Anda di halaman 1dari 15

SMK ERNA DUMAI | XII AK 1

PPKN INVANSI AMERIKA TERHADAP IRAK

KELOMPOK 3:
MISHELLE GWYNETH
KELLY
CAROLLINE
MARISTA
ALING
INVASI AMERIKA SERIKAT KE IRAK

1. Kronologis kejadian
a. Latar belakang Invasi Amerika Serikat ke Irak

Amerika Serikat yang merupakan negara adikuasa sejak keruntuhan Uni Soviet pasca
perang dingin menjadi negara yang paling mendominasi di dunia internasional. Negara
yang liberal ini menyebarkan pengaruhnya melalui paham demokrasi yang diklaim
merupakan paham yang terbaik untuk mencapai sistem internasional yang lebih baik,
karena dengan demokrasi akan ada perlindungan terhadap HAM dan kekerasan akan dapat
dihindari.

Dengan terjadinya peristiwa 11 September 2001 yang ditandai dengan runtuhnya WTC
(World Trade Centre) yang dilakukan oleh sekelompok teroris ini menjadi pukulan yang
telak bagi Amerika Serikat, karena Amerika Serikat adalah negara yang menuntut
perlindungan HAM dengan salah satunya mengecam aksi terorisme, justru menjadi korban
dari aksi terorisme dan menghancurkan salah satu simbol hegemoni Amerika Serikat di
dunia internasional.

Posisi Amerika Serikat sebagai negara hegemon dan negara yang mengklaim dirinya
sebagai penjamin keamanan internasional ini goyah dengan aksi terorisme. Oleh sebab
itulah, kemudian Amerika Serikat menyerukan anti terorisme dan menyatakan akan
memberantas setiap aksi yang berhubungan dengan kegiatan terorisme di dunia.Dari
penyelidikan yang dilakukan oleh aparat keamanan di Amerika Serikat, didapatkanbukti-
bukti bahwa kelompok yang bertanggung jawab terhadap pengeboman WTC adalah
kelompok al-Qaeda. Kelompok ini merupakan kelompok dengan anggota yang mayoritas
merupakan penganut agama Islam dan tersebar di negara-negara dengan mayoritas Islam,
dan salah satunya adalah Irak Ini membuat Amerika Serikat ingin menghancurkan Irak,
dengan berdalih tiga alasan Amerika Serikan untuk melakukan invasi ke Irak yaitu:

1) Irak Mempunyai Senjata Pemusnah Masal

Melalui pernyataan Presiden Amerika Serikat saat itu, George W Bush, Amerika Serikat
menyatakan telah mengantongi bukti-bukti bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal
yang bertentangan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB. Pernyataan terhadap Irak yang
di lakukan George W. Bush, membuat Dewan Keamanan tidak tinggal diam dengan
pernyataan Presiden Amerika Serikat. 15 anggota dewan keamanan terlebih dahulu
melakukan penyelidikan terhadap Irak melalui sepucuk surat yang di tujukan kepada
Sekretaris Jendral PBB Kofi Anan, Irak menyatakan menerima resolusi dewan keamanan
PBB No. 1441. Duta Besar Irak di PBB Mohammed al-Doure menyetakan isi resolusi
sangat buruk. Ia menegaskan Irak sama sekali tidak memiliki senjata pemusnah massal.

2) Irak Negara Otoriter

Amerika Serikat menuduh Irak merupakan negara yang otoriter yang berlaku sewenang-
wenang terhadap warga negaranya. Dan dengan rezim yang otoriter oleh Saddam Hussein
ini dikatakan oleh pers barat dijuluki sebagai diktator paling bengis di Timur Tengah dan
bahkan disebut-sebut sebagai Hittler jaman ini.

Hal ini karena berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Saddam Hussein
yang terang-terangan ingin menjadi negara yang terkuat, terbesar dan terhebat di kawasan
Timur Tengah. Upaya tersebut diwujudkan dengan pengembangan militer yang gencar
dilakukan oleh Irak untuk dapat menyaingi negara-negara disekitarnya. Dan hal tersebut
membuat resah negara-negara tetangga Irak, termasuk Kuwait yang menjadi ladang
minyak Amerika Serikat.

3) Irak Berbasis Teroris

Dari penyelidikan yang dilakukan oleh aparat keamanan di Amerika Serikat, didapatkan
bukti-bukti bahwa kelompok yang bertanggung jawab terhadap pengeboman WTC adalah
kelompok Al-Qaeda. Kelompok ini merupakan kelompok dengan anggota yang mayoritas
merupakan penganut agama Islam dan tersebar di negara-negara dengan mayoritas Islam,
dan salah satunya adalah Irak.

Pada awal 2003 tanpa menghiraukan laporan Tim Inspeksi Senjata PBB, AS mengerahkan
tahap demi tahap kekuatan militernya di perbatasan Irak. Suadron udara dengan pesawat
tempur F-15, F-16, AV-8 Harrier, A-10 Warthog dan pesawat pembom B-1, B-2, B-523,
pesawat “Siluman” F-117, pesawat pemandu AWACS, pesawat pengintai U-2, serta
beberapa kapal induk, dan pasukan marinis dan infanteri telah disiagakan untuk menunggu
komando serangan. Presiden AS, George W. Bush, mengeluarkan ultimatum kepada Irak,
bahwa dalam jangka waktu 48 jam, presiden Irak Saddam Hussein dan anak-anaknya harus
segera meninggalkan Irak. Ultimatum itu berakhir pada 20 Maret 2003 dan beberapa jam
sebelum perang dimulai, AS menghimbau agar tentara Irak tidak melakukan perlawanan
terhadap serangan tentara AS nanti dan mengajak tentara Irak untuk membangkang
kepada Saddam Hussein.

Tembakan salvo dari kapal induk AS ke udara Irak tanggal 20 Maret merupakan awal dari
perang AS dan Irak. Serangan ini kemudian di ikuti pidato kenegaraan presiden Amerika
Serikat George W. Bush yang berisikan tiga poin yaitu Amerika Serikat ingin
menghancurkan senjata pemusnah massal, menyingkirkan ancaman teroris internasional,
dan membebaskan rakyat Irak dari penindasan rezim Saddam Hussein dengan cara
memulihkan demokrasi di Irak.[7]

b. Jalanya Invansi Amerika Serikat ke Irak

Perang antara AS dan Irak dimulai pada tanggal 20 Maret 2003 dan berakhir pada 9 April
2003 dengan didudukinya Baghdad, ibu kota Irak, oleh pasukan AS dan sekutunya.
Berikut merupakan kronologis perang:

Tanggal 20 Maret, salah satu kesatuan yang berada di garis depan adalah Divisi Infanteri
ke-3 AS. Dalam strategi militer, divisi ini akan menjadi salah satu ujung tombak serangan
darat untuk menembus perbatasan Irak. Serangan ini didahului pasukan dari Divisi Lintas
Udara ke-101 yang dengan kekuatan helikopter tempur dan angkutnya akan menerobos
dan menguasai berbagai instalasi penting sebelum kedatangan pasukan Divisi Infanteri ke-
3. Secara keseluruhan ada sekitar 250.000 pasukan AS dan 45.000 pasukan Inggris yang
didukung 1.000 pesawat tempur dan pembom serta helikopter tempur, yang siap
menyerang Irak. Di laut, kapal-kapal induk AS siap melaksanakan operasi udara setiap
saat. Sementara di pihak Irak, rakyat sipil dan militer Irak menunjukkan dukungan kepada
Saddam Hussein dan menyatakan siap berkorban jiwa dan raga menghadapi invasi AS.

Tanggal 21 Maret. Dalam perang hari kedua ini satuan anti serangan udara Irak menembak
jatuh sebuah jet pasukan sekutu (AS-Inggris) dan dua buah Helikopter AS, sementara
Saddam Hussein dapat lolos dari hujan rudal AS meski salah satu rudal menghancurkan
kediamannya. Perang hari kedua ini telah mulai menewaskan prajurit baik dari AS dan
sekutunya maupun prajurit Irak. Satuan Marinir AS yang berupaya menguasai jalan raya
utama menuju kota Basra di selatan Irak yang merupakan kota terbesar kedua di Irak dan
penghasil minyak utama, mengalami hambatan berupa serangan mortir. Demikian juga
dengan pasukan Inggris yang mendapat perlawanan sengit saat mereka bergerak menuju
daerah umum Qasr, di selatan Basra. Beberapa jam sebelum perang dimulai, pasukan
Inggris berhasil mengamankan semenanjung Al-Faw, untuk mencegah Irak membakar
sumur-sumur minyaknya. Sementara itu, satuan Brigade Lapis Baja ke-7 Inggris Desert
Rats telah masuk ke Irak dan memberikan perlindungan di bagian sayap pasukan AS-
Inggris yang bergerak maju. Satuan militer AS dari Divisi Infanteri AD ke-3 juga telah
menerobos ke Irak dan berhasil menghancurkan tiga tank Irak.

Tanggal 22 Maret, pasukan AS dan sekutunya semakin gencar menembakkan rudal dan
menjatuhkan bom ke Irak. Pada hari ini beberapa lusin pesawat tempur F-14 dan F/A-19
Hornet yang penuh bermuatan bom telah keluar dari kapal induk Kitty Hawk. Pasukan
udara AS dan Inggris melakukan 1.000 penerbangan penyerbuan dan menembakkan 1.000
rudal jelajah di Irak. Sepanjang periode 24 jam 22 Maret waktu Irak, pasukan AS dan
Inggris menggempur 1.500. Sasaran dengan bom-bom berpemandu dan rudal-rudal jelajah.
Pesawat siluman B-2 melancarkan serangan-serangan dari pangkalan utama di Pangkalan
AU Whiteman, terbang selama 38 jam untuk menjatuhkan 1.000 kg bom berpedoman
satelit pada sejumlah sasaran di Irak. Pesawat yang ambil bagian pada serangan hari itu
adalah pesawat pembom jarak jauh B-IB Lancer, pesawat siluman F-117, pesawat tempur
F-15, F-16, F/A-18 dan A-10 Thunderbolt. Sedangkan bom yang dijatuhkan ke Irak
sebagian besar berpemandu satelit dengan hulu ledak yang dapat menembus tanah, juga
bom berpemandu laser 6BU-27 bunker busting, dan Daisy Cutter seberat 10.500 kg, dan
dua bom sebesar 7.5000 kg. Serangan AS tersebut berhasil menghancurkan 2 Istana
Saddam Hussein dan Istana Tua Saddam Hussein yang merupakan pusat kantor negara
Irak, kabinet dan Tentara Republik. Dari pihak Irak, mereka mengaku telah
menghancurkan lima tank musuh dan membunuh beberapa pasukan AS.

Tanggal 23 Maret, pergerakan pasukan AS dan sekutunya sudah hampir mencapai


Baghdad, meski di sejumlah tempat berlangsung perlawanan sengit dari satuan-satuan
militer Irak. Brigade ke-2 Divisi Infanteri ke-3 AS kemarin berhasil menguasai wilayah
seluas 370 km dalam waktu 40 jam dan mencapai posisi yang jaraknya kurang lebih 160
km dari Baghdad. Di kota Umm Qasr, pasukan sekutu juga terus berupaya membersihkan
wilayah itu dari pasukan Irak. Terjadi pertempuran dari jalan ke jalan dan pasukan sekutu
menghadapi perlawanan ala gerilya dari pasukan Irak yang sebagian diantaranya adalah
anggota Fadayeen, yaitu organisasi paramiliter partai Baath. Selama empat hari
pertempuran itu telah menewaskan sekitar 77 warga sipil dan melukai sedikitnya 503
warga sipil.

Tanggal 24 Maret, di tengah terjadinya berbagai pertempuran sengit dan pemboman


bertubi-tubi atas Baghdad, Presiden Irak Saddam Hussein muncul di layar televisi. Saddam
Hussein berpidato untuk memberi semangat pada rakyat dan pasukannya. Pasukan AS
sendiri mengalami perlawanan sengit di Nasiriyah, di Irak Selatan. Perlawanan itu
menimbulkan korban yang besar di pihak pasukan AS. Setidaknya sembilan marinis
terbunuh dan belasan lainnya terluka akibat diterjang senjata pasukan Irak. Dalam kasus
ini, pasukan AS tewas karena terkecoh pasukan Irak, kesatuan Irak ini memberikan isyarat
hendak menyerah tetapi ketika marinir AS tersebut mendekat, pasukan Irak melancarkan
serangan. Korban juga dialami pasukan Inggris, dua personil Inggris dinyatakan hilang
setelah konvoinya di serang pasukan Irak.

Tanggal 25 Maret, salah satu hal yang paling dikhawatirkan pasukan AS dan koalisinya
saat ini adalah taktik perang gerilya, karena pasukan Irak mulai melaksanakan taktik
perang gerilya. Para pelaku gerilya ini diyakini alah pasukan Fedayeen, pasukan para
militer Partai Baath, yang bekerja sama dengan satuan keamanan dan intelijen khusus.
Dengan menyamar sebagai warga sipil, pasukan ini menyusup di wilayah pemukiman
penduduk, wilayah seperti itu yang beberapa hari semenjak mulai perang menjadi lokasi
pertempuran sengit. Pasukan gerilyawan mengambil sasaran konvoi-konvoi logistik
pasukan koalisi, karena konvoi logistik biasanya berada di belakang pasukan tempur dan
biasanya posisinya paling lemah. Akibat dari gerilya ini, 12 prajurit AS dinyatakan hilang.
Tanggal 26 Maret. Dalam perang yang sudah berlangsung selama beberapa hari ini,
pasukan AS semakin sering menembakkan rudal ke pemukiman-pemukiman sipil,
sehingga semakin banyak warga sipil yang menjadi korban. Sementara dari pihak pasukan
Inggris, 2 tank Inggris hancur karena terkena tembakan kawan sendiri yang salah sasaran.
Dari pihak Irak, sebuah kontingen besar pasukan Irak dari kesatuan elit Pengawan
Republik menuju ke wilayah selatan meninggalkan Baghdad. Kontingen yang terdiri dari
sekitar 1.000 kendaraan itu menuju wilayah An-Nasiriyah untuk menghadapi pasukan
marinir AS. An-Nasiriyah menjadi salah satu lokasi pertempuran paling dahsyat dalam tiga
hari terakhir. Sekitar 3.000 personel Pengawal Republik terlihat di salah satu kota yang
dilintasi jalan raya nomor 7, sementara 2.000 lainnya terlihat di kota lain. Gerakan ini
nampaknya menunjukkan pasukan Pengawal Republik masih dapat melakukan persiapan
penyerangan, padahal sejak beberapa hari terakhir ini berbagai posisi pasukan tersebut
mendapat serangan udara dan darat yang hebat dari pasukan koalisi. Sementara itu,
pasukan AS yang sedang menuju Baghdad juga mengalami perlawanan sengit. Unit-unit
dari Resimen Kavaleri ke-7 AS terlibat baku tembak dahsyat dengan pasukan Irak di dekat
kota Najaf, Irak Tengah. Pada pertempuran ini, sekitar 500 pasukan miliki Irak tewas,
sedangkan pihak AS kehilangan dua tanknya, tetapi tidak mengalami korban jiwa.

Tanggal 28 Maret, Pasukan AS dan Inggris yang mengepung kota Basra di Irak selatan,
menghadapi perlawanan sengit, khususnya dari kelompok miliki Fedayeen. Seorang juru
bicara militer Inggris, Chris Vernon, mengatakan “Bahwa meskipun pasukan koalisi tidak
banyak mengalami kesulitan dalam menghadapi pasukan reguler Irak, namun saat
menghadapi pasukan milisi, ternyata pasukan milisi mempunyai kekuatan melebihi
perkiraan semula. ” Perlawanan sengit pasukan elit Pengawal Republik dan pasukan milisi
yang menghambat gerak maju pasukan koalisi juga menimbulkan permasalahan tersendiri
bagi satuan pendukung logistik. Keberhasilan Irak menghalau serangan darat AS di
wilayah selatan dan kemungkinan bisa memotong jalur bantuan logistik yang menuju
Baghdad, dikhawatirkan akan membuat AS putus asa, karena rasa putus asa itu akan
membuat agresor melakukan serangan yang membabi buta yang dapat membahayakan
penduduk sipil. Sementara itu upaya AS dan sekutunya untuk menggempur dan
melumpuhkan berbagai jaringan vital di Baghdad terus dilakukan. Amerika Serikat untuk
pertama kali mengerahkan dua bom kelas berat yang masing-masing berbobot 2.115
kilogram untuk menghancurkan sebuah menara telekomunikasi di dekat sungai Tigris di
pusat kota Baghdad. Pemboman itu dimaksudkan untuk mengacaukan komunikasi antara
kepemimpinan Irak dengan kesatuan-kesatuan militernya.

Tanggal 29 Maret, bom bunuh diri rakyat Irak mulai memakan korban tentara AS. Lima
tentara AS tewas ketika sebuah taksi meledakkan bom di salah satu pos pemeriksaan di
kota Najaf, Irak Utara. Dengan tewasnya lima personel militer AS itu, maka jumlah
personel militer AS yang tewas sejak serangan darat AS di Irak, adalah 34 orang dan 15
orang dinyatakan hilang. Sebanyak 104 personel militer AS cidera dan 7 personel
dinyatakan sebagai tawanan perang oleh pasukan Irak. Sementara itu, para sukarelawan
terutama pemuda dari negara-negara Arab telah memasuki Irak dan dikumpulkan di
sebuah pusat rekruitmen yang berada di sebuah hotel. Sampai tanggal 29 Maret, pasukan
Irak mengaku telah menembak jatuh enam pesawat tempur, empat helikopter tempur,
empat pesawat tanpa awak, 143 rudal jelajah, 35 tank tempur, 5 tank pengangkut pasukan
dan 35 kendaraan lapis baja pasukan AS. Pesawat pembom B-2 AS kembali menjatuhkan
dua bom peledak bunker seberat 2.086 kg, ke sebuah jalur utama jaringan telekomunikasi
Irak di pusat kota Baghdad untuk melemahkan kemampuan rezim Saddam Hussein dalam
memimpin dan mengendalikan aksi pasukan militer Irak.

Tanggal 30 Maret, meskipun pasukan agresor telah mengganti strategi beberapa kali sejak
serangan dimulai, tetapi pasukan Irak belum mengubah strategi dalam perang padang pasir
karena merasa lebih berpengalaman. Dalam perang darat, yang diinginkan pasukan Irak
adalah bisa menarik pasukan agresor ke dalam kota secepatnya agar terjadi perang darat
sengit, yang saat itu teknologi senjata tidak bisa diandalkan lagi. Hingga hari ke-11 agresi,
pasukan AS masih belum mampu mengamankan jalur logistik menuju Baghdad meskipun
memiliki keunggulan senjata terutama di udara, karena jalur tersebut masih rentan
serangan mendadak pasukan paramiliter dan sukarelawan Irak. Pada hari ini pasukan AS
mengerahkan pesawat pembom jarak jauhnya yaitu B-IB Lancer, B-2, serta B-52 untuk
menghancurkan kompleks gedung Kementrian Penerangan. Seorang tentara AS tewas
dalam bentrokan dengan pasukan bersenjata Irak yang menggunakan granat berpeluncur
roket.

Tanggal 1 April. Untuk pertama kali sejak serangan AS dimulai, presiden Saddam Hussein
tidak berpidato secara langsung di televisi, tetapi diwakilkan oleh Menteri Penerangan
Mohammaed Said al-Sahaf, yang menyatakan: “Jihad menjadi kewajiban untuk
menghadapi agresor ini. Ulama muslim, yang memiliki beragam penafsiran, tidak
sebersatu seperti saat ini dalam menghadapi sebuah masalah, dengan mempertimbangkan
agresi terhadap benteng kepercayaan sebagai agresi terhadap Islam, kesejahteraan,
kehormatan dan hidup kita. Perangi para agresor itu, seperti yang dilakukan saudara kita di
Umm Qasr, Basra, Niniveh, Nassiriyah dan Anbar. Jangan biarkan mereka bernapas
sampai mereka mundur dari tanah air muslim.” Ketidakmunculan Saddam Hussein untuk
menyampaikan pidatonya itu menimbulkan pertanyaan di kalangan negara-negara Barat,
karena tidak munculnya Saddam Hussein itu telah menimbulkan dugaan bahwa Saddam
Hussein telah meninggal.

Tanggal 2 April. Rudal-rudal pertahanan udara Irak berhasil menjatuhkan dua pesawat AS.
Sebuah helikopter militer UH-60 Blackhawk dan sebuah pesawat tempur AL AS F/A-18C
Hornet jatuh tertembak di sekitar wilayah Karbala, 80 km selatan kota Baghdad. Ini
merupakan kali pertama sebuah jet tempur pasukan AS tertembak dalam perang Irak ini.
Dalam insiden ini, tujuh militer AS yang berada di dalam helikopter tersebut tewas,
sementara empat lainnya yang terluka berhasil dievakuasi dan diselamatkan. Wilayah
Karbala merupakan medan pertempuran sengit yang terjadi pada dini hari tanggal 2 April
ini. Saat pasukan AS bergerak menuju Baghdad dan diserang pasukan Irak, tetapi pasukan
AS berhasil membuat pasukan Irak kocar-kacir. Dalam perkembangan lain, pasukan
Marinir dan Infanteri AS berhasil menembus pertahanan pasukan Irak di selatan Baghdad.
Pasukan AS juga berhasil memasuki dan memeriksa salah satu istana Saddam Hussein
yang berada di dekat Bandar Udara Internasional Saddam Hussein, 19 km di sebelah barat
daya kota Baghdad. Pasukan AS pada saat ini berada sekitar 30 km dari Bagdad.
Sementara pasukan Marinir menyeberangi sungai Tigris menuju tenggara Baghdad,
pasukan Marinir itu menggempur kubu-kubu pertahanan pasukan Garda Republik. Pusat
komando operasi AS di Qatar mengatakan kesatuan Garda Republik dari Divisi Baghdad,
Madinah dan Nebuschadnezar menjadi target serangan pasukan AS dari arah selatan
Baghdad, sedangkan Divisi Adnan diserang dari udara.

Tanggal 3 April, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) menyerukan kepada semua
pihak yang terlibat dalam perang di Irak agar berupaya lebih keras untuk mencegah
jatuhnya korban warga sipil. Seruan itu disampaikan menanggapi kenyataan bahwa banyak
warga sipil yang menjadi korban tewas atau luka dalam bentrokan senjata yang terjadi
selama dua pekan peperangan berlangsung. Menanggapi seruan ICRC itu, Kolonel Ron
Johnson, seorang Komandan Marinir AS di Irak mempersalahkan taktik yang dilakukan
oleh militer Irak dan kaum militan yang mengakibatkan besarnya jumlah korban yang
jatuh dalam pertempuran. Menurut Johnson, kelompok milisi loyalis Saddam Hussein
Fedayeen dan pasukan militer Irak telah mengabaikan hukum perang. Diakuinya sejumlah
gedung sekolah terpaksa diserang karena pasukan Irak berlindung di dalamnya. Johnson
juga menuduh pihak Irak menggunakan rumah sakit dan masjid untuk perlindungan dan
pertahanan militer. Sementara itu statistik perang hingga hari ke-14 adalah :

• Korban : Pasukan AS, 51 tewas, 7 tertangkap, 16 hilang (versi Departemen


Pertahanan AS). Pasukan Inggris, 27 tewas. Di pihak Irak, tak ada laporan resmi tentang
korban perang di kalangan militer. Korban di kalangan sipil menurut pemerintah Irak
adalah 500 orang tewas dan sekitar 4.000 luka-luka.

• Bom yang dijatuhkan di Irak : Hinggga 3 April, terhitung lebih dari 700 rudal
jelajah Tomahawk telah ditembakkan ke Irak dan lebih dari 9.000 bom tembak tepat telah
dijatuhkan.

• Tawanan perang : 4.500 orang pasukan Irak telah ditawan oleh pasukan AS (versi
Komando Wilayah Tengah AS).

• Wartawan yang menjadi korban diantaranya: empat tewas (seorang wartawan


Australia tewas akibat bom mobil, seorang reporter TV Inggris tewas tertembak dalam
pertempuran, seorang juru kamera Inggris tewas akibat menginjak ranjau darat, seorang
wartawan asal Inggris tewas akibat kecelakaan), dan dua lainnya hilang.

Tanggal 4 April. Pasukan AS telah berhasil menguasai Bandara Internasional Saddam


Hussein dan menyatakan tank-tank AS menjebol sebuah tembok pertahanan di sekitar
bandara. Pasukan AS pun melakukan penyisiran untuk mencari personel Irak yang
mungkin masih bersembunyi dan jalur terdekat dari bandara ke Baghdad langsung ditutup
dan dijaga ketat. Dengan dikuasainya Bandara Internasional ini oleh pasukan AS, maka
kemungkinan para pemimpin utama Irak melarikan diri keluar negeri dapat dicegah.
Akibat serangan pasukan AS di wilayah sekitar Bandara Internasional Saddam Hussein,
kota Baghdad pada hari itu aliran listriknya terputus, demikian juga dengan saluran air
yang tersendat-sendat. Meskipun begitu aktivitas perkotaan tidak begitu terpengaruh,
jalan-jalan raya masih tetap sibuk dengan lalu lintas, toko-toko keperluan umum tetap
buka, sementara antrean yang agak panjang terlihat di berbagai stasiun pengisian bahan
bakar.

Tanggal 5 April, Presiden Saddam Hussein berpidato mendesak penduduk Baghdad untuk
menyerang dengan sekuat tenaga pasukan AS yang sudah mendekati ibukota Irak tersebut.
Pidato itu disampaikan setelah pasukan AS berhasil menguasai Bandara Internasional
Saddam Hussein. Dalam pidato yang disiarkan oleh televisi Irak itu nampak Saddam
Hussein sedang dielu-elukan pendukungnya di sebuah jalan. Di negara AS, Gedung Putih
menyatakan pihaknya akan menganggap misi militer di Irak sukses, walaupun tidak
berhasil menemukan Presiden Irak Saddam Hussein, yang kemunculannya di televisi Irak
menunjukkan Saddam Hussein masih bertahan dan hidup dari segala serangan bom AS
sejak dimulainya perang pada 20 Maret lalu. Di sisi lain, Pemerintahan Bush sedang
membahas penguasa transisi di wilayah Irak yang berada di bawah kekuasaan AS,
sedangkan pemerintahan Irak di bawah Saddam Hussein tidak akan mempunyai hubungan
sama sekali dengan pemerintahan transisi itu. Sejumlah besar pejabat AS mulai dari
tingkat menengah hingga tingkat atas saat ini berada di Kuwait dan siap untuk menuju ke
Irak dan membentuk pemerintahan transisi di bawah pimpinan Jenderal (Purn) Jay Garner.

Tanggal 6 April. Pasukan Garda Republik pasukan Irak mengaku telah menghancurkan 16
tank AS dan membunuh 50 pasukan musuh dalam pertempuran yang terjadi di sekitar
Bandara Internasional Saddam Hussein. Selain itu, pasukan Irak berhasil menembak 2
helikopter Apache di pinggiran selatan Baghdad dan menghancurkan beberapa tank dalam
pertempuran di Irak bagian tengah dan selatan. Di pihak AS, insiden salah tembak kembali
terjadi. Sebuah pesawat tempur AU AS membom sebuah konvoi yang terdiri dari para
personel pasukan khusus AS. Di Baghdad, pasukan Irak menyerang satu konvoi AS di
sebuah jalan di barat laut Baghdad dengan menggunakan granat bepeluncur roket dan
bom-bom mortir, dan berhasil menewaskan satu orang pasukan AS. Satu konveoi Tank AS
dan kendaraan lapis baja pada hari itu menyeberangi sungai Eufrat di selatan Baghdad
untuk memperkuat posisi-posisi di sekitar kota itu. Untuk memperkuat penjagaan atas
Bandara Internasional Saddam Hussein, pasukan AS menempatkan 7.000 pesonil di
Bandara itu dan mendirikan sebuah kampung kecil militer di sana.

Tanggal 7 April, pasukan AS dan sekutunya mulai melakukan penerangan ke wilayah


pusat kota Baghdad. Satuan kendaraan lapis baja AS juga sempat melakukan pengepungan
terhadap kompleks Kementerian Penerangan dan Hotel A-Rasheed yang berada di pusat
kota Baghdad. Dalam penyerbuan ke tengah kota itu, lebih dari 70 tank MI Abrams dan 60
kendaraan lapis baja tempur Brandley dikerahkan, dan didukung pula oleh pesawat tempur
anti-tank A-10 Warthog dan pesawat-pesawat intai kendali jarak jauh tak berawak.
Penyerbuan ini mendapat sejumlah pelawanan dari pasukan Irak. Dua personel Marinir AS
tewas saat kendaraan lapis baja pengangkut personel yang mereka tumpangi terkena
tembakan meriam Irak di pinggiran Baghdad, demikian juga dengan sekelompok
kendaraan lapis baja di selatan Baghdad juga mendapat serangan roket dari pasukan Irak
dan menewaskan dua orang AS. Pasukan AS berhasil menguasai Istana Baru Saddam. Di
pihak lain, pasukan Inggris berhasil melakukan penerobosan di kota Basra dan berhasil
menguasai kota itu. Pasukan Irak meskipun kekuatannya melemah, tetapi memberikan
perlawanan walau dalam pasukan-pasukan kecil.

Tanggal 8 April, ambisi AS untuk segera menguasai Baghdad membuat pasukan AS


semakin gencar menyerang berbagai sasaran di ibukota Irak itu. Serangan udara AS yang
membabi-buta itu bahkan menimbulkan korban di kalangan pers. Seorang kamerawan
televisi dari Kantor Berita Inggris Reuters tewas dan setidaknya empat wartawan lainnya
terluka saat Hotel Palestina yang menjadi tempat penginapan para wartawan asing di
Baghdad di serang pasukan AS. Selain para korban dari Reusters, seorang kamerawan
jaringan TV Spanyol Telecinco juga meninggal. Beberapa saat sebelumnya, kantor
perwakilan TV Aljazeera menjadi korban serangan udara pasukan AS, seorang
korespondennya tewas akibat serangan itu. Selain korban tewas, Aljazeerajuga melaporkan
seorang kamerawannya terluka akibat pecahan ledakan. Menanggapi hal itu, para
komandan pasukan AS mengatakan bahwa saat itu pasukannya dihujani mortir dan granat
dari para penembak gelap yang berada di sekitar hotel itu dan pengeboman terhadap Hotel
Palestina merupakan ketidaksengajaan.

Tanggal 9 April, Pasukan AS berhasil menerobos ke pusat kota Baghdad tanpa


mendapatkan perlawanan yang berarti dari pasukan Irak. Hal ini menimbulkan keheranan
dan kekagetan dari berbagai negara terutama negara Arab, karena dalam berbagai
pidatonya selama ini Presiden Irak Saddam Hussein selalu mengatakan bahwa pasukan
penyerbu yang hendak menjamak Baghdad akan ditaklukkan di bawah dinding-dinding
kota. Banyak pula para pengamat perang yang memperkirakan bahwa akan terjadi perang
kota alias urban warfare yang dahsyat di jalan-jalan Baghdad antara pasukan AS dan
koalisinya melawan pasukan Irak. Demikian juga dengan rakyat Arab yang menyatakan,
“kalah sih, memang wajar, tapi setidaknya harus ada perlawanan yang sengit dari Irak.”
Hal ini berbeda dengan kota Basra yang baru saja dikuasai pasukan AS dan koalisinya
setelah dua minggu terjadi pertempuran.

Perang yang tidak imbang antara AS dan Irak membuat perang berlangsung dengan cepat.
Tanggal 9 April 2003, perang dinyatakan berakhir dengan dikuasainya kota Baghdad, yang
merupakan pusat pemerintahan Saddam Hussein, oleh pasukan AS. Namun senjata
pemusnah massal yang menjadi alasan utama serangan AS (dan sekutunya) ke Irak tidak
juga diketemukan.[8]

c. Reaksi Negera Lain Terhadap Invansi Amerika Serikat ke Irak

Tanggal 27 Maret, Sidang Dewan Keamanan PBB mendesak AS dan negara sekutunya
untuk menarik semua pasukannya dari Irak tanpa syarat apapun. Negara-negara anggota
Liga Arab dan Gerakan Non Blok (GNB) menyatakan serangan militer tersebut tidak sah
dan melanggar aturan PBB. GNB dan Liga Arab adalah dua kelompok yang mengusulkan
digelarnya Sidang Khusus yang bersifat terbuka tersebut. Sementara itu, negara-negara
Uni Eropa juga menyiratkan setujunya kawasan itu terhadap serangan militer AS ke Irak,
karena Uni Eropa menjunjung tinggi integritas dan kedaulatan Irak dan menghormati hak-
hak yang dimiliki rakyat Irak. Para penentang perang juga berasal dari rakyat AS, di
berbagai negara bagian AS, terjadi demonstrasi untuk menentang perang. Tanggal 30
Maret, Pasukan Jihad dari beberapa negara sudah memasuki Irak. Dari Mesir, sekitar 631
orang, dari Lebanon sekitar 250 relawan dan juga dari Jihad Islam Palestina.

d. Akhir dari Invansi Amerika ke Irak

Invasi Amerika Serikat ke Irak telah menghilangkan aset Amerika yang paling berharga,
yakni demokrasi dan HAM. Amerika telah kehilangan legitimasi sebagai kampiun
demokrasi. Prinsip-prinsip demokrasi yang telah dirintis founding fathers Amerika seperti
Thomas Jefferson menguap di tangan pemimpin Amerika saat ini yang “idiot”.

Pasca invasi AS negara Irak mengalami berbagai macam perubahan, baik perubahan
sosial, ekonomi, dan politik sebagai akibat dari perang antara AS dengan Irak. Perubahan
sosial yang muncul setelah tumbangnya rezim Saddam Hussein adalah terjadinya
perubahan sosial yang drastis sehingga memperuncing ke arah perang saudara diantara
rakyat Irak itu sendiri; antara para pendukung Saddam dan yang kontra terhadapnya, antara
kelompok Sunni dan kelompok Syiah, maupun suku Kurdi yang merasa berhak terhadap
tampuk pemerintahan Irak. Untuk kondisi ekonomi Irak pasca Invasi Amerika, minyak
menjadi masalah utama. Oleh karena itu, Amerika pasca invasi, akan mengandalkan
cadangan minyak negerinya dari Irak, dengan cara berusaha memasukkan perusahaan-
perusahaan swasta miliknya di Irak dalam program rekonstruksi infrastuktur minyak di
Irak. Dan di bidang politik secara umum, serangan AS yang bertujuan untuk menegakkan
demokrasi di Irak telah berhasil menggulingkan rezim Saddam Hussein yang dianggap
otoriter oleh AS. Namun ketika Pemilu berhasil dilaksanakan, legitimasi pemerintah hasil
Pemilu sangat rendah karena rakyat Irak menganggap pemerintahan hasil Pemilu adalah
pemerintahan boneka Amerika dan rakyat juga ragu terhadap kapabilitasnya. Legitimasi
politik yang rendah tersebut dapat menyebabkan ketidakstabilan politik yang ditandai
dengan tingginya intensitas kekerasan dan konflik yang terus terjadi karena penguasa gagal
untuk menjalankan kekuasaan yang disebabkan oleh rakyat yang tidak mau menaati
peraturan-peraturan yang ditetapkan penguasa. Oleh karena rakyat tidak taat, maka
penguasa juga akan gagal mengendalikan konflik.

