Anda di halaman 1dari 6

KISI KISI ASIA BARAT DAYA

1. Asia Barat Daya adalah sebuah kawasan yang kaya akan sumber daya alam dan begitu heterogen dari sisi etnisitas akan tetapi kawasan ini
juga sering mendapat julukan "Land of Fire". Jelaskan menggunakan tinjauan Sosio-Historis mengapa mendapat julukan demikian!

Asia Barat Daya adalah kawasan yang mencakup wilayah Asia Tenggara bagian barat daya, termasuk negara-negara seperti Indonesia,
Malaysia, Brunei, Singapura, Filipina, dan Timor Leste. Kawasan ini memang kaya akan sumber daya alam, termasuk minyak, gas,
tambang, dan keanekaragaman hayati. Sementara itu, keberagaman etnisitas di kawasan ini menjadi salah satu ciri khas yang menonjol,
dengan berbagai kelompok etnis yang hidup bersama dalam harmoni, tetapi juga kadang-kadang menghadapi tantangan dalam mencapai
keseimbangan sosial.

Julukan "Land of Fire" (Negeri Api) merujuk pada beberapa aspek dalam konteks sosio-historis di kawasan ini:

1. Aktivitas Vulkanik: Salah satu alasan utama adalah banyaknya gunung berapi dan aktivitas vulkanik di kawasan ini. Asia Barat Daya
berada di cincin api Pasifik, yang merupakan wilayah di sekitar Samudra Pasifik yang sering terjadi gempa bumi dan aktivitas vulkanik.
Pada titik-titik tertentu, terjadi letusan gunung berapi yang spektakuler dan sering disertai dengan aliran lava yang membara, sehingga
memberikan kesan bahwa kawasan ini adalah "Land of Fire."

2. Keanekaragaman Budaya dan Etnis: Julukan ini juga terkait dengan keberagaman etnisitas dan budaya di Asia Barat Daya. Kawasan ini
merupakan rumah bagi banyak kelompok etnis yang berbeda, termasuk orang Melayu, Jawa, Sunda, Batak, Minangkabau, Filipina, Melayu
Islam, Dayak, dan banyak lainnya. Keanekaragaman ini menghasilkan berbagai tradisi, adat istiadat, dan bahasa yang unik, sehingga
kawasan ini dianggap sebagai "Land of Fire" karena keberagaman budaya yang membara.

3. Perbedaan Sosial dan Politik: Meskipun keberagaman etnisitas memberikan kekayaan budaya, tetapi pada saat yang sama, juga dapat
menyebabkan ketegangan sosial dan politik. Perbedaan dalam hal bahasa, agama, dan adat istiadat dapat menjadi pemicu perselisihan di
antara kelompok etnis. Konflik politik, sengketa wilayah, dan isu-isu lainnya sering terjadi di kawasan ini, dan terkadang menghasilkan
situasi yang panas, seperti api yang berkobar.

4. Kondisi Iklim Tropis: Asia Barat Daya juga terkenal dengan iklim tropisnya yang panas dan lembap. Suhu yang tinggi dan kelembapan
yang ekstrem sering membuat suasana terasa "panas" dan "berapi-api," yang menjadi asosiasi dengan julukan "Land of Fire."

Secara keseluruhan, julukan "Land of Fire" untuk Asia Barat Daya mencerminkan keadaan geografis dan sosio-budaya kawasan ini.
Aktivitas vulkanik, keberagaman etnis dan budaya, ketegangan sosial dan politik, serta kondisi iklim tropis semuanya memberikan
gambaran tentang karakter unik kawasan ini yang membara seperti api.

Azerbaijan memiliki hubungan yang erat dengan api, yang membuatnya mendapat julukan sebagai ‘The Land of Fire’ 1. Ada beberapa
alasan mengapa Azerbaijan mendapat julukan ini. Salah satunya adalah karena Azerbaijan memiliki cadangan minyak dan gas alam yang
besar 2. Tekanan tinggi menyebabkan gas keluar melalui celah-celah ke udara, dan ketika gas tersebut menyala, nyala api akan terus menyala
selama bahan bakar terus mengalir 1. Ada juga beberapa lokasi di Azerbaijan yang memiliki api abadi, seperti Yanar Dag di Absheron dan
Surakhani di Kota Batu 3. Selain itu, api juga memiliki makna historis yang mendalam dalam budaya Azerbaijan. Api adalah simbol
nasional negara ini 1. Nama Persia kuno untuk Azerbaijan adalah Aturpatakan yang berarti ‘Tempat di mana api suci dipelihara’ 1. Azer
dalam bahasa Persia saat ini berarti api 1.

2. Irak

a. Jika ditinjau dari sisi konflik, kawasan Asia Barat Daya sering kali terjadi kudeta pemerintahan. Salah satunya yang diulakukan oleh
Sadam Husein. Deskripsikan terkait poroses kudeta yang dilakukan Sadam Husein, hingga kemudian mengambil alioh dan berkuasa di Irak!

