Anda di halaman 1dari 26

PERANG

DINGIN
CIKAL KHAYATI
NABILLAH
XI IPS PERCEPATAN
Liberalisme atau Liberal Kapitalis adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi
politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai
politik yang utama. Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas,
dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu.
 Kelebihan : Menumbuhkan inisiatif dan kreasi masyarkat dalam mengatur kegiatan
ekonomi.Setiap individu bebas untuk memiliki sumber-sumber daya produksi.Timbul
persaingan untuk maju karena kegiatan ekonomi sepenuhnya diserahkan kepada
masyarakat.
 KekuranganTerjadinya monopoli terhadap masyarakat golongan kecil atau juga
miskinKebebasan pers tersebut seringkali dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk
dapat mencapai keuntungan Timbulnya persaingan bebas sehingga pemerataan
pendapan di masyarakat itu akan sangat sulit dicapai.
Sosialis Komunisme adalah ideologi yang berkenaan
dengan filosofi, politik, sosial, dan ekonomi yang tujuan
utamanya terciptanya masyarakat komunis dengan aturan
sosial ekonomi berdasarkan kepemilikan bersama alat
produksi dan tidak adanya kelas sosial, uang, dan negara.

~KelebihanTingkat Efisiensi yang TinggiKesejahteraan


Masyarakat yang Lebih BesarTidak Terjadi Praktek
Monopoli dan Tingkat Fluktuasi Bisnis yang Rendah

~KekuranganKurangnya Kebebasan EkonomiKonsumen


MenderitaTidak Adanya Kebebasan Politik dan Tidak
Terjadi Kompetisi Ekonomi
Ultimatum
Berlin dan
integrasi
Eropa
Selama bulan November 1958, Khrushchev gagal untuk mengubah seluruh Berlin menjadi
"kota yang independen, terdemiliterisasi dan bebas", hal ini membuat Amerika Serikat,
Britania, dan Prancis diberi ultimatum enam bulan untuk menarik pasukan mereka dari sektor
yang masih diduduki di Berlin Barat, atau Khrushchev akan mengalihkan kendali hak akses
Barat ke Jerman Timur. Khrushchev sebelumnya menjelaskan kepada Mao Zedong bahwa
"Berlin adalah testikelnya Barat. Setiap kali saya ingin membuat Barat menjerit, maka saya
akan meremas Berlin. NATO secara resmi menolak ultimatum ini pada pertengahan Desember
dan Khrushchev menarik kembali ultimatumnya dalam konferensi Jenewa.

