PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan Penelitian Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dokter Pada Fakultas Kedokteran Universitas
Abulyatama
Oleh
MUTIA ZAHRA
18171010
FAKULTAS KEDOTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2021
HALAMAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa proposal skripsi berjudul Hubungan Antara
Infeksi saluran Kemih dengan Konstipasi Pada Anak adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Universitas
Abulyatama Aceh.
Mutia zahra
18171010
i
Kata pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya penulis telah
menyelesaikan penulisan proposal. Shalawat beriringkan salam kepada pangkuan
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat yang telah membuat perubahan
Islam bagi umat manusia. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam proposal ini
terdapat kekurangan dan kekhilafan. Oleh sebab itu saran dan kritik konstruktif yang
bertujuan untuk penyempurnaan sangat penulis harapkan.
Pada kesempatan penelitian dan penulisan proposal ini, penulis banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
ii
Demikianlah semoga penelitian ini bermanfaat bagi peneliti sendiri dan teman
sejawat lainnya.
Banda Aceh, Januari 2021
Mutia Zahra
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN ORISINALITAS ................................................................................. i
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................ 7
2.1.4 Etiologi.............................................................................................. 11
2.1.12 Etiologi.............................................................................................. 16
iv
2.1.14 Diagnosis ........................................................................................... 18
2.1.19 Hipotesis............................................................................................ 23
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
7
diterima untuk konstipasi fungsional kronis adalah kriteria Rome III. Secara khusus,
sensasi penyumbatan anorektal, mengejan saat buang air besar dan jarang buang air
besar sangat akurat untuk diagnosis konstipasi fungsional kronis.7,8
Konstipasi mungkin berperan dalam fungsi dan disfungsi saluran kemih. bahwa
anak-anak dengan ISK memiliki lebih banyak gejala konstipasi daripada tanpa
konstipasi, menunjukkan bahwa ISK dikaitkan dengan konstipasi pada anak-anak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Clara pada tahun 2016 di dua kota Brazil
didapatkan data sampel yang sudah diteliti ada 27% anak yang mengalami
konstipasi mengalami ISK, dengan peluang 6.782 kali lebih besar mengalami
disfungsi buang air dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami konstipasi.9
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melihat apakah ada
hubungan antara infeksi saluran kemih dengan konstipasi pada anak.
8
1.4 Manfaat Penelitian
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konstipasi
2.1.1 Definisi
2.1.2 Epidemiologi
10
2.1.3 Klasifikasi
Ada 2 jenis konstipasi berdasarkan lamanya keluhan yaitu konstipasi akut dan
konstipasi kronis. Disebut konstipasi akut yaitu bila keluhan berlangsung kurang dari
4 minggu, sedangkan bila konstipasi telah berlangsung lebih dari 4 minggu disebut
konstipasi kronik. Penyebab konstipasi kronik biasanya lebih sulit disembuhkan.12
2.1.4 Etiologi
Penyebab tersering dari konstipasi anak – anak 95% terjadi karena konstipasi
fungsional. Konstipasi fungsional diawali dengan nyeri saat buang air besar, yang
menyebabkan anak menahan feses untuk menghindari rasa nyeri dan hampir 30%
anak dengan konstipasi fungsional mengalami inkontensi tinja. Sedangkan 5% lagi
konstipasi anak disebabkan oleh konstipasi organik, penyakit hirspurgh penyebab
konstipasi organik paling banya diderita.11
2.1.5 Faktor resiko
Adapun beberapa faktor resiko yang mempengaruhi konstipasi: 11
