Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
RahmatNya saya masih diberikan kesempatan untuk bisa menyelesaikan laporan
saya, yang berjudul ” Pengukuran Tingkat Kepadatan Lalat dengan
Menggunakan Fly Grill pada Rumah Makan Leo di Jalan Workshop Universitas
Hasanuddin Kota Makassar “ dengan tujuan untuk mengetahui jumlah rata-rata
tingkat kepadatan lalat dengan menggunakan fly grill pada Rumah Makan Leo di
Jalan Workshop Universitas Hasanuddin Kota Makassar.
Menyelesaikan laporan ini saya sadari sepenuhnya belum sempurna dari
harapan kita, oleh sebab itu saya mengharapkan kerendahan hati menerima
kritikan dan saran yang sifatnya membangun sehingga kita terarah pada satu jalur
menuju kesempurnaan.
Laporan ini saya susun berdasarkan hasil praktikum kesehatan lingkungan
dan juga beberapa pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan
praktikum ini. Semoga laporan ini dapat berguna dan membantu dalam kegiatan
belajar mengajar kesehatan lingkungan khususnya dalam materi pemeriksaan
vektor penyebab penyakit. Kepada semua pihak yang telah berupaya membantu,
saya mengucapkan terimakasih.
Penulis
iii
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan Percobaan............................................................................ 4
C. Prinsip Percobaan............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Lalat ........................................................ 5
B. Tinjauan Umum tentang Pengendalian Vektor Lalat...................... 7
C. Tinjauan Umum tentang Fly Grill................................................... 10
D. Tinjauan Umum tentang Penyakit Berbasis Lalat........................... 13
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan................................................................................ 16
B. Waktu dan Tempat Percobaan......................................................... 16
C. Prosedur Kerja................................................................................. 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil................................................................................................. 19
B. Pembahasan..................................................................................... 20
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 23
B. Saran................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Jenis Makanan
yang
Mempegaruhi
Kesehatan Tubuh
dan Angka
C. Kematian
D. Jenis Makanan
yang
Mempegaruhi
1
Kesehatan Tubuh
dan Angka
E. Kematian
F. Jenis Makanan
yang
Mempegaruhi
Kesehatan Tubuh
dan Angka
G. Kematian
Lalat termasuk dalam klasifikasi serangga atau insecta yang
merupakan bagian dari ordo diptera, dimana lalat memiliki jenis yang banyak
dan merupakan serangga pengganggu yang dapat mengirimkan berbagai
jenis penyakit melalui cara mekanik dan mengakibatkan adanya gangguan
pada kesehatan di tubuh manusia (4). Lalat mempunyai tubuh yang
bersegmen dan tiap fragmen tubuhnya terpisah secara jelas. Tiap bagian pada
tubuhnya simetris antara bagian kanan dan kiri karena berpasangan, dengan
2
karakteristik yang khas pada tubuh yang meliputi 3 bagian yang berpisah
menjadi kepala atau cephal, dada atau thoraks, serta perut atau abdomen, dan
juga memiliki sepasang sungut atau antena dengan 1 pasang sayap dan 3
pasang kaki (15).
Kondisi lingkungan yang memicu hadirnya lalat yakni pada
lingkungan yang minimbulkan bau dan kotor karena merupakan lokasi yang
paling baik untuk pertumbuhan juga untuk perkembangbiakan pada lalat.
Salah satu tempat ideal bagi lalat adalah sampah yang dapat digunakan
sebagai sarang dan juga tempat berkembangbiaknya vektor pembawa
penyakit utamanya lalat. Pada siklus hidup lalat, lokasi yang paling disukai
lalat yakni tempat yang lembab atau basah, kotoran binatang, tinja, serta
benda-benda organik. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Pituari dkk. (2020) pada penelitian yang berjudul “Analisis Tingkat
Kepadatan Lalat di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Air Sebakul
Kota Bengkulu” yang menunjukkan tingkat kepadatan lalat sebesar 35 (17).
