Anda di halaman 1dari 68

EFEKTIVITAS PELAYANAN BPJS KESEHATAN

di RUMAH SAKIT TK.III 13.06.01 Dr. SINDHU TRISNO


OLEH

EMIL SETIAWAN

B 101 17 252

PROPOSAL
Dalam rangka penulisan skripsi
Untuk memperoleh gelar sarjana (S1) Administrasi Publik
Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Tadulako

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK


PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
HALAMAN PENGESAHAN
EFEKTIVITAS PELAYANAN BPJS KESEHATAN

di RUMAH SAKIT WIRABUANA PALU

Oleh :
EMIL SETIAWAN

B 101 17 252

PROPOSAL

Dalam rangka penulisan skripsi

Untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) Administrasi Publik

Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Tadulako

Telah disetujui oleh pembimbing


Palu, 03 Januari 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Daswati, M.Si Muhammad Ahsan Samad, S.IP, M.Si

NIP.196012301989032001 NIP.198610202018031001
Mengetahui :
Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Dr. Hj. Ani Susanti, S.Sos, M.Si

NIP.197012301998032001

i
DAFTAR ISI
Sampul (cover) i

Halaman Pengesahan ii

Daftar isi iii

Daftar Tabel iv

Daftar Gambar v

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 12

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 12

1.3.1 Tujuan Penelitian 12

1.3.2 Kegunaan Penelitian 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN ALUR PIKIR

2.1 Kajian Pustaka 14

2.1.1 Penelitian Terdahulu 14

2.1.2 Landasan Teori dan Kepustakaan yang Relevan 19

2.1.2.1 Perkembangan Ilmu Administrasi 19

2.1.2.2 Pengertian Manajemen dan Fungsi –

Fungsi Manajemen 27

2.1.2.3 Konsep Efektivitas 32

2.1.2.4 Pelayanan Kesehatan Publik 36

ii
2.1.2.5 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Kesehatan 39

2.2 Alur Pikir 44

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian dan Dasar Penelitian 45

3.1.1 Dasar Penelitian 45

3.1.2 Tipe Penelitian 45

3.2 Definisi Konsep 46

3.3 Jenis Data 47

3.4 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 48

3.4.1 Sumber Data 48

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data 50

3.5 Instrumen Penelitian 51

3.6 Analisis Data 52

3.7 Penentuan Lokasi Penelitian 56

3.8 Waktu dan Jadwal Penelitian 56

Daftar Pustaka 59

iii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

1. Daftra Tabel

Tabel Nama Tabel Halaman

2.1 Matriks Penelitian 17


Terdahulu

3.8 Waktu dan Jadwal 58


Penelitian

iv
2. Daftar Gambar

Gambar Nama Gambar Halaman

2.2 Alur Pikir 44

3.6 Model Interaktif dalam 52

Analisis Data

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Permasalahan dibidang kesehatan kerap kali timbul dalam suatu Negara yang

sedang berkembang. Negara dan pemerintah dituntut untuk menyediakan dan

meningkatkan kebutuhan masyarakat khususnya dibidang kesehatan. Perlu adanya

peningkatan kualitas pelayanan kesehatan sehingga mampu menanggulangi

permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat. Kebutuhan masyarakat terhadap

kesehatan yang tidak dapat terpenuhi akan berdampak pada menurunnya taraf hidup

masyarakat yang berakibat pada terjangkitnya penyakit dan permasalahan kesehatan

lainnya. Masalah kesehatan merupakan tanggung jawab bersama baik pemerintah

maupun masyarakat.

Gangguan kesehatan yang terjadi pada masyarakat akan berpengaruh terhadap

pembangunan suatu negara dan akan menimbulkan kerugian di bidang ekonomi.

Dalam hal ini pemerintah dituntut untuk mampu menciptakan suatu sistem pelayanan

kesehatan yang bermutu dan berkualitas. Kesehatan mempunyai peranan penting

dalam hidup masyarakat, karena kesehatan merupakan aset kesejahteraan badan, jiwa,

dan sosial bagi setiap individu. Oleh karena itu pemerintah melalui regulasinya

menghadirkan BPJS yang meski pada perkembangannya masih jauh dari kata

maksimal. Kondisi pelaksanaan program BPJS makin susah dengan hadirnya rencana

pemerintah untuk menaikkan tarif BPJS kesehatan menjadi dua kali lipat yang
2

menuai ragam protes dari berbagai lapisan masyarakat. Bukan tanpa alasan

mengingat pelayanan kesehatan prima yang ditawarkan oleh BPJS ini masih jauh dari

kata efektif. Hal ini dibuktikan dalam berbagai kasus yang telah marak kita lihat

diberbagai media. Adanya pelayanan yang terkesan pilih kasih, sistem pembayaran

yang menurut masyarakat sangat menyusahkan, ditambah lagi dengan denda yang

lumayan signifikan menjadi beberapa temuan yang membuktikan bahwa tujuan

pemerintah dalam BPJS kesehatan belum terealisasi dengan baik (Majid, 2020).

Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ditetapkan bahwa operasional BPJS

kesehatan dimulai sejak tanggal 1 Januari 2014. BPJS kesehatan sebagai badan

pelaksana merupakan badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan

program jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan diberlakukannya

program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini adalah untuk memenuhi kebutuhan

kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah

membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.

Masyarakat sebagai peserta JKN yang diselenggarakan oleh BPJS kesehatan

tentu perlu mengetahui prosedur dan kebijakan pelayanan dalam memperoleh

pelayanan kesehatan sesuai dengan haknya.1 Dengan adanya program BPJS

kesehatan ini sangat membantu masyarakat untuk meringankan biaya pengobatannya

dan membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya, sehingga pada


3

saat sekarang ini banyak ditemui masyarakat yang menggunakan layanan BPJS

kesehatan (Khairunnisa, 2019).

Menteri kesehatan Prof. G.A. Siwabessy periode 1966-1978, mengajukan

sebuah gagasan untuk menyelenggarakan Program Asuransi Kesehatan, karena

program ini mulai di berlakukan di sejumlah negara maju. Programnya berkembang

dengan pesat. Pada saat penerapan Program Asuransi Kesehatan, penerima manfaat

dari program ini masih terbatas bagi PNS beserta keluarga. Namun Prof.

G.A.Siwabbesy sudah yakin, kelak suatu saat, Program Asuransi Kesehatan bisa

dinikmati seluruh masyarakat Indonesia ini demi terjaminnya pelayanan kesehatan.

1. Tahun 1968, pemerintah Indonesia menertibkan Peraturan Menteri

Kesehatan (PMK) Nomor 1 Tahun 1968 dengan membentuk Badan

Penyelenggara Dana Pemeliharaan kesehatan bagi pegawai negera (PNS)

dan penerima pensiun beserta keluargannya.

2. Tahun 1984, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 dan

23 Tahun 1984. BPDPK berubah status dari sebuah badan di lingkungan

Dapertemen Kesehatan menjadi BUMN, yaitu Perum Husada Bhakti (PHB).

Tugas PHB adalah melayani jaminan kesehatan bagi PNS, pensiunan PNS,

veteran, perintis kemerdekaan, dan anggota keluargannya.

3. Tahun 1922, PHB berubah status menjadi PT Askes (Persero) melalui

peraturan pemerintah Nomor 6 Tahun 1992. PT Askes (Persero) mulai

menjangkau karyawan BUMN melalui Program Askes Komersial. Pada


4

Januari 2005, PT Askes (Persero) dipercaya pemerintah untuk

melaksanakan Program Jaminan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin

(PJKMM). Program ini kemudian dikenal menjadi progam Askeskin dengan

sasaran peserta masyarakat miskin dan tidak mampu sebanyak 60 juta jiwa.

Pemerintah Pusat menanggung biaya iuran. PT Askes (Persero) juga

menciptakan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU),

yang ditujukan bagi masyarakat yang belum dilayani oleh Jamkesmas,

Askes Sosial, maupun asuransi swasta. PJKMU adalah Jaminan Kesehatan

Daerah (Jamkesda) dengan pengelolaan diserahkan kepada PT Askes

(Persero). Pada periode tersebut, tercatat sebanyak 6,4 juta jiwa yang berasal

dari 200 kabupaten/kota telah menjadi peserta PJKMU.

4. Tahun 2014, pada tanggal 1 Januari 2014, BPJS kesehatan mulai resmi

beroperasi. Hal ini berawal pada tahun 2004 saat pemerintah mengeluarkan

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN). Pada tahun 2011, pemerintah menetapkan Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) serta menunjuk PT Askes (Persero) sebagai penyelenggara

program jaminan sosial di bidang kesehatan. Sehingga PT Askes (Persero)

berubah menjadi BPJS kesehatan (Anggraini, 2019a).

BPJS Kesehatan sebenarnya bukan lembaga baru. BUMN ini sudah

dibentuk sejak tahun 1968 meski dengan nama yang berbeda. Di awal

pembentukannya, BPJS Kesehatan bernama Badan Penyelenggaraan Dana


5

Pemeliharaan Kesehatan atau (BPDPK). Lembaga ini merupakan kebijakan

pemerintah era Soeharto untuk mengatur pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai

Negeri Sipil, Penerima Pensiun (PNS dan ABRI) dan keluarga mereka dengan

batasan tertentu. Menteri Kesehatan Indonesia Prof.Dr.G.A. Siwabessy yang kala itu

menjabat menjadi orang pertama yang mengelola program besar kesehatan Indonesia

ini sesuai dengan keputusan Presiden Nomor 230, Tahun 1968.