Saddam Hussein adalah tokoh politik yang berkuasa di Irak dari tahun 1979 hingga 2003. Ia mencapai kekuasaannya melalui serangkaian
peristiwa yang termasuk dalam kategori kudeta pemerintahan. Berikut adalah deskripsi mengenai proses kudeta yang dilakukan oleh
Saddam Hussein hingga mengambil alih dan berkuasa di Irak:

1. Awal Karier Politik: Saddam Hussein lahir pada tahun 1937 di desa Al-Awja, dekat kota Tikrit di Irak. Ia memulai karier politiknya di
Partai Ba'ath yang bertujuan untuk menyatukan dunia Arab dengan ideologi sosialis Arab. Saddam cepat naik dalam hierarki partai dan
menempati posisi penting di pemerintahan Irak.

2. Kudeta Melawan Qasim: Pada tahun 1958, terjadi Revolusi Irak yang menggulingkan monarki dan mendirikan Republik Irak. Pada
awalnya, Saddam mendukung Perdana Menteri Abdul Karim Qasim, yang juga merupakan anggota Partai Ba'ath. Namun, hubungan antara
Saddam dan Qasim memburuk setelah Qasim mengambil langkah-langkah yang lebih nasionalis dan sosialis daripada yang diinginkan oleh
Saddam dan anggota Ba'ath yang garis keras. Pada 7 Oktober 1959, Saddam bersama sekelompok militan Ba'ath melakukan upaya kudeta
untuk membunuh Qasim di rumahnya di Baghdad, tetapi upaya itu gagal, dan Saddam melarikan diri ke luar negeri.

3. Kembali ke Irak dan Kudeta Sukses: Saddam tidak menyerah, dan pada tahun 1963, kelompok Ba'ath yang dipimpin oleh pemberontak
lain kembali berusaha melakukan kudeta terhadap Qasim. Kali ini, kudeta berhasil dan Qasim dieksekusi. Setelah berhasil mengambil alih
kekuasaan, partai Ba'ath berkuasa di Irak selama beberapa bulan sebelum anggota militer lain yang berhaluan sosialis dan Nasionalis juga
bergabung dalam pemerintahan dan menggulingkan pemerintahan Partai Ba'ath

4. Kekuasaan Penuh dan Represi: Setelah beberapa tahun berlalu dengan pergantian pemerintahan dan konflik internal, pada tahun 1968,
Partai Ba'ath kembali merebut kekuasaan di bawah kepemimpinan Saddam Hussein. Ia menjabat sebagai wakil presiden dan kemudian
menjadi presiden Irak pada tahun 1979. Saddam berkuasa dengan tangan besi dan melakukan represi politik yang kejam terhadap oposisi
dan mungkin puluhan ribu orang dianggap sebagai musuh negara dieksekusi atau menghilang tanpa jejak.

5. Perang Iran-Irak dan Invasi Kuwait: Selama masa pemerintahan Saddam, terjadi Perang Iran-Irak yang berlangsung dari 1980 hingga
1988 dan menyebabkan jutaan kematian. Pada tahun 1990, Saddam memerintahkan invasi ke negara tetangga Kuwait yang menyebabkan
intervensi dari koalisi internasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Setelah invasi tersebut, Irak mendapat kecaman dan sanksi
ekonomi yang berat dari masyarakat internasional.
6. Akhir Pemerintahan Saddam: Pada tahun 2003, Amerika Serikat dan sekutunya kembali menginvasi Irak dengan alasan dugaan
kepemilikan senjata pemusnah massal oleh rezim Saddam Hussein. Setelah invasi, pasukan Amerika menangkap Saddam pada 13 Desember
2003, dan ia diadili atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida. Saddam Hussein dieksekusi pada 30 Desember 2006.

Proses kudeta dan penguasaan Saddam Hussein di Irak adalah peristiwa bersejarah yang memiliki dampak yang signifikan terhadap sejarah
dan politik kawasan Timur Tengah. Meskipun ia berhasil mencapai kekuasaan, pemerintahannya ditandai dengan represi dan konflik yang
berkepanjangan.

Saddam Hussein adalah anggota Partai Ba’ath dan berperan dalam kudeta pemerintahan Presiden Abdul Rahman Arif di Irak pada tahun
1968 12. Setelah kudeta tersebut, Partai Ba’ath berkuasa di Irak dan Saddam Hussein menjadi presiden Irak sekaligus pemimpin Partai
Ba’ath selama lebih dari dua dekade 12.

b. Jelaskan korelasi antara Sadam Husein dengan George Bush (Perang Irak-Kuwait 1990) dan Saddam Hussein dengan George Walter Bush
(Invasi Irak tahun 2003)!

Korelasi antara Saddam Hussein dengan George Bush (ayah dan putra) melibatkan dua peristiwa penting dalam hubungan antara Irak dan
Amerika Serikat: Perang Irak-Kuwait tahun 1990 dan Invasi Irak tahun 2003. Berikut adalah penjelasan mengenai kedua peristiwa tersebut:

1. Perang Irak-Kuwait tahun 1990:

Pada tanggal 2 Agustus 1990, Saddam Hussein memerintahkan invasi ke negara tetangga Kuwait, menuduh bahwa Kuwait merupakan
bagian wilayah Irak yang dipisahkan secara tidak sah selama era penjajahan oleh Inggris. Invasion ini menyebabkan ketegangan yang tinggi
di kawasan Teluk dan memicu krisis internasional.

Korelasi dengan George Bush (ayah):

George H.W. Bush, presiden Amerika Serikat saat itu, menanggapi invasi Kuwait dengan keras. Dia mengutuk tindakan agresif Irak dan
menyatakan bahwa invasi tersebut merupakan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip hukum internasional. Bush menyebut invasi tersebut
sebagai "pencurian, pembajakan, dan pemerkosaan" Kuwait oleh Irak. Selanjutnya, Bush memimpin koalisi internasional yang terdiri dari
berbagai negara untuk mengusir pasukan Irak dari Kuwait. Operasi militer ini dikenal sebagai "Operasi Desert Storm," yang dimulai pada
Januari 1991 dan berlangsung hingga Februari 1991. Koalisi internasional berhasil mengusir pasukan Irak dari Kuwait, dan Irak menderita
kekalahan yang menghancurkan dalam konflik tersebut.

2. Invasi Irak tahun 2003:

Pada tahun 2003, Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya (terutama Britania Raya) menginvasi kembali Irak. Alasan yang diberikan oleh
pemerintahan George W. Bush (putra) adalah tuduhan bahwa rezim Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal yang berbahaya dan
merupakan ancaman bagi keamanan nasional dan masyarakat internasional. Selain itu, pemerintahan Bush juga menyatakan tujuan-tujuan
lain, termasuk membawa demokrasi ke Irak dan menghapus rezim otoriter Saddam Hussein.

Korelasi dengan George W. Bush (putra):

George W. Bush, yang menjabat sebagai presiden Amerika Serikat dari tahun 2001 hingga 2009, meneruskan pendekatan keras ayahnya
terhadap Saddam Hussein. Pada tahun 2002, pemerintahan Bush putra membangun kasus yang kuat untuk intervensi militer di Irak dengan
mendukung keyakinan bahwa rezim Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal dan berhubungan dengan kelompok teroris. Pada
Maret 2003, pasukan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya kembali menginvasi Irak dalam sebuah operasi militer yang disebut "Operasi
Iraqi Freedom." Pasukan sekutu berhasil menggulingkan Saddam Hussein dari kekuasaan.

Kesimpulannya, korelasi antara Saddam Hussein dengan George Bush (ayah dan putra) terkait dengan dua peristiwa besar dalam hubungan
antara Irak dan Amerika Serikat: Perang Irak-Kuwait tahun 1990 yang dipimpin oleh George H.W. Bush, dan Invasi Irak tahun 2003 yang
dipimpin oleh George W. Bush. Kedua peristiwa ini memiliki dampak yang signifikan terhadap politik dan stabilitas di kawasan Timur
Tengah serta mempengaruhi hubungan internasional.

Perang Teluk II pada tahun 1990-1991 dimulai ketika Irak yang dipimpin oleh Saddam Hussein menyerbu Kuwait pada tanggal 2 Agustus
1990 1. Pada perkembangannya, Perang Teluk II menjadi konflik antara Irak dan Amerika Serikat 1. Pada tahun 2003, Amerika Serikat
memimpin invasi ke Irak setelah Presiden George W. Bush menuduh Saddam Hussein memiliki “senjata pemusnah massal” 2. Pada tanggal
9 April 2003, pasukan AS merebut Baghdad dan patung Saddam Hussein digulingkan oleh tank AS dengan bantuan kerumunan orang Irak
yang gembira 2.

3.Israel.

a. Latar belakang pembentukan Zionisme!

Zionisme adalah gerakan nasionalis Yahudi yang bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan sebuah negara Yahudi di tanah Israel
(Zion). Latar belakang pembentukan Zionisme dapat dipahami dari beberapa faktor historis dan sosial sebagai berikut:

1. Diaspora Yahudi: Sejak kehancuran Kerajaan Yahudi pertama oleh Kekaisaran Romawi pada tahun 70 Masehi, orang-orang Yahudi
mengalami masa diaspora yang panjang di berbagai belahan dunia. Mereka tersebar di berbagai negara dan benua tanpa memiliki negara
mereka sendiri. Kehidupan diaspora ini ditandai dengan diskriminasi, penindasan, dan kekerasan terhadap orang Yahudi, yang sering kali
membuat mereka menjadi minoritas yang rentan.

