Anda di halaman 1dari 22

Berbicara Gaya Komunikasi Haji Agus Salim

Dalam pergaulan dan interaksi sehari-hari, baik sebagai pribadi, anggota


masyarakat, abdi negara, politikus, pengajar, ulama, penulis, serta diplomat unggul
memerlukan bahasa sebagai alat untuk berbicara. Setiap orang tentu memiliki cara
khas masing-masing dalam berbicara yaitu saat mengomunikasikan pesan kepada
orang lain dan HAS memiliki gaya komunikasi yang beragam. Liliweri (2015, hlm.
254 menjelaskan bahwa cara kita berperilaku saat berinteraksi baik dalam mengirim
maupun saat menerima pesan dinamakan gaya komunikasi. Setiap orang memiliki
keunikan masing-masing serta dapat menyukseskan sebuah interaksi karena dengan
mengenal satu sama lain gaya komunikasi masing-masing akan membuat setiap diri
mengembangkan relasi yang terhubung sehingga maksud dan tujuan tercapai
maksimal.
Salim sangat aktif mengupayakan kemajuan bangsa Indonesia. Dengan
berbagai upaya dilakukannya dalam rangka memperbaiki kehidupan rakyat Indonesia
untuk meraih kemajuan dalam segala bidang dan satu-satunya cara adalah bangkit
keluar dari cengkraman penjajahan Belanda. Dalam setiap sepak terjangnya, HAS
selalu memikirkan bagaimana rakyat Indonesia mendapatkan kemerdekaan yang
benar-benar diakui kedaulatannya di mata dunia karena penjajahan bertentangan
dengan kemanusiaan dan agama Islam.
Pengetahuan dan wawasan Agus Salim sangat luas karena rajin membaca dan
menulis buku, berbicara dalam banyak forum, aktif di organisasi, selalu belajar dan
banyak mencari pengalaman dengan bekerja di berbagai bidang ditambah
kemahirannya menguasai lebih dari delapan bahasa asing, antara lain: Arab, Perancis,
Turki, Jepang, Inggris, Cina, Jerman, Belanda, makin mengokohkan sosok ulama dari
Minang ini. Ketika Indonesia sedang berusaha meraih kemerdekaan, beliau aktif pada
organisasi dan masuk sebagai wakil rakyat yaitu sebagai angggota Voolksraad (1921-
1924), menjelang proklamasi kemerdekaan bergabung BPUPKI dan masuk panitia
sembilan, kemudian aktif bergerak langsung dalam pemerintahan setelah Indonesia
merdeka yaitu sebagai penasihat menteri luar negeri, menteri muda luar negeri, dan
beberapa kali menjadi menteri luar negeri pada beberapa kabinet di era setelah
kemerdekaan. Haji Agus Salim tampil sebagai diplomat ulung mewakili banyak
kepentingan RI untuk memperjuangkan kedaulatan Indonesia setelah dirongrong terus
oleh Belanda dan sekutunya padahal kemerdekaan sudah diproklamasikan tanggal 17
Agustus 1945 oleh Sukarno dan Hatta sebagai presiden dan wakil presiden saat itu.
Keunggulannya dalam berkomunikasi diplomasi HAS dapat dilihat dari hasil
yang ditorehkannya, yaitu pengakuan de jure dan de facto dari Mesir dan negara Arab
lainnya, sebagai wakil Indonesia saat penobatan Ratu Elizabeth II di Inggris, sebagai
wakil pada perundingan Linggarjati, Renville, Roem-Royen, dan Meja Bundar di
Denhag, serta berbicara menyuarakan aspirasi bangsa sampai ke Dewan Keamanan
PBB di lake Success yang membuahkan hasil berupa pengakuan kedaulatan RI
sepenuhnya secara global oleh dunia internasional.
Kemenangannya dalam berkomunikasi diplomasi yang utama adalah karena
kepandaiannya dalam berbahasa. Bagaimana akan menyampaikan pesan, aspirasi,
pendapat, atau sanggahan jika bahasa sebagai alat komunikasi tidak terkuasai dengan
baik. HAS membuktikan pentingnya penguasaan bahasa sebagai perangkat lunak yang
akan digunakan sebagai senjata ampuh dalam menghadapi persoalan bangsa.
Dalam pengungkapan bahasa atau berbicara pada setiap orang ada ciri khasnya
yang berbeda satu dengan yang lain namanya gaya berkomunikasi. Setiap orang
memiliki banyak gaya berkomunikasi yang dipadukan satu sama lain walaupun pasti
ada satu gaya yang menonjol pada dirinya.
Ada dua puluh gaya komunikasi HAS yang digunakan dalam kegiatannya baik
dalam: pemerintahan, berorganisasi, mengungkapkan humor, menentukan strategi
yang efektif dalam menggapai tujuan diplomasi komunikasi, dan pergaulan sehari-
hari yaitu:
1. Gaya komunikasi agresif-asertif
2. Gaya komunikasi langsung dengan perpaduan konteks rendah-tinggi
3. Gaya Komunikasi Mendengarkan: (11 gaya komunikasi)
a. Linear
b. Circular
c. Langsung
d. Low context
e. High context
f. Menyatakan emosi
g. Menghindari emosi
h. Intelektual
i. Relasional
j. Prosedural
k. Personal
4. Gaya Komunikasi Carl Jung:
a. Pengendali
b. Analisis
c. Sosial
d. Pengendali-analisis
5. Gaya komunikasi istimewa/khas HAS
a. Lugas
b. Tanggap
c. Religius
Kedua puluh gaya komunikasi diplomasi tersebut dari empat teori dengan
indikator Meyrs dan Briggs yaitu gaya utama komunikasi, gaya langsung dan tidak
langsung lengkap dengan peranan konteks yang digagas para anggota LCC, gaya
mendengarkan, serta gaya komunikasi dari Carl Jung, mayoritas ada sebagai gaya
komunikasi Salim dalam berdiplomasi (Liliweri, 2011, hlm. 319-324 & 2015, hlm.
259-260). Semua gaya tersebut membawa keberhasilan pada berbagai diplomasi
Salim yang mengharumkan namanya dan bangsa Indonesia, secara nasional dan
internasional.
Bahasa yang digunakan Haji Agus Salim yang dirangkai dengan kata-kata
menjadi kalimat yang diucapkannya saat berdiplomasi tertulis dalam berbagai sumber
buku serta dari berbagai tulisan baik sebagai naskah maupun dalam bentuk buku.
Bentuk kalimat langsung HAS dalam tulisan dan hasil karyanya menjadi contoh yang
dapat digunakan sebagai pedoman berbicara mahasiswa untuk tampil di presentasi di
depan umum.
Berikut ini gaya komunikasi yang digunakan HAS dalam berdiplomasi beserta
ciri-ciri dan contoh kalimat.
No Gaya
Komunikasi Ciri-Ciri Contoh Kalimat Penggunaan Kata
Diplomasi HAS dalam Kalimat (Chaer, 2011)
1. Gaya Utama: 1. Agresif: 1. “Kalau Tuan-Tuan 1. Penggunaan kata “kalau/
Gaya Agresif- a. yakin orang menganggap usaha jika/ seandainya” pada
Asertif menyukai & mendapatkan pengakuan kalimat no.1 sebagai kata
membenarkan de jure negara-negara penghubung yang
sikap & Arab atas Republik menyatakan syarat artinya
perkataan Indonesia bertentangan HAS mengungkapkan
b. berkarakter; dengan Perjanjian kalimat dengan yakin orang
perencanaan Linggarjati, apakah aksi lain mengakui dan
matang & militer yang Tuan membenarkan pernyataan
menjadi lancarkan terhadap kami dan sikap yang
pola/patron sesuai dengan Perjanjian menunjukkan makna
2. Asertif: Linggarjati? Pengakuan de percaya diri, tegas, lugas, &
a. percaya diri & jure yang kami peroleh tanggap. Kalimat
orang lain, sadar adalah akibat daripada pernyataan ini merupakan
diri, terbuka, aksi militer Tuan. Kalau tindakan penekan/penegas.
luwes, serbaguna, Tuan-Tuan melancarkan Ada sisi agresif yang
humoris, tegas, sekali lagi aksi militer didominasi asertif (tegas).
proaktif, serta terhadap kami, kami akan Dalam peristiwa
inisiatif mencapai pengakuan de pemerintahan ini, HAS
b. tahu apa yang jure dari seluruh dunia.” menggunakan kata
akan dikerjakan penghubung syarat ”kalau”.
dengan rencana Artinya HAS memberikan
yang tepat ultimatum kepada Belanda
c. sikap yang adil, jika melakukan pelanggaran
jujur, & konsisten lagi atas hasil kesepakatan
dengan tindakan pada perjanjian.
tepat yang Penggunaan kata tanya pada
diharapkan orang kalimat ini digunakan kata
lain tanya “apakah”. Pertanyaan
d. dapat menangani merupakan kalimat yang
situasi dengan mampu menekan lawan
efektif dengan agresif dan asertif.
e. sangat perasa: Penggunaan kata
antusias, ingin “akan/ingin/hendak”
damai & tenang memberikan makna orang
f. tingkatkan harga mengakui kita benar dan
diri & percaya bisa melakukan hal.
2. “Tuan sebutkan dulu apa
diri sendiri juga
kata “ekonomi” itu 2. Penggunaan kata “dulu”
orang lain
dalam bahasa Belanda.” seperti pada contoh kalimat
g. motivasi diri &
orang lain paham nomor 2 akan memberi
dimana posisinya. penegasan serta percaya diri
yang kuat karena
mengarahkan orang
melakukan hal lebih awal
yang sudah diyakini
pembicara tidak akan
3. ”Sebenarnya wanita dan sanggup dilakukannya.
pria mempunyai hak yang
sama. Jadi, di dalam rapat- 3. Penggunaan kata ”jadi”
rapat tidak perlu diadakan memberi peguatan akan
tabir pemisah antara pria kalimat yang diungkapkan
dan wanita.” sebelumnya dan hal ini
memberi kesan tegas dan
kokoh.
Penggunaan kata
penyangkalan seperti kata
“tidak dan tak”
menunjukkan orang
membenarkan saya,
pembicara menjadi
pola/patron, menaikan
4. ”Bagi yang sudah telanjur,
harga diri & percaya diri
silakan memilih: melepas
yang kuat.
keanggotaan partai lain
atau lepas dari Sarikat 4. Penggunaan kata “silakan
Islam sama sekali.” memilih” memberikan
makna orang yang percaya
diri & tegas sekaligus
luwes, terbuka, proaktif,
adil, antusias, ingin damai,
tenang, serta memotivasi
5. ”Tak seorang pun yang dan masing-masing akan
dapat menghalangi tahu ada diposisi mana
sebagaimana tak seorang berada.
pun yang memaksa.”
5. Penggunaan kata “pun”
sebagai partikel yang
menguatkan dengan
makna ”juga”: tegas,
percaya diri, proaktif, adil,
jujur, konsisten, & yakin
orang membenarkannya
dan sikap yang dilakukan.
2. Gaya Langsung a. mengucapkan hal 1. Saja akan merasa 1. Perhatikan penggunaan
& Tidak yang ada di hati dan bimbang berhubung kosakata yang jelas
Langsung: dimaksudkan (gaya dengan matjam2 kabar sehingga makna yang
Gaya Langsung langsung) angin (rumours) jang muncul mudah dipahami.
dengan Konteks b. pengucapan secara sebagian kentara sengadja 2. Kelima kalimat yang
Perpaduan langsung/eksplisit dikarang-karang oleh digunakan HAS pada
Rendah-Tinggi (konteks rendah) pihak Belanda dan contoh ini
c. mengetahui sesuatu sebagian tersiar oleh menunjukkan kata
secara luas (konteks kalangan2 bangsa kita yang diunngkap
tinggi) sendiri. Maka sangatlah sangat jelas dan
saja mengharap ananda mudah dipahami.
akan dapat memberi Artinya apa yang
sepenuh-penuh bantuan ingin disampaikan
kepada John Coast untuk diungkapkan apa
menjempurnakan tugas adanya.
kewajiban jang saja minta 3. Pada kalimat-kalimat
dia kerdajakan itu. tersebut menunjukkan
(cuplikan dari Surat untuk HAS memiliki
Utoyo Ramlan) pengetahuan dan
2. “...Semasa itu wawasan yang luas.
keislamanku seolah-olah
bawaan kebangsaan saja
dan bukanlah menjadi
agama keyakinan yang
bersungguh-sungguh.
Itupun di dalam masa
lima setengah tahun
kediaman saya di Hijaz
lima kali saya
mengerjakan Haji.
Adapun di dalam masa
beberapa tahun itu sikap
saya terhadap agama,
daripada tidak percaya
menjadi syak dan
daripada syak akhirnya
menjadi yakin, mengaku
keadaan Allah dan
agama Allah...”
3. ”Tidak perlu mencari
isme-isme lain yang
akan mengobati penyakit
pergerakan. Obatnya ada
di dalam asasnya sendiri,
asas yang lama dan
kekal, yang tidak dapat
dimubahkan orang,
sungguhpun kedunia
telah memusuhi dengan
permusuhan lain atau
ta’dzim. Asas itu ialah
Islam.”
4. ”Sebenarnya wanita dan
pria mempunyai hak
yang sama. Jadi, di
dalam rapat-rapat tidak
perlu diadakan tabir
pemisah antara pria dan
wanita.”
5. ”Mungkin di kala itu
atasan saya orang
Belanda sering merasa
kesal karena dalam
mengurus jemaah haji,
jika terjadi persoalan,
saya lebih banyak
berpihak kepada jemaah
daripada melihat
masalah dari pihak
Konsulat Belanda.”

3. Gaya
Mendengarkan:
a. Linear langsung ke pokok 1. ”Kalau Tuan-Tuan 1. Penggunaan kata per kata
masalah/eksplisit melancarkan sekali lagi yang digunakan efektif
aksi militer kami, kami dengan diksi yang tepat
akan mencapai pengakuan (lugas). Pemilihan kata
de jure di seluruh dunia.” yang tepat untuk
2. ”...perhimpunan menjelaskan sesuatu
lama-kelamaan tidak langsung pada intinya
memuaskan paham akan tepat sasarannya dan
saya...” berhasil mencapai tujuan
3. dan berhubung diplomasi, walaupun
dengan kepentingan kalimat yang diungkapkan
menjernihkan keadaan, bernada tekanan atau
semenjak itu pula saya situasi yang tidak
menjauhkan diri daripada menyenangkan.
tiap-tiap persidangan, 2. Penggunaan kata
dengan janji yang penghubung (konjungsi)
dikuatkan dengan sumpah, ”kalau” memberi
bahwa saya tidak akan keterangan syarat untuk
mengganggu atau terjadinya hal atau sesuatu
menghalangi langkah- sehingga langsung
langkah pergerakan yang menunjukkan kalimat
akan diatur pimpinan baru dengan makna ke intinya.
itu.” 3. Kelima kalimat contoh ini
4. ”tergantung menunjukkan bahwa
diawang-awang.” Karena kalimat-kalimat
didikan barat, lupa agama. pernyataan HAS langsung
Lagak hidup kebarat- pada intinya.
kabaratan, tetapi sikap Pengungkapannya secara
rasionil barat tak pernah eksplisit, langsung apa yag
dimiliki.” dituju itulah yang
5. ”Wajib umat Islam dkungkapkannya.
menjalankan syariat,
biarpun tidak ada
Indonesia merdeka,
biarpun tidak ada hukum
dasar Indonesia. Itu adalah
hak umat Islam yang
dipegangnya...
b. Circular a. Berbicara tidak 1. ”Yang Mulia, bau yang 1. Penggunaan kata-kata
langsung ke pokok tidak enak ini adalah bau dengan tepat memberi
masalah, terkadang rokok kretek yang kesan makna tidak
dengan anekdot atau sedang saya hisap, yang menyakiti lawan bicara,
contoh. dibuat dari tembakau dan walaupun bermakna
b. Memberi ruang cengkeh. Boleh saja sindiran halus.
orang menarik Yang Mulia tidak 2. Perhatikan makna yang
simpulan sendiri menyukainya. Tetapi, dimunculkan berbeda
justru bau inilah yang setelah berakhir kalimat.
menarik minat pelaut- 3. Penggunaan kata ”tidak”
pelaut Eropah datang ke pada kalimat 1, 2, 4, & 5
negara kami tiga abad memberi penekanan
yang lalu. ” setelah ada pernyataan
2. ”Ini sama sekali tidak, pada awal kalimat.
banyak orang yang lebih 4. Pada kalimat nomor 3,
pintar dari saya, Cuma penggunaan kata
saya belum bertemu penghubung ”karena” dan
dengan seorang di antara ”kalau” menunjukkan
mereka. kalimat majemuk.
3. ”Saya sekarang jauh Penggunaan kalimat
lebih dekat dengan divariasikan dengan
Khalid karena dia kalimat tunggal dan
Katolik. Artinya dia majemuk akan membuat
punya Tuhan. Kalau dulu lawan bicara tidak jenuh
kan dia ateis.” dalam menyimak. Makna
4. ”Tadi kurang lengkap yang dihadirkan memutar
saudara2. Jang tidak (tidak langsung) sehingga
berkumis dan tidak terasa bijaksana.
berjenggot itu seperti 5. Kata ”karena” merupakan
apa?” kata penghubung
5. ”Saya tidak mengira, menyatakan sebab,
bahwa di sini banjak djuga sedangkan kata ”kalau”
rupanja kambing2 jang merupakan konjungsi
hadir. Kepada ketua rapat syarat atau pengandaian.
saja minta supaja Keduanya digunakan
kambing2 itu dikeluarkan dalam kalimat HAS untuk
sadja dari gedung ini”. memberi penegasan &
penekanan.
6. Penggunaan kata ”tidak”
pada kalimat nomor 5
digunakan untuk
menyamarkan makna
sindiran tajam
menanggapi celetukan
lawan politik.

c. Langsung a. Pesan secara 1. ”Selama di HBS, saya 1. Penggunaan diksi dalam


langsung (to the memang sudah merasa semua kalimat bermakna
point) tertarik oleh Sociaal denotatif sehingga dapat
b. Tidak basa-basi & Democratie...” dipahami dengan mudah
jujur 2. ”Islam itu bukanlah agama oleh lawan bicara.
c. Tindakan pada yang statis tapi dinamis. 2. Kalimat yang digunakan
situasi pasti (tidak Tidak beku, tetapi dapat berupa kalimat majemuk,
mendua) mengikuti zaman sesuai tetapi karena menggunakan
dengan perkembangan kosakata yang mudah
zaman. Dasar agama dipahami sehingga tujuan
Islam tidak boleh berobah, komunikasi yang
tapi pelaksanaan dalam dimaksudkan tercapai.
masyarakat harus 3. Penggunaan kata
disesuaikan dengan penghubung berupa:
kemajuan zaman.” ”selama, tapi, tetapi, sebab,
3. ”Kamu mesti banjak kalau, dan, & karena” pada
membatja dan beladjar. kalimat 1-5 memberi
Sebab kalau nanti kita penguatan makna.
mendapat anak,
kemungkinan tidak akan
kita sekolahkan.”
4. ”Kalau saya yang menulis,
hanya ada dua
kemungkinan: saya tidak
memperdulikan
permintaan pemilik harian
atau saya menyerah dan
berkompromi dengan hati
nurani saya.”
5. ”Bohong dia, bukan
karena tak ada kendaraan,
tetapi memang saja jang
tidak mau pergi!”

d. Low Context a. Segala sesuatu harus 1. ”Bohong dia, bukan 1. Penggunaan kata ”bukan”
jelas, lengkap, dan karena tak ada kendaraan, pada kalimat no. 1 dan
tuntas dengan tetapi memang saja jang ”tidak” pada kalimat no. 2
ekspresi yang tepat tidak mau pergi!” menguatkan makna yang
b. Hindari situasi tak 2. ”Apa guna engkau mukim dapat memastikan tujuan
pasti di Makkah, padahal komunikasi dengan baik.
c. Menyatakan pesan engkau masih muda. Kita Penggunaan kata
dengan konkret datang kemari hanja untuk penyangkalan membuat
(eksplisit) beribadah, bukan untuk makna menjadi lebih
menuntut ilmu. Masanja konret.
telah lepas bagi orang 2. Pada kalimat no. 2
Indonesia jang hendak digunakan kata tanya ”apa”
beladjar Islam akan sebagai kalimat retoris yaitu
bermukim di Makkah. kalimat dengan kata tanya
Bertambah lama engkau tetapi tidak memerlukan
mukim di Makkah ini jawaban karena baik
nanti, bertambah pajah pembicara maupun
engkau menjesuaikan pendengar sama-sama
dirimu djika engkau sudah tahu jawabannya.
pulang kelak ketanah air!
Ditanah air kitalah engkau
tjoda mentjari ilmu dan
membina dirimu, sehingga
mendjadi ”orang” tidak
hanja mendjaji seorang
”lebai”!
3. ”Ia tidak mau menjuruh
terdjemahkan pidatonja.
Sebab saja mau bitjara
dalam bahasa Perantjis.”
4. ”Agama Islam tidak akan
dipandang lagi sebagai
pusaka yang menghalang-
halangi kemajuan, tidak
lagi sebagai tempat lari
karena takut ancaman hari
kiamat. Tetapi Islam
dijunjung tinggi sebagai
panji yang kita
banggakan, karena
ajarannya yang sudah tiga
belas abad tidak saja tahan
uji terhadap pemilihan
yang jujur, menang, kalau
dibandingkan dengan
agama apa pun, akan
tetapi juga tahan terhadap
perlakuan yang tidak
wajar dari ilmu
pengetahuan Barat.”
5. ”Dalam hubungan
kolonial tidak ada tempat
bagi politik sentimen jang
mengharapkan belas
kasihan si pendjajah.
Semuanya dikuasai, oleh
kenjataan dan angka-
angka.”

e. High Context a. Tidak jelas dan 1. ”Itu sama sekali tidak. 1. Penggunaan kalimat bisa
tegas dalam Banyak orang jang lebih panjang atau bisa juga
menyatakan sesuatu pintar dari saja, tjuma saja pendek, tergantung ada
b. Situasi belum lagi bertemu makna yang harus
mendua/tidak pasti dengan seorang di antara dimunculkan dengan sedikit
c. Makna implisit mereka.” memutar atau implisit
2. ”Memang, membatja dan sehingga bisa membuat
mempeladjari ada lain.” orang berpikir berbeda
3. ”Saja makan pakai tangan dengan yang dimaksud
oleh karena saja tahu pembicara atau penulis.
bahwa tangan saja bersih, 2. Pada no. 2 & 3 digunakan
sedang saja tidak tahu kalimat retoris yang berupa
apakah sendok dan garfu pertanyaan tetapi
itu bersih atau tidak!” sebenarnya tidak diperlukan
4. ”Paduka Jang Mulia, ini jawaban.
adalah bau kretek sigaret 3. Penggunaan kata
kretek saja, rokok ini penghubung ”akan tetapi”
terbuat daripada tembakau pada no. 4 memberikan
dan tjengkeh. Paduka jawaban yang menegaskan
boleh tidak menjukai bau akan pernyataan
ini sekarang, Jang Mulia. sebelumnya tentang situasi
Akan tetapi djustru bau yang dihadapi. Konjungsi
inilah dahulu jang menarik “tetapi” merupakan
bangsa Eropah pergi konjunngsi koordinatif yang
kenegeri saja.” menyatakan pertentangan
5. ”Saya tidak mengira, untuk menggabunngkan dua
bahwa disini banjak djuga kalimat dengan kedudukan
rupanja kambing2 jang setara yang bermakna
hadir. Kepada ketua rapat pertentangan.
aja minta supaja kambing2 4. Kalimat no. 5 digunakan
itu dikeluarkan sadja dari kata-kata yang jelas (lugas)
gedung ini”. tetapi menempatkan kata-
kata dengan lebih panjang
sehingga yang diberi
sindiran atau teguran tidak
terlalu merasa tertampar
dan dipermalukan.

f. Menyatakan a. Dengan perasaan & 1. ”Apa guna engkau mukim 1. Penggunaan kalimat retoris
Emosi emosi: semangat & di Makkah, padahal pada pernyataan no. 1
lugas engkau masih muda. Kita berupa penggunaan kata
b. Membangun datang kemari hanja ntuk tanya ”apa” tetapi baik
komitmen kuat & beribadah, bukan untuk pembicara maupun
kesepakatan menuntut ilmu. Masanja pendengar tidak
telah lepas bagi orang memerlukan jawaban atas
Indonesia jang hendak pertanyaan tersebut karena
beladjar Islam akan sudah mengetahui jawaban.
bermukim di Makkah. Pertanyaan selanjutnya
Bertambah lama engkau adalah penjelasan yang
mukim di Makkah ini merupakan jawaban atas
nanti, bertambah pajah pertanyaan pertama.
engkau menjesuaikan Penggunaan kata tanya
dirimu djika engkau yang menandakan
pulang kelak ketanah air! pertanyaan digunakan agar
Ditanah air kitalah engkau komunikasi berlangsung
tjoda mentjari ilmu dan menarik dan menggelitik
membina dirimu, sehingga yang menimbulkan
mendjadi ”orang” tidak kedalaman makna sehingga
hanja mendjaji seorang menggugah ke perasaan
”lebai”! terdalam.

2. ”Maatje, sudah 25 tahun 2. Pernyataan pada no. 2 & 3


jang lalu kita datang di membuat orang yang diajak
Djakarta, Masih ingat bicara terlibat secara
itu?”(hal.103) mendalam dalam perasaan.
Situasi tentu sangat
mendukung apalagi jika
3. ”Maatje dinginkah? Mari lawan bicara adalah orang
kututup kakimu dengan yang tersayang. Pada kedua
mantel.” kalimat tersebut digunakan
kalimat pernyataan karena
4. ”Kalau pemerintah itu menandakan pembicara
mengirim saja karena ingin mengetahui kesamaan
andjuran Kartini bukan perasaan atau pengetahuan
karena kemauan lawan bicara.
pemerintah sendiri lebih
baik tidak......” 3. Pada pernyataan ke. 4
kalimat menggunakan kata
5. penghubung yang
menyatakan syarat
terjadinya sesuatu.

g. Menghindari a. Dengan santun & 1. ”Paduka Jang Mulia, ini 1. Penggunaan kata demi kata
Emosi kalem, hindari adalah bau kretek sigaret yang meluas pada kalimat
emosi kretek saja, rokok ini menandakan bahwa
b. Memperhatikan terbuat daripada tembakau pembicara bermaksud
perasaan orang lain dan tjengkeh. Paduka menyampaikan pesan
c. Kokoh dengan boleh tidak menjukai bau khusus dengan jalan yang
tujuan komunikasi ini sekarang, Jang Mulia. santun agar orang lain
Akan tetapi djustru bau terjaga.
inilah dahulu jang menarik 2. Penggunaan kata
bangsa Eropah pergi penghubung pada no. 1-5
kenegeri saja.” yaitu pada kata: ”akan
tetapi, karena, dan,
2. Saja makan pakai tangan sementara, adalah, dan jika”
oleh karena saja tahu dalam kalimat berarti
bahwa tangan saja bersih menguatkan makna dengan
sedang saja tidak tahu baik, tergantung situasi dan
apakah sendok dan garfu kondisi yang dihadapi
itu bersih atau tidak!” masing-masing.
3. ”Saudara2, hadirin 3. Pada pernyataan no. 3
sekalian, dan ..... digunakan kata ganti untuk
kambing2 jang menanggapi pendengar
terhormat!” yang tidak sopan sehingga
4. ”Semua keutamaan tidak terasa kasar
prinsip-prinsip lain telah pernyataan HAS karena
ada dalam Islam, menyebutkan kata ganti
sementara semua cacat tersebut untuk memperhalus
dan kelemahan-kelemahan amarah.
prinsip-prinsip lain tidak
ada dalam Islam.”
5. “Adalah akan merugikan
besar kepada pergerakan
PSII, jika hendak
dikeraskan juga dengan
sikap nonkooperasi. Oleh
karena itu supaya PSII
mengambil sikap buat
melepaskan ‘non’ yang
sekali-kali tidak
bertentangan dengan
sikap’hijrah’ PSII...”
h. Intelektual a. Utamakan gagasan 1. ”Saya tidak mengira, 1. Perhatikan makna
dengan bahwa disini banjak djuga kata serta penggunaan
mendengarkan rupanja kambing2 jang kata yang membentuk
pendapat hadir. Kepada ketua rapat kalimat.
b. Menentang ide tidak aja minta supaja kambing2 2. makna yang muncul
orangnya jika tidak itu dikeluarkan sadja dari akan dipahami
sepakat gedung ini”. sebagai bentuk setuju
2. Ini sama sekali tidak atau tidak setuju
banyak orang yang lebih dengan gagasan yang
pintar dari saya, Cuma ditentukan atau
saya belum bertemu disepakati.
dengan seorang dari 3. Makna dari kata per
mereka.” kata dalam kalimat,
3. ”Buat apa dipeluk kalau memunculkan suatu
saya sudah pingsan.” ide yang kadang kali
4. ”Ketahuilah, masa muda sangat berbeda.
saya sama saja dengan
masa muda anda.
Meskipun dilahirkan dari
keluarga yang beragama,
dan dibesarkan dengan
mendapatkan didikan
agama, dalam waktu
singkat saya kehilangan
kepercayaan. Kepandaian
sekolah menggantikan
kepandaian hidup.
Penghidupan pelajar,
tanpa tanggungjawab
sungguh-sungguh,
memudahkan pergantian
itu. Dan keadaan itu akan
berlangsung dalam waktu
singkat sesudah kita
meninggalkan bangku
sekolah.”
5. ”Adanya perintah ini tidak
berarti adanya keharusan
orang perempuan
dipisahkan apalagi
menutup muka.”
i. Relasional a. Utamakan relasi 1. “Bagi yang sudah telanjur, 1. Penggunaan kata
b. Pentingkan perasaan silakan memilih: melepas penghubung ”bagi, jika, dan
orang lain keanggotaan partai lain supaya” menandai kalimat
c. Responsif & berhati- atau lepas dari SI sama dengan gaya komunikasi
hati dalam sekali.” relasional karena makna
berkomunikasi 2. “Adalah akan merugikan yang muncul adalah
besar kepada pergerakan merespon dengan hati untuk
PSII, jika hendak hubungan jangka panjang
dikeraskan juga dengan
sikap nonkooperasi. Oleh 2. Pada kalimat no. 4& 5
karena itu supaya PSII bagian kata yang ditebalkan
mengambil sikap buat memberi makna responsif
melepaskan ‘non’ yang tetapi dengan sangat peduli
sekali-kali tidak akan relasi jadi berhati-hati
bertentangan dengan dengan penggunaan kata
sikap’hijrah’ PSII...” dan kalimat dalam
3. ”Untuk menyebarluaskan penyampaiannya.
cita-cita perjuangkan SI
kita memerlukan alat,
yaitu surat kabar. Supaya
rakyat mengetahui tujuan
dan cita-cita Sarekat
Islam.”
4. ”Selamat malam.
Selamat datang di sini,
apa kabar.”
5. ”Saya hanya berkumpul
selama empat bulan di
sana. Rasanya sudah
bersahabat seumur
hidup.”

j. Prosedural a. Sesuai kebijakan, 1. “Bagi yang sudah Gaya komunikasi ini


aturan, atau telanjur, silakan menekakan pada konsisten
prosedur memilih: melepas atas kebijakan, aturan secara
b. Adil & utamakan keanggotaan partai lain adil dan untuk kebersamaan.
kebersamaan atau lepas dari SI sama Penggunaan kata penghubung
sekali.” sangat diperlukan untuk
menyatukan beberapa kalimat
2. “Adalah akan merugikan sehingga maknanya sampai
besar kepada pergerakan tetapi tidak membosankan
PSII, jika hendak karena pandai menggunakan
dikeraskan juga dengan kata penghung dan diksi
sikap nonkooperasi. lainnya sehingga membentuk
Oleh karena itu supaya kalimat efekti.
PSII mengambil sikap
buat melepaskan ‘non’
yang sekali-kali tidak
bertentangan dengan
sikap’hijrah’ PSII...”
”SI perlu diganti menjadi
partai, demi
terlaksananya cita-cita
yang luas dan
mendalam.”

3. ”Kira-kira begitulah.
Tetapi dalam praktik saja
tidak perlu
mempeladjarinya lebih
dahulu. Buku ini dibatja
bersama-sama. Sambil
mengadjar saja beladjar,
mempeladjarai jang
lama-lama kembali.
Karena sama-sama
belajar itu, guru dan
murid, dengan banjak
bertukar pikiran dan
bersoal dijawab,
peladjaran itu lebih
dalam masuknya
kedalam otak. Sampai
sekarang hasilnya
memuaskan.

4. ”Kamu mesti banjak


membatja dan beladjar.
Sebab kalau nanti kita
mendapat anak,
kemungkinan tidak akan
kita sekolahkan.”

5. ”Kalau diwaktu kita


menjanji Indonesia Raya
kita berdiri, apa salahnja
menghormati Nabi
Muhammad kitapun
berdiri!”
k. Personal a. Utamakan orang lain 1. “Adalah akan merugikan 1. Penggunaan kalimat dengan
& situasi yang besar kepada pergerakan kata pengandaian yaitu
dihadapinya PSII, jika hendak ”jika” kemudian diberikan
b. Adil, empati, & dikeraskan juga dengan penjelasan dengan
menghargai aturan sikap nonkooperasi. Oleh menggunakan kata-kata
sesuai situasi karena itu supaya PSII yang menyampaikan yang
mengambil sikap buat ideal.
melepaskan ‘non’ yang
sekali-kali tidak 2. Kalimat 2,3,4, & 5 bisa
bertentangan dengan dilihat pengguaan diksi
sikap’hijrah’ PSII...” yang tepat sehinga benar
2. ”Pemuda-pemuda Islam menggambarkan
harus mengajukan kepedulian, keadilan, dan
pengetahuannya dan hidup rasa empati serta menjadi
secara agama. Kebangsaan suatu aturan yang ada.
hendaknya dijiwai cita-
cita keagamaan.” 3. Penggunaan kata
3. ”Pengucilan kaum wanita penghubung antara lain:
merupakan suatu adat ”jika, oleh karena itu,
Arab, bukan keharusan karena, akan tetapi”
agama Islam.” digunakan untuk
4. ”Bukan karena lantaran menguatkan makna agar
kita duduk disana kita lebih jelas dan mengena
mendjadi tinggi, akan maknanya.
tetapi karena kita duduk
disini, maka tempat ini 4. Perhatikan makna yang
djadi tinggi!” dihadirkan dengan
5. ”Selamat malam. Selamat penggunaan kosakata yang
datang di sini, apa kabar.” ada berupa empati dan adil
sesuai aturan dan situasi
yang melatarinya.
4. Gaya dari Carl
Jung:
a. Pengendali a. Dapat 1. Kalau saya yang 1. Penggunaan kata
mengendalikan diri, menulis, hanya ada dua penghubung pengandaian
orang lain, & situasi kemungkinan: saya tidak yaitu ”kalau” pada kalimat
b. Fokus pada tujuan memperdulikan nomor 1 menunjukkan
akhir. permintaan pemilik seseorang yang menyatakan
c. Memiliki rasa yang harian atau saya ini memilki daya kendali
tinggi pada sesuatu menyerah dan atas diri, orang lain, dan
yang penting. berkompromi dengan situasi yang ada.
hati nurani saya.” 2. Penggunaan kata depan
2. ”Daripada ”daripada” disandingkan
menyerahkannya kata ”lebih baik” pada no. 2
kembali kepada Belanda, serta ada kata “tidak” pada
lebih baik saya bakar no. 3 juga semakin
Indonesia ini.” menguatkan makna
3. ”Adanya perintah ini seseorang yang memiliki
tidak berarti adanya dominasi mengendalikan.
keharusan orang 3. Pada kalimat no.4 sudah
