Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“Perkembangan Islam Di Masa Nabi Muhammad SAW.”


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :
“Sejarah Kebudayaan Islam”
Dosen Pengampu : Syech Al-Ngarifin, M.Pd.I

Oleh :
1. Paryono 6. Imam Ahmad
2. Ahmad Syakirin 7. Lailatun Nabila
3. Endi Setiawan 8. Ika Putri Nilam S.
4. Khoirul Umam 9. Alfin Nurhasanah
5. Datika rensa 10. Sefta Justya

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)


PRINGSEWU
T. A 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………………………………………………......................... I


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. II

BAB II PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN ISLAM DI MASA NABI ......................................................1
1. Keadaan Bangsa Arab Pra Islam .................................................................1
A. Keadaan Alam Jazirah Arab ..................................................................1
B. Keadaan Sosial Politik .............................................................................2
C. Keadaan Sosial Ekonomi .........................................................................3
D. Agama Dan Budaya Bangsa Arab ..........................................................4
2. Dakwah Nabi Periode Makkah......................................................................5
A. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW. Sebagai Rosul ........................5
B. Misi Dan Usaha Nabi Dalam Berdakwah ...............................................6
C. Penolakan Bangsa Arab............................................................................7
3. Dakwah Nabi Periode Madinah ....................................................................9
A. Proses Hijrah Ke Madinah .......................................................................9
B. Sebab Sebab Hijrah ..................................................................................11
C. Usaha Nabi Di Madinah ...........................................................................12
D. Tantangan Yang Dihadapi Di Madinah .................................................13

BAB III PENUTUP ...................................................................................................17


DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................19

I
BAB I
PENDAHULUAN

Jazirah Arab merupakan wilayah padang pasir yang terletak di bagian barat daya asia.
Jazirah adalah padang pasir terluas dan tergersang di dunia. Luas wilayahnya 120.000 mil
persegi. Jazirah Arab merupakan wilayah strategis dalam peta dunia zaman kuno, ketika
benua Australia dan Amerika belum dikenal orang, karena letaknya berada pada posisi
pertemuan tiga benua yaitu Asia, Eropa, dan Afrika. Wilayah bagian utara Arab berbatasan
dengan lembah gurun Syria, sebelah timur berbatasan dengan dataran tinggi Persia,
sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Laut Merah. Kepulauan Arabia atau Jazirah
Arabia adalah sebutan untuk Arab karena wilayahnya dikelilingi laut pada ketiga sisinya.
Wilayah Arab daerahnya terdiri dari gurun-gurun yang udaranya sangat panas dan berangin
tenang wilayah ini adalah daerah Tihamah, sedangkan wilayah yang berupa lembah di celah-
celah pegunungan adalah daerah Hijaz. Keadaan sosial masyarakat Arab Pra Islam
berdasarkan kesukuan-kesukuan yang terus memelihara ajaran nenek moyangnya, dengan
terus mempertahankan tradisi misalnya berperang, pembunuhan terhadap bayi
perempuan, penyembahan berhala, suka berjudi, mencuri, minum khamr, merampok dan
menghalalkan segala cara untuk mewujudkan keinginan. Kebudayaan masyarakat Arab
pra-Islam yang paling menonjol adalah bidang sastra bahasa Arab, khususnya syair Arab.
Negeri Yaman adalah tempat tumbuh kebudayaan yang amat penting yang pernah
berkembang di Jazirah Arab sebelum Islam datang. Bangsa Arab termasuk bangsa yang
memiliki rasa seni yang tinggi. Salah satu buktinya ialah bahwa seni bahasa Arab (syair)
merupakan suatu seni yang paling indah yang amat dihargai dan dimuliakan oleh
bangsa tersebut.

II
BAB II
PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN ISLAM DI MASA NABI


1. Keadaan Bangsa Arab Pra Islam
A. Keadaan Alam Jazirah Arab
Jazirah Arab merupakan wilayah padang pasir yang terletak di bagian barat daya asia.
Jazirah adalah padang pasir terluas dan tergersang di dunia. Luas wilayahnya 120.000 mil
persegi. Jazirah Arab merupakan wilayah strategis dalam peta dunia zaman kuno, ketika
benua Australia dan Amerika belum dikenal orang, karena letaknya berada pada posisi
pertemuan tiga benua yaitu Asia, Eropa, dan Afrika. Wilayah bagian utara Arab
berbatasan dengan lembah gurun Syria, sebelah timur berbatasan dengan dataran tinggi
Persia, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Laut Merah. Kepulauan Arabia atau
Jazirah Arabia adalah sebutan untuk Arab karena wilayahnya dikelilingi laut pada ketiga
sisinya1.Wilayah Arab daerahnya terdiri dari gurun-gurun yang udaranya sangat panas
dan berangin tenang wilayah ini adalah daerah Tihamah, sedangkan wilayah yang
berupa lembah di celah-celah pegunungan adalah daerah Hijaz. Di wilayah Hijaz inilah
terdapat dua kota suci, yakni Makkah dan Madinah. Di Makkah inilah terdapat kakbah
dan sumber mata air yang tidak pernah kering yang merupakan peninggalan Nabi Ibrahim
a.s. dan putranya Nabi Ismail a.s.yang disebut zam-zam. Najed adalah suatu wilayah yang
berupa dataran tinggi, berbeda dengan wilayah Al-Arudh yaitu wilayah padang pasir luas
yang terkenal dengan padang sahara yang tandus dan gersang. Wilayah Al-Arudh berada
di bawah kekuasaan bangsa Persia. Wilayah jazirah arab lainnya yaitu Yaman, suatu
wilayah di Jazirah Arab yang telah banyak dihuni oleh masyarakat Arab pra-Islam.
Penduduk Yaman termasuk yang telah maju pada saat itu namun sering terjadi
peperangan sehingga banyak bangunan bangunan yang lenyap dan musnah akibat perang.