Lebih luas lagi, salah satu ciri dari tahun 1950-an adalah awal dari integrasi-Eropa, yang
merupakan produk dari Perang Dingin yang memperomosikan politik, ekonomi, dan militer
Truman dan Eisenhower, namun kemudian hal ini dipandang sebagai kebijakan yang ambigu,
takut bahwa Eropa yang independen akan melakukan détente terpisah dari Uni Soviet, yang
bisa digunakan untuk memperburuk perpecahan Barat.
Persaingan di
Dunia Ketiga
Amerika Serikat dan Uni Soviet semakin meningkatkan persaingan mereka untuk menyebarkan
pengaruh dengan cara mencari proksi di Dunia Ketiga, dan ini bertepatan dengan momentum
dekolonisasi pada tahun 1950-an dan awal 1960-an. Selain itu, Soviet terus dirugikan oleh kekuatan-
kekuatan imperialis. Kedua belah pihak mulai melakukan pengiriman dan penjualan senjata kepada
negara-negara Dunia Ketiga untuk mendapatkan pengaruh. Amerika Serikat memanfaatkan Central
Intelligence Agency (CIA) untuk menyusup ke dalam pergolakan politik di Dunia Ketiga dan juga
untuk mendukung sekutu mereka. Pada tahun 1953, CIA melaksanakan Operasi Ajax, sebuah
operasi rahasia yang bertujuan untuk menggulingkan perdana menteri Iran, Mohammed Mossadegh.
Mosadegh yang menganut prinsip Non-Blok telah menjadi nemesis Timur Tengah bagi Britania sejak
ia menasionalisasi perusahaan minyak Anglo-Iranian Oil Company milik Britania pada tahun 1951.
Winston Churchill mengatakan kepada AS bahwa Mossadegh "semakin beralih ke komunisme". Shah
yang pro-Barat, Mohammad Reza Pahlavi, kemudian naik jabatan sebagai monarki otokratik.
Kebijakan Shah yang baru ini di antaranya melarang aktivitas partai komunis Tudeh dan penekanan
perbedaan pendapat politik oleh SAVAK, badan keamanan dan intelijen dalam negeri Shah.
Presiden Indonesia, Soekarno, yang menganut prinsip-prinsip Non-Blok, dihadapkan pada ancaman
besar pada awal tahun 1956, ketika beberapa komandan daerah mulai menuntut otonomi dari
Jakarta. Setelah proses mediasi gagal, Soekarno mengambil tindakan tegas untuk menyingkirkan
mereka yang membangkang. Pada bulan Februari 1958, komandan militer di Sumatra Tengah
(Kolonel Ahmad Husein) dan Sulawesi Utara (Kolonel Ventje Sumual) mendeklarasikan pembentukan
Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia-Permesta, yang bertujuan untuk menggulingkan rezim
Soekarno. Mereka bergabung dengan politisi sipil lainnya dari Partai Masyumi seperti Sjafruddin
Prawiranegara, yang menentang pertumbuhan pengaruh dari Partai Komunis Indonesia. Karena
retorika anti-komunis mereka, pemberontakan mereka mendapat bantuan senjata, dana, dan
bantuan lainnya dari CIA. Hal ini terbukti saat pesawat Amerika yang dipiloti oleh Allen Lawrence
Pope tertembak jatuh di Ambon pada bulan Mei 1958. Pemerintah pusat menanggapinya dengan
meluncurkan invasi militer lewat laut dan udara melalui Padang dan Manado. Pada akhir 1958, para
pemberontak berhasil dikalahkan, dan pemberontak yang tersisa menyerahkan diri pada bulan
Agustus 1961.
Banyak negara-negara berkembang di Asia, Afrika, dan
Amerika Latin yang menolak tekanan untuk memihak salah
satu blok. Pada tahun 1955, dalam Konferensi Bandung di
Indonesia, puluhan negara Dunia Ketiga memutuskan
untuk keluar dari Perang Dingin. Konsesus yang ditetapkan
di Bandung mencapai puncaknya dengan didirikannya
Gerakan Non-Blok yang bermarkas di Belgrade pada tahun
1961. Sementara itu, Khrushchev memperluas kebijakan
Moskow dengan menjalin hubungan dengan India dan
negara-negara netral lainnya. Gerakan kemerdekaan di
Dunia Ketiga mengubah tatanan dunia pasca-perang
menjadi lebih pluralistik dengan diterapkannya dekolonisasi
bagi negara-negara Afrika dan Timur Tengah dan semangat
nasionalisme juga meningkat di Asia dan Amerika Latin.
Perpecahan Sino-Soviet dan
Perlombaan Angkasa
Periode setelah 1956 ditandai dengan kemunduran serius bagi Uni Soviet, terutama pecahnya aliansi Cina-
Soviet, yang dimulai dengan perpecahan Sino-Soviet. Mao membela Stalin ketika Khrushchev mengkritiknya
setelah kematiannya pada tahun 1956, dan menganggap pemimpin Soviet yang baru sebagai "pemula yang
dangkal", Mao juga menuduhnya telah kehilangan sisi revolusioner. Sementara itu, Khrushchev, yang merasa
terganggu atas sikap Mao yang anti-perang nuklir, menyebut pemimpin Cina sebagai "orang yang gila
takhta". Setelah hal itu terjadi, Khrushchev melakukan berbagai upaya untuk membangun kembali aliansi
dengan Cina, namun Mao menolak setiap usulannya. Permusuhan Cina-Soviet ini akhirnya tumpah dalam
perang propaganda intra-komunis. Selanjutnya, Soviet mulai berfokus pada persaingan sengit dengan Cina
untuk memperebutkan posisi sebagai pemimpin gerakan komunis dunia. Dilatardepani oleh senjata nuklir,
Amerika Serikat dan Uni Soviet mulai bersaing untuk membangun persenjataan nuklir dan mengembangkan
senjata jangka-panjang yang bisa mereka pergunakan untuk menyerang satu sama lain. Bulan Agustus
1957, Soviet berhasil meluncurkan peluru kendali balistik antar benua pertama (ICBM), dan pada bulan
Oktobernya, Soviet meluncurkan satelit Bumi pertama, Sputnik. Peluncuran Sputnik ini menandai dimulainya
Perlombaan Angkasa antara Soviet dan Amerika Serikat. Persaingan ini memuncak dengan pendaratan
Apollo di Bulan, yang dideskripsikan oleh astronaut Frank Borman sebagai "pertempuran dalam Perang
Dingin".
Revolusi Kuba
dan Invasi Teluk
Babi
Di Kuba, Gerakan 26 Juli berhasil merebut kekuasaan pada bulan Januari 1959, menjatuhkan
Presiden Fulgencio Batista, yang rezimnya tidak populer dan tidak direstui oleh pemerintahan
Eisenhower. Hubungan diplomatik antara Kuba dan Amerika Serikat terus berlanjut selama beberapa
waktu setelah kejatuhan Batista, namun Presiden Eisenhower sengaja meninggalkan ibu kota untuk
menghindari pertemuan dengan pemimpin pemuda revolusioner Kuba Fidel Castro pada bulan April,
dan memerintahkan Wakil Presiden Richard Nixon untuk mengadakan pertemuan dengan Castro di
kediamannya. Eisenhower tidak yakin, apakah Castro seorang komunis atau bukan. Eisenhower juga
menentang upaya Kuba untuk mengurangi ketergantungan ekonomi mereka pada Amerika Serikat.
Kuba mulai melakukan negosiasi pembelian senjata dengan Eropa Timur pada bulan Maret 1960.
Bulan Januari 1961, sesaat sebelum turun dari jabatannya, Eisenhower secara resmi memutuskan
hubungan dengan pemerintah Kuba. Pada bulan April 1961, Presiden Amerika yang baru terpilih,
John F. Kennedy, dengan bantuan dari CIA, gagal menginvasi pulau-pulau di Playa Girón dan Playa
Larga di Provinsi Las Villas — kegagalan yang mempermalukan Amerika Serikat di mata dunia.
Castro menanggapinya dengan mengadopsi paham Marxisme-Leninisme, dan Soviet berjanji untuk
memberikan dukungan lebih lanjut kepada Kuba.
#2
Krisis Berlin
1961
Krisis Berlin 1961 adalah insiden besar terakhir yang terjadi dalam masa Perang Dingin terkait dengan
status Berlin dan kondisi Jerman pasca-Perang Dunia II. Pada awal 1950-an, pendekatan Soviet
mengenai kebijakan pembatasan emigrasi ditiru oleh sebagian besar negara Blok Timur lainnya.
Namun, ratusan ribu warga Jerman Timur beremigrasi ke Jerman Barat setiap tahunnya melalui "celah"
yang terdapat dalam sistem antara Berlin Timur dan Berlin Barat dan dengan bantuan dari pasukan
Sekutu di Jerman Barat.

Emigrasi menyebabkan berpindahnya sumber daya manusia yang berpotensi seperti kalangan
profesional terdidik dari Jerman Timur ke Jerman Barat, hampir 20% penduduk Jerman Timur telah
bermigrasi ke Jerman Barat pada tahun 1961. Pada bulan Juni, Uni Soviet mengeluarkan ultimatum
baru yang menuntut penarikan pasukan Sekutu dari Berlin Barat. Permintaan tersebut ditolak, dan pada
tanggal 13 Agustus, Jerman Timur mendirikan penghalang kawat berduri yang kemudian konstruksinya
diperluas hingga kelak membentuk Tembok Berlin, yang secara efektif menutup "celah" antara kedua
wilayah tersebut
Krisis Rudal Kuba dan
penggulingan
Khrushchev
Krisis Rudal Kuba (Oktober-November 1962) membawa dunia lebih dekat ke arah perang
nuklir daripada sebelumnya. Lebih lanjut, peristiwa tersebut juga menunjukkan konsep
saling meyakinkan akan bahaya kehancuran, bahwa negara adidaya tidak siap untuk
menggunakan senjata nuklir mereka, takut akan adanya kehancuran global total karena
saling balas dendam. Dampak dari krisis ini menyebabkan dilakukannya upaya pertama
dalam membatasi perlombaan senjata nuklir dengan pelucutan senjata dan perbaikan
hubungan, meskipun upaya-upaya untuk mencegah meletusnya perang nuklir telah
ditetapkan sejak tahun 1961 melalui Perjanjian Antartika.

Tahun 1964, rekan Kremlin Khrushchev berhasil menggulingkannya, namun tetap


mengizinkannya untuk pensiun dengan damai. Khrushchev dituduh memerintah dengan
kasar dan inkompetensi, dia juga dianggap telah menghancurkan sektor pertanian Soviet
dan membawa dunia ke ambang perang nuklir. Khrushchev juga dikatakan telah
mempermalukan dunia komunis ketika ia meresmikan pembangunan Tembok Berlin, yang
dianggap sebagai sebuah penghinaan publik untuk Marxisme-Leninisme. Posisi jabatan
Nikita Khrushchev digantikan oleh Leonid Brezhnev sebagai pemimpin Partai Komunis
dan sementara Alexei Kosygin menduduki kursi Perdana Menteri.
Konfrontasi di
tengah détente
(1962–1979)
Pada periode 1960-an dan 1970-an, peserta Perang Dingin berjuang untuk menyesuaikan diri
dengan pola baru hubungan internasional yang lebih rumit, dunia tidak lagi dibagi menjadi dua
blok besar yang bertentangan. Dari awal periode pasca-perang, Eropa Barat dan Jepang dengan
cepat pulih dari kehancuran Perang Dunia II dan mulai mengalami pertumbuhan ekonomi yang
kuat sepanjang tahun 1950-an dan 1960-an, dengan PDB per kapita yang hampir mendekati
Amerika Serikat, sedangkan perekonomian Blok Timur mengalami stagnasi.

