Anda di halaman 1dari 15

ISLAM TRADISIONAL dan ISLAM MODERN

MAKALAH

Diajukan nuntuk Memenuhi Tugas Matakuliah


TEOLOGI dan MODERASI ISLAM

Dosen Pengampu :
Muhammad Dwi Toriyono, M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 7 PAI-3F

1. Muhamad Sohibul Muslihin 126201201039 (05)


2. Sabrina Khumairoh 126201202189 (23)
3. Rina Awalu Ni'matuddin 126201203292 (35)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani
dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Muhammad
SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama
yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi


tugas matakuliah pendidikan bahan ajar dengan judul “ISLAM TRADISIONAL dan
ISLAM MODERN”. Penulisan mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
membantu menyelenggarakan makalah ini. Ucapan terimakasih tidak lupa penulis
sampaikan kepada :

1. Prof. Dr. Maftuhin, M.Ag. Selaku rektor UIN Tulungagung yang telah
memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
2. Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Muhammad Dwi Toriyono, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
teologi dan moderasi Islam yang telah membimbing dan memberikan
masukan-masukan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.
4. kedua orang tua yang telah memberikan semangat serta dukungannya.
5. Civitas UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. yang telah memberikan
izin dan fasilitas kepada penulis untuk mencari dan mendapatkan tambahan
pengetahuan dalam menyelesaikan makalah ini.
6. Teman-teman PAI 3F yang selalu mendukung penulis dalam pengerjaan
makalah ini.

i
Dengan penuh harap, semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT dan
tercatat sebagai amal salih. Penulis sadar bahwa penyusunan makalah ini banyak
terdapat kesalahan karena keterbatasan penulis sebagai manusia biasa, untuk itu kritik
dan saran sangat penulis harapkan demi kesempatan penulis dalam menyelesaikan
tugas-tugas dimasa datang. Semoga dengan adanya makalah ini bisa bermanfaat
kepada siapa saja yang membaca.

Blitar, 14 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ................................................................................................. 2
A. Pengertian Islam tradisional ..................................................................... 2
B. Pengertian Islam Modern ......................................................................... 2
C. Ciri Pemikiran Islam tradisional............................................................... 3
D. Ciri pemikiran Islam modern.................................................................... 4
E. Perbandingan Islam tradisional Dan Modern ........................................... 5
F. Studi kasus Islam tradisional dan modern di Indonesia. .......................... 7
BAB III ................................................................................................................... 9
PENUTUP .......................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ............................................................................................... 9
B. Saran ....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam tradisional merupakan salah satu corak paham keislaman
yang paling populer dan banyak dianut oleh masyarakat Indonesia sejak
dulu kala. Paham keislaman ini sering dikonfrontir dengan Islam modernis
yang menuduh Islam tradisional sebagai penghambat kemajuan dan
membawa kemunduran umat Islam. Berbagai pemikiran yang dilakukan
kaum modernis untuk membawa umat Islamkepada kemajuan adalah
dengan terlebih dahulu meninggalkan sikap tradisionalnya.
Islam modern yang bertumpu pada Qur‟an dan Sunnah berupaya
untuk mengembalikan kembali umat Islam kepada sumber ajarannya yang
tidak pernah usang ditelan zaman, namun perlu sebuah penelaahan lebih
mendalam dari nash yang ada. Hal ini menimbulkan beberapa reaksi dari
umat Islamsendiri, dengan beragam ekspresinya.
Makalah ini mencoba menelaah tentang Islam tradisional dan Islam
modern, apa pengertian serta ruang lingkupnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi Islam tradisional dan Islam modern ?
2. Bagiamana ciri-ciri pemikiran Islam tradisional dan modern ?
3. Seperti apa perbandingan Islam tradisional dan modern ?
4. Bagaimana contoh studi kasus Islam tradisional dan modern di
indonesia?
C. TUJUAN
1. Menggambarkan definisi Islam tradisional dan Islam modern.
2. Menyebutkan ciri-ciri pemikiran Islam tradisional dan modern.
3. Menyebutkan perbandingan Islam tradisional dan modern.
4. Menggambarkan contoh studi kasus Islam tradisional dan modern
di indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Islam tradisional