Penyakit yang mampu dibawa oleh lalat misalnya seperti kolera,
typhus, disentri, tifoid dan sebagainya yang berhubungan dengan keadaan
sanitasi yang buruk. WHO (2017) mengungkapkan bahwa secara global,
penyakit tifoid menyerang 17 juta jiwa tiap tahunnya dan 600.000 yang
meninggal akibat tifoid, 70% diantaranya berasal dari negara Asia. Di
negara
3
2
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kepadatan lalat yang
terdiri dari bilah kayu yang dipasang berjejer sebanyak 16-24 buah dengan
lebar 2 cm serta tebal 1 cm, panjang masing-masing bilah yakni 80 cm (21).
Adapun penelitian lain mengenai pemeriksaan tingkat kepadatan lalat
dengan menggunakan fly grill dilakukan oleh Eva Noviyani, La Dupai, dan
Yasnani (2019) pada penelitian yang berjudul : “Gambaran Kepadatan Lalat
di Pasar Basah Mandonga dan Pasar Sentral Kota Kendari Tahun 2018”
maka didapatkan hasil angka kepadatan lalat tertinggi yakni 39 ekor/blok grill
dan terendah sebanyak 25 ekor/blok grill (16). Hasil pengukuran ini tidak
sesuai dengan standar baku mutu yang telah ditetapkan pada Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2017 tentang
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan untuk
Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit serta Pengendaliannya yang
menyatakan bahwa nilai baku mutu indeks populasi lalat menggunakan fly
grill yakni <2 (20).
Lalat memiliki peran dalam menularkan suatu agen penyakit dengan
cara mekanis yang mampu menimbulkan penyakit pada tubuh manusia
ataupun pada hewan ternak. Hal ini terjadi karena kebiasaan lalat dalam
proses berkembang biak melalui media berupa karkas, sampah, tinja atau
feses serta limbah buangan yang mengandung banyak kontaminan berupa
agen penyakit. Penyakit-penyakit yang bisa timbul akibat penularan lalat
antara lain seperti penyakit trachoma, poliomilities, infeksi oleh virus ,
hepatitis, penyakit lambung serta usus di dalam tubuh manusia (diare,
paratifoid, disentri, enteritis, dan tifoid), penyakit kecacingan pada hewan
dan manusia dimana larva atau belatung lalat bisa pula menyerang mukosa
luka pada hewan yang umumnya disebut dengan belatungan atau miasis (17).
Lalat bisa hinggap pada tempat apapun tak terkecuali pada makanan.
Makanan yang telah disinggahi oleh lalat, setidaknya telah terkontaminasi
9.000 kuman dalam kurun 15 menit, kemudian setelah setengah jam, didapati
lebih dari angka setengah juta bakteri, 5 jam kemudian bakteri pada
permukaan makanan telah bertambah menjadi 3,5 juta. Sehingga sudah pasti
4
apabila makanan dihinggapi oleh lalat bisa berbahaya bagi kesehatan. Maka
dari itu perlu adanya suatu bentuk pengendalian pada vektor dengan tujuan
membatasi persebaran bakteri yang semakin meluas (22). Berdasarkan latar
belakang diatas, maka dilakukan pengukuran tingkat kepadatan lalat dengan
menggunakan fly grill pada Rumah Makan Leo di Jalan Workshop
Universitas Hasanuddin Kota Makassar.
B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan pada praktikum ini adalah untuk mengetahui jumlah
rata-rata tingkat kepadatan lalat dengan menggunakan fly grill pada Rumah
Makan Leo di Jalan Workshop Universitas Hasanuddin Kota Makassar.
C. Prinsip Percobaan
Adapun prinsip kerja dari percobaan pengukuran tingkat kepadatan
lalat dengan menggunakan fly grill pada Rumah Makan Leo di Jalan
Workshop Universitas Hasanuddin Kota Makassar adalah sebagai berikut:
1. Fly grill ditempatkan minimal 1 meter pada daerah yang akan diukur.
2. Perhitungan lalat yang hinggap dilakukan selama 30 detik.
3. Setiap lokasi dilakukan 10 kali perhitungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
kehitaman, serta pada bagian luarnya mengandung selaput yang keras
yang
6
6
2. Lalat Kecil (Fannia sp.), jenis lalat ini memiliki warna mata coklat gelap,
panjang tubuhnya sekitar 6,5 mm hingga 7 mm, serta pada venasi sayap
berukuran 3,8 mm hingga 4,5 mm.
