungan. Di sektor pariwisata, dokumen ini dapat
membantu pengelola wisata pesisir dalam mewujudkan wisata pesisir berkelanjutan yang
mengembangkan prinsip keseimbangan, par sipasi, konservasi, dan keterpaduan, sesuai
dengan Pedoman Umum Pengembangan Pariwisata (Peraturan Mentri Kebudayaan dan
Pariwisata No. 67 Tahun 2004.
Berikut ini adalah struktur minimum Dokumen RPPNKT:
1. Ringkasan Ekseku f
2. Pendahuluan. Berisi latar belakang disusunnya RPPNKT, tujuan disusunnya RPPNKT, dan
cakupan RPPNKT.
3. Deskripsi lokasi/wilayah pengelolaan dan hasil kajian NKT. Dalam bagian ini dibahas
mengenai deskripsi lokasi/wilayah pengelolaan, kondisi bentang alam di sekitarnya,
serta hasil kajian NKT yang telah dilakukan, yaitu iden kasi lokasi-lokasi NKT, baik di
dalam wilayah pengelolaan maupun di wilayah sekitarnya (dalam bentang alam yang
lebih luas).
4. Tingkat ancaman terhadap NKT. Bagian ini menjelaskan ngkat ancaman yang ada di
wilayah pesisir, baik ancaman yang ada maupun yang potensial.
5. Rencana pengelolaan masing-masing NKT. Bagian ini menjelaskan kegiatan-kegiatan
pengelolaan masing-masing NKT, termasuk prioritas pengelolaannya berdasarkan ngkat
ancaman dan sumber daya pengelola yang ada, anggaran yang dibutuhkan, dan
pelaksananya.
6. Rencana pemantauan. Bagian ini menjelaskan kegiatan-kegiatan pemantauan yang akan
dilakukan, termasuk indikator-indikator yang akan dipantau secara berkala, anggaran
yang dibutuhkan dan pelaksananya.
Lampiran-lampiran, antara lain: hasil survei dampak sosial ekonomi (jika ada), peta penyebaran
NKT, peta ngkat ancaman, rencana tapak pengelolaan, dsb.

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

26

Penerapan Pendekatan NKT dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir


Batasan Wilayah Pesisir - Penerapan Pendekatan NKT dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir

5. Penerapan Pendekatan NKT


dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir.
5.1. Batasan Wilayah Pesisir

ilayah pesisir dapat didenisikan sebagai wilayah antara ekosistem darat dan
ekosistem laut yang memiliki karakeris k yang sangat unik, baik dari kondisi
lingungan maupun dari jenis sumber dayanya, yang diperngaruhi oleh perubahan di
darat maupun di laut.
Berdasarkan Undang-Undang No. 27 Tahun 2007, ruang lingkup wilayah pesisir melipu
ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut; ke arah darat
mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 mil laut diukur dari garis
pantai. Namun demikian, pada beberapa wilayah kepulauan yang rela f kecil seper di Lombok
dan Sumba, beberapa wilayah administrasi 'kecamatan pesisir' di pulau ini melipu wilayah
yang mencakup daratan dan pegunungan.

5.2. Penerapan Pendekatan NKT dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir


Pengelolaan wilayah pesisir di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 jo.
Undang-Undang No. 1 Tahun 2014. Perencanaan pengelolaan wilayah pesisir melipu
penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur kepen ngan di
dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya pesisir yang ada dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan sosial dalam lingkungan wilayah atau daerah dan dalam jangka
waktu tertentu. Perencanaan pengelolaan wilayah pesisir sebagaimana diatur dalam UndangUndang No. 27 Tahun 2007 melipu :
Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RSWP3K). RSWP3K memuat
kebijakan strategis lintas sektor untuk pembangunan melalui penetapan tujuan, sasaran
dan strategi yang luas serta target pelasanaan dan indikator yang tepat untuk
memonitor pelaksanaannya.
Rencana Zonasi (RZWP3K). Rencana zonasi akan mendukung rencana strategis dengan
mengarahkan aksi pada lokasi geogra yang sesuai. Rencana zonasi mengalokasikan
ruang dengan fungsi utama sebagai: i) kawasan konservasi; ii) kawasan pemanfaatan
umum; iii) kawasan strategis nasional tertentu; dan iv) alur laut. Rencana zonasi akan
menjadi pedoman untuk penyusunan RPWP3K.
Rencana Pengelolaan (RPWP3K). Rencana pengelolaan berisi kerangka kebijakan,
prosedur dan tanggung jawab yang diperlukan untuk mendukung pembuatan keputusan
oleh administraor sektoral dalam pengelolaan, penggunaan dan pengalokasian sumber
daya pesisir secara tepat. Rencana pengelolaan memungkinkan penetapan sasaran
pengelolaan untuk masing-masing zona dan/atau sub zona dalam Rencana Zonasi, untuk
mengeluarkan izin penggunaan sumber daya oleh dinas-dinas sekotral.
Rencana Aksi Pengelolaan (RAWP3K). Rencana aksi adalah suatu mekanisme
pendanaan dalam pelaksanaan ketetapan dokumen rencana pengelolaan. Rencana aksi
antara lain berisi kegiatan/program antar sektor ang disusun sesuai prioritas kegiatan
pemanfaatan, lokasi dan ketersediaan anggaran, serta kegiatan baik sik maupun no
sik yang berdampak langsung dalam peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan
kesejahteraa masyarakat pesisir.

