Anda di halaman 1dari 3

MANFAAT BIODIVERSITAS

Biodiversitas memiliki banyak banyak manfaat baik yang langsung maupun yang tidak langsung,
yaitu:
a) Aspek ekologi ;
Jasa ekosistem, seperti: air minum yang bersih, pembentukan dan perlindungan tanah,
penyimpanan dan daur hara, mengurangi dan menerap polusi, berkontribusi terhadap
stabilitas iklim, pemeliharaan ekosistem, dan penyerbukan tanaman.
b) Aspek ekonomi :
Sumber daya hayati, seperti: makanan, obat-obatan, bahan baku industri, tanaman hias,
stok untuk pemuliaan dan penyimpanan populasi.
c) Aspek sosial :
pendidikan, rekreasi dan penelitian, serta budaya Biodiversitas telah memberi berbagai
bahan pangan untuk kehidupan umat manusia, namun keberlanjutannya terancam

TANTANGAN BIODIVERSITAS

Peningkatan populasi manusia yang berakibat pada meningkatnya konsumsi merupakan


penyebab antropogenik utama penurunan dan hilangnya habitat bagi keanekaragaman hayati. Di luar
itu, perubahan iklim merupakan yang menyebabkan perubahan habitat baik di laut maupun di daratan.
Tingkat konsumsi manusia saat ini menimbulkan ancaman berkelanjutan bagi bumi. Hal ini
mempengaruhi keanekaragaman hayati dan beberapa jenis hampir punah.

Beberapa justifikasi untuk mengelola ekosistem mangrove secara berkelanjutan adalah :


1. Mangrove merupakan SDA yang dapat dipulihkan (renewable resources atau flow
resources yang mempunyai manfaat ganda (manfaat ekonomis dan ekologis).
Berdasarkan sejarah, sudah sejak dulu hutan mangrove merupakan penyedia berbagai
keperluan hidup bagi berbagai masyarakat lokal. Selain itu sesuai dengan perkembangan
IPTEK, hutan mangrove menyediakan berbagai jenis sumber daya sebagai bahan baku
industri dan berbagai komoditas perdagangan yang bernilai ekonomis tinggi yang dapat
menambah devisa negara. Secara garis besar, manfaat ekonomis dan ekologis mangrove.
2. Mangrove mempunyai nilai produksi primer bersih (PPB) yang cukup tinggi, yakni :
biomassa (62,9-398,8 ton/ha), guguran serasah (5,8-25,8 ton/ha/th) dan riap volume (20
ton/ha/th, 9 m3/ha/th pada hutan tanaman bakau umur 20 tahun). Besarnya nilai produksi
primer ini cukup berarti bagi penggerak rantai pangan kehidupan berbagai jenis
organisme akuatik di pesisir dan ehidupan masyarakat pesisir itu sendiri
3. Dalam skala internasional, regional dan nasional, hutan mangrove luasnya relatif kecil
bila dibandingkan, baik dengan luas daratan maupun luasan tipe hutan lainnya, padahal
manfaatnya (ekonomis dan ekologis) sangat penting bagi kelangsungan kehidupan
masyarakat (khususnya masyarakat pesisir), sedangkan dipihak lain ekosistem mangrove
bersifat rentan (fragile) terhadap gangguan dan cukup sulit untuk merehabilitasi
kerusakannya.
4. Ekosistem mangrove, baik secara sendiri maupun bersama dengan ekosistem padang
lamun dan terumbu karang berperan penting dalam stabilisasi suatu ekosistem pesisir,
baik secara fisik maupun biologis.
5. Ekosistem mangrove merupakan sumber plasma nutfah yang cukup tinggi yang saat ini
sebagaian besar manfaatnya belum diketahui.

Pengelolaan Ekosistem Mangrove Secara Berkelanjutan, mempunyai tujuan utama


untuk menciptakan ekosistem yang produktif dan berkelanjutan untuk menopang
berbagai kebutuhan pengelolaannya. Oleh karena itu pengelolaan SDA harus
diarahkan agar :
1. Praktek pengelolaan SDA harus meliputi kegiatan eksploitasi dan pembinaan yang
tujuannya mengusahakan agar penurunan daya produksi alam akibat tindakan
eksploitasi dapat diimbangi dengan tindakan peremajaan dan pembinaan. Maka
diharapkan manfaat maksimal dari SDA dapat diperoleh secara terus menerus.
2. Dalam pengelolaan SDA yang berkelanjutan, pertimbangan ekologi dan ekonomi
harus seimbang, oleh karena itu pemanfaatan berbagai jenis produk yang
diinginkan oleh pengelola dapat dicapai dengan mempertahankan kelestarian SDA
tersebut dan lingkungannya.

Dengan demikian secara filosofis, pengelolaan SDA berkelanjutan dipraktekan untuk


memenuhi kebutuhan saat ini dari pengelola, dengan tanpa mengabaikan pemenuhan
kebutuhan bagi generasi yang akan datang, baik dari segi keberlanjutan hasil maupun fungsi.
Pengelolaan ekosistem (hutan) mangrove mencakup tiga bentuk kegiatan pokok, yakni :
a) Pengusahaan hutan mangrove yang kegiatannya dapat dikendalikan dengan penerapan
sistem silvikultur dan pengaturan kontrak (pemberian konsensi).
b) Perlindungan dan pelestarian hutan mangrove yang dilakukan dengan cara menunjuk,
menetapkan dan mengukuhkan hutan mangrove menjadi hutan lindung, hutan konservasi
(Suaka Alam, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Hutan Wisata, dll) dan kawasan
lindung lainnya (Jalur hijau, sempadan pantai/sungai, dll)
c) Rehabilitasi kawasan mangrove yang rusak sesuai dengan tujuan pengelolaannya dengan
pendekatan pelaksanaan dan penggunaan iptek yang tepat guna.
Beberapa hal yang dimungkinkan menjadi sumber kerusakan dan perubahan fisik
lingkungan wilayah pesisir dan ekosistem hutan mangrove antara lain:
a. Semakin meningkatnya penebangan hutan dan jeleknya pengelolaan lahan di darat, dapat
meningkatkan sedimentasi di wilayah mangrove.
b. Pola pemanfaatan sumberdaya hayati laut yang tidak memperhatikan daya dukung
produktifitas pada suatu kawasan mangrove, seperti sumberdaya perikanan, sehingga
kawasan muara sungai tersebut terus mendapat tekanan dan menyebabkan menurunnya
produktifitasnya
c. Meningkatnya pembangunan di lahan atas (up-land) menjadi kawasan Industri,
pemukiman, pertanian menjadikan sumber limbah yang bersama-sama dengan aliran
sungai akan memperburuk kondisi wilayah mangrove.
Guna mengetahui keterlibatan masyarakat pesisir dalam melaksanakan pembangunan
berkelanjutan khususnya dalam pengelolaan ekosistem Hutan Mangrove dilakukan dengan
mengkaji tingkat persepsi dan partisipasi masyarakatnya.

Anda mungkin juga menyukai