Anda di halaman 1dari 28

GAMBARAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI UPTD

PUSKESMAS NUSA BHAKTI KECAMATAN BELITANG III


KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR
TAHUN 2021

DI SUSUN OLEH:
BINTI MUSLIHATUN NASUHA
NIM: 1913451057

LAPORAN TUGAS AKHIR


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN 2021

i
GAMBARAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI UPTD
PUSKESMAS NUSA BHAKTI KECAMATAN BELITANG III
KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR
TAHUN 2021

Laporan Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan pada program Diploma III Kesehatan Lingkungan Politeknik
Kesehatan Tanjung Karang

Oleh
BINTI MUSLIHATUN NASUHA
NIM: 1913451057

LAPORAN TUGAS AKHIR


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN 2021

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu
kehidupan. Sehat yaitu keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual,
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis (UU No 36, 2009).
Menurut Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 2016 tentang fasilitas
pelayanan kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat atau
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan
baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative yang dilakukan oleh
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Jenis-jenis fasilitas pelayanan kesehatan:
a. Tempat praktik mandiri tenaga kesehatan
b. Pusat kesehatan masyarakat
c. Klinik
d. Rumah sakit
e. Apotik
f. Unit tranfusi darah
g. Laboratorium kesehatan
h. Optikal
Limbah medis padat termasuk ke dalam kategori limbah B3 yang
bersifat infeksius yang pengelolaannya harus sesuai dengan peraturan yang
berlaku agar limbah ini bila dibuang ke lingkungan tidak mencemari
lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia. Peraturan mengenai
penanganan teknis limbah B3 termasuk limbah medis padat di fasilitas
pelayanan kesehatan tercantum dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.56/Menlhk-Setjen/2015.

1
2

Peraturan Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor :


P.56/Menlhk- Menteri Setjen/2015 tentang tata cara dan persyaratan teknis
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan
kesehatan menjelaskan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan
pengelolaan limbah medis padat yang dihasilkannya meliputi tahap pengurangan
dan pemilahan, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan, penguburan dan
penimbunan sangat diperlukan karena apabila limbah medis padat tidak dikelola
dengan baik dapat menimbulkan dampak antara lain, gangguan perlindungan
kesehatan, mengakibatkan cedera, pencemaran lingkungan, serta menyebabkan
penyakit nosokomial. Penanganan limbah medis padat bertujuan untuk
meminimalisir dampak yang ditimbulkan dari limbah tersebut.
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang cara dan persyaratan teknis pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan kesahatan sebagai metode
pengelolaan limbah medis padat yang aman/ memenuhi syarat kesehatan, yaitu:
1. Pengurangan dan pemilahan Limbah B3
2. Penyimpanan Limbah B3
3. Pengangkutan Limbah B3
4. Pengolahan Limbah B3
5. Penguburan Limbah B3
6. Penimbunan Limbah B3
Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) merupakan salah satu unit
pelayanan kesehatan yang dalam kegiatannya menghasilkan limbah dalam bentuk
padat, cair, dan gas. Limbah padat adalah semua limbah yang berbentuk padat
sebagai akibat kegiatan Puskesmas yang terdiri dari limbah medis padat (sampah
medis) dan non-medis.
Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis,
limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah
dengan kandungan logam berat yang tinggi.
3

Limbah medis padat sangat berbahaya karena dapat menimbulkan


ancaman pada saat penanganannya pengumpulan, pengangkutan,
pembuangan/pemusnahan). Salah satu penyakit yang disebabkan oleh lingkungan
yang tercemar oleh medis padat adalah infeksi nosokomial.
Infeksi Nosokomial juga dikenal sebagai infeksi yang berhubungan
dengan fasilitas pelayan an kesehatan, merupakan infeksi yang tidak ditemukan
pada pasien saat masuk rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan tetap
menyerang selama dirawat di fasilitas pelayanan kesehatan, sumber infeksi dan
kontaminasi yang ada sebelumnya berasal dari pegawainya, pasien, atau dari
benda tak hidup di lingkungan. Adapun cara penularannya yaitu penularan melalui
vektor, udara dan kontak langsung antar pasien (A.pruss, 2005: 160-163).
Limbah medis padat biasanya dihasilkan dari kegiatan pelayanan medis
seperti perawatan, pengobatan/tindakan, farmasi, serta dari penelitian yang
menggunakan bahan- bahan beracun. Limbah medis padat merupakan bahan
infeksius dan berbahaya yang harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan
dampak negatif dan menjadi sumber infeksius baru bagi masyarakat disekitar
Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan maupun dari tenaga kesehatan itu
sendiri. Dalam hubungan interaksi, dimungkinkan terjadi kontak antar pasien
dengan tenaga kesehatan
dalam lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan melalui alat-alat medis yang
dipergunakan dalam proses perawatan, penyembuhan dan pemulihan penderita.
Jumlah limbah medis yang bersumber dari fasiliitas kesehatan
diperkirakan semakin lama semakin meningkat. Penyebabnya yaitu jumlah
fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, maupun
laboratorium medis yang terus bertambah. Pada profil kesehatan Indonesia tahun
2019 menyebutkan untuk jumlah rumah sakit di Indonesia mencapai 2.877 unit.
Sementara itu jumlah Puskesmas mencapai 10.134 unit. Sedangkan untuk fasilitas
kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan seperti rumah sakit berjumlah 32 unit,
Puskesmas berjumlah 39 unit, dan klinik balai kesehatan berjumlah 131 unit.
Untuk Kabupaten oku timur memiliki fasilitas kesehatan seperti rumah sakit
berjumlah 7 unit rumah sakit yang terdiri dari 4 rumah sakit umum dan 3 rumah
sakit khusus, dengan kepemilikan 1 rumah sakit umum milik pemerintah
4

kabupaten ( RSUD Ibnu sutowo ) 1 rumah sakit milik TNI ( RS Dr. Noesmir), 2
rumah sakit umum milik swasta ( RS. St. Antonio dan RSU Dr. maulana AK)
Serta 3 rumah sakit khusus milik swasta ( RSIA Ammana, RSIA Graha Kurnia
dan RSIA Prima Cornita). puskesmas berjumlah 18 unit dan dengan rincian 12
puskesmas non rawat inap dan 6 puskesmas rawat inap di bantu 44 Puskesmas
pembantu dan 21 puskesmas keliling. (Kemenkes RI, 2020).
Kecamatan Belitang III terdapat beberapa fasilitas pelayanan kesehatan

diantaranya 1 Puskesmas induk yaitu UPTD Puskesmas Nusa Bhakti, 4 unit

Puskesmas pembantu, dan 20 unit pos kesehatan. ( Sanitarian Nanang UPTD

Puskesmas Nusa Bhakti 2022 )

Berdasarkan wawancara penelitian dengan Sanitarian yang ada di UPTD


Puskesmas Nusa Bhakti di dapatkan informasi bahwa pada saat pengangkutan
limbah medis dari praktek bidan swasta ke UPTD Puskesmas Nusa Bhakti banyak
bidan yang tidak menggunakan safety box.
Selain itu berdasarkan survey dan observasi awal yang peneliti lakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan di kecamatan Belitang III masih di temukan proses
pengangkutan yang belum dengan ketentuan yang berlaku sesuai seperti
penumpulan limbah medis padat B3 tersebut di biarkan selama 3 bulan di TPS
( Sanitarian Nanang ).
Menurut peraturan mentri lingkungan hidup dan kehutanan republik
Indonesia nomor : P.56/Menlhk-Mentri setjen/2015 seharusnya limbah medis
padat B3 tersebut dapat disimpan dalam TPS 2 hari jika temperature lebih dari 0ͦ
( Derajat celcius ) sebaliknya juga di simpan selama lebih 2 hari harus di simpan
pada tempratur sama dengan atau lebih kecil dari 0ͦ ( Derajat celcius )
Penumpukan limbah medis padat di TPS bisa menurunkan nilai estetika.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul Gambaran Pengelolaan Limbah Medis Padat Pada
fasilitas Pelayanana Kesehatan di Belitang III
5

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis
merumuskan masalah yaitu masih terdapatnya pengumpulan limbah medis
dari para bidan praktek swaswa ke UPTD Puskesmas Nusa Bhakti tidak
menggunakan safety box, apabila tertusuk limbah tersebut dapat tertular
penyakit dari orang pertama yang di suntik dari jarum tersebut dan dapat
menggangu estetika lingkungan di UPTD Puskesmas Nusa Bhakti
Kecamatan Belitang III karena dapat memberikan kesan yang kotor
terhadap Puskesmas dan sehingga di lihat dari pengelolaan serta
pewadahan di UPTD Puskesmas Nusa Bhakti Kecamatan Belitang III
tidak sesuai dengan peraturan Menteri lingkungan hidup dan kehutanan
republic Indonesia nomor P.56/Menlhk-setjen/2015 tentang tata cara dan
persyaratan teknis pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dari
fasilitas pelayanan kesehatan.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui gambaran pengelolaan limbah medis padat dari praktek bidan
mandiri ke UPTD Puskesmas Nusa Bhakti Kecamatan Belitang III
Kabupaten Oku Timur tahun 2021.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya timbulan limbah medis padat pada fasilitas
pelayanan kesehatan di kecamatan Belitang III.
b. Diketahuinya karakteristik sumber dan berat limbah medis padat
pada pelayanan kesehatan di kecamatan Belitang III Kabupaten
Oku Timur
c. Diketahuinya fasilitas mengenai pewadahan, pengemasan,
pengumpulan, dan kondisi TPS limbah medis padat pada fasilitas
pelayanan kesehatan di Kecamatan Belitang III.
d. Diketahuinya metode pewadahan, pengemasan, pengumpulan
limbah medis padat dari masing – masing bidan praktek swasta di
6

Kecamatan Belitang III.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan serta untuk
mengaplikasikan ilmu yang di dapat sewaktu kuliah khusunya tentang
pengelolaan limbah medis padat pada fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Bagi Jurusan Kesehatan Lingkungan
Penelitian ini diharapakan dapat menjadi suumber referensi bagi peneliti
lain untuk melakukan penelitian selanjutnya berkkaitan dengan
pengelolaan limbah medis padat pada fasillitas kesahatan.
c. Bagi Pihak Fasilitas Kesehatan
Sebagai bahan masukan berkaitann dengan pengelolaan limbah medis
padat.

E. Ruang Lingkup Penelitian


1. Ruang lingkup penilitian ini dibatasi dalam upaya pengelolaan limbah medis
padat meliputi volume limbah medis padat, karakteristik limbah medis padat,
pewadahan, pengemasan, pengumpulan di kecamatan Belitang III.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Menurut Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 2016 tentang fasilitas
pelayanan kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat atau
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Jenis-jenis fasilitas pelayanan kesehatan:
a. Tempat praktik mandiri tenaga kesehatan
Tempat praktik mandiri kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan oleh tenaga kesehata lulusan pendidikan profesi
untuk memberikan pelayanan langsung kepada klien contohnya Bidan
(UU Nomor 4 Tahun 2019).
b. Pusat kesehatan masyarakat
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan
di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2011:5).
c. Klinik
Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis
dasar dan/atau spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis
tenaga kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis (PerMenKes
RI, nomor 9 tahun 2014).
d. Rumah sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat

darurat (KepMenKes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010).

6
8

e. Apotek
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker (PerMenKes nomor 9 tahun 2017).
f. Unit tranfusi darah
Unit traanfusi darah adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan donor darah, penyediaan darah, dan pendistribusian
darah (PP RI Nomor 7 Tahun 2011).
g. Laboratorium kesehatan
Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan
pengukuran penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari
manusia atau bahan yang bukan berasal dari manusia untuk penentuan
jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang
dapat berpengaruh terhadap kesehatan perseorangan dan masyarakat
(Depkes 2001)
h. Optikal
Optikal adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan refraksi, pelayanan optisi, dan/atau pelayanan lensa kontak
(PerMenKes RI N0 1 2016)

B. Tinjauan Tentang Limbah Medis


Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan penghasil limbah, berbagai
jenis limbah yang dihasilkan dapat membahayakan dan menimbulkan
gangguan kesehatan bagi pengunjung dan terutama petugas yang menangani
limbah tersebut. Limbah tersebut terdiri dari limbah medis padat dan non-
medis. Limbah medis cederung bersifat infeksius dan termasuk limbah B3
yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, memperburuk kelestarian
lingkungan hidup apabila tidak dikelola dengan baik.
9

C. Pengertian Limbah Medis Padat


Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi,limbah benda tajam,limbah farmasi,limbah
sitotoksis,limbah kimiawi,limbah radioaktif, liimbah kontainer bertekanan,
limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi (Depkes RI, 2004:25)

D. Penggolongan Limbah Medis Padat


Berdasarkan potensi bahaya yang terkandung didalam limbah medis padat,
maka jenis limbah medis padat dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme patogen
yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam
jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia
2. Limbah patologi adalah limbah yang terdiri dari jaringan, organ, bagian
tubuh, janin manusia, bangkai hewan, darah dan cairan tubuh cairan
tubuh, pencitraan organ dan lokalisasi tumor secara inaizto, dan berbagai
jenis metode investigasi dan terapi lainya. (PerMenLHK NOMOR :
P.56/Menlhk-Setjen/2015)

E. Sumber Limbah Medis Padat


Sumber limbah medis padat dapat di kategorikan sebagai berikut:
1. Unit emergency dan ruang perawatan
Jenis llimbah yang dihasilkan plasenta, kapsul perak nitrat, masker,
diposible, dan lain-lain.
2. Unit laboatorium
Jenis limbah yang dihasilkan berupa gelas yang terkontaminasi jaringan
tubuh, slide specimen, organ dan tulang.
3. Ruang KB/KIA
Jenis limbah yang dihasilkan seperti jarum suntik, ampul, sisa kain kapas,
pembalut, dan spuit.
4. Ruang apotek/farmasi

Jenis limbah yang dihasilkan berupa plastik yang terkontaminasi dengan

obat-obatan yang kadaluarsa.


10

F. Pengelolaan Limbah Medis Padat


Pengelolaan limbah medis padat/B3 dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dimaksudkan agar limbah medis padat/B3 yang dihasilkan
sedikit mungkin dan bahkan diusahakan sampai nol, yang dilakukan
dengan cara mengurangi dan/atau menghilangkan sifat bahaya atau sifat
racun terdapat pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor: P56/Menlhk/2015 tentang tata cara dan persyaratan teknis
1. (limbah anatomis) atau subkategori dari llimbah infeksius..
2. Limbah benda tajam adalah materi yang dapat menyebabkan luka (baik iris
atau luka tusuk), antara lain jarum, jarum suntik, scalpel dan jenis belati,
pisau, peralatan infuse, gergaji, pecahan kaca dan paku. Baik terkontaminasi
maupun tidak benda semacam itu biasanya di pandang sebagai limbah layanan
kesehatan yang sangat berbahaya.
3. Limbah farmasi adalah limbah yang mencakup produk farmasi, obat-obatan,
vaksin dan serum yang sudah kadaluarsa, tidak digunakan, tumpah, dan
terkontaminasi yang tidak di perlukan lagi dan hharus dibuang dengan tepat,
kategori ini juga mencakup barang yang akan di buang setelah digunakan
untuk menangani produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang berisi
residu, sarung tangan, masker, selang penghubung dan ampul obat.
4. Limbah logam berat adalah limbah yang mengandung logam berat dalam
konsentrasi tertinggi termasuk dalam subkategori limbah kimia berbahaya dan
biasanya sangat toksik.
5. Limbah Kemasan Bertekanan adalah berbagai jenis gas digunakan dalam
kegiatan di instalasi kesehatan dan kerap dikemas dalam tabung, cartridge,
dan kaleng aerosol. Banyak diantaranya begitu kosong dan tidak terpakai lagi
dapat di pergunakan kembali tetapi ada beberapa jenis yang harus di buang,
misalnya kaleng aerosol,pengelolaan limbah medis padat/B3 dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dimaksudkan agar limbah medis padat/B3 yang
dihasilkan sedikit mungkin dan bahkan diusahakan sampai nol, yang
dilakukan dengan cara mengurangi dan/atau menghilangkan sifat bahaya atau
sifat racun terdapat pada.
11

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:


