Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

STUDI KAWASAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu :
Annisa Mangole, S.E., M.E.

Disusun Oleh :

1. Nurul Fatimah [2121264]


2. Suni Nurul Dzati [2121273]
3. Uswatun Khasanah [2121276]
4. Nurul Nabilah [2123048]
5. Ahmad Nurdiansyah [2123060]

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH DAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA KEBUMEN
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyusun makalah ini sampai selesai dengan lancar. Sholawat serta salam
kepada Nabi Muhammad SAW. Yang kita nantikan syafa’atnya dihari akhir kelak.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dan ikut menyumbangkan ide baiknya sehingga pengerjaan makalah
menjadi lancar. Kami selaku penulis berharap makalah ini dapat menjadi wawasan
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Kami merasa bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan juga pengalaman kami selaku
penulis. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah kami.

Kebumen, 12 Juni 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3

2.1 Asal-usul Studi Kawasan Islam .....................................................................3

2.2 Pengertian Orientalisme..................................................................................6

2.3 pengertian Oksidentalisme..............................................................................7

2.4 Dunia Islam sebagai Objek Studi Antara Timur dan Barat.............................8

2.5 Problem dan Prospek Pendekatan Studi Islam ................................................ 9

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 11

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Satu hal yang sangat menarik seperti apa yang digambarkan selama ini,
yakni Islam memiliki karekteristik global, bisa diterima dalam setiap ruang dan
waktu. Namun pada sisi yang lain, saat ia memasuki berbagai kawasan wilayah,
karekteristik global seolah-olah hilang melebur ke dalam berbagai kekuatan lokal
yang dimasukinya. Satu kecenderungan dimana biasa Islam mengadaptasi terhadap
kepentingan mereka.

Persoalannya adalah apakah fenomena seperti ini bisa dipandang sebagai


sebuahkeberhasilan Islam dalam menembus medan dakwah hingga bisa diterima
dalam berbagai lapisan masyarakat lokal, sekalipun warna dan ciri keglobalannya
sedikit pudar atau fenomena seperti ini justru sebagai sebuah reduksi terhadap
universalitas Islam, di mana lokalisme mampu “menjinakkan” universalitas Islam
sebagai satu kekuatan global.

1.2 Rumusan Masalah


Untuk mempermudah dalam penyusunan makalah, dapat kami rumuskan
permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Apa pengertian dan bagaimana asal-usul Studi Kawasan Islam ?

2. Apa pengertian Orientalisme?

3. Apa pengertian Oksidentalisme?

4. Apa maksud Dunia Islam sebagai Objek Studi Antara Timur dan Barat?

5. Apa saja Problem dan Prospek Pendekatan Studi Islam ?

1.3 Tujuan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah di atas. Tujuannya adalah sebagai berikut :

1. Untuk Mengetahui Pengertian dan asal-usul dari Studi Kawasan Islam.

2. Untuk mengetahui tentang orientalisme.

1
2

3. Untuk mengetahui arti dari Oksidentalisme.

4. Untuk mengetahui maksud dunia islam sebagai objek studi antara Timur dan
Barat.

5. Untuk mengetahui Problem dan Prospek Pendekatan Studi Islam.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Asal Usul Studi Kawasan Islam

Secara Etimologi merupakan dari bahasa Arab Dirasah Islamiyah. Dalam


kajian Islam di Barat disebut Islamic Studies secara harfiyah adalah kajian tentang
hal-hal yang berkaitan dengan keislaman. Secara terminologis adalah kajian secara
sistematis dan terpadu untuk mengetahui, memakai dan menganalisis secara
mendalam hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam, pokok-pokok ajaran Islam,
sejarah Islam maupun realitas pelaksanaannya dalam kehidupan.

Pengertian Studi Kawasan Islam adalah kajiaan yang tampaknya bisa


menjelaskan bagaimana situasi sekarang ini terjadi, karena, fokus materi kajiannya
tentang berbagai area mengenai kawasan dunia Islam dan lingkup pranata yang ada
dicoba diurai didalamnya. Mulai dari pertumbuhan, perkembangan, serta ciri-ciri
karekteristik sosial budaya yang ada didalamnya, termasuk juga tentang faktor-
faktor pendukung bagi munculnya berbagai ciri dan karakter serta pertumbuhan
kebudayaan dimasing-masing dunia kawasan Islam. Dengan demikian, secara
formal objek studinya harus meliputi aspek-aspek geografis, demografis, historis,
bahasa serta berbagai perkembangan sosial dan budaya, yang merupakan ciri-ciri
umum dari keseluruhan perkembangan yang ada pada setiap kawasan budaya.

Dalam sejarahnya, persoalan hubungan antar batas-batas wilayah sebuah


negara sebenarnya sudah sekian lama telah menjadi perhatian para ahli kegenaraan
sejak jaman Yunani sekitar tahun 450-an SM. Ptolemy, Thucydidas, Hecataeus, dan
Herodotus merupakan sejarawan Yunani yang cukup intens dengan kajian-kajian
wilayah yang ia kenal, baik melalui cerita orang maupun dari hasil pengamatan
terhadap wilayah-wilayah yang ia kunjungi. Mereka selain seorang sejarawan juga
seorang pengelana.1.300 tahun kemudian, Kaum Muslimin memiliki kemampuan
yang luar biasa dalam mengembangkan studi kawasan ini dengan berbagai corak
yang ragam yang lebih dinamis lagi. Karya-karya mereka telah melampaui
sejarawan Yunani, di mana pembahasannya bukan lagi berbicara tentang realits
sejarah, tetapi lebih maju lagi yakni bagaimana cara-cara menanganinya.
Munculnya berbagai karya sejarah dengan tema-tema kajian wilayah dimulai dari

3
4

awal penciptaan sampai mulai dihuni umat manusia, merupakan kajian-kajian yang
sangat populer dan hampir bisa ditemukan dalam karya-karya sejarah klasik Islam.
Sekalipun kajian geografi sebagai disiplin ilmu agak berbeda dengan sejarah,
namun dikalangan sejarawan muslim hal ini tidak bisa dipisahkan begitu saja,
karena objek pembahasan antara keduanya saling melengkapi. Karena kajian
sejarah, sangat membutuhkan kajian tentang ruang dan waktu sebagai aktivitas
pelakunya. Oleh karena itu, karya-karya tentang geografi dan sejarah telah menjadi
bagian penting dan tidak terpisahkan dari perkembangan historiografi Islam secara
umum.

Karya al-Baladzuri, Futuh al-Buldan wa Ahkamuha merupakan kajian


sejarah yang sangat mementingkaan tinjauan wilayah Baladzuri wafat tahun 892
M, semasa hidupnya ia menjadi penasihat para Khalifan Abbasiyah, Al-Mutawakkil
‘Alallah dan Al-Musta’in Billah, bahkan ia mendidik Al-Mu’taz. Karya
monumental ini merekam seluruh proses penaklukan dan bagaimana penanganan
terhadap wilayah-wilayah baru kaum muslimin, seperti Syam, Irak, Mesir, Maroko,
Armenia, serta wilayah-wilayah Persia lainnya. Secara metodologis dia tidak hanya
mengandalalkan fakta tulis atau riwayat pengalaman pelaku, tetapi ia juga berhasil
melihat dimana wilayah-wilayah yang dijelaskannya hampir seluruhnya sudah ia
kunjungi.

Al-Ya’qubi seagai Pegawai di kekhalifahan Abbasiah dan diperkirakan


meninggal tahun 292 H, telah menulis karya al-Buldan (jama’ dari balad; negara-
negara) membicarakan bukan hanya cara-cara penaklukkan dan penanganan
wilayah-wilayah Islam, tetapi juga berbaai potensi sumber daya alam dan ekonomi
tiap-tiap wilayah ia gambarkan secara jelas. Sebagai penulis ia telah mengunjungi
semananjung India, Arab, Syam, Palestina, Libya, Aljazair, dan Sebagainya. Ia
mencari sumber-sumber otoritatif dalam aspek-aspek geografi wilayah-wilayah
Islam. Sebagai seorang pengelana dan Sejarawan ia telah mengunjungi dan
mengamati lebih dari 70 kota dan wilayah Islam baik di Afrika Utara, Asia maupun
Spanyol.

Al-mas’udy, penulis Maruj al-Dzahab ini mengawali pengetahuaan tentang


heografi dan sejarah dari hasil pengembaraan nya ke berbagai wilayah, bailk
5

wilayah muslim maupun wilayah non muslim, ia banyak menerima berbagai


informasi sehingga penjelasannya tentang keberadaan dan sejarah wilayah sangat
kaya. Ia sangat menguasai adat istiadat dan pembangunan, pola kehidupan setiap
masyarakat yang dikunjunginya, termasuk bahasa dan punya keakraban dengan
tokoh lokal. Karya ini ditulis tauhun 947 M, ia meninggal tahun 956 M di Fusthath.

