Anda di halaman 1dari 3

REVIEW MKK

Afnan Zuhdy 11518015

Tata Cara Penyusunan Rencana Pengelolaan Pada Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK RI) Menyusun
peraturan nomor P.35/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2016 tentang tata cara penyusunan rencana
pengelolaan pada kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. Peraturan tersebut menetapkan
definisi-definisi mengenai kawasan pelestarian alam di pasal 1 seperti kawasan suaka alam yang
selanjutnya disebut KPA adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan
yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah system penyangga kehidupan. Kawasan
Pelestarian Alam yang selanjutnya disebut KPA adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik daratan
maupun perairan yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan,
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya. Cagar Alam yang selanjutnya disebut CA adalah KSA yang karena
keadaan alamnya mempunyai kekhasan/keunikan jenis tumbuhan dan/ atau keanekaragaman tumbuhan
beserta gejala alam dan ekosistemnya yang memerlukan upaya perlindungan dan pelestarian agar
keberadaan dan perkembangannya dapat berlangsung secara alami. Suaka Margasatwa yang
selanjutnya disebut SM adalah KSA yang mempunyai kekhasan/ keunikan jenis satwa liar dan/ atau
keanekaragaman satwa liar yang untuk kelangsungan hidupnya memerlukan upaya perlindungan dan
pembinaan terhadap populasi dan habitatnya. Taman Nasional yang selanjutnya disebut TN adalah KPA
yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zona yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.

Pasal 2 menjelaskan bahwa tata cara penyusunan rencana pengelolaan KSA dan KPA bertujuan
sebagai pedoman bagi jajaran unit pengelola/UPTD Tahura dalam menyusunan Rencana Pengelolaan
KSA dan KPA atau Taman Buru. Dan Pasal 3 menetapkan ruang lingkup dari peraturan ini: Penyusunan
Rencana Pengelolaan, Penilaian dan Pengesahan Rencana Pengelolaan, dan Evaluasi Rencana

Sesuai dengan pasal 4 dari peraturan mentri Rencana Pengelolaan merupakan dokumen yang
digunakan oleh Unit Pengelola, UPTD TAHURA, serta para pihak terkait untuk menetapkan program
dan rencana aksi dalam mewujudkan tujuan pengelolaan KSA/ KPA. Dan rencana tersebut tersusun
dari Rencana Pengelolaan Jangka Panjang dan Rencana Pengelolaan Jangka Pendek. Rencana
pengelolaan jangka panjang menurut pasal 6 merupakan Rencana Pengelolaan yang disusun
berdasarkan hasil inventarisasi potensi kawasan, penataan kawasan dalam zona/ blok dengan
memperhatikan fungsi kawasan, aspirasi para pihak dan rencana pembangunan daerah dan meliputi
kegiatan pemebentukan tim kerja, penentuan tujuan pengelolaan, strategi dan rencana kegiatan,
penyusunan rencana pemantauan dan evaluasi, konsultasi publik, dan penyusunan dokumen. Rencana
pengelolaan jangka pendek menurut pasal 16 merupakann Rencana Pengelolaan yang bersifat teknis
operasional, kualitatif dan kuantitatif, dan merupakan penjabaran dari Rencana Pengelolaan Jangka
Panjang dan meliputi tujuan dan sasaran, arahan kegiatan dalam rangka pengelolaan, rencana kegiatan,
pembiayaan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

Penilaian dan pengesahan rencana pengelolaan, sesuai dengan pasal 18 mengenai rencana
Pengelolaan Jangka Panjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, disampaikan oleh Unit Pengelola
kepada Direktur Jenderal dengan tembusan Direktur Teknis untuk dilakukan penilaian. Sedankan untuk
rencana pengelolaan jangka pendek, menurut pasal 20, dinilai dan disahkan oleh Kepala Unit
Pengelola/UPTD TAHURA. Untuk evaluasinya sendiri menurut pasal 21 ayat 1 dilakukan oleh Unit
pengelola seminimal-minimalnya setiap 5 tahun sekali. Jika dalam kondisi tertentu antara lain bencana
alam, perubahan luas, perubahan zona atau blok dan perubahan kondisi kawasan, evaluasi sebagaimana
dimaksud pada ayat 1, dapat dilaksanakan kurang dari 5 (lima) tahun.

Peraturan Menteri Lingkunan Hidup dan Kehutanan RI Nomor P.76/Menlhk-Setjen/2015


tetang kriteria zona pengelolaan Taman Nasional dan blok pengelolaan Cagar Alam, Suaka
Margasatwa, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam dipertunjukkan untuk mengelola KSA dan
KPA dalam upaya sistematis pengelolaan kawasan melalui kegiatan perencanaan, perlindungan,
pengawetan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian. Pengendalian tersebut dilakukan dengan
membentuk zona-zona dalam pengelolaan KSA dan KPA. Zona-zona tersebut meliputi;

1. Zona Inti adalah kawasan taman nasional yang mutlak dilindungi dan tidak diperbolehkan
adanya perubahan berupa mengurangi, menghilangkan fungsi dan menambah jenis tumbuhan
dan satwa lain yang tidak asli.
2. Zona Rimba adalah adalah bagian TN yang ditetapkan karena letak, kondisi dan potensinya
mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan.
3. Zona Pemanfaatan adalah bagian dari TN yang ditetapkan karena letak, kondisi dan potensi
alamnya yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan kondisi
lingkungan lainnya.
4. Blok Perlindungan adalah bagian dari kawasan yang ditetapkan sebagai areal untuk
perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya pada kawasan selain
taman nasional.
5. Blok Pemanfaatan adalah bagian dari SM, TWA dan TAHURA yang ditetapkan karena letak,
kondisi dan potensi alamnya yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam
dan kondisi lingkungan lainnya.
6. Zona/Blok Perlindungan bahari adalah bagian dari kawasan perairan laut yang ditetapkan
sebagai areal perlindungan jenis tumbuhan, satwa dan ekosistem serta sistem penyangga
kehidupan.
7. Blok Koleksi tumbuhan dan/atau satwa adalah bagian dari TAHURA yang ditetapkan sebagai
areal untuk koleksi tumbuhan dan/atau satwa.
8. Zona/Blok Tradisional adalah bagian dari KPA yang ditetapkan sebagai areal untuk
kepentingan pemanfaatan tradisional oleh masyarakat yang secara turun-temurun mempunyai
ketergantungan dengan sumber daya alam.
9. Zona/Blok Rehabilitasi adalah bagian dari KSA/KPA yang ditetapkan sebagai areal untuk
pemulihan komunitas hayati dan ekosistemnya yang mengalami kerusakan.
10. Zona/Blok Religi, Budaya dan Sejarah adalah bagian dari KSA/KPA yang ditetapkan sebagai
areal untuk kegiatan keagamaan, kegiatan adat-budaya, perlindungan nilai-nilai budaya atau
sejarah.
11. Zona/Blok Khusus adalah bagian dari KSA/KPA yang ditetapkan sebagai areal untuk
pemukiman kelompok masyarakat dan aktivitas kehidupannya dan/atau bagi kepentingan
pembangunan sarana telekomunikasi dan listrik, fasilitas transportasi dan lain-lain yang bersifat
strategis.

Pembagian dari zonasi-zonasi tersebu memenuhi ruang lingkup kriteria sesuai dengan pasal 3
yang meliputi; tujuan pengelolaan, jenis dna kriteria zona pengelolaan atau blok pengelolaan, peruntuka
zona pengelolaan atau blok pengelolaan, dan pemantauan dan evaluasi zona pengelolaan atau blok
pengelolaan. Menurut pasal 4 pengelolaan KSA dan KPA bertujuan memberikan gambaran arah
pengelolaan dan target yang akan dicapai dalam waktu sepuluh tahun (10) kedepan. Bentuk pengelolaan
dan penataan pada zona-zona di KSA dan KPA juga harus melibatkan pemerintah daerah setempat,
lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, masyarakat, dan pihak lain yang berinteraksi baik
secara langsung maupun tidak langsung dan berkepentingan atas keberadaan KSA dan KPA, sesuai
dengan pasal 22 ayat 2.

Anda mungkin juga menyukai