MAKALAH
Dosen Pengampu :
Muhammad Dwi Toriyono, M.Pd.
Disusun Oleh :
Kelompok 7 PAI-3F
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani
dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Muhammad
SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama
yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
1. Prof. Dr. Maftuhin, M.Ag. Selaku rektor UIN Tulungagung yang telah
memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
2. Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Muhammad Dwi Toriyono, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
teologi dan moderasi Islam yang telah membimbing dan memberikan
masukan-masukan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.
4. kedua orang tua yang telah memberikan semangat serta dukungannya.
5. Civitas UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. yang telah memberikan
izin dan fasilitas kepada penulis untuk mencari dan mendapatkan tambahan
pengetahuan dalam menyelesaikan makalah ini.
6. Teman-teman PAI 3F yang selalu mendukung penulis dalam pengerjaan
makalah ini.
i
Dengan penuh harap, semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT dan
tercatat sebagai amal salih. Penulis sadar bahwa penyusunan makalah ini banyak
terdapat kesalahan karena keterbatasan penulis sebagai manusia biasa, untuk itu kritik
dan saran sangat penulis harapkan demi kesempatan penulis dalam menyelesaikan
tugas-tugas dimasa datang. Semoga dengan adanya makalah ini bisa bermanfaat
kepada siapa saja yang membaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ................................................................................................. 2
A. Pengertian Islam tradisional ..................................................................... 2
B. Pengertian Islam Modern ......................................................................... 2
C. Ciri Pemikiran Islam tradisional............................................................... 3
D. Ciri pemikiran Islam modern.................................................................... 4
E. Perbandingan Islam tradisional Dan Modern ........................................... 5
F. Studi kasus Islam tradisional dan modern di Indonesia. .......................... 7
BAB III ................................................................................................................... 9
PENUTUP .......................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ............................................................................................... 9
B. Saran ....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam tradisional merupakan salah satu corak paham keislaman
yang paling populer dan banyak dianut oleh masyarakat Indonesia sejak
dulu kala. Paham keislaman ini sering dikonfrontir dengan Islam modernis
yang menuduh Islam tradisional sebagai penghambat kemajuan dan
membawa kemunduran umat Islam. Berbagai pemikiran yang dilakukan
kaum modernis untuk membawa umat Islamkepada kemajuan adalah
dengan terlebih dahulu meninggalkan sikap tradisionalnya.
Islam modern yang bertumpu pada Qur‟an dan Sunnah berupaya
untuk mengembalikan kembali umat Islam kepada sumber ajarannya yang
tidak pernah usang ditelan zaman, namun perlu sebuah penelaahan lebih
mendalam dari nash yang ada. Hal ini menimbulkan beberapa reaksi dari
umat Islamsendiri, dengan beragam ekspresinya.
Makalah ini mencoba menelaah tentang Islam tradisional dan Islam
modern, apa pengertian serta ruang lingkupnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi Islam tradisional dan Islam modern ?
2. Bagiamana ciri-ciri pemikiran Islam tradisional dan modern ?
3. Seperti apa perbandingan Islam tradisional dan modern ?
4. Bagaimana contoh studi kasus Islam tradisional dan modern di
indonesia?
C. TUJUAN
1. Menggambarkan definisi Islam tradisional dan Islam modern.
2. Menyebutkan ciri-ciri pemikiran Islam tradisional dan modern.
3. Menyebutkan perbandingan Islam tradisional dan modern.
4. Menggambarkan contoh studi kasus Islam tradisional dan modern
di indonesia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kata modern diwakili dengan makna terbaru atau mutakhir, atau sikap
dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan zaman. 2 Jika
kata modern disebut dengan modernisme, maka kata ini berarti gerakan yg
bertujuan menafsirkan kembali doktrin tradisional, menyesuaikannya dengan
aliran-aliran modern seperti filsafat, sejarah, dan ilmu pengetahuan.
1
Dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia online, http://pusatbahasa.diknas.go.id/-
kbbi/index.php
2
Dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia online, http://pusatbahasa.diknas.go.id/-
kbbi/index.php
2
Islam modern dalam hal pemikiran berarti corak pemikiran dalam Islam
yang berlaku sesuai dengan tuntutan zaman. Ia selalu akan menyesuaikan
dengan sesuatu model yang baru, berupaya dengan sungguh-sungguh untuk
melakukan reinterpretasi terhadap pemahaman, pemikiran dan pendapat
tentang masalah ke-Islaman yang dilakukan oleh pemikiran terdahulu untuk
disesuaikan dengan perkembangan zaman. 3
3
Abudin Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islamdi Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo Persada,
2001, hlm. 155.
4
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta, Bulan
Bintang, 1975, hlm. 9.
3
Hal ini dikarenakan mereka mengganggap bahwa kelompoknya yang
paling benar.
2. Berorientasi kebelakang. Islam tradisionalis menilai bahwa berbagai
keputusan hukum yang diambil oleh para ulama di masa lampau
merupakan contoh ideal yang harus diikuti. Hal demikian muncul sebagai
akibat dari pandangan mereka yang terlampau mengagungkan para ulama
masa lampau dengan segala atributnya yang tidak mungkin dikalahkan
oleh para ulama atau sarjana yang muncul belakangan.
3. Cenderung kurang menghargai waktu.
4. Cenderung tidak mempersalahkan tradisi yang terdapat dalam agama.
Pada waktu Islam datang ke indonesia, di indonesia sudah terdapat
berbagai macam agama dan tradisi yang berkembang dan selanjutnya
ikut mewarnai tradisi dan paham keagamaan yang ada. Tradisi yang
demikian itu tidak dipermasalahkan yang penting dapat menentramkan
hati dan perasaan mereka.
5. Cenderung lebih mengutamakan perasaan daripada akal pikiran.
6. Cenderung bersifat jabariyah dan teosentris, yaitu sikap pasrah, patuh dan
tunduk pada Tuhan diiringi dengan keyakinan bahwa segala sesuatu jika
Tuhan mengizinkan akan terjadi.
7. Kurang menghargai ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
selalu dan pasti cenderung atau membawa pemikiran dan kehidupan umat
Islam kepada harmoni kehidupan saat ini.5 Pemikiran modern di Indonesia
telah terlihat pada akhir abad ke-19, ketika generasi ulama Indonesia yang
belajar di Haramain (Mekkah dan Madinah) yang dikenal dengan Ashhab Al-
Jawiyyin, menyadari bahwa metode dan tatanan berfikir (mindset) tradisional
dalam Islam tidak akan sanggup menghadapi tantangan kolonialisme dan
5
Samuel Graham Wilson, Modern Movements Among Moslems, New York, Fleming Company,
TT, hlm. 153.
4
peradaban modern.6 Dari pengaruh Arab ini kemudian menjadikan beberapa
perubahan aktifitas keIslaman di Indonesia terutama dalam bidang
pendidikan. Genealogi intelektual di Indonesia terbagi menjadi tiga,
1. pertama, mereka yang berorientasi Barat yang saat itu biasa disebut
sebagai kaum terpelajar atau kemadjoean.
2. Kedua, adalah mereka yang masih berpegang teguh pada khazanah
agung. “Mereka ini diwakili oleh kaum tradisionalis-konservatif”.
3. Ketiga, mereka yang berhaluan pembaharuan atau modernisme Islam.
Mazab juga merupakan salah satu ciri dari konsep Islam tradisional.
Madzhab adalah panutan yang harus diikuti dalam masalah agama.
Muslim tradisional di Indonesia kebanyakan menganut Madzhab Syafi‟I
dalam bidang fiqih, dan menganut aliran Asy‟ari dalam bidang akhidah.
Terdapat keharusan untuk mengikuti apa saja yang dikatakan oleh pendiri
mazhab yang dianutnya tanpa maneliti kebenarannya. Kondisi ini dikenal
juga dengan taqlid. Taqlid berarti mengikuti suatu perbuatan orang yang
dianggap mengerti seperti kiai atau ulama dengan tidak mengetahui
6
Yudi Latif, Inteligensia Muslim dan Kuasa : Genealogi Intelegensia Muslim Indonesia Abad Ke-
20, Bandung, Mizan Media Utama, 2005, hlm. 108.
7
Lihat Deliar Noer, The Modernist Muslim Movement in Indonesia, 1900-1942, Sin-gapore:
Oxford University Press, 1973.
5
alasannya. Perbuatan seperti ini menjadi tradisi pada masyarakat Islam
tradisional.
2. Islam modern
6
tengah masyarakat secara terbuka melalui surat kabar, majalah, serta
tabligh di gedung-gedung besar. Islampun mulai masuk ke pelajaran di
sekolah-sekolah yang didirikan Belanda. Melalui organisasi dikalangan
modern ini Islammenjadi kekuatan sosial yang terorganisir dan bergerak
pada tingkat nasional. Beberapa organisasi Islam modern yang masih
bertahan hingga sekarang yakni, Muhammadiyah dan Persatuan Islam
(Persis).
8
Martin van Bruinessen, “Kitab Kuning: Books in Arabic Script Used in the Pesantren Milieu”
BKI, 146 (1990), 226-269; “Pesantren and Kitab Kuning: Maintenance and Continuation of a
Tradition of Religious Learning”, Mizan (Jakarta), V, 2 (1992), 27-48.
7
reformis cenderung tidak berbunga-bunga; dengan kata lain, cenderung
sangat “bersahaja” dan, karena itu, agaknya “kering” dari pengalaman
keberagamaan yang intens.
Selain itu, penekanan NU pada pentingnya taglid, menurut Martin, juga
bersumber dari penghormatan dan respek mereka yang begitu tinggi kepada
ulama, baik yang sudah wafat maupun yang masih hidup. Ini didasarkan
pada hadis Nabi yang menyatakan bahwa ulama adalah pewaris para nabi
(al-`ulamd‟warathat al-anbiyd).9 Tetapi, penghormatan kepada ulama di
lingkungan kaum tradisionalis cenderung berlebih-lebihan, sehingga
mendatangkan gugatan tidak hanya dari kubu modernis dan reformis, tetapi
bahkan dari kalangan muda NU. Dewasa ini terdapat beberapa pemikir
muda NU yang cenderung liberal, yang meng-anggap bahwa penghormatan
itu merupakan semacam “feodalisme ulama”.
Kaum modernis dan reformis, seperti diketahui, tentu saja sangat
menekankan ijtihad dan menolak keras apa yang mereka sebut sebagai
“taglid buta”, yakni mengikuti saja pendapat ulama masa lampau tanpa
pemikiran kritis. Bagi mereka sikap taglid merupakan salah satu sebab
pokok kemunduran Islam dan kaum Muslimin. Karena itu, jika kaum
Muslimin ingin maju, mereka harus meninggalkan sikap taqlid buta dan,
sebaliknya, mengembangkan ijtihad; berpikir secara independen untuk
menghasilkan rumusan-rumusan baru yang lebih sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan zaman.
9
Ibid.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Islam tradisional merupakan model pemikiran yang berusaha
berpegang pada tradisi-tradisi yang telah mapan. Bagi mereka, segala
persoalan umat telah diselesaikan secara tuntas oleh para ulama terdahulu.
Kata modern diwakili dengan makna terbaru atau mutakhir, atau sikap dan
cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan zaman. Jika kata
modern disebut dengan modernisme, maka kata ini berarti gerakan yg
bertujuan menafsirkan kembali doktrin tradisional, menyesuaikannya
dengan aliran-aliran modern seperti filsafat, sejarah, dan ilmu
pengetahuan.
Ciri Pemikiran Islam tradisional adalah eksklusif (tertutup),
berorientasi kebelakang. Sedangkan ciri pemikiran Islam modern adalah
selalu dan pasti cenderung atau membawa pemikiran dan kehidupan umat
Islamkepada harmoni kehidupan saat ini.
Perbandingan Islam tradisional Dan Modern. Konsep Islam tradisional
menurut Deliar Noer adalah kelompok Islam yang masih mempertahankan
tradisi dan tertutupnya pintu ijtihad bagi umat Islam yang menurut
golongan tradisional sebagai konsekuensi dari tidak adanya sosok
pembaruan yang memenuhi syarat untuk melakukan ijtihad (mujtahid).
Sedangkan Islam modern adalan paham yang ke-islaman yang didukung
oleh sikap yang rasional, ilmiah serta sejalan dengan hukum-hukum Tuhan
baik yang terdapat dalam al-Qur‟an maupun alam raya. Islam modern
memiliki pemikiran yang dinamis, progressif dan mengalami penyesuaian
dengan ilmu pengetahuan.
Studi kasus Islam tradisional dan modern di Indonesia. Kaum
tradisionalis umumnya terhadap hadis lebih dari pada apa yang
dikemukakan Martin tadi. Kaum tradisionalis khususnya NU cenderung
menerima hadis secara relatif longgar. Sebaliknya, kaum reformis dan
modernis, seperti dikemukakan terdahulu, memperlakukan hadis secara
9
ekstra hati-hati. Bagi mereka, yang terpenting adalah otensitas atau
kemurnian hadis, terutama dari segi sanadnya. Mereka bisa menerima
hanya hadis-hadis yang betul-betul sahih sanadnya dan sebaliknya
menolak hadis-hadis dhaif yakni cacat sanadnya meski matan isi nya dapat
mendorong ke arah apa yang disebut kaum tradisionalis sebagai fadhd‟il
al- amal.
B. SARAN
Pengelompokan mengenai Islam tradisional dan modern tidaklah
perlu megelompokkan golongan atau aliran yang ada. Karean hal tersebut
dapat menyakiti perasaan atau bahkan bisa merendahkan suatu aliran.
Selain itu perlunya penelitian lebih lanjut mengenai Islam tradisional dan
islma modern sebab dari penelitian yang sudah ada itu sudah sangat lama
sekali penelitiannya, jadi beberapa informasi sudah tidak relevan dengan
kondisi Islam saat ini.
10
DAFTAR PUSTAKA
Lihat Martin van Bruinessen, “Kitab Kuning: Books in Arabic Script Used in the
Pesantren Milieu” BKI, 146 (1990), 226-269; “Pesantren and Kitab
Kuning: Maintenance and Continuation of a Tradition of Religious
Learning”, Mizan (Jakarta), V, 2 (1992), 27-4Lihat Martin van Bruinessen,
“Kitab Kuning: Books in Arabic Script Used in the Pesantren Milieu”
BKI, 146 (1990), 226-269; “Pesantren and Kitab Kuning: Maintenance
and Continuation of a Tradition of Religious Learning”, Mizan (Jakarta),
V, 2 (1992), 27-48.8.
11