Al-Birruny, penulis kitab al-Hind merupakan sejarawan yang ahli dalam


kajian wilayah India. Bukan hanya sebagai sejarawan tetapi ia juga ahli dalam
penelitian dan observasi dalam ilmu-ilmu lainnya. Sebagai seoarang penasihat
dinasti Ghaznawy, Sultan Mahmud Ghazna ia bekerja bukan hanya untuk
kepentingan pemerintahan, tetapi juga menjelaskan secara objektif keberadaan
wilayah, keagamaan, mentalitas penduduk, pemeikiran India dan bagaimana
semestinya harus ditangani oleh para penguasa muslim. Kitab al-Hind ini ditulis
tahun 1017 M.

Sebenarnya banyak sekali berbagai studi yang telah dilakukan oleh para
sarjana muslim klasik dan pertengahan dan melihat berbagai kawasan dan kantong-
kantong kaum muslimin di bebagai wilayahnya. Perhatian mereka terhadap potensi-
potensi wilayah, baik Desa, Kota maupun berbagai kegiatan kependudukannya,
jelas membuktikan bahwa studi kawasan-kawasan Islam sepanjang sejarahnya
selalu menarik perhatian. Sejarah wilayah seperti Halb, Mesir, dan sebagainya yang
menjadi objek studi, telah ditulis Bughyat al-Thalib fi Tarikh al-Halab.

Begitu banyak orang mengkaji wilayah dengan berbagai variasinya, dan


setiap periode menunjukkan trend yang berbeda-beda. Namun, dalam
perkembangan sejarahnya, istilah geopolitik baru lahir sebagai istilah baru abad ke-
19, sebagai bagian dari konsep “geo-strategy” bangsa Jerman yang dikembangkan
oleh Otto van Bismarck, dengan “unification of the German States.” Teori ini pada
akhirnya menjadi suatu bagian yang lebih luas lagi dari kajian Geografi secara
umum. Tahun 1890 Alferd Thayer menulis tentang “The Influence of Sea Power
Upon History.” Rudolf Kjellen ahli geografi politik Swedia kemudian
memunculkan istilah kekuatan wilayah (the power of area) di akhir abad ke-19.
Tulisannya ini kemudian mengilhami Friedrich Ratzel seorang ahli Ilmu alam,
untuk merumuskan teori “geopolitik” secara utuh dalam bukunya “politische
6

Georaphie” tahun 1879. Dalam teorinya ia menyatakan bahwa setiap negara selalu
mengupayakan wilayah kesatuaanya dan membentenginya terhadap upaya-upaya
negara lain untuk merebut tanah wilayah kekuasaannya. Oleh karena itu, semua
negara (Nasionalisme) ingin hidup dalam wadah wilayah kesatuan bagi
kehidupannya.

2.2 Orientalisme.

Orientalisme berasal dari kata orient, bahasa Perancis, yang secara harfiah
bermakna : Timur, dan secara geografis bermakna; dunia belahan Timur, dan secara
etnologis bermakna; bangsa-bangsa di Timur. Kata “orient” itu telah memasuki
berbagai bahasa di Eropa, termasuk Inggris. Oriental adalah sebuah kata sifat yang
bermakna; hal-hal yang bersifat Timur (Endang Saifuddin: 1986, 46) yang teramat
luas ruang lingkupnya.

Orientalisme adalah paham mengenai masalah-masalah Timur, khususnya


tentang negeri Arab dan Islam. Kaum orientalis adalah para terpelajar yang
menjadikan “agama islam, kebudayaan Islam, negeri dan bahasa Arab” sebagai
objek materi studi mereka. Lawan dari orientalisme adalah occidentalisme, yaitu
penelitiandan pengertian mengenai agama, kebudayaan, dan negeri Barat.

Orientalisme dalam pengertian yang sempitt ialah kegiatan penyelidikan


ahli ketimuran di Barat tentang agama-agama di Timur, khususnya tentang agama
Islam. Kegiatan penyelidikan dalam bidang tersebut telah berlangsung selama
berabad-abad, tetapi baru memperlihatkan intensitasnya yang luar biasa sejak abad
ke-19 Masehi. (Joesoef Sou’yb ; 1985.2 ) Sikap dan pandangan terhadap masing-
masing agama di Timur, khususnya agama Islam, sangat berbeda-beda menurut
sikap mental dari kaum orientalis.

