ILMU KALAM
DI SUSUN OLEH
Rendi Ramadhan (22122535)
Arya Widhi Kusumah 22122503
2022
1
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Alhamdulillah, segala puji hanyalah milik Allah, berkat rahmat dan karunia-Nyalah
sehingga penulis dapat merampungkan makalah ini. Salawat serta salam semoga senantiasa
tercurah kepadanya, keluarganya, para sahabatnya, dan Insya Allah sampai kepada kita semua
yang tetap istiqamah pada risalah yang dibawahnya untuk mencerahkan dunia ini, yang dulunya
dunia ini diliputi kegelapan akan kejahiliaan, menjadi dunia yang penuh dengan cahaya Islam
yang terang-benderang.
Seiring dengan bergantinya zaman, maka semakin banyak pula pendapat dari para Ulama
Modern, khususnya dalam mengkaji Ilmu Kalam. Melihat fenomena ini, maka penulis mencoba
mengupas tentang pemikiran Kalam dari Ulama modern. Makalah yang anda pegang sekarang
ini berjudul “Pemikiran Kalam Ulama Modern”. Makalah ini khusus menganalisis pemikiran
kalam menurut Sir Muhammad Iqbal yang merupakan salah satu Ulama Modern.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pengampu yang telah
membimbing penulis sehingga bisa menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok
yang diberikan.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita tentang Keislaman, dan
meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT.
Syukran …
Kelompok 8
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ajaran Islam yang ajarannya berdasarkan dari Al Qur’an dan Al Hadits telah diyakini
oleh umat Islam dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang diproduksi oleh perputaran
zaman. Pada dasarnya islam itu satu, tetapi pada kenyataannya bahwa tampilan Islam itu
beragam, karena lokasi penampilannya mempunyai budaya yang beragam, perubahan zaman
telah membawa budaya dan teknologi yang berbeda-beda. Misalnya, ada komunitas yang senang
menampilkan Islam dengan pemerintahan kerajaan, ada pula yang senang pemerintahan
Republik. Bahkan, ada yang ingin kembali ke Pemerintah bentuk Khilafah ada yang terikat
dengan teks Al Qur’an dan Hadits dalam memahami ajaran Islam. Tidak bisa dihindari lagi,
semua merasa pemikirannyalah yang paling benar antara sesama muslim yang terjadi dimana-
mana dalam rangka menampilkan Islam. Tampaknya, pemahaman itu utuh, pesan Ketuhanan
dapat ditangkap, Fanatik buta dapat diredam, sejarah tampilan ajaran Islam dari waktu ke waktu
perlu dicermati. Dengan cara ini proses terselenggaranya syari’at Islam di masa Nabi dan
generasi-generasi berikutnya dapat dipahami. Alasan kebijakan para Tokoh Islam untuk maksud
ini pun dapat dimengerti. Dalam era ini kemudian teraktualisasi perdebatan Kalam di kalangan
Tokoh Modernis.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pemikiran kalam Ulama Modern khusunya Sir Muhammad Iqbal ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2. Pemikiran kalam Sir Muhammad Iqbal
Islam dalam pandangannya menolak konsep lama yang menyatakan bahwa alam bersifat
statis. Islam, katanya, mempertahankan konsep dinamis dan mengakui adanya gerak perubahan
dalam kehidupan social manusia.
Oleh karena itu, manusia dengan kemampuan khudinya harus menciptakan perubahan.
Besarnya terhadap gerak dan perubahan ini membawa pemahaman yang dinamis tentang Al
Qur’an dan hukum Islam. Tujuan diturunkannya Al Qur’an, menurutnya adalah membangkitkan
kesadaran manusia sehingga mampu menerjemahkan dan menjabarkan nas-nas Al Qur’an yang
masih global dalam realita kehidupan dengan kemampuan nalar manusia dan dinamika manusia
yang selalu berubah. Inilah yang dalam rumusan fiqh disebut Ijtihad, akan tetapi Sir Muhammad
Iqbal menyebutnya sebagai prinsip gerak dalam struktur Islam.
Oleh karena itu, intuk mengembalikan semangat dinamika Islam dan membuang kekakuan
serta kejumudan hukum Islam, Ijtihad harus dialihkan menjadi Ijtihad kolektif. Menurutnya,
peralihan kekuasaan Ijtihad individu yang mewakili Madzhab tertentu kepada lembaga
legislative Islam adalah satu-satunya bentuk yang paling tepat untuk menggerakkann spirit dalam
system hukum islam yang selama ini hilang dari umat Islam dan meyerukan kepada kaum
Muslimin agar menerima dan mengembangkan lebih lanjut hasil realisme tersebut.
Sebagaimana pandangan mayoritas ulama, beliau membagi kualifikasi ijtihad ke dalam tiga
tingkatan, yaitu:
Otoritas penuh dalam menentukkan perundang-undangan yang secara praktis hanya terbatas
pada pendiri madzhab-madzhab saja.
Otoritas reatif yang hanya dilakukan dala batas-batas tertentu dari satu madzhab.
Otoritas khusus yang berhubungan dengan penetapan hukum dalam kasus-kasus tertentu
dengan tidak terikat pada ketentuan-ketentuan pendiri madzhab.
a. Hakikat Teologi
Secara umum beliau melihat teologi sebagai ilmu yang berdimensi keimanan, mendasarkan pada
esensi tauhud (universal dan inklusivistik). Didalamnya terdapat jiwa yang bergerak berupa “
persamaan, kesetiakawanan dan kebebasmerdekaan ”. pandangannya tentang ontologi teologi
membuatnya behasil melihat anomali (penyimpanan) yang melekat pada literatur ilmu kalam
klasik.
b. Pembuktian Tuhan
Dalam membuktikan eksistensi Tuhan,beliau menolak argumenteleologis yang berusaha yang
membuktikan eksistensi Tuhan yang mengatur ciptaan-Nya dari sebelah luar. Walaupun
demikian, beliau menerima landasan teleologis yang imamen (tetap ada). Untuk menopang hal
5
ini, beliau menolak pandangan yang statis tentang matter serta menerima pandangan Whiteheaad
tentangnya sebagai struktur kejadian dalam aliran dinamis yang tidak berhenti. Karakter nyata
dalam konsep tersebut ditemukan beliau dalam “jangka waktu murni”-nya Bergson, yang tidak
terjangkau oleh serial waktu. Dalam “jangka waktu murni”, ada perubahan, tetapi tidak ada
suksesi (penggantian).
c. Jati Diri Manusia
Faham dinamisme beliau berpengaruh besar terhadap jati diri manusia. Penelusuran terhadap
pendaptnya tentang persoalan ini dapat dilihat dari konsepnya tentang ego, ide sentral dalam
pemikiran filosfisnya. Kata itu diartikan dengan kepribadian. Manusia hidup untuk mengetahui
kepribadiannya serta menguatkan dan mengembangkan bakat-bakatnya, bukan sebaliknya, yakni
melemahkan pribadinya, seperti yang dilakukan oleh para sufi yang menundukkan jiwa sehingga
fana denga Allah.
d. Dosa
Beliau secara tegas menyatakan dalam seluruh kwalitasnya bahwa Al-Quran menampilkan ajaran
tentang kebebasan ego manusia yang bersifat kreatif. Dalam hubungan ini, beliau
mengembangkan cerita tentang kejatuhan Adam (karena memakan buah terlarang) sebagai kisah
yang berisi pelajaran tentang “kebangkitan manusia dari kondisi primitif yang dikuasai oleh
hawa nafsu naluriah kepada pemilikan kepribadian bebas yang diperolehnya secara sadar,
sehingga mampu mengatasi kebimbangan dan kecenderungan untuk membangkang” dan
“timbulnya ego terbatas yang memiliki kemampuan untuk memiliki.”
e. Surga dan Neraka
Surga dan Neraka, kata beliau adalah keadaan, bukan tempat. Gambaran-gambaran tentang
keduanya di dalam Al-Quran adalah penamplan-penampilan kenyataan batin secara visual, yaitu
sifatnya. Neraka, menurut rumusan Al-Quran adalah “api Allah yang menyala-nyala dan yang
membumbung ke atas hati,” pernyataan yang menyakitkan mengenai kegagalan mnausia. Surga
adalah kegembiraan karena mendapatkan kemenangan dalam mengatasi berbagai golongan yang
menuju kepada perpecahan.
6
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
7
Daftar Pustaka
Abu Zahrah, Tarikh al-Mazahib al-Islamiyah,(Kairo: Dar al-Fkr al-Arabiyah, 1996).
Hanafi, Theology Islam, (Jakarta: Pusdtaka Al-Husna, 2003).
Abdul Rozak, Ilmu Kalam, (Bandung: Setia Pustaka, 2000) .
Abudin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1995).
Ahmad Qusyairi Ismail dkk, Mungkinkah Sunnah-Syi’ah Dalam Ukhuwah? (Pustaka Sidogiri,
2007).
Al-Gazali, Risalah-Al-Laduniyah, dalam Majmumah Rasail (Beirut:Daral-Fikr, 1966).
Effendi Bachtiar, Teologi Baru Politik Islam (Yogyakarta: Galang Press, 21).
Drs. Adeng Muchtar Ghazali, Perkembangan Ilmu Kalam dari Klasik hingga Modern
(CV.Pustaka Setia, 2005).
Elamansyah, Kuliah Ilmu Kalam Formula Meluruskan Keyakinan Umat di Era Digital
(Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2017).
Elamansyah, Kuliah Ilmu Kalam Formula Meluruskan Keyakinan Umat di Era Digital
(Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2017).
Faizal Amin, Ilmu Kalam (Pontianak: STAIN Pontianak Press, 2012).
Faizal Amin, Ilmu Kalam Sebuah Tawaran Pergeseran Paradigma Pengkajian Teologi Islam
(Pontianak: STAIN Pontianak Press, 2012).
Faizal Amin, Ilmu Kalam Sebuah Tawaran Pergeseran Paradigma Pengkajian Teologi Islam
(Pontianak: STAIN Pontianak Press, 2012).
Hasjmy, Syiah dan Alhusnah, ( Jakarta Selatan: Bina Ilmu, 1983).
Hans wehr, A Dictonary of Modern Writen Arabic, Mu’jam al-Lugah al-Arabiyahm Al-
Mu’ashirah (Bairut Libanon: Librairie du Liban, 1980).
Imam Muhammad Abu Zahra, Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam, (Jakarta Selatan: Logos
Publishing House, 1996).
Prof. Dr. M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam (Jakarta: PRENADAMEDIA
GROUP, 2014).