3. Lalat Hijau Kebiruan Metalik (Chrysomya megacephala), jenis lalat ini
memiliki warna mata merah gelap dan berukuran besar, panjang tubuhnya
sekitar 7,3 mm hingga 9,5 mm, memiliki warna hijau kebiruan metalik
pada tubuh dan berwarna kuning pada bagian mulut, venasi sayapnya
memiliki panjang 4,6 mm hingga 5 mm, memiliki warna hijau metalik
kecoklatan pada bagian torax, serta abdomennya bergaris-garis transversal
yang memiliki warna hijau metalik.
4. Lalat Hijau Metalik (Lucilia sp.), jenis lalat ini memiliki tubuh yang
berwarna hijau metalik, begitu pula pada torax dan abdomennya memiliki
warna yang serupa, warna matanya merah, memiliki panjang tubuh sekitar
7,8 mm hingga 9,5 mm, serta panjang venasi pada sayapnya yakni sekitar
5,5 mm hingga 6,5 mm.
5. Lalat Abu-abu (Sarcophaga sp.), jenis lalat ini memiliki tubuh yang
berwarna abu-abu dengan garis-garis hitam yang memanjang di torax,
pada abdomen terdapat corak seperti membentuk papan catur, pada mata
berwarna merah gelap, memiliki panjang tubuh sekitar 8 mm hingga 9,5
mm, serta panjang venasi pada sayapnya yakni sekitar 6,8 mm hingga 8
mm.
kepadatan lalat. Nilai standar atau baku mutu indeks dari populasi lalat berada
pada angka rata-rata kurang dari 2 tiap fly grill, apabila menunjukkan lebih
dari 2 maka harus dilaksanakan pengamanan pada lokasi-lokasi tempat
berkembang biaknya lalat dan jika memungkinkan dapat pula direncanakan
upaya pengendalian (9).
Fly grill sangat mudah untuk dibuat serta tidak butuhkan kemampuan
khusus dalam membuatnya, bahan yang digunakan pun sangat mudah untuk
diperoleh (13). Fly grill bisa dibentuk dengan munggunakan beberapa bilah
kayu atau beberapa bilah bambu. Bilah-bilah kayu tersebut memiliki lebar 2
cm serta tebalnya 1 cm , panjang masing-masing bilah tersebut yakni 80 cm
dan bilah tersebut dibuat dengan jumlah 16 hingga 26 buah. Apabila bilah
tersebut sudah dibuat dengan ciri yang disebutkan diatas, maka bilah dibentuk
berjejer pada jarak 1 cm hingga 2 cm, lalu disarankan pada kerangkanya
digunakan paku skrup sehingga mudah untuk dibongkar pasang setelah
selesai digunakan (11). Adapun cara menghitung kepadatan lalat
menggunakan alat fly grill adalah sebagai berikut (10) :
1. Perhitungan tingkat kepadatan lalat menggunakan alat fly grill yang
berpedoman pada karakter lalat yakni cenderung untuk singgah pada
bagian tepi atau daerah yang memiliki sudut tajam.
2. Fly grill disimpan pada lokasi yang sebelumnya telah ditentukan paling
sedikit 1 meter pada lokasi yang kemudian akan diukur.
3. Pemasangan fly grill dilaksanakan secara hati-hati dan wajib disesuaikan
tiap bilah kayu di tempat atau lubangnya untuk menghindari terjadinya
ketimpangan.
4. Melakukan perhitungan selama 30 detik pada lalat yang hinggap dengan
menggunakan alat penghitung (hand counter).
5. Selanjutnya fly grill dipindahkan dengan cara dimundurkan dari jarak awal
sekitar 1 hingga 3 meter serta pada tiap lokasi dilakukan perhitungan
sebanyak sepuluh kali (10 kali , masing-masing 30 detik).
12
Adapun kelemahan dari fly grill yakni tidak dapat untuk menangkap lalat
secara langsung kecuali pada fly grill dilakukan modifikasi dengan
penambahan bahan perekat seperti lem tikus atau lem cap gajah (14).
METODOLOGI PRAKTIKUM
16
17
d. Fly grill digunakan untuk mengukur tingkat kepadatan lalat dengan cara
meletakkan fly grill pada tempat yang akan diukur kepadatan lalatnya.
2. Pengukuran Kepadatan Lalat
a. Disiapkan alat yang akan digunakan.
b. Ditentukan titik pengukuran tingkat kepadatan lalat (di tepi-tepi atau
tempat yang bersudut tajam).
c. Diletakkan fly grill pada tempat yang telah ditentukan minimal 1 meter
pada daerah yang akan diukur.
d. Dilakukan pemasangan fly grill dengan hati-hati.
e. Disesuaikan masing-masing bilah kayu pada tempat atau lubangnya,
jangan sampai terjadi ketimpangan.
f. Dihitung lalat yang hinggap dengan alat penghitung (hand counter)
selama 30 detik.
g. Ditunggu hingga 30 detik pertama, setelah itu dicarat hasil dan jumlah
lalat yang hinggap di fly grill tersebut pada tabel pencatat hasil yang telah
disediakan.
h. Dipindahkan fly grill mundur dari jarak semula kira-kira 1 - 3 meter,
setiap lokasi dilakukan 10 kali perhitungan (10 kali selama 30 detik).
3. Perhitungan Kepadatan Lalat
a. Hasil pengukuran kepadatan lalat diambil sebanyak 5 hasil perhitungan
tertinggi kemudian dirata-ratakan.
b. Hasil rata-rata adalah angka kepadatan lalat dengan satuan ekor per block
grill.
c. Angka rata-rata ini merupakan petunjuk angka kepadatan lalat dalam satu
lokasi tertentu. Interpretasi hasil pengukuran angka kepadatan lalat pada
setiap lokasi adalah sebagai berikut (Depkes RI, 1992):
1) 0 - 2 = rendah
2) 3 - 5 = sedang
3) 6 - 20 = tinggi/padat
4) ≥21 = sangat tinggi/sangat padat
18
A. Hasil Pengamatan
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh kelompok satu yakni
pengukuran tingkat kepadatan lalat dengan menggunakan fly grill pada
Rumah Makan Leo di Jalan Workshop Universitas Hasanuddin Kota
Makassar, diperoleh hasil pengamatan pada 10 titik, pengukuran 10 titik per
30 detik dilakukan dengan menggunakan fly grill yang telah ditempatkan
pada daerah yang akan diukur minimal 1 meter. Pengukuran hasil
pengamatan 10 titik diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.1
Hasil Pengukuran 10 Titik Per 30 Detik Menggunakan
Fly Grill pada Rumah Makan Leo di Jalan Workshop
Universitas Hasanuddin Kota Makassar
Hasil Pengukuran Per 30 Detik
No. Titik/Lokasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Titik 1 3 1 2 2 1 1 1 4 2 2
2 Titik 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Titik 3 0 3 0 0 0 0 1 3 0 1
4 Titik 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel di atas, maka data yang diperoleh dapat dimasukkan
kedalam rumus, sehingga didapatkan rata-rata kepadatan lalat dari lima (5)
titik tertinggi pada Rumah Makan Leo di Jalan Workshop Universitas
Hasanuddin Kota Makassar. Perhitungan rata-rata kepadatan lalat dari lima
(5) titik tertinggi menggunakan rumus yaitu sebagai berikut:
4 + 3+ 2 + 2 + 2
Pada Pengukuran Titik 1: = 2,6
5
0
Pada Pengukuran Titik 2: =0
5
3+3+1+1+0
Pada Pengukuran Titik 3: = 1,6
5
19
20
1+ 0+0+0+0
Pada Pengukuran Titik 4: = 0,2
5
B. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jumlah rata-rata tingkat
kepadatan lalat dengan menggunakan fly grill pada Rumah Makan Leo di
Jalan Workshop Universitas Hasanuddin Kota Makassar. Langkah pertama
yang dilakukan yakni menyiapkan fly grill. Fly grill dapat digunakan untuk
mengukur rata-rata populasi pada lalat di suatu lokasi (20). Jenis fly grill yang
digunakan dalam pemeriksaan ini adalah fly grill yang berwarna putih karena
mempunyai ketajaman warna yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
warna biru dan hijau, sehingga lalat lebih dapat untuk mengenai fly grill
tersebut kemudian hinggap pada fly grill tersebut (21).