Salah satu tujuan orientalis adalah mengkolonialisasi dunia Islam dari


segala aspek, agama, ekonomi, budaya dan kekuasaan. Orientalis dan tujuan Barat
mempelajari islam, bukan untuk mencari keimanan yang benar. Menurut
Syamsuddin, ada empat alasan mengapa Barat mempelajari Islam. Pertama,
terpesona terhadap studi Islam (facsination), Kedua ingin tahu (curiosity). Ketiga
7

agama (missionary). Keempat karena God (tuhan/agama), gold


(kekayaan/imprealisme), dan glory (kekuasaan) atau sering diistilahkan 3G.

Orientalis mempunyai pengertian yang luas sekali, karena langsung


berkaitan dengan “hal-hal yang bersangkutan dengan bangsa-bangsa di Timur”.
Sekedar ilustrasi dapat dibayangkan kegiatan penyelididkan tersebut secara garis
besar pada berbagai bidnag, yaitu:

1. Bidang kepurbkalaan (archeology)

2. Bidang sejarah (history)

3. Bidnag bahasa (linguistics)

4. Bidang agama (religion)

5. Bidang kesusastraan (literatures)

6. Bidang keturunan (etnology)

7. Bidang kemasyarakatan (sociology)

8. Bidang adat istiadat (customs)

9. Bidang kekuasaan (politik)

10. Kehidupan (ekonomi)

11. Bidang lingkungan (fauna dan flora)

12. Bidang lain-lainnya (Ibid, 1985:3)

Pendeknya, setiap disiplin ilmu melakukan kegiatan penyelidikan menurut


bidang masing-masing. Segala macam kegiatan itu berlaku terhadap bangsa-bangsa
dan suku-suku bangsa di benua Timur beserta masing-masing lingkungannya.
Maka dapatlah dibayangkan betapa luas ruang lingkup yang dilipitu oleh ahli-ahli
Ketimuran itu, yang betul-betul memerlukan ketekunan dan keahlian

2.3 Oksdidentalisme

Lawan dari orientalisme adalah occidentalisme, yaitu penelitian dan


pengertian mengenai agama, kebudayaan, dan negeri Barat. Jadi secara harfiah
8

berarti hal-hal yang berhubungan dengan barat, adalah kajian tentang Barat dari
prespektif non-barat. Kelahiran oksidentalisme emosional atas kesalahan-kesalahan
dari Barat yang dialami dunia Timur pada umumnya dan dunia islam khususnya.
Barat dengan segala implikasinya telah berjaya menguasai Timur. Penguasaan, atau
lebih tepatnya kolonialisme Barat atas Timur ini dalam perjalanan sejarahnya tidak
bisa dipisahkan dari orientalisme. Dengan demikian, terbentuknya oksidentalisme
adalah sebagai upaya untuk mengikis serangan Barat yang sudah semakin meluas
wilayah jangkauannya.

2.4 Dunia Islam Sebagai Objek Studi Antara Timur dan Barat

Menurut Taufik Abdullah, agama sebagai sasaran kajian dapat di


kategorikan menjadi tiga, yakni agama sebagai doktrin, dinamika dan struktur
masyarakat yang dibentuk oleh agama,dan sikap masyarakat pemeluk terhadap
doktrin. Kategori pertama mempersoalkan substansi ajaran agama.namun yang
menjadi sasaran penelitian agama sebagai doktrin adalah pemahaman agama
terhadap doktrin-doktrin tersebut. Kategori kedua, meninjau agama dalam
kehidupan sosial dan dinamika sejarah. Sementara kategori ketiga merupakan usaha
untuk mengetahui corak penghadapan masyarakat terhadap simbol dan ajaran
islam.

Secara terperinci dalam mempelajari agama, ada lima bentuk fenomena


agama sebagai bentuk kebudayaan yang perlu diperhatikan, lima ha tersebut adalah:

1) Naskah-naskah (scripture) atau simbol-simbol agama.

2) Sikap, perilaku,dan penghayatan para penganut tokoh-tokoh agama.

3) Ritus-ritus, lembaga-lembaga, dan ibadat-ibadat agama, seperti shalat, haji,


puasa, zakat, nikah, dan lain sebagainya.

4) Alat-alat atau sarana peribadatan.

5) Lembaga atau organisasi keagamaan tempat para penganut agama bergumul


berperan.
9

Studi Islam di Barat

Ditinjau dari prespektif sejarah, studi yang dilakukan orang Indonesia di


Barat berlangsung cukup lama. Namun demikian fokus studi yang dilakukan belum
menyentuh secara menyeluruh dalam bidang kajian islam. Fokus kajian islam baru
dilakukan setelah Indonesia merdeka. Dan orang Indonesia pertama kali yang
melakukan Studi Islam di Barat adalah M. Rasijidi. Menteri pertama indonesia ini
menanamkan program doctor di universitas Sorbone, Perancis. Para alumni barat
memiliki pengaruh dalam kontribusi besar dalam Studi Islam di Indonesia.