Setelah berjalan kurang lebih 16 tahun, BPDPK yang awalnya hanya

merupakan badan penyelenggara diubah menjadi Perusahaan Umum Husada Bhakti.

Perusahaan ini dibentuk oleh pemerintah pada tahun 1984 berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 22 dan 23 Tahun 1984. Fungsi dari perusahaan baru ini adalah

untuk meningkatkan program jaminan dan pemeliharaan kesehatan bagi para peserta

yang terdiri dari PNS, TNI/POLRI, pensiunan, dan keluarga dari peserta mulai dari

istri/suami serta anak.

Dengan di undangkannya Undang – Undang No.24 Tahun 2011 Tentang

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), maka terbentuklah BPJS yang berlaku

mulai Januari 2014 dan menjanjikan kesejahteraan kesehatan bagi masyarakat

Indonesia. BPJS merupakan lembaga baru yang dibentuk untuk menyelenggarakan

program jaminan sosial di Indonesia yang bersifat nirlaba berdasarkan Undang -

undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS akan menggantikan

sejumlah lembaga jaminan sosial yang ada di Indonesia yaitu lembaga asuransi
6

jaminan kesehatan PT Askes dan lembaga jaminan sosial ketenagakerjaan PT

Jamsostek. Transformasi PT Askes dan PT Jamsostek menjadi BPJS akan dilakukan

secara bertahap. Pada awal 2014, PT Askes akan menjadi BPJS Kesehatan,

selanjutnya pada 2015 PT Jamsostek yang akan menjadi BPJS Ketenagakerjaan.

Lembaga ini bertanggung jawab langsung terhadap Presiden (Anggraini, 2019b).

Dalam penyelenggaraannya BPJS Kesehatan memiliki Visi dan Misi untuk

mencapai mutu pelayanan yang baik kepada seluruh penduduk Indonesia peserta

jaminan kesehatan nasional ini.

1. Visi BPJS Kesehatan, seluruh penduduk Indonesia memiliki jaminan

kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan

perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya yang

diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang handal, unggul, dan terpercaya.

2. Misi BPJS Kesehatan

1. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan

mendorong partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

2. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan

yang efektif, efisien, dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan

yang optimal dengan fasilitas kesehatan.


7

3. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana

BPJS Kesehatan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel untuk

mendukung kesinambungan program.

4. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip

tata kelola organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai

untuk mencapai kinerja unggul.

5. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan

evaluasi, kajian, manajemen mutu dan manajemen resiko atas seluruh

operasionalisasi BPJS Kesehatan.

6. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan

komunikasi untuk mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan

(Nugroho, 2013a).

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum publik

yang bertanggungjawab kepada presiden dan berfungsi menyelenggarakan program

jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang asing yang

bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia (UU No.24 tahun 2011 tentang BPJS).

BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan

adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan

kesehatan. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar

peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam


8

memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah

membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan

Sosial Nasional (SJSN) yang di selenggarakan dengan menggunakan mekanisme

asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak di berikan kepada setiap orang

yang membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.(UU No.40 tahun 2004

tentang SJSN). Kedua badan tersebut pada dasarnya mengemban misi negara untuk

memenuhi hak setiap orang atas jaminan sosial dengan menyelenggarakan program

jaminan yang bertujuan untuk memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan

sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

Dasar hukum dalam penyelenggaraan program BPJS ini adalah :

1. Undang – Undang

1. UU No 40 Tahun 2004 tentang SJSN

2. UU No 24 Tahun 2011 tentang BPJS

2. Peraturan Pemerintah

1. PP No. 90 Tahun 2013 tentang pencabutan PP 28/2003 tentang subsidi

dan iuran pemerintah dalam penyelenggaraan asuransi kesehatan bagi

PNS dan penerima pensiun.


9

2. PP No. 85 Tahun 2013 tentang hubungan antara setiap Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial.

3. PP No. 86 Tahun 2013 tentang tata cara pengenaan sanksi administratif

kepada pemberi kerja selain penyelenggara Negara dan setiap orang,

selain pemberi kerja, pekerja dan penerima bantuan iuran dalam

penyelenggaraan jaminan sosial.

4. PP No. 87 Tahun 2013 tentang tatacara pengelolaan aset jaminan sosial

kesehatan.

5. Perpres No. 111 Tahun 2013 tentang perubahan atas perpres no. 12

Tahun 2013 tentang jaminan kesehatan.

6. Perpres No. 109 Tahun 2013 tentang penahapan kepesertaan program

jaminan sosial.

7. Perpres No. 108 Tahun 2013 tentang bentuk dan isi laporan

pengelolaan program jaminan sosial.

8. Perpres No. 107 Tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan tertentu

berkaitan dengan kegiatan operasional kementerian pertahanan, TNI,

dan Kepolisian NRI.

9. Perpres No. 12 Tahun 2013 tentang jaminan kesehatan.

Dalam pasal 5 ayat (2) UU No.24 Tahun 2011 disebutkan fungsi BPJS adalah :

1. Berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan.


10

2. Berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan kecelakaan kerja,

program jaminan kematian, program jaminan pensiun dan jaminan hati tua.

Prinsip dasar BPJS adalah sesuai dengan apa yang dirumuskan oleh UU SJSN

Pasal 19 ayat 1 yaitu jaminan kesehatan yang diselenggarakan secara nasional

berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas.Maksud prinsip asuransi sosial

adalah :

1. Kegotong royongan antara si kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang

tua dan muda, serta yang beresiko tinggi dan rendah.

2. Kepesertaan yang bersifat wajib dan tidak selaktif.

3. Iuran berdasarkan presentase upah atau penghasilan.

4. Bersifat nirlaba.

Tujuan serta manfaat dari jaminan kesehatan bagi masyarakat adalah:

1. Memberi kemudahan akses pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh

jaringan fasilitas jaminan kesehatan masyarakat.

2. Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi peserta,

tidak berlebihan sehingga nantinya terkendali mutu dan biaya pelayanan

kesehatan.

3. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel

(Tua, 2016).
11

Salah satu tugas pokok terpenting pemerintah adalah memberikan pelayanan

publik kepada masyarakat. Pelayanan publik merupakan pemberian jasa oleh

pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah, ataupun pihak swasta kepada

masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan atau

kepentingan masyarakat. Menurut Robert yang dimaksud dengan pelayanan publik

adalah: “Segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi

pemerintah pusat, di daerah dan lingkungan badan usaha milik negara atau daerah

dalam barang atau jasa baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat

maupun dalam rangka pelaksanaan ketertiban - ketertiban”. Sedangkan menurut

Widodo pelayanan publik adalah: “Pemberian layanan (melayani) keperluan orang

atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi tersebut sesuai dengan

aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan”.

Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik mendefinikan

pelayanan publik sebagai berikut: “Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian

kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,

dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan

publik” (Amalia, 2018).

Melihat latar belakang yang penulis tuliskan diatas, maka penulis berusaha

atau mencoba untuk membuat proposal penelitian dengan judul “Efektivitas

Pelayanan BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Wirabuana Palu ( Studi:BPJS


12

Kesehatan )”. Agar dapat melihat sejauh mana efektivitas pelayanan BPJS kesehatan

terutama pelayanan bagi masyarakat pengguna BPJS kesehatan, dengan

menggunakan teori Duncan yang dikutip Richard M. Steers yang menjadikan tolak

ukur suatu efektivitas yang terdiri dari indikator pencapaian tujuan, integrasi dan

adaptasi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka peneliti

merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

Mengetahui seperti apa efektivitas pelayanan BPJS kesehatan terhadap


pengguna layanan BPJS di Rumah Sakit Tk.Iii 13.06.01 Dr. Sindhu Trisno?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Peneitian

Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu :

Untuk mengetahui seperti apa efektivitas pelayanan BPJS kesehatan terhadap


pengguna layanan BPJS di Rumah Sakit Tk.Iii 13.06.01 Dr. Sindhu Trisno.
13

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan dengan tujuan penelitian diatas, maka hasil peneitian diharapkan

dapat digunakan sebagai berikut :

1. Secara teoritik (keilmuan) hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat


sebagai pengembangan ilmu administrasi publik khususnya dibidang
peayanan publik.
2. Secara praktis (guna laksana) dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk
melihat mengenai efektivitas pelayanan BPJS Kesehatan dalam pemberian
pelayanan kepada masyarakat ekonomi lemah. Penelitian ini juga
diharapakan dapat dijadikan referensi untuk mengambil kebijakan yang
mengarahkan kepada kemajuan institusi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN ALUR PIKIR

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan dengan menjadikan beberapa penelitian terdahulu

sebagai dasar maupun sebagai bahan pertimbangan. Meskipun demikian, penelitian

ini tidak memiliki kesatuan yang utuh dengan peneliti-peneliti sebelumnya, oleh

karena itu, untuk menguatkan dan mengembangakan hasil penelitian ini maka peneliti

mengkaji beberapa hasil-hasil penelitian.

1. Muhammad Ishak (Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, 2016)

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ishak dengan judul “Efektivitas

Program Badan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan (BPJS) Terhadap

Pelayanan Rumah Sakit Islam Bodak di Desa Montong Terep

Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah”. Metode yang

digunakan adalah metode penelitian kualitatif.. Hasil penelitian

memperlihatkan.derajat kesehatan masyarakat miskin masih sangatlah rendah,

di Indonesia, kondisi ini diakibatkan oleh keterbatasan akses terhadap

pelayanan kesehatan yang dipengaruhi oleh faktor kemampuan ekonomi.

Seperti yang kita ketahui, biaya kesehatan yang meningkat dari waktu ke

waktu menjadikan warga miskin semakin jauh dalam hal pencapaian

pelayanan kesehatan. (Ishak, 2016).

14
15

2. Monica Pertiwi (Universitas Diponegoro,2017)

Penelitian yang dilakukan oleh Monica Pertiwi dengan judul “Efektivitas

Program BPJS Kesehatan di Kota Semarang (Studi Kasus Pada Pasien

Pengguna Jasa BPJS Kesehatan di Puskesmas Srondol). Metode yang

digunakan adalah metode kuantitatif. Hasil penelitian memperlihatkan

program jaminan kesehatan nasional BPJS kesehatan ini sangat membantu

masyarakat untuk meringankan biaya pengobatannya, sehingga pada saat

sekarang ini banyak ditemui pasien yang menggunakan layanan BPJS

kesehatan salah satunya di pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) (Pertiwi,

2017).

3. Nur Habiba Febriantika Sari (Universitas Islam Malang,2019)

Penelitian yang dilakukan oleh Nur Habiba Sari dengan judul “Efektivitas

Pelayanan Kesehatan Pasien BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial) di Puskesmas (Studi Kasus di Puskesmas Dinoyo Kota Malang )”.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan

pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menyatakan bahwa efektivitas

pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien BPJS di Puskesmas Dinoyo

Kota Malang sudah cukup efektif dan baik sesuai dengan kebutuhan

masyarakat dilihat dari segi proses pemberian pelayanan, kenyamanan

pelayanan dan ketersediaan pelayanan. Sedangkan faktor pendukung

efektivitas pelayanan kesehatan pasien BPJS di Puskesmas Dinoyo Kota


16

Malang adalah biaya gratis, tidak ada perbedaan perlakuan/pelayanan,

tersedianya rawat inap dan letak puskesmas yang strategis (Sari, 2019)
17

Tabel 2.1

Matriks Penelitian Terdahulu

NO NAMA JUDUL METODE TEORI/ HASIL


PENELITIAN PENELITIAN FOKUS PENELITIAN
PENELITIAN
1 Muhammad Ishak Efektivitas Program Metode penelitian 1. Bagaimana Memperlihatkan.derajat
(Institut Agama Badan kualitatif. sistem pengguna kesehatan masyarakat
Islam Negeri (IAIN) Penyelenggaraan BPJS dalam miskin masih sangatlah
Mataram, 2016. Jaminan Kesehatan pelayanan pasien rendah, di Indonesia,
(BPJS) Terhadap di Rumah Sakit kondisi ini diakibatkan
Pelayanan Rumah Islam Bodak Desa oleh keterbatasan akses
Sakit Islam Bodak di Montong Terep terhadap pelayanan
Desa Montong Terep Kecamatan Praya. kesehatan yang
Kecamatan Praya dipengaruhi oleh faktor
Tengah Kabupaten 2. Bagaimana kemampuan ekonomi.
Lombok Tengah. persepsi Seperti yang kita ketahui,
masyarakat biaya kesehatan yang
pengguna BPJS meningkat dari waktu ke
Kesehatan di waktu menjadikan warga
Rumah Sakit Islam miskin semakin jauh
Bodak Desa dalam hal pencapaian
Montong Terep pelayanan kesehatan.
Kecamatan Praya. (Ishak, 2016).
2 Efektivitas Program Metode penelitian 1.Untuk
Monica Pertiwi Bpjs Kesehatan di kuantitatif. mengetahui Memperlihatkan program
(Universitas Kota Semarang (Studi Efektivitas Jaminan Kesehatan
Diponegoro,2017). Kasus Pada Pasien Program BPJS Nasional BPJS
Pengguna Jasa Bpjs Kesehatan di Kota Kesehatan ini sangat
Kesehatan Di Semarang.
membantu masyarakat
Puskesmas Srondol).
2. Untuk untuk meringankan biaya
mengetahui faktor pengobatannya, sehingga
pengahambat pada saat sekarang ini
dalam efektivitas banyak ditemui pasien
program BPJS yang menggunakan
Kesehatan di Kota layanan BPJS kesehatan
Semarang.
salah satunya di pusat
kesehatan masyarakat
(Puskesmas) (Pertiwi,
2017).
18

3 Efektivitas Pelayanan Metode deskriptif 1.Faktor Hasil penelitian


Nur Habiba Kesehatan Pasien dengan pendukung yang menyatakan bahwa
Febriantika Sari Bpjs (Badan menggunakan mempengaruhi efektivitas pelayanan
(Universitas Islam Penyelenggara pendekatan efektivitas kesehatan yang diberikan
Malang,2019). Jaminan Sosial) di kualitatif. pelayanan pada
Puskesmas (Studi kesehatan pasien pasien BPJS di
Kasus di Puskesmas pengguna BPJS. Puskesmas Dinoyo Kota
Dinoyo Kota Malang). Malang sudah cukup
2.Faktor efektif dan baik sesuai
penghambat yang dengan kebutuhan
mempengaruhi masyarakat dilihat dari
efektivitas segi proses pemberian
pelayanan pelayanan, kenyamanan
kesehatan pasien pelayanan dan
pengguna BPJS. ketersediaan pelayanan.
Sedangkan faktor
pendukung efektivitas
pelayanan kesehatan
pasien BPJS di
Puskesmas Dinoyo Kota
Malang adalah biaya
gratis, tidak ada
perbedaan
perlakuan/pelayanan,
tersedianya rawat inap
dan letak puskesmas yang
strategis (Sari, 2019).
4 Emil Setiawan, Palu Efektivitas Pelayanan Metode deskriptif Teori efektivitas
2020 BPJS Kesehatan di dengan menurut Duncan :
Rumah Sakit Tk.Iii menggunakan 1. Pencapaian
13.06.01 Dr. Sindhu pendekatan tujuan.
Trisno. kualitatif. 2. Integrasi
3. Adaptasi.
19

2.1.2 Landasan Teoritis Dan Kepustakaan Yang Relevan

2.1.2.1 Perkembangan Ilmu Administrasi Publik

Membahas tentang administrasi merupakan kegiatan yang tidak akan pernah

berujung. karena administrasi akan bersangkut paut dengan unsur-unsur yang lain.

maka mempelajari administrasi akan mempelajari juga tentang organisasi, mana

jemen, kepemimpinan, kebijakan, dan hubungan antar manusia.

Administrasi merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang secara khas

mempelajari administrasi sebagai fenomena masyarakat modern. administrasi pada

dasarnya sudah ada sejak beribu-ribu tahun yang lalu. pada saat masyarakat hidup

nomaden, mereka sudah melaksanakan administrasi. administrasi sebagai ilmu

pengetahuan baru berkembang pada awal abad 19. meskipun umur administrasi sudah

lama, tetapi administrasi masih menjadi kajian yang menarik perhatian, karena

beberapa kasus yang terjadi pada saat ini banyak dihubungkan dengan ketidakberesan

dalam kegiatan administrasi.

Dapat dikatakan bahwa maju mundurnya suatu negara tidak dilihat dari

adanya pembangunan gedung-gedung tinggi, rumah sakit, kantor pemerintah yang

megah, tetapi dilihat dari administrasi yang dimilikinya. Negara hancur atau runtuh

bukan karena gempa bumi, gunung meletus, banjir bandang dan bencana alam

lainnya, tetapi karena buruknya administrasi yang dijalankan oleh administratornya.


20

Adanya korupsi, kolusi dan nepotisme merupakan salah satu ciri buruknya

administrasi yang dijalankan.

Adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, dan

teknologi yang semakin pesat, tuntutan masyarakat akan pemenuhan kebutuhan yang

semakin kompleks dan rumit dengan tuntutan masyarakat akan pemenuhan kebutuhan

yang semakin kompleks dan rumit dengan menyimpan, atau yang dikenal dengan

clerical work.

Administrasi dalam arti luas diartikan sebagai kerjasama. Istilah administrasi

berhubungan dengan kegiatan kerjasama yang dilakukan manusia atau sekelompok

orang sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Kerjasama adalah rangkaian kegiatan

yang dilakukan oleh sekelompok orang secara bersama-sama, teratur dan terarah

berdasarkan pembagian tugas sesuai dengan kesepakatan bersama (Lina Marliani,

2019).

Beberapa pendapat para ahli tentang administrasi dalam arti kerjasama adalah

sebagai berikut :

1. Herbert Simon mendefinisikan administrasi sebagai kegiatan-kegiatan

kelompok kerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.

2. Dwight Waldo memberikan definisi administrasi sebagai daya upaya yang

kooperatif, yang mempunyai tingkat rasionalitas yang tinggi.