1
Suyud Lukman Hakim, (2020), Buku siswa sejarah kebudayaan Islam. Jakarta: Direktorat
KSKK Madrasah

1
B. Keadaan Sosial Politik
Ahli sejarah membagi penduduk jazirah arab menjadi dua yaitu Arab Baidah dan
Arab Baqiyah.
A. Arab Baidah yaitu orang-orang arab yang telah lenyap jejaknya. Dan tidak dikethui
lagi kecuali karena tersebut dalam kitab-kitab suci, seperti kaum Ad dan kaum
Tsamud.
B. Arab Baqiyah (Arab Lestari), yaitu orng-orang Arab yang masih terdapat jejaknya.
Dinegeri-negeri Jazirah Arab telah berdiri beberapa kerajaan yang sifatnya dan bentuknya
dua macam:
A. Kerjaan yang bermahkota, tetapi tunduk pada kerajaan lain (mendapat otonomi dalm
negeri).
B. Kerjaan tidak bermahkota, tetapi mempunyai kemerdekaan penuh. Ia juga mempunyai
apa yang dipunyai oleh kerajaan-kerajaan sebenarnya.
Kerajaan yang bermahkota sangat banyak, diantaranya yaitu :

1. Kerajaan Makyam, kerajaan ini terletak diselatan arabia yaitu didaerah Yaman.
2. Kerajaan Saba’, kerajaan ini juga berdiri didaerah Yaman yang pada waktu itu kerajaan
Saba’ ini menggantikan kerajaan Makyam. Kerajan Saba’ mulai berdiri tahun 950 SM.
Mula berdirinya merupakan satu kerajaan kecil saja, kemudian bertambah besar dan luas.
Sementara itu Kerajan Makyam dan Quthban semakin kecil dan lemah. Akhirnya roboh
dan dikuasai Kerajaan Saba’ dan Kerajaan Saba’ berdiri sampai tahuhn 115 SM.
3. Kerajaan Himyar, berdiri mulai Kerajaan Saba’ mulai lemah. Kelemahan kerajaan Saba’
memberi kesempatan bagi kerajaan Himyar untuk tumbuh dan berkembang dengan pesat
hingga akhirnya kerajaan Himyar dapat menguasai kerajaan Saba’.
4. Kerajaan Hirah, sejarah keamiran Hirah ini mulai sejak abad 111 M. dan terus berdiri
sampai lahirnya Islam. Kerajaan ini telah berjasa juga terhadap kebudayaan Arab, karena
warga negaranya, banyak mengadakan perjalanan-perjalanan diseluruh jazirah Arab
terutama untuk berniaga, dalam pada itu mereka juga menyiarkan kepandaian menulis
dan membaca. Karena itu mereka dapat dianggap sebagai pennyiar ilmu pengetahuan di
jazirah Arab.
5. Kerajaan Ghassan, nama Ghassan itu berasal dari mata air di Syam yang disebut
” Ghassan“. Kaum Ghassan memerintah dibagian selatan dari negeri Syam dan dibagian
utara dari jazirah Arab. Mereka telah mempunyai kebuayaan yang tinggi, dan menganut
agama Masehi yang diterimanya dari bangsa Romawi dan merekalah yang memasukkan
agama Masehi itu ke jazirah Arab.
6. Hijaz, Hijaz berbeda dengan negeri-negeri arab yang lain, telah dapat menjaga
kemerdekaannya. Tidak pernah negeri Hijaz dijajah, diduduki dan dipengaruhi negara-
nagara asing. Hal itu disebabkan oleh letak dan kemiskinan negerinya, sehingga tidak
menimbulkan keinginan pada negara-negara lain untuk menjajahnya.
7. Mekkah, yaitu kota tempat berdirinya Ka’bah. Dikeliling Ka’bah didirikan berbagai
patung untuk disembah sebagai Tuhan orang-orang Arab. Pada mulanya Mekkah dan
Ka’bah dikuasai oleh Nabi Ismail, kemudian putra sulungnya Nabit, kemudian oleh
penguasa-penguasa dari kabilah Jurhum. Kemudian kabilah Jurhum diganti oleh kabilah
Khuza’ah, yang datang dari Yaman setelah runtuhnya bendungan Ma’rib, dan berkusa di
Mekkah selama 300 th. Dalam periode ini mereka banyk membuat kesalahan, terutama
dalam bidang agama.

Dalam abad Ke-V M, kaum Quraisy merebut pimpinan Mekkah dan Ka’bah dari
Khuza’ah. Dibawah pimpinan kaum Quraisy Mekkah menjadi maju. Untuk mengurus
Mekkah dan sekitarnya, didirikanlah semacam pemerintahan oleh kaum Quraisy. Pada
zaman Abdul Muthalib Mekkah lebih maju dan telaga Zam-Zam disempurnakan
pemugarannya yaitu dalam tahun 540 M.

C. Keadaan Sosial Ekonomi


Bangsa Arab memiliki mata pencaharian bidang perdagangan, pertanian, dan
peternakan. Peternakan menjadi sumber kehidupan bagi Arab Badui. Mereka berpindah-
pindah menggiring ternaknya ke daerah yang sedang musim hujan atau ke pandang
rumput. Mereka mengosumsi daging dan susu dari ternaknya. Serta membuat pakaian dan
kemanya dari bulu domba. Orang kaya dikalangan mereka terlihat dari banyaknya hewan
yang dimiliki.
Selain Arab Badui, sebagian masyarakat perkotaan yang menjadikan peternakan
sebagai sumber penghidupan. Ada yang menjadi pengembala ternak milik sendiri, ada
juga yang mengembala ternak orang lain. Seperti Nabi Muhammad Saw, ketika tinggal di
suku Bani Sa’ad, beliau seorang pengembala kambing. Begitu juga Umar bin Khatab,
Ibnu Mas’ud dan lain.

Adapun Masyarakat perkotaan yang tinggal di daerah subur, seperti Yaman, Thaif,
Madinah, Najd, Khaibar atau yang lainnya, mereka menggantungkan sum- ber kehidupan
pada pertanian. Selain pertanian, mayoritas mereka memilih perniagaan sebagai mata
pencaharian, khusunya, penduduk Makkah. Mereka memiliki pusat perniagaan istimewa.
Penduduk Makkah memiliki kedudukan tersend- iri dalam pandangan orang-orang Arab,
yaitu mereka penduduk negeri Haram (Makkah). Orang-orang Arab lain tidak akan
mengganggu mereka, juga tidak akan mengganggu perniagaan mereka. Allah Swt. telah
menganugrahkan hal itu kepada mereka. Allah Swt. Berfirman dalam surah al-Ankabut
[29]: 67

َ‫ل يُْؤ ِمنُوْ نَ َوبِنِ ْع َم ِة هّٰللا ِ يَ ْكفُرُوْ ن‬Zِ ‫ف النَّاسُ ِم ْن َحوْ لِ ِه ۗ ْم اَفَبِ ْالبَا ِط‬
Zُ َّ‫اَ َولَ ْم يَ َروْ ا اَنَّا َج َع ْلنَا َح َر ًما ٰا ِمنًا َّويُتَخَط‬

Artinya : dan Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Kami telah
menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedang manusia sekitarnya
rampok-merampok. Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih
percaya kepada yang bathil dan ingkar kepada nikmat Allah?

Suku Quraisy merupakan pendudukan Makkah yang memegang peranan


dalam perniagaan di Jazirah Arab. Mereka mendapat pengalaman perniagaan dari
orang-orang Yaman yang pindah ke Makkah. Orang-orang Yaman terkenal ke-
ahlianya di bidang perniagaan. Selain itu, kota Makkah memiliki Ka’bah seb- agai
tempat orang-orang di jazirah Arab melaksanakan haji. Mereka datang untuk
melaksanakan haji setiap tahun. Kebiasaan Orang-orang Quraisy mengadakan
perjalanan perdagangannya ke daerah-daerah lain. Allah Swt. mengabadikan
perjalanan dagang mereka sebagai perjalanan dagang yang sangat terkenal, yaitu
perjalanan musim dingin menuju Yaman, dan sebaliknya perjalanan dagang musim
panas ke Syam.

D. Agama Dan Budaya Bangsa Arab

Sebelum Islam lahir, masyarakat Arab mempunyai beberapa agama dan


kepercayaan, yaitu pertama, Agama Saba`iyyah (menganggap bahwa matahari dan
bintang-bintang adalah Tuhan yang memiliki kekuatan). Agama ini dianut oleh Arab
Qohthon (Kaum Saba`). Kedua, Yahudi. Agama ini banyak dianut penduduk Yaman.
Ketiga, Nasrani, yang banyak dianut di Arab Utara, Hijaz, dan Yatsrib. Adapun Mekkah,
mayoritas penduduknya adalah penyembah berhala, bebatu-batuan dan pepohonan. Tidak
kurang dari 360 berhala diletakkan di sekeliling Ka`bah, karena setiap Kabilah membuat
sendiri-sendiri. Adapun budaya Bangsa Arab sebelum Islam dinamakan budaya
jahiliyyah, yaitu budaya yang dilandasi untuk kesenangan dan kepuasan hawa nafsu
pribadi. Budaya ini ditandai dengan tradisi minuman keras, berjudi, suka berkelahi,
mudah berperang dan tidak menghormati wanita. Bangsa Arab sangat menyukai
minuman keras yang terbuat dari sari buah Anggur. Mereka senantiasa menghidangkan
minuman keras pada upacara adat, keagamaan, perkawinan, dan upacara-upacara lainnya.
Bangsa Arab mudah bermusuhan antar suku, untuk berebut status sosial dan kekuasaan,
sehingga hal-hal yang kecil dan sepele dapat memicu pertikaian bahkan peperangan.
Setiap kabilah atau suku bertanggung jawab atas nama suku dan membela semua
anggotanya baik dalam kebenaran maupun dalam kesalahan.

Bangsa Arab menjadikan janda sebagai barang yang dapat diwariskan kepada
anak laki-laki, sehingga banyak anak laki-laki mengawini janda ayahnya. Diantara adat
dan budaya yang lebih buruk lagi ialah membunuh anak perempuan dan menguburnya
dalam keadaan masih hidup, karena mereka merasa malu mempunyai anak perempuan
dan beranggapan bahwa anak perempuan tidak dapat di ajak berperang, mencari
penghasilan, dan sebagainya.

2. Dakwah Nabi Periode Makkah


A. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW. Sebagai Rosul
Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul ditandai dengan menerima wahyu
surah Al 'Alaq ayat 1-5 di Gua Hira. Pendapat terkuat meyakini bahwa hal tersebut
terjadi pada 17 Ramadan 610 M. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim,
Rasulullah SAW menerima wahyu dalam dua keadaan. Pertama, terdengar seperti
suara lonceng yang berbunyi keras dan dikatakan bahwa ini cara paling berat bagi
Rasulullah. Allah SWT berfirman dalam surah Al Muzzammil ayat 5:
َ ‫ِإنَّا َسنُ ْلقِى َعلَ ْي‬
‫ك قَوْ اًل ثَقِياًل‬
Artinya:" Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat."

Kedua, dikatakan bahwa Jibril datang kepada Nabi Muhammad SAW dalam keadaan
seperti manusia biasa, menyerupai seorang laki-laki. Jibril mendatangi dengan berkata
iqra` bismi rabbikallażī khalaq khalaqal-insāna min 'alaq iqra` wa rabbukal-akram
allażī 'allama bil-qalam 'allamal-insāna mā lam ya'lam (QS Al 'Alaq: 1-5).
Turunnya wahyu pertama yang menandai kenabian dan kerasulan Nabi
Muhammad SAW. Aisyah RA berkata, "Yang pertama sekali apa (wahyu) yang
dimuliakan pada Rasulullah SAW itu adalah impian yang baik dalam tidur. Beliau
tidak melihat impian itu melainkan terang cuaca datang seperti terang cuacanya waktu
subuh. Kemudian kepada beliau rasa amat suka bersembunyi (menyendiri) dan beliau
juga menyendiri di Gua Hira maka beliau ber-tahannuts di dalamnya, yaitu beribadah
dalam beberapa malam yang berbilangan sebelum beliau kembali pulang kepada ahli
keluarganya, dan bersedia untuk yang demikian itu kemudian beliau kembali kepada
Khadijah lalu mengambil perbekalan yang seperti itu sehingga datanglah Haq
(kebenaran), sedang beliau ada di Gua Hira. Maka datanglah malaikat kepada beliau
lalu berkata, 'Bacalah!'
Beliau berkata, "Aku bukan pembaca."
Lalu Jibril memegang beliau, lantas memeluknya dengan sekeras-kerasnya sampai
payahlah beliau, lalu Jibril melepaskan beliau lantas berkata, "Bacalah!"
Beliau berkata, "Aku bukan pembaca."
Lalu jibril memegang beliau lantas memeluknya yang kedua kalinya sampai merasa
payahlah beliau, lalu melepaskan beliau lantas berkata, "Bacalah!"
Maka beliau berkata, "Aku bukan pembaca."
Lalu Jibril memegang beliau lantas memeluk beliau dengan sekeras-kerasnya,
kemudian melepaskan beliau lalu berkata, "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang
telah menciptakan. Dia menciptakan manusia dari darah yang beku! Bacalah olehmu
dan Tuhanmu Maha Mulia yang mengajar manusia dengan pena, mengajar manusia
tentang barang yang ia belum mengetahui."