Studi Islam di Timur

Hampir sama yang terjadi di Barat, studi islam di Timur Tengah juga
bervariasi. Ini merupakan hal yang wajar karena karakteristik studi Islam
dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya kebijakan politik, dinamika sosial
budaya latar belakang pemegang kebijakan pendidikan perkembangan ekonomi,
dan berbagai faktor lainnya.

2.5 Problem dan Prospek Pendekatan Studi Islam

Dalam dunia ilmu pengetahuan, menurut Parsudi Suparlan makna dari


istilah “pendekatan” adalah sama dengan “metodologi” yaitu “sudut pandang atau
cara melihat dan memperlakukan sesuatu yang menjadi perhatian atau masalah
yang dikaji”. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan di sini adalah cara
pandang atau paradigma yang terdapat di dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya
digunakan dalam memahami agama.

Dalam hubungan ini, Jalaluddin Rahmat sebagaimana dikutip oleh Abuddin


Nata mengatakan bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai
paradigma. Realitas keagamaan yang diungkapkan mempunyai nilai kebenaran
sesuai dengan kerangka paradigmanya. Untuk dapat hidup dan berkembang serta
lestari dalam masyarakat, agama harus menjadi kebudayaan bagi masyarakat.
Karena setiap masyarakat mememiliki kebudayaan yang digunakan sebagai
pedoman untuk memanfaatkan lingkungan hidupnya guna kelangsungan hidupnya
yang mencakup kebutuhan biologi, kebutuhan sosial dan kebutuhan adab yang
integratif.
10

Jadi pendekatan studi area merupakan pendekatan yang meliputi bidang


kesejarahan, linguistik, dan semua cabang ilmu serta pengetahuan yang berkaitan
dengan pertumbuhan dan perkembangan peradaban dan kebudayaan terhadap
keadaan masyarakat di suatu wilayah atau kawasan. Problematika yang dihadapi
pada penelitian dengan menggunakan pendekatan studi area dalam Studi Islam dan
Komunitas Muslim, berbanding lurus besarnya dengan objek dan luas wilayah yang
akan diselidiki. Semakin kompleks objek yang menjadi sasaran penyelidikan dan
semakin luas wilayah yang dijangkaunya, maka segala persiapan yang diperlukan
untuk menerapkan studi area, juga semakin besar.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Islam berkembang melalui proses perjalanan sejarah yang panjang dan


kultur yang berbeda melihat dimana Islam itu berkembang. Perbedaan latar
belakang sejarah dan budaya mempunyai ukuran yang sama tentang ke-Islaman.
Pandangan agama dapat berubah dan dibenarkan berbeda karena perbedaan waktu,
zaman, lingkungan, stuasi dan sasaran serta tradisi yang sesuai dengan suatu kaidah.

Maka studi ke-Islaman di wilayah-wilayah secara objektiv akan berhasilkan


pandangan dan aplikasi Islam yang benar dan tidak harus sama dengan apa yang
dilakukan dan diterapkan di wilayah lainnya. Oleh karena itu, sangat didambakan
untuk munculnya pusat-pusat studi Islam untuk dapat menyahuti persoalan yang
terus berkembang di masa mendatang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Supiana, M.Ag. (2017) Metodologi Studi Islam, Hal 5-6.
http://repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/6342/1/V9iDDwAAQBAJ.pdf

Dr. H. M. Rozali, MA (2020) Metodologi Studi Islam Dalam Perspectives


Multydisiplin Keilmuan, Hal 1.

http://repository.uinsu.ac.id/8643/1/METODOLOGI%20STUDY%20ISLAM%20
-%20final.pdf

Tirta Wahyudi (2014) Ruang Lingkup Studi Islam Hal 2-3.

https://id.scribd.com/doc/225586454/Ruang-Lingkup-Studi-Islam

Rahmad Shalahuddin, S.Ag., M.Pd.I. (2019) Pengantar Studi Islam Hal (23-24)

https://press.umsida.ac.id/index.php/umsidapress/article/download/978-623-6081-
09-9/973/

Kifrawi. Pendekatan Studi Kawasan dan Pengkajian Islam. Hal 2

12

Anda mungkin juga menyukai