Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ALIRAN PEMIKIRAN ISLAM

“VARIAN ISLAM ERA KONTENPORER : ISLAM KONSERVATIV, ISLAM

RADIKAL, ISLAM MODERAT DAN ISLAM PROGRESIF”

DOSEN PENGAMPU: Mursalim, S.Pd.I.,M.Ag.

KELOMPOK X

NURFAIDA (105191103920)

NUR IKA (105191105320)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga kami

dapat menyelesaikan makalah Aliran Pemikiran Islam tentang Varian Islam Era Kontenporer :

Islam Konservativ, Islam Radikal, Islam Moderat dan Islam Progresif ini . Kemudian shalawat

serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada Nabiullah Muhammad SAW. yang telah

membebaskan kita dari zaman jahiliah menuju zaman yang tercerahkan seperti yang kita rasakan

sekarang ini.

Dengan selesainya makalah ini yang merupakan salah salah satu tugas dari mata kuliah

Aliran Pemikiran Islam, kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Adapun penulisan dalam makalah ini, kami

menyadari bahwa makalah ini belum ssempurna. Oleh karenaitu, kami menghrapkan kritik dan

saran yang membangun agar dapat meningkatkan kualitas makalah ini kedepannya

Makassar, 05 Juni 2023

Kelompok X
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Harun Nasution, dalam Al Qur’an cukup banyak ayat-ayat yang

pengertiannya bersifat dhanni, dan sangat kurang yang bersifat qath’i. Qath'i secara

leksikal berarti ‘secara pasti’. Ayat-ayat yang qath’i adalah ayat yang mengandung makna

yang jelas sehingga tidak ada ruang untuk menafsirkan selain dari makna asalnya.

Sedangkan ayat-ayat yang tergolong dhanni adalah ayat yang bersifat multitafsir, sehingga

terbuka ruang untuk ditafsirkan dari makna leksikalnya kepada makna yang lain.

Islam sebagai agama Allah, yang mutlak benar dengan mudah orang sepakat

menyetujuinya. Tetapi, setelah Islam menjadi agama yang dianut masyarakat Islam

sepanjang sejarah, tidaklah mudah menjawab pertanyaan tentang apa saja ajaran Islam

tersebut. Ada yang berpendapat ajaran Islam itu hanya yang tertera dalam kitab suci dan

hadis nabi, sehingga Islam adalah bersifat normatif. Ada pula yang berpendapat bahwa

Islam bersifat historis. Menurut Harun Nasution, Islam yang dilaksanakan oleh umatnya

sepanjang sejarah dalam kehidupan mereka yang sedikit banyak tidak terlepas dari

perkembangan zaman dan budaya.

Gerakan kebangkitan umat Islam tidak hanya negara-negara dunia Arab, tetapi

negara-negara yang mayoritas beragama Islam seperti Indonesia juga ikut memberikan

warna yang diperhitungkan bagi peradaban Barat modern. Beberapa pembaharuan

kontemporer di tanah air kita tidak kalah intelektualnya dengan negara-negara dunia Arab.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hakikat Islam kontemporer?


2. Apa saja varian Islam era kontemporer?

3. Bagaimana perkembangan Islam era kontenporer di Indonesia?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Islam Kontemporer

Kata Islam memiliki makna dasar yaitu selamat, sedangkan kontemporer berarti

dari masa ke masa atau dari waktu ke waktu. Jadi menurut bahasa, Islam kontemporer

berarti agama yang diajarkan pada masa lampau dan berkembang hingga sekarang.

Menurut istilah, Islam kontemporer adalah gagasan untuk mengkaji Islam sebagai nilai

alternatif baik dalam perspektif interpretasi, tekstual maupun kajian kontekstual mengenai

kemampuan dalam memberikan solusi baru kepada temuan-temuan di semua kehidupan

dari masa lampau hingga sekarang.

Islam pada hakikatnya adalah ajaram revolusi diantaranya reformasi atas aktivitas-

aktivitas masyarakat yang lebih cenderungdogmatis puritan serta tidak terlalu memihak

kepada mereka yang membutuhkan penngayoman. Ketika otoritas publik tersingkirkan,

orang pun akan memilih sumber-sumber alternatif. Dalam situasi di mana moralitas publik

tidak beres; para pemimpin mengalami kemerosotan, dan peraturan-peraturan didasarkan

pada landasan etis yang rapuh, orang pasti akan menarik diri pada salah satu otoritas-

otoritas yang lain. Otoritas yang dapat ditangkap secara mudah; kepercayaan langsung

terhadap sosok yang dihormati. Demikian juga, orang bisa jadi mencari basis yang tidak

asing dari legitimasi publik dalam agama.

Kekeliruan terbesar dalam masyarakat Islam yang menyebabkan lemahnya mereka

adalah karena kebodohan dan kekeliruannya dalam memahami ajaran Islam yang sebenar-

benarnya. Mereka tidak menggunakan pesan-pesan al-Qur’an dan al-Hadits sebagai dasar
utama aktivitas mereka pada keseluruhan pemikiran dalam aspek kehidupan, sehingga

kejumudan, penyelewengan bid’ah mencemari keindahan peradaban Islam.

Untuk mengantisipasi pudarnya nilai-nilai Islam maka perlu dibentuk masyarakat

Islam. Ia adalah masyarakat yang rabbani dimana berpegang pada nilai-nilai ilahi,

manusiawi dan seimbang (harmonis). Umat Islam diharapkan dapat menciptakan

masyarakat Islam guna memantapkan kehidupan agama, menampilkan jati diri bahkan

merekapun dapat hidup total secara islami dalam naungan masyarakat Islam.

B. Varian Islam Era Kontemporer

Secara teologis, seperti sering dikemukakan Harun Nasuti.on, Islam adlalah tunggal

clan bersifat mutlak benar. Namun secara historis, setelah dipahami clan diamalkan dalam

dimensi ruang clan waktu, Islam ticlak tunggal, tetapi beragam, yang mengejawantah

dalam berbagai aliran pemikiran (school of thoughts) mulai clari yang paling tradisional (

ortocloks) hingga yang paling liberal.

1. Islam Konservatif

Secara linguistik, konservatisme berasal dari bahasa Yunani conservrᾱe yang

berarti melestarikan atau mengamalkan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia,

konservatisme diartikan sebagai ideologi politik yang menjaga kondisi dan stabilitas sosial,

ingin melestarikan institusi yang ada, memerlukan pembangunan bertahap, dan menentang

perubahan radikal.

Konservatisme sebagai ideologi tampaknya agak sulit diidentifikasi karena

perbedaan makna 'tradisional' dan latar belakang budaya yang berbeda di setiap negara.

Untuk memudahkan proses klasifikasi ideologi ini, perlu dipahami gejala-gejala yang

menjadi ciri khas suatu organisasi, masyarakat atau partai politik yang menganut paham
konservatisme. Ramlan Surbakti mengidentifikasi bahwa ada tiga gejala utama yang

menjadi ciri penerapan konservatisme: pertama, adanya pemahaman bahwa orang-orang

terbaik adalah mereka yang terorganisir, kedua pemerintah memiliki kekuatan mengikat

tetapi bertanggung jawab, dan terakhir, ada kewajiban atas pemerintah untuk bertanggung

jawab atas yang lemah.

Sejarah terkait perkembangan Islam Konservatif di Indonesia telah ada sejak zaman

kolonial berlangsung. Eksistensi Islam konservatif ada dan terus berkembang hingga saat

ini, dibuktikan dengan sejak berlangsungnya era reformasi yang menjadi peluang bagi

Gerakan Islam kontemporer muncul di tengah masyarakat. Gerakan Islam kontemporer

tersebut sperti munculnya Front Pembela Islam (FPI), Majelis Muhajidin Indonesia (MMI),

dan gerakan Salafi.

Menurut Van Bruinessen terdapat beberapa sebab mengapa konservatif di

Indonesia muncul dan menguat setelah era reformasi. Pertama semakin memudarnya

pandangan ke Islaman yang liberal dan progessig, hal ini berkaitan dengan pada dasarnya

mayoritas umat Islam warga Indonesia lebih cenderung kepada konservatif atau

fundalisme. Penyebab kedua adalah menguatnya pengaruh Timur Tengah dan melemahnya

kepercayaan umat muslim di Indonesia terhadap orma-ormas Islam yang ada. Gerakan

transnasional itu, menurut Van Bruinessen, dalam kadar tertentu, mengurangi otoritas

keagamaan ormas-ormas Islam di Indonesia, seperti Nahdlatul Ulama (NU),

Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

2. Islam Radikal

Radikal berasal dari bahasa latin, radix, yang berarti akar. Dari akar kata tersebut,

radikalisme dimaknai berfikir tentang segala sesuatu sampai mendalam hingga ke akar-akarnya. Di

dalam Cambridge Advanced Learners Dictionary disebutkan radical is beleaving or expressing the
beleaf that there should be great or extreme social or political change. Di dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, radikalisme memiliki beberapa pengertian berikut: a). Paham atau alian yang

radikal dalam politik, b). paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial

dan politik dengan cara kekerasan atau drastis, c). Sikap ekstrem dalam aliran politik.

Radikalisme biasanya juga dihubungkan dengan gerakan-gerakan ekstrim kanan. Dari

pengertian tersebut, radikalisme diartikan sebagai paham yang menghendaki adanya perubahan dan

pergantian terhadap suatu sistem masyarakat sampai ke akarnya. Radikalisme menginginkan

adanya perubahan secara total terhadap suatu kondisi atau semua aspek kehidupan masyarakat.

Disamping itu, radikalisme dipahami pula sebagai transformasi dari sikap pasif atau aktivisme

kepada sikap. politik. yang lebih radikal, revolusioner, ekstrim, dan militant.

Terdapat tiga teori yang menyebabkan adanya gerakan radikal dan tumbuh suburnya

gerakan transnasional ekspansif, menurut Syafi’i Ma’arif dalam Ilusi Negara Islam, Ekspansi

Gerakan Transnasional di Indonesia (2009). Pertama, kegagalan umat Islam dalam menghadapi

arus modernitas sehingga mereka mencari dalil agama untuk “menghibur diri” dalam sebuah dunia

yang dibayangkan belum tercemar. Kedua, dorongan rasa kesetiakawanan terhadap beberapa

negara Islam yang mengalami konflik, seperti Afghanistan, Irak, Suriah, Mesir, Kashmir, dan

Palestina. Ketiga, kegagalan negara mewujudkan cita-cita negara yang berupa keadilan sosial dan

kesejahteraan yang merata, dalam konteks Indonesia.

3. Islam Moderat

Islam moderat secara kontekstual diilustrasikan oleh Khalid abu al-Fadl sebagai seorang

muslim yang tidak memperlakukan agama mereka laksana monument yang beku, namun

melakukannya lebih ke dalam suatu kerangka iman yang aktif dan dinamis, sehingga seorang

muslim moderat sangat menghargai berbagai macam pencapaian yang diperoleh dari sesame

muslim di masa lalu, namun mereka juga hidup di zaman sekarang. Sedangkan secara tekstual
moderasi dalam Islam dapat ditilik pada konsep wasathiyah yang digali dari beberapa ayat dan

hadis Nabi berikut

“Dan demikian pula kami menjadikan kamu (umat Islam) sebagai umat penengah (adil dan

pilihan), agar kamu menjadi atas seluruh manusia dan agar Rasul (Muhammad SAW) menjadi saksi

atas akmu.”(al-Baqarahim 143).

“Sebaik-baik persoalan adalah jalan tengahnya.” (HR. Al Baihaqi).

Dari beberapa ayat dan hadis Nabi di atas dapat dipahami bahwa wasathiyah berarti jalan

tengah atau keseimbangan antara dua hal yang berbeda atau berkebalikan, seperti keseimbangan

antara ruh dan jasad, antara dunia dan akhirat, antara individu dan masyarakat, antara idealitas dan

realitas, antara yang baru dan yang lama, antara ‘aql dan naql, antara ilmu dan amal, antara usul

dan furu’, antara sarana dan tujuan, antara pesimis dan optimis, dan seterusnya. Jalan tengah antara

dua hal yang berbeda, misalnya antara A dan B, mengandung dua pengertian.

Pertama, moderat bisa berarti bukan A dan juga bukan B. konsep Islam tetnatng infaq,

misalnya, adalah jalan tengah antara kikir (taqtir) dan boros (israf), artinya Islam mengajarkan agar

pemberi nafkah tidak kikir dan juga tidak boros, melainkan berada dintara keduanya. Contoh lain

yaitu konsep Islam tentang paham adalah jalan tengah di antara liberalism dan konserfatisisme, ini

artinya bahwa tidak mengajarkan liberalism dan juga tidak konservatisisme.