21

3. Dimock & Dimock mengatakan bahwa administrasi adalah suatu ilmu yang

mempelajari apa yang dikehendaki oleh masyarakat melalui pemerintah, dan

cara mereka memperolehnya.

4. Sedangkan Sondang P. Siagian mendefinisikan administrasi sebagai

keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang

didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Menurut Pfiffner dan Presthus memberikan penjelasan mengenai administrasi

negara sebagai berikut:

1. Administrasi Negara meliputi implementasi kebijaksanaan pemerintah yang

ditetapkan oleh badan-badan perwakilan politik.

2. Administrasi Negara dapat didefinisikan sebagai koordinasi usaha-usaha

perorangan dan kelompok untuk melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan.

Hal ini terutama meliputi pekerjaan sehari-hari pemerintah; dan

3. Secara ringkas, Administrasi Negara adalah suatu proses yang bersangkutan

dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah, pengarahan kecakapan dan

teknik-teknik yang tidak terhingga jumlahnya, memberikan arah dan maksud

terhadap sejumlah orang.


22

Secara ringkas, Administrasi Negara adalah suatu proses yang bersangkutan

dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah, pengarahan kecakapan dan

teknik-teknik yang tidak terhingga jumlahnya, memberikan arah dan maksud

terhadap sejumlah orang.

Sedangkan menurut Chander dan Plano mengemukakan bahwa: “Administrasi

Publik adalah proses dimana sumber daya dan personel publik diorganisir dan

dikoordinasikan untuk memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengelola

(manage) keputusan-keputusan dalam publik.”

Sementara itu, Henry mengemukakan bahwa: “Administrasi Publik adalah

suatu kombinasi yang kompleks antara teori dan praktek, dengan tujuan

mempromosikan pemahaman terhadap pemerintah dalam hubungannya dengan

masyarakat yang diperintah, dan juga mendorong kebijakan publik agar lebih

responsif terhadap kebutuhan sosial.” Administrasi publik berusaha melembagakan

praktik-praktik manajemen agar sesuai dengan nilai efektivitas, efisiensi, dan

pemenuhan kebutuhan masyarakat secara lebih baik.

Sedangkan Waldo mendefinisikan “Administrasi publik adalah manajemen

dan organisasi dari manusia-manusia dan peralatannya guna mencapai tujuan

pemerintah.”Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pengertian tentang

administrasi publik adalah kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang atau
23

lembaga dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintah untuk mencapai tujuan

pemerintah secara efektif dan efisien guna memenuhi kebutuhan publik.

1. Secara etimologis, kata “paradigma” berasal dari bahasa Yunani “paradigma”

yang berarti pola (pattern) atau contoh (example). Istilah paradigma pertama

kali diperkenalkan dan dipopulerkan oleh Thomas Kuhn dan Kohn

berpendapat bahwa paradigma adalah cara pandang untuk mengetahui realitas

sosial tertentu secara spesifik. Definisi tersebut dipertegas oleh Robert

Friedrichs. Sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu

tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari .

Pengertian lain dikemukakan oleh George Ritzer, dengan menyatakan

paradigma sebagai pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang

apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari dalam salah

satu cabang disiplin ilmu pengetahuan (Nurharpani, 2020).

1. Paradigma I : Dikotomi Politik-Administrasi (1900-1926)

Frank J Goodnow dan Leonard D White dalam bukunya Politics and

Administration menyatakan dua fungsi pokok dari pemerintah yang berbeda:

1. Fungsi politik yang melahirkan kebijaksanaan atau keinginan negara

2. Fungsi Administrasi yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan

negara.
24

Tokoh – tokoh yang berpengaruh paradigma dikotomi administrasi dan politik

pada waktu itu adalah Frank J. Goodnow, Leonard D.White. Mereka mengungkapkan

bahwa politik harus memusatkan perhatiannya pada kebijakan atau ekspresi dari

kehendak rakyat, sedangkan administrasi .Implikasi paradigma iniadalah administrasi

harus dilihat sebagai sesuatu yang bebas nilai serta diarahkan atau berfokus untuk

mencapai nilai efisiensi dan ekonomi dari government bureaucracy. Sedangkan

fokusnya yaitu metode atau kajian apa yang akan dibahas dalam administrasi Publik

kurang dibahas secara jelas. Administrasi negara memperoleh legitimasi

akademiknya lewat lahirnya Introduction To the study of Public Administration oleh

Leonard D.White yang menyatakan dengan tegas bahwa politik seharusnya tidak ikut

mencampuri administrasi, dan administrasi negara harus bersifat studi ilmiah yang

bersifat bebas nilai.

2. Paradigma II: Prinsip - Prinsip Administrasi Negara (1927-1937)

Diawali dengan terbitnya Principles of Public Administration karya W F

Willoughby. Pada fase ini Administrasi diwarnai oleh berbagai macam kontribusi dari

bidang-bidang lain seperti industri dan manajemen, berbagai bidang inilah yang

membawa dampak yang besar pada timbulnya prinsip-prinsip administrasi. Prinsip-

prinsip tersebut yang menjadi fokus kajian administrasi publik, sedangkan lokus dari

paradigma ini kurang ditekankan karena esensi prinsip-prinsip tersebut, dimana

dalam kenyataan bahwa bahwa prinsip itu bisa terjadi pada semua tatanan,
25

lingkungan, misi atau kerangka institusi, ataupun kebudayaan, dengan demikian

administrasi bisa hidup dimanapun asalkan prinsip-prinsip tersebut dipatuhi.

3. Paradigma III: Administrasi Negara Sebagai Ilmu Politik (1950- 1970)

Prinsip Manajemen Menurut Herbert Simon (The prowebs Administration)

ilmiah POSDCORB tidak menjelaskan makna “ Public” dari “public Administration “

menurut Herbert Simon bahwa POSDCORB tidak menjelaskan apa yang seharusnya

dilakukan oleh administrator publik terutama dalam decision making. Istilah yang

disingkat POSDCORB sebagai suatu jembatan untuk mengingat fungsi-fungsi

eksekutif di dalam administrasi. POSDCORB sendiri merupakan kepanjangan dari

Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, dan Budgeting.

Kritik Simon ini kemudian menghidupkan kembali perdebatan Dikotomi administrasi

dan Politik Kemudian muncullah pendapat Morstein Mark (element Of Public

Administration) yang kemudian kembali Mempertanyakan pemisahan politik dan

ekonomi sebagai suatu hal yang tidak realistik dan tidak mungkin.

4. Paradigma IV: Administrasi Negara Sebagai Administrasi (1956- 1970)

Istilah Administrative Science digunakan dalam paradigma IV ini untuk

menunjukkan isi dan fokus pembicaraan, sebagai suatu paradigma pada fase ini Ilmu

Administrasi hanya menekankan pada fokus tetapi tidak pada lokusnya, ia

menawarkan teknik-teknik yang memerlukan keahlian dan spesialisasi,

pengembangan paradigma ke-4 ini bukannya tanpa hambatan, banyak persoalan yang

harus dijawab seperti misal adalah apakah jika fokus tunggal telah dipilih oleh
26

administrasi negara yakni ilmu administrasi, apakah ia berhak bicara tentang publik

(negara) dalam administrasi tersebut dan banyak persoalan lainnya.

5. Paradigma V: Administrasi Negara sebagai Administrasi Negara (1970)

Pemikiran Herbert Simon tentang perlunya dua aspek yang perlu

dikembangkan dalam disiplin Administrasi Negara:

1. Ahli Administrasi Negara meminati pengembangan suatu ilmu Administrasi

Negara yang murni.

2. Satu kelompok yang lebih besar meminati persoalan-persolan mengenai

kebijaksanaan publik.

Administrasi publik mulai merambah pada teori organisasi, ilmu kebijakan

(policy science) dan ekonomi politik. Pada periode ini, public affair. mulai

bermunculan. Fokus dari administrasi pada paradigma ini adalah teori organisasi,

sedangkan lokusnya masalah kepentingan publik. Pada paradigma ini dapat

diinterpretasikan bahwa publicness dalam administrasi publik mulai diperhatikan.

Dalam paradigma ini ilmu, administrasi publik (negara) mula menemukan jati

dirinya. Adanya teori bahwa administrasi negara merupakan ilmu kebijakan

menjadikan ilmu administrasi publik (negara) menjadi lebih dinamis. Administrasi

negara tidak lagi hanya berbicara tatanan birokrasi, tetapi lebih kepada pelayanan

publik melalui kebijakan. Serta mulai melibatkan teori ekonomi untuk mewujudkan

kebijakan publik (policy science) (Ahsanty, 2019).


27

2.1.2.2 Pengertian Manajemen dan Fungsi Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) Secara bahasa kata

”manajemen” artinya ”proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai

sasaran” Koontz and Donnel (1972) mendefinisikan ” management is getting thing

done through the efforts of other people” manajeman adalah terlakasannya pekerjaan

melalui orang-orang lain. Sementara Siagan dalam buku ”Filsafat Administrasi”

mengatakan manajemen adalah kemapuan atau kertampilan untuk memperoleh suatu

hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui orang lain. Manajemen adalah suatu

proses yang khas yang terdiri dan tindakan-tindakanperencanaan, pengorganisasian,

penggerakkan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai

sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber- sumber daya manusia

dan sumber-sumber lainnya (Suniti, 2013).

Manajemen menurut Anton Mulyono Aziz dan Maya Irjayanti mendefinisikan

bahwa seni manajemen meliputi untuk melihat totalitas dari bagian yang terpisah-

pisah serta kemampuan untuk menciptakan gambaran tentang suatu visi. Menurut

Ulber Silalahi mendefinisikan bahwa manajemen sebagai proses perencanaan,

pengorganisasian, pengatur sumberdaya,pengkomunikasian, pemimpinan,

pemotivasian, dan pengendalian pelaksanaan tugas-tugas dan penggunaan sumber-

sumber untuk mencapai tujuan organisasional secara efektif dan secara efisien.
28

Sedangkan menurut Lilis Sulastri, mengutip didalam bukunya Manajemen

Sebuah Pengantar (Sejarah, Tokoh, Teori dan Praktik) mendefinisikan bahwa

manajemen adalah suatu seni mengatur yang melibatkan proses, cara, dan tindakan

tertentu, seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengendalian/pengawasan , yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan

secara efesien dan efektif dengan dan melalui orang lain.

Dari definisi diatas mengambil kesimpulan bahwa manajemen adalah suatu

proses perencanaan, pengoganisasian, pengendalian, pengawasan secara efektif dan

efisien untuk mencapai tujuan bersama (Ari, 2019).

2. Fungsi Manajemen

Fungsi Manajemen pada hakikatnya merupakan tugas pokok yang harus

dijalankan pimpinan dalam organisasi apapun, dan mengenai macamnya fungsi

Manajemen itu sendiri, ada persamaan dan perbedaan pendapat, namun sebetulnya

pendapat-pendapat tersebut saling melengkapi.

George.R.Terry mengemukakan bahwa Fungsi-Fungsi Manajemen terdiri dari

Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerakan, dan Pengawasan.

1. Perencanaan ( Planning )

Perencanaan adalah hal memilih dan menghubungkan fakta-fakta serta hal

membuat dan menggunakan dugaan-dugaan mengenai masa yang akan datang dalam

hal menggambarkan dan merumuskan kegiatan- kegiatan yang diusulkan, yang


29

dianggap perlu untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan. Kegiatan-kegiatan

perencanaan yang dimaksud meliputi:

1. Menjelaskan, memantapkan dan memastikan tujuan yang dicapai.

2. Meramalkan keadaan untuk yang akan datang.

3. Memperkirakan kondisi pekerjaan yang dilakukan.

4. Memilih tugas yang sesuai untuk pencapaian tujuan.

5. Membuat rencana secara menyeluruh dengan menekankan kreativitas.

6. Membuat kebijaksanaan, prosedur,standard dan metode pelaksanaan kerja.

7. Mengubah rencana sesuai dengan petunjuk hasil pengawasan.

8. Membiarkan peristiwa dan kemungkinan akan terjadi.

Menurut Siagian Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan

penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan

datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian merupakan tindak lanjut dari perencanaan yang telah dibuat

dengan melakukan pembagian pekerjaan kepada anggota kelompoknya dalam

menjalankan program terkait dengan penelitian.

“Menurut George.R.Terry pengorganisasian adalah suatu proses penentuan,

pengelompokkan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk

mencapai tujuan”.Kegiatan-kegiatan Pengorganisasian yang dimaksud meliputi:


30

1. Membagi pekerjaan ke dalam tugas-tugas operasional.

2. Mengelompokkan tugas-tugas ke dalam posisi-posisi secara operasional.

3. Menggabungkan jabatan-jabatan operasional ke dalam unit-unit yang saling

berkaitan.

4. Memilih dan menempatkan orang untuk pekerjaan yang sesuai.

5. Menjelaskan persyaratan dari setiap jabatan.

6. Menyediakan berbagai fasilitas untuk pegawai.

7. Menyelaraskan organisasi sesuai dengan petunjuk hasil pengawasan”.

Menurut Sondang.P.Siagian organizing adalah keseluruhan proses

pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tanggungjawab dan wewenang sedemikian

rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan

dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

3. Penggerakan ( Actuating )

Menurut George.R.Terry penggerakan adalah tindakan atau kegiatan yang

dilakukan oleh seorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang

ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat

tercapai. Kegiatan-kegiatan penggerakan (Actuating) meliputi:

1. Melakukan partisipasi terhadap keputusan, tindakan dan perbuatan.

2. Mengarahkan orang lain dalam bekerja.

3. Memotivasi anggota.

4. Berkomunikasi secara efektif.


31

5. Meningkatkan anggota agar memahami potensinya secara penuh.

6. Memberi imbalan penghargaan yang sesuai terhadap pekerja.

7. Mencukupi keperluan pegawai sesuai dengan kegiatan pekerjaannya.

8. Berusaha memperbaiki pengarahan sesuai petunjuk pengawasan.

Menurut Sondang.P.Siagian penggerakan dapat didefinisikan sebagai

keseluruhan usaha, cara, teknik, dan metode untuk mendorong para anggota

organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya

tujuan organisasi dengan efisien, efektif, dan ekonomis.

4. Pengawasan (Controlling )

Menurut George.R.Terry Pengawasan adalah sebagai proses penentuan, apa

yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan,

menilai pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar. Kegiatan-

kegiatan pengawasan yang meliputi:

1. Membandingkan hasil pekerjaan dengan rencana secara keseluruhan.

2. Menilai hasil pekerjaan dengan standar hasil kerja.

3. Membuat media pelaksanaan secara tepat.

4. Memberitahukan media pengukur pekerjaan.

5. Memindahkan data secara rinci untuk melihat perbandingan dan

penyimpangannya.

6. Membuat saran & tindakan perbaikan.


32

7. Memberitahukan anggota yang bertanggung jawab terhadap pemberian

penjelasan.

8. Melaksanakan pengawasan sesuai dengan petunjuk hasil pengawasan.

Menurut Siagian pengawasan yaitu proses pengamatan dari pelaksanaan

seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang

dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya

(Awaluddin, 2018).

2.1.2.3 KonsepEfektivitas

Efektivitas adalah suatu komunikasi yang melalui proses tertentu, secara

teruktur yaitu tercapainya sasaran atau tujuan yang ditentukan sebelumnya. dengan

biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah orang yang telah

ditentukan. Apabila ketentuan tersebut berjalan dengan lancar, maka tujuan yang

direncanakan akan tercapai sesuai yang diinginkan (Maningke, 2020).

Efektivitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu

tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian

efektivitas menurut Hidayat menjelaskan bahwa :

“Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target


(kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar persentase target
yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya” (Candra, 2018).
33

Sedangkan Duncan yang dikutip Richard M. Steers (1985:53) mengatakan

mengenai ukuran efektivitas, sebagai berikut:

1. Pencapaian Tujuan

Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang

sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir

semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan

pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti

periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor, yaitu: Kurun

waktu dan sasaran yang merupakan target kongktit.

2. Integrasi

Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi

untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi

dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi menyangkut proses

sosialisasi.

3. Adaptasi

Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses pengadaan dan

pengisian tenaga kerja (Darmawan, 2019).

Memperhatikan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

efektivitas adalah suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat dari apa yang

dikehendaki. Misalkan saja jika seseorang melakukan suatu perbuatan dengan


34

maksud tertentu dan memang dikehendakinya, maka perbuatan orang itu dikatakan

efektiv jika hasil yang dicapai sesuai dengan apa yang dikehendakinya dan telah

direncanakan sebelumnya (Dani, 2016).

Efektivitas adalah menggambarkan seluruh siklus input, proses dan output

yang mengacu pada hasil guna daripada suatu organisasi, program atau kegiatan yang

mengatakan sejauh mana tujuan kualitas, kuantitas, dan waktu telah dicapai, serta

ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya dan mencapai

targetnya. Hal ini berarti, bahwa pengertian efektivitas yang dipentingkan adalah

semata-mata hasil tujuan yang di kehendaki. Tujuan ini akan memberikan arahan dan

mempengaruhi bagaimana perilaku pemberi pelayanan yang diharapkan terhadap

masyarakat (Sriani, 2018).

Menurut Emerson (Handayaningrat,), efektivitas adalah pengukuran dalam

arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Jelaslah bila

sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya, hal

ini dikatakan efektif. Jadi apabila tujuan atau sasaran tidak sesuai dengan yang telah

ditentukan, maka pekerjaan itu dikatakan tidak efektif.

Pelayanan merupakan tugas utama bagi aparatur negara sebagai abdi negara

dan abdi masyarakat. Tugas ini secara jelas telah digariskan dalam pembukaan

Undang- Undang Dasar 1945 alinea Keempat, yang meliputi empat aspek pelayanan

pokok aparatur terhadap masyarakat yang berbunyi: Melindungi segenap bangsa dan
35

seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

kehidupan bangsa.

Pelayanan publik merupakan salah satu tugas penting yang tidak dapat

diabaikan oleh pemerintah daerah sebab jika komponen pelayanan terjadi stagnasi

maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan, oleh sebab itu

perlu ada perencanaan yang baik dan bahkan perlu diformulasikan standar pelayanan

pada masyarakat sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat

pada pemerintah daerah (Jumarianto, 2013).

