Dosen Pengampu :
Dr. A.HERIS HERMAWAN, M.Ag
Disusun oleh:
DADANG SARIF
(2220040052)
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI….....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................2
A. Kesimpulan...............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA….......................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di masa bani Saljuk berkuasa, Dinasti Abbasiyah mengalami kemajuan kembali setelah
sekian lama mengalami kemunduruan. Kemunduran yang dialami oleh Abbasiyah
dikarenakan pemerintah yang lemah dalam mengikat dan menyatukan wilayahnya.
Sehingga wilayah yang mereka ekspansi dulu mulai melepaskan diri satu demi satu
membentuk dinasti-dinasti kecil. Bahkan sampai merebut kota Baghdad yang merupakan
pusat pemerintahan Abbasiyah.
Demi merebut kembali kota Baghdad, Khalifah Al-Qaim meminta bantuan bani Saljuk.
Dibawah pempinan Thughrul Bek kota Baghdad berhasil direbut, dan sebagai gantinya bani
Saljuk berhak atas kekuasaan dinasti Abbasiyah. Mereka mulai membangun kembali dinasti
Abbasiyah menjadi dinasti yang tangguh dan mulai berekspansi lagi setelah telah lama
tidak melakukan ekspansi, yang pada akhirnya dinasti Abbasiyah mengalami kemajuan
kembali dan salah satu kunci kesuksesan bani Saljuk dalam membangun kembali dinasti
Abbasiyah adalah pendidikan
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
I. Fase Perkembangan
A. Sejarah Dinasti Saljuk
Orang-orang Seljuk adalah keluarga besar al-Ghiz yang besar di Turki. Mereka menisbahkan
dirinya kepada nenek moyang mereka yang bernama Seljuk bin Taqaq. Dia hidup di negeri
Turkistan di bawah pemerintahan orang-orang Turki yang menyembah berhala.[1]
Sepeninggal Saljuk bin Taqaq, estafet kepemimpinan Bani Saljuk digantikan oleh anaknya
yang bernama Israil.
Melihat kekuatan yang semakin hari semakin kuat, maka pemimpin kaum
Ghaznawy, Sultan Mahmud, mulai waspada dengan kekuatan ini. Karena itu, Sultan Mahmud
mengundang Israil untuk berunding. Ketika itulah, Sultan Mahmud menangkap dan
memenjarakan Israil. Tampaklah perundingan itu hanya sebagai tipu muslihat saja dalam
menangkap Israil. Orang-orang Saljuk kemudian mengangkat Mikail untuk memimpin
mereka. Menyadari kekuatan bani Saljuk tidak seimbang dengan kekuatan Sultan Mahmud,
Mikail memilih berdamai. Perdamaian itu terwujud dalam waktu yang tidak lama, karena
Sultan Mahmud menyerang Bani Saljuk, yang menyebabkan meninggalnya Mikail.
Setelah Mikail meninggal dunia kaum Saljuk selanjutnya dipimpin oleh Thughrul
Bek. Di masa Thughrul Bek ini, khalifah Abbasiyah yang waktu itu dipegang oleh Al-Qaim
meminta bantuan kepadanya untuk menumpas pemberontakan Al-Basasiry. Permintaan itu
tentu disambut dengan baik oleh Thughrul Bek. Sehingga kaum Saljuk segera memasuki kota
Baghdad di bawah pimpinan Thughrul Bek pada tahun 447 H/ 1055 M dan kemudian
menjadi sultan atau penguasa di Abbasiyah. Dengan demikian Thughrul Bek masuk dan
dapat merebut ibukota Baghdad dari Al-Basasiry yang ingin menegakkan kekuasaan daulat
Fathimiah di Baghdad. Karena kesuksesan itulah kemudian Khalifah Al-Qaim memberi gelar
al-Mulk kepada Thughrul Bek.[2]
Meskipun Bani Saljuk mampu menguasai Baghdad, namun kaum Saljuk tidak menjadikan
Baghdad sebagai pusat kegiatan politiknya. Kaum Saljuk menjadikan pusat kegiatan
politiknya dikota Naisbur. Hal ini dilakukan untuk membedakannya dengan Baghdad yang
tetap dipertahankan sebagai kota penting, dimana khalifah melakukan fungsinya sebagai
pemimpin spiritual. Kaum Saljuk menganut aliran Sunni, berarti sama dengan madzhab
2
keluarga Abbasiyah, karena itu kondisi khalifah lebih baik dibanding sebelumnya, dinasti
Buwaihi yang menganut paham Syiah. Bani Saljuk tidak berbuat sewenang-wenang terhadap
keluarga khalifah.
