Anda di halaman 1dari 5

UNIVERSITAS DIPONEGORO

DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP PERAN DAN PERUBAHAN


EKOLOGI KOTA

TUGAS ESSAY

MATA KULIAH EKOLOGI DAN ILMU LINGKUNGAN

JURIKE WINARENDRI, ST
30000117410025

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO


JURUSAN MAGISTER ILMU LINGKUNGAN

SEMARANG
2017
DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP PERUBAHAN EKOLOGI KOTA

Kota adalah sistem ekologi yang kompleks didominasi oleh manusia. Dalam hal ini kota
dapat dianggap sebagai sebuah ekosistem, yaitu sebagai lingkungan hidup buatan hasil dari
suatu proses interaksi antara manusia dengan manusia dan antara manusia dengan
lingkungannya (Harsiti, 1992). Ekologi berasal dari bahasa Yunani (oikos artinya rumah atau
tempat hidup). Secara harfiah, ekologi adalah pengkajian hubungan organisme-organisme atau
kelompok organisme terhadap lingkungannya (Zoer’ani Djamal Irwan,2005:19). Kaitannya
dengan perkotaan, ekologi kota berarti mempelajari lingkungan perkotaan. Elemen-elemen kota
diantaranya tata guna lahan, bentuk dan masa bangunan, sirkulasi dan parkir, jalur pejalan kaki,
activity support, ruang terbuka hijau dan penanda (Shirvani, 1985).
Ekologi Kota adalah interaksi antara organisme dengan lingkungan fisiknya yang
terdapat di suatu wilayah perkotaan. Ekologi Kota atau desa terbentuk sebagai hasil interaksi
panjang antara sekelompok masyarakat tertentu dengan karakter kependudukan, sosial,
ekonomi, dan budaya tertentu, dengan lingkungan hidupnya.Lingkungan hidup yang terbentuk
saat ini adalah produk historis dari situasi kependudukan, sosial, ekonomi dan masyarakat yang
berlangsung di masa lalu. Baik atau buruknya kondisi lingkungan hidup kota atau desa saat ini
adalah produk historis dari bagaimana suatu masyarakat memandang, menilai, menyikapi dan
mengatur kehidupan bersama terutama yang berkenaan dengan lingkungan hidupnya.
Lingkungan sendiri merupakan ruang yang ditempati makhluk hidup bersama benda
hidup dan tak hidup. Erat kaitannya dengan lingkungan ini adalah ekosistem. Ekosistem
perkotaan dapat mengalami gangguan seiring dengan gangguan terhadap lingkungan hidup.
Menurut Sundari (2010), dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) dan pesatnya berbagai pembangunan di perkotaan telah banyak mengakibatkan
kualitas lingkungan hidup di kota-kota besar yang cenderung mengalami penurunan drastis. Ini
disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya jumlah kepadatan penduduk, semakin
berkurangnya kawasan bervegetasi yang menyebabkan meningkatnya run-off, luas resapan air
di kota-kota besar berkurang hingga debit air yang masuk ke sungai meningkat, sedangkan
persediaan air tanah berkurang serta menambah kritisnya cadangan air tanah yang nantinya
akan mempengaruhi perubahan ekologi kota.
Dalam konteks ekologi urban, kota adalah sistem ekologi yang kompleks didominasi
oleh manusia. Elemen manusia membuat mereka berbeda dari ekosistem alam dalam banyak
hal. Dari dinamika, dan aliran energi dan materi (Rebele, 1994; Collins et al, 2000; Pickett et al,
2001). Karena perubahan adalah properti yang melekat pada sistem ekologi, kapasitas
ekosistem perkotaan untuk merespon dan beradaptasi pada perubahan ini merupakan faktor
penting dalam menciptakan kota yang berkelanjutan secara jangka panjang (Alberti dan
Marzluff, 2004). Ekologi telah memberikan bukti peningkatan peran manusia secara dramatis
mengubah ekosistem bumi melalui peningkatan heterogenitas lanskap, perubahan siklus energi
dan materi bumi (Vitousek et al. 1997). Tindakan manusia telah merubah 30% hingga 50%
permukaan tanah dan telah menggunakan setengah dari akses air tawar. Sekarang lebih
banyak fiksasi nitrogen secara sintetis dibandingkan alami dalam ekosistem darat. (Vitousek et
al. 1986).
Tujuan umum secara ekologi atau sosial memungkinkan masyarakat dapat mencegah
konflik-konflik. Secara umum dapat dikemukakan bahwa pembangunan kota menurut Page dan
Seyfriend (1970) mempunyai fungsi dan tujuan untuk memenuhi kebutuhan penduduk agar
dapat bertahan dan melanjutkan hidup, serta meningkatkan kualitas hidup. Pembangunan kota
memang tidak salah namun dalam prosesnya telah membawa perubahan bagi lingkungan
perkotaan yang cukup signifikan akibat dari perkembangan kota. Perkembangan kota ini sejalan
dengan peningkatan jumlah penduduk dan tuntutan kebutuhan hidup dalam aspek politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi sehingga mengakibatkan meningkatnya kegiatan
penduduk. Peningkatan kegiatan penduduk mendorong peningkatan kebutuhan ruang yang
besar untuk menampung kegiatan tersebut.
Kawasan perkotaan yang mempunyai derajat aksesiblitas fisik paling tinggi
menyebabkan daerah ini paling ideal untuk mengembangkan kegiatan ekonomi kota. Sampai
dengan dekade kedua abad 20, daerah pusat kota masih didominasi oleh bangunan-bangunan
tidak bertingkat, namun setelah itu beberapa bangunan bertingkat mulai dibangun di pusat kota.
Penyebab utamanya adalah upaya intensifikasi fungsi di bagian dalam kota yang sejalan
dengan makin langkanya lahan-lahan kosong dan semakin tingginya frekuensi dan volume
kegiatan kota (Yunus, 2004). Dengan meningkatnya ruang komersial sementara pasokan yang
ada terbatas, membuat tingkat kekosongan ruang di kota-kota besar mengalami penurunan.
Pada tahun 2012 terjadi perubahan pemanfaatan lahan yang cukup besar. Lahan yang
semula dimanfaatkan untuk permukiman dan RTH berubah menjadi lahan komersial untuk
kegiatan perdagangan dan jasa. Penghuni asli banyak yang pindah, aktivitas permukiman dan
bentuk bangunan rumah sudah berubah mengikuti perkembangan aktivitas perdagangan dan
jasa. Kawasan menjadi semakin ramai karena banyak pendatang dan kurang nyaman untuk
dijadikan sebagai kawasan bertempat tinggal. Pengembangan kawasan komersial harus
diimbangi dengan penyediaan kawasan permukiman untuk menampung para pekerja dan
penghuni di dalamnya. Apabila ruang-ruang perkotaan tidak dimonitoring atau direncanakan
secara matang akan mengakibatkan deteriorisasi lingkungan perkotaan (Bosselman, 2009).
Oleh karena itu, Pemerintah dan masyarakat harus siap memantau perkembangan dan
perubahan kawasan yang terjadi agar dapat menciptakan pembangunan yang diarahkan pada
peningkatan kualitas, mewujudkan tata ruang dan infrastruktur yang berkelanjutan untuk
mendorong kesejahteraan masyarakat.

PENUTUP
Berdasarkan prinsip dasar dari ekologi maka ekologi daerah kota adalah studi ilmiah
tentang hubungan organisme hidup satu sama lain dan lingkungannya dalam konteks
lingkungan perkotaan yang menjadi kajian. Lingkungan perkotaan mengacu pada lingkungan
yang didominasi oleh bangunan perumahan yang sangat padat dan komersial, permukaan
beraspal, dan pengaruh manusia yang dominan dalam penciptaan landscape yang unik dan
berbeda dengan lingkungan yang banyak dipelajari sebelumnya di bidang ekologi (Niemela,
1999). Studi ekologi perkotaan meningkat dan menjadi penting, karena dalam empat puluh
tahun ke depan, dua pertiga dari penduduk dunia akan tinggal di kota dan memperluas pusat-
pusat perkotaan (United Nations, 2007). Selain itu, ekologi kota bersifat interdisipliner yang
memiliki akar berbagai disiplin ilmu meliputi sosiologi perencanaan, geografi perkotaan,
arsitektur lanskap, teknik, ekonomi, antropologi, klimatologi, kesehatan masyarakat, dan ekologi
(Marzluff et al, 2008).
Menurut penilaian ekosistem terbaru global, manusia memiliki kemampuan mengubah
ekosistem yang lebih cepat selama 50 tahun terakhir, dibanding waktu lain dalam sejarah
manusia, dan sebagai konsekuensinya telah dimodifikasi keanekaragaman hayati yang sifatnya
ireversibel (Turner et al. 1990, MEA, 2005). Dengan demikian ekosistem bumi semakin
dipengaruhi oleh kecepatan dan pola pertumbuhan perkotaan, dan sangat berpengaruh untuk
membuat daerah perkotaan yang berkelanjutan. Perubahan urbanisasi yang luar biasa
menentukan masa depan ekosistem, akan tergantung pada perubahan yang dilakukan akibat
aktivitas manusia.
Dengan demikian maka setiap pembangunan terutama di kawasan perkotaan akan
menimbulkan perubahan dan setiap perubahan akan selalu ada dampak lingkungannya. Oleh
karena itu pembangunan perkotaan yang merupakan bagian dari perkembangan kota
hendaknya mempertimbangkan keseimbangan ekosistem, yang artinya dengan tidak merusak
prinsip-prinsip ekologi.
DAFTAR PUSTAKA

Alberti, M., and J. Marzluff. 2004a. Ecological Resilience in Urban Ecosystems: Linking Urban
Patterns to Human and Ecological Functions.Urban Ecosystems , 7:241–265.
Bosselmann, Peter. 2009. Urban Transformation : Understanding City Design and Form. Island
Press, Suite 300, 1718 Connecticut Avenue, Washington DC.
Collins, J. P. 2000. A new urban ecology. American Scientist, hal. 88:416–425.
Collins, J. P. 2000. A New Urban Ecology.American Scientist 88 , hal. 416425.
Djamal Irwan, Zoer’aini, Tantangan Lingkungan dan Hutan Kota, Jakarta : Bumi Aksara, 2005
Harsiti. 1992. Pusat Analisis Informasi Ekologi Perkotaan. Perpustakaan Universitas Indonesia
Marzluff, J. M., Shulenberge, E., Endlicher, W., Alberti, M., Bradley, G., Ryan, C., et al. 2008.
Urban Ecology, An International Perspective on the Interaction Between Hunmans and
Nature. Dalam J. M. al (Penyunt.). (hal. VII-VIII). New York: Springer
Science+Business Media, LLC.
MEA. 2005. Ecosystems and Human Wellbeing: Synthesis. Millennium Ecosystem Assessment.
Washington, DC: Island Press.
Page, A.N and W.R. Seyfried, 1970, Urban Analysis, Washington : Scott Foresman and
Company.
Pickett, S. T. 2001. Urban ecological systems:Linking terrestrial ecological, physical, and
socioeconomic components of metropolitan areas. hal. 32:127–157
Rebele, F. 1994. Urban Ecology and Special Features of Urban Ecosystems. hal. 4:173–187.
Shirvani, Hamid. 1985. The Urban Design Process. New York : Van Nostrand Reinhold
Company,Inc.
Sundari, E. S. (2010). Studi untuk menentukan fungsi hutan kota dalam masalah lingkungan
perkotaan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA, 7(2), pp-68.
Turner, B. L. II., W. Clark, R. Kates, J. Richards, J. Mathew, and W. Meyer (eds). 1990. The
Earth as Transformed by Human Action: Global and Regional Changes in the
Biosphere Over the Past 300 Years. Cambrige, United Kingkom: Cambridge University
Press.
United Nations. 2007. World Urbanization Prospects. New York: UN.
Vitousek, P. M., P. R. Ehrlich, A. H. Ehrlich, and P. A. Matson. 1986. Human appropriation of
the products of photosynthesis.Bioscience, 36:368–373.
Vitousek, P.M., C. M. D’Antonio, L. L. Loope, M. Rejmanek, and R. Westbrooks. 1997.
Introduced species: ASignificant Component of Human-Caused Global Change.New
Zealand Journal of Ecology; 21:1–16.
Yunus, Hadi Sabari. 2004.Struktur Tata Ruang Kota, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai