Anda di halaman 1dari 34

HUBUNGAN ANTARA INFEKSI SALURAN KEMIH DENGAN

KONSTIPASI PADA ANAK

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan Penelitian Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dokter Pada Fakultas Kedokteran Universitas
Abulyatama

Oleh
MUTIA ZAHRA
18171010

FAKULTAS KEDOTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2021
HALAMAN ORISINALITAS

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa proposal skripsi berjudul Hubungan Antara
Infeksi saluran Kemih dengan Konstipasi Pada Anak adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Universitas
Abulyatama Aceh.

Aceh Besar, Januari 2021

Mutia zahra
18171010

i
Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya penulis telah
menyelesaikan penulisan proposal. Shalawat beriringkan salam kepada pangkuan
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat yang telah membuat perubahan
Islam bagi umat manusia. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam proposal ini
terdapat kekurangan dan kekhilafan. Oleh sebab itu saran dan kritik konstruktif yang
bertujuan untuk penyempurnaan sangat penulis harapkan.

Pada kesempatan penelitian dan penulisan proposal ini, penulis banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Ir. R. Agung Eriyono Hadi, M.Sc.,Ph.d, selaku Rektor Universitas


Abulyatama Aceh.
2. dr. Fakhrul Jamal, Sp. An, KIC, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Abulyatama Aceh.
3. dr. Silvia Yasmin, Sp. A selaku dosen pembibing I yang telah meluangkan
waktu, tenaga, serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.
4. dr. Hady Maulanza, MKM selaku dosen pembibing II yang telah meluangkan
waktu, tenaga, serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal in.
5. Kepada seluruh staf serta dosen Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama
Aceh, yang telah banyak membantu dalam proses belajar dan penyusunan
dalam persiapan penulisan proposal.
6. Kepada kedua orang tua saya yang selalu memberikan dukungan moril
maupun materi, serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.
7. Kepada Teman-teman sejawat angkatan 2018 di Fakultas Kedokteran
Universitas Abulyatama Aceh.

ii
Demikianlah semoga penelitian ini bermanfaat bagi peneliti sendiri dan teman
sejawat lainnya.
Banda Aceh, Januari 2021

Mutia Zahra

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN ORISINALITAS ................................................................................. i

Kata pengantar ....................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................ 7

1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................. 7

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 8

1.3 tujuan penelitian ......................................................................................... 8

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 10

2.1 Konstipasi ................................................................................................. 10

2.1.1 Definisi .............................................................................................. 10

2.1.2 Epidemiologi ..................................................................................... 10

2.1.3 Klasifikasi ......................................................................................... 11

2.1.4 Etiologi.............................................................................................. 11

2.1.5 Faktor resiko ...................................................................................... 11

2.1.6 Patofisiologi ...................................................................................... 11

2.1.7 Diagnosis ........................................................................................... 12

2.1.8 Penatalaksanaan ................................................................................. 13

2.2 Infeksi Saluran Kemih ................................................................................... 15

2.1.9 Definisi .............................................................................................. 15

2.1.10 Epidemiologi ..................................................................................... 15

2.1.11 Klasifikasi ......................................................................................... 15

2.1.12 Etiologi.............................................................................................. 16

2.1.13 Manifestasi klinis ............................................................................... 17

iv
2.1.14 Diagnosis ........................................................................................... 18

2.1.15 Pentalaksaanan .................................................................................. 19

2.1.16 Hubungan infeksi saluran kemih dengan konstipasi ........................... 20

2.1.17 Kerangka Teori .................................................................................. 22

2.1.18 Kerangka Konsep .............................................................................. 23

2.1.19 Hipotesis............................................................................................ 23

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN ................................................................ 24

3.1. Jenis dan desain Penelitian ........................................................................ 24

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian................................................................. 24

3.3. Kriteria sampel penelitian ......................................................................... 24

3.4. Variabel penelitian .................................................................................... 25

3.5. Definisi operrasional ................................................................................. 25

3.6. Instrumen pengumpulan data .................................................................... 26

3.7. Tempat dan waktu penilitian ..................................................................... 26

3.8. Rancangan pengolahan data ...................................................................... 26

3.9. Rancangan Analisa Data ........................................................................... 27

3.10. Etika Penelitian ........................................................................................ 27

3.11. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 27

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Definisi operasional 27

vi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Infeksi saluran kemih (ISK) dapat didefinisikan sebagai adanya patogen di


saluran kemih. Penyebab utamanya adalah infeksi bakteri dan sering menjadi
penyebab morbiditas dan mortalitas1. Escherichia coli adalah mikroba yang paling
sering ditemui, terdapat pada 75-80% ISK yang didapat dari masyarakat. Sekitar 8–
10% anak perempuan dan 1–3% anak laki-laki akan mengalami ISK pada usia 16
tahun. Anak laki-laki lebih sering terkena pada tahun pertama kehidupan, setelah itu
insidennya turun secara signifikan, namun anak perempuan memiliki risiko lebih
tinggi terkena ISK setelah tahun pertama.2
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Luailiyatul Pada tahun 2016 di poli
anak RSUD Blambangan didapatkan insiden ISK dari 134 anak yang di evaluasi
terdapat 67 anak yang menderita ISK. Pada usia 0-3 tahun terdapat 35,8% dan anak
usia 4-11 tahun terdapat 64,2%, sedangkan menurut jenis kelaminnya perempuan
terdapat 37,3% dan pada laki – laki terdapat 62%.3
Konstipasi pada anak merupakan keluhan yang sangat umum. Penelitian telah
menunjukkan prevalensi pada populasi umum dari 70% hingga 79%. Gejala
konstipasi menyumbang 5% dari semua kunjungan rawat jalan pediatrik dan lebih
dari seperempat rujukan ke gastroenterologi Pediatrik.4
Menurut Paris Consensus on Childhood Constipation Terminology
(PACCT), konstipasi fungsional kronis dianggap sebagai penyakit yang dapat
meningkatkan risiko infeksi saluran kemih.5 Konstipasi fungsional kronis memiliki
setidaknya dua gejala selama delapan minggu terakhir yang meliputi frekuensi buang
air besar kurang dari tiga kali, inkontinensia tinja, frekuensi lebih dari satu kali,
buang air besar yang menyumbat toilet, massa feses perut atau rektal teraba, tinja
menahan dan buang air besar yang menyakitkan.6 Konstipasi fungsional kronis
adalah konstipasi tanpa adanya kelainan struktural dan saat ini definisi yang paling

7
diterima untuk konstipasi fungsional kronis adalah kriteria Rome III. Secara khusus,
sensasi penyumbatan anorektal, mengejan saat buang air besar dan jarang buang air
besar sangat akurat untuk diagnosis konstipasi fungsional kronis.7,8
Konstipasi mungkin berperan dalam fungsi dan disfungsi saluran kemih. bahwa
anak-anak dengan ISK memiliki lebih banyak gejala konstipasi daripada tanpa
konstipasi, menunjukkan bahwa ISK dikaitkan dengan konstipasi pada anak-anak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Clara pada tahun 2016 di dua kota Brazil
didapatkan data sampel yang sudah diteliti ada 27% anak yang mengalami
konstipasi mengalami ISK, dengan peluang 6.782 kali lebih besar mengalami
disfungsi buang air dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami konstipasi.9
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melihat apakah ada
hubungan antara infeksi saluran kemih dengan konstipasi pada anak.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikain diatas, maka rumusan


masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Apakah ada hubungan infeksi
saluran kemih dengan konstipasi pada anak?

1.3 tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui hubungan antara infeksi saluran kemih dengan
konstipasi pada anak.
1.3.2 Tujuan Khusus.

1. untuk mengetahui kejadian infeksi saluran kemih pada anak.


2. untuk mengtahui kejadian konstipasi pada anak.

8
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi penulis


Penelitian ini dapat menjadi sarana untuk menambah wawasan dan
mengaplikasikan pengetahuan yang telah dipelajari selama masa
perkuliahan di fakultas Kedokteran Abulyatama.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi bahan masukan dan informasi mengenai hubungan
antara infeksi saluran kemih dengan konstipasi pada anak.
1.4.3 Bagi Masyrakat
Sebagai bahan informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan
bagi masyarakat.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konstipasi

2.1.1 Definisi

Konstipasi adalah ketidakmampuan melakukan evakuasi tinja secara sempurna


yang terlihat dari berkurangnya frekuensi buang air besar dari biasanya, tinja lebih
keras, lebih besar dan nyeri dibandingkan sebelumnya serta pada perabaan perut
teraba massa tinja (skibala). Secara umum definisi konstipasi menurut the North
American Society for Pediatric Gastroenterology and Nutrition (NASPHGAN)
adalah kesulitan atau keterlambatan melakukan defekasi selama dua minggu atau
lebih, dan mampu menyebabkan stres pada pasien.10

2.1.2 Epidemiologi

Konstipasi fungsional terjadi pada banyak anak dan merupakan masalah di


seluruh dunia karena prevalensinya yang meningkat. Prevalensi antara 0,7-29,6%,
dan rasio laki-laki terhadap perempuan adalah 2,1: 1. Pada usia 13 tahun, kejadian
konstipasi cenderung sama untuk laki-laki dan perempuan. Insiden usia toilet training
yaitu sekitar 2 – 3 tahun.11
Prevalensi konstipasi fungsional cenderung tinggi di Asia dan Amerika. Data di
Amerika Serikat sekitar 10% anak-anak dan remaja menderita konstipasi kronis. Di
Taiwan hampir sepertiga anak sekolah dasar menderita konstipasi, di HongKong dan
Korea Selatan prevalensi mencapai 12-28%, Sri Lanka sebesar 7-15% anak sekolah
menderita konstipasi. Berbagai faktor seperti diet, psikologis, sosio-kultural, dan
politik dapat meningkatkan risiko anak mengalami konstipasi.11

10
2.1.3 Klasifikasi

Ada 2 jenis konstipasi berdasarkan lamanya keluhan yaitu konstipasi akut dan
konstipasi kronis. Disebut konstipasi akut yaitu bila keluhan berlangsung kurang dari
4 minggu, sedangkan bila konstipasi telah berlangsung lebih dari 4 minggu disebut
konstipasi kronik. Penyebab konstipasi kronik biasanya lebih sulit disembuhkan.12

2.1.4 Etiologi
Penyebab tersering dari konstipasi anak – anak 95% terjadi karena konstipasi
fungsional. Konstipasi fungsional diawali dengan nyeri saat buang air besar, yang
menyebabkan anak menahan feses untuk menghindari rasa nyeri dan hampir 30%
anak dengan konstipasi fungsional mengalami inkontensi tinja. Sedangkan 5% lagi
konstipasi anak disebabkan oleh konstipasi organik, penyakit hirspurgh penyebab
konstipasi organik paling banya diderita.11
2.1.5 Faktor resiko
Adapun beberapa faktor resiko yang mempengaruhi konstipasi: 11

1. Stres psikologis: terkait rumah, sekolah, saudara


2. Tidak tinggal dengan kedua orang tua
3. Kelas sosial rendah
4. Gaya mengasuh anak yang buruk
5. Diet: rendah serat, protein susu sapi, junk food, tidak makan teratur bersama
orang tua
6. Obesitas masa kecil

7. Penganiayaan anak: Pelecehan fisik, seksual, emosional

8. Kerusuhan sipil (paparan terhadap perang).

2.1.6 Patofisiologi

Proses defekasi yang normal memerlukan keadaan anatomi dan persyarafan yang
normal di rektum dalam waktu lama akan menyebabkan dilatasi rektum. Akibatnya
mengurangi aktivitas peristaltik yang mendorong feses ke luar sehingga proses

11
defekasi yang normal memerlukan keadaan anatomi dan persyarafan yang normal
dari rektum, otot puborektal dan sfi ngter ani. Rektum adalah organ sensitif yang
mengawali proses defekasi. Tekanan pada dinding rektum akan merangsang sistem
saraf intrinsik rektum dan menyebabkan relaksasi sfingter ani interna, yang dirasakan
sebagai keinginan untuk defekasi. Sfingter ani eksterna kemudian menjadi relaksasi
dan feses dikeluarkan mengikuti peristaltik kolon melalui anus. Bila relaksasi sfingter
ani interna tidak cukup kuat, maka sfingter ani eksterna akan berkontraksi secara
reflek, selanjutnya sesuai dengan kemauan. Otot puborektal akan membantu sfi ngter
ani eksterna sehingga anus mengalami konstriksi. Bila konstriksi sfingter eksterna
berlangsung cukup lama, refleks sfingter internus akan menghilang, sehingga
keinginan defekasi juga menghilang. Pada konstipasi, feses yang terkumpul
menyebabkan retensi feses yang lebih banyak. Peningkatan volume feses pada rektum
menyebabkan kemampuan sensorik rektum berkurang sehingga retensi feses makin
mudah terjadi.13

2.1.7 Diagnosis

Diagnosis pada konstipasi dilakukan dengan menggunakan kriteria Rome III,


yang dianggap sebagai alat diagnostik standar emas. Menurut kriteria untuk
mendiagnosis konstipasi, gejala harus dimulai enam bulan sebelum evaluasi, harus
aktif setidaknya dalam seperempat buang air besar setidaknya selama tiga bulan, dan
individu harus memiliki dua atau lebih gejala. Ini terdiri dari enam gejala:14

a. Kurang dari tiga buang air besar per minggu


b. Mengejan saat melakukan evakuasi
c. Adanya feses yang keras atau pecah
d. Perasaan buang air besar tidak sempurna
e. Sensasi tersumbat anorektal, dan
f. Manuver manual untuk memfasilitasi pergerakan usus.

12
2.1.8 Penatalaksanaan

Strategi pengobatan tiga fase untuk pengobatan konstipasi harus dipertimbangkan


pada anak-anak:4
1. Evakuasi lengkap jika ada impaksi.
2. Evakuasi berkelanjutan.
3. Menghentikan intervensi untuk mendorong buang air besar
Pendidikan keluarga adalah bagian penting dari pengobatan konstipasi pada anak-
anak. Menjelaskan masalah dan melibatkan keluarga dalam pengobatan sangatlah
penting, sehingga orangtua perlu memahami penyebab dan faktor resiko yang
berhubungan dengan konstipasi pada anak.4,11
Adapun beberapa jenis terapi dan efevektifitasnya:

1. Pencahar osmotik
Pencahar osmotik adalah pengobatan lini pertama Sembelit fungsional. Obatnya
kurang Diserap oleh usus dan merangsang retensi Air di rongga usus untuk
melunakkan tinja, dan Tingkatkan gerakan peristaltik melalui ekspansi Usus.11
Ada beberapa pencahar osmotik yang umum digunakan seperti :

- Polyethylene Glycol (PEG) efektif dan aman bahkan untuk usia kurang dari 2
tahun dan sebagai pengobatan lini pertama dalam sembelit fungsional. 4,11
- Laktulosa bekerja dengan meningkatkan tekanan osmotik pada lumen saluran
gastrointestinal, sehingga meningkatkan kadar cairan dalam usus dan membuat
feses lebih lunak dan laktulosa dianggap aman untuk semua umur.
- Magnesium hidroksida, sulfat, ataupun sitrat memiliki efek pencahar.11

2. Pencahar Stimulan
Pencahar stimulan dapat sebagai terapi tambahan atau lini kedua. Pencahar
stimulan merangsang motilitas usus dan/atau meningkatkan sekresi air dan elektrolit.
Paling sering digunakan dan dinilai aman untuk anak, yaitu difenilmetan dan
antrakino.11
3. Lubrikan (Mineral oil)

13
Minyak mineral (atau parafin cair) adalah pencahar yang melembutkan/melumasi
tinja dan tidak diserap oleh usus. Dapat diberikan oral atau rektal, efek pencahar
terjadi dalam 1-2 hari baik oral atau rektal. Mineral oil ini juga efektif dalam terapi
impaksi pada anak.11
4. Enema
Enema adalah cairan yang diberikan melalui rektal, berisi zat kimia aktif yang
mempengaruhi motilitas usus mempunyai efek osmotik, atau kombinasi. Penggunaan
enema dengan janga waktu yang lama tidak disarankan untuk anak.11
5. Irigasi Rektal
Pada irigasi trans-anal, air 10-20 mL/kg dimasukkan ke dalam rektum dan kolon
untuk membersihkan usus secara mekanis, frekuensinya tergantung respons pasien.
Irigasi rektal terbukti efektif dalam pengelolaan inkontinensia tinja akibat konstipasi
neurogenik, namun irigasi rektal ini jarang digunakan pada sembelit fungsional.11
6. Terapi baru (Lubiproston, Linaklotid, Prukaloprid)
Lubiproston, linaklotid, dan prukaloprid adalah obat yang relatif baru, cara kerja
dari Lubiproston dan linaklotid mempromosikan sekresi cairan kaya akan klorida di
usus, sehingga melunakkan dan meningkatkan volume tinja. Lubiproston, linaklotid,
dan prukaloprid terbukti efektifitasnya pada orang dewasa tetapi pada anak masih
kurangnya penelitian.11
7. Pre-, pro-, dan sinbiotik
Perubahan mikrobiota usus dengan konsumsi pre-, pro-, atau sinbiotik diduga
mampu mempengaruhi motilitas kolon, Akan tetapi, masih kurang bukti penelitian
untuk merekomendasikan pre-, pro-, atau sinbiotik untuk terapi sembelit fungsional
pada anak.11

14
2.2 Infeksi Saluran Kemih

2.1.9 Definisi

Infeksi saluran kemih (ISK) didefinisikan sebagai respons peradangan urothelium


terhadap invasi mikroorganisme, biasanya bakteri, juga disebut uropatogen. Invasi
bakteri, seperti yang ditunjukkan oleh pertumbuhan bakteri pada kultur urine,
didefinisikan sebagai bakteriuria ISK adalah adanya bakteriuria dan gejala khas
sedangkan bakteriuria asimtomatik (adalah adanya bakteriuria tanpa adanya
gejala).1,15

2.1.10 Epidemiologi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Luailiyatul Pada tahun 2016 di poli
anak RSUD Blambangan didapatkan insiden ISK dari 134 anak yang di evaluasi
terdapat 67 anak yang menderita ISK. Pada usia 0-3 tahun terdapat 35,8% dan anak
usia 4-11 tahun terdapat 64,2%, sedangkan menurut jenis kelaminnya perempuan
terdapat 37,3% dan pada laki – laki terdapat 62%.3

2.1.11 Klasifikasi

Adapun beberapa klasifikasi ISK :

a. ISK saluran bawah; melibatkan infeksi di dalam kandung kemih (sistitis) dan
uretra, dengan gejala lokal seperti nyeri perut bagian bawah atau suprapubik, disuria,
frekuensi kencing dan urgensi. Biasanya diobati dengan antibiotik oral yang
diekskresikan melalui ginjal untuk mencapai kadar yang tinggi dalam urine, tetapi
tidak harus dalam kadar tinggi pada tingkat sistemik atau jaringan. 16,17
b. ISK saluran atas ; yang melibatkan infeksi dan peradangan pada ginjal
(pielonefritis) dan ureter .Hal ini biasanya menyebabkan nyeri perut dan nyeri
pinggang, dengan gambaran sistemik seperti demam, anoreksia, muntah, lesu, dan
malaise. Infeksi saluran atas juga bisa menyebabkan urosepsis, dan komplikasi

15
umum termasuk kerusakan ginjal, pembentukan abses, dan gagal ginjal. Sebagian
besar kasus memerlukan perawatan di rumah sakit dan perawatan saluran kemih yang
terinfeksi dan komponen sistemik dengan antibiotik intravena.16,17
c. ISK tanpa komplikasi umumnya didefinisikan sebagai infeksi saluran bawah yang
mempengaruhi wanita tanpa predisposisi struktural, metabolik, atau imunologis. ISK
tanpa komplikasi dapat diobati dengan spektrum yang lebih sempit, antibiotik oral
untuk pengobatan jangka pendek.17
d. ISK komplikasi adalah yang melibatkan saluran kemih bagian atas atau terjadi
pada individu dengan faktor predisposisi seperti kelainan struktural dan fungsional,
gangguan metabolisme, atau gangguan kekebalan. ISK pada anak-anak dan pria
sering dianggap dalam kelompok ini, karena ISK pada individu ini lebih sering
dikaitkan dengan faktor predisposisi, termasuk kelainan kongenital pada anak-anak
dan prostatitis pada pria. Banyak kasus akan membutuhkan rangkaian antibiotik
spektrum yang lebih luas karena organisme multiresisten adalah penyebab yang
lebih umum dari infeksi ini.17

2.1.12 Etiologi

Kebanyakan ISK pada anak disebabkan oleh bakteri Gram negatif coliform yang
berasal dari flora feses yang berkoloni di perineum, yang masuk dan naik ke saluran
kemih. 3 Escherichia coli (E.coli) adalah uropatogen yang paling umum, bertanggung
jawab atas sekitar 80% dari ISK pediatrik.16
Adapun beberapa faktor resiko :
1. Faktor Host Comparasing

Refluks vesikoureterik yang paling umum pada anak-anak, memungkinkan


bakteri naik dari kandung kemih ke ginjal, dan juga menyebabkan sisa urin post-void.
Refluks vesikoureterik bisa primer atau sekunder dari katup uretra posterior, ureter
ektopik, atau sindrom perut prune. Merupakan faktor risiko penting untuk ISK
berulang dan jaringan parut ginjal. Refluks vesikoureterik terjadi pada 25 sampai
30% anak-anak yang pernah mengalami ISK. 18

16
2. Faktor genetik
Terdapat kecenderungan genetik untuk ISK berulang dan jaringan parut ginjal.
Gen yang telah terbukti mempengaruhi pasien untuk ISK berulang dan jaringan parut
ginjal termasuk Penyisipan atau penghapusan enzim pengubah angiotensin (ACE I /
D) gen, interleukin (IL) -8 reseptor CXCR1 dan CXCR2 gen, IL-10-1082 A / G gen,
heat shock protein 72 (HSPA1B) gen, mengubah faktor pertumbuhan (TGF) - 1 gen,
reseptor seperti tol ( TLR) gen, dan fasies pertumbuhan endotel vaskular tor
(VEGF).18
3. Faktor Virulensi Patogen
Faktor virulensi dari patogen meningkatkan kemungkinan bahwa strain bakteri
tertentu akan berkoloni dan selanjutnya menyerang saluran kemih. Faktor-faktor
tersebut antara lain -hemolysin, M hemagglutinin, endotoksin, cytotoxic necrotizing
factor 1, K capsular antigen, kemampuan resistensi serum karena protein membran
luar TraT, aerobaktin yang mendukung pertumbuhan dengan besi chelating, dan
kapasitas adhesif. Tiga tipe adhesin berbeda yang diidentifikasi pada uropathogenic
E. coli termasuk tipe 1 pili (atau fimbriae), Pfimbriae dan X-adhesins. Adhesin ini
memfasilitasi keterikatan bakteri pada reseptor mukosa di uroepitel meskipun terjadi
pembilasan aliran urin. Setelah uroepitel diinvasi, biofilm intraseluler terbentuk.
Biofilm dapat melindungi E.coli uropatogenik dari sistem kekebalan tubuh.18

2.1.13 Manifestasi klinis

Untuk gejala klinis pada anak tidak terlalu spesifik. Tanda dan gejala yang
muncul bervariasi tergantung pada usia anak. Tanda yang paling umum adalah
demam. Adapun beberapa variasinya :
a. Bayi lebih muda dari 3 bulan
Untuk bayi muda dari umur 3 bulan tanda dan gejala yang umum adalah demam,
muntah, kelesuan, sifat cepat marah sedangkan untuk tanda dan gejala yang tidak
umum terjadi adalah sakit perut, penyakit kuning, hematuri, dan urine yang
menyengat. 2
b. Bayi dan anak-anak 3 bulan atau lebih tua

17
Untuk Bayi dan anak-anak 3 bulan atau lebih tua dibagi menjadi preverbal dan
verbal :
- Praverbal tanda dan gejala umumnya adalah demam, sakit perut, nyeri pinggang,
dan muntah, sedangkan untuk tanda dan gejala yang tidak umum seperti kelesuan,
sifat cepat marah, hematuria, urine yang menyengat dan gagal untuk
berkembang.2
- Verbal tanda dan gejala umumnya adalah frekuensi disuria, berkemih
disfungsional, perubahan kontinensia, sakit perut, dan nyeri pinggang sedangkan
untuk tanda dan gejala yang tidak umum adalah demam, malaise, muntah, hematuria,
urine yang menyengat dan urine keruh.2

2.1.14 Diagnosis

Diagnosis ISK ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,


pemeriksaan laboratorium yang dipastikan dengan biakan urine. ISK serangan
pertama umumnya menunjukkan gejala klinik yang lebih jelas dibandingkan dengan
infeksi berikutnya. Gangguan kemampuan mengontrol kandung kemih, pola
berkemih, dan aliran urine dapat sebagai petunjuk untuk menentukan diagnosis.
Demam merupakan gejala dan tanda klinik yang sering dan kadang-kadang
merupakan satu-satunya gejala ISK pada anak.15
Pemeriksaan tanda vital termasuk tekanan darah, pengukuran antropometrik,
pemeriksaan massa dalam abdomen, kandung kemih, muara uretra, pemeriksaan
neurologik ekstremitas bawah, tulang belakang untuk melihat ada tidaknya spina
bifida, perlu dilakukan pada pasien ISK. Genitalia eksterna diperiksa untuk melihat
kelainan fimosis, hipospadia, epispadia pada laki-laki atau sinekie vagina pada
perempuan. Pemeriksaan urinalisis dan biakan urine adalah prosedur yang terpenting.
Oleh sebab itu kualitas pemeriksaan urine memegang peran utama untuk menegakkan
diagnosis.15

18
2.1.15 Pentalaksaanan

Ada tiga tujuan utama dalam penanganan ISK:1


1. Respons terapeutik yang efektif
2. Pencegahan kekambuhan
3. Mengurangi perkembangan resistensi strain bakteri.
Anak-anak dengan infeksi saluran kemih membutuhkan antibiotik yang
ditargetkan dan perawatan suportif. Kebanyakan anak dengan infeksi saluran kemih
dapat diobati dengan cairan atau tanpa cairan dan antibiotik. Pemilihan antibiotik
empiris harus mengikuti pedoman lokal, karena sensitivitas antimikroba lokal sangat
bervariasi. Kesesuaian agen awal harus ditinjau kembali setelah hasil kultur tersedia.
Antibiotik oral efektif untuk sebagian besar ISK pediatrik.15

Berbagai antibiotik dapat digunakan untuk pengobatan ISK, baik antibiotik yang
diberikan secara oral maupun parenteral,seperti terlihat pada tabel 1 dan tabel 2.15

Tabel 1. Pilihan antimikroba oral pada infeksi saluran kemih


Jenis antibiotik Dosis per hari
 Amoksisilin 20-40 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis
 Sulfonamid
- trimetroprim (TMP) 6-12 mg TMP dan 30-60 mg SMX
sulfametoksazol (SMX) /kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
- Sulfisoksazol 120-150 mg/kgbb/hari dibagi dalam 4 dosis
Sefalosporin:
- Sefiksim 8 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
- Sefpodiksim 10 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
- Sefprozil 30 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
- Sefaleksin 50-100 mg/kgbb/hari dibagi dalam 4 dosis
- Lorakarbef 15-30 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis

19
Tabel 2. Pilihan antimikroba parental pada infeksi saluran kemih
Jenis antibiotik Dosis per hari
Seftriakson 75 mg/kgbb/hari
Sefotaksim 150 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Seftazidim 150 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Sefazolin 50 mg/kgbb/hari dibagi setiap 8 jam
Gentamisin 7,5 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Amikasin 15 mg/kgbb/hari dibagi setiap 12 jam
Tobramisin 5 mg/kgbb/hari dibagi setiap 8 jam
Tikarsilin 300 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Ampisilin 100 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam

2.1.16 Hubungan infeksi saluran kemih dengan konstipasi

Beberapa sumber penelitian mengatakan ada hubungan antara infeksi saluran


kemih dengan konstipasi biasanya ini tejadi diawali dengan gejala konstipasi terlebih
dahulu sehingga dikatakan pada penelitian yang dilakukan oleh Clara pada tahun
2016 yang dilakukan di dua kota Brazil didapatkan data sampel yang sudah diteliti
ada 27% anak yang mengalami konstipasi mengalami ISK, dengan peluang 6.782
kali lebih besar mengalami disfungsi buang air dibandingkan dengan mereka yang
tidak mengalami konstipasi.7,9 Kedekatan anatomis antara rektum dan kandung kemih
serta persarafan yang sama antara kedua struktur dapat berkaitan dengan adanya
hubungan antara konstipasi dengan disfungsi saluran kemih. 7,9

Kejadian ini mungkin terjadi anak-anak yang menahan tinja mereka


melakukannya dengan mengencangkan otot sfingterik mereka secara sukarela, dan
karena begitu sulitnya untuk memisahkan aksi sfingter usus dan kemih, mereka
mungkin juga akan menahan sfingter urin eksternal mereka dengan erat. Ini akan
menyebabkan disfungsi berkemih dengan tekanan intravesika yang tinggi dan

20
pengosongan yang tidak lengkap. sehingga pengosongan kandung kemih yang tidak
tuntas dan terjadinya disfungsi berkemih, kemudian akan menyebabkan
8,19
berkembangnya bakteri.

Hubungan antara konstipasi dengan infeksi saluran kemih juga bisa terjadi karena
inkontinensia urin dan infeksi saluran kemih seringkali berkaitan dengan konstipasi
pada anak. Jika feses berada lama di rektum, lebih banyak bakteri berkolonisasi di
perineum sehingga akan meningkatkan risiko infeksi saluaran kemih. 4

21
2.1.17 Kerangka Teori

Menahan BAB

Feses kering,
keras

Feses tertahan

Menekan atau menahan

Tekanan intravesika

Pengosongan Kemih Tidak


Lengkap

Disfungsi kemih

Menyebabkan
berkembangnya bakteri

Terjadinya ISK

22
2.1.18 Kerangka Konsep

Berdsarkan uraian dalam tinjauan pusataka, maka kerangka konsep dalam


penilitian ini adalah :

Konstipasi Infeksi Saluran Kemih

2.1.19 Hipotesis

Ha: ada hubungan infeksi saluran kemih dengan konstipasi


Ho: tidak ada hubungan infeksi saluran kemih dengan konstipasi

23
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan desain Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang bersifat observasional analitik


dengan desain penelitian menggunakan pendeketan cross sectional. Alat yang
digunakan berupa kuesioner untuk mendapatkan data primer, dan rekam medik untuk
mendapatkan data sekunder
3.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak yang mengalami infeksi saluran
kemih (ISK) yang sudah didiangnosis oleh dokter di poliklinik Anak RSUD Meuraxa
Banda aceh.

3.3.2. Sampel
Pada penelitian ini pemilihan sampel dilakukan dengan teknik consecutive
sampling. Sampel penelitian dipilih berdasaran kriteria inklusi yang ditelah
ditetapkan sebelumnya.

3.2.Tempat dan waktu penelitian

- Tempat pada penelitian ini adalah poliklini Anak RSUD Meuraxa Banda
Aceh.
- Waktu penelitian : Kegiatan penelitian dilakukan pada

3.3.Kriteria sampel penelitian

a. Kriteria inklusi

1. Anak – anak yang sudah terdiagnosis infeksi saluran kemih


2. Anak- anak dengan usia 4 -11 tahun

b. Kriteria eksluski
1. Rekam medis yang tidak tercatat lengkap
2. Anak dengan kelainan struktural

24
3. Anak yang mengalami ISK berulang

3.4.Variabel penelitian

- Variabel independen pada penelitian ini adalah konstipasi


- Variabel dependen pada penelitian ini adalah indfeksi saluran kemih

3.5. Definisi operasional

Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala


Operasional Ukur

Anak yang Data 1. Ya


Infeksi saluran tercatat dalam rekam Nominal
kemih rekam medik medik 2. tidak
menderita ISK

Usia anak yang Data


tercatat paada
Usia rekam 4 – 11 tahun Nominal
rekam medik medik
Karakteristik
Jenis kelamin Data 1. laki- laki Nominal
seks yang
rekam
membedakan 2. perempuan
medik
laki – laki dan
perempuan
seorang anak
Konstipasi Kuesioner 1. ya Nominal
jarang buang air
besar (umumnya 2. tidak
dua atau kurang
per minggu),
buang air besar

25
yang
menyakitkan,
atau buang air
besarkeras yang
memerlukan
mengejan
berlebihan20

3.6. Instrumen pengumpulan data

Insturemen yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penelitian berupa


kuesioner untuk mendapatkan data primer dan rekam medik untuk mendapatkan data
sekunder.

3.7.Rancangan pengolahan data

1. Editing
Hasil dari kuesioner atau wawancara perlu disunting (edit) terlebih dahulu.
Kegiatan pengeditan dimaksudkan untuk meneliti kembali atau melakukan
pengecekan jika ternyata masih ada data yang tidak lengkap.
2. Coding sheet
Setelah selesai editing, peneliti melakukan pengkodean data secara manual
dengan kode berisi nomer pada variabel yang diteliti
3. Transferring
Kegiatan mengklasifikasikan jawaban. Data yang telah diberi kode disusun secara
manual dengan kode berisi nomer pada variabel yang diteliti.

26
4. Tabulating
Proses pengelompokan jawaban-jawaban yang serupa dan menjumlahkannya
dengan teliti dan teratur. Pada tahapan ini data diperoleh untuk setiap variabel
disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dalam bentuk tabel.

3.8. Rancangan Analisa Data

Analisis data dilakukan melalui sistem komputerisasi yang terdiri dari data
univariat dan bivariat.

a. Analisis univariat
Analisis univariat adalah analisis yang digunakan dengan menjabarkan secara
deskriptif untuk melihat variabel yang diteliti baik variabel dependen dan independen.
Kemudian semua variabel ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang
terdiri dari nilai dan persentase dengan rumus.

a. Analisis bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara infeksi saluran kemih
dengan konstipasi . Pengukuran dilakukan dengan menggunakan uji chi-square.
Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan
95% (p<0,05) dan kriteria hubungan ditetapkan p value. Nilai p (p-value) akan
dibandingkan dengan nilai α = 0,05:
1. Jika p value ≥ 0,05 maka tidak terdapat hubungan antara kedua variabel.
2. Jika p value ≤ 0,05 maka terdapat hubungan yang bermakna antara kedua variabe

3.9. Etika penelitian

Etika penelitian mempunyai tujuan untuk melindungi hak dan kewajiban


responden maupun peneliti. Peneliti akan menjamin kerahasiaan data responden pada
saat pengumpulan data dan pada hasil penelitian. Sebelum melakukan pengumpulan
data, peneliti mengurus perizinan dari etik Universitas abulyatama.

a. Menghargai Martabat Manusia

27
Prinsip ini merupakan bentuk penghormatan terhadap martabat dan persetujuan
terhadap subjek tanpa paksaan, menghargai martabat subjek sebagai manusia
meliputi:

 Self determination (menetapkan sendiri) yaitu objek berhak berpartisipasi dalam


suatu penelitian.

 Mendapat penjelasan lengkap, berarti subjek mendapat penjelasan mengenai


penelitian dan hak subjek untuk menolak berpartisipasi dalam suatu penelitian

b. Mendapat keadilan

Subjek berhak mendapatkan yang adil dan keleluasaan pribadi. Hak mendapatkan
perlakuan yang adil dan keleluasaan mendapatkan hak yang sama sebelum, selama,
dan setelah partisipasi meraka dalam penelitian. Subjek memiliki hak bahwa data
yang diberikan harus dirahasiakan.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Grabe M. Diagnosis and Management of Infections of the Urinary Tract. In:


Infections of the Urinary Tract. ; 2013:11-24. doi:978-1-4471-4708-4

2. Cohen D, Ranan D. Clinical Dilemmas. In: Urinary Tract Infection. ; 2013:31.


doi:10.1007/978-1-4471-4709-1

3. Maknunah, Luailiyatul, Wahyudi P, Ramani A, Epidemiologi B, Fakultas K,


Masyarakat K. Faktor Risiko Kejadian Infeksi Saluran Kemih pada Anak di
Poli Anak RSUD Blambangan Kabupaten Banyuwangi ( Risk Factor of
Urinary Tract Infection on Children in Pediatric Ambulatory Care of
Blambangan Hospital ). RepositoryUnejAcId. Published online 2016:2.