P56/Menlhk/2015 tentang tata cara dan persyaratan teknis pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan kesehatan
(PerMenlhk P.56/2015).
Beberapa tahap yang harus diperhatikan dalam pengelolaan limbah
medis padat/B3 yaitu:
1. Pengurangan limbah medis padat/B3
a. Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum
membelinya.
b. Menggunakan sedikit munkin bahan-bahan kimia.
c. Mengutamakan metode pembersihan secara fisik dari pada secara
kimiawi.
d. Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam
kegiatan perawatan dan kebersihan.
e. Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai
menjadi limbah bahan berbahaya dan beracun.
f. Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan.
g. Menggunakan bahan-bahan yang di produksi lebih awal untuk
menghindari kadaluarsa.
h. Menghabiskan bahan dari setiap kemasan.
i. Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh
distributor.
2. Pemilahan dan Pewadahan
a. Dilakukan pemilahan jenis limbah medis padat mulai dari sumber
yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda
tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah
radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi.
b. Tempat pewadahan limbah medis padat :
1) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap
air, dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian
dalamnya misalnya fiberglass.
12

2) 2). Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia


tempat pewadahan yang terpisah dengan limbah padat non-
medis.
3) 3) Kantong plastic di angkat setiap hari atau kurang sehari
apabila 2/3 bagian telah terisi limbah.
4) 4) Untuk benda-benda tajam hendaknya di tampung pada tempat
khusus (safety box ) seperti botol atau karton yang aman.
5) 5) Tempat pewadahan limbah medis padat infeksius dan
sitotoksis yang tidak langsung kontak dengan limbah harus
segera di bersihkan dengan larutan disinfektan apabila akan di
pergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastic yang telah
di pakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut tidak
13

Tabel 2.1
Jenis Wadah Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya

No Kelompok limbah warna Symbol kemasan


1 Limbah infeksius, meliputi: kuning Kantong plastik
limbah padat yaitu Limbah kuat dan anti
yang dihasilkan dari barang bocor, atau
dapat dibuang disposable container
items- selain limbah benda
tajam antara lain pipa karet,
kateter,dan set intravena
Limbah mikrobiologi & kuning Kantong plastik
bioteknologi yaitu Limbah dari kuat dan anti
pembiakan di laboratorium, bocor, atau
stok atau spesimen container
mikroorganisme hidup atau
vaksin yang dilemahkan,
pembiakan sel
manusia dan hewan yang
digunakan dalam penelitian
dan agen infeksius dari
penelitian dan laboratorium
industri, Limbah yang
dihasilkan dari bahan biologis,
racun, dan peralatan yang
digunakan untuk memindahkan
pembiakan
Limbah pakaian kotor yaitu Kantong plastik
barang terkon
taminasi dengan cairan
tubuh termasuk kapas,
pakaian, plaster atau
pembalut kotor
,tali-temali, sprei, selimut,
dan kain-kain tempat tidur
dan barang lainnya yang
terkontaminasi dengan
darah.
2 Limbah patologis, meliputi: kuning Kantong plastik
Limbah anatomi manusia yaitu kuat dan anti
jaringan, organ, dan bagian bocor, atau
tubuh. container

3 Limbah benda tajam antara lain kuning Kontainer


jarum, siringe, skalpel, pisau, plastik kuat dan
14

dan kaca, yang dapat menusuk anti bocor


atau menimbulkan luka, baik
yang telah digunakan atau
belum
4 Limbah bahan coklat Kantong plastik
kimia - atau container
kedaluwarsa, ,
atau sisa kemasan
limbah bahan
kimia antara lain
bahan kimia yang
digunakan untuk
menghasilkan
bahan biologis,
bahan kimia yang
di gunakan dalam
desinfeksi, dan
sebagai
insektisida
5 Limbah dengan coklat Kontainer
kandungan logam plastik kuat dan
berat yang tinggi, anti bocor
sebagai contoh:
Termometer merkuri
pecah
(Sphygmomanometer)
6 Limbah radio aktif merah Kantong plastic

7 Limbah tabung gas Kantong plastic


(kontainer bertekanan)
8 Limbah farmasi Obat coklat Kantong plastik
buangan yaitu limbah atau konntainer
obat kedaluwarsa,
terkontaminasi, dan
buangan
9 Limbah sitotoksik Obat ungu Kantong
sitotoksik yaitu Limbah obat plastik atau
kedaluwarsa, terkontaminasi, kontainer
dan buangan plastik kuat
dan anti
bocor
Sumber: PerMenlhk P.56/2015
15

3. Pemanfaatan kembali
a. Penggunaan kembali (reuse)
Peralatan medis atau peralatan lainnya yang digunakan di fasilitas
pelayanan kesehatan yang dapat digunakan kembali (reuse) antara lain:
skalpel dan botol atau kemasan dari kaca. Setelah digunakan, peralatan
tersebut harus dikumpulkan secara terpisah dari Limbah yang tidak
dapat digunakan kembali, dicuci dan disterilisasi menggunakan
peralatan atau metode yang telah disetujui atau memiliki izin seperti
autoklaf.
Tabel 2.2
Metode Sterilisasi Limbah Yang Dimanfaatkan Kembali

Metode Sterilisasi Suhu Waktu Kontak


1. Sterilisasi dengan panas
a. Sterilisasi kering dalam Oven 160˚C 120 menit
“poupinel”
b. Sterilisasi basah dalam autoklaf 170˚C 60 menit
2. Sterilisasi dengan bahan kimia
a. Ethylene oxide (gas) 121˚C 30 menit
b. Gluataraldehhyde (cair) 50˚C - 60˚C 3-8 jam
30 menit
Sumber: PerMenlhk P.56/2015

3. Pengumpulan, dan penyimpanan limbah Medis Padat di lingkungan


fasilitas pelayanan kesehatan
a. Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah
menggunakan troli khusus yang tertutup.
b. Persyaratan lokasi Penyimpanan Limbah medis padat/ B3 meliputi:
1) Merupakan daerah bebas banjir dan tidak rawan bencana alam,
atau dapat direkayasa dengan teknologi untuk perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, apabila tidak bebas banjir dan
rawan bencana alam
16

2) Jarak antara lokasi pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan


pengolahan limbah B3 dengan lokasi fasilitas umum diatur dalam
izin lingkungan.

c. Persyaratan fasilitas Penyimpanan Limbah B3 meliputi:


1) Lantai kedap (impermeable), berlantai beton atau semen dengan
sistem drainase yang baik, serta mudah dibersihkan dan dilakukan
desinfeksi.
2) Tersedia sumber air atau kran air untuk pembersihan.
3) Mudah diakses untuk penyimpanan limbah.
4) Dapat dikunci untuk menghindari akses oleh pihak yang tidak
berkepentingan.
5) Mudah diakses oleh kendaraan yang akan mengumpulkan atau
mengangkut limbah.
4. Terlindungi dari sinar matahari, hujan, angin kencang, banjir, dan faktor lain
yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau bencana Pengumpulan, dan
penyimpanan limbah Medis Padat di lingkungan fasilitas pelayanan
kesehatan
d. Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah
menggunakan troli khusus yang tertutup.
e. Persyaratan lokasi Penyimpanan Limbah medis padat/ B3 meliputi:
3) Merupakan daerah bebas banjir dan tidak rawan bencana alam,
atau dapat direkayasa dengan teknologi untuk perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, apabila tidak bebas banjir dan
rawan bencana alam
4) Jarak antara lokasi pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan
pengolahan limbah B3 dengan lokasi fasilitas umum diatur dalam
izin lingkungan.
f. Persyaratan fasilitas Penyimpanan Limbah B3 meliputi:
6) Lantai kedap (impermeable), berlantai beton atau semen dengan
sistem drainase yang baik, serta mudah dibersihkan dan dilakukan
desinfeksi.
17

7) Tersedia sumber air atau kran air untuk pembersihan.


8) Mudah diakses untuk penyimpanan limbah.
9) Dapat dikunci untuk menghindari akses oleh pihak yang tidak
berkepentingan.
10) Mudah diakses oleh kendaraan yang akan mengumpulkan atau

mengangkut limbah.

11) Dinding, lantai, dan langit-langit fasilitas penyimpanan senantiasa


dalam keadaan bersih, termasuk pembersihan lantai setiap hari.
Limbah infeksius, benda tajam, dan/atau patologis tidak boleh
disimpan lebih dari 2 (dua) hari untuk menghindari pertumbuhan
bakteri, putrekasi, dan bau. Apabila disimpan lebih dari 2 (dua) hari,
limbah harus dilakukan desinfeksi kimiawi atau disimpan dalam

refrigerator atau pendingin pada suhu 0oC (nol derajat celsius) atau
lebih rendah.