Fly grill kemudian ditentukan letaknya pada 4 titik yang menjadi
lokasi pengukuran dengan kriteria yakni pada daerah tepi atau memiliki sudut
yang tajam, hal ini dilakukan karena lalat sangat menyukai lokasi-lokasi
bagian tepi yang tajam serta pada permukaannya yang vertikal. Setelah itu,
fly grill diletakkan secara hati-hati paling sedikit 1 meter pada lokasi yang
kemudian akan diukur. Hal ini karena lalat biasanya beristirahat tidak jauh
dari tempat ia makan serta terbang dengan ketinggian maksimal 4,5 meter
dari permukaan tanah (15).
Pemasangan fly grill wajib disesuaikan tiap bilah kayu di tempat
atau lubangnya untuk menghindari ketimpangan serta disarankan agar
pemasangan bilah kayu menggunakan sekrup agar mudah untuk dibongkar
pasang (10). Setelah itu dilakukan perhitungan selama 30 detik menggunakan
stopwatch selama 10 kali perhitungan pada tiap titiknya. Hal ini dilakukan
karena Perhitungan dianggap lebih efektif dan hasilnya dapat diandalkan
(13).
21
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil pengukuran tingkat kepadatan lalat dengan menggunkaan fly grill
pada Rumah Makan Leo di Jalan Workshop Universitas Hasanuddin Kota
Makassar adalah rata-rata kepadatan lalat yang diperoleh yaitu 1,1 dan
tergolong rendah
B. Saran
Adapun saran yang dapat praktikan berikan dari pengukuran tingkat
kepadatan lalat dengan menggunkaan fly grill pada Rumah Makan Leo di Jalan
Workshop Universitas Hasanuddin Kota Makassar adalah sebagai berikut:
1. Kepada pemerintah, Diharapkan kepada pihak pemerintah untuk selalu
mengawasi dan memperhatikan kebersihan fasilitas umum khususnya pada
rumah makan, serta melakukan inspeksi kesehatan secara rutin.
2. Kepada masyarakat, diharapkan untuk berpartisipasi dalam menjaga
kebersihan lingkungan dan berhati-hati dalam menyentuh ataupun
mengakonsumsi makanan.
3. Kepada Institusi Universitas Hasanuddin diharapkan lebih memperhatikan
Laboratorium sehingga praktikan bisa menjalankan praktikum dengan
lancar.
4. Kepada asisten diharapkan dapat mendampingi dan mengarahkan praktikan
sehingga praktikan dapat melaksanakan praktikum sesuai dengan yang
diharapkan.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
10. Husin H. Identifikasi Kepadatan Lalat Di Perumahan Yang Berada Di
Tempat Pembuangan Akhir (Tpa) Sampah Air Sebakul Kecamatan Selebar
Kota Bengkulu. J Nurs Public Heal [Internet]. 2018;5(1):80–7. Available
from: https://jurnal.unived.ac.id ( diakses 2 April 2021 )
11. Andriana A. Hubungan Sanitasi Dasar Dengan Tingkat Kepadatan Lalat Di
Rumah Makan Pasar Besar Kota Madiun. Skripsi [Internet]. 2019;1–79.
Available from: http://repository.stikes-bhm.ac.id ( diakses 2 April 2021 )
12. Yuni Nindia, Hamdani, Teuku Asrin M. Deskripsi Kepadatan Lalat di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Gampong Jawa Kota Banda
Aceh Tahun 2019. J Bioleuser [Internet]. 2018;2(2):29–35. Available from:
http://jurnal.unsyiah.ac.id (diakses 3 April 2021)
13. Syahputro AS. Hubungan Pengelolaan Sampah Dengan Tingkat Kepadatan
Lalat Di Tempat Penampungan Sementara (TPS) Kota Madiun. skripsi
[Internet]. 2018;73. Available from: http://repository.stikes-bhm.ac.id
( diakses 3 April 2021 )
14. Tri Andini, Santy Deasy Siregar Siagian M. Efektivitas Teknologi Fly Grill
Modifikasi Untuk Mengurangi Kepadatan Lalat Di Tempat Penjualan
Daging Di Pasar Sukaramai Kota Medan. J Kesehat Glob [Internet].
