Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH SEJARAH ASIA BARAT

“IRAK PASCA PENGGULINGAN SADDAM HUSEIN”

Dosen Pengampu :

Muhammad Haikal S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 02:

1. A
2. A
3. A
4. A
5. A
6. A

PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Irak adalah salah satu negara penting di kawasan Timur Tengah dan juga berperan
sebagai stabilitas dan keamanan kawasan. Irak menunjukkan dua sikap berbeda dalam
kebijakan luar negeri. Sikap pertama ketika Irak berada di bawah sistem monarki memiliki
kedekatan erat dengan Iran dan Arab Saudi melalui ikatan rezim monarki tradisional dan
berkolaborasi regional yang berorientasikan kebijakan luar negeri pro-Barat. Pasca runtuhnya
rezim monarki ditandai dengan kudeta yang dilakukan oleh Saddam Hussein dengan rezim
Ba’ath nya telah merubah total kebijakan luar negeri Irak terhadap Iran. Dibawah
pemerintahan Saddam Hussein. Pada tahun 1988 isu kebijakan luar negeri utama Irak adalah
perang terhadap Iran. Perang ini dimulai pada bulan September 1980, ketika Saddam Husein
mengirim pasukan Irak di seluruh Shatt al Arab ke barat daya Iran. Alasan Saddam Husein
untuk menyerang Iran karena revolusi islam di Iran memiliki pengaruh terhadap Irak yang
mayoritas masyarakatnya didominasi Syiah. Meskipun perang adalah beban berat pada Irak
secara politik, ekonomi, dan sosial, dampaknya mempengaruhi terhadap pola hubungan luar
negeri Irak terhadap Iran (Vaezi,2010:6)

Tumbangnya rezim Saddam Hussein memberikan kesempatan dan tempat bagi


bangkitnya kekuatan politik Syiah di Irak. Pasca terpilihnya pemerintahan Ibrahim jaafari.
Jaafari adalah pemimpin Syiah yang puluhan tahun berada di pengasingan melawan rezim
Saddam Hussein. Ibrahim al-Jaafari Eshaiker adalah politikus Irak yang menjadi perdana
menteri Irak pada pemerintah transisi Irak 2005-2006. Dia adalah salah satu dari dua wakil
presiden Irak di bawah pemerintah interim Irak 2004- 2005, dan juru bicara utama untuk
Islamic Dawa Party. Jaafari lahir dari keluarga terpandang yang mengklaim sebagai
keturunan langsung Nabi Muhammad SAW. Kakek buyutnya, Mahdi bin Ali bin Baqir
alEshaiker, merupakan pemimpin pemberontakan Al- Eshaiker di Karbala pada 1876
melawan Kekaisaran Ottoman. Jaafari menyadari bahwa ia adalah perdana menteri seluruh
rakyat Irak, termasuk kaum perempuan, Sunni dan kaum sekuler. Jaafari membuktikan
otoritasnya terhadap intrik para politisi dan ulama Syiah yang tidak segan-segan
mengkritiknya. Perkembangan politik Irak dan kebijakan luar negeri Irak pada Ibrahim
Jaafari terhadap Iran berupaya menunjukkan Irak sebagai negara yang ramah terhadap
kawasan. Irak baru pasca invasi AS memiliki pola kebijakan luar negeri terhadap Iran yang
ramah (http://www.cfr.org/iraq/iraqibrahim-jaafari/p8035 diakses pada 23 Maret 2015).

Irak dimasa Saddam Hussein yang disebut sebagai penyeimbang Iran di kawasan Teluk
Persia dibawah Jaafari menjadi penyeimbang kepentingan antara kedua negara. Bagi Ibrahim
Jaafari Iran dengan kekuasaan dan pengaruhnya di Irak dan tetap menjadi faktor penting
dalam menentukan kepentingan keamanan nasional Irak. Meskipun Iran adalah negara non
Arab, isu keamanan Irak juga berkaitan dengan Iran. Meningkatnya hubungan Iran dan Irak
menimbulkan kekhawatiran bagi Arab Saudi ditengah menguatya pengaruh Iran di Irak. Arab
Saudi khawatir kehadiran pasukan ini akan mengambil kendali pemerintah Irak dan membuat
Irak melupakan persahabatannya dengan Saudi. Jaafari juga menegaskan pihaknya berusaha
untuk terus memperbaiki hubungan Irak Arab Saudi dan menyambut Arab Saudi untuk sama
sama membangun Irak. ”Iran memang mengirim tentaranya ke sini, namun tidak ikut campur
dalam kedaulatan Irak. Irak ingin hubungan dengan Arab Saudi dan Iran berjalan seimbang
http://foreignpolicy.com/2013/08/26/exclusive-cia-files-prove-america-helpedsaddam-as-he-
gassed diakses pada 23 Maret 2015).

Invasi Amerika Serikat terhadap Irak telah merubah struktur politik di Irak Struktur
pemerintahan Irak yang sebelumnya didominasi oleh kelompok muslim Sunni berganti
menjadi dominasi muslim syiah yang merupakan mayoritas penduduk Irak. Kuatnya
pengaruh kelompok Syiah di Irak dapat dilihat dari arah kebijakan negara itu terhadap Iran.
Pemerintah Irak diketahui mendukung pemerintah Iran. Dukungan itu terlihat saat
pemerintah Irak mengizinkan penerbangan dari Iran melewati wilayah udaranya menuju
Suriah. Pemerintah Irak juga menolak sanksi yang diberlakukan dunia internasional terhadap
Iran karena program nuklir Iran Padahal, Amerika Serikat tidak menginginkan hal itu. Arah
kebijakan yang condong ke kelompok Syiah itu juga terlihat dari dukungan Irak kepada
rezim Assad di Suriah. Irak berpihak pada pemerintah Suriah yang berasal dari etnis
Alawiyah (kelompok minoritas Syiah) yang menentang Amerika dan merupakan sekutu Iran,
serta menjalin hubungan dengan faksi politik Syiah di Lebanon Hizbullah
(Heydeman,2003:2). Untuk mengkaji lebih jauh keadaan Irak pasca runtuhnya kekuasaan
Saddam Husein, dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana awal keruntuhan kekuasaan
Saddam Husein yang sudah cukup lama bertahan selama kurang lebih 25 tahun dengan
berbagai kebijakan yang dilakukannya dan juga konflik selama masa pemerintahannya.
Maka, diangkatlah judul makalah dengan tema “Irak Pasca Penggulingan Saddam Husein”.

B. Rumusan Masalah

1) Bagaimana Peran Amerika dalam penggulingan Saddam Husein?


2) Bagaimana Peran Amerika dalam penggulingan Saddam Husein?
3) Bagaimana kondisi social, ekonomi, politik,dan pemerintahan Irak pasca peggulingan
Saddam Husein?

C. Tujuan Penelitian

1) Untuk menjelaskan bagaimana peran Amerika Serikqt dalam penggulingan Saddam


Husein dari kekuasaannya di Irak.
2) Untuk menjelaskan bagaimana peran Suku Kurdi dalam penggulingan Saddam
Husein dari kekuasaannya di Irak.
3) Untuk mengetahui kondisi Irak masa itu ditinjau dari aspek ekonomi, social, politik
dan pemerintahan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peran Amerika Serikat Dalam Penggulingan Saddam Husein


Perang AS itu dilancarkan pada Maret 2003 dengan misi utama menjatuhkan Saddam
Hussein. Perang dilegalisasikan dengan tuduhan Saddam Hussein memiliki bom nuklir dan
senjata penghancur massal serta berkolaborasi dengan kelompok teror Al Qaeda. Tapi hingga
penarikan terakhir pasukan AS, bom nuklir itu tak pernah ditemukan. Bukti Saddam pernah
berhubungan dengan Al Qaeda pun tak pernah ada, membuat perang ini sebagai perang yang
benar-benar perang ilegal di mata hukum internasional. Pada tanggal 21 Maret 2003 Negara Irak
di invasi oleh pasukan koalisi pimpinan AS (Inggris, Spanyol, dan Australia) tanpa memperoleh
mandat dari PBB. Namun, invasi jalan terus karena AS dan Inggris telah menafsirkan resolusi
PBB No. 1441 dengan adanya kalimat “ menghadapi konsekuensi yang serius” sebagai
pembenaran tindakan invasi ke Irak yang dianggap tidak mau bekerjasama dengan tim inspeksi
senjata PBB untuk melucuti senjata pemusnah massal kimia maupun biologi yang dimiliki Irak.
(Budianto, 2003; 274).

Saddam Hussein memang telah jatuh. Tapi Irak tanpa Saddam Hussein ternyata bukanlah
Irak yang damai, baik untuk Irak sendiri maupun bagi kawasan Timur Tengah. Irak kini telah
menjelma menjadi negara dengan kekerasan sektarian yang amat mengerikan. Hingga pasukan
AS meninggalkan Irak, kekerasan sektarian antara kelompok Sunni, Syiah dan Kurdi belum
berhasil dipadamkan. Serangan para penjajah itu mengakibatkan kerugian yang sangat besar,
baik material maupun moril bangsa Irak secara keseluruhan. Media massa dan para reporter Irak
mengalami kesulitan bahkan dapat dikatakan lumpuh total, karena serangan militer bertubi-tubi
yang terkonsentrasi penuh di sekitar baghdad. Hal ini membuat kondisi media massa dan militer
Irak kacau, tidak dapat mengkoordinir barisan mereka dan menjelaskan eksistensi mereka kepada
rakyat Irak. (Alauddin al-Mudarris, 2004; 121) Akibat agresi militer AS terhadap Irak, hampir
seluruh fasilitas dan infrastruktur Irak hancur. Puluhan ribu warga Irak yang tidak berdosa tewas
sia-sia, jutaan orang kehilangan keluarga dan tempat tinggal. Pusat-pusat peradaban Islam di Irak
pun hancur akibat bombarder yang dilancarkan AS dan sekutunya atas wilayah Irak, serangan AS
pada tahun 2003 ini berhasil menumbangkan rezim Saddam Hussein dan partai Baath-nya yang
telah berkuasa selama 30 tahun. Sebagai dampak dari Invasi Amerika, Irak banyak mengalami
perubahan di mulai dari perubahan sosial, ekonomi dan politik. Perubahan sosial yang muncul
salah satunya adalah adanya kekhawatiran meletusnya perang saudara diantara penduduk Irak
sendiri, khususnya antara pendukung setia Saddam dan kelompok yang kontra terhadapnya.
Seperti diketahui bahwa masyarakat Irak terbagi ke dalam dua bagian besar kelompok dilihat
dari sikap mereka terhadap Saddam Husein, kelompok utama dari para pendukung atau pengikut
partai Baath, sebuah partai terbesar sebagai wadah politik Saddam semasa pemerintahannya, dan
kelompok kedua kontra yang umumnya dari orang-orang yang bermazhab Syi’ah di Irak, karena
Saddam dinilai diktator dan bertindak sewenang-wenang terhadap para pengikut Syiah di
negerinya

B. Peran Suku Kurdi Dalam Penggulingan Saddam Husein


C. Kondisi Sosial, Ekonomi, Politik, dan Pemerintahan di Irak Pasca Penggulingan Saddam Husein
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

PLN RI Era Presiden SBY 2009-2011.pdf (unri.ac.id)


https://www.researchgate.net/publication/
352559450_Keadaan_Indonesia_Pada_Masa_Pemerintahan_Susilo_Bambang_Yudhoyono
Bintoro, Bayu. (2020). Kebijakan Politik Ekonomi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di
Indonesia (2004-2014). [ Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga], Yogjakarta.
https://www.kompasiana.com/moh-khairi/54f76e29a33311062e8b4811/kondisi-ekonomi-di-
masa-sby

Anda mungkin juga menyukai