2. Pemikiran Zionis Awal: Pemikiran tentang kembali ke tanah asal (Eretz Israel) sudah ada sejak masa diaspora. Beberapa pemikir Yahudi
awal, seperti Theodor Herzl pada akhir abad ke-19, percaya bahwa satu-satunya cara untuk melindungi hak dan identitas Yahudi adalah
dengan mendirikan negara Yahudi yang bebas di tanah Israel kuno.
3. Nasionalisme Eropa: Abad ke-19 menyaksikan bangkitnya nasionalisme di Eropa, di mana banyak bangsa mencari kemerdekaan dan
kebebasan dari penguasa kolonial atau kerajaan besar. Pengalaman ini memberikan dorongan tambahan bagi gerakan Zionis, di mana orang
Yahudi juga mencari identitas nasional dan kebebasan kolektif mereka.

4. Theodor Herzl dan Kongres Zionis Pertama: Pada tahun 1897, Theodor Herzl, seorang wartawan dan aktivis Yahudi, menyelenggarakan
Kongres Zionis Pertama di Basel, Swiss. Dalam kongres ini, Herzl menyajikan visi dan agenda Zionis, yang termasuk mendirikan tanah air
bagi orang-orang Yahudi di Palestina, atau wilayah lain yang disetujui oleh negara-negara besar.

5. Mandat Britania atas Palestina: Setelah berakhirnya Perang Dunia I, Liga Bangsa-Bangsa memberikan Mandat Britania atas Palestina
pada tahun 1920. Dalam mandat tersebut, PBB menegaskan dukungannya untuk pendirian "rumah nasional bagi bangsa Yahudi" di
Palestina. Meskipun Palestina saat itu dihuni oleh mayoritas Arab, Mandat Britania mengakui hak orang Yahudi atas tanah tersebut.

6. Aliyah dan Perlawanan Arab: Gerakan Aliyah mengalami peningkatan pesat, di mana ribuan orang Yahudi beremigrasi ke Palestina dari
berbagai negara. Namun, alih-alih sambutan, Aliyah memicu perlawanan dari komunitas Arab di Palestina. Konflik antara orang-orang
Yahudi dan Arab semakin meningkat dan berlanjut selama beberapa dekade.

Dari latar belakang tersebut, gerakan Zionisme terus berkembang, dan pada tanggal 14 Mei 1948, negara Israel secara resmi didirikan
setelah Inggris menarik pasukannya dari Palestina. Pembentukan Israel ini, bagaimanapun, juga menyebabkan konflik yang berkepanjangan
dengan negara-negara Arab tetangga dan masalah yang kompleks hingga saat ini.

Zionisme adalah upaya keagamaan dan politik yang membawa ribuan orang Yahudi dari seluruh dunia kembali ke tanah air kuno mereka di
Timur Tengah 1. Zionis berasal dari istilah “Zion”, yang merupakan istilah Ibrani yang merujuk pada Yerusalem 1. Sepanjang sejarah, orang-
orang Yahudi menganggap daerah-daerah tertentu di Israel sebagai tempat suci 1.Filosofi dasar gerakan zionis telah ada selama ratusan
tahun, tetapi zionisme modern secara resmi berakar pada akhir abad ke-19 1. Waktu itu, orang-orang Yahudi di seluruh dunia menghadapi
pertumbuhan anti-semitisme 1.

b.Jelaskan kronologi terbentuknya negara Israel!

Kronologi terbentuknya negara Israel mencakup peristiwa penting yang terjadi dari akhir abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20.
Berikut adalah kronologi utama pembentukan negara Israel:

1. Pemikiran Awal Zionis (Akhir abad ke-19):

Pemikiran tentang mendirikan sebuah negara Yahudi kembali ke tanah Israel kuno sudah ada sejak masa diaspora Yahudi. Pemikir awal
seperti Theodor Herzl pada akhir abad ke-19 menjadi tokoh sentral dalam gerakan Zionis yang memperjuangkan hak orang Yahudi atas
tanah air mereka.

2. Kongres Zionis Pertama (1897):

Theodor Herzl menyelenggarakan Kongres Zionis Pertama di Basel, Swiss pada tahun 1897. Dalam kongres ini, Herzl menyajikan visi dan
agenda Zionis, yang termasuk mendirikan tanah air bagi orang-orang Yahudi di Palestina atau wilayah lain yang disetujui oleh negara-
negara besar.

3. Mandat Britania atas Palestina (1920):

Setelah berakhirnya Perang Dunia I, Liga Bangsa-Bangsa memberikan Mandat Britania atas Palestina pada tahun 1920. Dalam mandat ini,
PBB menegaskan dukungannya untuk pendirian "rumah nasional bagi bangsa Yahudi" di Palestina. Meskipun Palestina saat itu dihuni oleh
mayoritas Arab, Mandat Britania mengakui hak orang Yahudi atas tanah tersebut.

4. Aliyah dan Perlawanan Arab:

Gerakan Aliyah, di mana ribuan orang Yahudi beremigrasi ke Palestina dari berbagai negara, mengalami peningkatan pesat. Namun, alih-
alih sambutan, Aliyah memicu perlawanan dari komunitas Arab di Palestina. Konflik antara orang Yahudi dan Arab semakin meningkat dan
berlanjut selama beberapa dekade.