perempuan dipisahkan demikian jelas karena berisi
apalagi menutup muka.” pengunngkapan syarat yang
4. ”Bersedia atas dua sjarat. harus dipenuhi pihak
Pertama, saya sendiri lain/lawan bicara.
sebagai adviseur dapat 4. Penggunaan kata “harus”
mengupas masalah itu dapat digunakan untuk
dimuka sidang dan menulis kalimat bergaya
kedua, isi pidatonja saya pengendali.
sendiri membuat.
5. ”Bahasa Indonesia harus
menjadi bahasa resmi di
Volkraad.”
b. Analisis a. Orientasi pada hal 1. ”Kepintaran dan 1. ”Dan & tapi” pada no.1,
dengan rincian kecerdasan bukan hanya ”untuk, tetap, & sejak” pada
tinggi, pemikir milik orang kulit putih, no. 2, selama pada no. 3,
handal juga terhadap tapi milik semua ”bahwa” pada no. 4, serta
orang lain & situasi manusia.” ”kalau” pada no. 5
b. Pekerja baik & 2. ”Pelajaran di sekolah saja digunakan untuk
penemu solusi tidak cukup. Kita harus menunjukkan kalimat dapat
c. Perencanaan matang belajar sendiri untuk divariasi sebagai kalimat
sebelum bertindak menambah pengetahuan tunggal dan majemuk
dan pengalaman. Sekolah dengan menggunakan kata
bukan satu-satunya tempat penghubung yang tepat
pendidikan, tetapi salah sehingga menampilkan
satu tempat pendidikan. kalimat dengan gaya
Kalau sudah berhenti dari komunikasi analisis.
sekolah, pendidikan akan
berjalan terus. Pendidikan 2. Kalimat-kalimat yang
itu dimulai sejak manusia digunakan merupakan
lahir, dan berakhir sampai kalimat majemuk, baik,
yang bersangkutan bertingkat, dan campuran.
meninggal. Pendidikan Hal ini karena memang
berlangsung sepanjang untuk gaya analisis
masa, selama manusia diperlukan penjelasan.
hidup di atas dunia ini.”
3. ”Selama di HBS, saya 3. Sama dengan penggunaan
memang sudah merasa kosakata pada kalimat
tertarik oleh Sociaal sebelumnya, pada contoh
Democratie...” kalimat ini juga penggunaan
4. ”....bahwa Muhammad diksi yang bermakna lugas
telah menyampaikan memberi kemudahan orang
sistem ekonomi sosialis lain dalam memahami
dua belas abad sebelum makna sehingga tidak perlu
Marx lahir....” berpikir lama untuk
5. Kalau begitu engkau mencerna maksud kalimat
sudah lebih djauh walaupun isinya berupa
mempelajari ekonomi dari analisis yang memerlukan
teman-temanmu di perincian dan pemikiran
sekolah jang sekelas handal serta ide-ide yang
dengan engkau. Dalam cermat.
waktu enam bulan kamu
sekolah barangkali belum 4. Kata depan antara lain: ”di,
sampai mempeladjari ke, dari” digunakan pada
seperempat bagian dari kalimat analisis ini dengan
buku Baumhaeur.” tepat.
c. Sosial a. Santai & suka 1.”Yang Mulia, bau yang 1. Penggunaan kata pada
bergaul tidak enak itu adalah bau kalimat terlihat bersahabat,
b. Kumpulkan rokok kretek yang sedang penyampaian bisa memutar
pendapat saya hisap, yang dibuat dari dengan penggunaan kata
c. Blak-blakan, cepat tembakau dan cengkeh. yang tepat.
memutuskan, & Boleh saja Yang Mulia (perhatikan konteks dari
tegas tidak menyukainya. Tetapi kalimat-kalimat tersebut)
justru bau inilah yang
menarik minat pelaut-pelaut 2. Penggunaan kata
Eropah datang ke negara penghubung dan kata depan
kami tiga abad yang lalu.” digunakan pada kalimat
2.”... untuk meningkatkan sehingga membentuk
rakyat sendiri, untuk kita kalimat efektif yang mudah
hormati sendiri, untuk dipahami.
meningkatkan ia (JIB)....”
3.”Meskipun saya lahir 3. Makna diksi yang
dalam keluarga muslim digunakan menampilkan
yang taat dan mendapat jiwa sosial yang santai dan
pendidikan agama sejak berbaur dalam pergaulan.
kanak-kanak (setelah masuk
sekolah Belanda) saya
mulai merasa kehilangan
iman.”
4.”Selama lima tahun di
Arab Saudi..... bertambah
dalam sikap saya terhadap
agama, dari tidak percaya
menjadi syak, dari syak
menjadi yakin mengakui
keadaan Allah dan agama
Allah.”
5.”Selamat malam. Selamat
datang di sini, apa kabar.”