Kedua, moderat juga bisa berarti bukan hanya A dan juga bukan hanya B, atau dengan

kata lain ya A dan juga ya B. islam, mislanya, adalah agama yang bukan hanya

mengajarkan/mengurusi hal-hal yang bersifat rohani dan juga bukan hanya

mengajarkan/mengurusi hal-hal yang bersifat jasmani, tetapi mengajarkan/mengurusi keduanya,

mengajarkan/mengurusi hal-hal yang bersifat rohani dan juga mengajarkan/mengurusi hal-hal yang

bersifat jasmani.
4. Islam Progresif

Islam Progresif (Progressive Islam) merupakan kajian Islam kontemporer yang

memperjuangkan penegakan nilai-nilai humanis, seperti pengembangan civil society, demokrasi,

keadilan, kesetaraan gender, pembelaan terhadap kaum minoritas, kaum tertindas dan pluralitas. Ia

merupakan kelanjutan dan kepanjangan dari gerakan Islam Liberal. Namun di sisi lain, ia muncul

sebagai ungkapan ketidakpuasan terhadap gerakan Islam Liberal yang lebih menekankan pada

kritik-kritik internal terhadap pandangan dan perilaku umat Islam yang tidak atau kurang sesuai

dengan nilai-nilai humanis. Sementara itu, kritik terhadap modernitas, kolonialisme, dan

imperialisme justru tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari gerakan Islam Liberal. Islam

Progresif, memberikan perhatian seimbang antara kritik internal dan kritik eksternal. Kritik internal

terhadap tradisi pemikiran sebagian umat Islam yang tidak menitikberatkan pada aspek-aspek

kehidupan humanis. Gerakan Islam Progresif diposisikan sebagai gerakan modernis, namun pada

waktu yang bersamaan ia juga merupakan gerakan postmodernis/neomodernis karena ia juga

bersikap kritis terhadap modernitas yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan sejati dan

kemanusiaan.
BABA III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Islam pada hakikatnya adalah ajaram revolusi diantaranya reformasi atas

aktivitas-aktivitas masyarakat yang lebih cenderungdogmatis puritan serta tidak

terlalu memihak kepada mereka yang membutuhkan penngayoman. Ketika otoritas

publik tersingkirkan, orang pun akan memilih sumber-sumber alternatif. Dalam

situasi di mana moralitas publik tidak beres; para pemimpin mengalami kemerosotan.

1. Islam konservatif

Secara linguistik, konservatisme berasal dari bahasa Yunani conservrᾱe yang

berarti melestarikan atau mengamalkan. Menurut kamus besar bahasa

Indonesia, konservatisme diartikan sebagai ideologi politik yang menjaga

kondisi dan stabilitas sosial, ingin melestarikan institusi yang ada, memerlukan

pembangunan bertahap, dan menentang perubahan radikal.

2. Islam radikal

Radikal berasal dari bahasa latin, radix, yang berarti akar. Dari akar kata tersebut,

radikalisme dimaknai berfikir tentang segala sesuatu sampai mendalam hingga ke

akar-akarnya

3. Islam moderat

secara kontekstual diilustrasikan oleh Khalid abu al-Fadl sebagai seorang muslim

yang tidak memperlakukan agama mereka laksana monument yang beku, namun

melakukannya lebih ke dalam suatu kerangka iman yang aktif dan dinamis, sehingga

seorang muslim moderat sangat menghargai berbagai macam pencapaian yang

diperoleh dari sesame muslim di masa lalu, namun mereka juga hidup di zaman
sekarang. Sedangkan secara tekstual moderasi dalam Islam dapat ditilik pada konsep

wasathiyah yang digali dari beberapa ayat dan hadis Nabi berikut

4. Islam Progresif

Islam Progresif (Progressive Islam) merupakan kajian Islam kontemporer yang

memperjuangkan penegakan nilai-nilai humanis, seperti pengembangan civil society,

demokrasi, keadilan, kesetaraan gender, pembelaan terhadap kaum minoritas, kaum

tertindas dan pluralitas. Ia merupakan kelanjutan dan kepanjangan dari gerakan Islam

Liberal.

Anda mungkin juga menyukai