Sebagai akibat dari krisis minyak 1973, dikombinasikan dengan semakin kuatnya pengaruh Dunia
Ketiga dengan mendirikan organisasi-organisasi seperti Organisasi Negara-Negara Pengekspor
Minyak (OPEC) dan Gerakan Non-Blok, negara-negara Dunia Ketiga memiliki lebih banyak
ruang untuk memproklamirkan kemerdekaan mereka dan semakin menunjukkan bahwa mereka
tahan banting terhadap tekanan dari negara adidaya. Sementara itu, Soviet dipaksa untuk
mengalihkan perhatiannya pada isu-isu internal seperti permasalahan ekonomi di dalam negeri.
Selama periode ini, pemimpin Soviet seperti Leonid Brezhnev dan Alexei Kosygin mulai
menerapkan pendekatan détente.
Pengunduran
diri Prancis dari
NATO
Keberlangsungan NATO sudah menghadapi tantangan pada awal sejarahnya,
krisis terjadi selama kepemimpinan Charles de Gaulle dari Prancis pada tahun
1958 dan seterusnya. De Gaulle protes mengenai kuatnya peran Amerika
Serikat dalam organisasi dan cemburu atas "hubungan istimewa" antara
Amerika Serikat dan Britania Raya. Dalam sebuah memo yang dikirimkan
pada Presiden Dwight D. Eisenhower dan Perdana Menteri Harold Macmillan
pada tanggal 17 September 1958, ia berpendapat untuk membentuk tiga
serangkai direktorat yang akan memposisikan Prancis pada kedudukan yang
sama dengan Amerika Serikat dan Britania Raya, dan juga perluasan cakupan
NATO ke wilayah geografis yang memiliki kepentingan dengan Prancis,
seperti Aljazair Prancis, yang pemberontakannya di dukung oleh Prancis.

Karena respons yang diberikan tidak memuaskan, de Gaulle mulai


mengembangkan penangkal nuklir Prancis secara independen dan pada
tahun 1966, Prancis mengundurkan diri dari NATO, diikuti dengan pengusiran
semua pasukan NATO dari daratan Prancis.
#2

Invasi
Cekoslowakia
Pada tahun 1968, periode liberalisasi politik di Cekoslowakia, yang
dijuluki dengan Musim Semi Praha, berlangsung dengan berbagai aksi, di
antaranya "Program Aksi" liberalisasi, yang menuntut perluasan kebebasan
pers, kebebasan berbicara dan kebebasan bergerak, juga penekanan
ekonomi pada barang-barang konsumsi, kemungkinan sistem multi partai,
membatasi kekuasaan polisi rahasia, dan kemungkinan Cekoslowakia
untuk menarik diri dari Pakta Warsawa. Sebagai jawaban atas aksi Musim
Semi Praha, tentara Soviet bersama dengan sebagian besar sekutu Pakta
Warsawa mereka, menyerbu Cekoslowakia. Invasi ini diikuti oleh
gelombang You can replace
emigrasi, sekitarthe image
70.000 on the
warga Cekoscreen with melarikan
dan Slowakia
diri, dan your own work.
total akhirnya Just delete
mencapai 300.000this one,
jiwa. addini
Invasi yours
memicu protes
keras dari Yugoslavia, Rumania, Cina, dan juga dari partai-partai komunis
and send it to the back
di Eropa Barat.
Doktrin Brezhnev
Pada bulan September 1968, dalam pidatonya di Kongres Kelima Partai
Persatuan Pekerja Polandia, sebulan setelah menginvasi Cekoslowakia,
Brezhnev menyampaikan Doktrin Brezhnev; yang mengklaim bahwa "hak
kami untuk melanggar kedaulatan negara manapun jika ada yang berupaya
untuk menggantikan Marxisme-Leninisme dengan kapitalisme". Dalam
pidatonya, Brezhnev menyatakan: “Ketika kekuatan yang bermusuhan
dengan sosialisme mencoba mengubah perkembangan negara sosialis
tertentu menjadi kapitalisme, hal tersebut tidak hanya menjadi masalah bagi
negara yang bersangkutan, tetapi juga merupakan masalah bersama semua
negara sosialis.” Doktrin tersebut dilatarbelakangi oleh kegagalan Marxisme-
Leninisme dalam meningkatkan kesejahteraan di negara-negara seperti
Polandia, Hongaria dan Jerman Timur, yang mengalami penurunan standar
hidup yang kontras dengan kemakmuran Jerman Barat dan negara Eropa
Barat lainnya.
THANKS

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik
and illustrations by Stories

Anda mungkin juga menyukai