Pelayanan publik yang baik merupakan hal wajib dipenuhi pada setiap

organisasi kerja baik Pemerintah maupun swasta. Pelayanan publik yang maksimal

tercermin dari sumberdaya yang mumpuni untuk mengerjakan dan menyelesaikan

tugas-tugas yang telah ditetapkan. Jika hal- hal tersebut tidak menjadi pedoman maka

pelayanan tidak mencerminkan harapan tentang pelayanan yang berkualitas yang

didamba-dambakan oleh masyarakat.

Para pemberi pelayanan dituntut tidak hanya memberikan pelayanan standar

namun di era kekinian pelayanan prima yang mengedepankan kualitas dibutuhkan

untuk memberikan hasil yang lebih baik. Untuk menghasilkan pelayanan yang baik

instansi terkait harus mampu memberikan gambaran mengenai kualitas pelayanan

kepada para pegawainya baik itu dengan memberikan arahan, mengharuskan


36

membaca pedoman dan memberikan pelatihan-pelatihan dalam upaya peningkatan

kualitas pegawai itu sendiri (Botutihe, 2017).

2.1.2.4 Pelayanan Kesehatan Publik

Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup layak dan

produktif. Kesehatan juga suatu unsur yang penting bagi setiap manusia untuk

mencapai kesejahteraan. Setiap manusia berhak memiliki perlindungan tentang

kesehatan. Negara yang kuat didukung pula oleh masyarakat yang sehat, baik jasmani

maupun rohani.

Pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat penting dalam mempercepat

peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit dan puskesmas merupakan

sarana untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan memuaskan bagi pasien

sesuai dengan standar yang ditetapkan serta dapat menjangkau seluruh lapisan

masyarakat. Peralatan obat yang lengkap dan mendukung fasilitas yang lain seperti

kantin, laboratorium, apotek, ruang tunggu dan sebagainya agar masyarakat dapat

memperoleh pelayanan kesehatan yang cepat dan tepat (Yuliani, 2017).

Indonesia adalah salah suatu negara yang mulai menerapkan pelayanan publik

yang berbasis electronic dengan bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi serta mutu kualitas pelayanan demi menciptakan good governance ( tata

kelola pemerintahan yang baik ).


37

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan

Publik bahwa pemerintah memiliki kewajiban serta tanggung jawab untuk

memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakatnya, yang mana kita tahu bahwa

pelayanan harus berfokus pada kepentingan masyarakat.

Pelayanan kesehatan merupakan pelayanan yang paling dasasr yang harus

diberikan pemerintah sesuai UUD 1945 Pasal 28H ayat (1) yang berbunyi : setiap

orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

Dimana kesehatan itu merupakan salah satu indikator bahwa kesejateraan masyarakat

telah tercapai. Pelayanan kesehatan itu juga memiliki standar layanan kesahatan, yang

mana standar layanan kesehatan merupakn bagian dari layanan kesehatan itu sendiri

dan memainkan peranan yang penting dalam mengatasi masalah mutu layanan

kesehatan.

Menurut Departemen Dalam Negeri pelayanan publik adalah pelayanan

umum. Pelayanan umum adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-

cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal tercipta

kepuasan dan keberhasilan. Setiap pelayanan menghasilkan produk berupa barang

dan jasa.
38

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pelayanan publik

adalah pelayanan yang diberikan maupun melayani untuk memenuhi kebutuhan orang

banyak ataupun organisasi baik berupa jasa maupun barang (Wibowo, 2020).

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada dan disesuaikan

dengan kebutuhan daerah masing-masing. Pelayanan publik itu terbagi atas dua yaitu:

1. Pelayanan dasar, merupakan pelayanan yang wajib diberikan pemerintah,

seperti kesehatan, pendidikan dan kebutuhan pokok.

2. Pelayanan umum, pelayanan yang bersifat administratif, barang maupun

jasa. Yang semuanya tercantum dalam Undang-Undang.

Berdasarkan UU Nomor 25 Tahun 2009 Pasal 4 menjelaskan asas-asas dalam

pelayanan publik:

1. Kepentingan umum.
2. Kepastian hukum.
3. Kesamaan hak.
4. Keseimbangan hak dan kewajiban.
5. Keprofesionalan.
6. Partisipatif.
7. Tidak diskriminatif.
8. Keterbukaan.
9. Akuntabilitas.
10. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan.
11. Ketepatan waktu.
12. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
39

2.1.2.5 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Di dalam Undang-Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menetapkan

bahwa setiap orang berhak mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas

sumber daya di bidang kesehatan. Selanjutnya pada ayat (2) ditegaskan bahwa setiap

orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,

berkualitas dan terjangkau. Berdasarkan undang-undang tersebut, dapat disimpulkan

bahwa kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting dan masyarakat berhak

mendapatkan dan memperoleh perlindungan terhadap pelayanan kesehatan yang

layak dan negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhinya hak hidup sehat

bagi penduduknya terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan tidak

mampu.

Salah satu program JKN adalah BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial Kesehatan). BPJS kesehatan merupakan Badan Usaha Milik Negara

yang dibentuk dan memiliki tugas khusus dari pemerintah untuk menyelenggarakan

jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk

Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis

Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.

Pelayanan kesehatan merupakan setiap upaya yang diselenggarakan sendiri

atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan


40

perorangan, keluarga, kelompok, dan maupun masyarakat untuk dapat mewujudkan

keadaan sehat tersebut adalah melalui penyelenggaraan pelayanan kesehatan (Nur

Fauzi, 2013).

Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan tersebut jika dijabarkan dari pendapat

Hodgetts dan Cascio adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan Kedokteran.

2. Pelayanan Kesehatan Masyarakat.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 741 Tahun 2008

tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan yang disebut SPM, kesehatan

adalah tolak ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan daerah

kabupaten / kota. SPM kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkaitan

dengan pelayanan kesehatan yang meliputi jenis pelayanan beserta indikator

pelayanan kinerja. Adapun standar pelayanan minimal bidang kesehatan antara lain:

1. Pelayanan Kesehatan Dasar.

2. Pelayanan Kesehatan Rujukan.

3. Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan kejadian luar biasa / KLB.

4. Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.

Di dalam Undang-Undang No.36/2009 tentang kesehatan ditegaskan bahwa

setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya

di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
41

terjangkau. Untuk mewujudkannya pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan

jaminan kesehatan masyarakat melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi

kesehatan perorangan. Kemudian pada tahun 2004 dikeluarkanlah Undang-Undang

No.40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). UU 40/2004 ini

mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) yang terdiri dari BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan (Nur

Fauzi, 2013).

Pengertian kesehatan di dalam Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang

pokok - pokok, Bab 1 pasal 1 yang didefinisikan sebagai berikut: “Kesehatan adalah

keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup

produktif secara sosial ekonomi”. Merujuk dari pemaparan tersebut pelayanan

kesehatan adalah pemberian jasa pelayanan yang dituntut memiliki kualitas yang baik

bagi pelanggannya. Pelayanan kesehatan akan dirasakan berkualitas oleh para

pelanggan jika penyampaiannya dirasakan melebihi harapan para pengguna

pelayanan.

Definisi Pelayanan kesehatan menurut Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Tahun 2009 (Depkes RI) yang tertuang dalam Undang-Undang Kesehatan

tentang kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara

bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan


42

kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

perorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat.

Pelayanan kesehatan menurut Pohan merupakan suatu alat organisasi untuk

menjabarkan mutu pelayanan kesehatan dalam terminologi operasional, sehingga

semua orang yang terlibat dalam pelayanan kesehatan akan terikat dalam suatu sistem

baik pasien, penyedia pelayanan kesehatan, penunjang pelayanan kesehatan maupun

manajemen organisasi pelayanan kesehatan dan akan bertanggung jawab dalam

melaksanakan tugas dan perannya masing-masing (Moeloek, 2019).

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan merupakan lembaga

asuransi kesehatan yang didalamnya terdapat peraturan - peraturan yang wajib

dijalankan oleh setiap pasien. Apabila pasien pengguna BPJS Kesehatan tidak

mengikuti regulasi yang dibuat oleh pemerintah maka pasien mendapatkan kesulitan

ketika berobat menggunakan BPJS Kesehatan. Hal ini terjadi karena pasien tidak

mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pendisiplinan semacam

ini bertujuan untuk mengatur tubuh orang untuk patuh terhadap aturan dari

pemerintah.

Menurut Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional. Jaminan sosial merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk

menjamin seluruh rakyat. Jaminan sosial dalam hal ini berhubungan dengan

kompensasi dan program kesejahteraan yang diselenggarakan pemerintah untuk


43

rakyatnya. Salah satu bentuk jaminan sosial yaitu di bidang kesehatan. Jaminan

kesehatan di Indonesia sejak tahun 2014 yaitu BPJS yang sebelumnya bernama PT

Askes. Program kesehatan tersebut merupakan cara pemerintah dalam

mendisiplinkan masyarakat agar dapat ikut serta dalam program BPJS kesehatan.

Wacana pemerintah yang menyatakan bahwa dengan adanya program kesehatan

tersebut dapat membantu seluruh lapisan masyarakat dalam bidang kesehatan (Kautz,

2013).
44

Gambar 2.2
Alur Pikir

Rumah Sakit

Rumah Sakit Tk.III 13.06.01 Dr. Sindhu


Trisno

Pelayanan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial


(BPJS)

Efektivitas Menurut Duncan Richard M.


Steers (1985:53) :

1. Pencapaian tujuan
2. Integrasi
3. Adaptasi

Pelayanan efektif dan efisien pada BPJS


kesehatan

di Rumah Sakit Tk.III 13.06.01 Dr. Sindhu


Trisno
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Dasar dan Tipe Penelitian

3.1.1 Dasar Penelitian

Tipe penelitin yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini berupaya

menggambarkan kejadian atau fenomena sesuai dengan apa yang terjadi di

lapangan, di mana data yang dikumpulkan berupa kata-kata bukan berbentuk angka.

Menurut Sugiyono, metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk

menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan

untuk membuat kesimpulan yang lebih luas (Nugroho, 2013b).

3.1.2 Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif. Menurut Al-Ghazaruty

penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk

mengungkap permasalahan dalam kehidupan kerja organisasi pemerintah, swasta,

kemasyarakatan, kepemudaan, perempuan, olahraga, seni dan budaya, dan lain-lain

sehingga dapat dijadikan sebagai suatu kebijakan demi kesejahteraan bersama

(Guba, 2014).
46

Sugiyono berpendapat bahwa “Penelitian kualitatif adalah metode penelitian

yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti

adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel data dilakukan secara

purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan),

analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi.” (Wijaya, 2018).

3.2 Definisi Konsep

Untuk mengetahui apakah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sudah

efektif terkait pelayanan BPJS kesehatan, maka peneliti terlebih dahulu

memberikan definisi konsep sebagai acuan sebagaimana yang dikemukakan oleh

Duncan yang dikutip Richard M. Steers (1985:53), adapun indikator untuk

mengukur efektivitas tersebut sebagai berikut :

1. Pencapaian Tujuan

Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang

sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir

semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan

pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti

periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor, yaitu:

Kurun waktu dan sasaran yang merupakan target kongktit.


47

2. Integrasi

Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi

untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi

dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi menyangkut proses

sosialisasi.

3. Adaptasi

Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses pengadaan dan

pengisian tenaga kerja.

3.3 Jenis Data

Sumber data yang digunakan adalah data yang bersifat fakta melalui

keterangan-keterangan yang diperoleh dan dikumpulkan oleh peneliti. Jenis data

yang digunakan dalam penetitian ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu :

1. Data Primer

Menurut Suharsimi Arikunto data primer adalah data yang dikumpulkan

melalui pihak pertama, biasanya dapat melalui wawancara, jejak dan lain-

lain.
48

2. Data Sekunder

Menurut Ulber Silalahi data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari

tangan kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum

penelitian dilakukan.(Febriansyah, 2017).

3.4 Sumber Data dan Pengambilan Data

3.4.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah data yang bersifat fakta melalui

keterangan-keterangan yang diperoleh dan dikumpulkan oleh peneliti. Sumber data

yang digunakan dalam penetitian ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu :

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari opini subjek (orang) secara

individual atau kelompok. Pada penelitian ini data primer yang akan peneliti

peroleh berasal dari:

1. Penelitian lapangan (observasi).

Penulis melakukan aktivitas dilokasi penelitian dengan melibatkan diri

secara langsung dalam situasi sosial yang berhubungan dengan aspek.

Dengan demikian, diharapkan dapat memperoleh data primer penelitian.

2. Informan

Informan merupakan Salah satu sumber data penelitian, informan

merupakan orang yang dianggap mempunyai pengetahuan mendalam


49

menyangkut masalah yang akan diteliti oleh peneliti, sehingga peneliti

memiliki data dan informasi yang dibutuhkan dalam rangka menjawab

permasalahan penelitian ini. oleh karena itu pemilihan dalam penelitian

ini akan digunakan sebagai sumber informan dalam penelitian untuk

mendapatkan data yang valid. Yang menjadi informan adalah orang

yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan

tertentu yang darinya dapat di peroleh informasi yang jelas, akurat, dan

terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan atau data - data yang

dapat membantu dalam memenuhi persoalan/permasalahan.

1. Kepala Kantor Cabang BPJS Provinsi Sulawesi Tengah.

2. Kepala Rumah Sakit Tk.III 13.06.01 Dr. Sindhu Trisno.

3. Staf Layanan Administrasi.

4. Masyarakat pengguna layanan BPJS.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelusuran kepustakaan

serta dokumen dari berbagai sumber diantara nya buku-buku dan bahan

pustaka lainnya yang dianggap bisa mendukung penulisan lebih lanjut.


50

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. data

adalah sesuatu yang diperoleh melalui suatu metode pengumpulan data yang akan

diolah dan dianalisis dengan suatu metode tertentu yang selanjutnya akan

menghasilkan suatu hal yang dapat menggambarkan atau mengindikasikan sesuatu.

Pada penelitian kualitatif, bentuk data berupa kalimat atau narasi dari subyek atau

responden penelitian yang diperoleh melalui suatu teknik pengumpulan data yang

kemudian data tersebut akan dianalisis dan diolah dengan menggunakan teknik

analisis data kualitatif dan akan menghasilkan suatu temuan atau hasil penelitian

yang akan menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain

pengamatan (observasi), wawancara, dan dokumentasi.

1. Pengamatan (observasi).

Menurut S.Margono pengamatan (observasi) diartikan sebagai pengamatan

dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek

penelitian.

2. Wawancara

Menurut Lexy J. Moleong wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, pewawancara (interviewer)


51

yang mengajukan pertanyaan dan yang memeberikan jawaban atas

pertanyaan itu.

3. Dokumentasi

Dokumentasi ini bertujuan untuk mengumpulkan dan menelaah data yang

diperoleh melaui catatan-catatan tertulis yang ada,serta sumber-sumber lain

yang menyangkut masalah yang diteliti (Ramdani, 2015).

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data penelitian agar pekerjaannya menjadi lebih mudah dan

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap sistematis sehingga lebih mudah untuk

diolah.

Instrumen penelitian menurut Sugiyono adalah “suatu alat yang digunakan

untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Instrumen

merupakan suatu alat bantu yang digunakan oleh peneliti dalam menggunakan

metode pengumpulan data secara sistematis dan lebih mudah. Instrumen penelitian

menempati posisi teramat penting dalam hal bagaimana dan apa yang harus

dilakukan untuk memperoleh data di lapangan (Oliver, 2013).


52

3.6 Analisis Data

Data akan dianalisis sesuai dengan dasar dan tipe penelitian yang dipakai.
Melalui teknik ini, penulis berusaha mengungkapkan penjelasan tentang penelitian,
berdasrakan perilaku, presepsi dan tindakan manusia sebagai objek penelitian.
Baik itu secara individu mapun secara sosial. Analisis data dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan interaktif model dari Huberman, dan Saldana
yang menerapkan empat (4) langkah dalam menganalisis data seperti tampak pada
gambar di bawah ini

Gambar 3.6

Model Interaktif dalam Analisis Data

Pengumpulan Penyajian
Data (Data Data (Data
Colection) Display)

Reduksi Data
(Data
Reduction)
Penarikan
Kesimpulan/Verif
ikasi
(Conclusions:
Drawing/

Sumber: Miles and Huberman dalam Sugiyono (2018:405) Model Interaktif dalam
Analisis Data
53

Data-data tersebut dianalisis dimana prosesnya terdiri dari tiga alur kegiatan

yang berlangsung secara bersamaan yaitu :

1. Reduksi data, dapat diartikan sebagai proses pengurangan data, namun

dalam arti yang lebih luas adalah proses penyempurnaan data, baik

pengurangan terhadap data yang kurang perlu dan tidak relavan, maupun

penabahan terhadap data yang dirasa masih kurang. Mereduksi data juga

berarti: proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstakkan, dan tarnsformasi data “kasar” yang muncul dari catattan-

catatan tertulis dilapangan.

2. Penyajian data, proses pengumpulan informasi yang disusunber dasar

kategori atau pengelompokan-pengelompokan yang di perlukan. Hal

tersebut terjadi karena dengan penyajian data akan dapat dipahami apa yang

sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan atas pemahaman

tersebut.

3. Penarikan kesimpulan dan melakukan verifikasi, proses perumusan makna

dari hasil penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang singkat padat

dan mudah difahami, serta dilakukan dengan cara berulangkali melakukan

peninjauan mengenai kebenaran dari penyimpulan itu, khususnya berkaitan

dengan relevansi dan konsistensinya terhadap judul, tujuan dan perumusan

masalah yang ada yakni merupakan validitasinya. Untuk mendapatkan data


54

- data yang valid, maka peneliti memerlukan adanya pedoman wawancara

sebagai acuan peneliti dalam memperoleh informasi.

Adapun pedoman wawancara tersebut sebagai berikut :

A. Wawancara untuk Narasumber

1. Kelengkapan Biodata

2. Bagaimana Prosedur pelayanan BPJS Kesehatan yang telah dibuat ?

3. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan Pelayanan BPJS Kesehatan?

4. Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan pemerintah dalam

Pelayanan BPJS Kesehatan?

5. Apa target utama dalam pelaksanaan Pelayanan BPJS Kesehatan?

6. Apakah Pelayanan BPJS Kesehatan yang dibuat sudah strategis untuk

masyarakat ?

7. Bagaimana situasi dan kondisi Kota Palu, ketika diterapkannya

Pelayanan BPJS Kesehatan?

8. Sejauh mana terlaksananya kebijakan Pemerintah dalam Pelayanan

BPJS Kesehatan?

9. Berapa anggaran yang dikeluarkan dalam Pelayanan BPJS Kesehatan?

10. Apa saja hambatan dalam Pelayanan BPJS Kesehatan?.


55

B. Wawancara Untuk Informan

1. Kelengkapan Biodata

2. Bagaimana kondisi Bapak/Ibu ketika merasakan Pelayanan BPJS

Kesehatan ?

3. Apakah Bapak/Ibu sudah merasakan adanya kebijakan yang berikan dari

pemerintah?

4. Apakah Pelayanan BPJS Kesehatan yang Bapak/Ibu sudah rasakan

sudah efektif?

5. Apakah Bapak/Ibu sudah merasa Pelayanan BPJS Kesehatan yang

dilaksananakan dan diberikan oleh pemerintah sudah tepat sasaran ?

6. Apakah Pelayanan yang diberikan dari pemerintah sudah strategis dan

sesuai dengan kebutuhan Bapak/Ibu ?

7. Bagaimana komonikasi dan sosialisasi pemerintah dengan Bapak/Ibu

dalam Pelayanan BPJS Kesehatan?

8. Sejauh mana pemerintah melaksanakan kebijakan dalam Pelayanan

BPJS Kesehatan?.

9. Apa harapan Bapak/Ibu untuk Pemerintah dalam rangka penanganan

Pelayanan BPJS Kesehatan ?

10. Apakah Bapak/Ibu merasa ada yang kurang dalam Pelayanan BPJS

Kesehatan ?
56

3.7 Penentuan Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini adalah di Rumah Sakit Tk.III 13.06.01 Dr.

Sindhu Trisno. Jl.. Sisingamangaraja No.4, Besusu Tim., Kec. Palu Timur, Kota

Palu, Sulawesi Tengah. Dipilihnya lokasi penelitian ini sebagai sasaran penelitian

karena pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan objek kajian yang tepat

dalam penelitian ini.

3.8 Waktu dan Jadwal Penelitian

Waktu dan jadwal penelitian telah ditentukan berdasarkan efektivitas dan

efisiensi waktu yang dibutuhkkan oleh peneliti sesuai lokasi yang ada.
57

Tabel 3.8

Tabel Waktu dan Jadwal Penilitian

Tahun 2020

Tahap Pokok Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4


NO
Peneltian
M M M M M M M M M M M M M M M M
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengumpulan Data

1 Pemaparan Data

Analisis Data

Rencana Ujian Hasil

2 Revisi Teks Awal

Revisi Teks Akhir

3 Rencana Ujian Akhir


DAFTAR PUSTAKA

Ahsanty, I. (2019). Makalah Paradigma Administrasi Publik Klasik. 1–20.

Amalia, S. (2018). Reformasi Birokrasi 4.0 : Strategi Menghadapi Revolusi Industri


4.0. Jurnal Wacana Kinerja: Kajian Praktis-Akademis Kinerja Dan
Administrasi Pelayanan Publik, 21(2), 1–18.
https://doi.org/10.31845/jwk.v21i2.133

Anggraini, A. R. (2019a). Bab III Gambaran Umum Bpjs Kesehatan Kota


Palembang. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Anggraini, A. R. (2019b). Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. Journal


of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Ari. (2019). Tinjauan Pustaka. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Awaluddin. (2018). Fungsi Manajemen Dalam Pengadaan Infrastruktur Pertanian


Masyarakat Di Desa Watatu Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala.
Jurnal Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Tadulako Indonesia,
2(1), 1–12.

Botutihe, N. (2017). Analisis Efektivitas Pelayanan Publik Pada Rumah Sakit Aloe
Saboe Provinsi Gorontalo. Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), 6(1), 1.
https://doi.org/10.31314/pjia.6.1.1-12.2017

Candra, J. (2018). Efektivitas Pelayanan Publik.

Dani, S. (2016). Tinjauan Pustaka Konsep Efektivitas. Konsep Efektivitas, 18–38.


Darmawan, D. (2019). Efektifitas Pelayanan Di Balai Diklat Keagamaan Manado.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Febriansyah, A. (2017). Tinjauan Atas Proses Penyusunan Laporan Keuangan Pada


Young Enterpreneur Academy Indonesia Bandung. Jurnal Riset Akuntansi, 8(2).
https://doi.org/10.34010/jra.v8i2.525

Guba. (2014). Memahami Studi Dokumen Dalam Penelitian Kualitatif. Wacana,


13(2), 177–181.

Ishak, M. (2016). Efektipitas Program Badan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan


(BPJS) Terhadap Pelayanan Rumah Sakit Islam Bodak Di Desa Montong Terep
Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah.

Jumarianto. (2013). Efektivitas Pelayanan Publik Berdasarkan Undang-Undang


Nomor 24 Tahun 2013 (Studi Penelitian Pada Kantor Kecamatan Barambai
Kabupaten Barito Kuala). 26(4), 1–37.

Kautz. (2013). Pelayanan Publik Di Bidang Kesehatan. NBER Working Paper Series,
1–6. http://www.nber.org/papers/w19656

Khairunnisa, E. (2019). Efektivitas pelayanan kesehatan masyarakat program badan


penyelenggara jaminanan sosial kesehatan di kecamatan muara papalik
kabupaten tanjung jabung barat provinsi jambi.

Lina Marliani, M. S. (2019). Definisi Administrasi Dalam Berbagai Sudut Pandang.


Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Majid, J. (2020). Social Accounting; Tendensi Kemaslahatan Publik dibalik Kenaikan


Tarif BPJS Kesehatan di Indonesia. Jurnal Sosial Ekonomi Dan …, 6, 44–53.
https://www.researchgate.net/profile/Jamaluddin_Majid2/publication/
342865007_Social_Accounting_Tendensi_Kemaslahatan_Publik_dibalik_Kenai
kan_Tarif_BPJS_Kesehatan_di_Indonesia/links/5f095dcc299bf18816128e30/
Social-Accounting-Tendensi-Kemaslahatan-Publik-di

Maningke, M. (2020). Efektivitas Penerapan Absensi Finger Print Dalam Rangka


Meningkatkan Disiplin Pegawai Pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Tabalong. 3, 213–225.

Moeloek, H. A. (2019). Evaluasi Tingkat Kepuasan Pasien Badan Penyelenggara


Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Terhadap Pelayanan Di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

Nugroho, M. B. (2013a). Tantangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan


(Bpjs) Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Nugroho, M. B. (2013b). Transformasi Organisasi Penyelenggara Layanan Jaminan


Kesehatan (Studi Tentang Transformasi PT. ASKES (Persero) Menjadi BPJS
Kesehatan). Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Nur Fauzi, M. (2013). Studi Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan. 1(1), 268–281.

Nurharpani. (2020). Perkembangan Ilmu Administrasi Dan Fungsinya Untuk


Mendukung Perkembangan Ilmu Administrasie.
Http://Jurnal.Ensiklopediaku.Org, 2(1), 9–13.

Oliver, J. (2013). Metode Penelitian. Metode Penelitian, 37–54.


https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Pertiwi. (2017). EFEKTIVITAS PROGRAM BPJS KESEHATAN DI KOTA


SEMARANG (Studi Kasus pada Pasien Pengguna Jasa BPJS Kesehatan di
Puskesmas Srondol). Journal of Public Policy and Management Review, 6(2),
416–430. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jppmr/article/view/16050

Ramdani, M. (2015). Implementasi Pendidikan Life Skill Di Pesantren Pertanian


Darul Fallah Bogor. Ta’dibi, 4(2), 53–64.

Sari. (2019). Efektivitas Pelayanan Kesehatan Pasien Bpjs (Badan Penyelenggara


Jaminan Sosial) Di Puskesmas (Studi Kasus Di Puskesmas Dinoyo Kota
Malang). Respon Publik, 13(3), 113–121.

Sriani, E. (2018). Efektivitas Pelayanan Publik Di Bidang Kesehatan Dalam Upaya


Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal Edudikara, 2(2), 3–5.

Suniti, S. (2013). Manajemen Pengembangan Kurikulum.

Tua, J. M. (2016). Efektifitas Pelaksanaan Program BPJS Kesehatan Dalam


Pemberian Pelayanan Kepada Masyarakat Ekonomi Lemah ( Studi Pada
Puskesmas Kecamatan Helvetia , Medan ). Skripsi Sarjana, 1–122.
http://repositori.usu.ac.id

Wibowo. (2020). Pelayanan Publik Berbasis E- Health Dalam Penyelenggaraan


Pelayanan Kesehatan Di Indonesia. 597–619.

Wijaya, H. (2018). Analisis Data Kualitatif Model Spradley. Research Gate, March,
1–9. https://www.researchgate.net/publication/323557072

Yuliani, K. F. (2017). Efektivitas Program Pelayanan Kesehatan Gratis (P2km) Di


Kota Bandar Lampung. 7(1), 45–56.

Anda mungkin juga menyukai