Wilayah-wilayah yang dikuasai Bani Saljuk diperintah oleh seorang pemimpin yang bergelar
Sultan, dibantu oleh wazir. Wilayah Bani Saljuk yang luas dibagi kepada beberapa wilayah
yang kecil yang dipimpin oleh seorang syah, yang diangkat oleh keluarga Saljuk. Semua syah
itu harus tunduk dan patuh kepada Sultan setiap syah diberi otonom untuk mengurus
wilayahnya, bahkan untuk memperluas wilayahnya.[3]
Thughrul Bek dianggap berhasil mengantarkan bani Saljuk sebagai pengauasa di Baghdad
memulihkan keamanan diyakini oleh Thurhrul Bek sebagai kewajiban pertama yang mesti
dilakukannya. Hal ini terlaksana karena dukungan pasukannya yang setia. Sejarah mencatat
bahwa pada tahun 455 H/ 1063 M, keamanan di kota Baghdad dan wilayah sekitarnya telah
pulih kembali sepenuhnya, hingga setiap lapisan masyarakat amat merasa lega. Di zaman ini
hampir tidak ada serangan dari luar bani Saljuk.
Penguasa lain yang dianggap sukses adalah Alp Arselan, seorang panglima yang perkasa,
dimasanya ia berhasil melakukan ekspansi pada tahun 455 H/1063 M merebut wilayah
Aremenia dan Georgia dari tangan Bizantium, dan pada tahun berikutnya dilanjutkan ke
wilayah Asia kecil bagian timur, memasuki wilayah Galatia dan merebut kota Manzikart. Ini
merupakan ekspansi yang cukup terkenal di zaman dinasti Abbasiyah, yang sekian lama tidak
melakukan kebijakan ekspansi seperti yang dilakukan dinasti sebelumnya, bani Umayah.
Nama seorang wazir yang membantu Alp Arselan dalam menjalankan dan memajukan diansti
Saljuk adalah seorang wazir yang bernama Nizham al-Mulk, seorang tokoh yang telah
memperhatikan dedikasi yang penuh bagi pemulihan kebesaran dan keagungan daulat
Abbasiyah dalam bidang kemakmuran dan pengetahuan. Dijelaskan pula bahwa wazir
Nizham al-Mulk memberi perhatian yang sungguh-sungguh tentang administrasi Negara.
Dia, melakukan analisa pendapatan Negara setiap akhir tahun, untuk mengetahui
perimbangan antara pendapatan dan belanja negara. Di zaman wazir inilah lahir sebuah
perguruan tinggi terkemuka di Baghdad yaitu Madrasah Nizhamiyah pada tahun 1065 M.[4]
Pengabdian wazir Nizham al-Mulk bukan saja di masa Sultan Alp Arselan tetapi juga
membantu masa Sultan Maliksyah. Selama pemerintahan Maliksyah kekuasaan Bani Saljuk
terbentang dari Asia tengah dan perbatasan India sampai laut Tengah, dan dari Kaukasus dan
Laut Aral sampai teluk Persia. Menjelang akhir masa pemerintahannya Maliksyah sudah
dapat menguasai daerah Transoxania. Sebuah capaian dari dinasi kecil yang cukup luas. Di
tangan ketiga sultan di ataslah memang dinasti Saljuk terlihat cermelang.[5]
3
B. Lembaga Pendidikan Dinasti Saljuk
Salah satu jenis lembaga pendidikan tinggi yang muncul pada akhir abad IV Hijriyah adalah
madrasah. Sedangkan Nizhamiyah adalah sebuah lembaga pendidikan yang didirikan tahun
457 - 459 H oleh Nizham al-Muluk dari dinasti Saljuk. Madrasah Nizhamiyah adalah
madrasah yang pertama kali muncul dalam sejarah pendidikan Islam yang berbentuk lembaga
pendidikan dasar sampai perguruan tinggi yang dikelola oleh pemerintah. Nizham al-Mulk
mendirikan gedung-gedung ilmiah untuk ahli fikih, membangun madrasah-madrasah untuk
para ulama dan asrama untuk orang beribadah serta fakir miskin. Madrasah Nizham al-Mulk
bernama Nizhamiyah dan termasyhur di seluruh dunia. Di antara madrasah yang terkenal dan
terpenting adalah Nizhamiyah di Baghdad. Tujuan Nizham al-Mulk mendirikan madrasah-
madrasah untuk memperkuat pemerintah Bani Saljuk dan untuk menyiarkan mazhab
kegamaan pemerintahan.