5. Pengumpulan, Pengemasan, dan pengangkutan ke luar fasilitas


pelayanan kesehatan.
a. Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang
kuat.
b. Pengangkutan limbah ke luar fasilitas pelayanan kesehatan
menggunakan kendaraan khusus.
6. Transportasi
a. Kantong limbah medis padat sebelum di masukan ke kendaraan
pengangkut harus di letakkan dalam kontainer yang kuat dan
tertutup.
b. Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan manusia
maupun binatang.
c. Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat
pelindung diri yang terdiri dari :
1) Topi/helm
2) Masker;
18

3) Pelindung mata;
4) Pakaian panjang (coverall);
5) Apron untuk industri;
6) Pelindung/sepatu boot; dan

7) Sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves)

7. Pengolahan, pemusnahan dan Pembuangan Akhir Limbah medis

padat/B3

a. Limbah infeksius dan benda tajam


1) Limbah Yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan
agen infeksius dari laboratorium harus di sterilisasi dengan
pengolahan panas dan basah seperti dalam autukalaf sedini
mungkin. Untuk limbah infeksius yang lain cukup dengan cara
disinfeksi.
2) Benda tajam harus di olah dengan incinerator bila
memungkinkan dan dapat di olah bersama dengan limbah
infeksius lainya. Kapsulisasi juga cocok untuk benda tajam.
3) Setelah insinerasi atau disinfeksi, residunya dapat dibuang
ketempat pembuangan B3 atau di buang ke landfill jika
residunya sudah aman.
b. Limbah farmasi
1) Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat di olah dengan insenerator
pirolitik (pyrolytic incinerator), rotary kiln, di kubur secar aman,
sanitari landfill, di buang ke sarana air limbah atau inersisasi. Tetapi
dalam jumlah besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang
khusus seperti rotary kilen, kapsulisasi
2) Masalah Kesehatan Akibat Pengelolaan Limbah
Limbah yang di hasilkan fasilitas pelayanan kesehatan dapat
membahayakan masyarat, yaitu limbah berupa virus dan kuman yang
berasal dari laboratorium virologi dan mikrobiologi yang saat ini
belum ada penangkalnya sehingga sulit untuk di deteksi. Limbah cair
dan limbah padat yang berasal dari rumah sakit dapat berfungsi
19

sebaggai media penyebaran gangguan atau penyakit bagi para petugas,


penderitaa maupun masyarakat.
Limbah medis yang mengandung berbagai bahan kimia beracun,
buangan yang terkena kontaminasi serta benda-benda tajam dapat
menimbulkan gangguan kesehatan berupa kecelakaan akibat kerja atau
penyakit akibat kerja. Limbah medis yang berupa partikel debu dapat
menimbulkan pencemaran udara yang akan menyebabkan kuman
penyakit menyebar dan mengkkontamiinasi peralatan medis ataupun
peralatan yang ada. Pengelolaan limbah medis yang kurang baik akan
menyebabkan estetika lingkungan yang kurang sedap di pandang
sehingga mengganggu kenyamanan pasien, petugas, pengunjung serta
masyarakat (Asmadi, 2013: 10-13).
Setiap fasilitas kesehatan yang mempunyai timbulan limbah
klinis harus mmempunyai tenaga khusus menangani pengolahan
limbah klinis dengan klasifikasi pendidikan sesuai untuk kecakapan
dalam pengelolaan di perlukan peningkatan keterampilan pengetahuan
melalui latihan.
3) Tenaga Pengelola Limbah Medis
Tenaga pengelola di beri latihan khusus mengenai
pengangkutan limbah dan sanitasi terdidik. Tenaga pengelola yang
mengangkut limbah harus di bekali dengan alat pelindung atau pakaian
kerja yang memadai, seperti sepatu, baju, celana, sarung tangan, topi,
dan masker (Budiman Chandra, 2006).
20

G. Kerangka Teori

Limbah padat
Puskesmas
Pengelolaan limbah
medis padat:
1. Pemilahan,
pewadahan
Pemilahan limbah
2. Pengumpulan
pengangkutan
,penyimpanan
3. pengelolaan
Tempat penampungan
sementara

Gambar 2.3 Kerangka Teori


Sumber :PerMenlhk P.56/2015 Tentang Tatacara Dan Persyaratan Teknis
Pengolaan Limbahn Bahan Berbahaya Dan Beracun
Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan
21

H. Kerangka konsep

Timbulan limbah
medis padat

Pemilahan :
• Karakteristik
• sumber Pengelolaan limbah
• berat medis di puskesmas

TPS
• Pewadahan
• Pengemasan
• Pengumpulan
• Kondisi TPS

Gambar 2.5 Kerangka Konsep


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menggambarkan tentang
pengelolaan limbah medis padat di UPTD Puskesmas Nusa Bhakti
Kecamatan Belitang III.

B. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pengelolaan limbah medis padat di
UPTD Puskesmas Nusa Bhakti Kecamatan Belitang III.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Puskesmas Nusa Bhakti.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini direncanakan pada bulan Februari – Maret 2022

D. Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data
a. Data primer
Data yang diperoleh dengan melakukan:
1) Obrservasi pengamatan secara langsung pada lokasi penelitian
yang meliputi data :
a) Pemilahan, pewadahan limbah medis padat
b) Pengangkutan limbah medis padat
c) Pengumpulan limbah medis padat
d) Penanganan akhir limbah medis padat
2) Interview : wawancara dengan petugas pengelola limbah medis
padat yang meliputi data :
a) Jumlah timbulan limbah medis padat yang dihasilkan di
Puskesmas

21
23

b) Volume limbah yang diangkut oleh pihak ketiga


c) Metode penanganan limbah medis padat di Puskesmas
b. Data sekunder
Data yang di peroleh dari literatur atau laporan dari pihak Puskesmas
di Kecamatan Belitang III yang berkaitan dengan penelitian yang
meliputi gambaran umum di Puskesmas Nusa Bhakti Kecamatan
Belitang III.
a) Alat Pengumpul Data
b) Chek-list yaitu daftar variable yang akan di kumpulkan datanya
dan menilai obyek yang sedang di teliti. Alat pengumpul data ini
untuk memperoleh data primer denngan metode observasi.
c) Kusioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden mengenai hal-hal yang ingin
diketahui oleh pewawancara dengan metode interview/wawancara.
d) Dokumentasi yaitu gambar atau photo-photo yang di dapat dari
fakta/lapangan yang ada pada saat di lakukannya penelitian yang
menggambarkan situasi/keadaan pengelolaan limbah medis di
Puskesmas Nusa Bhakti.

E. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara kemudian diolah
dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Pengolahan Data
a. Editing yaitu mengoreksi kembali data-data sehingga diperoleh data
yang sebenarnya.
b. Coding yaitu pemberian kode pada aspek yang diteliti agar tidak
terjadi kekeliruan dalam pengolahannya
c. Tabulating yaitu data yang diperoleh dari pengelompokan kemudian
disajikan dalam bentuk tabel.
d. Cleaning yaitu kegiatan pembersihan data yang dilakukan untuk
mengecek kembali sebelum dilakukan analisis lebih lanjut.
24

2. Analisa Data
Data yang telah diperoleh dari hasil observasi dan wawancara
diolah dan dianalisa dengan melihat hasil-hasil penelitian dan teori yang
ada ataupun peraturan/persyaratan yang berhubungan dengan pengelolaan
limbah medis padat yaitu Permenkes No. 7/2019 tentang kesehatan
lingkungan rumah sakit dan PerMenlhk no p. 56/Menlhk-setjen2015
tentang tata cara dan persyaratan teknis pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan kesehatan.
25

DAFTAR PUSTAKA

UU RI, Nomor 36, 2009, ’’ Tentang Kesehatan.’’ Uud Ri Nomor 36 Tahun 2009
tentang kesehatan

PP Nomor 47, 2016, Tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, 2015, Peraturan Menteri


Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor: P.56/Menlhk-Setjen/2015
Tentang Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Siti
Nurbaya, Jakarta

A.Pruss, 2005, Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan, Jakarta, Buku


Kedokteran EGC

Kemenkes RI, 2017, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9


Tahun 2017 Tentang Apotek,

Kepmenkes RI No.3402010 tentang klarifikasi rumah sakit Peraturan mentri


kesehatan republik Indonesia nomor 340/MENKES/PER/III/2010 Tentang
klasifikasi rumah sakit

A.Pruss, 2005, Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan, Jakarta, Buku


Kedokteran EGC

Asmadi. 2013. ’’ pengelolaan limbah medis padat,’’ July 1-3

Peraturan pemerintah nomor 47 tahun 2016, tentang fasilitas pelayanan kesehatan


PP No. 47 Tahun 2016 tentang fasilitas pelayanan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai