TINJAUAN PUSTAKA
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) adalah salah satu unit pelaksanaan Teknis Direktorat
jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (UPT Ditjen KSDAE) Tipe A eselon II-B, sesuai
dengan peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.: P.8/Menlhk/Setjen/OTL.0/2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam.Wilayah kerja BBKSDA Jawa
Barat meliputi Provinsi Jawa Barat yang terdiri 45 Kawasan Konservasi dengan luas ± 77.034,24 Ha. Dan
Provinsi Banten terdiri 5 Kawasan Konservasi dengan luas ± 6.343,2 Ha.
Visi dan Misi BBKSDA Jawa Barat Sebagai penjabaran dari visi Kementrian Kehutanan dan Direktorat
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam,Balai Besar KSDA Jawa Barat sebagai pemangku kawasan
konservasi di wilayah Provinsi Jawa Barat dan Banten menetapkan visi sebagai berikut : “Kelembagaan
BBKSDA yang kuat untuk menjamin kelestarian dan kemanfaatan observasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya di jawa barat dan banten”. Untuk mencapai visi tersebut,Balai Besar KSDA Jawa Barat
menetapkan misi sebagai berikut: 1.meningkatkan pengaman,perlindungan dan pengelolaan konservasi dan
keanekaragaman hayati; 2.Mengoptimalkan kemanfaatan kawasan konservasi untuk kepentingan
pendidikan,penelitian,wisata alam dan jasa lingkungan; 3.Menguatkan kelembagaan dan tata kepemerintahan
yang baik.
Unit Pelaksanaan teknis Konservasi Sumberdaya Alam sebagaimana terdapat dalam keputusan Menteri
Kehutanan No: 6187/kpts-II/2002, bertugas untuk melaksanakan pengelolaan kawasan hutan Cagar Alam (CA)
dan kawasan hutan Taman Wisata Alam (TWA),juga melaksanakan upaya konservasi tumbuhan dan satwa
liar,baik didalam habitatnya(konservasi in-situ) maupun diluar habitatnya (konservasi ex-situ). Juga dalam
Peraturan Menteri Kehutanan No: p.02/Menhu-II/2007 yang menyebutkan bahwa Unit Pelaksana Teknik
Konservasi Sumber Daya Alam mempunyai tugas penyelenggaraan konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya dan pengelolaan Kawasan Cagar Alam (CA),Suaka margasatwa,Taman Wisata Alam,dan Taman
Buru, koordinasi teknis pengelolaan Taman Hutan Raya dan Hutan Lindung serta konservasi tumbuhan dan
satwa liar di luar kawasan konservasi berdasarkan peraturanperundung-undangan yang berlaku.
Unit Pelaksanaan Teknis Konservasi Sumber Daya Alam menyelenggarakan fungsi di wilayah kerjanya:
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat, terdiri dari:
Uraian susunan organisasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat, yaitu sebagai berikut:
Bagian Tata usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan administrasi tata persuratan, ketatalaksanaan,
kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kearsipan dan rumah tangga, menyusun rencana program dan anggaran
serta kerja sama dan kemitraan, pengelola data pemantauan, evaluasi dan pelaporan serta kehumasan.
Dalam melaksanakan tugas Bidang Teknis Konservasi Sumber Daya Alam menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan bahan rencana dan bimbingan teknis inventarisasi potensi, penataan kawasan dan
penyusunan rencana pengelolaan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam dan
taman buru;
b. Penyiapan bahan rencana dan bimbingan teknis pelaksanaan perlindungan dan pengaman
cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, taman buru;
c. Penyiapan bahan rencan dan bimbingan teknis pengengendalian dampak kerusakan sumber
daya alam hayati;
d. Penyiapan bahan rencana dan bimbingan teknis pengendalian kebakaran hutan cagar alam,
suaka margasatwa, taman wisata alam dan taman buru;
e. Penyiapan bahan rencana dan bimbingan teknis pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa liar
beserta habitatnya serta sumberdaya alam genetik dan pengetahuan tradisional;
f. Penyiapan bahan rencana dan bimbingan teknis pengembangan dan pemanfaatan jasa
lingkungan;
g. Penyiapan bahan rencana dan bimbingan teknis evaluasai kesesuaian fungsi, pemulihan
ekosistem dan penutup kawasan;
h. Penyiapan bahan rencana dan bimbingan teknis pembentukan dan oprasionalisasi KPHK;
i. Penyiapan bahan rencana dan bimbingan teknis penyediaan data dan informasi, promosi dan
pemasaran konservasi sumber daya alam ekosistemnya;
j. Penyiapan bahan rencana dan bimbingan teknis pengembangan kerjasama dan kemitraan
bidang konsservasi sumberdaya alam dan ekosistemnya;
k. Penyiapan bahan rencana dan bimbingan teknis pengawasan dan pengendalian peredaran jenis
tumbuhann dan satwa lia;
l. Penyiapan bahan rencana dan bimbingan teknis pengembangan bina cinta alam serta
penyuluhan konservasi sumberdaya alam dan ekosistemnya;
m. Penyiapan bahan rencana dan bimbingan teknis pemberdayaan masyarakat di dalam dan
sekitar kawasan konservasi.
Bidang Konservasi Alam Wilayah I, II dan III, menyelenggarakan fungsi di wilayah kerjanya:
Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah III Ciamis, Terdiri dari:
Seksi Konservasi Wilayah V Garut berlokasi di JL.Terusan Pahlawan No.42 Desa Sukagalih Kecamatan
Tarogong Kidul,Kabupaten Garut. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.02 tahun 2007 Seksi
Konservasi Wilayah, mempunyai tugas melakukan pengelolaan kawasan konservasi, pengamatan dan
pengendalian kebakaran hutan,perlindungan dan pengamatan kawasan, pemberatasan penembangan dan
pengamanan kawasan, pemberantasan penembangan dan peredaran kayu, pengendalian pemanfaatan tumbuhan
dan satwa liar, melaksankan kegiatan pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata
alam,penyuluhan, bina cinta alam, dan pemberdayaan masyarakat.
Menurut data BBKSDA Jawa Barat (2016), Secara geografis, Kawasan Cagar Alam dan Taman Wisata
alam Kawah kamojang terletak antara 77’00”-712’00” Lintang Selatan dan antara 10742’00” - 10754’00”
Bujur Timur, dan secara administrasi pemerintahan terletak dalam II wilayah, yaitu termasuk wilayah Desa
Cibeet, Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung dan juga wilayah desa Randukurung, Kecamatan Samarang,
Kabupaten Garut. Kawasan Taman Wisata Alam memiliki Luas ± 2871,99 Ha. Kawasan ini menjadi habitat
bagi flora dan fauna, potensi flora yang bisa di temukan di kawasan ini di antaranya yaitu Jamuju (Podacarpus
imbricatus), Puspa (Schima wallichii), Pasang (Quercus sp.), Saninten (Castanopsis argantea), dan Manglid
(Magnolia blumeii). Sedangkan potensi pauna yang dimiliki kawasan ini di antaranya Macan tutul (Panthera
pardus), Babi Hutan (Sus vitatus), Musang (Paradoxurus hermparoditus), Trenggiling (Manis javanicus), Surili
(Presbytis comata), dan Lutung (Trachypithecus auratus).
Secara umum kawasan ini memiliki topografi yang bergelombang atau pegunungan dengan ketingian
tempat antara 500-1000 meter di atas permukaan laut. Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklimnya
termasuk tipe iklim B dengan rata-rata curah hujan pertahun 2500-3000mm. Suhu rata-rata 19C - 27 C.
Sungai-sungai yang berada di Kabupaten Bandung yang menjadi potensi hidrologi yang mengalir dalam
kawasan Cagar Alam dan Taman Wisata Alam adalah Sungai Cibuliran (Lokasi KWK), Sungai Citepus, Curug
Madi dan Sungai Cibitung yang mengalir ke sungai Citarum.
Taman Wisata Alam Kamojang bertempat di kabupaten bandung provinsi Jawa Barat berdasarkan surat
keputusan menteri pertanian No: 110/Kpts-II/1990 yang menetapkan TWA Kamojang. Cagar Alam Kamojang
di tetapkan sebagai Cagar alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No:170/Kpts-Um/3/1979, seluas
7500 Ha dan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang seluas 500 Ha. Berdasarkan hasil pengukuran dan penataan
batas tahun 1982 yang tertuang dalam berita acara Tata Batas Tanggal 7 Agustus 1982 dan Keputusan Menteri
Kehutanan No:110/Kpts-II/1990 tanggaql 14 Maret 1990, luas Cagar Alam Kamojang adalah 7850 Ha, dan
berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No:433/Kpts-II/1994 tanggal 5 Agustus 1994 menetapkan lahan
konpensasi seluas 12,196 Ha yang menjadi bagian kawasan Cagar Alam sehingga luas Cagar Alam Kamojang
menjadi 7817,196 Ha dan luas kawasan Taman wisata Alam 481 Ha sehingga luas keseluruhan Cagar Alam dan
Taman Wisata Alam Kawah Kamojang menjadi 8298,196 Ha.