Pengertian Islam tradisional berasal dari bahasa Inggris, "tradition"


artinya tradisi. Dalam kamus bahasa Indonesia, kata tradisi diartikan segala
sesuatu, seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran dan sebagainya yang
turun temurun dari nenek moyang. 1

Dalam perkembangan selanjutnya, Islam tradisional tidak hanya


ditujukan kepada mereka yang berpegang teguh kepada Al-Qur`an dan Al-
sunnah, melainkan juga hasil pemikiran (ijtihad) para ulama yang dianggap
unggul dan kokoh dalam berbagai bidang keilmuan, seperti "fiqih" (hukum
Islam), tafsir, teologi, "Tasawuf", dan sebagainya.

Islam tradisional merupakan model pemikiran yang berusaha berpegang


pada tradisi-tradisi yang telah mapan. Bagi mereka, segala persoalan umat
telah diselesaikan secara tuntas oleh para ulama terdahulu. Tugas kita
sekarang hanyalah menyatakan atau merujukkan kembali. Perbedaan
kelompok ini dengan fundamentalis terletak pada penerimaannya pada tradisi.
Fundamentalis membatasi tradisi yang diterima hanya sampai pada khulafa'
al-rasyidin, sedang tradisionalis melebarkan sampai pada salaf al-shalih,
sehingga mereka bisa menerima kitab-kitab klasik sebagai bahan rujukannya.

B. Pengertian Islam Modern

Kata modern diwakili dengan makna terbaru atau mutakhir, atau sikap
dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan zaman. 2 Jika
kata modern disebut dengan modernisme, maka kata ini berarti gerakan yg
bertujuan menafsirkan kembali doktrin tradisional, menyesuaikannya dengan
aliran-aliran modern seperti filsafat, sejarah, dan ilmu pengetahuan.

1
Dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia online, http://pusatbahasa.diknas.go.id/-
kbbi/index.php
2
Dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia online, http://pusatbahasa.diknas.go.id/-
kbbi/index.php

2
Islam modern dalam hal pemikiran berarti corak pemikiran dalam Islam
yang berlaku sesuai dengan tuntutan zaman. Ia selalu akan menyesuaikan
dengan sesuatu model yang baru, berupaya dengan sungguh-sungguh untuk
melakukan reinterpretasi terhadap pemahaman, pemikiran dan pendapat
tentang masalah ke-Islaman yang dilakukan oleh pemikiran terdahulu untuk
disesuaikan dengan perkembangan zaman. 3

Modernisasi dalam masyarakat barat adalah pikiran, aliran, gerakan atau


usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama,
dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan
oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. 4

Jika dikatakan bahwa Islam modern di Indonesia direpresentasikan oleh


Muhammadiyah, sebagai reaksi dari kelompok Indigenized Islam dan
kelompok tradisonal, ternyata tidak berhenti pada tiga kelompok ini saja.
Masih ada kelompok Islamisme, yang mengusung konsep „Arabisme‟ dalam
pemikirannya dan kelompok Neo-Modernisme yang mengusung ide-ide
liberalisme dalam isu-isu pemikirannya. Fenomena ini membagi kelompok
Islam modern di Indonesia kepada dua tipe :

1. Modernis yang mengakomodir ide modernisasi Barat dengan mengadopsi


metode berfikirnya.
2. Modernis yang menolak metode berfikir Barat, meskipun tidak menolak
produknya.

C. Ciri Pemikiran Islam Tradisional


1. Eksklusif (tertutup) atau fanatik sempit, tidak mau menerima pendapat,
pemikiran dan saran dari kelompok lain (terutama dalam bidang agama).

3
Abudin Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islamdi Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo Persada,
2001, hlm. 155.
4
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta, Bulan
Bintang, 1975, hlm. 9.

3
Hal ini dikarenakan mereka mengganggap bahwa kelompoknya yang
paling benar.
2. Berorientasi kebelakang. Islam tradisionalis menilai bahwa berbagai
keputusan hukum yang diambil oleh para ulama di masa lampau
merupakan contoh ideal yang harus diikuti. Hal demikian muncul sebagai
akibat dari pandangan mereka yang terlampau mengagungkan para ulama
masa lampau dengan segala atributnya yang tidak mungkin dikalahkan
oleh para ulama atau sarjana yang muncul belakangan.
3. Cenderung kurang menghargai waktu.
4. Cenderung tidak mempersalahkan tradisi yang terdapat dalam agama.
Pada waktu Islam datang ke indonesia, di indonesia sudah terdapat
berbagai macam agama dan tradisi yang berkembang dan selanjutnya
ikut mewarnai tradisi dan paham keagamaan yang ada. Tradisi yang
demikian itu tidak dipermasalahkan yang penting dapat menentramkan
hati dan perasaan mereka.
5. Cenderung lebih mengutamakan perasaan daripada akal pikiran.
6. Cenderung bersifat jabariyah dan teosentris, yaitu sikap pasrah, patuh dan
tunduk pada Tuhan diiringi dengan keyakinan bahwa segala sesuatu jika
Tuhan mengizinkan akan terjadi.
7. Kurang menghargai ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

D. Ciri Pemikiran Islam Modern

selalu dan pasti cenderung atau membawa pemikiran dan kehidupan umat
Islam kepada harmoni kehidupan saat ini.5 Pemikiran modern di Indonesia
telah terlihat pada akhir abad ke-19, ketika generasi ulama Indonesia yang
belajar di Haramain (Mekkah dan Madinah) yang dikenal dengan Ashhab Al-
Jawiyyin, menyadari bahwa metode dan tatanan berfikir (mindset) tradisional
dalam Islam tidak akan sanggup menghadapi tantangan kolonialisme dan

5
Samuel Graham Wilson, Modern Movements Among Moslems, New York, Fleming Company,
TT, hlm. 153.

4
peradaban modern.6 Dari pengaruh Arab ini kemudian menjadikan beberapa
perubahan aktifitas keIslaman di Indonesia terutama dalam bidang
pendidikan. Genealogi intelektual di Indonesia terbagi menjadi tiga,

1. pertama, mereka yang berorientasi Barat yang saat itu biasa disebut
sebagai kaum terpelajar atau kemadjoean.
2. Kedua, adalah mereka yang masih berpegang teguh pada khazanah
agung. “Mereka ini diwakili oleh kaum tradisionalis-konservatif”.
3. Ketiga, mereka yang berhaluan pembaharuan atau modernisme Islam.

E. Perbandingan Islam Tradisional Dan Modern


1. Islam tradisional

Menurut kaum tradisional, purifikasi Islam kepada ideology dasarnya


yang berdasarkan al-Qur‟an dan al-Sunnah bukan berarti meninggalkan
terakat atau tasawuf, kerena menurut mereka ada dalil-dalil yang menjadi
landasan bagi perilaku keagamaannya. Tasawuf menjadi bagian yang
penting dalam praktek agama, karena dapat mensucikan hati dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT7.

Mazab juga merupakan salah satu ciri dari konsep Islam tradisional.
Madzhab adalah panutan yang harus diikuti dalam masalah agama.
Muslim tradisional di Indonesia kebanyakan menganut Madzhab Syafi‟I
dalam bidang fiqih, dan menganut aliran Asy‟ari dalam bidang akhidah.
Terdapat keharusan untuk mengikuti apa saja yang dikatakan oleh pendiri
mazhab yang dianutnya tanpa maneliti kebenarannya. Kondisi ini dikenal
juga dengan taqlid. Taqlid berarti mengikuti suatu perbuatan orang yang
dianggap mengerti seperti kiai atau ulama dengan tidak mengetahui

6
Yudi Latif, Inteligensia Muslim dan Kuasa : Genealogi Intelegensia Muslim Indonesia Abad Ke-
20, Bandung, Mizan Media Utama, 2005, hlm. 108.
7
Lihat Deliar Noer, The Modernist Muslim Movement in Indonesia, 1900-1942, Sin-gapore:
Oxford University Press, 1973.

5
alasannya. Perbuatan seperti ini menjadi tradisi pada masyarakat Islam
tradisional.

Pada beberapa gerakan Islam tradisional pengaruh kebudayaan lokal


cukup kuat dalam implementasi ritual keagamaan, bahkan secara kultural
dapat dikatakan bersifat sinkretik. Hal ini membuat tradisi pada wilayah
tertentu melebur dengan praktik keagamaan masyarakat di daerah tersebut.
Beberapa gerakan Islam yang dianggap dapat memberikan gambaran akan
konsep Islam tradisional di Indonesia. Gerakan Islamdi Indonesia yang
pernah berada atau masih bertahan pada jalur tradisional diantaranya
adalah Nahdhatul Ulama, tarikat Qadariyah Naqsyabandiyah, dan gerakan
Jamaah Tabliqh. Beberapa dari gerakan ini telah mengalami banyak
perkembangan dan memiliki kecenderungan modernitas dalam
aktivitasnya, namun pemaparan berikut dimaksudkan agar mendapat
gambaran akan konsep Islam tradisional yang masih melekat pada
beberapa organisasi Islam yang ada di Indonesia.

2. Islam modern

Pada masa awal modernisasi Islam di Indonesia muncul beberapa


pergerakan di Indonesia yang membawa sifatnya sendiri-sendiri. Pada saat
itu terdapat partai yang progolongan kebangsaan; seperti Persatuan
Muslim Indonesia, serta terdapat juga organisasi yang bersifat toleran
seperti Muhammadiyah.

Berbeda dengan kelompok tradisi pada saat itu, golongan pembaru


beranggapan bahwa pembaruan Islamialah penemuan kembali ajaran atau
prinsip dasar yang berlaku abadi, yang dapat mengatasi ruang dan waktu.
Golongan pembaru berusaha untuk mengembalikan ajaran dasar dengan
menghilangkan segala macam tambahan yang datang kemudian dalam
agama.

Sejak kemunculan kelompok ini, pembicaraan mengenai Islam tidak


hanya di pesantren, langgar, dan masjid, melainkan dibawa ketengah-

6
tengah masyarakat secara terbuka melalui surat kabar, majalah, serta
tabligh di gedung-gedung besar. Islampun mulai masuk ke pelajaran di
sekolah-sekolah yang didirikan Belanda. Melalui organisasi dikalangan
modern ini Islammenjadi kekuatan sosial yang terorganisir dan bergerak
pada tingkat nasional. Beberapa organisasi Islam modern yang masih
bertahan hingga sekarang yakni, Muhammadiyah dan Persatuan Islam
(Persis).

F. Studi Kasus Islam Tradisional Dan Modern Di Indonesia.


Treatment kaum tradisionalis umumnya terhadap hadis lebih daripada apa
yang dikemukakan Martin.8 Kaum tradisionalis khususnya NU cenderung
menerima hadis secara relatif longgar dan karena itu, tidak terlalu kritis atau
tidak sangat mempersoal-kan tentang apakah hadis-hadis yang mereka
terima itu benar-benar merupakan hadis sahib atau hadis dhaif (lemah),
khusus dari segi sanadnya. Bagi mereka kelihatannya yang lebih penting
adalah matan atau substansi hadis, apalagi jika hadis tersebut dipandang
dapat mendorong mereka ke arah fadhd‟il al-amal, keutamaan atau
kesempurnaan amal ibadah. Pengadopsian hadis seperti itulah yang
menjadikan ibadah kaum tradisionalis lebih “berbunga-bunga”, penuh
dengan tambahan-tambahan, yang oleh kaum modernis dan reformis disebut
sebagai bid’ah karena semata-mata berlandaskan pada hadis-hadis yang
lemah.
Sebaliknya, kaum reformis dan modernis, seperti dikemukakan terdahulu,
memperlakukan hadis secara ekstra hati-hati. Bagi mereka, yang terpenting
adalah otensitas atau kemurnian hadis, terutama dari segi sanadnya. Mereka
bisa menerima hanya hadis-hadis yang betul-betul sahih sanadnya; dan
sebaliknya menolak hadis-hadis dhdif yakni cacat sanadnya-meski matan
isinya dapat mendorong ke arah apa yang disebut kaum tradisionalis sebagai
fadhd‟il al-amal. Konsekuensinya, ibadah-ibadah kaum modernis dan

8
Martin van Bruinessen, “Kitab Kuning: Books in Arabic Script Used in the Pesantren Milieu”
BKI, 146 (1990), 226-269; “Pesantren and Kitab Kuning: Maintenance and Continuation of a
Tradition of Religious Learning”, Mizan (Jakarta), V, 2 (1992), 27-48.

7
reformis cenderung tidak berbunga-bunga; dengan kata lain, cenderung
sangat “bersahaja” dan, karena itu, agaknya “kering” dari pengalaman
keberagamaan yang intens.
Selain itu, penekanan NU pada pentingnya taglid, menurut Martin, juga
bersumber dari penghormatan dan respek mereka yang begitu tinggi kepada
ulama, baik yang sudah wafat maupun yang masih hidup. Ini didasarkan
pada hadis Nabi yang menyatakan bahwa ulama adalah pewaris para nabi
(al-`ulamd‟warathat al-anbiyd).9 Tetapi, penghormatan kepada ulama di
lingkungan kaum tradisionalis cenderung berlebih-lebihan, sehingga
mendatangkan gugatan tidak hanya dari kubu modernis dan reformis, tetapi
bahkan dari kalangan muda NU. Dewasa ini terdapat beberapa pemikir
muda NU yang cenderung liberal, yang meng-anggap bahwa penghormatan
itu merupakan semacam “feodalisme ulama”.
Kaum modernis dan reformis, seperti diketahui, tentu saja sangat
menekankan ijtihad dan menolak keras apa yang mereka sebut sebagai
“taglid buta”, yakni mengikuti saja pendapat ulama masa lam­pau tanpa
pemikiran kritis. Bagi mereka sikap taglid merupakan salah satu sebab
pokok kemunduran Islam dan kaum Muslimin. Karena itu, jika kaum
Muslimin ingin maju, mereka harus meninggalkan sikap taqlid buta dan,
sebaliknya, mengembangkan ijtihad; berpikir secara independen untuk
menghasilkan rumusan-rumusan baru yang lebih sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan zaman.