2.1.6 Patofisiologi
Proses defekasi yang normal memerlukan keadaan anatomi dan persyarafan yang
normal di rektum dalam waktu lama akan menyebabkan dilatasi rektum. Akibatnya
mengurangi aktivitas peristaltik yang mendorong feses ke luar sehingga proses
11
defekasi yang normal memerlukan keadaan anatomi dan persyarafan yang normal
dari rektum, otot puborektal dan sfi ngter ani. Rektum adalah organ sensitif yang
mengawali proses defekasi. Tekanan pada dinding rektum akan merangsang sistem
saraf intrinsik rektum dan menyebabkan relaksasi sfingter ani interna, yang dirasakan
sebagai keinginan untuk defekasi. Sfingter ani eksterna kemudian menjadi relaksasi
dan feses dikeluarkan mengikuti peristaltik kolon melalui anus. Bila relaksasi sfingter
ani interna tidak cukup kuat, maka sfingter ani eksterna akan berkontraksi secara
reflek, selanjutnya sesuai dengan kemauan. Otot puborektal akan membantu sfi ngter
ani eksterna sehingga anus mengalami konstriksi. Bila konstriksi sfingter eksterna
berlangsung cukup lama, refleks sfingter internus akan menghilang, sehingga
keinginan defekasi juga menghilang. Pada konstipasi, feses yang terkumpul
menyebabkan retensi feses yang lebih banyak. Peningkatan volume feses pada rektum
menyebabkan kemampuan sensorik rektum berkurang sehingga retensi feses makin
mudah terjadi.13
2.1.7 Diagnosis
12
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Pencahar osmotik
Pencahar osmotik adalah pengobatan lini pertama Sembelit fungsional. Obatnya
kurang Diserap oleh usus dan merangsang retensi Air di rongga usus untuk
melunakkan tinja, dan Tingkatkan gerakan peristaltik melalui ekspansi Usus.11
Ada beberapa pencahar osmotik yang umum digunakan seperti :
- Polyethylene Glycol (PEG) efektif dan aman bahkan untuk usia kurang dari 2
tahun dan sebagai pengobatan lini pertama dalam sembelit fungsional. 4,11
- Laktulosa bekerja dengan meningkatkan tekanan osmotik pada lumen saluran
gastrointestinal, sehingga meningkatkan kadar cairan dalam usus dan membuat
feses lebih lunak dan laktulosa dianggap aman untuk semua umur.
- Magnesium hidroksida, sulfat, ataupun sitrat memiliki efek pencahar.11
2. Pencahar Stimulan
Pencahar stimulan dapat sebagai terapi tambahan atau lini kedua. Pencahar
stimulan merangsang motilitas usus dan/atau meningkatkan sekresi air dan elektrolit.
Paling sering digunakan dan dinilai aman untuk anak, yaitu difenilmetan dan
antrakino.11
3. Lubrikan (Mineral oil)
13
Minyak mineral (atau parafin cair) adalah pencahar yang melembutkan/melumasi
tinja dan tidak diserap oleh usus. Dapat diberikan oral atau rektal, efek pencahar
terjadi dalam 1-2 hari baik oral atau rektal. Mineral oil ini juga efektif dalam terapi
impaksi pada anak.11
4. Enema
Enema adalah cairan yang diberikan melalui rektal, berisi zat kimia aktif yang
mempengaruhi motilitas usus mempunyai efek osmotik, atau kombinasi. Penggunaan
enema dengan janga waktu yang lama tidak disarankan untuk anak.11
5. Irigasi Rektal
Pada irigasi trans-anal, air 10-20 mL/kg dimasukkan ke dalam rektum dan kolon
untuk membersihkan usus secara mekanis, frekuensinya tergantung respons pasien.
Irigasi rektal terbukti efektif dalam pengelolaan inkontinensia tinja akibat konstipasi
neurogenik, namun irigasi rektal ini jarang digunakan pada sembelit fungsional.11
6. Terapi baru (Lubiproston, Linaklotid, Prukaloprid)
Lubiproston, linaklotid, dan prukaloprid adalah obat yang relatif baru, cara kerja
dari Lubiproston dan linaklotid mempromosikan sekresi cairan kaya akan klorida di
usus, sehingga melunakkan dan meningkatkan volume tinja. Lubiproston, linaklotid,
dan prukaloprid terbukti efektifitasnya pada orang dewasa tetapi pada anak masih
kurangnya penelitian.11
7. Pre-, pro-, dan sinbiotik
Perubahan mikrobiota usus dengan konsumsi pre-, pro-, atau sinbiotik diduga
mampu mempengaruhi motilitas kolon, Akan tetapi, masih kurang bukti penelitian
untuk merekomendasikan pre-, pro-, atau sinbiotik untuk terapi sembelit fungsional
pada anak.11
14
2.2 Infeksi Saluran Kemih
2.1.9 Definisi
2.1.10 Epidemiologi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Luailiyatul Pada tahun 2016 di poli
anak RSUD Blambangan didapatkan insiden ISK dari 134 anak yang di evaluasi
terdapat 67 anak yang menderita ISK. Pada usia 0-3 tahun terdapat 35,8% dan anak
usia 4-11 tahun terdapat 64,2%, sedangkan menurut jenis kelaminnya perempuan
terdapat 37,3% dan pada laki – laki terdapat 62%.3
2.1.11 Klasifikasi
a. ISK saluran bawah; melibatkan infeksi di dalam kandung kemih (sistitis) dan
uretra, dengan gejala lokal seperti nyeri perut bagian bawah atau suprapubik, disuria,
frekuensi kencing dan urgensi. Biasanya diobati dengan antibiotik oral yang
diekskresikan melalui ginjal untuk mencapai kadar yang tinggi dalam urine, tetapi
tidak harus dalam kadar tinggi pada tingkat sistemik atau jaringan. 16,17
b. ISK saluran atas ; yang melibatkan infeksi dan peradangan pada ginjal
(pielonefritis) dan ureter .Hal ini biasanya menyebabkan nyeri perut dan nyeri
pinggang, dengan gambaran sistemik seperti demam, anoreksia, muntah, lesu, dan
malaise. Infeksi saluran atas juga bisa menyebabkan urosepsis, dan komplikasi
15
umum termasuk kerusakan ginjal, pembentukan abses, dan gagal ginjal. Sebagian
besar kasus memerlukan perawatan di rumah sakit dan perawatan saluran kemih yang
terinfeksi dan komponen sistemik dengan antibiotik intravena.16,17
c. ISK tanpa komplikasi umumnya didefinisikan sebagai infeksi saluran bawah yang
mempengaruhi wanita tanpa predisposisi struktural, metabolik, atau imunologis. ISK
tanpa komplikasi dapat diobati dengan spektrum yang lebih sempit, antibiotik oral
untuk pengobatan jangka pendek.17
d. ISK komplikasi adalah yang melibatkan saluran kemih bagian atas atau terjadi
pada individu dengan faktor predisposisi seperti kelainan struktural dan fungsional,
gangguan metabolisme, atau gangguan kekebalan. ISK pada anak-anak dan pria
sering dianggap dalam kelompok ini, karena ISK pada individu ini lebih sering
dikaitkan dengan faktor predisposisi, termasuk kelainan kongenital pada anak-anak
dan prostatitis pada pria. Banyak kasus akan membutuhkan rangkaian antibiotik
spektrum yang lebih luas karena organisme multiresisten adalah penyebab yang
lebih umum dari infeksi ini.17
2.1.12 Etiologi
Kebanyakan ISK pada anak disebabkan oleh bakteri Gram negatif coliform yang
berasal dari flora feses yang berkoloni di perineum, yang masuk dan naik ke saluran
kemih. 3 Escherichia coli (E.coli) adalah uropatogen yang paling umum, bertanggung
jawab atas sekitar 80% dari ISK pediatrik.16
Adapun beberapa faktor resiko :
1. Faktor Host Comparasing
16
2. Faktor genetik
Terdapat kecenderungan genetik untuk ISK berulang dan jaringan parut ginjal.
Gen yang telah terbukti mempengaruhi pasien untuk ISK berulang dan jaringan parut
ginjal termasuk Penyisipan atau penghapusan enzim pengubah angiotensin (ACE I /
D) gen, interleukin (IL) -8 reseptor CXCR1 dan CXCR2 gen, IL-10-1082 A / G gen,
heat shock protein 72 (HSPA1B) gen, mengubah faktor pertumbuhan (TGF) - 1 gen,
reseptor seperti tol ( TLR) gen, dan fasies pertumbuhan endotel vaskular tor
(VEGF).18
3. Faktor Virulensi Patogen
Faktor virulensi dari patogen meningkatkan kemungkinan bahwa strain bakteri
tertentu akan berkoloni dan selanjutnya menyerang saluran kemih. Faktor-faktor
tersebut antara lain -hemolysin, M hemagglutinin, endotoksin, cytotoxic necrotizing
factor 1, K capsular antigen, kemampuan resistensi serum karena protein membran
luar TraT, aerobaktin yang mendukung pertumbuhan dengan besi chelating, dan
kapasitas adhesif. Tiga tipe adhesin berbeda yang diidentifikasi pada uropathogenic
E. coli termasuk tipe 1 pili (atau fimbriae), Pfimbriae dan X-adhesins. Adhesin ini
memfasilitasi keterikatan bakteri pada reseptor mukosa di uroepitel meskipun terjadi
pembilasan aliran urin. Setelah uroepitel diinvasi, biofilm intraseluler terbentuk.
