Anda di halaman 1dari 23

Kewajaran, Pengungkapan, dan Trend

Masa Depan dalam Akuntansi

 Kewajaran dalam Akuntansi


 Kewajaran dalam distribusi
 Kewajaran dalam pengungkapan
Kewajaran, Pengungkapan, dan Trend Masa Depan dalam Akuntansi

Kewajaran,
Pada dasarnya, kewajaran dapat dipandang sebagai konsep moral dari keadilan
 Kewajaran dalam Akuntansi
Scott pada tahun 1941, menyatakan bahawa aturan, prosedur, dan teknik
akuntansi hendaknya wajar, tidak bias dan tidak memihak.

Salah satu dasar dari dalil akuntansi yang mendasari prinsip-prinsip akuntansi
dapat dinyatakan sebagai kewajaran-kewajaran bagi seluruh segmen dari
masyarakat bisnis (manajemen, tenaga kerja, pemegang saham, kreditor,
konsumen, dan publik)

Menurut sejarahnya, kewajaran atau doktrin kewajaran mengalami evolusi dari


penerapan kosep konservatisme. Konsep tersebut berangkat dari perhatian yang
berhubungan dengan masalah likuiditas dan pemberian kredit, yang umumnya
dikaitkan dengan konservatisme, menuju ke arah pemikiran bahwa penyajian
laporan keuangan seharusnya wajar bagi semua pengguna.

Kewajaran umumnya dihubungkan dengan pengukuran dan pelaporan informasi


melalui cara yang objektif dan netral
Informasi adalah wajar jika informasi tersebut objektif dan netral. Kewajaran
akan lebih dapat tercapai dalam akuntansi manajerial atau akuntansi biaya
dimana adanya tanda-tanda keberpihakan atau bias dapat mendistorsikan proses
pengambilan keputusan yang sangat bergantung pada data akuntansi manajerial.
kewajaran menjadi kriteria informasi yang dibutuhkan dalam akuntansi
manajerial untuk memastikan integrasi dan akurasi dari pengambilan keputusan.

Persepsi dan penerapan penyajian secara wajar dalam pembuatan dan penyajian
laporan keuangan yaitu yang telah mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku secara umum, walaupun terkadang memberikan beberapa konsekuensi
yang kurang menguntungkan yaitu :

1) Ketidakmampuan untuk mengandalkan pada konsep keadilan yang


sebaliknya justru didedikasikan pada kewajaran dalam distribusi.
2) Ketidakmampuan untuk memperluas ruang lingkup dari pengungkapan-
pengungkapan dalam laporan keuangan di luar informasi akuntansi keuangan
konvensional ke arah kewajaran dalam pengungkapan.
3) Fleksibilitas yang diberikan untuk melakukan manajemen penghasilan dan
perataan laba.
4) Terciptanya iklim untuk praktik-praktik penyelewengan.
Benar dan Wajar
Artinya bahwa penyajian akun-akun, yang berdasarkan prinsi-prinsip akuntansi
yang berlaku umum dengan menggunakan angka-angka yang akurat.

Benar memiliki arti bahwa informasi akuntasi yang dimuat dalam laporan
keuangan telah hitung dan dijumah serta dikomunikasikan sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan peristiwa, aktivitas dan transaksi ekonomi yang
dimaksudkan untuk disajikan.
Wajar berarti bahwa informasi akuntansi tersebut telah di ukur dan diungkapkan
dengan cara yang objektif dan tanpa prasangka apa pun terhadap kepentingan
dari berbagai bagian dalam perusahaan.

Kedua difinisi tersebut dasarnya pada ”benar dan wajar” dengan akurat dan yang
berarti bebas dari bias.
Adapun pandangan “benar dan wajar” sebagai beriku yaitu :
1) Laporan tahunan akan terdiri atas neraca, laporan laba rugi dan catatan atas
laporan keuangan.
2) Mereka akan disusun dengan jelas dan disusun sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang ada
3) Laporan tahunan memberikan pandangan yang benar dan wajar atas aktiva,
kewajiban, posisi keuangan dan laba rugi perusahaan.
4) Apabila penerapan ketentuan tidak memadai untuk memberikan pandangan
yang benar dan wajar, maka informasi tambahan harus diberikan.
5) Apabila dalam kasus-kasus luar biasa penerapan salah satu ketentuan tidak
sesuai dengan kewajiban yang tertera, maka ketentuan tersebut harus
dihapuskan agar dapat memberikan pandangan secara benar dan wajar
 Kewajaran dalam distribusi
Kewajaran dengan memperkenalkan konsep filosofi utama dari keadilan distributif
dalam konteks akuntansi yang mana hasil akhirnya adalah adanya kemungkinan
untuk melihat dan membandingkan konsep kewajaran melalui kerangka keadilan
disributif.