B. Misi Dan Usaha Nabi Dalam Berdakwah


Ada tiga hal yang menjadi misi dakwah Rasulullah Saw. Pertama, mengajak
seluruh umat manusia ini untuk hanya mengabdikan dirinya kepada Allah Swt. Ini
bukan hanya menjadi misi dakwah Rasulullah Saw. saja, tetapi juga menjadi misi
dakwah seluruh para Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah Swt. Misi yang kedua
adalah menyempurnakan akhlak yang mulia. Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam
kitab Al-Adab Al-Mufrad, Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya saya ini diutus
adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia.” Karena itu kita lihat di dalam
seluruh yang telah disyariatkan oleh Allah Swt. di sana ada nilai-nilai akhlak. Betapa
pentingnya akhlak ini sampai suatu hari Rasulullah Saw. pernah bertanya kepada para
sahabatnya, “Tahukah kamu siapa orang yang bangkrut di akhirat nanti?” Para
sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut adalah orang tidak punya dinar dan
dirham.” Rasul menjawab, “Bukan itu! Sesungguhnya orang-orang yang bangkrut
dari kalangan umatku nanti adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan
pahala shalat, puasa, zakat. Akan tetapi akhlak orang ini bermasalah. Orang ini
pernah memaki si fulan pada masa hidupnya, dan pernah menuduh si fulan, pernah
mengambil harta si fulan, pernah menumpahkan darah si fulan, dan pernah memukul
si fulan. Orang yang pernah dizaliminya akan datang menuntut keadilan di akhirat,
tidak ada kata maaf ketika itu. Maka pahala shalat, puasa, dan zakat yang banyak
dipikulnya, terpaksa diberikan kepada orang yang telah dizaliminya. Habis
pahalanya, masih ada lagi orang yang menuntut keadilan. Akhirnya dosa orang yang
dizaliminya itu ditimpakan kepada dirinya.”
Begitulah, Islam sangat memperhatikan akhlak, bahkan kepada non-muslim
sekalipun. Allah Swt. berfirman di dalam Al-Qur’an surat Al-Mumtahanah ayat 8
َ‫ار ُك ْم اَ ْن تَبَرُّ وْ هُ ْم َوتُ ْق ِسطُ ْٓوا اِلَ ْي ِه ۗ ْم اِ َّن هّٰللا َ يُ ِحبُّ ْال ُم ْق ِس ِط ْين‬ ‫هّٰللا‬
ِ َ‫اَل يَ ْن ٰهى ُك ُم ُ َع ِن الَّ ِذ ْينَ لَ ْم يُقَاتِلُوْ ُك ْم فِى ال ِّد ْي ِن َولَ ْم ي ُْخ ِرجُوْ ُك ْم ِّم ْن ِدي‬

artinya, “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-
orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari
kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku
adil.”

Terakhir, misi dakwah Rasulullah Saw. yang ketiga adalah memberikan


rahmat kepada sekalian alam. Bukankah turunnya wahyu dari Allah Swt. menegakkan
hujjah untuk umat manusia ini merupakan rahmat dari Allah Swt. Dijelaskan kepada
kita mana jalan yang menghantarkan kita untuk masuk surga Allah Swt. dan mana
jalan yang menghantarkan kita untuk masuk neraka Allah Swt. Jalannya sudah terang
benderang dan Allah tidak meninggalkan kita, Dia menciptakan kita dan memberikan
panduan. Ini sesungguhnya merupakan kasih sayang Allah Swt.

C. Penolakan Bangsa Arab


Rasulullah SAW dikenal sebagai pribadi yang jujur, cerdas, hingga dijuluki al
amin dari penduduk Mekah. Namun, semua itu tidak lantas membuat dakwah
Rasulullah SAW pada periode Mekah berjalan mulus. Beliau harus menemui berbagai
bentuk penolakan ajaran Islam dari kaum quraisy.
Salah satu sebab kaum Quraisy menolak ajaran Islam adalah perasaan sombong dan
tinggi hati mengikuti kebesaran Allah SWT dan rasulNya. Sebab itu mereka
mengambil sikap opsisi dan menentang ajaranNya. Sebagaimana dikutip dari buku
Tafsir al-Munir Jilid 12 Aqidah, Syariah, Manhaj (Juz 23-24 Yaasiin-Fushshilat)
karya Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili.
Penolakan yang dilontarkan oleh sebagian besar tokoh Quraisy dimulai dari
menuduh Rasulullah gila dan tuduhan lainnya, melakukan intimidasi pada pengikut
beliau, hingga melakukan berbagai propaganda untuk menghentikan dakwah Nabi
Muhammad SAW. "Mereka melakukan berbagai propaganda untuk menghentikan
kegiatan Nabi Muhammad dan kaum muslimin yang terus bertambah. Seperti
melakukan penghujatan, caci maki, pemboikotan, dan sebagainya," tulis Prof. Dr.
Wahbah az-Zuhaili. sebab-sebab kaum Quraisy menolak ajaran Islam yang dibawa
oleh Rasulullah SAW sebegitu kerasnya dapat disimak dalam tulisan berikut:
a. Ketakutan kehilangan kekuasaan
Kaum kafir Quraisy tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan.
Di masa itu, terjadi perebutan kekuasaan antar suku. Mereka menganggap, mengikuti
ajaran Nabi Muhammad artinya sama dengan mengakui kekuasaan beliau.
"Mereka menganggap bahwa dengan mengikuti ajaran Muhammad maka telah tunduk
kepada Nabi Muhammad dan Bani Hasyim,"
b. Keengganan hilangnya status sosial
Saat itu, masyarakat Quraisy hidup dalam penggolongan-penggolongan status sosial
atau kasta, mulai dari kaum majikan hingga budak. Budak adalah kasta terendah bagi
mereka. Sebab, budak bisa diperjualbelikan dan hak-haknya sebagai manusia tidak
dihargai. Sementara itu, pada umumnya para pembesar kaum Quraisy memiliki status
sosial yang tinggi. Mereka merasa keberatan bila status sosial mereka disejajarkan
dengan yang lain. Bertolak belakang dengan ajaran Islam yang dibawa Rasulullah
SAW. Islam mengajarkan manusia untuk saling menghargai satu sama lain. Hal ini
pun menjadi salah satu sebab kaum quraisy menolak ajaran Islam.
c. Takut kehilangan mata pencaharian
Orang kafir Quraisy adalah masyarakat penyembah berhala. Sebab itu, membuat
berhala merupakan mata pencaharian mereka saat itu. Mereka membuat berhala Latta,
Uzza, Manat, dan Hubal kemudian menjualnya kepada orang-orang yang
mengunjungi Ka'bah sebagai sesembahan.
Sementara itu, Islam melarang manusia untuk menyembah selain Allah SWT. Bila
kaum Quraisy mengikuti ajaran Islam, mereka khawatir akan kehilangan mata
pencaharian utama mereka sebagai pembuat patung berhala.
d. Taklid kepada nenek moyang
Kaum Quraisy telah memegang penuh segala adat istiadat, kepercayaan, dan agama
yang diwarisi leluhur mereka. Sebab itu, para pembesar kaum mereka menganggap
ajaran Nabi Muhammad SAW sebagai kepercayaan dan agama baru yang harus
ditolak.
"Mereka tetap berpegang teguh kepada adat istiadat, tradisi, dan sistem kepercayaan
dan agama yang telah mereka warisi secara mendarah daging dari nenek moyang
mereka,"
Setidaknya, 4 sebab itu yang membuat kaum quraisy menolak ajaran Islam dari
Rasulullah SAW. Mereka menyadari bahwa kemenangan agama baru itu berarti
kehancuran bagi agama berhala mereka hingga hilangnya kekayaan dan kekuasaan
pengawasan terhadap rumah suci Ka'bah.

3. Dakwah Nabi Periode Madinah


A. Proses Hijrah Ke Madinah
Kaum Muslimin di Makkah mayoritas telah pergi meninggalkan Makkah untuk
hijrah ke Madinah, kecuali Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib. Keduanya menemani
Nabi Muhammad saw sampai mendapat perintah dari Allah swt untuk berhijrah ke
Madinah. Nabi muhammad telah mempersiapkan hijrah hampir dua bulan dengan
perencanaan yang matang.

Beliau menyiapkan rencana dengan melihat situasi dan kondisi di kota Makkah.
Adapun proses hijrah nabi Muhammad dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Ali bin Abi Thalib Menggantikan Nabi Muhammad Ditempat Tidurnya

Kaum kufar Quraisy berencana akan membunuh Nabi Muhammad untuk


mencegah hijrah ke Madinah. Pada saat itu umat Islam di Makkah hanya tinggal
sedikit. Sebelum turun perintah hijrah kepada nabi Muhammad, beliau sudah meminta
Abu Bakar untuk menemaninya. Setelah itu, Abu Bakar menyiapkan dua ekor
untanya yang diserahkan pemeliharaannya kepada Abdullah bin Uraiqiz sampai nanti
tiba waktunya diperlukan. Ketika turun perintah hijrah dari Allah SWT, Nabi
Muhammad saw dan Abu Bakar meninggalkan Makkah secara diam-diam untuk
hijrah ke Madinah. Pada malam akan hijrah, Nabi Muhammad meminta Ali bin Abi
Talib untuk memakai mantelnya dan berbaring di tempat tidurnya. Nabi Muhammad
saw berpesan kepada Ali bin Abi Thalib, setelah Nabi hijrah, untuk tinggal dulu di
Mekah menyelesaikan barang-barang amanat orang yang dititipkan kepadanya. Maka,
ketika para algojo kafir Quraisy mengintip ke tempat tidur Nabi Muhammad Saw,
mereka melihat sesorang berbaring di tempat tidur dan mengira bahwa Nabi Saw
masih tidur. Setelah tahu bahwa yang tidur adalah Ali bin Abi Thalib, mereka
menyeretnya ke Masjid Haram dan menyiksanya, lalu melepaskannya.

2. Gua Tsur

Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar pergi ke Madinah melalui arah selatan
dalam rangka mengelabui kafir Quraisy. Mereka berdua menetap di dalam gua Tsur
pada hari Jum’at, Sabtu, dan Ahad. Gua Tsur terletak di Jabal Tsur yang berjarak lima
kilometer sebelah selatan Kota Makkah.

3. Masjid Quba’

Setelah menempuh perjalanan 7 hari, Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar
sampai di Quba’, sebuah desa yang terletak dua mil di selatan Madinah. Beliau
membangun Masjid dan merupakan Masjid pertama dalam sejarah Islam. Beliau
tinggal di Quba’ selama empat hari. Pada Jum’at pagi beliau berangkat dari Quba’
menuju ke Madinah. Ketika sampai di perkampungan Bani Salim bin Auf, waktu
shalat Jum’at tiba. Nabi Muhammad melaksanakan shalat jumat disana. Inilah Jum’at
dan khutbah yang pertama dalam Islam.

4. Tiba di Madinah

Setibanya Nabi Muhammad saw di Madinah, Program pertama beliau adalah


menentukan tempat di mana akan dibangun Masjid. Beliau melepaskan untanya dan
menetapkan tempat berhenti untanya sebagai masjid. Ternyata untanya berhenti di
tanah milik dua orang anak yatim. Maka Nabi saw minta keduanya untuk menjual
tanahnya. Namun keduanya ingin memberikan tanahnya sebagai hadiah. Tapi Nabi
saw tetap ingin membayar harga tanah itu sebesar sepuluh dinar. Dan Abu Bakar
menyerahkan uang kepada mereka berdua. Nabi Muhammad saw tinggal di rumah
Abu Ayyub al Anshari sampai selesai pembangunan Masjid Nabawi dan tempat
tinggal beliau. Seluruh sahabat bersama Nabi saw ikut membangun Masjid Nabawi,
sebagaimana mereka melakukan bersama-sama dalam pembangunan Masjid Quba’.
Beberapa hari kemudian, istri Nabi (SAW); Saudah (RA); dua putri beliau Fatimah
(RA) dan Ummu Kulsum (RA), Usamah bin Zaid (RA), ‘Aisyah (RA) dan Ummu
Aiman (RA) juga menyusul hijrah ke Madinah dibawah kawalan Abdullah bin Abu
Bakar (RA). Adapun putri beliau seorang lagi, Zainab (RA), baru diijinkan hijrah ke
Madinah setelah terjadi peperangan Badar.

Di Madinah, Rasulullah (SAW) memanjatkan doa:

Artinya : Ya Allah, berkahilah buah-buahan kami, berkahilah kota kami,


berkahilah Sha’ kami, & berkahilah Mud kami. Ya Allah, Nabi Ibrahim adalah
hamba-Mu & kekasih-Mu. Sedangkan aku adalah hamba & Nabi-Mu. Dia berdo’a
kepada-Mu bagi kemakmuran Makkah, & aku berdo’a kepada-Mu bagi kemakmuran
Madinah, seperti Ibrahim mendo’akan kota Makkah.  (HR. Muslim :2437)

B. Sebab Sebab Hijrah

Ketika Nabi Muhammad saw menerima ayat 94 surah Al Hijr, Nabi Muhammad
mulai berdakwah secara terang-terangan. Dakwahnya mendapat respon keras dari
kaum kafir Quraisy. Para pemimpin Quraisy menggunakan berbagai cara untuk
mencegah dakwah Nabi Muhammad, namun selalu gagal, baik secara diplomatik,
tawaran, dan kekerasan fisik. Puncaknya adalah pemboikotan terhadap Bani Hasyim
yang merupakan tempat Nabi Muhammad berlindung. Pemboikotan atau embargo
berlangsung selama 3 tahun. Pemboikotan ini berhenti setelah kaum Quraisy
menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sangat keterlaluan. Ancaman dari Kafir
Quraisy semakin keras setelah Nabi Muhammad saw kehilangan Abu Thalib dan Siti
Khadijah. Pemimpin Quraisy terang-terangan menantang Nabi Muhammad karena
menganggap kebangkitan Islam identik dengan kehancuran posisi sosial mereka.
Kebangsawanan mereka akan hilang dan hancur karena Islam mengajarkan
persamaan derajat manusia. Sistem kepemimpinan bangsawan tidak ada di Yasrib
(Madinah). Hal ini juga yang menyebabkan Nabi Muhammad melakukan hijrah ke
Madinah. Hijrah dianggap sebagai alternatif perjuangan untuk menegakkan ajaran
Islam.
Selain itu, ada beberapa faktor yang mendorong Nabi Muhammad saw.
memilih Yatsrib sebagai tempat hijrah umat Islam, Yaitu :

1. Yatsrib adalah tempat yang paling dekat.


2. Sebelum diangkat menjadi nabi, beliau telah mempunyai hubungan baik dengan
penduduk kota tersebut. Hubungan itu berupa ikatan persaudaraan karena kakek
Nabi, Abdul Mutholib beristerikan orang Yatsrib. Di samping itu, ayahnya
dimakamkan di sana.
3. Penduduk Yatsrib sudah dikenal Nabi karena kelembutan budi pekerti dan sifat-
sifatnya yang baik.
4. Bagi diri Nabi sendiri, hijrah merupakan keharusan selain karena perintah Allah
swt.

C. Usaha Nabi Di Madinah


Kedatangan Rasulullah SAW di Madinah pada 12 Rabi'ul Awwal tahun
pertama Hijriah merupakan awal dari dimulainya dakwah. Dalam perjalanannya,
ajaran Islam yang disampaikan Rasulullah SAW lebih mudah diterima oleh
bangsa Arab. Sebab, mereka sebelumnya telah memahami agama-agama
ketuhanan. Berikut usaha Rasulullah SAW di Madinah yang akhirnya membawa
keberhasilan:
1. Membangun Masjid sebagai Pusat Kegiatan Dakwah
Rasulullah SAW membangun dua masjid yang dijadikan sebagai pusat kegiatan
dakwah di Madinah, yaitu Masjid Quba' yang dibangun saat kedatangan
pertamanya dan Masjid Nabawi yang kemudian dijadikan untuk mendidik para
sahabatnya dan mengatur pemerintahan.
2. Melakukan Perjanjian dengan Kaum Yahudi Madinah
Selama dakwah di Madinah, Rasulullah SAW melakukan perjanjian untuk
memperkokoh posisi kaum muslimin dari gangguan penduduk asli, bangsa Arab,
maupun Yahudi. Hal ini juga dilakukan tak lain untuk menjaga stabilitas di
Madinah. Perjanjian tersebut kemudian melahirkan Piagam Madinah. Piagam ini
berisi sepuluh bab, di antaranya pembentukan ummat, hak asasi manusia,
persatuan seagama, persatuan segenap warganegara, golongan minoritas, tugas
warga negara, melindungi negara, pimpinan negara, politik perdamaian, dan bab
terakhir merupakan penutup.
3. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Anshar
Rasulullah SAW juga mempersaudarakan dua kaum muslimin, yakni Muhajirin
dan Anshar. Rasulullah SAW menganjurkan untuk kedua kaum tersebut untuk
saling memupuk persaudaraan dan melarang adanya sentimen kesukuan. Hal ini
dilakukan untuk memperkuat umat Islam.
4. Membangun Ekonomi Rakyat dengan Mendirikan Pasar
Rasulullah SAW mendirikan pasar yang tidak jauh dari Masjid Nabawi untuk
membangun perekonomian rakyat sekaligus sebagai sarana dakwahnya. Pasar ini
dibangun untuk mendidik umat dalam mengatur roda perekonomian yang adil
berdasarkan ajaran Islam. Pasar Madinah yang menjadi salah satu strategi dakwah
Rasulullah SAW di Madinah ini kemudian menjadi jantung perekonomian negara
Islam yang pertama.
D. Tantangan Yang Dihadapi Di Madinah

Nabi Muhammad yang mulanya mendapat perintah Allah berdakwah secara


sembunyi-sembunyi kemudian diperintah oleh Allah untuk berdakwah secara terang-
terangan. Saat Rasulullah berdakwah secara terang-terangan, maka gangguan kaum
kafir Quraisy juga semakin nampak. Orang-orang kafir Quraisy melakukan segala
upaya demi terhentinya dakwah Rasulullah SAW dan padamnya syiar Islam. Namun
atas pertolongan Allah, syiar Islam semakin berkembang dan pemeluk Islam semakin
banyak. Diantara usaha-usaha orang-orang kafir Quraisy dalam menghalangi dakwah
Nabi SAW dan tersebarnya dakwah Islam antara lain:

1. Penghinaan, ancaman dan siksaan secara fisik kepada Rasulullah SAW.

Orang-orang kafir Quraisy Makkah menghina Nabi Muhammad dan menyebut


beliau sebagai orang gila, tukang sihir, si anak celaka dan sebagainya sebagai
penghinaan kepada beliau. Abu Jahal melemparkan kotoran unta di atas tubuh
Rasulullah kala beliau sedang bersujud dalam shalat beliau di Masjidil Haram.
Sedangkan dalam kesempatan yang lain, Abu Jahal membuat jebakan lubang yang
sangat dalam di depan rumah Rasulullah, namun jebakan tersebut justru mengenai Abu
Jahal sendiri. Dan yang lebih gila lagi ialah keinginan orang-orang kafir Quraisy untuk
membunuh Rasulullah SAW. Kejadian ini terjadi menjelang hijrah Rasulullah SAW ke
Madinah, namun Allah senantiasa melindungi Nabi Muhammad SAW dari gangguan
orang-orang kafir Quraisy.

13

2. Penghinaan, ancaman dan siksaan terhadap para pengikut Rasulullah SAW

Saat orang-orang kafir gagal dalam membunuh karakter Rasulullah SAW


dengan fitnah, dan mereka juga gagal menghentikan dakwah Rasulullah, mereka
mengalihkan gangguan kepada para pengikut Nabi Muhammad SAW yang berasal
dari kalangan budak dan lemah. Tujuannya agar para pengikut Rasulullah tersebut mau
kembali ke barisan kaum kafir dan menyembah berhala. Namun, “mimpi” mereka
hanya berisi pepesan kosong belaka. Diantara para sahabat yang menerima siksaan dari
kaum kafir Quraisy ialah sahabat Bilal bin Rabah yang disiksa dengan ditelentangkan
di padang pasir saat siang hari dan dadanya ditindih dengan batu besar. Sahabat
Khabab bin Al-Arat sekujur tubuhnya ditempeli besi panas. Bahkan sahabat Yasir dan
istrinya, Sumayyah menjadi syuhada pertama dalam Islam.

3. Tawaran harta, tahta dan wanita

Orang-orang kafir Quraisy mengutus Utbah bin Rabi’ah menemui Rasulullah


kemudian menawarkan harta sebanyak apapun yang Rasulullah mau lalu menawari
Rasulullah menjadi pemimpin Makkah dan juga menawarkan wanita-wanita tercanti di
seluruh Arab agar Rasulullah menghentikan dakwah beliau. Semua tawaran tersebut
ditolak oleh Rasulullah SAW, karena beliau diutus ke dunia bukanlah untuk mengejar
harta, tahta dan wanita.

4. Membujuk Nabi SAW untuk saling bertukar sesembahan

Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas terkait asbabun nuzul Surat Al
Kafirun ini. Bahwa Walid bin Mughirah, Ash bin Wail, Aswad bin Abdul Muthalib
dan Umayyah bin Khalaf menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka
mengatakan, “Wahai Muhammad, marilah kami menyembah Tuhan yang kamu
sembah dan kamu menyembah Tuhan yang kami sembah. Kita bersama-sama ikut
serta dalam perkara ini. Jika ternyata agamamu lebih baik dari agama kami, kami telah
ikut serta dan mengambil keuntungan kami dalam agamamu. Jika ternyata agama kami
lebih baik dari agamamu, kamu telah ikut serta dan mengambil keuntunganmu dalam
agama kami.” Penawaran seperti itu adalah penawaran yang bodoh dan konyol serta
mereka tak mengetahui hakikat ajaran Islam yang sangat menentang setiap ajaran yang
ingin mempersekutukan Allah dengan sesuatu. Maka Allah pun menurunkan Surat Al
Kafirun sebagai jawaban tegas bahwa Rasulullah berlepas diri dari agama mereka.

5. Membujuk dan memprovokasi Abu Thalib

Orang-orang kafir Quraisy merasa frustasi saat melakukan gangguan kepada


Nabi dan para sahabat beliau yang sangat gigih memegang ajaran Islam. Orang-orang
Quraisy mendekati Abu Thalib yang merupakan paman sekaligus pelindung Nabi
Muhammad dalam berdakwah. Mereka berharap Abu Thalib, yakni orang yang sangat
disegani dan dicintai Rasulullah mau mendukung mereka dalam menghentikan dakwah
Nabi Muhammad SAW. Orang-orang kafir Quraisy membawa seorang pemuda yang
gagah dan ganteng untuk ditukarkan dengan Rasulullah. Hal tersebut sangat
menyinggung perasaan Abu Thalib dan menolak tawaran orang-orang kafir Quraisy.

6. Menghasut Masyarakat Makkah

Orang-orang kafir Quraisy berusaha menghalangi orang-orang Makkah yang


ingin mendengarkan dakwah Nabi SAW, bahkan mengancam membunuh mereka.
Namun hal itu tak menyurutkan keinginan masyarakat Makkah untuk mendengar
dakwah Nabi SAW walau dengan sembunyi-sembunyi.

7. Mengasingkan dan memboikot Bani Hasyim dan Bani Muthallib

Saat orang-orang kafir Quraisy telah mengalami kebuntuan dalam


menghentikan dakwah Nabi SAW dengan ancaman, mereka mulai melakukan
pengasingan dan pemboikotan. Mereka bersepakat membuat surat pengumuman yang
ditempel di Ka’bah yang berisi tentang larangan untuk melakukan jual-beli,
pernikahan dan tolong menolong dengan Nabi Muhammad, keluarga serta para
pengikut beliau. Diriwayatkan, yang menulis penyataan itu ialah Manshûr bin ‘Ikrimah
yang didoakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar celaka sehingga sebagian
jemarinya lumpuh. Ada juga yang mengatakan bahwa penulisnya ialah Nadhr bin
Hârits, ada yang mengatakan Thalhah bin Abu Thalhah, dan ada pula yang
mengatakan Bagiid bin ‘Amir bin Hasyim bin Abdud-Daar. Pemboikotan ini
berlangsung selama 3 tahun dan berakhir dengan robeknya surat pengumuman itu
karena di makan rayap kecuali tulisan yang terdapat lafazh nama Allah Azza wa Jalla.
Dampak dari pemboikotan ini ialah kelaparan yang sangat dialami oleh kaum muslim.
Bahkan tak lama setelah pemboikotan dan pengasingan dicabut, Khadijah istri Nabi
SAW dan Abu Thalib paman Nabi SAW wafat karena selain usia yang telah tua, juga
beratnya beban yang ditanggung saat pemboikotan.

8. Mempengaruhi pemimpin negara-negara tetangganuntuk menolak Islam dan


kaum muslimin

Saat Makkah dirasa sudah taka man bagi kaum muslimin, maka sebagian kaum
muslimin yang dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib saudara Ali bin Abi Thalib
melakukan perjalanan hijrah ke Negeri Habasyah yang saat itu dipimpin oleh Raja
Negus/Najasyi yang beragama Nasrani. Di negeri Habasyah kaum muslimin
mendapatkan ketenangan dan perlindungan dari raja yang adil tersebut. Kaum kafir
Quraisy merasa sangat marah atas perhatian yang diberikan kepada kaum muslimin.
Mereka segera mengutus Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabiah ke Habasyah
untuk menjemput kaum muslimin pulang ke Makkah dan kembali mendapatkan
siksaan dari kaum kafir Quraisy. Mereka menghasut Raja Najasyi dengan berbagai
fitnah, namun karena Raja Najasyi selain adil dan bijaksana, beliau juga sangat alim
sehingga segala fitnah yang dilancarkan Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabiah
tak membuat Raja Najasyi terpengaruh dan tetap memberi perlindungan kepada kaum
muslim selama yang kaum muslim inginkan. Tantangan dan rintangan yang diterima
kaum muslim di zaman Nabi sebenarnya tidak berbeda jauh dengan yang dialami
kaum muslim di zaman ini. Sehingga layaklah jika kita belajar kepada Nabi
Muhammad SAW dan para sahabat dalam menghadapi setiap ujian.
16
BAB III
PENUTUP

 Kesimpulan
a) Masyarakat Arab sebelum Islam adalah masyarakat yang hidup di zaman
Jahiliyyah dimana mereka tidak mengenal agama tauhid sehingga moralitasnya
sangat minim. Agama masyarakat Arab sebelum Islam datang adalah paganisme,
yahudi dan kristen. Agama pagan menjadi agama mayoritas mereka. Ratusan
berhala ditempatkan disekitar ka'bah untuk disembah. Perlawanan dan peperangan
agama Islam saat Islam datang terjadi karena semangat keagamaan mereka yang
kuat. Kecintaan terhadap terhadap kehidupan bebas yang menjadikan mereka
ingin bebas dari aturan agama karena agama dianggap sebagai pengikat
kebebasannya. Keadaan masyarakat saat itu sangat tidak terkendali karena tidak
adanya peraturan yang mengakibatkan mereka berbuat seenaknya sendiri.
Kegiatan-kegiatan buruk mereka lakukan, mulai dari berjudi, mencela keturunan,
mengubur hidup-hidup anak perempuan, serta menghina dan mencela orang
miskin dan lemah.
b) Apabila dalam peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw kita renungkan dengan baik
maka kita akan sampai pada kesimpulan bahwa salah satu sebab dan alasan hijrah
Nabi Saw dari Mekkah ke Madinah adalah gangguan dan usikan orang-orang kafir
Quraisy. Berbagai penderitaan dan kesusahan yang dimunculkan oleh orang-orang
musyrik bagi kaum Muslimin kian hari kian bertambah karena itu Rasulullah Saw
mempersilahkan mereka untuk hijrah ke Madinah. Akhirnya kaum Muslimin
hijrah ke Madinah dan bermukim di rumah-rumah kaum Anshar. Kaum Muslimin
Madinah (Anshar) memberikan perlindungan kepada kaum Muhajirin dan
membantu mereka, menjalin hubungan dan persamaan di kalangan mereka.
c) Rasulullah Saw memulai hijrah ini pada suatu malam ketika kaum Quraisy
memutuskan untuk membunuhnya dan nampaknya dari peristiwa ini apabila
Rasulullah Saw tidak hijrah maka mungkin saja ia akan terbunuh.
d) Rasulullah Saw berada di Mekkah selama tiga belas tahun dan apa saja yang harus
diperoleh di Mekkah telah diperoleh oleh Rasulullah Saw. Mekkah tidak lagi
menjadi tempat yang sesuai untuk kemajuan Islam. Apabila Islam tetap tinggal di
Mekkah maka hanya berapa gelintir orang yang akan memeluk Islam yang boleh
saja seiring dengan perjalanan waktu populasi mereka semakin berkurang.
e) Hijrah Rasulullah Saw pada hakikatnya untuk menjaga Islam dan kaum Muslimin
dan bahkan dapat dikatakan bahwa keselamatan Islam bergantung sepenuhnya
pada hijrah Nabi Muhammad Saw ke Madinah ini.
18

DAFTAR PUSTAKA

https://doi.org/10.32678/tsaqofah.v14i2.3387

http://percikkisahnabi.blogspot.co.id/2013/05/perjalanan-hijrah-nabi-saw-ke-madinah.html

http://diasdiari.blogspot.co.id/2014/01/dakwah-rasulullah-saw-periode-madinah.html

https://salwintt.wordpress.com/bahan-ajr-pai/materi-bahan-ajar/demokrasi/dakwah-nabi-

muhammad-saw-di-madinah/

Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
19

Anda mungkin juga menyukai