2. Penyebab kejadian

Posisi Amerika Serikat sebagai negara hegemon dan negara yang mengklaim dirinya
sebagai penjamin keamanan internasional ini goyah dengan aksi terorisme. Oleh sebab
itulah, kemudian Amerika Serikat menyerukan anti terorisme dan menyatakan akan
memberantas setiap aksi yang berhubungan dengan kegiatan terorisme di dunia.Dari
penyelidikan yang dilakukan oleh aparat keamanan di Amerika Serikat, didapatkanbukti-
bukti bahwa kelompok yang bertanggung jawab terhadap pengeboman WTC adalah
kelompok al-Qaeda. Kelompok ini merupakan kelompok dengan anggota yang mayoritas
merupakan penganut agama Islam dan tersebar di negara-negara dengan mayoritas Islam,
dan salah satunya adalah Irak. Ini membuat Amerika Serikat ingin menghancurkan Irak,
dengan berdalih tiga alasan Amerika Serikat untuk melakukan invasi ke Irak yaitu:

1) Irak Mempunyai Senjata Pemusnah Masal


2) Irak Negara Otoriter

3) Irak Berbasis Teroris

Akan tetapi, segala tuduhan yang diberikan Amerika Serikat ke Irak tidak memiliki bukti
yang jelas bahwa Irak adalah pelaku pengeboman. Dari alasan-alasan yang di berikan
Amerika Serikat, mereka tidak memiliki bukti yang menguatkan. Dewan PBB sudah
melakukan penyelidikan ke Irak secara langsung dan bersifat terbuka. Hasil dari
penyelidikan tersebut tidak di temukan adanya senjata pemusnah masal di Irak. PBB sudah
melarang Amerika untuk menyerang Irak di karenakan tidak ada bukti yang mendukung,
tetapi Amerika tetap sewenang-wenang menyerang Irak.

3. Nilai Pancasila yang dilanggar

a.Nilai Ideal

Nilai Pancasila yang dilanggar adalah nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Salah
satunya karena perang ini merenggut banyak nyawa warga sipil dan orang-orang yang
tidak bersalah. Jumlah korban sangat banyak, yaitu sekitar 500 orang warga sipil. Banyak
Hak Asasi Manusia yang di renggut disini. Selain itu, tindakan terorisme yang terjadi di
WTC juga bukan tindakan kemanusiaan dan melanggar Hak Asasi Manusia, karena
banyak nyawa dan kehidupan yang telah di renggut.

Nilai pancasila yang dilanggar selanjutnya adalah kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Alasannya karena Amerika merupakan
negara yang liberal yang menyebarkan pengaruhnya melalui paham demokrasi yang
diklaim merupakan paham yang terbaik untuk mencapai sistem internasional yang lebih
baik, karena dengan demokrasi akan ada perlindungan terhadap HAM dan kekerasan akan
dapat dihindari. Tetapi yang terjadi malah sebaliknya, banyak pelanggaran HAM yang
terjadi seperti pembunuhan masal, kekerasan, kesewenang-wenangan dan lain-lain.

b. Nilai Instrumental

Nilai konstituisional yang dilanggar yaitu Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 A-28 J
serta undang-undang lainnya yang menyangkut Hak Asasi Manusia.

c. Nilai Praksis

Nilai praksis yang dilanggar yaitu pelaksanaan dari nilai ideal yaitu pelaksanaan sila ke 2
dan sila ke 4 serta pelaksanaan nilai instrumental yaitu pasal 28A-28J UUD 1945.
Contohnya adanya pembunuhan massal yang melanggar pelaksanaan sila ke 2, adanya
perampasan HAM yang dilakukan Amerika kepada warga sipil Irak yang melanggar
pelaksanaan UUD 1945 Pasal 28 J “Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia
orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pengingkaran
terhadap hak tersebut berarti mengingkari martabat kemanusiaan.”

4. Upaya penanganan
Penanganan Dewan Keamananan PBB yang mengeluarkan berbagai resolusi ternyata
belum efektif untuk menyelesaikan masalah invasi Amerika atas Irak. Karena walaupun
Dewan Keamanan mengeluarkan resolusi terhadap Irak untuk mecegah agar Amerika tidak
melakukan invasi ke Irak sebelum tuduhan adanya senjata pemusnah massal tebukti tidak
membuat Amerika langsung mematuhi resolusi tersebut, hal ini disebabkan Amerika
merupakan negara yang memiliki hak Veto yang dapat tidak mematuhi isi resolusi tersebut
sehingga Amerika yang merupakan penyokong dana PBB terbesar tersebut tetap
melakukan Invasi atas Irak. Walaupun tuduhan senjata massal tidak terpenuhi tetapi
Amerika merubah tuduhannya bahwa Irak adalah Sarang Terorisme Internasioanal dan
Saddam Hussein merupakan penjahat perang yang harus diadili dan akhirnya dihukum
mati. Sehingga efektifitas Dewan Keamanan terhadap Invasi yang dilakukan Amerika ke
Irak tidak menunjukkan sikap tegas dari Dewan Keamanan terhadap negara negara besar
dan memiliki hak veto.

5. Kesimpulan

Konflik senjata antara AS (Amerika Serikat) dengan Irak pada tahun 2003, ada tiga tujuan
yaitu AS ingin menghancurkan senjata pemusnah massal, menyingkirkan ancaman teroris
internasional dan membebaskan rakyat Irak dari penindasan rezim Saddam Hussein
dengan cara memulihkan demokrasi di Irak.

Invasi AS berlangsung lebih lama dari yang direncanakan oleh AS yang berjanji akan
menaklukkan dan menangkap Saddam Husein dalam 5 hari. Lebih dari 20 hari AS
mengerahkan tentaranya dengan dibantu oleh tentara Inggris dan Australia membumi
hanguskan negeri Irak. Dimulai pada tanggal 20 Maret sampai 9 April 2003 sejarah dunia
mencatat berlangsungnya Invasi AS ke Irak yang akhirnya dapat menaklukkan Baghdad
dan Tikrit (sebagai kota asal Saddam Husein yang mayoritas penduduknya pro-Saddam)
dan membombardir seluruh bunker-bunker yang diduga merupakan kediaman Saddam
Husein.

Jatuhnya Saddam Hussein tidak lepas dari campur tangan AS yang dilatarbelakangi
berbagai misi invasi sebagai berikut : (1) Mengakhiri rezim Saddam Hussein yang
dianggap diktaktor oleh AS; (2) Mengidentifikasi, mengisolasi, dan mengeliminasi senjata
pemusnah massal; (3) Mencari, menangkap, dan membawa keluar teroris dari Negara itu;
(4) Mengumpulkan data intelijen terkait yang bisa digunakan dalam jaringan
pemberantasan terorisme internasional; (5) Mengumpulkan data intelijen yang terkait
dengan jaringan global di pasar gelap perdagangan senjata pemusnah massal; (6)
Mengakhiri sanksi dan secepat mungkin mengirim bantuan kemanusiaan untuk memenuhi
kebutuhan rakyat Irak; (7) Mengamankan sumber-sumber ladang minyak yang menjadi
milik rakyat Irak; (8) AS akan menjadi penolong rakyat Irak menciptakan masa transisi
untuk membangun sebuah pemerintahan yang representatif.

6. Saran
Invasi merupakan suatu pelanggaran HAM yang sangat berat. Banyak pelanggaran HAM
yang terjadi seperti banyak nyawa yang hilang, tidak adanya keadilan, banyak fasilitas
rusak, kehidupan yang banyak di renggut, orang hilang, dan lain sebagainya. Kejahatan ini
harus ditumpaskan dimuka bumi ini. Dan kita sebagai umat manusia harus paham
mengenai apa Hak asasi kita dan Kewajiban asasi kita. Jika paham dan melaksanakan hak
dan kewajiban kita sebagai manusia maka kejahatan-kejahatan seperti ini akan lebih
mudah di berantas dan kita bisa hidup dengan aman dan tentram serta makmur dan
sejahtera.

Selain itu, tidak tegasnya PBB sebagai organisasi penengah merupaka hal yang sangat
memprihatinkan. Dengan tidak memberi hukuman kepada mereka yang bersalah, maka di
masa depan bisa jadi hal seperti ini akan lebih menjadi-jadi lagi. Seharusnya PBB bisa
lebih tegas dalam memberi keadilan walaupun negara itu adalah negara yang besar dan
berdaulat. Ini merupakan pelajaran bagi kita agar kita bisa bertindak lebih tegas terhadap
kejahatan.

7. Hasil diskusi

1. Pertanyaan Kelompok 6
Oktaviani : Irak dituduh mempunyai senjata pembunuh massal, apa jenis senjata
pembunuh massal itu?
Jawaban
Marista : salah satu jenis senjata pembunuh massal itu yaitu sejenis bom,
alasannya karena senjata bom ketika di gunakan bisa menyebabkan kehancuran
dalam jumlah besar.
2. Pertanyaan
Yeslin : Saat Amerika menyerang Irak, apakah ada campur tangan dr negara
lain dalam membantu Amerika Serikat?
Jawaban
Kelly : Ada yaitu negara inggris yang membantu dengan persenjataan dan
juga anggota tentara mereka
3. Pertanyaan Kelompok 2
Marvika : Bagaimana cara dan bentuk pertahanan Irak terhadap persenjataan
AS?
Jawaban
Aling : Dengan cara tentara Irak memperkuat pertahanannya dengan cara
menembak tentara AS, membalas balik serangan udara AS dengan pesawat tempur,
dan rakyat Irak bersembunyi ditempat yang aman.
4. Pertanyaan kelompok 5
Sintia : Apakah saat ini AS dan Irak masih bermusuhan?
Jawaban
Carolline : Tidak, Saddam Hussein tidak lagi menjabat sebagai kepala negara
Irak. Sekarang sudah di ganti dengan pemimpin yang baru dan Amerika dan Irak
sekarang saling berkerja sama.
5. Pertanyaan Kelompok 1
Wira : Apakah AS di hukum oleh PBB karena menghiraukan tim inspeksi
dari PBB ? Dan apa hubungan Saddam Hussein dengan penyerangan tersebut?
Jawaban
Mishelle : AS tidak di hukum dalam kasus itu, karena PBB sulit untuk
menghukum AS. AS adalah negara yang sangat berdaulat didunia ini. Sebagian
pendanaan PBB bersumber dari AS, sehingga hal ini membuat PBB sulit
menghukum AS. Hubungan Saddam Hussein dengan penyerangan tersebut adalah
Amerika mengira bahwa kepemimpinan Saddam Husein Otoriter kepada
rakyatnya. Pimpinan Irak yang otoriter ini merupakan salah satu dari 3 alasan AS
menyerang Irak. Jadi AS ingin menangkap Saddam Hussein agar Irak bebas dari
kepemimpinan yang Otoriter.

Anda mungkin juga menyukai