d. Pengendali- a. Mampu kendalikan 1. ”Bibit kebangsaan perlu 1. Kalimat dibentuk


Analisis & analisis diri, ditanamkan kepada anak- menggunakan kosakata
orang lain, & situasi anak di samping kepastian/keharusan,
b. Pekerja baik, pelajaran-pelajaran seperti: ”perlu, sebenarnya,
penemu solusi lainnya. Anak-anak yang tidak ada, dikuasai,
dengan fokus pada bersekolah di sini jadinya, dan makin” yang
tujuan akhir dipersiapkan untuk menunjukkan dengan jelas
c. Perencanaan matang menjadi pemimpin, yang makna mengendalikan,
sebelum bertindak akan menggantikan tetapi diksi selanjutnya
karena merasa itu pemimpin yang telah tua.” menyajikan informasi yang
penting 2. ”Sebenarnya wanita dan harus dikaji lebih
pria mempunyai hak yang mendalam.
sama. Jadi, di dalam rapat-
rapat tidak perlu diadakan 2. Perhatikan makna kalimat
tabir pemisah antara pria 1-5 sehingga ditemukan
dan wanita.” keefektivan penggunaan
3. ”Dalam hubungan kosakata dan diksi yang
kolonial tidak ada tempat menampilkan paduan
bagi politik sentimen jang kendali dan analisis.
mengharapkan belas
kasihan sipendjajah. 3. Penggunaan kalimat singkat
Semuanya dikuasai, oleh (no. 5), sedang (no. 2-3),
kenjataan dan angka- serta panjang (no.4)
angka.” menunjukkan sama saja
4. ”Saja kan pengikut politik maknanya mengarahkan
non-ooperation. Djadinya orang untuk dalam
saja meneruskan politik kendalinya dan melakukan
itu sampai kesekolah. analisis atas kalimat-
Sifat pendidikan kolonial, kalimat tersebut.
seperti saudara dimuka
hakim di Den Haag sini, 4. Penggunaan kata sandang
ialah ”utiliteitsonderwijs”, dan penghubung digunakan
mengadakan pendidikan untuk membentuk kalimat
rakjat menurut keperluan efektif karena dengan gaya
sipendjadjah akan tenaga- komunikas paduan
tenaga pemikul kekuasaan pengendali dan analisis ini
dan kepentingan tentu bukan kalimat tunggal
perusahaan mereka. Sebab sederhana, melainkan bisa
itu pula udjud dari pada kalimat tunggal dengan
sekolah-sekolah kolonial perluasan dan kalimat
mendidik semangat budak. majemuk, baik setara
Sebab itu anak-anak saja maupun bertingkat.
saja didik sendiri.
Mulanya memang susah.
Saja adjar mereka
bersama-sama, kemudian
saja berikan peladjaran
jang lebih mendalam
kepada jang tertua dan
nanti jang tertua
meneruskan peladjaran itu
kepada adik-adiknja.”
5. ”Pengetahuan gunanja
untuk umum. Makin
banyak orang jang mau
membatja makin baik.”
5. Gaya
Istimewa/Khas:
a. Lugas a. Perkataan yang 1. ”...Bukan berarti bahwa 1. Kalimat lugas diwujudkan
pokok/perlu saja aksi massa tidak penting. dengan tidak
b. Apa adanya & tidak Jalannya yang demikian menggunakan kata-kata
berbelit-belit yang memberikan janji- atau frase-frase yang
janji perbaikan nasib bermakna kias atau
yang sering kalian tidak idiomatis, tidak bermakna
direalisasikan, malah ambigu (hal.40-41).
berbahaya.”
2. ”Tentu saja, karena dia 2. Perhatikan kata per kata
ayah saya.” dalam kalimat, semua
3. ”Kepintaran dan menampilkan makna yang
kecerdasan bukan hanya sebenarnya atau konotasi
milik orang kulit putih, sehingga jelas maknanya,
tapi milik semua tepat menggambarkan
manusia.” yang ingin disampaikan
4. ”Maatje, sudah 25 tahun pembicara/penulis dan
jang lalu kita datang di langsung dipahami karena
Djakarta, Masih ingat tidak berbelit-belit.
itu?”
5. ”Bahasa Indonesia harus
menjadi bahasa resmi di
Volkraad.”
b. Tanggap a. Segera mengetahui 1. ”Selamat malam. 1. Tanggap dijelaskan dalam
& melakukan Selamat datang di sini, KBBI (2014, hlm. 1397)
sesuatu apa kabar.” adalah segera mengetahui
b. Cepat dapat 2. ”goede dag, jongmens.” (keadaan dengan sungguh-
mengetahui & (selamat siang anak sungguh; cepat dapat
menyadari apa yang muda) mengetahui dan menyadari
terjadi 3. ”Hampir saya jatuh gejala yang timbul.
pingsan.”
“Buat apa dipeluk kalau 2. Kalimat yang diucapkan
saya sudah pingsan,” berupa reaksi cepat atas
HAS membuat suasana siituasi dan kondisi yang
mencair di tengah terjadi atau dihadapi.
ketegangan perundingan
perdamaian Indonesia 3. Umumnya kalimat dapat
dengan Belanda di kapal diketahui sebagai gaya
Renville dengan cara komunikasi tanggap karena
membuat lelucon.” diketahui situasi atau
4. ”Maatje dinginkah? Mari konteksnya. Namun, pada
kututup kakimu dengan kalimat-kalimat no. 1-5
mantel.” menunjukkan makna
5. ”Bahasa Indonesia harus tanggap walaupun tidak
menjadi bahasa resmi di dijelaskan konteks atau
Volkraad.” situasi yang
melatarbelakangi kalimat
tersebut karena pemilihan
kata yang tepat.

c. Religius a. Bersifat 1. ”...Semasa itu 1. Menggunakan istilah


keagamaan keislamanku seolah-olah keagamaan, antara lain
b. Berkaitan bawaan kebangsaan saja Islam.
dengan dan bukanlah menjadi
kereligiusan agama keyakinan yang 2. Menyebut sang Pencipta:
(religi) bersungguh-sungguh. Allah, Tuhan, atau Yang
Itupun di dalam masa lima Kuasa yang menjelaskan
setengah tahun kediaman kalimat ini sarat akan sisi
saya di Hijaz lima kali kereligiusan pembicaranya.
saya mengerjakan Haji.
Adapun di dalam masa 3. Kalimat-kalimat no. 1-5
beberapa tahun itu sikap menampilkan kereligiusan
saya terhadap agama, Islam karena HAS seorang
daripada tidak percaya muslim yang taat, hal ini
menjadi syak dan daripada wajar jika diksi yang
syak akhirnya menjadi digunakan adalah
yakin, mengaku keadaan keislaman. Namun, untuk
Allah dan agama Allah...” penganut agama lain bisa
2. ”Tidak perlu mencari saja menggunakan diksi
isme-isme lain yang akan sesuai agama yang
mengobati penyakit dianutnya.
pergerakan. Obatnya ada 4. Kereligiusan dapat dilihat
di dalam asasnya sendiri, dari pengucapan syukur
asas yang lama dan kekal, pada sang Pencipta, memuji
yang tidak dapat kemuliaan yang Kuasa,
dimubahkan orang, keikhlasan, serta doa-doa
sungguhpun kedunia telah yang selalu terucap dalam
memusuhi dengan segala kegiatan atau
permusuhan lain atau tindakan yang dilakukan
ta’dzim. Asas itu ialah dan pada kalimat yang
Islam.” diucapkannya.
3. ”Kitab Islam yang
bernama Al Qur’an, yang 5. Penggunaan kata sandang
mengandung teguran dan “yang”, kata depan “di,
ajaran, peringatan dan daripada, & dalam”, atau
petunjuk bagi segala kata penghubung antara
manusia dalam dunia tidak lain: ”dan, tetapi, atau, akan
kurang mengandung tetapi, dengan, ialah,
nasihat pekerjaan adalah, yakni, bahwa,
kebajikan.... Akan tetapi apabila, & tapi” tetap
dalam AL Qur’an itu digunakan dalam kalimat-
adalah terkandung kalimat bergaya komunikasi
perintah yang melarang diplomasi religius ini
kita bersaudara, yakni sehingga memberi kesan
berikatan lahir batin kokoh maknanya.
dengan orang yang tidak
sama keyakinan dengan
kita. Menurut ayat itu
adalah mereka itu selalu
hendak mengelirukan kita
dan bahwa mereka itu
suka apabila kita
menderita bencana.”
4. ”Pemuda-pemuda Islam
harus mengajukan
pengetahuannya dan hidup
secara agama. Kebangsaan
hendaknya dijiwai cita-
cita keagamaan.”
5. .”Islam itu bukanlah
agama yang statis tapi
dinamis. Tidak beku,
tetapi dapat mengikuti
zaman sesuai dengan
perkembangan zaman.
Dasar agama Islam tidak
boleh berobah, tapi
pelaksanaan dalam
masyarakat harus
disesuaikan dengan
kemajuan zaman.”

Anda mungkin juga menyukai