Biofilm dapat melindungi E.coli uropatogenik dari sistem kekebalan tubuh.18
Untuk gejala klinis pada anak tidak terlalu spesifik. Tanda dan gejala yang
muncul bervariasi tergantung pada usia anak. Tanda yang paling umum adalah
demam. Adapun beberapa variasinya :
a. Bayi lebih muda dari 3 bulan
Untuk bayi muda dari umur 3 bulan tanda dan gejala yang umum adalah demam,
muntah, kelesuan, sifat cepat marah sedangkan untuk tanda dan gejala yang tidak
umum terjadi adalah sakit perut, penyakit kuning, hematuri, dan urine yang
menyengat. 2
b. Bayi dan anak-anak 3 bulan atau lebih tua
17
Untuk Bayi dan anak-anak 3 bulan atau lebih tua dibagi menjadi preverbal dan
verbal :
- Praverbal tanda dan gejala umumnya adalah demam, sakit perut, nyeri pinggang,
dan muntah, sedangkan untuk tanda dan gejala yang tidak umum seperti kelesuan,
sifat cepat marah, hematuria, urine yang menyengat dan gagal untuk
berkembang.2
- Verbal tanda dan gejala umumnya adalah frekuensi disuria, berkemih
disfungsional, perubahan kontinensia, sakit perut, dan nyeri pinggang sedangkan
untuk tanda dan gejala yang tidak umum adalah demam, malaise, muntah, hematuria,
urine yang menyengat dan urine keruh.2
2.1.14 Diagnosis
18
2.1.15 Pentalaksaanan
Berbagai antibiotik dapat digunakan untuk pengobatan ISK, baik antibiotik yang
diberikan secara oral maupun parenteral,seperti terlihat pada tabel 1 dan tabel 2.15
19
Tabel 2. Pilihan antimikroba parental pada infeksi saluran kemih
Jenis antibiotik Dosis per hari
Seftriakson 75 mg/kgbb/hari
Sefotaksim 150 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Seftazidim 150 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Sefazolin 50 mg/kgbb/hari dibagi setiap 8 jam
Gentamisin 7,5 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Amikasin 15 mg/kgbb/hari dibagi setiap 12 jam
Tobramisin 5 mg/kgbb/hari dibagi setiap 8 jam
Tikarsilin 300 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Ampisilin 100 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
20
pengosongan yang tidak lengkap. sehingga pengosongan kandung kemih yang tidak
tuntas dan terjadinya disfungsi berkemih, kemudian akan menyebabkan
8,19
berkembangnya bakteri.
Hubungan antara konstipasi dengan infeksi saluran kemih juga bisa terjadi karena
inkontinensia urin dan infeksi saluran kemih seringkali berkaitan dengan konstipasi
pada anak. Jika feses berada lama di rektum, lebih banyak bakteri berkolonisasi di
perineum sehingga akan meningkatkan risiko infeksi saluaran kemih. 4
21
2.1.17 Kerangka Teori
Menahan BAB
Feses kering,
keras
Feses tertahan
Tekanan intravesika
Disfungsi kemih
Menyebabkan
berkembangnya bakteri
Terjadinya ISK
22
2.1.18 Kerangka Konsep
2.1.19 Hipotesis
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.3.2. Sampel
Pada penelitian ini pemilihan sampel dilakukan dengan teknik consecutive
sampling. Sampel penelitian dipilih berdasaran kriteria inklusi yang ditelah
ditetapkan sebelumnya.
- Tempat pada penelitian ini adalah poliklini Anak RSUD Meuraxa Banda
Aceh.
- Waktu penelitian : Kegiatan penelitian dilakukan pada
a. Kriteria inklusi
b. Kriteria eksluski
1. Rekam medis yang tidak tercatat lengkap
2. Anak dengan kelainan struktural
24
3. Anak yang mengalami ISK berulang
3.4.Variabel penelitian
25
yang
menyakitkan,
atau buang air
besarkeras yang
memerlukan
mengejan
berlebihan20
1. Editing
Hasil dari kuesioner atau wawancara perlu disunting (edit) terlebih dahulu.
Kegiatan pengeditan dimaksudkan untuk meneliti kembali atau melakukan
pengecekan jika ternyata masih ada data yang tidak lengkap.
2. Coding sheet
Setelah selesai editing, peneliti melakukan pengkodean data secara manual
dengan kode berisi nomer pada variabel yang diteliti
3. Transferring
Kegiatan mengklasifikasikan jawaban. Data yang telah diberi kode disusun secara
manual dengan kode berisi nomer pada variabel yang diteliti.
26
4. Tabulating
Proses pengelompokan jawaban-jawaban yang serupa dan menjumlahkannya
dengan teliti dan teratur. Pada tahapan ini data diperoleh untuk setiap variabel
disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dalam bentuk tabel.
Analisis data dilakukan melalui sistem komputerisasi yang terdiri dari data
univariat dan bivariat.
a. Analisis univariat
Analisis univariat adalah analisis yang digunakan dengan menjabarkan secara
deskriptif untuk melihat variabel yang diteliti baik variabel dependen dan independen.
Kemudian semua variabel ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang
terdiri dari nilai dan persentase dengan rumus.
a. Analisis bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara infeksi saluran kemih
dengan konstipasi . Pengukuran dilakukan dengan menggunakan uji chi-square.
Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan
95% (p<0,05) dan kriteria hubungan ditetapkan p value. Nilai p (p-value) akan
dibandingkan dengan nilai α = 0,05:
1. Jika p value ≥ 0,05 maka tidak terdapat hubungan antara kedua variabel.
2. Jika p value ≤ 0,05 maka terdapat hubungan yang bermakna antara kedua variabe
27
Prinsip ini merupakan bentuk penghormatan terhadap martabat dan persetujuan
terhadap subjek tanpa paksaan, menghargai martabat subjek sebagai manusia
meliputi:
b. Mendapat keadilan
Subjek berhak mendapatkan yang adil dan keleluasaan pribadi. Hak mendapatkan
perlakuan yang adil dan keleluasaan mendapatkan hak yang sama sebelum, selama,
dan setelah partisipasi meraka dalam penelitian. Subjek memiliki hak bahwa data
yang diberikan harus dirahasiakan.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
9. Sampaio C, Sousa AS, Fraga LGA, et al. Constipation and Lower Urinary
Tract Dysfunction in Children and Adolescents: A Population-Based Study.
2016;4:1-6. doi:10.3389
10. Kadim M. sembelit (konstipasi) pada anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Published 2015. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/sembelit-
konstipasi-pada-anak
11. Purnamasari L. Tanda Bahaya, Evaluasi, dan Tatalaksana Sembelit pada Anak.
Cdk-271. 2018;45(12):902-907. https://kalbemed.com/CDK/Read-CDK-
Article/ArtMID/471/ArticleID/333/CDK-Edisi-271-Farmakologi
13. Jurnalis YD, Sarmen S, Sayoeti Y. Konstipasi pada anak. Cermin Dunia
Kedokt. 2013;40(1):27-31.
14. Dantas AAG, Pereira ARR, de Castro SS, et al. Is constipation associated with
worse functioning in adult women? A cross-sectional study. J Multidiscip
Healthc. 2020;13:883-889. doi:10.2147/JMDH.S257397
15. Pardede SO, Tambunan T, Alatas H, Trihono PP, Hidayati EL. Konsensus
Infeksi Saluran Kemih Pada Anak.; 2011.
17. Chiu C. Defi nitions, Classifi cations, and Antibiotics. In: Urinary Tract
Infection. ; 2013:1-10. doi:10.1007/978-1-4471-4709-1
18. Leung AK, Wong AH, Dan, Leung AA, Hon KL. Urinary Tract Infection in
Children. UKK Neurol. 2011;(403):1-24.
30
19. Pada K, Poliklinik P, Dalam P, et al. KASIH MANADO Infeksi saluran kemih
merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling sering terjadi . American
Urology Association ( AUA , 2016 ) mengatakan bahwa insiden infeksi
saluran kemih diperkirakan 150 juta penduduk dunia pertahun . Infeksi salur.
2016;897:1-7.
31
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian
INFORM CONSEN
No Responden :
Tanggal :
Tanda Tangan :
32
Lampiran 2: Kuesioner
PENELITIAN: HUBUNGAN ANTARA INFEKSI SALURAN
KEMIH DENGAN KONSTIPASI PADA ANAK
No Registrasi
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
33