9
Ibid.

8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Islam tradisional merupakan model pemikiran yang berusaha
berpegang pada tradisi-tradisi yang telah mapan. Bagi mereka, segala
persoalan umat telah diselesaikan secara tuntas oleh para ulama terdahulu.
Kata modern diwakili dengan makna terbaru atau mutakhir, atau sikap dan
cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan zaman. Jika kata
modern disebut dengan modernisme, maka kata ini berarti gerakan yg
bertujuan menafsirkan kembali doktrin tradisional, menyesuaikannya
dengan aliran-aliran modern seperti filsafat, sejarah, dan ilmu
pengetahuan.
Ciri Pemikiran Islam tradisional adalah eksklusif (tertutup),
berorientasi kebelakang. Sedangkan ciri pemikiran Islam modern adalah
selalu dan pasti cenderung atau membawa pemikiran dan kehidupan umat
Islamkepada harmoni kehidupan saat ini.
Perbandingan Islam tradisional Dan Modern. Konsep Islam tradisional
menurut Deliar Noer adalah kelompok Islam yang masih mempertahankan
tradisi dan tertutupnya pintu ijtihad bagi umat Islam yang menurut
golongan tradisional sebagai konsekuensi dari tidak adanya sosok
pembaruan yang memenuhi syarat untuk melakukan ijtihad (mujtahid).
Sedangkan Islam modern adalan paham yang ke-islaman yang didukung
oleh sikap yang rasional, ilmiah serta sejalan dengan hukum-hukum Tuhan
baik yang terdapat dalam al-Qur‟an maupun alam raya. Islam modern
memiliki pemikiran yang dinamis, progressif dan mengalami penyesuaian
dengan ilmu pengetahuan.
Studi kasus Islam tradisional dan modern di Indonesia. Kaum
tradisionalis umumnya terhadap hadis lebih dari pada apa yang
dikemukakan Martin tadi. Kaum tradisionalis khususnya NU cenderung
menerima hadis secara relatif longgar. Sebaliknya, kaum reformis dan
modernis, seperti dikemukakan terdahulu, memperlakukan hadis secara

9
ekstra hati-hati. Bagi mereka, yang terpenting adalah otensitas atau
kemurnian hadis, terutama dari segi sanadnya. Mereka bisa menerima
hanya hadis-hadis yang betul-betul sahih sanadnya dan sebaliknya
menolak hadis-hadis dhaif yakni cacat sanadnya meski matan isi nya dapat
mendorong ke arah apa yang disebut kaum tradisionalis sebagai fadhd‟il
al- amal.

B. SARAN
Pengelompokan mengenai Islam tradisional dan modern tidaklah
perlu megelompokkan golongan atau aliran yang ada. Karean hal tersebut
dapat menyakiti perasaan atau bahkan bisa merendahkan suatu aliran.
Selain itu perlunya penelitian lebih lanjut mengenai Islam tradisional dan
islma modern sebab dari penelitian yang sudah ada itu sudah sangat lama
sekali penelitiannya, jadi beberapa informasi sudah tidak relevan dengan
kondisi Islam saat ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abudin Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islamdi Indonesia, Jakarta, Raja


Grafindo Persada, 2001, hlm. 155.

Deliar Noer, The Modernist Muslim Movement in Indonesia, 1900-1942,


Sin-gapore: Oxford University Press, 1973.

Dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia online,


http://pusatbahasa.diknas.go.id/-kbbi/index.php

Dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia online,


http://pusatbahasa.diknas.go.id/-kbbi/index.php
Kemala intan dwita.2008.SKRIPSI Dari:
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124412-RB07K113g-Gerakan%20Islam-
Literatur.pdf. UI: FIB

Lihat Martin van Bruinessen, “Kitab Kuning: Books in Arabic Script Used in the
Pesantren Milieu” BKI, 146 (1990), 226-269; “Pesantren and Kitab
Kuning: Maintenance and Continuation of a Tradition of Religious
Learning”, Mizan (Jakarta), V, 2 (1992), 27-4Lihat Martin van Bruinessen,
“Kitab Kuning: Books in Arabic Script Used in the Pesantren Milieu”
BKI, 146 (1990), 226-269; “Pesantren and Kitab Kuning: Maintenance
and Continuation of a Tradition of Religious Learning”, Mizan (Jakarta),
V, 2 (1992), 27-48.8.

Samuel Graham Wilson, Modern Movements Among Moslems, New York,


Fleming Company, TT, hlm. 153.
Yudi Latif, Inteligensia Muslim dan Kuasa : Genealogi Intelegensia Muslim
Indonesia Abad Ke-20, Bandung, Mizan Media Utama, 2005, hlm. 108.

Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan,


Jakarta, Bulan Bintang, 1975, hlm. 9

11

Anda mungkin juga menyukai