Anda di halaman 1dari 17

PERANG TELUK ANTARA IRAQ DAN KUWAIT

LUTHFI GHIFARIZ1
6211131055

Abstrak:
With the Iraqi invasion of Kuwait, it was a blow
to the United States where these actions have threatened
national interests of the United States in the Persian Gulf
region to ensure the continued flow of oil to the great
powers. Activities undertaken Iraqi invasion of Kuwait
has forced the government of Saudi Arabia asked for
help from the Government of the United States on
August 7, 1990.

Kata Kunci:
Invasi irak kek kuwait merupakan ancaman bagi
Amerika dan negara-negara Arab .
1 Mahasiswa semester 4 jurusan Hubungan Internasional
2013, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Polirik Universitas
Jenderal Achmad Yani
1

PENDAHULUAN
Perang Teluk Persia I atau Gulf War disebabkan
atas invasi Irak atas Kuwait 2 Agustus 1990 dengan
strategi gerak cepat yang langsung menguasai
Kuwait. Emir Kuwait Syeikh Jaber Al AhmedAl
Sabah segera meninggalkan negaranya dan Kuwait
dijadikan provinsi ke-19 Irak

dengan nama

Saddamiyat Al-Mitla` pada tanggal 28 Agustus 1990,


sekalipun Kuwait membalasnya dengan serangan
udara kecil terhadap posisi-posisi Irak pada tanggal 3
Agustus

1991

dari

pangkalan

yang

dirahasiakan.Invasi Irak ke Kuwait disebabkan oleh


kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan
Tahun dengan Iran dalam perang Iran-Irak.
LANDASAN KOSPETUAL
Neorealisme
Realisme mengalami perkembangan yang sangat
signifikan dalam fondasi filsafat yang kemudian
2

memunculkan varian baru dengan munculnya neorealisme.

Neo-realisme

muncul

untuk

menantang

realisme klasik terkait dengan asumsi-asumsi mengenai


kondisi serta perilaku negara yang berfokus kepada level
individual negara-negara tersebut2. Dalam teori neorealisme menurut Kenneth Waltz, pemikiran ini melihat
negara dari sudut pandang bahwa politik internasional
dapat dilihat sebagai sebuah system dengan struktur
yang jelas. Neo-realisme masih mendasarkan beberapa
asumsi kepada Realisme Klasik, analisis utama Teori
Neo-Realisme adalah Balance Of Power.
Balance of Power
Pemikiran Waltz yang berkaitan dengan Balance of
Power adalah bahwa negara-negara yang berkekuatan
besar akan selalu cenderung menyeimbangkan satu sama
lain. Sedangkan negara-negara berkekuatan kecil dan
lemah akan memiliki kecenderungan mengaliansikan

2 Neorealisme dalam Studi Hubungan


Internasional. Melalui : Bahan slide pertemuan
mata kuliah Teori Hubungan Internasional 2
3

dirinya dirinya dengan negara-negara berkekuatan besar


agar dapat mempertahankan otonomi maksimumnya.
PEMBAHASAN
Perang Teluk Persia
Perang Teluk Persia atau dalam Bahasa inggris
disebut dengan Gulf War merupakan perang yang terjadi
antara Irak melawan Kuwait. Perang akibat adanya
invasi Irak atas sebuah negara kecil yang kaya minyak di
Timur tengah, Kuwait pada tanggal 2 Agustus 1990 3.
Invasi ini di tandai dengan penyerangan yang dilakukan
dua brigade pasukan khusus Republik Irak menguasai
istana Amir dan Bank Sentral Kuwait. Penyerangan
dilakukan dengan dalil bahwa Presiden Saddam Hussein
akan menemukan emas Kuwait di tempat

tersebut.

Namun, setelah menguasai kedua tempat tersebut,


Saddam Hussein tidak menemukan emas sebagaimana
yang diharapkan. Warga Kuwait lebih senang melakukan
3 Kurnia N.M, Erwin. 2014. Analisa Perang Teluk
Iraq vs Kuwait. Asymmetric Warfare Study
Programe, Faculty of Defense Strategy, Indonesia
Defense University.Hal:1
4

investasi ke luar dari negaranya dibandingkan dengan


berinvestasi di Bank Sentral Kuwait sendiri.4
Selain daripada itu, perang dipicu oleh karena
terjadinya pelanggaran kuota minyak yang dilakukan
oleh pemerintah Kuwait, Arab, dan Uni Emirat Arab
dalam memproduksi minyak secara melimpah sehingga
harga minyak menjadi turun secara drastis. Akibatnya,
Irak yang hanya mengandalkan minyak mentah sebagai
masukan devisa negaranya mengalami kemerosotan yang
sangat hebat setelah Inggris menemukan sumur minyak
baru di Alaska, Laut Utara, dan negara bekas jajahan Uni
Sovyet. Selain dari pada itu juga, keinginan kuat
Presiden Saddam Hussein menjadi orang nomor satu di
dunia Arab juga merupakan dampak dari Irak ingin
menguasai Kuwait secepatnya. Keinginan kuat ini
dilatarbelakangi karena
Hussein

percaya

para

bahwa

penasehat
negara

Arab

Saddam
tidak

mendukung keberadaan Amerika Serikat atas Israel yang


4 Cigar, Norman. 1992. Iraqs Strategic Mindset
and the Gulf War, Journal of StrategicStudies,
hal. 9-11
5

bersifat imperialis di wilayah Timur Tengah5. Presiden


Saddam Hussen memiliki keyakinan bahwa Amerika
Serikat tidak akan melakukan penyerangan terhadap
negaranya

sehingga

Irak

melakukan

percepatan

penyerangan ke wilayah Kuwait. Tentunya dengan


serangan Iraq atas Kuwait membuka mata dunia bahwa
kejadian ini sudah merupakan pukulan telak bagi
Amerika Serikat dimana tindakan ini telah mengancam
kepentingan nasional Amerika Serikat di wilayah Teluk
Persia untuk menjamin minyak terus mengalir ke negara
adikuasa tersebut.

Kegiatan

Invasi

yang dilakukan

Irak terhadap Kuwait telah memaksa pemerintah Arab


Saudi meminta bantuan dari Pemerintah

Amerika

Serikat pada tanggal 7 Agustus 1990. Setelah misi


diplomatik yang dilakukan antara James Baker dengan
Menteri Luar Negeri Irak Tareq Aziz pada tanggal 9
Januari 1991 mengalami kegagalan. Dimana, Irak
dengan tegas menolak permintaan Perserikatan Bangsabangsa (PBB)

untuk melakukan penarikan mundur

pasukannya dari Kuwait tanggal 15 Januari 1991.


5 Al-Radi, Nuha. 1998. Baghdad Diaries. London:
Saqi Books, hal. 51.
6

Dengan kata lain, bahwa Presiden Amerika Serikat saat


itu George W. Bush diizinkan mengeluarkan maklumat
perang terhadap Irak setelah pada tanggal 12 Januari
1991 mendapat persetujuan dari Kongres Amerika
Serikat.
Koalisi Menentang Iraq
Akibat invasi ini, Emir Kuwait pada saat itu
Syeikh Jaber Al Ahmed Al Sabah meninggalkan Kuwait
dan meminta perlindungan kepada raja Arab Saudi
bersamaan dengan itu Kuwait dijadikan provinsi ke-19
Iraq dengan nama Saddamiyat Al-Mitla, kemudian
Arab Saudi meminta bantuan Amerika Serikat tanggal 7
Agustus 1990.Sebelumnya Dewan Keamanan PBB
menjatuhkan embargo ekonomi pada 6 Agustus 1990
Amerika Serikat mengirimkan bantuan pasukannya ke
Arab Saudi yang disusul negara-negara lain baik negaranegara Arab kecuali Syria, Libya danYordania serta
Palestina. Kemudian datang pula bantuan militer Eropa
khususnya Eropa Barat (Inggris,Perancis dan Jerman
Barat), serta beberapa negara di kawasanAsia.Pasukan
Amerika Serikat dan Eropa di bawah komando gabungan
7

yang dipimpin Jenderal Norman Schwarzkopf serta


Jenderal Collin Powell. Pasukan negara-negara Arab
dipimpin oleh Letjen. Khalid bin Sultan.Misi diplomatik
antara James Baker dengan menteri luar negeri Irak
Tareq Aziz gagal (9 Januari 1991). Irak menolak
permintaan PBB agar Irak menarik pasukannya dari
Kuwait 15 Januari 1991. Akhirnya Presiden Amerika
Serikat George H. Bush diizinkan menyatakan perang
oleh Kongres Amerika Serikat tanggal 12 Januari 1991.
Kedua belah

pihak

pimpinan,

baik

Irak

maupun pasukan koalisi mencoba membuat strategi


guna memenangkan peperangan ini. Saddam Hussein
membangun pertahanan militernya di Kuwait untuk
menahan pasukan koalisi berdasarkan pada model
Sovyet dengan didukung oleh insinyur perang
yang

terlatih.

Sementara,

Jenderal

Irak

Norman

Schwarzkopf menggunakan strategis seni perang Sun


Tzu dalam bukunya Art of War, mengemukakan bahwa
strategi perang adakah suatu seni yang merupakan
ramalan atau tujuan intelijensia manusia, dibandingkan
hanya informasi teknikal.4 Kemudian teori Sun Tzu ini
8

dipadukan dengan konsep strategi OODA Loop, John


Boyd yaitu mesin tidak dapat berperang, namun harus
masuk dalam pemikiran manusia, maka peperangan
dapat di menangkan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
perang Irak-Kuwait, Amerika Serikat tidak hanya
mengandalkan kemampuan alat utama sistem senjata
yang mutahir, akan tetapi harus mempertimbangkan
kekuatan musuh dan faktor-faktor lainnya seperti medan
tempur, budaya, tabiat, dan kebiasaan lawan. Dengan
kata lain, Know your enemy and your self.
Menghadapi pasukan koalisi, Irak menyiapkan
pertahanan berupa gundukan pasir atau disebut dengan
Burm, dibelakang Burm terdapat ladang ranjau yang
dilengkapi dengan kawat berduri untuk pertahanan
infanteri Irak. Selain itu, senjata anti tank dan lubanglubang berisi tank ada di pertahanan paling belakang.
Infanteri Irak menggunakan kendaraan buatan Sovyet
seperti BMP-1, di dukung dengan kendaraan lapis baja
berupa tank sebanyak 55.000 unit terdiri dari tank kuno
jenis T-55 dan T-62 Sovyet. Sementara itu, penjaga
republican dilengkapi dengan tank yang lebih modern T9

72 buatan Sovyet dengan caliber 125 mili meter. Pada


bagian belakang pertahanan utama disiapkan penembak
jitu dengan dukungan arteleri semua jenis dan caliber.
Irak juga menggunakan ratusan peluncur roket bergerak,
BM-21 yang merupakan senjata paling efektif digunakan
untuk perang daerah terbuka. Selain itu, salah satu asset
terbesar Saddam Hussein dalam pertahanan melawan
pasukan

koalisi

adalah

misil permukaan

ke

permukaan, Rudal Scud B buatan Sovyet. Rudal ini


kemudian diketahui dapat membawa kepala misil kimia
dengan jarak tempuh 175 mil. Pesawat tempur yang
digunakan adalah Mig-23 Flogger dan Mig 29 Fulcrum
buatan Sovyet. Kesiapan peralatan tempur dan moral
tinggi

pasukan

Irak

inilah

kemudian

digunakan

Saddam menghadapi pasukan koalisi pimpinan Jenderal


Norman Schwarzkopf. Disisi
pimpinan

Jenderal

lain,

pasukan

koalisi

Norman Schwarzkopf secara

persenjataan jauh diatas kemampuan senjata Irak.


Namun, pertimbangan kepentingan multinasional perlu
dikaji lebih jauh dalam menghadapi pasukan pasukan
statis Irak. Pada Desember 1990 pasukan koalisi setuju
penyerangan Irak harus dilanjutkan akan tetapi korban
10

jiwa harus diminimkan. Pemerintah Amerika Serikat


tidak mau mengulangi penderitaan di masa perang
Vietnam yang telah memakan banyak korban warga
Amerika.
Resolusi
kepada

678

Saddam

PBB

Hussein

mengeluarkan

deadline

agar

mundur

menarik

pasukannya dari Kuwait atau menghadapi konsekuensi


militer. Hal ini kemudian menjadi

pedoman bagi

jenderal Norman Schwarzkopf membentuk pasukan


koalisi yang lebih besar untuk memastikan bahwa
serangan koalisi ke Irak harus cepat,tanggap, dan tepat
sasaran. Jenderal

Norman mengirimkan 200 tank

Amerika terbaru,

Jenderal

Norman

Schwardzkopf

membatalkan pendaratan amphibi karena pertahanan


pantai musuh yang kuat. Namun demikian, marinir
melakukan latihan pendaratan secara
sesuai

besar-besaran

rencana. Tahap akhir adalah menyerang

perbatasan Kuwait oleh marinir AS dan pasukan Arab


untuk memerdekaan Kuwait City. Amerika Serikat
mengirimkan bantuan pasukannya ke Arab Saudi yang
disusul negara-negara lain baik negara-negara Arab dan
11

AfrikaUtara kecuali Syria, Libya dan Yordania serta


Palestina. Kemudian datang pula bantuan militer Eropa
khususnya Eropa Barat (Inggris, Perancis dan Jerman
Barat, ditambah negara-negara Eropa Utara dan Eropa
Timur), serta 2 negara Asia - Bangladesh dan Korea
Selatan. Sementara, dari Afrika, Niger turut bergabung
dalam koalisi. Pasukan Amerika Serikat dan Eropa di
bawah komando gabungan yang dipimpin Jenderal
Norman Schwarzkopf serta Jenderal Collin Powell.
Pasukan negara-negara Arab dipimpin oleh Letjen.
Khalid bin Sultan. Misi diplomatik antara James Baker
dengan menteri luar negeri Irak Tareq Aziz gagal (9
Januari 1991). Irak menolak permintaan PBB agar Irak
menarik pasukannya dari Kuwait 15 Januari 1991.
Akhirnya Presiden Amerika Serikat George H. Bush
diizinkan menyatakan perang oleh Kongres Amerika
Serikat tanggal 12 Januari 1991. Operasi Badai Gurun
dimulai tanggal 17 Januari 1991 pukul 03:00 waktu
Baghdad yang diawali serangan serangan udara masif
atas Baghdad dan beberapa wilayah Irak lainnya.

12

Target

utama

koalisi

adalah

untuk

menghancurkan kekuatan Angkatan Udara Irak dan


pertahanan udara, yang diluncurkan dari Arab Saudi dan
kekuatan kapal induk koalisi di Laut Merah dan Teluk
Persia. Target berikutnya adalah pusat komando dan
komunikasi. Saddam Hussein merupakan titik sentral
komando Irak, dan inisiatif di level bawah tidak
diperbolehkan. Koalisi berharap jika pusat komando
rusak, semangat dan koordinasi tempur Irak akan
langsung kacau dan lenyap. Target ketiga dan yang
paling utama adalah instalasi rudal jelajah, terutama
rudal Scud. Irak melakukan serangan balasan dengan
memprovokasi Israel dengan menghujani Israel terutama
Tel Aviv dan Haifa, Arab Saudi di Dhahran dengan
serangan rudal Scud B buatan Sovyet rakitan Irak, yang
bernama Al Hussein. Sempat terjadi tawar-menawar
perdamaian antara Uni Sovyet dengan Irak yang
dilakukan atas diplomasi Yevgeny Primakov dan
Presiden Uni Sovyet Mikhail Gorbachev namun ditolak
Presiden Bush pada tanggal 19 Februari 1991. Sementara
Sovyet akhirnya tidak melakukan tindakan apa pun di
Dewan Keamanan PBB semisal mengambil hak veto,
13

meskipun Uni Sovyet pada saat itu dikenal sebagai


sekutu Irak, terutama dalam hal suplai persenjataan.
Israel diminta Amerika Serikat untuk tidak mengambil
serangan

balasan

atas

Irak

untuk

menghindari

berbaliknya kekuatan militer Negara Negara Arab yang


dikhawatirkan akan mengubah jalannya peperangan.
Dan akhirnya pada tanggal 27 Februari 1991
pasukan Koalisi berhasil membebaskan Kuwait dan
Presiden Bush menyatakan perang selesai.
Kesimpulan
Dilihat dari kasus ini, apabila ditinjau dari teori
neorealisme, dengan konsep balance of power sebagai
dasar utama dari keteraturan dalam sebuah system yang
menjadi analisis utama neorealisme. Dapat dilihat bahwa
Negara Kuwait yang dalam posisi tertekan oleh Negara
Iraq meminta bantuan dari negara-negara arab dan juga
PBB khususnya Amerika Serikat yang sangat berperan
penting/ sebagai suatu negara yang paling menonjol
dalam menghentikan dan usaha untuk memukul mundur
militer Iraq dari Kuwait, Kuwait dalam hal ini
14

mendapatkan perlindungan dari serangan militer Iraq.


Iraq sendiri lantas tidak tinggal diam atas tekanan yang
dilakukan

negara-negara

koalisi

penentang

Iraq.

Sehingga Iraq pun mengeluarkan sejumlah ancaman


akan membakar semua lading-ladang minyak Kuwait,
dan

ancaman

ini

terbukti

dengan

dilakukannya

pembakaran lading-ladang minyak Kuwait oleh Iraq.


Neo-realisme
pandang

mengenai

mengungkap

berbagai

Negara-negara

dalam

sudut
isu

internasional. Yang melibatkan struktur pemerintahan


dalam

dunia

internasional. Tetapi

teori

ini

pun

mengangkat dari teori realis yang mengatakan bahwa


Negara sebagai Aktor. Dalam hal ini neo-realis melihat
bahwa balance of power hanya dapat tercapai dalam
sistem yang bipolar dibandingkan multipolar, karena
dalam kondisi tersebut hanya ada dua kekuatan dominan.
Negara-negara kecil yang kemudian ada dalam sistem
tersebut akan berupaya untuk berada dibelakang
(beraliansi)

negara-negara

besar

tersebut

untuk

menghindarkan mereka dari eksploitasi negara-negara


besar tersebut atau mereka membentuk aliansi diantara
15

mereka sendiri dalam menghadapi negara besar dalam


sistem tersebut. Dalam hal ini mereka lebih memilih
untuk menjadi pengikut dibandingkan harus menghadapi
mereka dengan resiko kekalahan yang lebih besar.
SARAN
Mendamaikan peperangan tidak harus dengan jalur
kekerasan/pengerahan

kekuatan

militer,akan

tetapi

dengan jalur diplomasi pasti akan jauh lebih baik


sehingga akan menghasilkan suatu kondisi damai yang
positif, tidak aka nada satu pihak pun yang tertekan.
DAFTAR PUSTAKA
1.

Kurnia N.M, Erwin. 2014. Analisa Perang


Teluk

Iraq

vs

Kuwait. Asymmetric

Warfare Study Programe, Faculty of


Defense Strategy, Indonesia

Defense

2.

University. Jakarta
Al-Radi, Nuha. 1998. Baghdad Diaries.

3.

London: Saqi Books, hal. 51


Wikipedia. Perang Iraq. Melalui :
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Irak.
16

4.

Cigar, Norman. 1992. Iraqs Strategic


Mindset and the Gulf War, Journal of

5.

StrategicStudies, hal. 9-11


Neorealisme dalam Studi

Hubungan

Internasional. Melalui : Bahan slide


pertemuan mata kuliah Teori Hubungan
Internasional 2

17

Anda mungkin juga menyukai