2019;2(2):52–61. Available from: http://ejournal.helvetia.ac.id
15. Pertiwi RAA. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum
Basilicum) Sebagai Insektisida Nabati Pengusir Lalat Rumah (Musca
Domestica) Dalam Bentuk Gel Freshner. skripsi [Internet]. 2019; Available
from: http://repositori.unsil.ac.id ( diakses 2 April 2021 )
16. Noviyani E, Dupai L, Yasnani. Gambaran Kepadatan Lalat di Pasar Basah
Mandonga dan Pasar Sentral Kota Kendari Tahun 2018. J Ilm Mhs Kesehat
Masy [Internet]. 2018;3(1):1–9. Available from: http://ojs.uho.ac.id
( diakses 2 April 2021 )
17. Pituari, Dirhan M. Analisis Tingkat Kepadatan Lalat Di Tempat
Pembuangan Akhir ( Tpa ) Sampah Air Sebakul Kota Bengkulu. J Sains
Kesehat [Internet]. 2021;27(3). Available from:
http://jurnal.stikestrimandirisakti.ac.id ( diakses 3 April 2021 )
18. Widowati W. Efektivitas Fly Trap Of Bottles dengan Perbandingan Empat
Jenis Umpan dalam Mengurangi Kepadatan Lalat di Pemukiman Sekitar
TPA Batulayang Pontianak. skripsi [Internet]. 2018; Available from:
http://repository.unmuhpnk.ac.id ( diakses 3 April 2021 )
19. Daswito R, Folentia R, MF MY. Efektifitas Ekstrak Daun Sirih Hijau
(Piper Betle) sebagai Insektisida Nabati terhadap Mortalitas Lalat Rumah
(Musca domestica). J Kesehat Terpadu (Integrated Heal Journal) [Internet].
2019;10(2):44–50. Available from:
https://www.jurnalpoltekkesmaluku.com ( diakses 3 April 2021 )
25
20. Kemenkes. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 50
Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan untuk Vektor Dan Binatang Pembawa Penyakit
serta Pengendaliannya. Peraturan mentri [Internet]. 2017;(1592). Available
from: https://persi.or.id ( diakses 2 April 2021 )
21. Arif AS, Munawar A. Pengaruh Warna Fly Grill terhaap Kepadatan Lalat
di TPA Talang GuloKota Jambi. J Bahan Kesehat Masy [Internet].
2018;2(1):62–7. Available from: http://www.journal.poltekkesjambi.ac.id
( diakses 3 April 2021 )
22. Trisliani E. Efektivitas Lilin Aromaterapi Ekstrak Daun Cengkeh
(Syzygium Aromaticum) sebagai Pengusir Nabati Lalat Rumah (Musca
domestica). skripsi [Internet]. 2019;1(1):2019. Available from:
http://repositori.unsil.ac.id ( diakses 3 April 2021 )
23. S. Erlinda. Uji Anti Lalat Rumah (Musca domestica) dari Sediaan Elektrik
Kulit Buah Sukun (Artocarpus altilis). karya tulis Ilm [Internet].
2018;151(2):10–7. Available from: http://repository.um-surabaya.ac.id
( diakses 4 April 2021 )
24. Rahmasari V, Lestari K. Review: Manajemen Terapi Demam Tifoid:
Kajian Terapi Farmakologis Dan Non Farmakologis. Farmaka [Internet].
2018;16(1):184–95. Available from: http://jurnal.unpad.ac.id ( diakses 5
April 2021 )
25. Lestari Y, Nirmala F, Saktiansyah L. Analisis Dampak Kepadatan Lalat,
Sanitasi Lingkungan Dan Personal Higiene Terhadap Kejadian Demam
Tifoid Di Pemukiman Uptd Rumah Pemotongan Hewan (Rph) Kota
Kendari Tahun 2017. J Ilm Mhs Kesehat Masy Unsyiah [Internet].
2017;2(6):198342. Available from: http://download.garuda.ristekdikti.go.id
( diakses 6 April 2021 )
26. Cici Apriza Yanti, Dina Ediana MR. Hubungan Perilaku Dan Tingkat
Kepadatan Lalat Dengan Kejadian Diare Di Pasar Sarilamak. Hum Care J
[Internet]. 2018;3(1). Available from: https://ojs.fdk.ac.id ( diakses 6 April
2021 )
26
25
LAMPIRAN
A. Alat
Gambar 4. Gambar 5.
Tabel Pencatat Hasil Pulpen
B. Bahan
26
Gambar 6.
Sampel Lalat
C. Prosedur Kerja
1. Pengukuran Kepadatan Lalat
Gambar 16.
Menghitung Rata-Rata
Kepadatan Lalat
28