4. Rose S. Constipation and Special Considerations: The Elderly, Children,


Pregnancy, Spinal Cord Injury, Metabolic Disorders and Systemic Diseases,
Opioid-Induced, and History of Abuse. In: Constipation A Practical Approach
to Diagnosis and Treatment. ; 2014:134-142. doi:10.1007/978-1-4939-0332-0

5. Brown S. The Paris Consensus on Childhood Constipation Terminology


(PACCT) Group It. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2012;18(1):3-4.
doi:10.1258/mi.2012.012005

6. O’NEILL MB, MCEVOY MM, Dan, NICHOLSON PAJ. Diagnosing and


Treating Common Problems in Paediatrics THE ESSENTIAL EVIDENCE-
BASED STUDY GUIDE.; 2017.

7. Averbeck MA, Madersbacher H. Constipation and LUTS - How do they affect


each other? Int Braz J Urol. 2011;37(1):16-28. doi:10.1590/S1677-
55382011000100003

8. Giramonti KM, Kogan BA, Agboola OO, Ribons L, Dangman B. The


association of constipation with childhood urinary tract infections. J Pediatr
Urol. 2005;1(4):273-278. doi:10.1016/j.jpurol.2005.01.011

29
9. Sampaio C, Sousa AS, Fraga LGA, et al. Constipation and Lower Urinary
Tract Dysfunction in Children and Adolescents: A Population-Based Study.
2016;4:1-6. doi:10.3389

10. Kadim M. sembelit (konstipasi) pada anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Published 2015. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/sembelit-
konstipasi-pada-anak

11. Purnamasari L. Tanda Bahaya, Evaluasi, dan Tatalaksana Sembelit pada Anak.
Cdk-271. 2018;45(12):902-907. https://kalbemed.com/CDK/Read-CDK-
Article/ArtMID/471/ArticleID/333/CDK-Edisi-271-Farmakologi

12. Endyarni B, Syarif BH. Konstipasi Fungsional. Sari Pediatr. 2016;6(2):75.


doi:10.14238/sp6.2.2004.75-80

13. Jurnalis YD, Sarmen S, Sayoeti Y. Konstipasi pada anak. Cermin Dunia
Kedokt. 2013;40(1):27-31.

14. Dantas AAG, Pereira ARR, de Castro SS, et al. Is constipation associated with
worse functioning in adult women? A cross-sectional study. J Multidiscip
Healthc. 2020;13:883-889. doi:10.2147/JMDH.S257397

15. Pardede SO, Tambunan T, Alatas H, Trihono PP, Hidayati EL. Konsensus
Infeksi Saluran Kemih Pada Anak.; 2011.

16. Kaufman J, Temple-smith M, Sanci L. Urinary tract infections in children : an


overview of diagnosis and management. Published online 2019.
doi:10.1136/bmjpo-2019-000487

17. Chiu C. Defi nitions, Classifi cations, and Antibiotics. In: Urinary Tract
Infection. ; 2013:1-10. doi:10.1007/978-1-4471-4709-1

18. Leung AK, Wong AH, Dan, Leung AA, Hon KL. Urinary Tract Infection in
Children. UKK Neurol. 2011;(403):1-24.

30
19. Pada K, Poliklinik P, Dalam P, et al. KASIH MANADO Infeksi saluran kemih
merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling sering terjadi . American
Urology Association ( AUA , 2016 ) mengatakan bahwa insiden infeksi
saluran kemih diperkirakan 150 juta penduduk dunia pertahun . Infeksi salur.
2016;897:1-7.

20. Sood MR, MD F. Chronic functional constipation and fecal incontinence in


infants and children: treatment. Published online 2017.
https://www.uptodate.com/con-tents/chronic-functional-constipation-and-
fecal-incontinence-in-infants-and-children-treatment?search=chronic
functional

31
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian

INFORM CONSEN

PENELITIAN: HUBUNGAN ANTARA INFEKSI SALURAN


KEMIH DENGAN KONSTIPASI PADA ANAK

Nama : Mutia Zahra


NIM : 18171010

Saya adalah Mahasiswa program Studi Pendidikan Dokter Universitas


Abulyatama Aceh. Penelitian ini dilaksanakan ssebagai salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir di program Studi Pendidikan Dokter Universitas
Abulyatama Aceh. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui “Hubungan Antara
infeksi Saluran Kemih Dengan Konstipasi pada Anak”.

Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesedian Bapak/Ibu menjadi


responden saya dalam penelitian ini. infromasi yang saya dapatkan hanya digunakan
untuk pengembangan ilmu dan tidak akan digunakan untuk maksud-maksud lain.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi


responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika Bapak/Ibu bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih, dan saya
memohon kepada Bapak/Ibu agar bersedia menandatangani formular persetujuan ini.

No Responden :
Tanggal :
Tanda Tangan :

32
Lampiran 2: Kuesioner
PENELITIAN: HUBUNGAN ANTARA INFEKSI SALURAN
KEMIH DENGAN KONSTIPASI PADA ANAK

No Registrasi
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :

1. Berapa kali anak anda buang air kecil setiap hari?

2. Berapa kali anak anda buang ai besar setiap harinya ?

3. Kapan terakhir kali anak anda buang air besar (BAB)?

Hari ini Kemarin 2 Hari yang lalu

4. Bagaimana feses anak anda


Lunak Keras Tidak tahu

5. Apakah anak Anda mengalami sembelit?


Ya Tidak

33

Anda mungkin juga menyukai