Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat,
rahmat dan pertolongan-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami susun
guna memenuhi tugas dari Dosen pada mata kuliah Riset Inovasi di Universitas Mitra Indonesia
Kami menyadari makalah yang di susun ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir kata
kami ucapkan terima kasih.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL iv
LAMPIRAN 23
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 4
1.3 Rumusan Masalah 4
1.4 Tujuan Penelitian 4
1.5 Manfaat Penlitian 5
1.6 Ruang Lingkup Penelitian 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka 7
B. Penelitian Terkait 13
C. Kerangka Teori 15
D. Kerangka Konsep 16
E. Hipotesis 16
iii
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 1.1 Data 10 Penyakit Terbanyak Bulan Maret di Puskesmas Tri Mulya Karya 6
Kabupaten Mesuji Tahun 2023 6
Tabel 1.2 Data Kunjungan Sehat 6
Tabel 1.3 Data Kunjungan Sakit 6
Tabel 1.4 Data Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Tri Karya Mulya Bulan 6
Maret Tahun 2023
Tabel 2.1 Penelitian Terkait 13
Tabel 3.1 Definisi Operasional 18
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Organisasi pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit dan Puskesmas sangat diharapkan
untuk memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat yang membutuhkan.
Pasien, sebagai pengguna layanan, berhak menilai kualitas pelayanan kesehatan yang
diterima. Semakin baik penilaian dari pasien, maka semakin baik pula mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit tersebut. Kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit dapat diukur
berdasarkan penilaian dari pasien yang telah atau sedang dirawat di sana. Penilaian tersebut
mencakup kepuasan pasien terhadap kenyamanan, kecepatan pelayanan, keramahan, dan
perhatian. Namun, tingkat kepuasan pasien bersifat relatif dan dapat bervariasi antar
individu. (Wijono 2003: 44).
Faktor utama dalam menentukan apakah kebijakan pemerintah berhasil atau tidak
adalah kepuasan publik dalam menerima pelayanan yang optimal. Namun, pada saat
menerapkan kebijakan, sering terjadi kesenjangan antara tujuan program dengan
kemampuan untuk mengoperasikannya, karena kapasitas yang seharusnya menjadi
prasyarat untuk perencanaan dan implementasi program pelayanan kesehatan masih lemah.
Masalah ini muncul karena pola pikir dalam pelayanan kesehatan masih belum berubah, dan
kemampuan untuk menemukan potensi lokal masih kurang. Sebagai sebuah badan hukum
publik yang telah beroperasi selama lebih dari dua tahun dalam mengelola program jaminan
kesehatan masyarakat Indonesia, klinik-klinik kesehatan berusaha terus meningkatkan
kualitas pelayanan kepada peserta program tersebut. (Oktaningtyas, 2020).
Meskipun masih banyak keluhan dari masyarakat terkait pelayanan publik di bidang
kesehatan yang diberikan oleh beberapa instansi kesehatan di Indonesia, namun secara
umum kualitas pelayanan tersebut telah berjalan dengan baik. Masyarakat pengguna
layanan kesehatan banyak yang merasa kurang puas terhadap kualitas pelayanan yang
mereka terima terutama di klinik-klinik kesehatan, dan ada beberapa asumsi yang
mendasarinya (Anggia dkk., 2020; Meila dkk., 2021)
Pelayanan ini dikeluhkan oleh masyarakat pengguna layanan kesehatan banyak asumsi
yang menyebutkan bahwa mereka merasa kurang puas terhadap kualitas pelayanan yang
mereka terima terutama di klinik-klinik kesehatan (Meila dkk. 2021).
1
Pemerintah kurang memperhatikan upaya penerapan kebijakan di bidang kesehatan
terutama dalam pelayanan pasien, yang seharusnya mengutamakan kepuasan pengguna
layanan tersebut. Fenomena kurang puasnya pasien terhadap pelayanan klinik sering
ditemukan, seperti hasil penelitian Syahfitriani dkk. (2020) pada beberapa klinik di Kota
Brebes yang menemukan bahwa pada bulan September sampai November terdapat 10%
keluhan mengenai proses pelayanan keperawatan yang terburu-buru, 5% keluhan mengenai
keterbatasan tenaga kesehatan sehingga pasien harus menunggu lama, 10% keluhan
mengenai kesulitan menemukan petugas kesehatan yang tidak selalu ada di klinik, 10%
keluhan mengenai proses pelayanan yang lama dan adanya perbedaan prioritas layanan
karena pangkat dan golongan, serta fenomena bahwa pasien kategori umum lebih terlayani
dibandingkan pasien dengan program jaminan kesehatan pemerintah seperti JKN.
Rahmawati dan Deharja (2020) juga menemukan temuan yang serupa dalam
penelitiannya, di mana pasien merasa bahwa pelayanan bagi peserta BPJS masih kurang
memuaskan. Hal ini terlihat dari kasus-kasus yang tersebar di masyarakat melalui media
massa dan media sosial, di mana terdapat perbedaan pelayanan kesehatan antara pasien
umum dan peserta BPJS, di mana pihak klinik lebih mengutamakan pasien umum. Banyak
pasien peserta BPJS yang merasa tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan, seperti
kurangnya perhatian dari dokter, kurangnya komunikasi dari tenaga kesehatan, dan dokter
sering terlambat datang sehingga pasien harus menunggu lama.
Jannah (2003: 98-103) melakukan penelitian untuk menganalisis kualitas pelayanan di
Rumah Sakit Siti Khodijah Pekalongan guna memenuhi kepuasan pasien. Dari hasil
penelitian tersebut, diketahui bahwa 48% responden merasa tidak puas terhadap perhatian
dokter, kemampuan komunikasi staf medis yang kurang baik, dan 47% responden
mengungkapkan biaya perawatan dan pengobatan di RS Siti Khodijah Pekalongan masih
terlalu tinggi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Suryawati, Dharminto, Saluhiyah (2006:
177-184) menunjukkan bahwa responden merasa tidak puas dan kurang puas terhadap
kondisi fisik ruang perawatan, sarana medis dan obat-obatan, pelayanan makan pasien,
pelayanan administrasi dan keuangan, pelayanan masuk RS, pelayanan perawat, dan
pelayanan dokter.
Pengamatan terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini menunjukkan adanya
masalah dalam penilaian masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas
bagi pasien peserta JKN. Khususnya di rumah sakit negeri, pelayanan kesehatan bagi pasien
peserta JKN masih sangat buruk. Banyak insiden yang menunjukkan ketidakadilan dalam
2
perlakuan terhadap pasien peserta JKN di rumah sakit, di mana mereka seringkali
diperlakukan secara tidak adil dan meremehkan peraturan yang berlaku.
Fenomena ini didukung oleh penelitian yang dilakukan dilakukan oleh Marsuli, Mukti,
dan Utarini (2005: 11-19) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Yunus menunjukkan
bahwa pasien ASKES dan pasien umum masih mengeluhkan rendahnya kualitas pelayanan
kesehatan di RS tersebut. Hal ini disebabkan oleh kurangnya fasilitas, peralatan, tenaga
dokter ahli, dana, proses penetapan diagnosis, pengobatan penyakit, dan proses peningkatan
mutu. Selain itu, terbatasnya jumlah dokter spesialis, kuantitas dan kualitas perawat yang
masih rendah, serta tarif pelayanan yang terlalu rendah juga menjadi faktor lain yang
mempengaruhi keluhan pasien.
Efek dari masalah ini menyebabkan penurunan kepuasan pasien karena kebutuhannya
tidak terpenuhi. Jika pasien merasa tidak puas dengan layanan yang diberikan, maka mereka
tidak akan mau datang kembali dan akan bercerita pada keluarga atau orang terdekat,
sehingga citra rumah sakit akan dinilai buruk oleh masyarakat (Meila dkk., 2021). Dampak
dari situasi ini mengakibatkan menurunnya kepuasan pasien karena kebutuhan mereka tidak
terpenuhi. Apabila pasien merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan, maka
mereka akan enggan untuk kembali dan akan menceritakan pengalaman buruk mereka pada
keluarga atau orang terdekat, yang berakibat buruk pada citra rumah sakit di mata
masyarakat (Meila dkk., 2021).
Untuk itu, dianggap penting untuk mengevaluasi kepuasan pasien terhadap kualitas
pelayanan perawat. Kekurangan evaluasi dalam pelayanan dapat menimbulkan banyak
kekecewaan bagi pasien. Dampak yang lebih besar dapat terjadi jika tidak ada evaluasi,
seperti hilangnya kepercayaan pada petugas kesehatan dan menurunnya minat pasien JKN
untuk kembali berkunjung ke klinik tersebut
Diperlukan penekanan tentang pentingnya Puskesmas sebagai lembaga yang
bertanggung jawab atas wilayah kerjanya, seperti halnya Puskesmas Tri Karya Mulya di
Kabupaten Mesuji. Visi dari Puskesmas Tri Karya Mulya adalah menjadi Puskesmas terbaik
yang memberikan pelayanan kesehatan berkualitas, profesional, berorientasi pada pasien,
serta diakui oleh lembaga terakreditasi dalam hal mutu pelayanan, sarana dan prasarana,
sumber daya manusia, dan kepuasan pelanggan. Hal ini bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan dan memberikan pertanggungjawaban yang baik. Oleh
karena itu, Puskesmas tersebut membutuhkan dukungan dalam meningkatkan kualitas
layanan kesehatan.
3
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah pokok dalam penelitian
kelompok kami adalah “ Bagaimana Hubungan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan JKN
Terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Tri Karya Mulya Tahun 2023”
4
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak terkait
diantaranya sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat menambah pustaka tentang kepuasan pasien terhadap
kualitas pelayanan Puskesmas Tri Karya Mulya Tahun 2023
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan
melakukan peneliti yang terkait
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Menambah wawasan pengetahuan tentang Tingkat Kepuasan Pasien Rawat
Jalan JKN Terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Tri Karya Mulya
b. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat memberi masukan bagi pihak Puskesmas Tri Karya
Mulya untuk dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan khususnya.
5
No. Nama Penyakit Kode Jumlah Jumlah Total Jumlah
Penyakit Laki - Laki Perempuan Pasien
1. Common Cold J00 48 49 107
2. HT H.10 16 21 37
3. Dyspepsia K30 11 21 32
4. Gastritis K29.1 5 11 16
5. Myalgia M.791 9 6 15
6. Cepalgia G44 4 8 12
7. Dermatitis L20 7 5 12
8. Tb A16 6 5 11
9. Conjungtivitis H10 3 4 7
10. Acute Uper Respirator J06.9 4 2 6
Sumber : Puskesmas Tri Karya Mulya
Tabel 1.2 Data Kunjungan Sehat
No. Kunjungan Sehat Jumlah Jumlah Total Jumlah
Laki - Laki Perempuan
Pasien
6
2.1 Tinjauan Pustaka
7
terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan masyarakat yang layak (Kemenkes-RI, 2014).
8
c. Penyelenggara Pelayanan Kesehatan dalam JKN
Penyelenggara pelayanan kesehatan dalam JKN adalah setiap fasilitas
kesehatan yang bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
berupa fasililtas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat
lanjutan. Fasilitas kesehatan tingkat pertama berupa:
1. Puskesmas atau yang setara
2. Praktik dokter
3. Klinik pratama atau yang setara
4. Rumah sakit kelas D atau yang setara
Sedangkan untuk fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan berupa :
1
iuran. Peserta JKN terdiri dari Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan Peserta
Non Penerima Bantuan Iuran (Non PBI). Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional
bersifat wajib dan dilakukansecara bertahap sehingga mencakup semua penduduk .
(Pasal 6 PP No. 12 Tahun2013). Kepesertaan dalam Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) terbagi menjadidua, yaitu:
a) Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)
Peserta PBI meliputi orang-orang yang termasuk dalam golongan fakir
miskin dan orang tidak mampu. Penetapan pesertaPBI Jaminan Kesehatan
dilakukan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 3 PPNo.12
Tahun 2013). Penerima Bantuan Iuran yang dimaksud adalah iuranJaminan
Kesehatan untuk masyarakat golongan fakir miskin dan orangtidak mampu
dibayar oleh pemerintah (Pasal 16 ayat (1) PP No. 12 Tahun2013).
b) Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (non-PBI)
Peserta bukan PBI merupakan peserta yang tidak tergolong fakir miskin
dan orang tidak mampu yang terdiri dari: (1) Pekerja penerima upah dan
anggota keluarganya; (2) Pekerja bukan penerima upah dan anggota
keluarganya; (3) Bukan pekerja dan anggota keluarganya (Pasal 4 PP No.12
Tahun 2013).
2
B. RAWAT JALAN
Menurut (Karsintapura, Administrasi, & Malang, 2015) dalam jurnal
dministrasi, "Definisi rawat jalan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
IV/2003 tentang tarif rumah sakit, bahwa pasien rawat jalan
560/MENKES/SK/IV/2003 tent adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis,
pengobatan rehabilitasi, medik dan pelayanan kesehatan lainya tanpa menginap
3
Kepuasan pelanggan sebagai keseluruhan sikap yang ditunjukkan pelanggan
atas barang atau jasa setelah mereka memperoleh dan menggunakannya. Hal ini
merupakan hasil dari penilaian evaluatif setelah pembelian atas seleksi ketika
melakukan pembelian yang dipengaruhi oleh pemilihan pembelian khusus dan
pengalaman dalam pemakain barang atau jasa tersebut ( Mowen dan Minor 2002: 89 ).
Kepuasan pelanggan merupakan respon emosional terhadap pengalaman-pengalaman
akan pemakaian suatu produk atau jasa tertentu. Respon emosional dipicu oleh evaluasi
kognitif yang membandingkan persepsi dengan hasil kerja produk atau jasa yang telah
diterima dengan nilai-nilai individual ( Wasbrook dan Reilly (dalam Tjiptono 2005: 349
). Definisi yang sama dan juga mendukung pengertian kepuasan pelanggan dari para
tokoh sebelumnya, diungkapkan oleh Day (dalam Tjiptono 2005: 349 ) berpendapat
bahwa kepuasan pelanggan merupakan penilaian evaluatif setelah melakukan
pembelian sehubungan dengan pembelian khusus.
Dalam konteks kepuasan pelanggan, harapan merupakan perkiraan atau
keyakinan konsumen tentang apa yang akan diterimanya. Sedangkan kinerja yang
dirasakan adalah persepsi konsumen terhadap apa yang ia terima . Secara konseptual,
kepuasan konsumen dapat digambarkan seperti yang ditunjukkan dalam gambar berikut
:
Produk
Harapan
pelanggan
Nilai produk terhadap produk
bagi pelanggan
4
Pada umumnya harapan pelanggan mencakup hal yang yang menjadi keinginan
mencakup perasaan dalam sebuah harapan, mengenai perkiraan atau keyakinan
pelanggan tentang apa yang akan diterima, bila ia membeli atau mengkonsumsi suatu
produk (barang atau jasa). Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah pandangan
konsumen terhadap apa yang ia terima setelah menerima atau merasakan produk
(barang atau jasa) yang sudah ia pilih. Tingkat kepuasan atau ketidakpuasan konsumen
akan sebuah harapan dari produk (barang atau jasa) yang dibeli atau diterima
dipengaruhi oleh evaluasi konsumen atas kinerja batang atau jasa ( Mowen dan Minor
2002: 90 ). Beberapa pengertian yang telah diungkapkan menegaskan bahwa suatu
bentuk keistimewaan dari suatu barang atau jasa ataupun barang atau jasa itu sendiri,
memberikan tingkat kenyamanan yang terpenting dengan pemenuhan suatu kebutuhan,
termasuk pemenuhan kebutuhan dibawah harapan, atau pemenuhan kebutuhan
melebihi harapan konsumen.
Akhirnya dari beberapa pengertian diatas maka dapat peneliti simpulkan bahwa
kepuasan pelanggan merupakan respon atau tingkat perasaan pelanggan yang diperoleh
setelah pelanggan menerima produk (barang atau jasa) dengan membandingkan antara
kinerja atau hasil yang dirsakan dengan harapan. Apabila hasil yang dirasakan dibawah
hararapan maka konsumen akan kecewa,kurang puas bahkan tidak puas, namun
sebaliknya bila sesuai dengan harapan, konsumen akan puas dan bila kinerja melebihi
harapan maka konsumen akan sangat puas. Yang dimaksud pelanggan dalam penelitian
ini adalah pasien. Kepuasan yang dirasakan oleh pasien bukanlah sesuatu yang terjadi
dengan sendirinya. Kepuasan terjadi karena harapan-harapan yang ada pada diri pasien
terpenuhi dalam menggunakan jasa rumah sakit. Kepuasan pasien merupakan dambaan
setiap rumah sakit selaku tempat penyedia jasa pelayanan kesehatan.
5
1. Pengorganisasian pelayanan,apakah dilaksanakan secara sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi
2. Ruang lingkup kegiatan apakah hanya mencakup kegiatan pemeliharaan
kesehatan,peningkatan kesehatan,pencegahan penyakit,penyembuhan penyakit,
pemulihan kesehatan atau campuran dari semuanya.
3. Sasaran pelyanan kesehatan apakah untuk perseorangan,keluarga,kelompok
ataupun untuk masyarakat secara keseluruhan.
konsumen,
• Petugas sering bertindak kaku dan tidak member jalan keluar yang
baik,
• Petugas sering tidak ada di tempat pada waktu jam kerja sehingga sulit
untuk dihubungi,
• Budaya tip,
6
• Disiplkin kerja sangat kurang dan tidak tepat waktu,
7
kebutuhan konsumen yang terwujud dalam penuh perhatian terhadap setiap
konsumen, melayani konsumen dengan ramah dan menarik, memahami aspirasi
konsumen, berkomunikasi yang baik dan benar serta bersikap dengan penuh
simpati.