Perhatian atas pertanyaan mengenai distribusi


Masalah pendistribusian hampir selalu diabaikan dalam pandangan konvensional
atas kewajaran sebagai netralitas di dalam membuat penyajian.

Williams menyebutnya sebagai proses evaluasi sebagai berikut yaitu:

1) Bahwa pengevaluasi (evaluator) sadar akan adanya kondisi bahwa segala


konsekuensi dari tindakan yang di lakukan akan dinilai kewajarannya dan,
2) Bahwa evaluasi tersebut mencoba untuk menggunakan perspektif yang tidak
memihak.
Williams menyajikan argumentasi sebagai berikut :
1) Kegunaan dari keputusan, prinsip pengorganisasian riset dan praktik akuntansi
adalah tidak lengkap, sedangkan akuntabilitas paling tidak memiliki kewajaran
sebagai sifat inheren (permanen).
2) Perhatian akan akuntansi secara efisien menjadikan pertimbangan kewajaran
dari akuntansi menjadi suatu hal yang implisit  (tidak terduga), dan bukannya
tidak ada.
Jika pertimbangan mengenai kewajaran diperkenankan untuk menjadi lebih
eksplisit (terlihat secara fisik), beberapa implikasi tertentu.
Salah satu yang paling nyata adalah akuntansi memiliki dimensi moral.
Konsekuensi dari aktivitas akuntansi memiliki implikasi moral sekaligus implikasi
“efesiensi”.
Bagi suatu profesi, menjadi lebih ilmiah bukan berarti harus meninggalkan
pengambilan keputusan moral.
Kewajaran dalam literatur akuntansi sosial menjadi masalah pendistribusian
tanggung jawab sosial secara umum, dan ketanggapan sosial sebagai kemampuan
dari perusahaan untuk memberikan respons atas tekanan-tekanan sosial. Jadi
responsif sosial perusahaan, menjadi salah satu tanda kewajaran, berada di luar
konotasi moral dan etika dari tanggung jawab sosial serta proses material. Respon
untuk kewajaran meliputi identifikasi, pengukuran dan pengungkapan, apabila
memungkinkan, dari biaya sosial yang diciptakan oleh aktivitas-aktivitas ekonomi
perusahaan, sekaligus pula respon yang memadai untuk masalah-masalah ini.
Kewajaran sebagai konsep moral dan keadilan

 Teori keadilan Rawls


Teori keadilan Rawls yaitu mengembangkan suatu teori mengenai keadilan dalam
bentuk prinsip-prinsip untuk diterapkan dalam pengembangan struktur dasar dari
masyarakat dan yang menyajikan tantangan langsung kepada utilitarisme (paham
kemanfaatan).
Prinsip utama dari Rawls adalah pendistribusian semua barang-barang dan jasa
ekonomi secara merata kecuali di mana distribusi yang tidak merata akan
mendatangkan manfaat kepada semua orang, atau paling sedikit akan
menguntungkan golongan yang paling tidak beruntung.
Setiap individu akan memilih dua prinsip keadilan yaitu :
1) Setiap orang memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas
dan sesuai dengan kebebasan yang serupa bagi orang lain.
2) Ketidaksamaan sosial dan ekonomi akan disusun sehingga mereka akan (1)
secara wajar diharapkan memberikan manfaat bagi semua orang, dan (2)
terkait pada posisi dan pekerjaan yang terbuka bagi semua orang.
Kewajaran dalam akuntansi menurut Rawls
Teori kontrak Rawls jika diterapkan dalam akuntansi, menawarkan potensi untuk
memercayakan pada tabir ketidaktahuan di semua situasi yang meminta adanya
pilihan akuntansi pada akhirnya memberikan hasil solusi yang netral, wajar, dan
adil secara sosial. Teori ini juga menawarkan peran akuntansi yang diperluas
dalam penciptaan institusi yang asli.

Teori keadilan Nozick


Nozick berpendapat bahwa teori keadilan dari Rawls melanggar hak-hak orang
lain, dan konsekuensinya tidak dapat dibenarkan secara moral. Teori keadilan
yang memiliki pola mempunyai arti bahwa distribusi akan berbeda sesuai dengan
beberapa dimensi alamiah, jumlah tertimbang dari dimensi-dimensi alamiah, atau
urutan leksikografi dari dimensi-dimensi alamiah. Teori nozick berfokus pada
pentingnya prinsip-prinsip historis, bahwa distribusi tidak hanya atau tidak
bergantungn kepada bagaiman hasil akhirnya saja.
Kewajaran dalam akuntansi menurut Nozick
Menurut Nozick, interprestasi dari Libetarian atas penghormatan yang diberikan
oleh akuntansi kepada mekanisme pasar yang memberikan kewajaran penilaian,
menyebabkan akuntansi tidak cukup dilengkapi untuk menangani aspek-aspek
distributif dari proses akuntansi. Tanpa adanya moral untuk membahas
kewajiban sosial satu sama lain dari manusia, prinsip-prinsip keadilan dalam
akuisisi dan transisi tidak akan memiliki substansi.
Pelanggaran-pelanggaran masa lalu terhadap prinsip-prinsip akuisisi dan transisi
akan terus terjadi tanpa adanya konsep mengenai keadilan redistributif.
Interprestasi Libetarian dari mekanisme pasar tidak akan memberikan jaminan
bahwa hal tersebut adalah wajar atau bahkan kewajaran merupakan proses yang
menengahi.
Teori keadilan Gerwith
Sasaran dari teori keadilan Gerwith adalah memberikan justifikasi rasional bagi
prinsip-prinsip moral untuk secara objektif membedakan tindakna-tindakan yang
tepat secara moral dan institusi-intitusi dari tindakan-tindakan yang salah secara
moral.
Gerwith menyajikan doktrinnya mengenai struktur keadilan dalam tiga hal utama
yaitu;
(a) Setiap agen secara implisit membuat petimbangan-pertimbangan evaluatif
mengenai manfaat dari tujuannya dan selanjutnya mengenai manfaat akan
kebebasan dan kesejahteraan yang merupakan kondisi yang dibutuhkan untuk
melakukan tindakan guna mencapai tujuan tersebut.
(b) Setiap agen secara implisit membuat pertimbangan kewajiban di mana ia
mengklaim bahwa ia tidak memperoleh kebebasan dan kesejahteraan.
(c) Setiap agen harus mengkalim hak-hak ini dengan alasan yang memadai
bahwa ia merupakan seorang agen prospektif yang memiliki tujuan untuk
dipenuhi, sehingga ia secara logis harus menerima generalisasi bahwa semua
agen memiliki hak untuk mendapatkan kebebasan dan kesejahteraan
Kewajaran dalam akuntansi menurut Gerwith
Dalam penerapan pada akuntansi, Gerwith mengusulkan keunggulan dari
perhatian atas hak-hak kebebasan dan kesejahteraan dari semua orang yang
dipengaruhii oleh aktvitas-aktivitas perusahaan dan atas penciptaan peraturan-
peraturan instituional dan akuntansi untuk menjamin hak-hak tersebut. Akuntansi
dapat diminta untuk memfasilitasi redistribusi kekayaan secara efektif dari para
pemangku kepentingan organisasi.
Pada dasarnya, prinsip Gerwith yang diterapkan pada kewajaran dalam akuntansi
melliputi pengakuan akan hak-hak dari semua pihak yang dipengaruhi oleh
aktivitas-aktivitas organisasi.

Kewajaran dalam pengungkapan


Prinsip kewajaran dalam pengungkapan pada dasarnya sebagai hasil dari konsep
kewajaran dalam distribusi yang lebih adil, prinsip kewajaran dalam
pengungkapan meminta adanya perluasan dari pengungkapan akuntansi
konvensional untuk mengakomodasi seluruh pihak-pihak lain yang
berkepentingan, sebagai tambahan di luar pihak investor dan kreditor yang
memiliki kepentingan pribadi terhadap kegiatan-kegiatan perusahaan.
Tuntutan untuk memperluas pengungkapan
Tiga usulan untuk memperkecil dan/atau menghilangkan ketidakwajaran dalam
pelaporan dan pengungkapan sebagai berikut:
1. Usulan pengungkapan Bedford
Bedford mengusulkan perluasan pada pengungkapan akuntansi untuk
mengurangi masalah-masalah yang diciptakan oleh Doktrin kewajaran dalam
akuntansi.
Perluasan pengungkapan akuntansi menentukan perluasan dari karakteristik
pengungkapan sebagai berikut :
1) Perluasan ruang lingkup pengguna dari pemegang saham, kreditor, dan
masyarakat umum ke kelompok-kelompok masyarakat.
2) Perluasan ruang lingkup pengguna dari mengevaluasi kemajuan ekonomi,
memungkinkan penilaian dasar dan membantu keputusan ekonomi sampai
kepada mengakan koordinasi antar perusahaan, memenuhi kebutuhan
informasi khusus dari pengguna dan meningkatkan kepercayaan publik
terhadap aktivitas-aktivitas perusahaan.
3) Perluasan jenis informasi mengenai valuasi-valuasi moneter yang berbasis atas
transaksi dari aktivitas-aktivitas internal perusahaan sampai kepada data
internal dan eksternal.
4) Perluasan teknik pengukuran menggunakan aritmetika dan sistem pembukuan
sampai kepada bidang ilmu manajenen total.
5) Perluasan kualitas pengungkapan keistimewaan dari segi kebutuhan masa lalu
sampai kepada perbaikan relevansi bagi keputusan yang spesifik.
6) Perluasan sarana pengungkapan laporan keuangan konvensional sampai
kepada pengungkapan multimedia yang didasarkan atas psikologi dari
komunikasi manusia.

Perluasan-perluasan di atas dipengaruhi dan dimotivasi oleh serangkaian sikap


dari para “ahli teori” yang mempengaruhi akuntansi. Teori-teori berikut ini
merupakan beberapa perwakilannya:
7) Teori mengenai “hak untuk mengetahui”
8) Teori “informasi yang berlebihan”
9) Teori “pemulihan sistem”
10) Teori “relevansi”
11) Teori “ketepatan
2. Teori kebijakan akuntansi yang efisien dan adil dari Lev
Lev berpendapat bahwa kemajuan dalam menangani masalah kebijakan
akuntansi fundamental dapat dicapai dengan memuat kepentingan eksplisit
dari para pembuat kebijakan keadilan dari pasar modal.
Hal ini penting karena baik analisis teoritis maupun bukti empiris menunjukan
bahwa meningkatnya informasi yang asimetris, atau ketidakadilan, dikait-
kaitkan dengan menurunnya jumlah investor, biaya transaksi yang tinggi,
likuiditas sekuritas yang menurun, menipisnya jumlah volume perdagangan,
dan secara umum, menurunnya keuntungan sosial dari perdagangan.

3. Keunggulan dari pengguna menurut Gaa


Ada dua versi prinsip keunggulan pengguna yaitu:
Versi yang dikenal sebagai pronsip keunggulan pengguna dasar berfokus pada
kebutuhan dari pengguna dengan kemampuan yang terbatas.
Versi yang lain dikenal sebagai keunggulan pengguna yang diperluas,
berfokus pada kebutuhan informasi dari para pengguna yang lebih ahli.
Gaa menyelidiki perumusan logis dari prinsip keunggulan pengguna dengan
didasarkan pada karya-karya kontemporer dalam filosopi etika, sosial dan
politik, dimana manusia dipandang sebagai pembuat keputusan, di mana
prinsip-prinsip yang mengatur perilaku individu dan kelompok adalah hasil
dari keputusan rasional.
Temuan-temuan Komite Jenkins
Sebagai usaha untuk meningkatkan pelaporan eksternal, AICPA pada tahun 1991
membentuk Komite Khusus untuk Pelaporan Keuangan, atau Komite Jenkins
(Edmond L. Jenkins sebagai ketua).
Komite ini ditugaskan untuk menentukan hal sebagai berikut:
(a) hakikat dan tingkatan dari informasi yang disediakan oleh pihak manajemen
bagi pihak lain dan
(b) tingkatan sampai di mana auditor hendaknya memberikan laporannya atas
berbagai elemen dari informasi tersebut.
Pada bulan Nopember 1995 mengeluarkan laporannya yang berjudul The
Information Needs of Investors and Creditors.

Laporan ini mengidentifikasi area-area berikut ini:


1) Meningkatkan pengungkapan dari informasi segmen bisnis.
2) Menangani pengungkapan dan akuntansi untuk instrumen keuangan yang
inovatif.
3) Meningkatkan pengungkapan mengenai identitas, peluang, dan risiko dari
rencana pembiayaan di luar buku dan mempertimbangkan kembali akuntansi
bagi rencana tersebut.
4) Melaporkan secara terpisah dampak dari aktivitas dan peristiwa inti dan non-
inti dan mengukur aktiva dan kewajiban non-inti dengan nilai wajar.
5) Meningkatkan pengungkapan mengenai ketidakpastian pengukuran atas
aktiva dan kewajiban tertentu.
6) Meningkatkan pelaporan triwulan dengan memberikan pelaporan pada
triwulan keempat secara terpisah dan memasukkan data segmen bisnis.

Laporan tersebut juga mengusulkan model komprehensif yang memuat sepuluh


elemen ke dalam lima elemen utama. Lima elemen utama tersebut adalah:
7) Data keuangan dan non keuangan.
8) Analisis manajemen terhadap data keuangan dan non keuangan.
9) Informasi yang menatap masa depan.
10) Informasi mengenai manajemen dan pemegang saham.
11) Latar belakang perusahaan
Metode pelaporan multilapisan
Steven Wallman, yang wakti itu menjabat sebagai komisaris SEC mengusulkan
empat permasalahan umum dalam akuntansi dan pengungkapan yang menjadi hal
penting dalam masa depan pelaporan keuangan:
1) Pengakuan dan pelaporan dari keuntungan dan kewajiban suatu bisnis dengan
kata lain, apakah yang hendaknya kita laporkan dalam laporan keuangan
sebuah perusahaan.
2) Ketepatan waktu dari pelaporan keuangan dengan kata lain, kapan hendaknya
hal-hal yang diakui dilaporkan.
3) Konsep dari perusahaan dengan kata lain, siapa yang akan kita ukur.
4) Saluran dan media distribusi dengan kata lain, dimana dan bagaimana kita
akan mendistribusikan informasi.

Model pelaporan multilapisan dijelaskan sebagai berikut:


5) Lapisan pertama ditujukan untuk hal-hal yang memenuhi kriteria pengakuan
dan akan mencerminkan inti dari laporan keuangan saat ini.
6) Lapisan kedua ditujukan untuk hal-hal yang memenuhi kriteria pengakuan
namun tidak termasuk ke dalam bagian inti karena menyangkut mengenai
keandalannya yang dipertanyakan.
3) Lapisan ketiga ditujukan untuk hal-hal yang memiliki keandalan dan
definisinya dipertanyakan.
4) Lapisan keempat ditujukan untuk hal-hal yang memenuhi kriteria pengukuran,
keandalan dan relevansi tetapi tidak memenuhi definisi dari elemen laporan
keuangan.
5) Lapisan kelima ditujukan untuk hal-hal relevan yang tidak memenuhi definisi
dari elemen dan tidak dapat diukur secara andal.

Pengungkapan akuntansi yang diperluas


Prinsip kewajaran dalam penyajian membatasi pengakuan dan pengungkapan
terhadap situasi-situasi yang diatur oleh prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
secara umum. Tujuan dari pengungkapan dinyatakan sebagai berikut:
6) Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan memberikan pengukuran yang
relevan atas hal-hal tersebut di luar pengukuran yang digunakan dalam laporan
keuangan.
7) Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan untuk memberikan pengukuran
yang bermanfaat.
8) Untuk memberikan informasi yang akan membantu investor dan kreditor
menilai risiko dan potensial dari hal-hal yang diakui dan tidak diakui.
4) Untuk memberikan informasi penting yang memungkinkan para pengguna
laporan keuangan untuk melakukan perbandingan dalam satu tahun dan
diantara beberapa tahun.
5) Untuk memberikan informasi mengenai arus kas masuk atau keuar di mas
depan.
6) Untuk membantu para investor menilai pengembalian dari investasi mereka.

Pelaporan nilai tambah


Value added reporting (VAR) atau laporan pertambahan nilai berkaitan juga
dengan Human Resources Accounting dan Employee Reporting terutama dalam
hal informasi yang disajikannya. Value Added Reporting ini masih belum
diwajibkan sebagai laporan utama di berbagai Negara, jadi masih dalam tahap
wacana akademik. Value Added Reporting ini sebenarnya menutupi kekurangan
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan utama, Neraca, Laba Rugi, dan
Arus kas. Karena semua laporan ini gagal memberikan informasi terkait:
7) Total produktivitas dari perusahaan.
8) Share dari setiap stakeholders atau anggota tim yang ikut dalam proses
manajemen yaitu : pemegang saham, kreditur, pegawai dan pemerintah
(Belkaoui, 1995).
Beberapa kegunaan dari value added reporting ini dapat disebut sebagai berikut:
1. Konsep ini dinilai objektif sehingga dianggap sebagai informasi yang abash
sebagai dasar perhitungan reward.
2. Pertambahan nilai kotor merupakan informasi yang sangat berguna untuk
mengetahui angka reinvestasi (retained earnings dan penyusutan).
3. Laporan ini dianggap dapat menjembatani kepentingan akuntansi dan
ekonomi dengan mengungkapkan jumlah kekayaan dalam pengukuran
pendapatan nasional
4. Pertambahan nilai bersih bisa menjadi dasar distribusi kekayaan bukan
pertambahan nilai kotor:
5. Pertambahan nilai bersih sangat cocok menjadi dasar perhitungan bonus
produktivitas tenaga kerja dengan memberikan penyisihan pada perubahan
modal.
6. Dengan mengurangkan biaya penyusutan akan menghindari double counting
yang bisa terjadi jika ada pertukaran aktiva antara 2 perusahaan.
7. Pertambahan nilai bersih sangat menguntungkan bagi konsep laba untuk
semua. Ini akan mendorong spirit team dalam perusahaan. Masing-masing
pihak mengetahui kontribusinya dalam proses peningkatan kekayaan
perusahaan.
8. Mestinya remunerasi karyawan tidak hanya berasal dari gaji, tapi juga dari
kenaikkan kekayaan.
9. Dapat menjadi media peramalan yang baik bagi peristiwa ekonomi yang dapat
mempenagruhi kesehatan perusahaan.
10. Sangat cocok untuk ekonom dalam perhitungan pendapatan nasional.

keterbatasan laporan pertambahan nilai ini, yaitu:


1) Tidak semua pihak yang terlibat dalam menghasilkan pertambahan nilai itu
merasa senang bekerja sama dengan pihak lain. Tidak jarang justru ada
konflik, sehingga laporan ini justru bisa menimbulkan atau mempertajam
konflik.
2) Ada kemungkinan dengan adanya laporan pertambahan nilai ini manajemen
salah tanggap seolah ingin memaksimalkan pertambahan nilai.
3) Kesalahan penafsiran terhadap pertambahan nilai dapat menimbulkan
kepalsuan pendapat seperti:
4) Kenaikkan pertambahan nilai dianggap kenaikkan laba.
5) Kenaikkan pertambahan nilai per unit dianggap otomatis bermanfaat bagi
pemegang saham.
5) Seolah dianggap bisa mengidentifikasi distribusi yang adil atas perubahan
pertambahan nilai.
6) Pertambahan nilai yang tinggi untuk tenaga kerja per unit dianggap
merupakan prestasi ekonomi yang baik.
7) Share tenaga kerja yang besar atas pertambahan nilai tidak berhak
mendapatkan gaji yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai