Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“ORIENTALISME DAN OKSIDENTALISME”


Dosen Pengampu:

Dr. Mawardi Ahmad, M.A

Disusun Oleh:

Kelompok 12

Febry Oktavia 212410088

Mifathul Hidayah 212410029

Muhammad Nabil Fadhila 212410195

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

T.A 2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................. II
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. III
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 2
C. Tujuan Masalah .................................................................................................................. 2
BAB II ............................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 3
A. ORIENTALISME .............................................................................................................. 3
B. OKSIDENTALISME ......................................................................................................... 5
BAB III........................................................................................................................................... 9
PENUTUP ...................................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 10

II
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kitya nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “ORIENTALISME DAN
OKSIDENTALISME” Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 4 juni 2023


Penulis,

Tim Penyusun Kelompok 12

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbicara tentang perkembangan pemikiran orientalisme dan oksidentalisme
bukanlah hal yang mudah. Meskipun faktanya kajian orientalisme telah berkembang
cukup lama namun untuk melacak dinamika intelektualismenya harus melibatkan
banyak elemen dan beberapa variabel. Karena meskipun akar-akar kajian orientalisme
relatif sama namun ekspresi yang ditampilkan oleh pakar-pakar orientalisme ternyata
sangat beragam. Pada dasarnya, tidak seluruhnya orientalis mempunyai visi dan misi
yang sama dengan memposisikan sebagai bagian dari kajian mereka tentang ketimuran.
Diantara mereka ada orientaris yang jujur, tidak memutarbalikkan fakta, karya-karyanya
bernilai positif, dan tidak terdapat fitnah terhadap agama islam. Akan tetapi, ada juga
orientalis yang sengaja ingin menghancurkan umat islam dengan menyebarkan fitnah
dan keragu-raguan terhadap umat islam serta memutarbalikkan dan memanipulasi
hukum islam.
Pemikiran orientalis ini mempengaruhi dan memberikan andil besar dalam
membentuk persepsi barat terhadap islam dan dunia islam. Adanya fakta dan
fenomena pemikiran dari para pemikir orientalis yang menumbuhkan keragu-raguan
terhadap keyakinan umat atas kerasulan Muhammad, mencari titik-titik kesalahan dalam
al-qur‟an, menimbulkan anggapan sebagian muslim bahwa tujuan mereka adalah
menghancurkan islam.
Pengaruh buruk dalam pengkajian al-qur‟an oleh kaum orientalis ini menjadikan
umat islam tidak mepercayai semua kajian ataupun tafsiran ilmu-ilmu yang dikaji oleh
pemikir-pemikir orientalis. Namun, munculnya kecurigaan-kecurigaan dan pemikiran
negatif terhadap para orientalis dalam subjektifitas keilmuan yang mereka sumbangkan
tidak serta-merta mempengaruhi pemikir-pemikir islam, tetapi mendorong mereka untuk
membangun islam lewat pemikiran. Mereka manggunakan jawaban-jawaban yang
ilmiah dan dasar pengetahuan yang luas dalam menjawab persoalan yang diajukan oleh
pemikir- pemikir orientalis, dan muncullah oksidentalisme sebagai jawaban terhadap
pemikiran orientalisme ini.

1
B. Rumusan Masalah
a. Pengertian orientalisme dan oksidentalisme?
b. Sejarah perkembangan orientalisme dan oksidentalisme?
c. Tokoh-tokoh orientalisme dan oksidentalisme?

C. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui apa itu orientalisme dan oksidentalisme
b. Untuk mengetahui mengenai sejarah perkembangan orientalisme dan oksidentalisme
c. Untuk mengetahui tokoh-tokoh orientalisme dan oksidentalisme

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. ORIENTALISME
1. Pengertian Orientalisme
Orientalis adalah kata serapan dari bahasa Perancis yang asal katanya adalah orient
yang berarti "Timur". Secara gegorafis, kata ini dapat diartikan "dunia Timur" dan
secara etnologis berarti bangsa-bangsa di timur. Kata orient itu telah memasuki
berbagai bahasa di Eropa, termasuk bahasa Inggris. Oriental adalah sebuah kata sifat
yang bermakna; hal- hal yang bersifat timur, yang teramat luas ruang lingkupnya.
Orientalis adalah kata nama pelaku yang menunjukkan seorang yang ahli tentang hal-
hal yang berkaitan dengan "timur". Sedangkan kata orientalisme (Belanda) ataupun
orietalism (Inggris) menunjukkan pengertian tentang suatu paham. Jadi orientalisme
berarti sesuatu paham, atau aliran, yang berkeinginan menyelidiki hal-hal yang
berkaitan dengan bangsa-bangsa di Timur beserta lingkungannya. Selain dari pada itu,
Edward W. Said (1996:3) memahami orientalis sebagai suatu cara untuk memahami
dunia Timur, berdasarkan tempatnya yang khusus menurut pengalaman orang Barat
Eropa. Atau dengan kata lain orientalisme adalah suatu gaya berpikir yang berdasarkan
pada pembedaan ontologis dan epistemologis yang dibuat antara "Timur" (the Orient)
dan (hampir selalu) Barat (the Occident). Oleh karena itu, meskipun orientalis memiliki
makna yang luas, yaitu segala sesuatu yang berkaitan langsung dengan bangsa-bangsa
Timur beserta lingkungannya sehingga meliputi seluruh bidang kehidupan, namun
secara sempit, orientalis dapat diartikan sebagai kegiatan ahli ketimuran Barat tentang
agama-agama di Timur, khususnya agama Islam.

2. Sejarah Perkembangan Orientalisme


Trend kajian orientalisme terhadap hadis dibagi menjadi empat periode, yaitu:
pertama, periode permulaan. Kedua, periode Ignaz Goldziher. Ketiga, periode Joseph
Schact. Keempat, periode pasca Joseph Schacht. Sedangkan, menurut Abd.Rahim
bahwa orang-orang Barat meneliti masalah ketimuran sudah ada sejak abad
pertengahan. Adapun periodesasi orientalis dibagi menjadi tiga bagian, sebagai berikut:
Pertama, masa sebelum perang salib dan masa keemasan bagi umat Islam (masih
bersikap netral terhadap misi). Terdapat argumentasi bahwa pada abad pertengahan
pandangan orang Eropa terhadap umat Islam dipengaruhi oleh kitab suci dan teologis.
Kedua, masa perang salib hingga masa pencerahan Eropa (telah bergeser ke arah
pendistorisan8 Islam). Perang salib antara umat Islam Timur dan umat Kristen Barat
mengalami ketegangan dari tahun 1096-1291, meski umat Kristen kalah namun umat
Islam mengalami masa penekanan yang berat. Sebab putra-putra terbaik Muslim
meninggal di medan perang, aset-aset pemerintahan mengalami kehancuran serta
kemiskinan dan kebodohan terhadap umat Islam di Timur karena kefokusan umat
Islam tercurahkan pada perang salib.
3
Ketiga, masa pencerahan Eropa hingga sekarang (mengapresiasi Islam dengan
pengembangan intelektual yang rasional). Ketegangan umat Islam Timur dan umat
Kristen Eropa telah hilang ketika memasuki masa pencerahan di Eropa. Masa
pencerahanitu munculnya karya-karya9 yang bersifat positif.
Setelah masa pencerahan lahirlah masa kolonialisme. Awal abad ke-20 orang-
orang Barat datang ke Timur untuk berdagang dan menyambung kekerabatan kembali
dengan tujuan dapat menundukkan orang-orang Timur. Seperti Napoleon datang ke
Mesir tahun 1789 dengan membawa orientalis untuk mempelajari adat-istiadat, politik,
ekonomi dan pertanian orang-orang setempat.
Sisi lainnya kegiatan-kegiatan para orientalis membuat perubahan yang signifikan
dan direspon baik oleh masyarakat, seperti: mengadakan kongreskongres, mendirikan
lembaga-lembaga kajian ketimuran, mendirikan organisasi ketimuran dan menerbitkan
majalah-majalah, mempelajari bahasa-bahasa orang Timur, mempelajari berbagai
persoalan sosial dan ekonomi yang mempengaruhi lingkungan orang-orang Timur,
mempelajari sekte dan kepercayaan orang-orang Timur serta meneliti peninggalan
kuno di Negara setempat. Khususnya kegiatan kajian-kajian ketimuran, orientalis
dulunya membahas Islam secara umum. Namun, mengalami perkembangan lahirlah
kajian-kajian ketimuran secara spesifik seperti al-Qur´an, hadis, hukum dan sejarah
orang-orang Timur.

3. Tokoh-tokoh Orientalisme
Berikut tokoh-tokoh pembesar orientalisme:
1. Cristian Snouck Hurgronje Hurgronje berasal dari Belanda, lalu bersekolah tingkat
menengah di Breda kemudian melanjutkan Pendidikan ke perkuliahan mengambil
jurusan Theology, Universitas Leiden hingga sampai doktor dan mengambil
konsentrasi Sastra dan lulus dengan predikat cum laude. Hurgronje memiliki karya
berjudul “De Atjehers” (Penduduk Aceh) dalam 2 jilid pada tahun 1893-1894.
Dalam buku Disertasinya “Het Mekka anche Feest”, tulisan ini menerangkan arti
haji dalam Islam, asalusulnya dan praktek-tradisi yang ada di dalamnya. Kemudian
mengakhiri tulisannya dengan kesimpulan bahwa haji dalam Islam merupakan sisa-
sisa tradisi Arab jahiliyah. Sehingga, memunculkan persepsi bahwa tradisi hanya
menyimpan kesan sebagai peninggalan kuno.
2. Harry St. John Philby Berasal dari kebangsaan Inggris, lahir di Srilangka, sosoknya
berjiwa imprealisme dan sangat menonjol dalam membenci Islam. Philby diakui
oleh pemerintahan kolonial Inggris sebab memiliki jasa yang sangat berpengaruh.
Philby lulusan dari University of Oxford jurusan Bahasa-bahasa Timur dan telah
menerbitkan majalah berjudul Jaridatu al-Arab dan Arabian Days.
3. Evariste Leri Provencal Seorang orientalis Prancis berdarah Yahudi, berjiwa
imprealisme dan berprofesi sebagai guru besar. Besar dari lingkungan dan keluarga
Yahudi dan lulusan dari Univeritas Aljeir, serta salah satu karyanya Sejarah Spanyol
Islam.

4
4. Fritz Krenkov Lahir di Jerman, akan tetapi besar di lingkungan Inggris. Adapun
karyakaryanya yakni Persatuan dalam Islam, Sastra Rakyat Arab dan masih banyak
karyanya dalam bentuk terjemahan.
5. Blachere Belajar pada tingkat sekolah menengah Atas di Casablanka Darul Baidha.
Kemudian, masuk di Universitas Aljeir. Adapun karya-karya Blachere yaitu Biografi
al-Walid Raja Dinasti Umayyah, Perdana Menteri Penyair, Ibnu Zamrah, Tarikh al-
Adabi al-Arabi yang dialihkan ke bahasa Prancis.
6. Loius Massignon Sosoknya merupakan murid dari Hongaria Goldziher, selalu
meneliti sosial dan politik dunia Islam, kemudian melanjutkan sekolah ke Kairo
belajar di alAzhar. Karyanya La Passion d‟ al-Hallaj, Martyr Mystique de I‟Islam,
Aliran Sufi al-Hallaj, al-Hallaj, Sejarah Pengumpulan Rasari Ikhwan al-Shafa,
Sejarah Ilmu Pengetahuan Kalangan Bangsa Arab dan lain-lain.
7. Abdul Kareem Germanus Lahir di Budapest, menjadi anggota staff lembaga
penelitian di Kairo. Karyanya Pengaruh Turki dalam Sejarah Islam (1932), Studi
tentang Susunan Bahasa Arab (1954), Syair Arab Pilihan.
8. David Santillana Orientalis politis dan seorang akademis berdarah Yahudi. Adapun
karyanya yaitu al-Tamhid li Tarikh al-Falsafah al-Islamiyah (Pengantar Filsafat
Islam), terbit di Kairo

B. OKSIDENTALISME
1. Pengertian Oksidentalisme
Istilah Oksidentalisme dipopulerkan oleh Hasan Hanafi seorang pemikir Mesir
yang membuat karya mega proyek atTurats Wa al-Tajdid (Tradisi dan
Pembaharuan). Oksidentalisme adalah salah satu karya dari mega proyek tersebut
dengan judulnya al-Muqaddimah Fi Ilmi alIstighrab (pengantar menuju
Oksidentalisme). Melalui karya tersebut, selanjutnya topik Oksidentalisme lebih
dikenal sebagai buah karya pemikiran Hasan Hanafi. Terminologi Oksidentalisme
berasal dari kata dasar occident, yang berarti “barat”. Kemunculan istilah ini,
dimaksudkan bagi Hasan Hanafi sebagai respon atas maraknya
westernisasi/eurosentrisme dan penilaian kaum orientalis yang memandang dunia
Timur dalam posisi yang tidak seimbang. Oleh sebab itu, untuk memberikan
pengertian yang tepat terhadap istilah Oksidentalisme ini, Hasan Hanafi
mendudukkannya sebagai lawan dari Westernisasi dan Orientalisme.
Dari penjelasan ini, berarti Oksidentalisme dapat didefinisikan sebagai suatu
kajian kebaratan atau suatu kajian komprehensif dengan meneliti dan merangkum
semua aspek kehidupan masyarakat Barat. Kendati istilah Oksidentalisme adalah
lawan kata dari Oreantalisme, tapi di sini ada perbedaan lain, Oksidentalisme tidak
memiliki tujuan hegemoni dan dominasi sebagaimana orientalisme. Para
Oksidentalis hanya ingin merebut kembali ego Timur yang telah dibentuk dan
direbut Barat.

5
2. Sejarah Perkembangan Oksidentalisme
Berbicara tentang latar belakang dan sejarah munculnya oksidentalisme tidak
bisa kita lewatkan begitu saja sejarah kecemerlangan peradaban islam dan masa
kegelapan peradaban dunia barat. Sejarah telah mencatat era kecemerlangan dunia
timur khususnya peradaban islam, bahkan peradaban keilmuan barat berhutang
budi dengan peradaban keilmuan islam. Dan ini tidak bisa dipungkiri lagi, Kita
ingat masa-masa kegelapan dunia barat sebelum masa kebangkitan, doktrin gereja
sangat mendominasi dan mengekang kebebasan mereka dalam bertindak bahkan
dalam berpikir, semuanya harus sejalan dengan ajaran gereja yang menjadikan
bangsa barat terbelakang dari peradaban lainya. Peradaban islam waktu itu sangat
bertolak belakang dengan peradaban barat, peradaban islam sangat mencolok dan
maju pesat bak anak panah, universalnya islam telah mengubah bangsa timur dari
bangsa yang terbelakang dan primitif menjadi bangsa yang maju baik dari segi
agama, pemerintahan-politik, ekonomi dan ilmu pengetahuan. Keadaan ini
membuat para pemikir dan cendikiawan barat (bisa disebut oreantalis masa awal)
yang sudah bosan dengan doktrin gereja yang kadang tidak sesuai dengan nalar
telah terinspirasi serta melirik peradaban islam dan mempelajarinya, mereka hijrah
ke wilayah kekuasaan islam dan belajar dari ilmuan-ilmuan islam, maka lambat
laun setidaknya dalam beberapa pereode telah merubah wajah barat dari
kungkungan kegelapan.
Ketika bangsa Barat mulai bangkit dari keterbelakangan mereka (renaissance),
setelah belajar dari dunia timur khususnya peradaban islam, dunia islam mulai
keropos, sedikit demi sedikit dan terus terpuruk disebabkan pemimpin-pemimpin
islam yang lemah, setelah peradaban islam dihancur-ludeskan oleh pasukan Tartar
(bangsa Mongol). Maka barat semakin menunjukkan jayanya dan terus
berkembang hingga abad ini. Dari sini muncul tokoh-tokoh oreantalis (pengkaji
peradaban ketimuran) yang dengan seiring perjalanan waktu telah berubah menjadi
suatu kajian yang bukan hanya mempelajari keilmuan peradaban timur tapi semua
yang terkait dengan ketimuran termasuk bagaimana cara menguasai dunia timur
(islam) dan penjajahan.
Dalam sejumlah karya orientalis, yang lebih banyak ditonjolkan ialah unggulnya
orang-orang Barat serta mengerdilnya segala yang terkait dengan Timur khususnya
islam. Mereka senantiasa mengemukakan orang-orang Timur tidak berbudaya,
bodoh, keras, kasar, dan tidak punya potensi, untuk membuktikan ini para oreantalis

6
telah mendistorsi sejarah dan mengagungkan kemajuan peradaban mereka serta
menghilangkan jejak bahwa mereka pernah belajar dari Timur (islam). Misalnya
mereka (orieantalis) telah membaratkan nama seorang tokoh ilmuan islam
seperti Ibnu Sina menjadi Avecina, Ibnu Rusd menjadi Averos dan
sebagainya. Atas dasar itu, muncul kesadaran baru di dunia Timur (pemikir dan
pembaharu islam) bahwa selama ini mereka dibodohi kajian-kajian ketimuran
(orientalisme) itu. Lahirlah apa yang disebut kajian kebaratan atau yang dikenal
dengan istilah oksidentalisme. Kajian ini adalah upaya untuk menandingi
oreantalisme dan merebut kembali ego Timur yang telah direbut oleh Barat.

3. Tokoh-tokoh Oksidentalisme
Terdapat banyak sekali tokoh oksidentalisme/pengkajian dunia barat yang ada
didunia ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Jamaluddin Al-Afghani, adalah pahlawan besar dan salah seorang putra
terbaik islam. Kebesaran dan kiprahnya membahana hingga keseluruh
penjurudunia. Sepak terjangnya dalam menggerakkan kesadaran umat islam
dan gerakan revolusionernya yang membngkitkan dunia islam, menjadikan
dirinya orang yang paling dicari oleh pemerintah kolonial ketika itu, inggris.
Akan tetapi, komitmen dan konsistennya yang sangat tinggi terhadap nasib
umat islam, membuat al-afghani tidak pernah kenal lelah apalagi menyerah.
b. Dr. Muhammad Abduh, nama lengkapnya adalahMuhammad bin Abduh
bin Hasan Khairullah. Lahir di desa Muhallat Nashr di kabupaten Al-
Buhairah, Mesir tahun 1849 M. Beliau wafat pada tahun 1905 M.
c. Syeikh Muhammad Rasyid Ridha, Lahir di Qalamun, sebuah desa sekitar
4 km dari Tripoli, Lebanon pada 27 Jumadil Awal 1282 H. Beliau adalah
bangsawan Arab yang memiliki garis keturunan langsung dari Sayyidina
Husein, putra Ali bin Abi Thalib dan Fatimah putri Rasulullah.
d. Dr. Muhammad Imarah, atau Amarah lahir di desa Sharwah-Qalain provinsi
Kafr Asy-Syaikh, Mesir; seorang intelektual “kelas kakap” di Tanah Arab.
Responsnya yang cukup antusias pada dunia akademis, terutama dalam
menyikapi tren pemikiran islam, telah mengibarkan namanya dalam dunia
pendidikan dan pemikiran islam kontemporer.
e. Dr. Hasan Hanafi, dilahirkan di kairo, Mesir pada 14 Februari 1934 M.
Hasan Hanafi, pemikir muslim modernis dari Mesir, adalah salah satu tokoh
yang akrab dengan simbol-simbol pembaruan dan revalusioner, seperti
islam kiri, oksidentalisme. Tema-tema tersebut ia kemas dalam rangkaian
proyek besar; pembaruan pemikiran islam, dan upaya membangkitkan umat
dari ketertinggalan dan kolonialisme modern.
Nurcholish Madjid, M.A, lahir di jombang, 17 Maret 1939 (26 Muharram

7
1358), dari keluarga kalangan pesantren. Pendidikan yang ditempuh, yaitu
sekolah rakyat di Mojoanyar dan Bareng (pagi) dan Madrasah Ibtidaiyah di
Mojoanyar (sore); Pesantren Darul „Ulum di Rejoso, Jombang;
Kulliyatul Mu‟allimin Al-Islamiyah (KMI) Pesantren Darussalam di
Gontor, Ponorogo; IAIN Syarif Hidayatullah di jakarta (Sarjana Sastra
Arab, 1968), dan Universitas Chicago, Illinois, Amerika Serikat (Ph.D.,
Islamic Thought, 1984)
f. Adian Husaini, M.A, lahir di Bojonegoro, 17 Desember 1965 adalah ketua
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, sekretaris jenderal Komite Indonesia
untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI) dan Komite Indonesia untuk
Solidaritas Palestina-Majelis Ulama Indonesia (KISP-MUI), Anggota
Komisi Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan
anggota pengurus Majelis Tabligh Muhammadiyah.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Orientalisme berarti sesuatu paham, atau aliran, yang berkeinginan menyelidiki
hal- hal yang berkaitan dengan bangsa-bangsa di Timur beserta lingkungannya. Dari
penjelasan ini, berarti Oksidentalisme dapat didefinisikan sebagai suatu kajian
kebaratan atau suatu kajian komprehensif dengan meneliti dan merangkum semua
aspek kehidupan masyarakat Barat. Kendati istilah Oksidentalisme adalah lawan kata
dari Oreantalisme, tapi di sini ada perbedaan lain, Oksidentalisme tidak memiliki
tujuan hegemoni dan dominasi sebagaimana orientalisme. Para Oksidentalis hanya
ingin merebut kembali ego Timur yang telah dibentuk dan direbut Barat
B. Saran
Penulis menyadari bahwa penulis masih sangat jauh sekali dari kata-kata
sempurna, untuk kedepannya penulis akan lebih jelas dan lebih fokus lagi dalam
menerangkan penjelasan mengenai makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih
lengkap dan lebih banyak lagi, dan tentunya bisa untuk dipertanggung jawabkan. Untuk
saran yang akan kalian berikan kepada penulis, bisa berupa kritikan-kritikan dan saran-
saran kepada penulis guna menjadikan kritikan dan saran sebagai bahan evaluasi
selanjutnya

9
DAFTAR PUSTAKA

Nasir, S. M. (2021). SEJARAH PERKEMBANGAN ORIENTALISME. Al-Mutsla : Jurnal


Ilmu-Ilmu Keislaman dan Kemasyarakatan , 96-106.

Rahim, A. (2010). SEJARAH PERKEMBANGAN ORIENTALISME. Jurnal Hunafa, 179-

192.Yolies Yongky Nata, S. M. (2015). OKSIDENTALISME. JURNAL PENELITIAN DAN


PEMIKIRAN KEISLAMAN, 118-130.

Dr. Neneng Nurhasanah, D. M., Amrullah Hayatuddin, S. M., & Yayat Rahmat Hidayat, S.
M.(2018). METODOLOGIi STUDI ISLAM. jl. Sawo Raya No 18 jakarta 13220:
AMZAH.

10

Anda mungkin juga menyukai