Cagar Alam sebagai salahsatu kawasan konservasi memiliki fungsi pokok sebagai pengawetasn
keanekaragaman hayati dan wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan. Perlindungan cagar alam
banyak mengalami hambatan yang disebabkan oleh pembatas akses, sehingga memicu komplik kepentingan
antara pengelola kawasan dengan penduduk (Yunus,2005).
Sebagaimana menurut Kementerian Kehutanan RI. Pada tahun 2013, mengatakan bahwa cagar alam
merupakan wilayah hutang yang dilindungi karena memiliki keunikan dalam aspek tumbuhan, satwa, dan atau
ekosistem yang ada didalamnya. Juga biasanya tumbuhan dan satwa yang berada dalam lingkup cagar alam
merupakan satwa dan tumbuhan endemik asli daerah tersebut dan tidak didatangkan dari luar. Maka dari itu,
perkembangan nya pun dibiarkan alami apa adanya, seiring ekosistem yang berjalan. Dimana fungsi
pengelolaan dalam hal ini dengan memastikan bahwasan nya tidak adanya intervensi ataupun ganguan oleh
aktivitas manusia atau aktivitas lainya yang dapat menyebebkan kerusakan ekosistem.
Pada tahun 2018 terdapat perubahan fungsi pokok kawasan hutan yang di dasarkan pada Surat Keputusan
Menteri No SK.25/MENLHK/SETJEN/PLA.2/1/2018 tertanggal 10 januari 2018 menyatakan bahwa perubahan
fungsi pokok kawasan hutan dari sebagian Cagar Alam Kawah kamojang seluas 2.391 Ha dan Cagar Alam
Papandayan seluas 1991Ha menjadi Taman Wisata Alam.Maka luas total Taman Wisata Alam kawah kamojang
menjadi ± 2871,99 Ha, dan kawasan Cagar Alam kawah kamojang menjadi ± 5.140Ha.
2.4 Hutan
Hutan merupakan suatu kelompok asosiasi dari pohon yang dapat menutup suatu area dengan cukup
luas.Hutan berdasarkan fungsina menurut Undang –Undang Kehutanan No:41 Tahun 1999 dibagi menjadi hutan
konservasi,hutan lindung dan hutan produksi.Hutan konservasi terdiri atas Kawasan Suaka Alam (KSA),
Kawasan Pelestarian Alam (KPA) dan Taman Buru (TB).KSA terdiri atas Cagar Alam (CA) dan Suaka
Margasatwa (SM).KPA terdiri atas Taman Nasional (TN),Taman Hutan Raya (Tahura) dan Taman Wisata Alam
(TWA).Menurut data dari kemenhut tahun 2010,Kawasan Indonesia sampai saat ini memiliki kawasan
konservasi berupa cagar alam darat sebanyak 239 unit dengan total luas 4.330.619,96Ha dan 6 unit cagar alam
perairan dengan luas sekitar 154.610,10Ha.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan hujan tropis terluas di dunia.Hutan hujan
tropis merupakan jenis hutan yang paling subur dan di tumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan dan menerima
curah hujan optimal serta berlimpah sekitar 2000 – 4000 nm / tahun,dengan suhu tinggi sekitar 25-26C dan
kelembapan sekitar 80%(Ewusie,1980;budiwaati,dkk,2019).Oleh karena nya,hutan hujan tropis memiliki
keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi.Keanekaragaman dan struktur vegetasi tersebutlah yang akan
menyebabkan keunikan pada setaip tipe vegetasi.
Indonesia memiliki keragaman hayati yang tinngi,terbentang dari sabang sampai merauke yang terdiri
dari daratan ataupun perairan.Hal itu akan membentuk ekosistem yang memiliki relung relung yang khas,seperti
ekosistem hutan di indonesia.Perbedaan zona vgetasi di indonesia ini di karenakan adanya perbedaan letal
geografis,karenanya,dapat mengakibatkan adanya perbedaan hutan yang berbeda
(Manan,1998;Lathifah,dkk,2015;Octaviani,dkk,2017).
Kawasan hutan wilayah tertentu dapat ditunjuk dan atau di tetapkan oleh pemerintah untuk di
perintahkan keberadaannya sebagai kawasan hutan tetap.Pemerintah selanjutnya dapat menetapkan kawasan
hutan berdasarkan tiga fungsi pokonya yaitu fungsi konservasi,fungsi lindung dan fungsi produksi.Berdasarkan
fungsinya maka kawasan hutan dapat merupakan hutan konservasi,hutan lindung atau hutan produksi.
Hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan
dan satwa serta ekosistemnya.Kawasan hutan konservasi terbagi dua macam yaitu (1) Kawasan huutan suaka
alam yang merupakan hutan dengan ciri khas tertentu,yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya,yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem
penyangga kehjidupan; dan (2) Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu,yang
mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupa, pengawetan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa,serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Menurut Ariyanto,dkk (2013),dkk menyatakan bahwa hutan merupakan suatu kawasan yang ditumbuhi
dengan lebat oleh komunitas pepohonan dan tumbuhan lainnya. Hutan juga merupakan suatu kumpulan
tumbuhan dan tanaman terutama tumbuhan berkayu lain yang menempati daerah yang cukup luas.selain itu
menurut saharjo, dan Gago (2010), hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai karena didalamnya
terdapat keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nuftah, sumber hasil hutan lainnya berupa kayu dan non
kayu, pengaturan tara air, pencegah banjir, erosi serta sesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk
kepentingan iptek, rekreasi, dan sebagainya.
Secara umum, vetegasi merupakan kumpulan dari kelompok tumbuhan –tumbuhan yang hidup bersama-
sama pada suatu tempat, yang berbeda (Gem,1999;Yusiana 2011). Kumpulan berbagai jenis individu ini
kemudian tergabung dalam suatu dalam satu populasi yang berada dalam suatu habitat dan saling berinteraksi
(Pradiastoro, 2024). Sedangkan menurut Hatmanendra (2016) vegetasi dalam ekologi ialah beristilah yang
menunjukan untuk keseluruhan tetumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan
yang menepati suatu ekosistem.
Analisa vegetasi merupakan cara yang di lakukan untuk mengetahui berapa besar sebaran berbagai
spesies dalam suatu area melalui pengamatan langsung di lapangan. Kegiatan ini dilakukan dengan membuat
plot dan mengamati morfologi serta mengindentifikasi vegetasi yang ada. Kehadiran vegetasi pada suatu
landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan bagi ekosistem dalam skala yang lebih luas
(Hatmanendra, 2016). Analisa vegetasi merupakan suatu metode dalam mempelajari susunan atau komposisi
jenis san juga bentuk komunitas tumbuhan (Pradiastoro, 2004).
Komunitas tumbuhan yang menempati suatu daerah menurut Parejiya dkk, (2013) merupakan fungsi
waktu; meskipun altirude, kemiringan, latitude, hjan, dan kelembaban memiliki peran penting dalam
pembentukan komunitas tumbuhan dan komposisinya. Vegetasi memiliki peran penting bagi beberapa proses
yang berlangsung di ekosistem, seperti menurut Smith, dkk, (2000) antara lain berperan dalam: (a) penympana
daur nutrisi, (b) penyimpanan karbon, (c) purifikasi air, serta (d) keseimbangan dan penyebaran komponen
penting menyusun ekosistem seperti detrivor, polinator, parasit, dan predator (Smith, dkk, 2000; Maridi, dkk, ,
2015).
Sumberdaya alam khususnya sumberdaya hutan merupakan salah satu sumberdaya yang sangat penting
dan potensial bagi kehidupan manusia sehingga perlu di jaga keberadaannya sebagai fungsi penyangga sistem
kehidupan. Selain itu hutan mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap keadaan tanah, sumber air,
permukiman manusia, rekreasi, perlindungan marga satwa dan pendidikan (Pradiastoro, 2004). Menurut
Gardner dan Robert (1999), hutan merupakn tempat tinggal bagi spesies tumbuhan dan hewan penyediaan lahan
untuk pemukiman dan pertanian. Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dan
lainnya tidak dapat dipisahkan (UU No. 41/1999 tentang Kehutan).
Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu komitmen vegetasi yang
berguna dalam mendeskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Zulkarnain (2015), Gambaran
mengenai komunitas tumbuhan hutan dapat dipelajari dan dikaji dengan melakukan analisis vegetasi. Hal ini
sesuai dengan Indrianto (2008) mengatakan bahwa analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara
mempelajari susunan atau komposisis jenis dan bentuk atau struktur vegetasi.