Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan saya kemudahan sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
saya mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Hukum “PARTAI POLITIK DAN PEMILIHAN UMUM”.

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya..

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................ 2

1.3. Tujuan Penulisan …………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 3

2.1. Definisi Partai politik ................................................... 3

2.2. Sistem Partai politik ............................................................ 3

2.3. Tujuan Partai Politik ............................................................ 3

2.4. Fungsi Partai Politik ................................................................ 4

2.5. Cara Mendirikan Partai politik............................................... 4

2.6. Pengertian Pemilu .................................................................. 5

2.7. Fungsi Pemilu ........................................................................ 6

2.8. Sistem Pemilu.......................................................................... 7

2.9. Tahapan Pemilu ……………………………………………. 10

BAB III PENUTUP ................................................................................. 12

3.1.Kesimpulan ............................................................................. 12

3.1.Saran ....................................................................................... 12

BAB IV DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara yang maju dapat dipastikan bahwa sistem politik didalamnya tertata dengan
baik. Sistem politik sendiri dapat diartikan sebagai suatu mekanisme dari seperangkat fungsi,
dimana fungsi-fungsi tadi melekat pada suatu struktur-struktur politik, dalam rangka
pelaksanaan dan pembuatan kebijakan yang mengikat masyarakat. Dalam suatu sistem politik
terdapat berbagai unsur, dan diantara unsur tersebut adalah partai politik dan Pemilihan
Umum. Partai politik dalam hubungannya dengan system social politik ini memainkan
berbagai fungsi, salah satunya pada fungsi input, dimana partai politik menjadi sarana
sosialisasi politik, komunikasi politik, rekruitmen politik, agregasi kepentingan, dan artikulasi
kepentingan. Lalu apa sajakah sebenarnya fungsi partai politik dalam hubungannya dalam
proses pembuatan dan penerapan kebijakan di Indonesia, apabila melihat keadaan sekarang
dimana partai politik telah dipandang sebelah mata oleh masyarakat yang merasa bahwa
partai politik tidak lagi membawa aspirasi masyarakat melainkan keberadaannya hanya
dianggap sebagai kendaraan politik yang dipakai oknum-oknum tertentu untuk menggapai
jabatan-jabatan publik di Indonesia.

Sebuah negara berbentuk republik memiliki sistem pemerintahan yang tidak pernah
lepas dari pengawasan rakyatnya. Adalah demokrasi, sebuah bentuk pemerintahan yang
terbentuk karena kemauan rakyat dan bertujuan untuk memenuhi kepentingan rakyat itu
sendiri. Demokrasi merupakan sebuah proses, artinya sebuah republik tidak akan berhenti di
satu bentuk pemerintahan selama rakyat negara tersebut memiliki kemauan yang terus
berubah. Ada kalanya rakyat menginginkan pengawasan yang superketat terhadap
pemerintah, tetapi ada pula saatnya rakyat bosan dengan para wakilnya yang terus bertingkah
karena kekuasaan yang seakan-akan tak ada batasnya.

1
1.2. RUMUSAN MASALAH

1. APA DEFINISI PARTAI POLITIK ?


2. BAGAIMANA SISTEM PARTAI POLITIK ?
3. APA TUJUAN PARTAI POLITIK ?
4. APA FUNGSI PARTAI POLITIK ?
5. BAGAIMANA CARA MENDIRIKAN PARTAI POLITIK ?
6. APA PENGERTIAN PEMILU ?
7. APA FUNGSI PEMILU ?
8. BAGAIMANA SISTEM PEMILU ?
9. BAGAIMANA TAHAPAN PEMILU ?

1.3. TUJUAN PENULISAN

1. UNTUK MENGETAHUI DEFINISI PARTAI POLITIK


2. UNTUK MENGETAHUI SISTEM PARTAI POLITIK
3. UNTUK MENGETAHUI TUJUAN PARTAI POLITIK
4. UNTUK MENGETAHUI FUNGSI PARTAI POLITIK
5. UNTUK MENGETAHUI CARA MENDIRIKAN PARTAI POLITIK
6. UNTUK MENGETAHUI PENGERTIAN PEMILU
7. UNTUK MENGETAHUI FUNGSI PEMILU
8. UNTUK MENGETAHUI SISTEM PEMILU
9. UNTUK MENGETAHUI TAHAPAN PEMILU

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Partai Politik

Partai politik merupakan sekumpulan orang yang secara terorganisir mem-bentuk


sebuah lembaga yang bertujuan merebut kekuasaan politik secara sah untuk bisa menjalankan
program-programnya. Parpol biasanya mempunyai asas, tujuan, ideolog, dan misi tertentu
yang diterjemahkan ke dalam program-programnya. Parpol juga mempunyai pengurus dan
massa

2.2 Sistem Partai Politik

Maurice Duverger membagi sistem partai politik menjadi tiga sistem utama yaitu:

1. Sistem partai Tunggal Sistem partai ini biasanya berlaku di dalam negara-negara
Komunis seperti Cina dan Uni Soviet
2. Sistem dua partai Sistem partai seperti ini dianut sebagian negera yang menggunakan
paham liberal pemilihan di negara-negara tersebut mengguanakan sistem distrik.
Negara yang menganut sistem dua partai adalah Amerika Serikat dan Inggris.
3. Sistem Multipartai Sistem partai seperti ini dianut oleh negara Belanda, Perancis, di
dalam sistem ini menganut partai mayoritas dan minoritas dan diikuti oleh lebih dari
dua partai.

2.3 Tujuan Partai Politik

Berdasarkan basis sosial dan tujuan partai politik dibagi menjadi tiga tipe yaitu :

1. Partai politik berdasarkan lapisan masyarakat yaitu bawah, menengah dan


lapisan atas.
2. Partai politik berdasarkan kepentingan tertentu yaitu petani, buruh dan
pengusaha.
3. Partai politik yang didasarkan pemeluk agama tertentu.
3
2.4. Fungsi Partai Politik

Fungsi utama partai politik adalah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna
mewujudkan program-program yang berdasarkan ideology tertentu.dengan cara ikut
pemilihan umum. Partai politik juga melakukan kegiatan meliputi seleksi calon-calon,
kampanye dan melaksanakan fungsi pemerintahan (legislatif dan eksekutif). Ada pandangan
yang berbeda secara mendasar mengenai partai politik di Negara yang demokratis dan di
negara yang otoriter. Perbedaan pandangan tersebut berimplikasi pada pelaksanan tugas atau
fungsi partai di masing-masing Negara. Di Negara demokrasi partai relative dapat
menjalankan fungsinya sesuai dengan harkatnya pada saat kelahirannya, yakni menjadi
wahana bagi warga Negara untuk berpartisipasi dalam mengelolah kehidupan bernegara dan
memperjuangkan kepentingannya dihadapan penguasa. Sebaliknya di Negara otoriter, partai
tidak dapat menunjukkan harkatnya, tetapi lebih bahwa menjalankan kehendak penguasa.
Berikut ini diuraikan secara lebih lengkap fungsi partai politik di Negara-negara demokratis,
otoriter, dan Negara-negara berkembang yang berada dalam transisi ke arah dekokrasi.

2.5. Cara Mendirikan Partai politik

Setelah Masuknya Era Reformasi Banyak Sekali Partai Politik Yang Didirikan
Sampai Masyarakat Tidak Mengenal Semua Partai Politik Yang Ada Di Indonesia Ini.
Berikut Ini Adalah Syarat - syarat Pembuatan Partai Politik Di Indonesia :

1. Harus ada minimal 50 orang warga negara Indonesia berusia minimal 21 tahun untuk
mendirikan dan membentuk partai politik baru. Akta pendi-rian dibuat di depan
notaris, memuat anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, juga kepengurusan
tingkat nasional.
2. Membentuk kepengurusan minimal di 15 provinsi, atau 50 persen dari jumlah provinsi
di Indonesia. Termasuk, pengurus cabang tingkat kabupaten/kota madya minimal 50
persen pada setiap provinsi itu dan 25 persen dari jumlah kecamatan pada kabu-
paten/kota yang bersangkutan.
3. Nama, lambang, dan tanda gambar yang tidak boleh sama dengan partai politik lain
4. Mempunyai kantor yang tetap.
4
5. Mendaftarkan akta notaris pendirian partai kepada Departemen Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia.
6. Departemen Kehakiman melakukan verifikasi atas akta dan syarat pendirian partai
serta kepengurusannya. Berikut nama, egara , dan tanda gambar.
7. Komite Pemilihan Umum bertugas menyaring partai peserta pemilu. KPU
menetapkan dan melaksanakan tata cara penelitian keabsahan syarat-syarat partai
sesuai dengan UU Partai dan UU Pemilu. Yaitu: memiliki pengurus lengkap minimal
di 2/3 jumlah provinsi dan di 2/3 jumlah kabupaten/kota madya serta memiliki 1.000
anggota pada setiap kepengurusan partai di tingkat cabang, yang dibuktikan dengan
kartu tanda anggota. Masing-masing kepengurusan di tingkat daerah dan cabang ini
harus punya kantor tetap. Partai juga harus mengajukan nama dan tanda gambar.
8. Jika tidak memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam UU Pemilu, partai itu tidak
dapat menjadi peserta pemilu.

2.6. Pengertian Pemilu

Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara egara ive
(tidak memaksa) dengan  melakukan kegiatan retorika, hubungan egara, komunikasi massa,
lobi dan kegiatan lainnya. Dalam demokrasi, pemilu sangat penting artinya. Tidak ada
demokrasi tanpa terselenggaranya pemilu yang jujur dan demokratis. Kalau sebuah egara
mengklaim sebagai negara demokrasi tetapi di sana tidak ada pemilu atau kalaupun ada
pemilunya tidak demokratis, pasti demokrasi di egara itu bo’ong-bo’ongan. Sebab, pemilu
merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dimana rakyat dapat memilih pemimpin
politik secara langsung. Yang dimaksud dengan pemimpin politik adalah wakil-wakil rakyat
yang duduk di lembaga perwakilan rakyat (parlemen) baik di tingkat pusat maupun daerah
dan pemimpin lembaga eksekutif atau kepala pemerintahan seperti presiden, gubernur, atau
bupati/walikota.

5
2.7. Fungsi Pemilu

Dalam perspektif demokrasi, pemilu memiliki beberapa manfaat.

a. Pemilu merupakan implementasi perwujudan kedaulatan rakyat.


Asumsi demokrasi adalah kedaulatan terletak di tangan rakyat.
Karena rakyat yang berdaulat itu tidak bisa memerintah secara
langsung maka melalui pemilu rakyat dapat menentukan wakil-
wakilnya dan para wakil rakyat tersebut akan menentukan siapa yang
akan memegang tampuk pemerintahan.
b. Pemilu merupakan sarana untuk membentuk perwakilan politik.
Melalui pemilu, rakyat dapat memilih wakil-wakilnya yang
dipercaya dapat mengartikulasikan aspirasi dan kepentingannya.
Semakin tinggi kualitas pemilu, semakin baik pula kualitas para
wakil rakyat yang bisa terpilih dalam lembaga perwakilan rakyat.
c. Pemilu merupakan sarana untuk melakukan penggantian pemimpin
secara konstitusional. Pemilu bisa mengukuhkan pemerintahan yang
sedang berjalan atau untuk mewujudkan reformasi pemerintahan.
Melalui pemilu, pemerintahan yang aspiratif akan dipercaya rakyat
untuk memimpin kembali dan sebaliknya jika rakyat tidak percaya
maka pemerintahan itu akan berakhir dan diganti dengan
pemerintahan baru yang didukung oleh rakyat.
d. Pemilu merupakan sarana bagi pemimpin politik untuk memperoleh
legitimasi. Pemberian suara para pemilih dalam pemilu pada
dasarnya merupakan pemberian mandat rakyat kepada pemimpin
yang dipilih untuk menjalankan roda pemerintahan. Pemimpin
politik yang terpilih berarti mendapatkan legitimasi (keabsahan)
politik dari rakyat.
e. Pemilu merupakan sarana partisipasi politik masyarakat untuk turut
serta menetapkan kebijakan publik. Melalui pemilu rakyat secara
langsung dapat menetapkan kebijakan publik melalui dukungannya
6
f. kepada kontestan yang memiliki program-program yang dinilai
aspiratif dengan kepentingan rakyat. Kontestan yang menang karena
didukung rakyat harus merealisasikan janji-janjinya itu ketika telah
memegang tampuk pemerintahan.

2.8. Sistem Pemilu

Dalam ilmu politik dikenal beberapa sistem pemilu, akan tetapi umumnya berkisar
pada prinsip pokok, antara lain:

2.11.1 Sistem Distrik Sistem distrik bisaa disebut juga single-member constituency
(tetapi ada juga yang memakai istilah single-member-district untuk menyebut sistem ini).
Pada intinya, sistem distrik merupakan sistem pemilihan dimana suatu negara dibagi menjadi
beberapa daerah pemilihan (distrik) yang jumlahnya sama dengan jumlah wakil rakyat yang
akan dipilih dalam sebuah lembaga perwakilan. Dengan demikian, satu distrik akan
menghasilkan satu wakil rakyat. Kandidat yang memperoleh suara terbanyak di suatu distrik
akan menjadi wakil rakyat terpilih, sedangkan kandidat yang memperoleh suara lebih sedikit,
suaranya tidak akan diperhitungkan atau dianggap hilang - sekecil apapun selisih perolehan
suara yang ada - sehingga dikenal istilah the winner-takes-all.

Kelebihan sistem distrik antara lain:

a. Karena kecil atau tidak terlalu besarnya distrik maka bisaanya ada
hubungan atau kedekatan antara kandidat dengan masyarakat di
distrik tersebut. Kandidat mengenal masyarakat serta kepentingan
yang mereka butuhkan.
b. Sistem ini akan mendorong partai politik untuk melakukan
penyeleksian yang lebih ketat dan kompetitif terhadap calon yang
akan diajukan untuk menjadi kandidat dalam pemilihan.

7
c. Karena perolehan suara partai-partai kecil tidak diperhitungkan, maka
secara tidak langsung akan terjadi penyederhanaan partai politik.
Sistem dwipartai akan lebih berkembang dan pemerintahan dapat
berjalan dengan lebih stabil.

Kekurangan sistem distrik, antara lain:

a. Sistem ini kurang representatif karena perolehan suara


kandidat yang kalah tidak diperhitungkan sama sekali atau
suara tersebut dianggap hilang.
b. Partai-partai kecil atau golongan/kelompok
minoritas/termarjinalkan yang memperoleh suara yang lebih
sedikit tidak akan terwakili (tidak memiliki wakil) karena
suara mereka tidak diperhitungkan. Dalam hal ini, kaum
perempuan memiliki peluang yang kecil untuk bersaing
mengingat terbatasnya kursi yang diperebutkan.
c. Wakil rakyat terpilih akan cenderung lebih memperhatikan
kepentingan rakyat didistriknya dibandingkan dengan distrik-
distrik yang lain.

2.11.2 Sistem Proporsional

Sistem proporsional lahir untuk menjawab kelemahan dari sistem distrik. Sistem
proporsional merupakan sistem pemilihan yang memperhatikan proporsi atau perimbangan
antara jumlah penduduk dengan jumlah kursi di suatu daerah pemilihan. Dengan sistem ini,
maka dalam lembaga perwakilan, daerah yang memiliki penduduk lebih besar akan
memperoleh kursi yang lebih banyak di suatu daerah pemilihan, begitupun sebaliknya.

Sistem proporsional juga mengatur tentang proporsi antara jumlah suara yang
diperoleh suatu partai politik untuk kemudian dikonversikan menjadi kursi yang diperoleh
partai politik tersebut. Karena adanya perimbangan antara jumlah suara dengan kursi, maka
di Indonesia dikenal Bilangan Pembagi Pemilih (BPP). BPP merefleksikan jumlah suara yang
menjadi batas diperolehnya kursi di suatu daerah pemilihan.

Partai politik dimungkinkan mencalonkan lebih dari satu kandidat karena kursi yang
diperebutkan di daerah pemilihan lebih dari satu.

Kelebihan sistem proporsional antara lain:

a. Menyelamatkan suara masyarakat pemilih dimana suara


kandidat yang lebih kecil dari kandidat yang lain tetap akan
diperhitungkan sehingga sedikit suara yang hilang.
b. Memungkinkan partai-partai yang memperoleh suara atau
dukungan yang lebih sedikit tetap memiliki wakil di parlemen
karena suara mereka tidak otomatis hilang atau tetap
diperhitungkan.
c. Memungkinkan terpilihnya perempuan karena kursi yang
diperebutkan dalam satu daerah pemilihan lebih dari satu.

Kekurangan sistem proporsional antara lain:

a. Sistem ini cenderung menyuburkan sistem multipartai yang


dapat mempersulit terwujudnya pemerintahan yang stabil.
b. Bisaanya antara pemilih dengan kandidat tidak ada kedekatan
secara emosional. Pemilih tidak atau kurang mengenal
kandidat, dan kandidat juga tidak mengenal karakteristik
daerah pemilihannya, masyarakat pemilih dan aspirasi serta
kepentingan mereka.
c. Kandidat lebih memiliki keterikatan dengan partai politik
sebagai saluran yang mengusulkan mereka.
9
d. Pada akhirnya nanti, kandidat yang terpilih mungkin tidak
akan memperjuangkan dengan gigih kepentingan pemilih
karena tidak adanya kedekatan emosional tadi.
2.11.3 Sistem Campuran (Distrik dan Proporsional).

a. Menggabungkan 2 (dua) sistem sekaligus (distrik dan proporsional)

b. Setengah dari anggota Parlemen dipilih melalui sistem distrik dan


setengahnya lagi dipilih melalui proporsional.

c. Ada keterwakilan sekaligus ada kesatuan geografis.

2.9. Tahapan Pemilu

Berikut adalah tahapan pemilu legislatif yang perlu kamu ketahui:

1. Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih; Kegiatan awal yang perlu
dilakukan untuk melaksanakan pemilu adalah pendaftaran orang-orang yang memilki
hak untuk memilih, misalnya yang sudah berusia minimal 17 tahun, bukan anggota
TNI/Polri, tidak terganggu jiwanya dan sebagainya. Pendaftaran pemilih sangat
penting untuk memastikan hanya mereka yang berhak yang bisa menggunakan hak
pilihnya, juga untuk pengadaan logistik pemilu seperti pencetakan surat suara,
pembuatan Tempat Pemungutan Suara (TPS), bilik dan kotak suara dan sebagainya.
2. Pendaftaran dan Penetapan Peserta Pemilu; KPU juga perlu mendaftar siapa yang
boleh jadi peserta pemilu? Tidak semua orang atau partai boleh ikut pemilu, tanpa
ada syarat yang harus dipenuhi. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk bisa
didaftarkan sebagai peserta pemilu. Tugas KPU adalah memverifikasi (memeriksa)
kelengkapan syarat-syarat itu sehingga mereka bisa ditetapkan sebagai peserta
pemilu.

10
3. Pendaftaran dan Penetapan Peserta Pemilu; Pemilu dimaksudkan untuk
memperebutkan kursi di DPR, DPD atau DPRD. Berapa jumlah kursinya?, hal itu
perlu diatur berdasarkan wilayah tertentu yang disebut dengan daerah
pemilihan(Dapil).
4. Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota; Tahap
selanjutnya adalah pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD
kabupaten/kota. Partai politik akan mengajukan daftar calon untuk dipilih rakyat
dalam pemilu secara langsung.
5. Masa kampanye; Ini tahapan yang paling heboh. Banyak poster, spanduk, kumpulan
massa dan bahkan arak-arakan di jalan-jalan. Tujuan kampanye sebenarnya untuk
memperkenalkan visi, misi dan program partai atau calon kepada rakyat kalau
mereka terpilih sebagai wakil rakyat.
6. Masa tenang; Masa tenang adalah masa antara berakhirnya kampanye dan
pemungutan suara. Saat itu semua bentuk kampanye harus dihentikan dan semua
pihak fokus pada persiapan pemungutan suara. Itulah yang disebut masa tenang.
7. Pemungutan dan penghitungan suara; Inilah tahapan yang dinanti-nanti semua pihak
yang terlibat dalam pemilu. Saat itu rakyat diberi kesempatan untuk mendatangi TPS
guna memilih calon pemimpin atau wakil rakyat yang mereka nilai layak mewakili
mereka. Setelah pemungutan suara usai, akan dilakukan penghitungan suara. Kamu
bisa berpartisipasi secara aktif mengawasi atau memantau pelaksanaan pemungutan
dan penghitungan suara di TPS.
8. Penetapan hasil Pemilu; dan Setelah suara dihitung, barulah hasilnya ditetapkan. Saat
itu akan diketahui siapa yang keluar sebagai pemenang dalam pemilu, siapa saja yang
terpilih jadi wakil rakyat, berapa banyak jumlah suara yang diperoleh setiap peserta
pemilu.
9. Pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD
Kabupaten/kota. Setelah KPU menetapkan hasil pemilu dan calon terpilih, para calon
wakil rakyat itu akan dilantik sebagai anggota DPR, DPD dan DPRD.
11
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Sistem pemilihan lebih banyak didasarkan pada tercakupnya indikator
akuntabilitas (accountability), keterwakilan (representativeness), keadilan (fairness),
persamaan hak tiap pemilih (equality), lokalitas.
Begitu juga dengan pemilihan sistem kepartaian, pilihan atas penerapan
sistem kepartaian lebih banyak pada bagaimana menciptakan sistem kepartaian yang
adil (nondiskriminatif), menunjang persaingan sehat dari pola interaksi antar parpol
dalam satu sistem politik, serta menunjang format dan mekanisme kerja sistem
pemerintahan. Dilihat dari indikator yang ada, sistem pemilu yang diterapkan
Indonesia saat ini lebih banyak memang sudah memenuhi sisi nilai demokratis suatu
sistem pemilihan disamping suitable dengan kondisi keindonesiaan. Keberadaan
sistem pemilihan lembaga perwakilan saat ini, di mana pengisian keanggotaannya
secara keseluruhan dipilih langsung oleh rakyat, sudah cukup mencerminkan
representasi kedaulatan rakyat dan rasionalisasi dari prinsip demokrasi.

3.2. SARAN
Makalah ini sangatlah sederhana,secara keseluruhan makalah ini sudah
cukup menggambarkan tentang Partai politik dan pemilu. Oleh karena itu kepada
pembaca makalah ini agar kiranya berkenan memperbaiki makalah ini agar lebih
menarik dan Interaktif. Sebaiknya bagi para pemilih agar memilih calon legisltif
yang jujur dan dapat dipercaya dengan baik,karna dengan itulah Negara kita akan
tetap maju di masa yang akan datang . Jangan sekali-kali memilih calon yang salah,
karma akan berakibat fatal bagi Negara kita sendiri .

12
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

http://hitsuke.blogspot.com

http://bluecryztal.blogspot.com

http://chaplien77.blogspot.com

http://sakauhendro.wordpress.com/demokrasi-dan-politik/pengertian-demokrasi/

http://ruhcitra.wordpress.com/2008/11/09/demokrasi/

http://www.forum-politisi.org/berita/article.php?id=54

http://sakauhendro.wordpress.com/demokrasi-dan-politik/pengertian-demokrasi/.[25
september 2010].

http://ruhcitra.wordpress.com/2008/11/09/demokrasi/

http://www.forum-politisi.org/berita/article.php?id=547

http://organisasi.org.com

http://id.wikipedia.org.com

http://komunitasmahasiswa.info.com

www.irchan.co.cc/2009/01/sejarah-perkembangan-ham.com

13

Anda mungkin juga menyukai