Selain madrasah, Nizham al-Mulk juga memprakarsai berdirinya Perguruan Tinggi
Nizhamiyah (1065 M) di kota Baghdad dan kota Naisabur. Dan hampir di setiap kota di Irak
dan Khurasan didirikan cabang Nizhamiyah. Diantara intelektual Islam yang terkenal yang
pernah mengajar di Nizhamiyah adalah Imam al-Ghazali.
Tampaknya dalam perjalanan sejarah Islam, Universitas Nizhamiyah inilah yang menjadi
model bagi perguruan tinggi di kemudian hari. Perguruan tinggi Nizhamiyah ini merupakan
perguruan yang telah teratur mengenai kurikulum dan silabusnya. Tenaga pengajarnya
mendapat gaji yang cukup. Semua mahasiswa belajar dengan gratis bagi yang miskin
mendapat tunjangan tertentu yang diambilkan dari dana khusus untuk keperluan tersebut.
Pemerintah waktu itu memang sudah mengalokasikan anggaran yang cukup untuk semua
kebutuhan perguruan tinggi ini, pendanaannya banyak diambilkan dari pajak dan dana wakaf.
[6]
4
C. Kurikulum dan Materi Madrasah Nizhamiyah
Madrasah Nizhamiyah mempunyai tugas pokok tersendiri yaitu mengajarkan fikih yang
sejalan dengan satu atau lebih, dari mazhab ahlisunah dan juga menjadi tempat-tempat
menarik pelajar untuk menggunakan waktu mereka sepenuhnya dalam belajar. Melalui
Madrasah Nizhamiyah ini, penamaan ideologi Sunni yang dilakukan Dinasti Saljuk
berlangsung secara efektif, terutama untuk mempertahankan stabilitas pemerintahan dari
bahaya pemberontakan yang kerap muncul atas nama aliran Islam tertentu yang berideologi
berbeda dari dinasti Saljuk.
Berdasarkan keterangan di atas, dapatlah diketahui bahwa Madrasah Nizhamiyah tidak
mengajarkan ilmu pengetahuan yang bersifat duniawi, tetapi lebih terfokus pada pelajaran
ilmu agama terutama ilmu fikih. Madzhab fikih yang menonjol adalah fikih Syafi’i dan
teologi Asy’ariy keduanya secara aktif dipelajari dan dialami. Walaupun yang menonjol
adalah mazhab Syafi’i khusus untuk masing-masing madzhab dan khalifah membentuk kadi
yang ahli untuk masing-masing mazhab.
Selanjutnya dapat dipahami bahwa materi pelajaran di Madrasah Nizhamiyah hanya
mempelajari ilmu agama, tidak ada mengenai ilmu umum, seperti ilmu filsafat, ilmu mantik,
dan ilmu keterampilan lainnya. karena terlihat madrasah ini khusus didirikan untuk
menyebarkan mazhab Sunni atau kepentingan pilitik, sebab dari latar belakang diadakannya
Madrasah Nizhamiyah untuk pengaruh mu’tazilah dan syi’ah yang sangat kuat sebelumnya di
lingkungan masyarakat pada masa itu.
Beranjak dari hal di atas, yang terpenting bahwa di Madrasah Nizhamiyah telah melahirkan
ahli dan sarjana-sarjana yang terkenal dengan sistem modernnya. Bila dibandingkan dengan
sistem pendidikan sebelumnya, tidak ada satu pun madrasah yang dapat menandingi
Madrasah Nizhamiyah, ini terbukti tidak ada madrasah lain dalam sejarahnya yang dapat
bertahan lama.
Guna terlaksananya rencana pengajaran (kurikulum) di Madrasah Nizhamiyah, madrasah ini
ditunjang dengan sarana dan prasana yang lengkap, gedung-gedung yang megah,
perpustakaan dengan jumlah buku lebih kurang 6000 jilid yang merupakan buku-buku wakaf
untuk sekolah itu. pendanaan juga dibantu sepenuhnya baik bagi guru maupun bagi
mahasiswa, mereka bebas dari biaya pendidikan dan disediakan asrama.[7]
5
D. Tokoh-tokoh Madrasah Nizhamiyah
Masyhurnya madrasah Nizhamiyah tidak terlepas dari peran guru yang mengajar, mendidik
dan membimbing para mahasiwa, yang akhirnya menghasilkan sarjana-sarjana yang
berkedudukan di pemerintahan sebagai karyawan dan pegawai negara. Guru-guru yang
memberikan pelajaran di madrasah Nizhamiyah antara lain yaitu:
1. Abu Ishak al-Syirazi (w. 476 H = 1083 M)
2. Abu Nashr al-Shabbagh (w. 477 H = 1084 M)
3. Abu Qosim al-A’lawi (w. 482 H = 1089 M)
4. Abu Abdullah al-Thabari (w. 495 H = 1101 M)
5. Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H = 1111 M)
6. Radliyud Din al-Qazwaini (w. 575 H = 1179 M)
7. Al- Firuzabadi (w. 817 H = 1414 M).
Di sini yang dicantumkan hanya ide-ide al-Ghazali yakni tentang metode asas mengajar:[8]
1. Memperhatikan tingkat daya pikir anak
2. Menerangkan pelajaran dengan jelas
3. Mengajarkan ilmu pengetahuan dari yang kongkrit kepada yang abstrak
4. Mengajarkan ilmu pengetahuan dengan cara berangsur-angsur
6
II. Kemajuan Peradaban di Era Kekuasaan Dinasti Saljuk
1. Sistem politik dan pemerintahan
a. Saljuq merupakan sebuah kerajaan yang mengamalkan sistem hiererki.Kuasa tertinggi
ialah sultan. Sultan dibantu oleh kelompok birokrasi Parsidan tentara yang berasal
dari berbagai bangsa dan keturunan yangdipimpin oleh panglima-panglima Turki dari
keturunan budak.
b. Pada masa dinasti saljuk berkuasa, posisi dan kedudukan khalifah menjadilebih baik;
paling tidak kewibawaannya dalam bidang agamadikembalikan setelah beberapa lama
dirampas oleh orang-orang syi‟ah
(dinasti Buwaih). Meskipun Baghdad dapat dikuasai, Thogril Beg
memilih Naisabur dan kemudian Ray sebagai pusat pemerintahannya. Dinasti-dinasti
kecil yang sebelumnya telah memisahkan diri, setelah ditaklukanoleh dinasti saljuk,
kembali mengakui kedudukan Baghdad. Bahkanmereka terus menjaga keutuhan dan
keamanan Abassiyah untuk
membendung Syi‟ah dan mengembangkan madzhab sunni yang merekanut.
Dinasti Saljuk Inilah kekaisaran Islam pertama Turki yangmemerintah dunia Islam.
Kekuasaan yang digenggamnya begitu luasmeliputi Asia Tengah dan Timur Tengah
terbentang dari Anatoliahingga ke Punjab di belahan selatan Asia. Kekaisaran Saljuk
Agung yangmulai menancapkan kekuasaan pada abad ke-11 M hingga 14 M
itudidirikan suku Oghuz Turki yang memeluk Islam mulai abad ke-10M.Sejatinya,
Kekaisaran Saljuk dirintis oleh Saljuk Bek. Namun, KerajaanSaljuk yang berdiri pada
1037 M itu baru terwujud pada erakepemimpinan Thugril Bek yang berkuasa hingga
1063 M. Sejarahmencatat Dinasti Saljuk sebagai kerajaan yang mampu
menghidupkankembali kekhalifahan Islam yang ketika itu nyaris tenggelam.
c. Perhatiaan dalam bidag pembangunan sarana dan prasarana. Maliksyahdengan giat
melakukan pembangunan untuk sarana perekonomian,
seperti pembangunan jembatan-jembatann, terusan-terusan dan perbaikan pelabuhan
7
baru didirikannya. Hasilnya adalah kalender Jala>li
nama ygdiambil dari nama lengkap Maliksyah yaitu Jala>l al-Din Abu> al-Fath}
yang sangat akurat sampai di era modern.
b. Maliksyah mengadakan kompentisi ilmiah. Sultan meminta para pejabatnegara yang
memberikan pendapat tertulis tentang ciri-ciri pemerintahanyang baik. Kompilasi dari
kompetisi tersebut menghasilkan karyaintelektual tentang seni pemerintahan,.
c. Proyek pendirian sejumlah akademi yang untuk pertama kalinyadikoordinasikan
dengan baik untuk menciptakan sistem pendidikan tinggidalam Islam. Akademi yang
termasyhur adalah Nizha>miyah, didirikan pada 1065-1067 di Baghdad. Imam al-
Ghazaly pernah menjadi dekan diakademi ini. (Hitti, 608). Madrasah-madrasah ini
selain mengajarkan bidang ilmu keagaaman Islam pada umumnya, juga berperan
besar dalammenyebarkan dan memperkokoh mazhab sunni. Dalam fiqih, madrasah-
madrasah yang didirikan di Baghdad, Naisabur, dan ibukota-ibukota
provinsi timur ini diajarkan mazhab Syafi‟i, sedangkan dalam bidangteologi diajarkan
mazhabAsy‟ary. Imam al-Haramain al-Juwani, guru al-Ghazali, adalah kepala
madrasah Nizhamiyyah di Naisabur.
c. Masjid SaljukInovasi para arsitektur Dinasti Saljuk yang lainnya tampak pada
bangunanmasjidnya. Masjid Saljuk sering disebut Masjid Kiosque. Bangunan masjid
ini biasanya lebih kecil yang terdiri dari sebuah kubah, berdiri melengkung dengan tiga
sisi yang terbuka. Itulah ciri khas masjid Kiosque. Model masjid khas Saljukini
seringkali dihubungkan dengan kompleks bangunan yang luas seperticaravanserai dan
madrasah.
10
pasukan bangsa Mongol.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kehadiran Dinasti Saljuk di atas panggung sejarah peradaban Islam ibarat
“mentari baru” yang terbit kembali di tengah suasana kekuasaan politik di duniaIslam yang
sedang dalam kondisi krisis dan terpuruk pada paruh pertama abad kesebelas. Dalam kondisi
kosongnya kekuasaan dominan akibat lemahnyakekhalifan Abbasiyah, maka tampillah kaum
Turki Saljuk menguasai keadaan.Kedatangan kaum Turki Saljuk mengantarkan sebuah era
baru dan penting dalamsejarah Islam dan kekhalifahan. Sejarah mencatat Dinasti Saljuk
sebagai kerajaanyang mampu menghidupkan kembali kekhalifahan Islam Sunni yang ketika
itunyaris tenggelam.Kekuasaan yang digenggam Saljuk begitu luas meliputi Asia Tengah
danTimur Tengah terbentang dari Anatolia hingga ke Punjab di belahan selatanAsia. Pada
masa pemerintahan dinasti Saljuk inilah umat Islam mendapatkan berbagai bentuk
kemakmuran dan kemajuan yng meliputi bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan ilmu
pengetahuan.
12
DAFTAR PUSTAKA
13