27

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Penerapan Pendekatan NKT dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir


Batasan Wilayah Pesisir - Penerapan Pendekatan NKT dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir

Disamping diatur oleh Undang-Undang No. 27 Tahun 2007, perencanaan di wilayah pesisir
(terutama di daratan) juga diatur dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. Penyusunan RZWP-3-K seper apa yang diamanatkan UU Nomor 27 Tahun 2007
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 1 Tahun 2014 Pasal 9 ayat (2) tersebut di atas
menegaskan bahwa RZWP-3-K harus diserasikan, diselaraskan, dan diseimbangkan dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kab/Kota. Rencana Tata Ruang Wilayah dalam UU Nomor
26 Tahun 2007 termasuk dalam Rencana Umum Tata Ruang yang secara hirarki terdiri dari
RTRW Nasional, RTRW Provinsi, RTRW Kab/Kota.
Perencanaan ruang (spasial) wilayah pesisir bersifat lebih kompleks dibandingkan dengan
perencanaan spasial di daratan. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan sbb:
Perencanaan di wilayah peisisr harus mengikutsertakan semua aspek yang berkaitan di
wilayah daratan maupu wilayah laut.
Aspek daratan dan lautan tersebut dak dapat dipisahkan secara sik oleh garis pantai,
dan kedua aspek tersebut saling berinteraksi dan bersifat dinamis.
Bentang alam pesisir dapat berubah secara cepat bila dibandingkan dengan daratan.
Pada perencanaan di ngkat bentang alam, penerapan pendekatan NKT dapat membantu
dalam mengiden kasi 'target-target' pelestarian yang dapat diper mbangkan dalam
menetapkan zona konservasi dalam RZWP3K, maupun kawasan lindung dalam Rencana Tata
Ruang di wilayah pesisir. NKT dak hanya meni kberartkan pada nilai-nilai keanekaragaman
haya maupun ekosistem, tetapi juga meni kberatkan pada nilai-nilai jasa lingkungan,
kebutuhan ekonomi maupun nilai-nilai budaya yang perlu upaya pelestarian.
Perencanaan pengelolaan wilayah pesisir pada umumnya didasarkan pada isuisu/permasalahan-permasalahan strategis yang ada (contoh: isu abrasi pantai, pencemaran
lingkungan, bencana alam, dsb.). Penerapan pendekatan NKT dalam perencanaan pengelolaan
di wilayah pesisir dak hanya memperkaya pengetahuan mengenai wilayah pesisir yang akan
dikelola, tetapi juga dapat membantu menyusun perencanaan yang berorientasi pada
tujuan/target (objec ve-oriented planning), yaitu pen ngnya melestarikan NKT itu sendiri.
Kajian NKT dalam suatu wilayah pesisir dapat disajikan secara spasial sehingga menggambarkan
lokasi-lokasi dimana NKT tersebut berada. Melalui konsultasi dengan para pihak pemangku
kepen ngan di wilayah tersebut, dapat ditentukan apakah NKT-NKT tersebut dapat dijadikan
target yang perlu dilestarikan keberadaannya sehingga dapat dimasukkan dalam kawasan
konservasi (sesuai dengan Undang-Undang No. 27 Tahun 2007) atau kawasan lindung (seuai
dengan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007), atau perlunya penerapan praktek-praktek cerdas
(smart prac ces) dalam memanfaatkan ruang ke ka ruang tersebut harus dimasukkan ke dalam
zona lain - contoh: kawasan pemanfaatan umum (dalam RZWP3K) atau kawasan budidaya
(dalam Tata Ruang).
Kajian NKT (kususnya kajian NKT 4, 5 dan 6) juga dapat dipakai sebagai masukan dalam analisis
non-spasial: sosial dan budaya yang diperlukan baik dalam menyusun RZWP3K maupun dalam
menyusun dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah. Analisis sosial dan budaya diperlukan dalam
mengkaji sosial dan budaya masyarakat yang dapat mendukung atau menghambat
pengembangan wilayah atau kawasan.

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

28

Penerapan Pendekatan NKT dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir


Batasan Wilayah Pesisir - Penerapan Pendekatan NKT dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir

Kajian NKT dapat dilakukan bersamaan (terintegrasi) dengan penyusunan RZWP3K (lihat Tabel di
bawah), maupun dilakukan terpisah, dan dijadikan masukan melalui:
1. Analisis data sekunder,
2. Pengeolahan data, maupun
3. Konsultasi Publik
Tabel 1. Integrasi Kajian NKT dalam Tahapan Penyusunan RZWP3K.
No.

Tahapan RZWP3K
Persiapan.
Kerangka Acuan Kegiatan
(KAK).

Memasukkan perlunya kajian NKT dalam penyusunan


KAK dan persiapan teknis;

Pengumpulan Data. Kajian


awal data sekunder

Memasukkan Kajian NKT (jika sudah ada) dalam Kajian


Awal Data Sekunder.

Survei lapangan.
Pengumpulan data primer

Melakukan/melengkapi kajian NKT pada wilayah pesisir.


Kajian NKT perlu mencatat keberadaan dan ke adaan
NKT, serta penjelasan pendekatan -pendekatan yang
digunakan.

Pengolahan dan Analsis


Data.

Hasil kajian NKT dapat diolah secara spasial untuk


memperlihatkan target-target pelestarian berdasarkan
NKT (pendekatan NKT) yang telah dilakukan. Kajian NKT
4, 5, dan 6 dapat memperkaya Analisis Sosial dan Budya
yang diperlukan dalam RZWP3K.

5.

Despkripsi Potensi dan


Kegiatan Pemanfaatan.

Kajian NKT 4 (jasa ekosistem) dan 5 (sosial ekonomi)


dapat membantu menajamkan deskripsi potensi dan
kegiatan pemanfaatan yang ada.

Penyusunan Dokumen
Awal.

Dokumen awal perlu mecerminkan hasil pendekatan


NKT dalam kajian perencanaan pesisir, dan
keterkaitannya dengan isu strategis.

Konsultasi Publik

Target-target pelestarian berdasarkan kajian NKT dapat


dikonsultasikan untuk memas kan masukan bagi para
pemangku kepen ngan dalam mengalokasikan ruang.

Penentuan Usulan Alokasi


Ruang.

Target-target pelestarian yang telah disepaka berupa


NKT dapat dialokasikan dalam Kawasan Konservasi.
Analisis non-spasial:
- Perlu melipu hasil kajian sosial ekonomi yang
terkait dengan NKT 4, 5 dan 6.
- Perlu menganalisis dan merekomendasikan P raktek
Terbaik untuk menjamin kelestarian NKT yang
berada dalam Zona Pemanfaatan Umum (analisis
pengelolaan NKT).
- Arahan pelaksanaan Praktek Terbaik dalam
memanfaatkan zona pemanfaatan umum.

Penyusunan Dokumen
Antara.

Isu Strategis Wilayah yang terca ntum dalam dokumen


antara perlu mencakup isu/permasalahan pelestarian
NKT sebagai target-target pelestarian.

Konsultasi Publik.

Para pihak perlu mems kan upaya pelestarian NKT, baik


yang telah berada di dalam Kawasan Konservasi maupun
kawasan lainnya.

Penyusunan dokumen
nal.

Dalam Dokumen Final dapat ditambahkan atau


disisipkan tentang status NKT di wilayah pesisir serta
upaya melestarikannya untuk menjamin pembangunan
wilayah pesisir yang terintegrasi dan berkelanjutan

12.

Permohonan tanggapan
dan saran.

13.

Pembahasan RANPERDA

14.

Penetapan.

1.

2.

3.

4.

7.

8.

9.

10.

11.

29

Catatan untuk Integrasi Kaji an NKT

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Penerapan Pendekatan NKT dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir


Pendekatan NKT dan Perangkat Evaluasi Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir

5.3. Pendekatan NKT dan Perangkat Evaluasi Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir.
Kajian NKT di suatu wilayah pesisir dapat dijadikan perangkat evaluasi yang konstruk f terhadap
perencanaan pengelolaan wilayah pesisir yang ada. Sebagai contoh, sebagaimana dijelaskan pada
bagian sebelumnya, Kajian NKT yang terpisah dapat dijadikan masukan untuk evaluasi penyusunan
RZWP3K, melalui konsultasi publik dan integrasi serta analisis data spasial yang terkait. Beberapa
tantangan dalam memas kan hasil kajian NKT dapat menjadi masukan dalam perencanaan
wilayah pesisir antara lain:
Keterlibatan/akses pihak yang melakukan kajian NKT dalam penyusunan perencanaan
pengelolaan.
Pemahaman yang terbatas akan konsep/pendekatan NKT dan eksibilitas yang terbatas
dalam mengadopsi hasil kajian NKT dari konsultan penyusun perencanaan wilayah pesisir
serta pemerintah daerah.
Kompa bilitas skala pada data spasial yang berbeda antara kajian NKT dan perencanaan
wilayah pesisir.
Kurangnya pemahaman para pihak terkait mengenai pendekatan dan kajian NKT sehingga
mereka dak mampu menyapaikan permasalahan-permasalahan pen ng terkait NKT di
dalam proses perencanaan pengelolaan wialyah pesisir (contoh: dalam konsultasi publik).
Berikut ini disampaikan beberapa perangkat (tools) yang dapat membantu dalam
mengintegrasikan dan mengar kulasikan NKT pada suatu wilayah pesisir ke dalam perencanaan
pengelolaan wilayah pesisir:
Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
Sebagai bagian dari Kebijakan, Rencana dan Program (KRP), dokumen-dokumen perencanaan
pengelolaan wilayah pesisir (contoh; RZWP3K, RPWP3K) juga perlu dikaji dengan suatu Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. KLHS adalah rangkaian analisis yang
sistema s, menyeuruh, dan par sipa f untuk memas kan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana, dan/atau program (KRP).
Pendekatan NKT juga dapat diterapkan dalam melakukan KLHS terhadap perencanaan
pengelolaan wilayah pesisir. Pelingkupan dan analisis data dalam proses penyusunan KLHS yang
memper mbangkan keberadaan NKT sangat krusial dalam memas kan terintegrsinya pendekatan
NKT dalam kajian KHLS. KLHS yang mengintegrasikan pendekatan NKT dapat secara langsung
memberikan arahan program dalam memas kan kelestarian NKT yang terdapat di wilayah pesisir
yang dikaji.
KLHS dengan mengadopsi pendekatan NKT dapat merekomendasikan skenario op mum untuk
konservasi dalam penentuan alokasi ruang dalam RZWP3K maupun RTRW. Skenario op mum ini
adalah alokasi ruang yang op mum untuk kepen ngan keberlanjutan NKT, baik melalui
rekomendasi menjadi Kawasan Konservasi atau Lindung maupun melalui rekomendasi penerapan
praktek cerdas dalam pemanfaatan sumber daya pesisir.

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

30

Penerapan Pendekatan NKT dalam Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir


Pendekatan NKT dan Perangkat Evaluasi Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir

Rencana Konservasi Bentang Alam (RKBA)


Perencanaan dan pengelolaan konservasi pada wilayah yang luas selalu mengadapi masalah skala
kawasan ke ka menyusun strategi konservasi untuk wilayah tersebut. Namun demikian
perencanaan di ngkat bentang alam dapat memberikan gambaran menyeluruh mengenai
keberlanjutan target-target konservasi pada jangka waktu yang lama.
Perencanaan konservasi di ngkat bentang alam terfokus pada 'tujuan konservasi' atau 'target'
ke mbang isu konservasi, seper abrasi air laut, kebakaran lahan dan hutan, dsb. Rencana
Konservasi Bentang Alam (RKBA) telah diterapkan pada beberapa bentang alam pesisir di
Indonesia, seper di pesisir Aceh Selatan, Kabupaten Kayong Utara Kalimantan Barat, dan
Kabupaten Mimika Papua dalam proyek USAID IFACS di tahun 2013-2014.
Target-target konservasi kunci dalam RKBA didasarkan sebagian besar pada Nilai Konservasi Tinggi
(NKT) di samping kawasan dengan kandungan karbon nggi. Penggunaan NKT dalam menentukan
target-target konservasi kunci didasari pada alasan bahwa NKT telah mendapatkan perha an
khusus secara internasional dan di Indonesia telah menjadi dasar dalam mengiden kasi wilayah
pen ng bernilai nggi baik oleh pemerintah, maupun pihak swasta.
Forum Mul Pihak
Keterlibatan para pihak pemangku kepen ngan di ngkat daerah (kabupaten maupun provinsi)
maupun desa dapat berperan pen ng dalam perencanaan pengelolaan wilayah pesisir. Masukan
dari para pihak pemangku kepen ngan ini seringkali memberikan wawasan yang lebih luas dan
tepat untuk melakukan perencanaan pengelolaan sumber daya pesisir, mengingat mereka terlibat
dan beresiko terkena dampak ke ka perencanaan pengelolaan telah ditetapkan. Keterlibatan para
pihak dalam perencanaan di wilayah pesisir telah diakomodasi dalam se ap proses perencanaan
seper melalui konsultasi publik. Namun demikian, seringkali masukan para pihak dalam suatu
konsultasi publik kurang bersifat teknis dan lebih bersifat subjek f.
Keterlibatan para pihak pemangku kepen ngan dalam suatu Forum Mul Pihak (FMP) yang
memiliki visi, misi dan tujuan strategis yang jelas dalam mendukung upaya pengelolaan pesisir
akan lebih bersifat efek f dan konstruk f dalam memberikan masukan dalam perencanaan
pengelolaan wilayah pesisir. Pemahaman konsep NKT bagi FMP dapat meningkatkan
pengetahuan dan kapasitas FMP dalam memberikan masukan bagi perencanaan pengelolaan
wilayah pesisir di wilayahya. Di samping keterlibatannya dalam perencanaan, FMP dapat juga
terlibat dalam pengelolaan dan pengawasan pengelolaan wilayah pesisir.

31

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Penutup

6. Penutup
Konsep dan pendekatan Nilai Konservasi Tinggi hanyalah salah satu perangkat dalam memas kan
pengelolaan wilayah pesisir dapat bersifat kolabora f, berkelanjutan. Keberhasilan pengelolaan
wilayah pesisir beserta sumber daya alam dan masyarakatnya bergantung pada komitmen para
pemangku kepen ngan di dalam menjaga dan meningkatkan nilai-nilai yang sangat pen ng ini.
Komitmen dalam menjagai Nilai Konservasi Tinggi di dalam wilayah pesisir ini juga perlu di dukung
oleh kebijakan dan regulasi-regulasi yang relavan dari pemerintah. Komitmen dari pihak unit
pengelola atau pemegang izin pemanfaatan wilayah pesisir dalam hal ini harus juga di dukung oleh
komitmen pemerintah setempat melalui regulasi dan kebijakan yang mendukung juga keterlibatan
masyarakat sangat di perlukan. Karena mereka ini memiliki kontribusi yang menetukan berhasil
daknya kegiatan pengelolaan NKT.
Disamping komitmen yang kuat, perangkat lain yang tak kalah pen ng adalah adanya bimbingan
dan panduan yang memadai kepada para pemangku kepen ngan di dalam menjalankan
pengelolaan dan pemantauan NKT. Keberadaan panduan dan berbagi pengetahuan dalam
mengelola NKT menjadi sangat pen ng. Secara nasional saat ini keberadaan Jaringan NKT
Indonesia dapat membantu para pihak yang berminat dalam berbagi pengetahuan dan
pengalaman dalam mengkaji dan mengelola NKT.
Penyempurnaan terhadap Panduan ini sangatlah diperlukan, mengingat perkembangan
pengetahuan dan permasalahan di wilayah pesisir. Untuk itu pendekatan adap f menjadi landasan
utama dalam pengembangan panduan yang ada saat ini. Karena dengan konsep ini, panduan yang
ada saat ini di harapkan akan terus berkembang dan lebih baik lagi serta kredibel dan bermanfaat.

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

32

Da ar Pustaka

7. Da ar Pustaka
Anonim, 2013. Panduan Umum untuk Iden kasi Nilai Konservasi Tinggi. HCVRN.
Didik Prasetyo, Yokyok Hadiprakarsa, Sutji Shinto. 2013. Panduan Pengelolan dan Pemantauan
Nilai Konservasi Tinggi. Jaringan NKT Indonesia-USAID IFACS.
Miethke, S and M.Galves, 2009, Marine and Coastal High Conserva on Value Areas in Southern
Chile. Interna onal Workshop Report. Valdivia: WWF Chile, 45p.
Nirarita, Ch.E, P. Wibowo, dan D. Padmawinata. 1996. Ekosistem Lahan Basah. Panduan untuk
Guru dan Prak si Pendidikan. Wetlands Interna onal-Indonesia Program. Bogor.
Salafsky, N., R. Margoluis, and K. Redford (2001) Adap ve Management : A tool for conserva on
prac oners. Biodiversity Support Program. Washington DC.

33

PENGENALAN KONSEP NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR

Gedung EDTC - PKSPL IPB, Kampus IPB Baranangsiang


Jl. Raya Pajajaran No.1, Bogor 16127. Telp/Fax : +62251-8343432
www.blucarbonconsor um.org

Anda mungkin juga menyukai