Anda di halaman 1dari 3

Perang Teluk

 Perang Teluk 1 (1980-1988)


Perang Irak da Iran disebabkan oleh permasalahan lama yakni perebutan
hegemoni sebagai penguasa di kawasan Teluk Persia. Selain itu, adanya keinginan
Irak untuk menguasai Shatt Al Arab, sebuah jalur perairan strategis yang
memisahkan Iran-Irak menuju teluk Persia. Kedua negara itu mengekspor minyak
melalui jalur tersebut. Hal ini ditambah dengan sedang terjadinya revolusi Islam di
Iran pada Januari 1979. Revolusi Islam tersebut berhasil menjatuhkan rezim Shah
Iran (Shah Reza Pahlevi) yang didukung Amerika Serikat. Tonggak penguasa
selanjutnya dipegang kaum ulama yang dipimpin Ayatollah Khomeini.
Perang teluk diawali dengan insiden peledakan bom di Universitas
Mustansiriyah Baghdad pada tanggal 1 April 1980. Pada saat itu sedang berkumpul
mahasiswa se Asia untuk menghadiri Konferensi Ekonomi Internasional. Kegiatan
mengalami kegagalan dan dijadikan sebuah alasan oleh pihak Irak sebagai
tantangan untuk perang.
Pada tanggal 4 September 1980, Iran melancarkan serangannya ke
perbatasan Irak. Kemudian, Irak mencoba membalas dengan menyerang Iran pada
tanggal 22 September 1980. Mulai saat itu berlangsunglah perang Irak-Iran sampai
tahun 1988. Perang selama delapan tahun tersebut juga melibatkan pihak asing,
yang mana negara Barat mendukung Irak dengan memberikan suplai peralatan
militer dan dana. Sedangkan Iran didukung oleh Uni Soviet dengan bantuan
serupa. Dalam perang teluk tersebut tidak ada yang menang dan kalah. Rakyatlah
yang harus menjadi korban keputusan penguasa. Konon akibat dari perang teluk ini
hampir menyamai korban perang dunia I dan ekonomi kedua negara menjadi
hancur. Perang diakhiri dengan gencatan senjata pada tanggal 20 Agustus 1988.

 Perang Teluk 2 (1990-1991)


Setelah reda dengan perang Irak-Iran, kawasan teluk kembali mengguncang
perhatian dunia internasional. Perang Teluk II disebabkan krisis yang terjadi di
Teluk Persia sebagai akibat penyerangan Irak terhadap Kuwait. Irak mencoba
melakukan aneksasi terhadap negara Kuwait pada tanggal 2 Agustus 1990.
Perselisihan Irak-Kuwait dilatarbelakangi masalah:
a. Perbatasan kedua negara yang belum jelas
b. Sengketa ladang minyak Rumeila yang berada di perbatasan kedua negara
c. Pelanggaran yang dilakukan Kuwait dan UEA yakni masalah kuota produksi
minyak dan menurunkan harga minyak dibawah ketetapan OPEC. Hal ini
dianggap merugikan Irak (menurut Irak sejumlah US $14 milyar).
d. Ambisi Saddam Hussein yang ingin menjadi pemimpin Timur Tengah.
Berdasarkan paparan tersebut, maka menjelang fajar tanggal 2 Agustus 1990
Irak dibawah pimpinan Saddam Hussein menyerbu Kuwait dengan pasukan
sebesar 100.000 orang. Perbandingan militer yang jauh tidak seimbang, karena
Kuwait hanya mempunyai sekitar 20.000 pasukan saja, sudah jelas dalam waktu
singkat Irak dapat menguasai seluruh wilayah Kuwait. Hal ini membuat penguasa
Kuwait terpaksa melarikan diri ke negara tetangga, Arab Saudi. Invasi Irak tersebut
menimbulkan reaksi keras dunia internasional. Liga Arab dalam konferensi di
Kairo mengeluarkan pernyataan bahwa Irak harus segera menarik mundur
pasukannya dari Kuwait.
Pada tanggal 8 Agustus 1990, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Australia
dan negara Liga Arab melakukan Operasi Perisai Gurun (Desert Shield Operation).
Operasi ini belum melakukan penyerbuan terhadap Irak di Kuwait. Dan sejak
tanggal 17 Januari 1991, operasi diubah menjadi Operasi Badai Gurun (Desert
Storm Operation) di bawah jenderal Norman Schwarzkopf (AS).
PBB turun tangan dan melalui Dewan Keamanan telah mengeluarkan 12
resolusi terhadap Irak. Resolusi pada tanggal 29 November 1990 tersebut berisi
ultimatum terhadap Irak agar meninggalkan Kuwait pada tanggal 15 Januari 1991.
Irak diberi pilihan antara lain:
a. Irak harus menarik pasukan dari Kuwait
b. Atau Irak dibombardir oleh pasukan multinasional pimpinan AS
Ternyata Irak tidak mengindahkan resolusi tersebut, sehingga pasukan
multinasional yang dipimpin AS menyerang Irak pada tanggal 16 Januari 1991.
Serangan militer dalam skala besar selama 100 jam tanpa henti terhadap Irak
berhasil memaksa Saddam Husein meminta gencatan senjata. Dan akhirnya
pasukan Irak mundur dari Kuwait pada 26 Februari 1991. Selanjutnya presiden
George Walker Bush (AS) memerintahkan penghentian serangan terhadap Irak.
Tujuan penarikan mundur pasukan Irak tersebut adalah karena ia tidak ingin ada
kerugian manusia dan politik yang tidak terhitung, selain itu untuk memenuhi
resolusi DK PBB nomor 660 dan desakan dari Gorbachev.
Irak pada akhirnya menerima semua syarat yang diajukan PBB dan
melakukan gencatan senjata secara permanen di kawasan teluk. Irak mendapat
sanksi yang berat yakni embargo dalam segala bidang, kecuali ekspor minyak
untuk mendapat bahan makanan dan obat-obatan (Oil for Food). Embargo tersebut
berlangsung cukup lama, sehingga menyebabkan sarana dan prasarana vital di Irak
mengalami kelumpuhan.

Anda mungkin juga menyukai