5. Pembagian Palestina oleh PBB (1947):

Pada tanggal 29 November 1947, Majelis Umum PBB mengadopsi Resolusi 181 yang menyarankan pembagian Palestina menjadi dua
negara, satu untuk orang Yahudi dan satu untuk orang Arab, dengan Jerusalem menjadi wilayah internasional. Orang Yahudi menerima
rencana tersebut, tetapi negara-negara Arab menolaknya.

6. Proklamasi Kemerdekaan Israel (14 Mei 1948):

Setelah Mandat Britania berakhir pada 14 Mei 1948, David Ben-Gurion, ketua Eksekutif Agensi Yahudi untuk Palestina, menyatakan
pembentukan negara Israel. Negara Israel secara resmi berdiri sebagai negara Yahudi modern dan merdeka. Pada hari berikutnya, negara-
negara Arab menyerang Israel dalam Perang Arab-Israel pertama.

7. Perang Arab-Israel dan Pengakuan Internasional:

Perang Arab-Israel pertama berlangsung dari 1948 hingga 1949, di mana Israel berhasil bertahan dan memperluas wilayahnya. Meskipun
beberapa negara Arab menolak untuk mengakui eksistensi Israel, beberapa negara lain mengakui negara baru tersebut, dan Israel mulai
menjalin hubungan diplomatik dengan beberapa negara.

Kronologi ini mencerminkan perjuangan dan kompleksitas proses terbentuknya negara Israel, yang menghadapi tantangan dari dalam dan
luar, serta berbagai konflik yang berkepanjangan di wilayah tersebut. Negara Israel terbentuk pada tanggal 14 Mei 1948 1. Sebelumnya, pada
2 November 1917, Pemerintah Inggris menetapkan Deklarasi Balfour yang menjanjikan orang Yahudi mendapat tanah di Palestina 2. Pada
November 1947, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan Resolusi 181 atau Rencana Pembagian Palestina,
membagi tanah menjadi “Negara Arab dan Yahudi Merdeka” 3. Resolusi 181 itu langsung mendapat penolakan orang Arab 3. Pada 14 Mei
1948, para pemimpin Zionis mendeklarasikan berdirinya negara Israel 3.

c. Jelaskan tiga (3) alasan Inggris dan Amerika Serikat mendukung deklarasi kemerdekaan Israel! d. Palestina memiliki dua partai besar dan
berpengaruh dalam aktivitas kenegaraan di dalam negeri yaitu HAMAS dan FATAH. Jabarkan secara tinjauan sejarah terkait peran dan
persaingan kedua partai dalam percaturan politik di Palestina serta prinsip masing-masing partai dalam menghadapi konflik dengan Israel!

Tiga alasan utama mengapa Inggris dan Amerika Serikat mendukung deklarasi kemerdekaan Israel adalah sebagai berikut:

1. Dampak Holocaust dan Sentimen Pro-Yahudi:

Setelah Perang Dunia II dan kekejaman Holocaust yang dilakukan oleh Nazi Jerman terhadap orang Yahudi, ada meningkatnya sentimen
pro-Yahudi di dunia Barat, termasuk Inggris dan Amerika Serikat. Terungkapnya kengerian Holocaust menyebabkan simpati dan dukungan
internasional untuk pendirian sebuah negara Yahudi di tanah Israel yang dianggap sebagai rumah nasional bagi orang Yahudi.

2. Pengaruh Gerakan Zionis:

Gerakan Zionis telah memiliki pengaruh yang signifikan di Barat, terutama di Inggris dan Amerika Serikat. Theodor Herzl dan gerakan
Zionis telah berhasil mempengaruhi pemimpin dan politisi Barat tentang pentingnya mendirikan negara Yahudi di tanah Israel. Dukungan ini
membantu memperkuat dan mendorong deklarasi kemerdekaan Israel pada tahun 1948.

3. Konteks Perang Dingin dan Strategi Politik:

Selama periode Perang Dingin, Inggris dan Amerika Serikat melihat Israel sebagai sekutu yang potensial dan penting di Timur Tengah.
Dukungan terhadap Israel dianggap sebagai langkah strategis dalam menghadapi pengaruh Uni Soviet dan memperkuat posisi Barat di
wilayah tersebut. Maka dari itu, keduanya memberikan dukungan politik dan militer bagi Israel dalam upaya untuk memperkuat dan
mengamankan negara baru tersebut.

Hamas dan Fatah adalah dua partai besar dan berpengaruh di Palestina dengan peran dan persaingan yang penting dalam percaturan politik
di wilayah tersebut.

1. Fatah:

Fatah didirikan pada tahun 1959 oleh Yasser Arafat, yang kemudian menjadi pemimpin dan simbolik ikonik bagi gerakan Palestina. Fatah
memulai gerakan perlawanan melawan pendudukan Israel dengan menggunakan taktik-taktik gerilya dan diplomasi internasional. Partai ini
menganut prinsip-prinsip nasionalis sekuler dan semula berfokus pada pembebasan Palestina dari pendudukan Israel melalui negosiasi dan
perundingan.

2. Hamas:

Hamas didirikan pada tahun 1987 sebagai sayap dari Ikhwanul Muslimin (Persaudaraan Muslim) di Palestina. Partai ini muncul sebagai
reaksi terhadap situasi politik dan kegagalan negosiasi perdamaian dengan Israel. Hamas memiliki agenda politik yang lebih berorientasi
keagamaan, dan tujuan utamanya adalah mendirikan negara Islam di seluruh wilayah Palestina, termasuk Israel. Hamas menggunakan
metode militer dan aksi-aksi kekerasan untuk mencapai tujuan tersebut.

Persaingan dan Konflik:

Persaingan politik antara Hamas dan Fatah telah menyebabkan perpecahan politik di antara rakyat Palestina. Pada tahun 2006, Hamas
memenangkan mayoritas kursi dalam pemilihan legislatif Palestina, yang memicu ketegangan antara kedua partai. Ini mengakibatkan
konflik bersenjata dan perpecahan wilayah antara Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang dikuasai Fatah.

Dalam menghadapi konflik dengan Israel, prinsip masing-masing partai berbeda. Fatah, yang sekarang merupakan otoritas Palestina di Tepi
Barat, lebih cenderung mendukung pendekatan diplomatik dan negosiasi dengan Israel untuk mencapai solusi dua negara. Di sisi lain,
Hamas lebih mengutamakan kekerasan dan sering kali terlibat dalam konfrontasi dengan Israel melalui serangan militer dan roket dari Jalur
Gaza.

Peran dan persaingan antara Hamas dan Fatah tetap menjadi faktor yang mempengaruhi politik dan situasi di Palestina hingga saat ini.

Pada 2 November 1917, Pemerintah Inggris menetapkan Deklarasi Balfour yang menjanjikan orang Yahudi mendapat tanah di Palestina 1.
Namun, kekuasaan Inggris yang juga dikenal sebagai Mandat Palestina itu diwarnai kekerasan, yang berujung dibentuknya Komite
Investigasi Anglo-Amerika pada 1946 1. Komite ini kemudian menyetujui rekomendasi Amerika Serikat (AS), terkait pemindahan segera
100.000 pengungsi Yahudi di Eropa ke Palestina, dan merekomendasikan tak ada negara Arab atau Yahudi di Palestina 1. Akan tetapi,
implementasi rekomendasi ini ternyata tak mudah. Partai Buruh Inggris berang karena Presiden AS Harry S Truman mendukung imigrasi
100.000 pengungsi Yahudi, tetapi menolak temuan komite lainnya 1.

4. Jelaskan :

a. Latar belakang terbentuknya organisasi Liga Arab!

Liga Arab adalah sebuah organisasi yang didirikan dengan tujuan untuk memperkuat hubungan antara negara-negara Arab dan
mengadvokasi kepentingan bersama di kawasan Timur Tengah. Latar belakang terbentuknya Liga Arab dapat dipahami dari beberapa faktor
historis dan politis sebagai berikut:

1. Nasionalisme Arab dan Perang Dunia I:

Selama periode akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, muncul semangat nasionalisme Arab yang ingin menyatukan dunia Arab dan
mencapai kemerdekaan dari kekuasaan kolonial. Perang Dunia I menjadi titik penting dalam sejarah Timur Tengah, di mana Inggris dan
Perancis menduduki dan membagi wilayah Arab setelah runtuhnya Kekaisaran Ottoman. Pembagian ini menciptakan negara-negara baru
yang memisahkan dunia Arab menjadi wilayah yang terfragmentasi.

2. Konferensi Kairo (Maret 1945):

Konferensi Kairo merupakan pertemuan tingkat tinggi antara para pemimpin Arab di ibu kota Mesir pada Maret 1945. Pertemuan ini
menjadi salah satu momen kunci yang mendorong pembentukan Liga Arab. Pada konferensi ini, pemimpin Arab membahas cara-cara untuk
mengkoordinasikan kebijakan luar negeri mereka dan mengatasi berbagai masalah politik dan ekonomi di kawasan Timur Tengah.

3. Pembentukan Liga Arab (Maret 1945):

Sebagai hasil dari Konferensi Kairo, Liga Arab secara resmi didirikan pada tanggal 22 Maret 1945 dengan bergabungnya enam negara
anggota pendiri, yaitu Mesir, Irak, Lebanon, Suriah, Transyordania (sekarang Yordania), dan Arab Saudi. Liga ini berfungsi sebagai
organisasi antar-pemerintah yang bertujuan untuk memperkuat kerjasama di antara negara-negara Arab, membahas masalah-masalah
regional, dan menyatukan posisi mereka dalam politik internasional.

4. Perang Arab-Israel 1948:

Pembentukan Liga Arab terjadi pada masa yang penuh tantangan dan ketegangan di kawasan Timur Tengah, terutama dalam konteks konflik
dengan negara Israel yang baru didirikan. Perang Arab-Israel pada tahun 1948 menjadi ujian pertama bagi solidaritas dan efektivitas Liga
Arab. Liga Arab mendukung pasukan Arab dalam upaya mereka untuk menghentikan pendirian negara Israel, tetapi perang ini berakhir
dengan kekalahan dan pendirian negara Israel.

5. Peran Liga Arab dalam Konflik dan Diplomasi:

Sejak pembentukannya, Liga Arab telah memainkan peran penting dalam berbagai konflik di kawasan Timur Tengah, termasuk perang
dengan Israel, perang saudara di beberapa negara Arab, dan konflik lainnya. Organisasi ini juga berusaha untuk mencari solusi politik dan
diplomatik untuk berbagai masalah di wilayah tersebut, termasuk isu-isu Palestina, sengketa perbatasan, dan krisis politik.

Meskipun Liga Arab telah berkontribusi pada beberapa inisiatif politik dan ekonomi di kawasan Timur Tengah, tetapi organisasi ini juga
menghadapi tantangan dan perbedaan di antara anggotanya, yang kadang-kadang menghambat kemajuan dalam mencapai tujuannya yang
lebih luas. Meskipun demikian, Liga Arab tetap menjadi aktor penting dalam dinamika politik di wilayah tersebut.

Liga Arab didirikan atas proposal Raja Faruk dari Mesir 1. Organisasi ini berdiri dengan penandatanganan perjanjian antara Mesir, Suriah,
Irak, Yaman, dan Arab Saudi, yang dilaksanakan di Kairo, Mesir, pada 22 Maret 1945 2. Liga Arab atau Arab League atau dalam bahasa
Arab disebut Jāmiʿa ad-Duwal al-ʿArabiyya, resmi dibentuk oleh enam negara pendiri, yaitu Mesir, Iraq, Transjordan (Yordania), Lebanon,
Arab Saudi, dan Suriah 2. Yaman kemudian bergabung sebagai anggota awal pada 5 Mei 1945 2.

Piagam Liga Arab menyatakan bahwa Liga Arab bertugas mengkoordinasikan kegiatan ekonomi, termasuk hubungan niaga; komunikasi;
kegiatan kebudayaan; kewarganegaraan, paspor, dan visa; kegiatan sosial; dan kegiatan kesehatan 3. Piagam Liga Arab juga melarang para
anggota untuk menggunakan kekerasan terhadap satu sama lain 3.

b. Peran Liga Arab dalam menyelesaikan konflik atau permasalahan Dunia Islam (Berikan contoh

di salah satu wilayah Asia Barat Daya)!

Salah satu contoh peran Liga Arab dalam menyelesaikan konflik atau permasalahan di wilayah Asia Barat Daya adalah peran mereka dalam
mendukung perdamaian dan penyelesaian konflik antara Yaman dan Uni Emirat Arab (UEA).Konflik Yaman dan UEA berakar dari perang
saudara Yaman yang pecah pada tahun 2015. Perang ini melibatkan pihak pemberontak Houthi yang menguasai sebagian besar wilayah
utara Yaman dan pemerintahan resmi yang diakui internasional yang berbasis di ibu kota Aden. Perang telah menyebabkan krisis
kemanusiaan yang parah, termasuk kelaparan, kekurangan bahan bakar, dan penyebaran penyakit. Selain itu, pihak-pihak eksternal seperti
Uni Emirat Arab, yang menjadi bagian dari koalisi Arab yang dipimpin oleh Arab Saudi, juga terlibat dalam konflik ini.

Dalam upaya untuk mencari penyelesaian damai, Liga Arab berperan sebagai mediator dan fasilitator dialog antara pihak-pihak yang terlibat
dalam konflik tersebut. Liga Arab telah mengadakan pertemuan tingkat tinggi antara para pemimpin Yaman dan UEA untuk membahas
masalah-masalah krusial dan mencari kesepakatan yang dapat mengakhiri pertempuran dan membuka jalan menuju perdamaian. Pada tahun
2019, Liga Arab memainkan peran penting dalam membantu mencapai "Kesepakatan Riyadh" antara pemerintahan Yaman dan gerakan
separatis selatan yang didukung UEA. Kesepakatan ini bertujuan untuk menciptakan kembali kestabilan di wilayah selatan Yaman yang
menjadi pusat ketegangan antara pemerintah Yaman dan para separatis selatan. Liga Arab mendukung upaya perdamaian ini dengan
mengadakan pertemuan dan berfungsi sebagai platform untuk mencapai kesepakatan tersebut. Peran Liga Arab dalam mengupayakan
perdamaian dan penyelesaian konflik di wilayah Asia Barat Daya ini menunjukkan pentingnya kerjasama regional dalam menghadapi
masalah yang kompleks. Meskipun belum semua konflik di Yaman terselesaikan, upaya perdamaian yang melibatkan Liga Arab telah
memberikan harapan bagi perubahan menuju kestabilan dan perdamaian di wilayah tersebut.