5. Tangibles (tampilan fisik pelayanan)
Yaitu, penampilan fisik penyedia jasa seperti gedung, tata peralatan, interior dan
eksterior serta penampilan fisik dan personil penyedia jasa. Secara lebih rinci
tangibles bisa meliputi fasilitas fisik, peralatan pegawai, kebersihan (kesehatan),
ruangan baik teratur rapi, berpakaian rapi dan harmonis, penampilan karyawan atau
peralatannya serta alat komunikasi dan alat komunikasi.
Mengatasi perbedaan dimensi kualitas pelayanan, telah diperoleh kesepakatan dalam
membicarakan masalah mutu pelayanan kesehatan, seharusnya pedoman yang dipakai
adalah hakekat dasar dari diselenggarakannya pelayanan kesehatan tersebut.
Memahami bahwa hakekat dasar yang dimaksud adalah untuk memenuhi kebutuhan
dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan kesehatan (health needs and demands)
,yang apabila berhasil dipenuhi akan menimbulakan rasa puas(client satisfaction)
terhadap pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
1. Realibity
a. Prosedur penerimaan pasien yang cepat dan tepat
b. Pelayanan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan yang cepat dan tepat
c. Jadwal pelayanan puskesmas dijalankan dengan tepat meliputi waktu
operasional, pendaftaran, dan istirahat.
d. Prosedur pelayanan tidak berbelit-belit
2. Responsiveness
a. Kemampuan dokter dan perawat untuk cepat tanggap menyelesaikan keluhan
pasien
b. Petugas memberikan informasi yang jelas , mudah dimengerti
c. Tindakan cepat pada saat pasien membutuhkan
3. Assurance
8
a. Pengetahuan dan kemampuan para dokter menetapkan diagnosiss penyakit,
b. Keterampilan para dokter perawat dan petugas lainnya dalam bekerja,
c. Pelayanan yang sopan dan ramah,
d. Jaminan keamanan pelayanan dan kepercayaan terhadap pelayanan
4. Emphaty
a. Memberikan perhatian secara khusus kepada pasien,
b. Perhatian terhadap keluhan pasien dan keluarga,
c. Pelayanan kepada semua pasien tanpa memandang status social
5. Tangibles
a. Kebersihan, kerapian dan kenyamanan ruangan,
b. Penataan eksterior dan interior ruangan,
c. Kelengkapan, kesiapan dan kebersihan alat-alat yang dipakai,
d. Kebersihan dan kerapian penampilan petugas
Dalam penelitian ini penjabaran aspek kualitas pelayanan kesehatan dari
Suprananto diatas yang mengacu dari teori Parasuraman, Zeithamal dan Berry
9
Kualitas pelayanan merupakan penentu kepuasan pelanggan. Selanjutnya
Bloemer (1998) melakukan kajian mengenai pengaruh kualitas pelayanan terhadap
kepuasan konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model hubungan kualitas
pelayanan dan kepuasan mengindikasikan bahwa hubungan yang kuat antara dampak
kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen.
Kepuasan pasien menjadi bagian yang integral dan menyeluruh dari kegiatan
jaminan kualitas pelayanan kesehatan artinya pengukuran tingkat kepuasan pasien
harus menjadi kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari pengukuran kualitas layanan
kesehatan. Produk atau jasa pelayanan kesehatan yang bisa memuaskan adalah produk
dan jasa yang sanggup memberikan sesuatu yang dicari oleh pasien, sampai tingkat
cukup. sebaliknya ketidakpuasan akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang
diperoleh tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan sehingga pasien akan kecewa.
Kepuasan yang dirasakan oleh pasien bukanlah sesuatu yang terjadi dengan
sendirinya. Kepuasan terjadi karena kebutuhan dan harapan yang ada pada diri pasien
terpenuhi. Kepuasan pasien merupakan dambaan setiap rumah sakit selaku tempat
penyedia jasa pelayanan kesehatan. Kepuasan pasien yang tinggi akan menimbulkan
kepercayaan pada rumah sakit sehingga pasien akan merasakan kepuasan dari setiap
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit.
Tjiptono (2006: 54) juga menyebutkan bahwa kepuasan konsumen memiliki
hubungan yang erat dengan kualitas. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada
konsumen untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan atau penyedia
jasa.. Dalam jangka panjang, ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk
memahami dengan seksama harapan dan kebutuhan pelanggan. Pada akhirnya
perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dengan cara memaksimalkan
pengalaman yang menyenangkan dan meminimumkan atau meniadakan pengalaman
konsumen yang kurang menyenangkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa antara pihak
Puskesmas sebagai penyedia layanan kesehatan dengan pasien sebagai penerima jasa
pelayanan kesehatan dapat tercipta hubungan yang erat selamam proses pemberian
layanan kesehatan, apalagi bagi pasien rawat inap yang pada dasarnya mereka tinggal
dirumah sakit lebih lama sehingga pengalaman akan kualitas pelayanan kesehatan lebih
terasa yang berujung pada ada tidaknya kepuasan yang dirasakan pasien selama proses
pemberian pelayanan kesehatan.
10
H. Kerangka Berfikir
Kualitas pelayanan kesehatan mempengaruhi pasien dalam menggunakan
sebuah jasa. Untuk memenuhi kepuasan pasien, kualitas pelayanan kesehatan sangat
penting dikelola dengan baik. Dengan kualitas pelayanan kesehatan yang baik tentunya
pasien akan merasa puas.
Kepuasan pasien dapat tercipta dengan adanya kualitas jasa pelayanan
kesehatan yang baik dengan kata lain semakin tinggi tingkat kualitas pelayanan
kesehatan semakin besar kepuasan pasien yang dirasakan dan sebaliknya semakin
rendah tingkat kualitas pelayanan kesehatan maka semakin kecil kepuasan pasien.
Setelah menerima pelayanan kesehatan, pasien secara tidak langsung melakukan
evaluasi atas jasa pelayan kesehatan yang mereka terima, antara kebutuhan , harapan,
dengan kinerja yang dirasakan yaitu kualitas pelayanan kesehatan secara keseluruhan
yang pada akhirnya menimbulkan reaksi emosional pada diri pasien. Hal ini selanjutnya
menghasilkan suatu sikap berupa kepuasan setelah membandingkan kinerja yang
dirasakan dengan kebutuhan dan harapan.
Kualitas pelayanan kesehatan merupakan ukuran penilaian menyeluruh atas
suatu tingkat pelayanan kesehatan yang baik. Sedangkan kepuasan pasien akan
diketahui setelah pasien merasakan hasil dari kualitas pelayanan yang diterima apakah
sesuai dengan kebutuhan dan harapan atau tidak. Untuk mengetahui tingkat kualitas
pelayanan yang baik dapat diwujudkan dengan bukti langsung (tangibles),
keandalan (reliability), daya tanggap (resposivenes), jaminan (assurance), dan
empati (emphaty).
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa kualitas pelayanan kesehatan memiliki
hubungan dengan kepuasan pasien sebagai penerima jasa layanan kesehatan.
I. Definisi Operasional
Pengidentifikasian variabel penelitian telah dilakukan, langkah selanjutnya
adalah merumuskan definisi operasional dari variabel penelitian yaitu hubungan
kualitas pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien.
a. Kualitas pelayanan kesehatan adalah tingkat keunggulan pelayanan kesehatan yang
dapat memenuhi kebutuhan pasien yang diberikan oleh tenaga medis, paramedis,
dan penunjang medis. Kualitas pelayanan diukur dengan lima aspek yaitu :
reliability, responsiveness, assurance, empathy dan tangible.
11
1. Reliability (keandalan/kemampuan untuk mewujudkan janji) Yaitu kemampuan
staf rumah sakit untuk melaksanakan janji dengan terpercaya dan akurat kepada
pasien
2. Responsiveness (ketanggapan dalam memberikan pelayanan) Yaitu kemampuan
pegawai untuk menanggapi dan melakukan sesuatu yang diinginkan dan
dibutuhkan pasien.
3. Assurance (keyakinan atau kemampuan untuk memberikan jaminan atas
kepercayaan pasien) Yaitu pengetahuan dan keramahan staf rumah sakit yang
dapat menimbulkan kepercayaan dari pasien terhadap rumah sakit.
4. Empathy (Perhatian) Yaitu ketediaan rumah sakit untuk peduli, memberikan
perhatian pribadi dan kenyamanan kepada pasien.
5. Tangibles (tampilan fisik pelayanan) Yaitu penampilan fisik seperti bangunan
fisik, kelengkapan fasilitas, kebersihan ruangan, dan penampilan pegawai di
rumah sakit yang dapat dilihat langsung oleh pasien.
b. Kepuasan pasien merupakan respon atau tingkat perasaan (senang atau kecewa)
pasien yang diperoleh setelah pasien menerima produk jasa layanan kesehatan dengan
membandingkan antara kinerja atau hasil yang dirsakan dengan kebutuhan dan
harapan pasien. Kepuasan pasien memiliki 4 aspek yaitu : harapan, kebutuhan,
emosional dan kinerja yang dirasakan sebagai kebutuhan.
1. Harapan merupakan perkiraan atau keyakinan pasien atas pelayanan kesehatan
yang dipilih atau dterima.
2. Kebutuhan dari pasien terhadap rumah sakit sebagai penyedia layanan jasa
pelayanan kesehatan sehubungan dengan pelayanan yang diberikan.
3. Emosional merupakan kondisi perasaan dan respon pasien sehubungan dengan
kepuasan pasien atas pelayanan kesehatan yang ia terima.
4. Kinerja yang dirasakan merupakan jasa pelayanan kesehatan yang diterima pasien
dan pandangan pasien mengenai pelayanan kesehatan yang ia terima
12
2.2 Penelitian Terkait
Tabel 2.1
Penelitian Terkait
No Penelitian Judul Hasil
1. Arni Haerani Analisis Tingkat Kepuasan 1.Berdasarkan nilai signifikansi yang lebih besar dari
Pasien Peserta Jaminan 0.05 (> 0.05) pada tabel t-test for equality means
Kesehatan Nasional (Jkn) untuk variabel/dimensi kehandalan (reliability),
Dan Non Jaminan jaminan (assurance), daya tanggap
Kesehatan Nasional (Jkn) (responsiveness), dan empati (emphaty)dapat
Terhadap disimpulkan bahwa tidak ditemukan perbedaan
Kualitas Pelayanan Pada yang signifikan antara tingkat kepuasan pasie JKN
Klinik dan Non JKN.
Pratama Sanika Satyawada
2. Berdasarkan nilai signifikansi yang lebih kecil
Kabupaten Sinjai
dari 0.05 (< 0.05) pada tabel t-test for equality
means untuk dimensi/variabel bukti fisik
(tangible), dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara tingkat kepuasan
pasien JKN dan Non JKN, di mana ditemukan
bahwa pasien Non JKN memiliki tingkat kepuasan
yang lebih tinggi.
2. Zilfadhilah Kualitas Pelayanan Berdasarkan penelitian yang telah
Arranury, H. Kesehatan Pasien Peserta dilakukan menunjukkan bahwa ada
Indar, Ridwan M Jkn-Kis Di hubungan kualitas pelayanan secara
Thaha Bagian Rawat Jalan Rsud keseluruhan terhadap kepuasan pasien
Syekh Yusuf Kabupaten peserta JKN-KIS di bagian rawat jalan
Gowa RSUD Syekh Yusuf Gowa tahun 2018 dari
Perspektif Pelanggan perspektif pelanggan eksternal dengan
Internal Dan Eksternal menggunakan lima dimensi kualitas
pelayanan (kehandalan, jaminan, bukti
langsung, empati, dan daya tanggap).
Diharapkan pihak rumah sakit untuk lebih
13
memperhatikan jadwal dimulainya
pelayanan oleh dokter agar dapat
dilaksanakan sesuai dengan yang telah
dijanjikan. Selain itu, perlu adanya
peningkatan kuantitas dan kualitas fisik di
bagian rawat jalan seperti pendingin
ruangan, tempat duduk, serta peningkatan
kualitas sistem informasi dari manual
menjadi elektronik untuk memudahkan
dalam proses pelayanan agar pasien tidak
menunggu waktu yang lama untuk
mendapatkan pelayanan.
3. Nicky Anelia, Kepuasan Pasien Jaminan Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh rumah sakit kepada peserta
Robiana Modjo Kesehatan Nasional
JKN dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
Terhadap Kualitas berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan
yaitu tangible, reliability, responsiveness,
Pelayanan Kesehatandi
assurance, dan empathy. Faktor-faktor tersebut
Rumah Sakit: Literature dipengaruhi oleh kualitas pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh rumah sakit. Sebagian besar
Review
pasien sudah merasa puas dengan pelayanan
kesehatan yang diberikan, namun rumah sakit
perlu terus melakukan perbaikan dengan
meningkatkan kualitas rumah sakit, diantaranya
meningkatkan fasilitas dan infrastruktur yang
memadai, pelayanan administrasi yang cepat,
meningkatkan kemampuan petugas dalam
memberikan pelayanan yang ramah, sopan, santu
dan tanggap, meningkatkan rasa empati dalam diri
petugas kesehatan, serta memberikan kenyamanan
kepada pasien.
14
2.3 Kerangka Teori
(Kehandalan)
Reliability
• Kecermatan petugas
• SOP jelas
• Keahlian petugas dalam
penggunaan alat bantu
(Ketanggapan)
Responsiveness
(Jaminan) Assurance
Tingkat Kepuasan
• Jaminan tepat waktu Pasien
• Jaminan biaya
• Jaminan Legalitas
(Empati) Emphaty
(Bukti Langsung)
Tangibel
• Penampilan petugas
• Kenyamanan lingkungan
• Kemudahan proses
• Kedisiplinan
• Kemudahan akses
15
2.4 Kerangka Konsep
Kualitas
Pelayanan
Kesehatan PUAS
Tingkat
1. Kehandalan Kepuasan
(Reliability)
Pasien
2. Daya Tanggap
Rawat Jalan TIDAK PUAS
(Responsiveness)
3. Jaminan (Assurance)
4. Empati (Empathy)
5. Bukti Langsung
(Tangible)
Gambar 2.3
Kerangka Konsep
16
BAB III
METODE PENELITIAN
17
N Variabel Defenisi Operasional Alat Skala Data
o Ukur Pengukuran
Variabel Independen
1 Kualitas Pelayanan Pernyataan Responden Kuesioner a. Setuju Ordinal
Kesehatan mengenai kemampuan dan b. Tidak
ketanggapan tenaga Setuju
kesehatan dalam
melaksanakan dan
memenuhi pelayanan
kesehatan di Puskesmas
18
e. Bukti Penampilan fasilitas fisik, Kuesioner a. Setuju Ordinal
Langsung seperti sarana dan prasarana b. Tidak
(X5) kerja dalam melakukan Setuju
pelayanan kesehatan.
Variabel Dependen
2 Kepuasan Pasien Perasaan puas dan Kuesioner a. Setuju Ordinal
(Y) senang yang dirasakan b. Tidak
pasien setelah menerima Setuju
jasa pelayanan dari
tenaga kesehatan
dipuskesmas
19
3.6 Pengumpulan Data
3.6.1 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner dan
dokumentasi. Kuesioner merupakan alat untuk pengumpulan data berisikan
beberapa pernyataan yang telah disusun dengan baik yang langsung diajukan
kepada responden sehingga responden bisa langsung menjawab dilembar kuesioner
tersebut.
3.6.2 Uji Validitas dan Reabilitas
3.6.2.1 Uji Validitas
Uji validitas adalah uji untuk mengukur sejauh mana ketepatan alat ukur
penelitian itu benar-benar mengukur apa yang akan diukur, dengan perhitungan jika
tiap-tiap item kuesioner dibandingkan dengan nilai tabel r. jika r tabel lebih besar
dari t tabel dengan taraf signifikan 5% maka kuesioner tersebut di nyatakan valid
(Azwar, 2016).
Kriteria dalam menentukan validitas suatu kuisioner adalah
sebagai berikut :
Uji Reliabilitas uji yang dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil
pengukuran relatif konsisten apabila dilakukan pengukuran kedua kali atau lebih
terhadap aspek yang sama dengan alat ukur yang sama (Azwar, 2016).
Koefisien Alpha Cronback (C) merupakan statistik yang sering dipakai untuk
menguji reliabilitas suatu instrumen penelitian. Suatu instrumen penelitian
diindikasikan memiliki tingkat reliabilitas memadai jika koefisien Alpha Cronbach
lebih besar atau sama dengan 0,60.
20
Kriteria dalam menentukan reliabilitas suatu kuisioner adalah
sebagai berikut :
21
3.7.1.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan data
dari profil Puskesmas Tri Karya Mulya Tanjung Raya Kabupaten Mesuji dan
referensi buku- buku serta hasil penelitian terkait dengan hubungan tingkat
kepuasan pasien rawat jalan terhadap kualitas pelayanan kesehatan Puskesmas Tri
Karya Mulya
22
DAFTAR PUSTAKA
Arni Haerani. (n.d.). ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN PESERTA JAMINAN
KESEHATAN NASIONAL (JKN) DAN NON JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)
TERHADAP KUALITASPELAYANANPADA KLINIK PRATAMA SANIKA
SATYAWADAKABUPATENSINJAISKRIPSIOLEHARNI
HAERANI105721108116PROGRAM STUDI MANAJEMENFAKULTAS EKONOMI DAN
BISNISUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2021.
Listiani, A. C. (2022). Kepuasan Pasien BPJS Rawat Jalan Terhadap Pelayanan Kesehatan Di
Puskesmas: Literature Review. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, 10(2),
127. https://doi.org/10.33560/jmiki.v10i2.404
Kesehatan Masyarakat, J., Anelia, N., Modjo, R., Studi Mutu Layanan Kesehatan, K., &
Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan, P. (2023). KEPUASAN
PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL TERHADAP KUALITAS PELAYANAN
KESEHATAN DI RUMAH SAKIT: LITERATURE REVIEW. 7(1).
23
LAMPIRAN
24
LAMPIRAN KUISIONER
25