Anda di halaman 1dari 6

Jurike Winarendri

30000117410025
Tugas Mata Kuliah Ekologi dan Ilmu Lingkungan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era globalisasi ini negara-negara di dunia telah mengalami pembangunan kota yang begitu
pesat. Pembangunan kota harus diupayakan untuk lebih meningkatkan produktifitas yang dapat
mendorong sektor-sektor perekonomian, akan tetapi pengembangannya perlu memperhatikan
ketersediaan sumberdaya, agar pemanfaatan sumberdaya untuk pelayanan sarana dan prasarana kota lebih
efisien. Pada umumnya kota diartikan sebagai suatu wilayah dimana terdapat pemusatan (konsentrasi)
penduduk dengan berbagai jenis kegiatan ekonomi, sosial, budaya, dan administrasi pemerintahan
Adisasmita (2006). Pertumbuhan kota dengan diiringi penduduk yang besar bagaimanapun akan
membutuhkan area yang lebih besar, sehingga akan menimbulkan permasalahan dengan alam.
Pembangunan kota harus memperhatikan alam dan lingkungan sebagaimana konsep E. Howard dengan
Garden City-nya. Kota besar bukanlah tempat yang cocok untuk tempat tinggal jika persoalan lingkungan
diabaikan. Demikian juga yang disampaikan Geddes, bahwa alam merupakan unit terpenting bagi
kelangsungan aktivitas kota (Kuswartojo, 1997). Hal ini dikarenakan pembangunan kota menjadi faktor
dalam menentukan perkembangan di kawasan perkotaan. Perkembangan perkotaan merupakan gabungan
bekerjanya faktor-faktor struktural pada tingkat internasional maupun nasional/ regional serta faktor
sosial demografi.
Pada awal perkembangannya, suatu kota didominasi oleh konsentrasi kegiatan-kegiatan utama
kota di bagian pusat kota dan dikelilingi oleh daerah permukiman. Fungsi yang diemban kota, yaitu
aktivitas utama atau yang paling menonjol yang dijalankan oleh kota tersebut mempengaruhi
perkembangan suatu kota (Branch, 1995). Disebutkan pula, Sukirno (1976) dalam Sjafrizal (2012) bahwa
urbanisasi dan pembangunan ekonomi merupakan faktor penting dalam menciptakan perkembangan kota.
Pembangunan sebagai suatu upaya perubahan untuk mewujudkan suatu kondisi kehidupan bernegara dan
bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang. Untuk menentukan laju pembangunan suatu kota
digunakan ukuran laju perkembangan penduduknya. Pertumbuhan penduduk yang begitu cepat akan
berpengaruh terhadap berbagai macam aktivitas di dalam kota dan konsekuensi akan berdampak pada
pembangunan perkotaan, sehingga perubahan penggunaan lahan dapat diartikan sebagai suatu proses
pilihan pemanfaatan ruang guna memperoleh manfaat yang optimum, baik untuk pertanian maupun non

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO


JURUSAN MAGISTER ILMU LINGKUNGAN
Jurike Winarendri
30000117410025
Tugas Mata Kuliah Ekologi dan Ilmu Lingkungan

pertanian. Terjadinya perubahan pada aspek fisik dan non fisik dalam tata ruang perkotaan karena adanya
dukungan dari faktor eksternal dan internal. Sebagai faktor eksternal adalah lokasi alam dan letak dari
kota dengan sekitarnya, sedangkan faktor internal adalah kependudukan, pelayanan sosial ekonomi dan
kemampuan mengelola pembangunan dalam menciptakan suatu iklim yang dapat merangsang
pertumbuhan.
Kota Semarang merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki dinamika perkembangan
kota yang semakin pesat. Dinamika perkembangan kota dapat ditinjau dari peningkatan aktilitas kegiatan
sosial ekonomi dan pergerakan arus mobilitas penduduk, yang pada akhirnya menuntut kebutuhan ruang
bagi pemukiman (Koestoer, 2001). Perkembangan kota Semarang yang ditandai dengan berbagai
pembangunan fisik ini rupanya kurang memperhatikan aspek ekologis sehingga berdampak pada
menurunnya kualitas lingkungan perkotaan. Menurunnya kualitas lingkungan dapat dilihat dari
munculnya potensi bencana alam di kawasan perkotaan seperti banjir rob dan penurunan muka tanah
(land subsidence) terutama di daerah pesisir dan kawasan perkotaan yang didominas oleh permukiman
penduduk. Permukiman sebagai bagian dari lingkungan hidup dan merupakan lingkungan hidup buatan
manusia yang dilengkapi prasarana lingkungan untuk mencapai kesejahteraan hidup serta pemenuhan
kebutuhan lahir dan batin.
Wilayah Semarang Timur merupakan daerah permukiman padat penduduk di Kota Semarang
yang memiliki kerawanan terhadap penurunan muka tanah (land subsidence). Kepadatan penduduk yang
tinggi dan minimnya infrastruktur sanitasi lingkungan semakin memperburuk penurunan muka tanah di
kawasan tersebut. Sistem sanitasi terdiri dari pengelolaan sampah, limbah domestik, saluran drainase dan
pengelolaan air bersih. Peningkatan jumlah penduduk mendorong peningkatan kebutuhan ruang untuk
tempat tinggal. Semakin banyak penduduk yang bermukim maka semakin banyak pula buangan limbah
dan kebutuhan air bersih. Hal tersebut tentunya berpengaruh pada perubahan ketersediaan sumber daya
alam di suatu wilayah. Jumlah penduduk di wilayah Semarang Timur pada lima tahun terakhir mengalami
penurunan sekitar 1,4% setiap tahunnya dari 79.615 jiwa pada tahun 2012 menjadi 76.608 jiwa pada
tahun 2017 (BPS Kota Semarang, 2017). Penurunan jumlah penduduk di wilayah Semarang Timur ini
disebabkan oleh dampak degradasi lingkungan terutama penurunan muka tanah (land subsidence).
Pada kasus penurunan muka tanah yang terjadi setiap tahunnya diakibatkan oleh pengambilan air
secara berlebihan dari sumber air sumur arthesis. Susanto (2010) memprediksi bahwa pada tahun 2030,
Kota Semarang akan mengalami krisis air bersih. Hal ini terjadi karena kebutuhan air bersih untuk
kegiatan industri pada tahun 2010 sudah mencapai 90% yang diambil dari air bawah tanah sekitar 3.17 x
106 m3 , kemudian kebutuhan air untuk penduduk permukiman sebesar 263,267 m 3 . Adapun kebutuhan

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO


JURUSAN MAGISTER ILMU LINGKUNGAN
Jurike Winarendri
30000117410025
Tugas Mata Kuliah Ekologi dan Ilmu Lingkungan

air bersih untuk hotel diasumsikan 150 liter per orang per hari atau sekitar 236,940 m 3 air bersih diambil
dari sumber air bawah tanah. Total jumlah pengambilan air bawah tanah (groundwater) di Kota Semarang
diprediksikan mencapai 4.04 x 106 m3. Pada umumnya air bawah tanah sifatnya kompleks terutama di
Kota Semarang yang telah mengalami intrusi air laur sehingga terjadi kontaminasi sumber air bawah
tanah. Akibat dari penurunan muka tanah ini bangunan rumah menjadi lebih rendah dari jalan sehingga
ketika curah hujan tinggi akan menyebabkan banjir. Terlebih lagi kurangnya proporsi ruang terbuka hijau
di setiap rumah tangga atau kurangnya daerah resapan air semakin memperparah banjir di kawasan ini.
Oleh karena itu, Zhou et al. (2005) berpendapat bahwa pengembangan model intrusi air laut dapat
membantu upaya manajemen sumber daya air terutama sumber air bawah tanah (groundwater) pada
akuifer.
Sistem drainase di kawasan permukiman ini menampung limpahan air hujan dan air limbah
rumah tangga sehingga buangan air melebihi kapasitas volume saluran drainase. Ditambah lagi lokasi
wilayah Semarang Timur yang memiliki topografi datar menyebabkan buangan air pada sistem drainase
tidak mengalir dengan lancar dan cenderung menggenang sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap.
Adapun sistem persampahan di kawasan permukiman ini juga masih dikelola secara konvensional
sehingga sampah dibiarkan menumpuk dan mengganggu estetika lingkungan maupun kualitas lingkungan
publik. Oleh karena itu, pengelolaan sistem sanitasi harus menjadi prioritas utama karena dampak yang
ditimbulkan dapat berpengaruh pada lingkungan, kesehatan masyarakat dan perkembangan kota.
Kerjasama stakeholder dan perubahan perilaku masyarakat juga dibutuhkan untuk mengurangi dampak
degradasi lingkungan di wilayah Semarang Timur.

1.2 Rumusan Masalah


Kawasan permukiman yang padat penduduk di wilayah Semarang Timur saat ini telah mengalami
fenomena land subsidence atau penurunan muka tanah dan rumah sebesar 10-15 meter per tahun.
Penurunan muka tanah ini disebabkan oleh penggunaan sumur arthesis (sumber air bersih) yang
berlebihan bagi rumah tangga sehingga komposisi air di dalam tanah semakin berkurang. Ditambah lagi
topografi yang datar dan sistem drainase yang bercampur dengan limbah rumah tangga menyebabkan
kawasan tersebut rawan terhadap banjir atau luapan air hujan. Akibatnya jalan-jalan lingkungan
permukiman dan bangunan rumah harus ditinggikan dengan biaya yang ditanggung oleh setiap rumah
tangganya. Selain itu, sistem persampahan yang konvensional juga menyebabkan kondisi sanitasi di
lingkungan tersebut semakin buruk.

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO


JURUSAN MAGISTER ILMU LINGKUNGAN
Jurike Winarendri
30000117410025
Tugas Mata Kuliah Ekologi dan Ilmu Lingkungan

Dengan demikian maka muncul pertanyaan penelitian atau research question sebagai berikut:
1) Bagaimana kondisi sistem sanitasi di kawasan permukiman wilayah Semarang Timur?
2) Apa saja dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan dari degradasi lingkungan (penurunan
muka tanah) di kawasan permukiman wilayah Semarang Timur?
3) Bagaimana model pengelolaan sistem sanitasi di kawasan permukiman yang mengalami
degradasi lingkungan?

1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengkaji model sistem sanitasi kawasan
permukiman yang telah mengalami degradasi lingkungan di wilayah Semarang Timur.

1.3.2 Sasaran Penelitian


Untuk mencapai tujuan maka upaya sasaran yang dilakukan sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi dan menganalisis kondisi sistem sanitasi di kawasan permukiman wilayah
Semarang Timur.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan dari degradasi
lingkungan (penurunan muka tanah) di kawasan permukiman wilayah Semarang Timur?
3. Merumuskan dan menganalisis model pengelolaan sistem sanitasi di kawasan permukiman yang
mengalami degradasi lingkungan?

1.4 Ruang Lingkup


1.4.1 Lokasi Penelitian
Lokasi studi penelitian adalah kawasan permukiman di wilayah Semarang Timur. Kawasan
permukiman di wilayah Semarang Timur merupakan kawasan permukiman terpadat di Kota Semarang
yang dilengkapi sarana dan prasarana publik. Berdasarkan RDTR Kota Semarang, wilayah studi
penelitian memiliki luas 770 Ha dan terbagi menjadi kawasan permukiman, perdagangan jasa, fasilitas
umum. Kepadatan penduduk di wilayah Semarang Timur adalah ± 9.949 jiwa/hektar.

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO


JURUSAN MAGISTER ILMU LINGKUNGAN
Jurike Winarendri
30000117410025
Tugas Mata Kuliah Ekologi dan Ilmu Lingkungan

1.4.2 Ruang Lingkup Materi


Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengkaji model sistem sanitasi
kawasan permukiman yang telah mengalami degradasi lingkungan di wilayah Semarang Timur memiliki
batasan substansi dalam penelitian, meliputi :
1. Sistem sanitasi yang menjadi objek penelitian adalah sistem drainase, sistem air limbah rumah
tangga, sistem air bersih dan sistem persampahan. Sedangkan kawasan permukiman yang
menjadi objek penelitian adalah permukiman wilayah Semarang Timur.
2. Masyarakat yang menjadi objek penelitian adalah penghuni atau rumah tangga yang berada di
wilayah Semarang Timur yang diwakilkan oleh Kepala Keluarga.
3. Dalam melalukan penelitian terhadap model pengembangan sistem sanitasi di kawasan
permukiman wilayah Semarang Timur, lingkup analisis yang dilakukan dalam penelitian dibatasi
pada 3 analisis, yaitu:
a. Analisis kondisi sistem sanitasi di kawasan permukiman
b. Analisis dampak ekonomi dan sosial penghuni permukiman
c. Analisis model sistem sanitasi permukiman yang terfokus pada sistem drainasem sistem air
bersih dan sistem persampahan.
Dari ketiga analisis tersebut, model pengembangan sistem sanitasi permukiman di wilayah
Semarang Timur dapat dikaji. Suatu lingkungan kawasan permukiman dapat dikatakan baik apabila
memiliki lokasi kawasan yang baik, kualitas hunian yang baik, sarana dan prasarana lingkungan yang
memadai (Departemen Pekerjaan Umum). Hasil kajian model pengembangan sistem sanitasi kawasan
permukiman tersebut menggambarkan pengembangan sistem sanitasi yang cocok dan sesuai dengan
kondisi permukiman di wilayah Semarang Timur yang telah meangalami degradasi lingkungan sebagai
bentuk adaptasi demi menjaga lingkungan permukiman yang sustainable di masa mendatang.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian diharapkan dapat memberi kontribusi bagi perkembangan ilmu
pengetahuan mengenai pengembangan model sistem sanitasi di kawasan permukiman dalam lingkup
ruang perkotaan. Penelitian ini mengacu pada 2 hal, yaitu Peraturan Daerah No. 14 Tahun 2011 mengenai
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang dan Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman untuk menciptakan lingkungan permukiman dengan memperhatikan fungsi

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO


JURUSAN MAGISTER ILMU LINGKUNGAN
Jurike Winarendri
30000117410025
Tugas Mata Kuliah Ekologi dan Ilmu Lingkungan

dan peranan perkotaan serta mewujudkan kota sebagai pusat pembangunan dan tercapai pemanfaatan
ruang kota yang terpadu, berdaya guna, serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan.

1.5.2 Manfaat Praktis


Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukkan bagi pemerintah maupun masyarakat
sebagai pihak yang terdampak langsung agar memiliki kesadaran untuk membangun dan menjaga
lingkungan permukiman dengan memperhatikan keterpaduan dan keseimbangan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R. (2006). Pembangunan pedesaan dan perkotaan. Graha Ilmu.


Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. “Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun
2011 -2031”. 2011. Kota Semarang.
Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2017. Kota Semarang Dalam Angka 2017
Branch, Melville C. (1995), Perencanaan Kota Komprehensif : Penerjemah Ir. Bambang Hari Wibisono
MUP MSc, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Ditjen Cipta Karya Depertemen Pekerjaan Umum. “Kamus Tata Ruang” .1997
Koestoer, Raldi H. 2001. Dimensi Keruangan Kota - Teori dan Kasus. Jakarta: UI-Press
Kuswartojo, tjuk dan suparti A. Salim. 1997. Perumahan dan Pemukiman Yang Berwawasan Lingkungan.
Jakarta: Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi Dapertemen dan Kebudayaan.
Sjafrizal. 2012. Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: Raja Grafndo Persada
Sukirno, Sadono.1976. Beberapa Aspek Dalam Persoalan Pembangunan. Jakarta: LP3ES UI.
Susanto A.(2010), Strategi Konservasi Pemanfaatan Air tanahSebagai Sumber Air Bersih Di Kota
Semarang Yang Berkelanjutan, Journal of FMIPA UT.Semarang.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Perumahan
Zhou, Q., Bear, J., Bensabat, J.(2005), Saltwater upconing and decay beneath a well pumping above an
interface zone. Journal of Transport in Porous Media.

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO


JURUSAN MAGISTER ILMU LINGKUNGAN

Anda mungkin juga menyukai