Sebagai organisasi regional yang berada di kawasan Timur Tengah, Organisasi Liga Arab menjadi salah satu aktor hubungan internasional
yang memiliki peranan untuk menjaga perdamaian dan untuk mengupayakan pelaksanaan resolusi konflik terhadap konflik-konflik regional
yang melibatkan negara-negara anggota Liga Arab 1. Sebagai contoh, dalam menyelesaikan konflik di Yaman, anggota-anggota Liga Arab
menyelenggarakan beberapa kali pertemuan untuk membahas terkait konflik yang terjadi di Yaman dan konflik-konflik yang terjadi di
Negara anggota Liga Arab lainnya 2.

c. Berikan analisa Anda, apakah organisasi Liga Arab masih eksis dan berperan secara signifikan hingga saat ini atas segala permasalahan
(konflik) Dunia Islam. Berikan contoh!
Analisis tentang eksistensi dan peran Liga Arab hingga saat ini terhadap segala permasalahan atau konflik Dunia Islam adalah kompleks dan
bervariasi. Liga Arab masih ada dan berfungsi sebagai forum politik dan diplomatik untuk negara-negara anggotanya, tetapi perannya dalam
menyelesaikan permasalahan dan konflik di wilayah Dunia Islam telah menghadapi sejumlah tantangan dan kritik. Beberapa contoh dapat
memberikan gambaran lebih jelas tentang situasi ini:

1. Keterbatasan dalam Menyelesaikan Konflik: Liga Arab telah berperan sebagai mediator dalam berbagai konflik di wilayah Dunia Islam,
tetapi upaya tersebut seringkali mengalami keterbatasan dan kesulitan. Contohnya adalah konflik di Suriah yang telah berlangsung selama
bertahun-tahun dan mengakibatkan krisis kemanusiaan yang parah. Liga Arab telah melakukan berbagai inisiatif diplomatik, tetapi
perbedaan pendapat antara anggota dan peran negara-negara eksternal mempengaruhi kemampuan liga ini untuk mencapai perdamaian yang
berarti.

2. Perbedaan Prioritas dan Persaingan Internal: Anggota Liga Arab memiliki perbedaan dalam pandangan politik, ideologi, dan kepentingan
nasional, yang kadang-kadang menyulitkan upaya untuk mencapai konsensus dalam menghadapi konflik atau permasalahan tertentu.
Persaingan internal antara negara-negara anggota juga dapat mengganggu upaya kolaborasi dan kerjasama untuk mencari solusi yang
efektif.

3. Konflik di Yaman: Perang saudara di Yaman tetap menjadi salah satu konflik yang mendominasi perhatian Liga Arab. Liga ini telah
berusaha untuk memfasilitasi dialog dan mencari penyelesaian damai, tetapi konflik ini masih berlanjut tanpa solusi yang jelas. Perbedaan
dan pertikaian antara pihak-pihak yang terlibat serta intervensi negara-negara eksternal telah menjadi kendala dalam mencapai perdamaian
yang langgeng.

4. Kebijakan Terhadap Israel-Palestina: Isu Israel-Palestina tetap menjadi perhatian utama bagi Liga Arab. Liga ini telah memberikan
dukungan politik dan diplomasi untuk Palestina, namun permasalahan ini masih jauh dari solusi yang komprehensif dan berkelanjutan.
Perpecahan politik di antara faksi-faksi Palestina dan ketegangan dalam hubungan dengan Israel dan negara-negara Barat mempengaruhi
efektivitas peran Liga Arab dalam menyelesaikan konflik ini.

Secara keseluruhan, Liga Arab masih eksis sebagai organisasi regional dan forum politik di Dunia Islam. Namun, peran dan dampaknya
dalam menyelesaikan permasalahan dan konflik di wilayah tersebut telah menghadapi tantangan yang kompleks. Liga Arab perlu terus
beradaptasi dan meningkatkan efektivitasnya untuk dapat berperan secara lebih signifikan dalam mengatasi konflik dan mencari solusi bagi
permasalahan yang kompleks di wilayah Dunia Islam.

Liga Arab masih eksis dan berperan dalam menyelesaikan konflik-konflik di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Namun, peran Liga
Arab dalam menyelesaikan konflik-konflik tersebut sering kali dibatasi oleh perbedaan kepentingan antar negara anggotanya. Sebagai
contoh, dalam menyelesaikan konflik di Suriah, Liga Arab mengambil langkah-langkah seperti mengeluarkan Suriah dari keanggotaan Liga
Arab dan memberikan sanksi ekonomi terhadap Suriah. Namun, upaya-upaya tersebut belum berhasil menyelesaikan konflik di
Suriah.Secara keseluruhan, Liga Arab tetap berperan dalam menyelesaikan konflik-konflik di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara,
meskipun perannya terkadang dibatasi oleh perbedaan kepentingan antar negara anggotanya.

Anda mungkin juga menyukai