Anda di halaman 1dari 106

ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS PADAT

DI RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR


PROVINSI SUMATERA SELATAN
TAHUN 2021

Oleh :

DEVIE SANDRIA
NPM 19132019001P

PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG
2021
ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS PADAT
DI RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
TAHUN 2021

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat memperoleh gelar
SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

Oleh :

DEVIE SANDRIA
NPM 19132019001P

PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG
2021
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYRAKAT
Skripsi, 23 Juli 2021

DEVIE SANDRIA

Analisis Pengolahan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar


Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2021
(xvi + 76 halaman; 3 bagan; 11 tabel; 1 gambar; 6 lampiran)

Limbah rumah sakit merupakan suatu bentuk limbah hasil proses kegiatan
yang terjadi di lingkungan rumah sakit, yang sangat berpotensial dapat menularkan
berbagai bibit penyakit. Limbah medis padat rumah sakit mengandung bahan
berbahaya dan beracun (bersifat Infeksius, toksik, dan radioaktif) jika tidak dikelola
dengan benar maka dapat mencemari lingkungan dan dianggap sebagai mata rantai
penyebaran penyakit.
Penelitian ini bertujuan untuk diketahuinya Analisis Pengolahan Limbah
Medis Padat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2021.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif menggunakan observasi
berupa form checklist Permenkes RI No 07 Tahun 2019 dan metode deskriptif
kualitatif berupa wawancara mendalam dan observasi.
Sumber informasi dari penelitian ini diperoleh dari beberapa orang
informan.Informan akan dikelompokkan menjadi informan kunci dan informan.
Informan kunci dalam penelitian ini adalah orang yang mempunyai pengetahuan yang
luas dan mendalam serta mempunyai kewenangan langsung terhadap sistem
pengelohan limbah medis padat rumah sakit, sedangkan informan adalah orang
memiliki pengetahuan dan kewenangan terbatas.
Lokasi pada penelitian ini di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan pada bulan Mei - Juni 2021. Hasil penelitian pada analisis Pengelolaan
Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan telah
memenuhi syarat sesuai dengan Permenkes RI No 07 Tahun 2019.

Kata Kunci : Pengolahan Limbah, Limbah Medis Padat


Daftar Pustaka : 13 (2009-2019)
ABSTRACT
HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE (STIK)
BINA HUSADA PALEMBANG
PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM
Student Thesis, 23 July 2021

DEVIE SANDRIA

Analysis of Solid Medical Waste Treatment at Ernaldi Bahar Hospital in South


Sumatra Province in 2021
(xvi + 76 pages; 3 chart; 11 tables; 1 picture; 6 attachment)

Hospital waste is a form of waste resulting from the process of activities that
occur in the hospital environment, which can potentially transmit various seeds of
disease. Hospital solid medical waste contains hazardous and toxic substances
(infectious, toxic, and radioactive) if not managed properly then it can pollute the
environment and is considered a link to the spread of disease.
This study aims to know the Analysis of Solid Medical Waste Treatment at
Ernaldi Bahar Hospital, South Sumatra Province in 2021. This research is qualitative
descriptive research using observations in the form of checklist form Permenkes RI
No. 07 year 2019 and qualitative descriptive methods in the form of in-depth
interviews and observations.
The source of information from this study is obtained from several
informants.Informants will be grouped into key informants and informants. The key
informants in this study are people who have extensive and deep knowledge and have
direct authority over the hospital's solid medical waste management system, while
informants are people with limited knowledge and authority.
The location of this study was at Ernaldi Bahar Hospital in South Sumatra
Province in May - June 2021. The results of the study on the analysis of Solid
Medical Waste Management at Ernaldi Bahar Hospital, South Sumatra Province have
been qualified in accordance with Permenkes RI No. 07 of 2019.

Keywords : Waste Treatment, Solid Medical Waste


Reference : 13 (2009-2019)
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Devie Sandria


Nomor Pokok Mahasiswa : 19.13201.90.01.P
Tempat/Tanggal Lahir : Palembang, 02 Desember 1985
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat Rumah : Jl.Latsitarda Kajang Bayan No.766A Rt.017 Rw.005
Kel.Gandus Kec.Gandus Palembang 30149
Nama Orang Tua
Ayah : Hermawan
Ibu : Saibah
Nama Suami : Karman Syaputra
No Hp : 0812-71121913
Email : deviesandria@gmail.com
Riwayat pendidikan : 1. SD Negeri 379 Palembang Tahun 1995
2. SLTP Negeri 39 Palembang Tahun 2001
3. SMA PGRI Tanjung Pandan Tahun 2004
4. IKest Muhammadiyah Palembang
Jurusan DIII Kesling Tahun 2008
Riwayat pekerjaan : 1. PNS Puskesmas Parit Tiga Kabupaten Bangka Barat
Provinsi Bangka Belitung Tahun 2009 – 2011
2. PNS Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2011 – sekarang
PERSEMBAHAN DAN MOTTO

Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur penulis sampaikan atas kehadiran Allah


SWT yang telah memberikan kesehatan, kemudahan membantuku dalam setiap
kesulitan, melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
❖ Kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Hermawan dan Ibunda tercinta Sa’Ibah
yang sangat saya sayangi selalu senantiasa mendoakanku dalam setiap waktu,
memberi dukungan baik materil maupun kasih sayang yang tidak terhingga,
selalu memberikan semangat dan memotivasi sehingga tercapainya cita-cita serta
mampu membahagiakan mereka.
❖ Suami ku tercinta Karman Syaputra yang sangat saya sayangi yang sudah
memberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan
medoakanku dalam setiap waktu, memberi dukungan materil, waktu maupun
kasih sayang yang tidak terhingga, selalu memberikan semangat dan memotivasi.
❖ Anak-anak ku tercinta Andika Pratama, Azka Arif Putra dan Arumi Safa Zahirah
yang sangat mama sayangi telah memberikan kesempatan dan waktu kalian
berkurang untuk bersama mama, kalian anak-anak hebat mama adalah salah satu
alasan mama untuk terus melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

Motto
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu
telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan
yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”
(QS Al-Insyirah, 6-8)
UCAPAN TERIMA KASIH

Assalam’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis
Pengolahan Limbah Medis Padat di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2021”.
Dalam proses pelaksanaan penelitian ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan, saran, keterangan dan data-data baik secara lisan maupun
tulisan, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Ersita, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Plt.Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIK) Bina Husada Palembang.
2. Ibu Dian Eka Anggreny, SKM, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Bina Husada Palembang
sekaligus pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan, semangat dan telah memberikan kemudahan selama proses
penyelesaian skripsi.
3. Ibu Heriziana.Hz, SKM, M.Kes selaku penguji skripsi yang telah banyak
meluangkan waktu-nya dalam memberikan masukan dan motivasi sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi.
4. Ibu Maria Ulfah, SKM, MPH selaku penguji skripsi yang telah banyak
meluangkan waktu-nya dalam memberikan masukan dan motivasi sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi.
5. Rekan-Rekan Seperjuangan Angkatan Tahun 2019 Program Studi Kesehatan
Masyarakat Regular B1 di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Bina Husada
Palembang atas persaudaraannya, motivasi, semangat, dukungan dan
kebersamaannya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan
dan kesempurnaan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan semua
pihak semoga mendapatkan imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang memerlukan dan bagi para pembacanya.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Palembang, 23 Juli 2021

Penulis,
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ................................................ ii
ABSTRAK ............................................................................................................ iii
ABSTRACT ........................................................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI ................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS ............................................................................ vii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO ....................................................................... viii
UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................. ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN ................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 6
1.3 Pertanyaan Penelitian ....................................................................... 6
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
1.4.1 Tujuan Umum ....................................................................... 6
1.4.2 Tujuan Khusus ...................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................... 7
1.5.1 Bagi Peneliti .......................................................................... 7
1.5.2 Bagi STIK Bina Husada Palembang ...................................... 7
1.5.3 Bagi Instalasi Gizi RS Ernaldi Bahar .................................... 8
1.6 Ruang Lingkup Penelitian................................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Rumah Sakit ..................................................................... 9
2.2 Rumah Sakit Jiwa ........................................................................... 10
2.3 Klasifikasi Rumah Sakit Jiwa ......................................................... 11
2.4 Limbah Rumah Sakit Jiwa............................................................... 13
2.5 Dampak Limbah Rumah Sakit Bagi Lingkungan ........................... 28
2.6 Dampak Limbah Rumah Sakit Bagi Kesehatan .............................. 28
2.7 Kerangka Teori ................................................................................ 31
2.8 Penelitian Terkait............................................................................. 32
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ............................................................................ 33
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 33
3.3 Informan Penelitian ........................................................................ 34
3.4 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 36
3.5 Sumber Informasi ........................................................................... 37
3.6 Definisi Istilah ................................................................................. 39
3.7 Pengumpulan Data .......................................................................... 41
3.8 Teknik Pengolahan Data ................................................................. 43
3.9 Analisis Data .................................................................................. 44
3.10 Etika Penelitian .............................................................................. 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum Lokasi ............................................................... 46
4.2 Gambaran Umum Khusus Unit Penunjang Medik K3-PL ............. 52
4.3 Hasil Penelitian ............................................................................... 53
4.4 Pembahasan .................................................................................... 65

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan ......................................................................................... 74
5.2 Saran ............................................................................................... 76
5.2.1 Bagi Peneliti ........................................................................ 76
5.2.2 Bagi STIK Bina Husada Palembang ................................... 76
5.5.3 Bagi Petugas Pengolahan Limbah Medis Padat ................. 76

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman

2.1 Kerangka Teori ............................................................................................... 31

3.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 36

4.1 Sistem Pengelolaan Limbah Medis Padat RS Ernaldi Bahar .......................... 59


DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

2.1 Penelitian Terkait .......................................................................................... 32


3.1 Daftar Informan dan Cara Pengumpulan Data ............................................. 34
3.2 Sumber Informasi, Jumlah Informan, Metode dan Informasi ...................... 37
3.3 Definisi Istilah .............................................................................................. 39
4.1 Tenaga Kerja di Unit K3-PL RS Ernaldi Bahar ........................................... 53
4.2 Distribusi Frekuensi Limbah Medis Padat Berdasarkan Variabel Sumber
Limbah di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumsel .............................................. 55
4.3 Jenis Limbah Berdasarkan Sumber dan Potensi Bahaya .............................. 58
4.4 Distribusi Frekuensi Limbah Medis Padat Berdasarkan Variabel Pemilahan
di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumsel ........................................................... 60
4.5 Distribusi Frekuensi Limbah Medis Padat RS Berdasarkan Variabel
Pewadahan di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumsel ........................................ 61
4.6 Distribusi Limbah Medis Padat Rumah Sakit Berdasarkan Variabel
Pengangkutan di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumsel .................... 62
4.7 Distribusi Frekuensi Limbah Medis Padat Rumah Sakit Berdasarkan
Variabel Pengumpulan di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumsel ...................... 64
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jenis Wadah Label Limbah Medis Sesuai Kategorinya ..................... 27
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Observasi

Lampiran 2 : Lembar Checklist Analisis Pengolahan Limbah Medis Padat

Lampiran 3 : Lembar Persetujuan (Informed Concent)

Lampiran 4 : Surat Keterangan Lolos Kaji Etik dari Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2021

Lampiran 5 : Surat Selesai Penelitian

Lampiran 6 : Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian

sumber daya kesahatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan

upaya kesehatan. Selain membawa dampak positif bagi masyarakat, rumah sakit juga

berpotensi membawa dampak negative terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

Dampak negatifnya tersebut dapat berupa pencemaran dari suatu proses kegiatan,

yaitu bila limbah yang dihasilkan tidak dikelolah dengan baik. Limbah rumah sakit

merupakan suatu bentuk limbah hasil proses kegiatan yang terjadi di lingkungan

rumah sakit, yang sangat berpotensial dapat menularkan berbagai bibit penyakit.

Untuk itu limbah rumah sakit pun harus dikelolah secara serius dan cermat, agar

segala jenis kuman penyakit yang dikandung didalamnya tidak mengakibatkan

pencemaran bagi lingkungan. Rumah sakit sebagai sarana upaya kesehatan yang

menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan rawat

jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik, dan non medik yang

dalam melakukan proses kegiatan tersebut akan menimbulkan dampak positif dan

negative. Oleh karenanya perlu upaya penyehatan lingkungan rumah sakit yang

bertujuan untuk melindungi masyarakat dan petugas rumah sakit akan bahaya

pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit (Muchtar dkk,
2016).

Menurut WHO (2005) dalam pelaksanaan pengelolaan limbah medis tindakan

petugas sangat diperlukan mulai dari pemilahan, pewadahan, pengangkutan,

pengumpulan sampai ke pemusnahan akhir. Pada tahap penyimpanan limbah kantung

tidak boleh penuh, petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung

dengan warna yang sama telah dijadikan satu dan dikirim ke tempat yang sesuai. Hal

ini dimaksudkan untuk mencegah dampak negative pengelolaan limbah tersebut baik

kepada petugas, lingkungan maupun masyarakat sekitar. World Health Organization

(WHO), menjelaskan rata-rata produksi limbah rumah sakit di negara-negara

berkembang sekitar 1-3 kg/TT per hari, sementara di negara-negara maju (Eropa,

Amerika) mencapai 5-8 kg/TT per hari (Saghita, dkk, 2017).

Limbah medis padat rumah sakit mengandung bahan berbahaya (bersifat

infeksius, toksik dan radioaktif) jika tidak dikelola dengan benar maka dapat

mencemari lingkungan dan dianggap sebagai mata rantai penyebaran penyakit

menular (Yunizar, dkk, 2014).

Pada Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017 yang dikeluarkan Kementrian

Kesehatan menyebutkan bahwa jumlah rumah sakit di Indonesia pada waktu itu

mencapai 2.574 unit. Sementara itu, jumlah puskesmas mencapai 9.655 unit.

Pengelolaan limbah medis yang berasal dari rumah sakit, puskesmas, balai

pengobatan, maupun laboratorium medis di Indonesia masih dibawah standar

profesional. Bahkan banyak rumah sakit yang membuang dan mengolah limbah

medis tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.


Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah, pasal 22 tentang Pengelolaan, Penanganan Sampah, Pemilahan dalam

bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau

sifat sampah. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari

sumber sampah ke tempai penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah

terpadu. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari

tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat penampungan sampah

sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat

pemrosesan akhir. Pengolahan sampah dalam bentuk mengubah karakteristik,

komposisi, dan jumlah sampah. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk

pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media

lingkungan secara aman.

Indonesia diperkiraan memproduksi limbah medis padat rumah sakit sebesar

376.089 ton/hari dan produksi limbah cair 48.985,70 ton/hari. Pengelolaan limbah

medis dan non medis rumah sakit sangat dibutuhkan bagi kenyamanan dan

kebersihan rumah sakit karena dapat memutuskan mata rantai penyebaran penyakit

menular, terutama infeksi nosokomial (UU RI No. 44, 2009).

Pengolahan limbah medis padat berbeda dengan limbah domestik atau limbah

rumah tangga. Penempatan limbah medis dilakukan pada wadah yang sesuai dengan

karakteristik bahan kimia, radioaktif, dan volumenya. Limbah medis yang telah

terkumpul tidak diperbolehkan untuk langsung dibuang ke tempat pembuangan


limbah domestik tetapi harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Untuk

limbah medis yang berbentuk gas dilengkapi alat pereduksi emisi gas dan debu pada

proses pembuangannya. Selain itu perlu dilakukan pula upaya minimalisasi limbah

yaitu dengan mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi

bahan (reduce), menggunakan kembali (reuse), dan daur ulang (recycle). Penghijauan

juga baik dilakukan untuk mengurangi polusi dari limbah yang berbentuk gas dan

untuk menyerap debu. Tata laksana pengelolaan limbah medis sesuai standar tertuang

dalam pedoman pelaksanaan penyehatan lingkungan rumah sakit yaitu Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204 Tahun 2004 mengenai

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yang diantaranya terdiri dari

beberapa upaya disesuaikan dengan jenis limbah, upaya tersebut diantaranya :

a. upaya minimisasi limbah;

b. pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali, dan daur ulang;

c. tempat penampungan sementara;

d. transportasi (pengangkutan);

e. pengolahan, pemusnahan, dan pembuangan akhir limbah cair dan limbah padat.

(Sumisih, 2010).

Indikator yang mendukung pengamanan limbah medis adalah persentase rumah

sakit yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar. Secara nasional

persentase rumah sakit yang melakukan pengelolaan limbah sesuai standar pada

tahun 2019 adalah 42,64%. Angka ini meningkat dibandingkan dengan tahun

sebelumnya yaitu 33,63% dan sudah memenuhi target Renstra tahun 2019 yaitu 36%.
Provinsi dengan presentase tertinggi adalah DKI Jakarta (96,34%), DI Yogyakarta

(96%), dan Lampung (81,82%). Provinsi dengan persentase terendah adalah Papua

(1,59%), Sulawesi Utara (2,22%), dan Maluku (5,71%). Rincian lengkap mengenai

persentase rumah sakit yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar

tahun 2019 (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2019).

Sedangkan jenis limbah yang terdapat di RS Ernaldi Bahar antara lain spuit

dengan jarumnya, sarung tangan disposable, masker disposable, flabot infus, kapas

alkohol, kasa/kapas terkontaminasi, perban terkontaminasi, selang infus, botol

obat,dan pembalut bekas darah. Dalam pengkategoriannya sarung tangan disposable,

masker disposable, flabot infus, kapas alkohol, kasa/kapas terkontaminasi, perban

terkontaminasi, selang infus, botol obat, dan pembalut bekas darah masuk dalam

kategori limbah B3 umum. Sedangkan untuk spuit dan jarum suntik masuk dalam

bagian limbah B3 tajam jarum suntik.

Upaya pengelolaan limbah rumah sakit dapat dilaksanakan dengan menyiapkan

perangkat lunaknya berupa peraturan, pedoman dan kebijakan yang mengatur

bagaimana pemilahan, pewadahan, pengangkutan, penyimpanan serta pemusnahan

akhir dan peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit. Rumah sakit sendiri

memiliki tuntutan yang semakin meningkat terhadap pelayanan kesehatan yang

bermutu sehingga mengakibatkan persaingan yang semakin keras diantara semua

provider pelayanan kesehatan sehingga menuntut untuk meningkatkan kualitas

maupun kuantitas pelayanan kesehatan.

Berdasarkan data laporan Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera


Selatan Tahun 2021 pada 3 bulan terakhir yaitu bulan Januari sebanyak 325,35 kg,

pada bulan Februari sebanyak 169,95 kg dan pada bulan Maret berjumlah sebanyak

217,25 kg. Maka saya tertarik membuat judul proposal “Analisis Pengelolaan Limbah

Medis Padat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2021”.

1.2 Rumusan Masalah

Diketahuinya Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar

Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2021.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana analisis pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Ernaldi

Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2021 apakah sudah memenuhi syarat sesuai

dengan Permenkes RI No.07 Tahun 2019 tentang kesehatan lingkungan Rumah Sakit

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya analisis pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit

Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2021.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya sumber limbah medis padat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar

Provinsi Sumatera Selatan.

2. Diketahuinya jenis limbah medis padat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar

Provinsi Sumatera Selatan.


3. Diketahuinya pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Ernaldi

Bahar Provinsi Sumatera Selatan.

4. Diketahuinya mekanisme pewadahan limbah medis padat di Rumah Sakit

Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.

5. Diketahuinya mekanisme pengangkutan limbah medis padat di Rumah

Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.

6. Diketahuinya mekanisme penyimpanan limbah medis padat di Rumah

Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.

7. Diketahuinya mekanisme pemusnahan limbah medis padat di Rumah Sakit

Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang analisis pengolahan

limbah medis padat di rumah sakit.

2. Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti

perkuliahan.

1.5.2 Bagi STIK Bina Husada Palembang

1. Menjadi bahan referensi untuk menambah wawasan dan pengetahuan

untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Menjadi masukan dalam pengembangan kurikulum dan keilmuan di

Program Studi Kesehatan Masyarakat STIK Bina Husada Palembang.


1.5.3 Bagi Petugas Pengolahan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Ernaldi

Bahar Provinsi Sumatera Selatan

1. Sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi untuk meningkatkan analisis

pengolahan limbah medis padat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan.

2. Dapat diketahui kesesuaian penerapan upaya penerapan analisis

pengolahan limbah medis padat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan dengan standar Permenkes RI No.07 Tahun 2019

tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui analisis pengolahan limbah medis

padat rumah sakit. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan, karena belum adanya informasi tentang analisis pengolahan limbah

medis padat rumah sakit tersebut. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif

kualititatif dengan cara yang digunakan adalah observasi dengan menggunakan

lembar checklist dan memperoleh informasi mendalam apakah analisis pengolahan

limbah medis padat di rumah sakit sudah memenuhi syarat Permenkes RI No.07

Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Penelitian ini dilakukan

pada bulan Mei-Juni 2021.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Rumah Sakit

Rumah sakit adalah suatu sarana kesehatan yang menyelenggarakan sarana

kesehatan yang menyertakan upaya kesehatan rujukan, dan dalam ruang lingkup ilmu

kesehatan masyarakat, termasuk didalamnya upaya pencegahan penyakit mulai dari

diagnosis dini dan pengobatan yang tepat, perawatan intensif dan rehabilitasi orang

sakit sampai tingkat penyembuhan (UU RI No. 44, 2009).

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Prasarana rumah sakit sebagaiman dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) dapat

meliputi :

a. Instalasi Air

b. Instalasi Mekanikal dan Elektrikal

c. Instalasi Gas Medik

d. Instalasi Gas Uap

e. Instalasi Pengelolaan Limbah

f. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

g. Petunjuk standar dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat


h. Instalasi Tata Udara

i. Sistem Informasi dan Komunikasi

j. Ambulans

1) Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi standar

pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggara

Rumah Sakit.

2) Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dalam keadaan

terpelihara dan berfungsi dengan baik.

3) Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai

kompetensi dibidangnya.

4) Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus didokumentasi dan di evaluasi secara berkala

dan berkesinambungan.

5) Ketentuan lebih lanjut mengenai prasarana Rumah Sakit sebagaimana

dimaksud ayat (1) sampai dengan ayat (5) diatur dengan peraturan menteri.

(Yulinto Beny, Elmia Kursani, Riska Ibdra Aristi, 2017)

2.2 Rumah Sakit Jiwa

Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No.2356/MENKES/PER/XI/2011 tentang

Kedudukan Rumah Sakit di Lingkungan Kementerian Kesehatan, Rumah Sakit Jiwa

dalam melaksanakan tugas secara teknis fungsional Direktur Utama Rumah Sakit
dibina oleh Direktorat Bina Kesehatan Jiwa. Komponen kesehatan jiwa sesuai

Keputusan Menteri Kesehatan No.135/Menkes/SK/IV/78, disebutkan pelayanan

Kesehatan Jiwa mencakup komponen pelayanan medik psikiatrik, pelayanan

penunjang medik, rehabilitasi dan pelayanan perawatan. Pelayanan tersebut

dilaksanakan melalui unit-unit rawat jalan, rawat inap, rawat darurat dan rawat

rehabilitasi, disamping itu juga diperhatikan adanya gangguan fisik pada pasien jiwa.

Rumah Sakit Jiwa sebagai pusat pelayanan kesehatan jiwa dalam melaksanakan

upaya-upaya preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan keswa masyarakat dan

melaksanakan sistem rujukan. Dalam proses organo-psikososial kegiatannya

menjangkau masuk ke dalam masyarakat.

2.3 Klasifikasi Rumah Sakit Jiwa

Rumah Sakit Jiwa mempunyai tugas menyelenggarakan dan melaksanakan

pelayanan pencegahan, pemulihan dan rehabilitasi di Bidang Kesehatan Jiwa dan

untuk menyelenggarakan tugas itu rumah sakit jiwa memiliki fungsi :

a. Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan jiwa pencegahan (preventif).

b. Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan jiwa pemulihan (kuratif).

c. Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan jiwa rehabilitasi.

d. Melaksanakan upaya kesehatan jiwa masyarakat.

e. Melaksanakan sistem rujukan (sistem referal).


Disamping itu Rumah Sakit Jiwa juga dipergunakan untuk tempat pendidikan

kesehatan jiwa, semua rumah sakit jiwa menjalankan extramural, kecuali rumah sakit

Jiwa Kelas C.

Klasifikasi RS Jiwa didasarkan pada taraf kemampuan pelayanan yang

tercermin dalam struktur organisasi, khususnya unit pelayanan fungsional yang ada

dengan klasifikasi sebagai berikut :

a. Rumah Sakit Jiwa Kelas A memiliki (Sub) spesialisasi luas dengan 7 unit (UPF)

dan 4 instalasi serta tempat diklat, dipimpin oleh Direktur ditambah 1 hingga 2

orang wakil direktur yang menyediakan pelayanan intramural dan ekstramural.

b. Rumah Sakit Jiwa Kelas B belum memiliki (Sub) spesialisasi yang luas dengan

4unit (UPF) dan 4 instalasi, dipimpin oleh seorang Direktur yang memberikan

pelayanan intramural dan ekstramural.

c. Rumah Sakit Jiwa Kelas C tidak memiliki (Sub) spesialisasi yang luas dengan 2

unit (UPF) dan 1 instalasi, dipimpin oleh seorang Direktur yang hanya

memberikan pelayanan ekstramural.

Namun sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 2007 status

tipe RSJD terbagi menjadi dua tipe yaitu, rumah sakit khusus daerah kelas A dan

rumah sakit khusus daerah kelas B. Selanjutnya secara rinci (Pasal 9 PP. Nomor 41

Tahun 2007) disebutkan :


a. Rumah sakit dapat berbentuk rumah sakit umum daerah dan rumah sakit khusus

daerah.

b. Rumah sakit umum daerah terdiri dari 3 (tiga) kelas : rumah sakit umum

daerahkelas A; rumah sakit umum daerah kelas B; dan rumah sakit umum daerah

kelas C.

c. Rumah sakit khusus daerah terdiri dari 2 (dua) kelas yaitu : rumah sakit khusus

daerah kelas A; dan rumah sakit khusus daerah kelas B.

Penetapan kriteria klasifikasi rumah sakit umum daerah dan rumah sakit khusus

daerah dilakukan oleh menteri kesehatan setelah berkoordinasi secara tertulis dengan

menteri dan menteri yang bertanggung jawab dibidang pendayagunaan aparatur

negara.

2.4 Limbah Rumah Sakit Jiwa

2.4.1 Definisi Limbah Medis

Menurut Permenkes RI No.1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit, limbah adalah semua limbah yang dihasilkan dari suatu

kegiatan dalam bentuk padat, cair, dan gas. Limbah adalah hasil buangan dari suatu

kegiatan yang juga merupakan suatu bentuk materi yang menurut jenis dan

kategorinya mempunyai manfaat daya perusak untuk manusia dan lingkungannya.

Limbah atau sampah yang dihasilkan dari rumah sakit jiwa dapat dibagi

menjadi dua, sebagai berikut :


a. Limbah Padat Medis

Limbah padat medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan

diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan tersebut

juga kegiatan medis di ruang poliklinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi, dan

ruang laboratorium. Limbah padat medis sering juga disebut sebagai sampah

biologis.

Berdasarkan potensi bahaya yang terkandung dalam limbah klinis/medis, maka

jenis limbah dapat digolongkan sebagai berikut :

1) Limbah Benda Tajam

Limbah tajam merupakan objek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi ujung

atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, seperti jarum

hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas dan pisau bedah.

Semua benda tajam ini memiliki potensi berbahaya dan dapat menyebabkan cedera

melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin

terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi dan beracun, bahan

sitotoksik atau radioaktif. Limbah benda tajam mempunyai potensi bahaya tambahan

yang dapat menyebabkan infeksi atau cedera karena mengandung bahan kimia

beracun atau radioaktif. Potensi sangat besar untuk penulaarn penyakit apabila benda

tajam dipergunakan dalam mengobati pasien penyakit infeksi.


2) Limbah Infeksius

Limbah infeksius mencakup pengertian limbah yang berkaitan dengan pasien

yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan limbah

laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan

ruang perawatan/isolasi penyakit menular. Namun beberapa institusi memasukkan

juga bangkai hewan percobaan yang terkontaminasi atau yang diduga terkontaminasi

oleh organisme patogen ke dalam kelompok limbah infeksius.

3) Limbah Sitotoksik

Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin

terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan

terapi sitotoksik. Penanganan limbah ini memerlukan absorben yang tepat dan bahan

pembersihnya harus selalu tersedia dalam ruangan peracikan. Bahan-bahan

tersebut antara lain swadust, granula absorpsi, atau perlengkapan pembersih

lainnya. Semua pembersih tersebut harus diperlakukan sebagai limbah sitotoksik

yang pemusnahannya harus menggunakan incinerator karena sifat racunnya

yang tinggi. Limbah dengan kandungan obat sitotoksik rendah, seperti urin, tinja, dan

muntahan dapat dibuang kedalam saluran air kotor. Limbah sitotosik harus

dimasukkan ke dalam kantong plastik yang berwarna ungu yang akan dibuang setiap

hari atau boleh juga dibuang setelah kantong plastik penuh. Metode umum yang

dilakukan dalam penanganan minimalisasi limbah sitotoksik adalah mengurangi

jumlah penggunaannya, mengoptimalkan ukuran kontainer obat ketika membeli,

mengembalikan obat yang kadaluarsa ke pemasok, memusatkan tempat


pembuangan bahan kemotherapi, meminimalkan limbah yang dihasilkan dan

membersihkan tempat pengumpulan, menyediakan alat pembersih tumpahan obat dan

melakukan pemisahan limbah.

4) Limbah Farmasi

Limbah farmasi dapat berasal dari obat-obat yang kadaluarsa, obat-obatan yang

terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang

terkontaminasi, obat-obatan yang dikembalikan oleh pasien atau dibuang oleh

masyarakat, obat-obatan yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang yang

bersangkutan, dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.

5) Limbah Kimia

Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis,

veterinari, laboratorium, proses sterilisasi dan riset.

6) Limbah Radioaktif

Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radioisotop yang

berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida. Limbah ini dapat berasal

antara lain dari tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay, dan bakteriologis,

dapat berbentuk padat, cair atau gas. Beberapa bahan umumnya digunakan oleh

rumah sakit.

7) Limbah Plastik

Dalam kaitan dengan pengelolaan limbah klinis, golongan limbah klinis dapat

dikategorikan menjadi lima jenis sebagai berikut.


(1) Golongan A, terdiri dari dressing bedah, swab dan semua bahan yang bercampur

dengan bahan-bahan tersebut, bahan-bahan linen dari kasus penyakit infeksi,

serta seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak), bangkai/jaringan

hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan dengan swab dan

dressing.

(2) Golongan B, syringe bekas, jarum, catridge, pecahan gelas, dan benda-benda

tajam lainnya.

(3) Golongan C, limbah dari ruang laboratorium dan post-partum, kecuali yang

termasuk dalam golongan A.

(4) Golongan D, limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.

(5) Golongan E, bed-pan disposable, urinoir, incotinence-pad, dan stamagebags

(Adisasmito, 2007).

b. Limbah Cair Medis

Limbah cair medis adalah limbah cair yang mengandung zat beracun, seperti

bahan-bahan kimia anorganik. Zat-zat organik yang berasal dari air bilasan ruang

pelayanan medis apabila tidak dikelola dengan baik atau lanngsung dibuang ke

saluran pembuangan umum akan sangat berbahaya dan dapat menimbulkan bau yang

tidak sedap serta mencemari lingkungan.

c. Limbah Non Medis

1) Limbah Padat Non Medis

Limbah padat non medis adalah semua sampah padat diluar sampah padat medis

yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti berikut :


(1) Kantor atau administrasi

(2) Unit perlengkapan

(3) Ruang tunggu

(4) Ruang inap

(5) Unit gizi atau dapur

(6) Halaman parkir dan taman

(7) Unit pelayanan

Sampah/limbah yang dihasilkan dapat berupa kertas, karton, kaleng, botol, sisa

makanan, kayu, logam, daun, serta ranting, dan sebagainya.

d. Limbah Cair Non Medis

Limbah cair non medis merupakan limbah yang berupa : kotoran manusia seperti

tinja dan air kemih yang berasal dari kloset dan putaran di dalam toilet atau

kamar mandi. Air bekas cucian yang berasal dari laundry.

2.4.2 Prosedur Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Jiwa

a. Pemilahan Sampah

Pemilahan sampah dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan sampah.

Sampah dari ruangan ditampung ke dalam tempat sampah yang dialasi

menggunakankantong sampah, yang terdiri dari :

1. Kantong sampah berwarna hitam untuk sampah non medis.

2. Kantong sampah berwarna kuning untuk sampah medis tidak tajam.

3. Safety box berlabel infeksius untuk sampah medis tajam.


b. Pengelolaan sampah medis

1) Pengelolaan sampah medis tidak tajam

(a) Memasukkan sampah ke dalam tempat sampah yang telah dilapisi

kantongplastik berwarna kuning.

(b) Buang sampah dalam kantong plastik kuning yang telah terisi 2/3 dari

kapasitas tempat sampah beserta kantongnya minimal 1 kali sehari ke

Tempat Penyimpanan Sementara Bahan Beracun Berbahaya (TPS B3).

(c) Kantong plastik kuning berisi sampah medis selama berada di dalam

TPS harus dalam keadaan terikat dan tertutup serta diberi label.

2) Pengelolaan sampah medis tajam

(a) Masukkan sampah ke dalam safety box berlabel infeksius.

(b) Buang safety box yang telah terisi 2/3 penuh dari kapasitas safety box

ke TPS.

3) Pengangkutan dan Pemusnahan Sampah Medis

(a) Setiap pengangkutan harus dilakukan penimbangan berat, pencatatan

beratdan penandatanganan surat jalan dan manifest B3.

(b) Frekuensi pengangkutan sesuai dengan surat kesepakatan kerjasama

antara RS dengan pihak ke tiga yang ditunjuk.

(c) Setelah pemusnahan, Rumah Sakit menerima lembar manifest sampah

medis.
c. Pengelolaan Sampah Non Medis

1) Memasukkan sampah ke dalam tempat sampah yang telah dilapisi kantong

plastik warna hitam.

2) Tempat sampah dikelompokkan menjadi 2, yaitu sampah organik dan

anorganik.

(a) Kantong plastik yang telah terisi 2/3 kapasitas tempat sampah atau

minimal segera dibuang ke TPS domestic 1-2 x sehari. Kantong plastik

hitam berisi sampah non medis selama berada di TPS limbah domestik

harus selalu dalam keadaan dan tertutup.

(b) Pengangkutan dan pembuangan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

dilakukan oleh Dinas Kesehatan.

(c) Setiap pengangkutan harus dilakukan penandatanganan bukti

pengangkutan oleh petugas dari RS dan petugas dari Dinas Kesehatan.

d. Pengelolaan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) untuk Sampah Domestik

1) TPS dan sekitarnya harus selalu terjaga kebersihannya.

2) Setelah pengangkutan sampah, lokasi TPS segera dibersihkan.

3) Lakukan penyiraman desinfektan untuk mematikan mikroba pengurai yang

dapat menimbulkan proses pembusukan pada tumpukan/lokasi sampah.

e. Pengangkutan dan Pemusnahan Sampah

Pengangkutan limbah padat domestik dari setiap ruangan ke tempat

penampungan sementara menggunakan troli tertutup.


2.4.3 Incenerator

Incenerator merupakan teknologi terbaik yang saat ini digunakan dalam

pemusnahan limbah rumah sakit dan teknologi yang paling banyak digunakan.

Keuntungan utama penggunaan insenerator yaitu mengurangi limbah,

menghancurkan bakteri patogen dan zat organic yang berbahaya.

Incenerator berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300-

1500ºC atau lebih tinggi dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60% panas yang

dihasilkan untuk kebutuhan energy rumah sakit. Suatu rumah sakit dapat pula

memperoleh penghasilan tambahan dengan melayani insenerasi limbah rumah sakit

yang berasal dari rumah sakit lain. Incenerator modern yang baik tentu saja memiliki

beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung limbah klinik maupun

bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai.

Incinerator yang dirancang dengan baik benar-benar harus membakar sampah

dengan meninggalkan sisa dalam bentuk abu dan harus dilengkapi dengan scrubber

untuk menjebak polutan udara beracun yang dilepaskan.

Incinerator adalah tungku pembakaran untuk mengolah limbah padat, yang

mengkonversi materi padat (sampah) menjadi materi gas dan abu (ottom ash dan fly

ash). Incinerasi merupakan proses pengolahan limbah padat dengan cara pembakaran

pada temperature lebih dari 0ºC untuk mereduksi sampai mudah terbakar

(combustible) yang sudah tidak dapat didaur ulang lagi, membunuh bakteri, virus dan

kimia toksik. Proses insenerasi berlangsug melalui 3 tahap, yaitu :


a) Mengubah air dalam sampah menjadi uap air, hasilnya limbah menjadi kering

yang akan siap terbakar.

b) Proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak sempurna, dimana temperature belum

terlalu tinggi.

c) Proses pembakaran sepurna, insinerasi dapat mengurangi berat sampah 70- 80%

atau volume 85-95%.

Teknologi insinerasi mempunyai beberapa sasaran, yaitu :

1) Mengurangi masa/volume limbah, proses oksidasi limbah pada

pembakaran temperature tinggi dihasilkan abu, gas dan energi panas.

2) Mendetruksi komponen berbahaya, incinerator tidak hanya di gunakan

untuk membakar sampah.

Langkah-langkah penggunaan incenerator yaitu :

1) Mencatatat suhu insenerator mulai dihidupkan hingga pengoperasian

incenerator dihentikan, pencatatan suhu dilakukan setiap 5 menit.

2) Pengecekan residu yang dihasilkan, apabila yang dihasilkan berupa non abu

(tidak terbakar sempurna) dilakukan pembakaran ulang limbah medis tersebut,

apabila dihasilkan abu, maka dilakukan penimbangan kemudian melakukan

tes leaching TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) di

laboratorium untuk mengetahui kelayakan pembuangan. TCLP merupakan

penentuan sifat racun untuk identifikasi limbah dengan menggunakan baku

konsentrasi TCLP pencemar organik dan non organik.


3) Pengujian TCLP dilakukan pada abu incenerator dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

(a) Membuat cetakan benda uji yang dibuat dari pipa PVC dengan diameter 5

cm dan tinggi 5 cm.

(b) Membuat benda uji antara campuran semen dengan abu sisa insenerator

dengan perbandingan komposisi antara semen dan abu insenerator. Proses

pembuatan benda uji berdasarkan SNI 03-2834-200 yaitu tata cara

pembuatan campuran beton normal, dimana perbandingan pembuatannya

1:2 (Air : (Semen + Abu)) dengan kuat tekanan 35 MPa atau 350kg/cm2.

Bahan ditimbang dengan menggunakan neraca analitik dan bahan

dimasukkan kedalam baskom tempat mencampur semen dengan abu

insenerator dan diaduk hingga merata.

(c) Air ditambahkan kedalam baskom dengan perbandingan antara air dan

adonan ialah 1:2, sehingga air yang ditambahkan ialah 500 gr. Adonan

diaduk hingga merata dengan menggunakan sekop semen.

(d) Adonan yang telah jadi dimasukkan kedalam cetakan yang diletakkan

diatas plastik dan adonan diusahakan sepadat mungkin pada cetakan.

(e) Benda uji dibiarkan selama beberapa jam hingga kering lalu dikeluarkan

dari cetakan.

(f) Lalu dilakukan proses curing. Proses curing adalah suatu proses dimana

kondisi diatur sehingga proses hidrasi dapat berjalan maksimum dengan

menjaga kelembabab. Proses moist curing 28 hari mengacu pada SNI 03-
2834- 2000 sedangkan moist curing 14 hari sebagai pembanding. Proses

curing atau perawatan yang diakukan dalam penelitian ini adalah proses

moist curing yang dilakukan selama 28 hari.

4) Dilakukan pengujian kandungan pertama pada sampel setelah 14 hari di

curing pengujian kedua sampel setelah 28 hari di curing.

5) Pengujian benda dengan TCLP. Uji TCLP dilakukan pada benda yang telah

disolidifikasi untuk mengetahui pencemar yang dapat lepas dalam suatu

limbah yang telah disolidifikasi dan untuk mengetahui sifat toksik, lalu hasil

pengujian dibandingkan dengan baku mutu.

Jika fasilitas insenerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun dengan

kapur dan ditanam. Langah-langkah pengapuran (liming) tersebut meliputi hal-hal

berikut :

a) Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter.

b) Tebarkan limbah klinik di dasar lubang sampai setinggi 75 cm.

c) Tambahkan lapisan kapur.

d) Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapus masih bisa ditambahkan sampai

ketinggian 0,5 meter di bawah permukaan tanah.

e) Akhirnya lubang tersebut harus ditutup dengan tanah.

Pemanfaatan energi panas, insenerasi adalah identik dengan pembakaran, yaitu

data menghasilkan energi yang dapat di manfaatkan. Faktor penting yang harus

diperhatikan adalah kuatitas dan kontinuitas limbah yang akan dipasok. Kuantitas

haruscukup untuk menghasilkan energi secara kontinu agarsuplay energi tidak


terputus.

2.4.4 Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Limbah Medis Padat

Pada umumnya pengelolaan limbah medis akan memiliki penerapan

pelaksanaan yang berbeda-beda antara fasilitas-fasilitas kesehatan yang umumnya

terdiri dari Pemilahan, Pewadahan, Pengangkutan, Tempat Penampungan Sementara

dan Pemusnahan.

a. Pemilahan

Berdasarkan Permenkes RI No.07 Tahun 2019. Adapun syarat kesehatan

menurut Permenkes RI No.07 Tahun 2019 yaitu memenuhi syarat jika :

1) Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan

limbah.

2) Dilakukan pemisahan sampah medis dan non medis.

b. Pewadahan

Sesuai dengan Permenkes RI No.07 Tahun 2019. Adapun syarat kesehatan

menurut Permenkes RI No.07 Tahun 2019 yaitu memenuhi syarat jika :

1) Tempat sampah anti bocor dan anti tusuk.

2) Memiliki tutup dan tidak dibuka orang.

3) Sampah medis padat yang akan dimanfaatkan harus melalui sterilisasi.

4) Pewadahan sampah medis menggunakan label (warna kantong

plastik/container)
5) Sampah radioaktif menggunakan warna merah.

6) Sampah sangat infeksius menggunakan warna kuning.

7) Sampah/limbah infeksius, patologi dan anatomi menggunakan warna kuning.

8) Sampah sitotoksis menggunakan warna ungu.

9) Sampah/limbah kimia dan farmasi menggunakan warna cokelat.

Pewadahan limbah padat non-medis harus dipisahkan dari limbah medis padat

dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam. Sedangkan pewadahan

limbah padat medis dalam kantong plastik warna kuning.

c. Pengumpulan, Pengangkutan dan Penyimpanan Limbah Medis Padat di

Lingkungan Rumah Sakit

Sesuai dengan Permenkes RI No.07 Tahun 2019. Adapun syarat kesehatan

menurut Permenkes RI No.07 Tahun 2019 yaitu memenuhi syarat jika :

1) Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah

menggunakan troli khusus yang tertutup.

2) Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada

musimhujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.
Gambar 2.1
Jenis Wadah Label Limbah Medis Sesuai Kategorinya

Sumber : Permenkes RI No.07 tahun 2019

d. Pengolahan dan Pemusnahan

Sesuai dengan Permenkes RI No.07 Tahun 2019. Adapun syarat kesehatan

menurut Permenkes RI No.07 Tahun 2019 yaitu memenuhi syarat jika :

1) Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat

pembuangan akhir limbah domestic sebelumaman bagi kesehatan.

2) Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat

disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat

yang ada, dengan pemanasan menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran

menggunakan incenerator. (Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia,

2015).
2.5 Dampak Limbah Rumah Sakit Bagi Lingkungan

Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat

menimbulkan berbagai masalah seperti :

a. Gangguan kenyamanan dan estetika

Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi

dan rasa dari bahan kimia organik.

b. Kerusakan harta benda dapat disebabkan oleh garam yang terlarut (korosif,

karat), air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas

bangunan disekitar lingkungan rumah sakit.

c. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang

Ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa

kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian

kedokteran gigi.

d. Gangguan genetik dan reproduksi

Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti,

namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan

genetik dan system reproduksi manusia mislnya pestisida, bahan radioaktif.

2.6 Dampak Limbah Rumah Sakit Bagi Kesehatan

Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk

padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan

non medis. Adapun pengertian limbah medis padat rumah sakit adalah limbah yang
terdiri dari limbah infeksius, sitotoksik, radioaktif, farmasi, kimiawi, patologi, benda

tajam, container bertekanan, dan sampah dengan kandungan logam berat yang tinggi

Aruna et al (2011) menjelaskan bahwa dampak yang muncul akibat kontak

dengan limbah medis yang berasal dari fasilitas rumah sakit adalah infeksi yang

ditularkan melalui darah, cairan tubuh, tinja, muntahan dan lain-lain yaitu dapat

menyebabkan masuknya agen penyebab penyakit, misalnya infeksi virus pada darah.

(Saghita, Elnovrian Purnama, Thamrin, Dedi Afandi, 2017).

Pengelolaan limbah rumah sakit maupun puskesmas yang tidak baik akan

memicu resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke

pekerja, dari pasien ke pasien, dari pekerja ke pasien, maupun dari dan kepada

masyarakat pengunjung. Limbah medis yang berbahaya dapat mengakibatkan infeksi

atau cidera. Limbah medis yang tidak dikelola dengan baik akan memberikan dampak

terhadap kesehatan, antara lain :

a. Dampak yang ditimbulkan dari limbah infeksius dan benda tajam adalah infeksi

virus seperti Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immunodeficiency

Syndrome (HIV/AIDS) dan hepatitis, infeksi ini terjadi melalui cidera akibat benda

yang terkontaminasi, umumnya jarum suntik. Cidera terjadi karena kurangnya

upaya memasang tutup jarum suntik sebelum dibuang kedalam container, upaya

yang tidak perlu seperti membuka container tersebut dan karena pemakaian materi

yang tidak anti robek dalam membuat container. Resiko tersebut terjadi pada

perawat dan tenaga kesehatan lain.


b. Penanganan zat kimia atau farmasi secara tidak tepat di instansi pelayanan

kesehatan juga dapat menyebabkan cidera. Kelompok resiko yang terkena

penyakit pernapasan atau kulit akibat terpajan zat kimia yang berwujud uap

aerosol atau cairan adalah apoteker, ahli anastesi, perawat serta tenaga kesehatan.

c. Ada beberapa kecelakaan yang terjadi akibat pembuangan zat radioaktif secara

tidak tepat. Kecelakaan yang terjadi adalah kasus yang mencakup radiasi

dilingkungan rumah sakit akibat pemakaian instrument radiologi yang tidak benar,

penanganan bahan radioaktif secara tidak tepat atau pengendalian radioterapi yang

tidak baik. Limbah radioaktif dapat mengakibatkan kemandulan, wanita hamil

melahirkan bayi cacat, kulit keriput. (Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia,

2015).
2.7 Kerangka Teori

Bagan 2.1
Kerangka Teori

1. Sumber Limbah Pengelolaan Limbah Medis


2. Jenis Limbah Padat Permenkes RI
3. Pemilahan No.07 Tahun 2019
4. Pewadahan
5. Pengangkutan
6. Pengumpulan
7. Pemusnahan dan
Pembuangan Akhir

Ruangan

Peraturan Menteri Kesehatan No.07 Tahun 2019


tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
2.8 Penelitian Terkait
Tabel 2.1
Penelitian Terkait
No Judul Peneliti Metode Hasil

1 Pengelolaan Dyah Kualitatif Hasil penelitian mengatakan


Limbah Medis Pratiwi, bahwa proses pengelolaan limbah
padat pada Chatila medis di Puskesmas A, Puskesmas
puskesmas Maharani B dan Puskesmas C di Kabupaten
Kabupaten Pati Pati belum sesuai dengan
(2013) ketentuan yaitu Keputusan
Menteri Kesehatan No.
1428/Menkes/SK/XII/2006
tentang standar lingkungan
Puskesmas

2 Sistem Ahmad Kualitatif Pengelolaan limbah padat rumah


Pengelolaan Fauzan, sakit belum sesuai dengan
Limbah padat Ahmad keputusan kepmenkes nomor 1204
pada Rumah Yunizar tahun 2004. Hal ini ditandai ada
Sakit Dr. Moch pemisahan limbah medis dan
Ansari Saleh (2014) kurangnya pewadahan dan alat
Banjarmasin pengangkutan limbah.

3 Analisis Indah Kualitatif Hasil penelitian mangatakan


Pengelolaan Ratnasari bahwa pengelolaan limbah padat
Limbah medis di Puskesmas belum sesuai
padat puskesmas (2016) dengan ketentuan yang berlaku
di Kecamatan yaitu warna kantong plastic yyang
Penajam digunakan belum sesuai, lokasi
Kabupaten penyimpanan belum memenuhi
Panajam Paser syarat, tidak ada alat pengangkut,
Utara Provinsi petugas belum menggunakan
Kalimantan APD.
Timur
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu data yang

besarnya semua variabel digambarkan dalam bentuk kategorik yang akan diperoleh

korelasi yaitu data variabel bebas dan variabel terikat dibandingkan pada waktu yang

sama dengan menggunakan lembar checklist. Dan metode deskriptif kualitatif dengan

pendekatan fenomenologi, istilah “fenomenologi” sering digunakan sebagai anggapan

umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek

yang ditemui. (Moleong, 2014).

Metode digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi melalui lembar checklist

dan wawancara mendalam terkait Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat di

Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2021.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2021.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2021.


3.3 Informan Penelitian

Sumber informasi dari penelitian ini diperoleh dari beberapa orang informan.

Untuk melakukan pemilihan informan dengan menggunakan metode Purposive

Sampling. Yaitu teknik pengambilan sampel tertentu dengan pertimbangan yang

dipilih berdasarkan prinsip kesesuaian dan kecakupan yang berlaku. Informan akan

dikelompokkan menjadi informan kunci dan informan. Informan kunci dalam

penelitian ini adalah orang yang mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam

serta mempunyai kewenangan langsung terhadap system pengelolaan limbah medis

padat rumah sakit, sedangkan informan adalah orang memiliki pengetahuan dan

kewenangan terbatas.

Tabel 3.1
Daftar Informan dan Cara Pengumpulan Data
No Informan Jumlah Metode Informasi yang diperoleh
Informan Kunci

1. Kepala Kordinator 1 Wawancara Untuk mendapatkan


Sanitarian Kesehatan Mendalam informasi mendalam
Lingkungan /Petugas mengenai pengelolaan
Sanitarian limbah medis padat mulai
dari karakteristik limbah
medis padat, jumlah limbah
medis padat, dan proses
pengelolaan limbah medis
padat di Rumah Sakit
Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera Selatan
Informan
2. Kepala Ruang/Staf 9 Wawancara Untuk mendapatkan
Rawat Inap, Poli Mendalam informasi mendalam
Klinik, IGD. mengenai pengelolaan
limbah medis padat mulai
dari karakteristik limbah
medis padat, jumlah limbah
medis padat, dan proses
pengelolaan limbah medis
padat di setiap ruangan yang
menghasilkan limbah.

3. Kepala/Staf Farmasi 1 Wawancara Untuk mendapatkan


Mendalam informasi mendalam
mengenai pengelolaan
limbah medis padat di ruang
Farmasi mulai dari
karakteristik limbah medis
padat, jumlah limbah medis
padat, dan proses
pengelolaan limbah medis
padat di Ruang Farmasi.
4. Kepala/Staf 1 Wawancara Untuk mendapatkan
Laboratorium Mendalam informasi mendalam
mengenai pengelolaan
limbah medis padat mulai
dari karakteristik limbah
medis padat, jumlah limbah
medis padat yang
dihasilakan Laboratorium,
dan proses pengelolaan
limbah medis padat di
Ruang Laboratorium
Total Informan 11
3.4 Kerangka Pemikiran

Bagan 3.1
Kerangka Pemikiran

Sumber Limbah

Jenis Limbah

Pemilahan

Pewadahan

Pengelolaan Limbah
Pengangkutan
Medis Padat Rumah Sakit

Pengumpulan

Pemusnahan dan
Pembuangan Akhir
3.5 Sumber Informasi

Tabel 3.2
Sumber Informasi, Jumlah Informan, Metode dan Informasi yang diinginkan
Sumber Metode
Jumlah Informasi yang diinginkan
Informasi Wawancara Observasi
Informan 1. Pemilahan
e. Dilakukan pemisahan sampah
Kunci 1 √ √ medis dan non medis
f. Dilakukan pemilahan Limbah
1) Radioaktif
2) Sangat Infeksius
3) Infeksius/patologi/anatomi
4) Kimia dan farmasi
5) Benda tajam

2. Pewadahan
a. Tempat sampah antibocor dan
anti busuk
b. Memiliki tutup dan tidak
mudah dibuka orang
c. Sampah medis padat yang
akan dimanfaatkan harus
distrilisasi
d. Pewadahan sampah medis
menggunakan label

3. Pengangkutan
a. Saat pengangkutan petugas
menggunakan APD
b. Menggunakan troli khusus
c. Troli tidak bocor, kuat dan
tertutup
d. Proses pengangkutan sampah
medis tidak melalui tempat-
tempat umum pelayanan
Sumber Metode
Jumlah Informasi yang diinginkan
Informasi Wawancara Observasi
Informan 4. Pengumpulan
a. Dilakukan pengumpulan
Ruangan 12 √ √ setiap hari atau secara berkala
b. Dilakukan pergantian
kantong container yang baru
dengan label yang sama
c. Menggunakan container
khusus
d. Dikumpulkan ditempat
terpisah
e. Tempat penampungan atau
pengumpulan limbah tidak
bocor atau tumpah

5. Pemusnahan dan Pembuangan


Akhir
a. Untuk sampah padat
berbahaya dilakukan
pembakaran (Incenerator)
b. Jarak incenerator dengan unit
pelayanan ±20 meter, berada
di lahan terbuka
c. Ketinggian cerobong asap
minimal 20 meter
d. Pembakaran dilakukan secara
berkala
e. Sisa pembakaran dilakukan
penimbunan
3.6 Definisi Istilah
Tabel 3.3
Definisi Istilah

No Variabel Definisi

1. Karakteristik Limbah Berdasarkan jenis limbah dan sumber limbah medis yang
dihasilkan Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera Selatan.
a. Sumber Limbah Tempat atau ruangan dirumah sakit ernaldi bahar
Palembang yang menghasilkan limbah medis padat
meliputi ruang rawat inap, rawat jalan, UGD, ICU,
laboratorium, farmasi, radiologi dan rehabilitasi medik.
b. Jenis Limbah Penggolongan limbah padat medis di Rumah Sakit
Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan. berdasarkan
potensi bahaya yang terkandung di dalamnya seperti
infeksius, benda tajam, payologi, kimia, farmasi,
radioaktif, dan limbah yang mengandung logam berat.
c. Jumlah Timbulan Limbah medis yang di hasilkan oleh pasien pada masing-
masing ruangan yang ada di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan.
2. Pengelolaan Limbah Kegiatan yang mencakup segregasi, pemilihan,
pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan, dan
pemusnahan limbah medis.
3. Minimisasi Upaya rumah sakit untuk mengurangi jumlah limbah
yang dihasilkan pada setiap ruangan medis yang
berhubungan dengan limbah medis padat dan cara
pemanfaatan limbah.
a. Reuse Merupakan upaya penggunaan limbah untuk digunakan
kembali untuk kepentingan yang sama tanpa mengalami
proses pengolahan atau perubahan bentuk proses ini
dianjurkan melakukan sterilisasi terlebih dulu. Hal ini
dikarenakan virus dan bakteri yang dapat tersebar jika
tidak dilakukan proses sterilisasi, baik sterilisasi panas
maupun sterilisasi dengan bahan kimia.
b. Reduce Rasionalisasi pemakaian bahan untuk obat-obatan dan
bahanbahan medis lainnya, serta mengikuti sistem FIFO
(First In First Out) sehingga resiko terjadinya obat yang
kadaluwarsa dapat menurun..
c. Recycle Pemanfaatan limbah medis berupa daur ulang sebelum
dilakukan karena kemungkinan adanya kontaminasi agen
infeksius yang akan terjadi pada bahan yang didaur
ulang.
4. Pemilihan Upaya memilah limbah padat medis yang dihasilkan oleh
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan
berdasarkan kantong dan wadah yang digunakan serta
pemberian label pada wadah.
5. Pengumpulan Upaya untuk mengambil limbah padat medis yang
dihasilkan dari bak sampah yang berada di setiap
ruangan penghasil limbah padat medis ke titik
pengumpulan sementara yang tekah ditentukan oleh
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.
6. Pengangkutan Upaya memindahkan limbah medis padat dari yang telah
dikumpulkan untuk dibawa ke TPS limbah B3 lalu
diangkut oleh Pihak ketiga di Rumah Sakit Ernaldi
Bahar Provinsi Sumatera Selatan.
7. Penyimpanan Upaya untuk menyimpan sementara limbah padat medis
yang teah dibawa ke TPS limbah B3 sebelum diambil
oleh pihak ke tiga.
8. Pemusnahan Untuk pemusnahan menggunkan pihak ke tiga untuk
membakar limbah medis padat yang ada di Rumah Sakit
Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.

3.7 Pengumpulan Data

3.7.1 Teknik Pengumpalan Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh melalui obeservasi langsung kepada responden di

ruangan rawat inap dengan menggunakan kuesioner berupa form checklist

telah validasi berdasarkan Permenkes RI No.07 Tahun 2019. Serta

pengumpulan data primer dalam penelitian ini adalah dengan cara wawancara

mendalam (Indepth interview) terhadap informan kunci.

2. Data Sekunder

Data sekunder data yang diperoleh dari intalasi penyehatan lingkungan

rumah sakit yang meliputi profil rumah sakit, laporan tahunan penyehatan

lingkungan, laporan rekapitulasi jumlah limbah padat medis, dan kumpulan

SOP program pengelolaan limbah.

3.7.2 Alat Pengumpulan Data

Perlengkapan yang harus dipersiapkan oleh peneliti antara lain

mencakup : perlengkapan fisik, surat izin penelitian, form observasi dalam

bentuk checklist, kontak dengan daerah yang menjadi tempat penelitian,


pengaturan perjalanan perlengkapan pribadi dan perlengkapan pendukung

seperti alat perekam, kamera, notes untuk catatan dan alat tulis.

3.7.3 Prosedur Pengumplan Data

1. Tahap Persiapan

a. Persiapan Administrasi

Pada tahap ini peneliti mengurus surat perizinan tempat penelitian dengan

mengajukan surat permohonan izin penelitian dari pimpinan Program

Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIK Bina Husada Palembang yang

diajukan ke tempat penelitian.

b. Persiapan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus mempelajari terlebih

dahulu analisis pengelolaan limbah medis padat di RS Ernaldi Bahar

Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan Permenkes RI No.07 Tahun 2019.

2. Tahap Penelitian

a. Peneliti mengajukan permohonan izin penelitian dari institusi kepada RS

Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.

b. Setelah mendapatkan izin dari RS Ernaldi Bahar dan peneliti menemui

calon responden untuk melakukan penelitian.

c. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti menjelaskan tujuan penelitian.

d. Setelah memahami tujuan penelitian responden diminta menandatangani

surat pernyataan kesediaan responden penelitian.


e. Responden yang telah menyatakan persetujuannya untuk berpartisipasi

dalam penelitian ini, menanyakan pertanyaan yang tertera di angket

kepada responden. Untuk kemudian dicatat dalam lembar penilaian yang

telah disediakan.

3.8 Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah melalui tahap-tahap sebagai

berikut : (Notoadmodjo, 2012).

1. Editing

Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan

penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing merupakan

kegiatan untuk pengecekkan dan perbaikan isian formulir atau kuisioner atau

checklist tersebut.

2. Codding

Setelah semua kuisioner checklist diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

“kodean” atau “codding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan.

3. Entry Data

Jawaban-jawaban dari masing-masing responden dalam bentuk “kode” (angka

atau huruf) dimasukkan kedalam program atau “software” komputer.


4. Cleaning

Apabila semua data setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu

dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-

kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan koreksi.

3.9 Analisa Data

Setelah melalui tahap tersebut, data kemudian dianalisis secara univariat

bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel

penelitian. Bentuk analisa univariat tergantung dari jenis datanya. Pada umumnya

analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel.

(Notoadmodjo, 2012).

Analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang

lain. (Bogdan & Biklen, 1982).

Dalam penelitian ini anlisis univariat yang dilakukan adalah mengobservasi

pengelolaan limbah medis padat berdasarkan hasil checklist dan menganilisis data

dilapangan di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan

Permenkes RI No 07 Tahun 2019 tentang kesehatan lingkungan rumah sakit.


3.10 Etika Penelitian

Masalah etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam

penelitian, mengingat penelitian kesehatan masyarakat ini berhubungan langsung

dengan kinerja petugas kesehatan, maka segi etika harus diperhatikan. Masalah etika

yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut :

3.10.1 Informed Consent

Merupakan bentuk persetujuan antara penelitian dengan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed Consent tersebut

diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Tujuannya adalah agar subjek mengerti

maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,

maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan, Jika responden tidak

bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden.

3.10.2 Kerahasiaan

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi

4.1.1 Sejarah Terbentuknya RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan

Rumah Sakit Ernaldi Bahar pada mulanya bernama Rumah Sakit Jiwa yang

didirikan pada tahun 1920 seperti tertuang dalam besluit tgl 21 Mei 1992 No. 21 dari

Burgelijke Genees kunding Dienst, kemudian Besluit No 41 tanggal 25 Pebruari 1922

tentang personalia yang betugas ditempat itu.

Pada tahun 1923 dibangun “Verpleechtehuiz“ (rumah perawatan) pertama di

Indonesia yaitu di Ujung Pandang dan Palembang; untuk di Palembang terletak di

Jln. Wirangga Wiro Sentiko yang sekarang ditempati oleh Polisi Militer Kodam II

Sriwijaya.

Pada tahun 1942 dipindahkan ke Baturaja kemudian dipindahkan lagi ke

Kurungan Nyawa Ogan Komering Ulu (OKU) yang dipimpin oleh R.R. Setiardjo.

Rumah Sakit Jiwa Palembang mulai dibangun tahun 1954-1955 dengan nama

Rumah Sakit Suka Bangun. Karena situasi keamanan saat itu maka sebagian

bangunan ditempati oleh Batalion Basis TNI AD.

Setelah keadaan aman pada tahun 1957 mulai dirintis berdirinya Unit

pelayanan Kesehatan jiwa berupa : Poliklinik Penyakit Jiwa dan Syaraf yang

dipimpin oleh Dr. Chasanah Goepito, dan secara resmi dibuka pada tanggal 13 Juli

1958.
Berdasarkan surat Pimpinan Rumah Perawatan sakit Jiwa Kurungan Nyawa

tgl 4 Januari 1957 No. 10/20/A/ Rpsd dan tgl 3 Juli 1958 No 365/20/B/Rpsd/V/58

dan tanggal 24 Juli 1958 No 258/Peg/V/58 pegawai Rumah Sakit Jiwa Suka Bangun

dan Kurungan Nyawa dipindahkan ke Rumah Sakit Jiwa Suka Bangun berdasarkan

SK Menkes No.4287/PAL/ 1958 disertai mutasi 21 orang pegawai rumah sakit

kurungan nyawa.

Pada tanggal 18 Agustus 1958 dilakukan peresmian Oleh Kepala Bagian

Penyakit Jiwa Kem KES RI menjadi Rumah Sakit Jiwa Suka Bangun yang dipimpin

oleh Dr. Chasanah Goepito.

Selanjutnya sesuai perkembangannya Rumah Sakit Jiwa / Ernaldi Bahar yang

merupakan Unit Pelaksana Tehnis Daerah (UPTD) Provinsi Sumatera Selatan

dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2001 sebagai mana telah diubah

dengan Peraturan Daerah (Perda) No. 3 Tahun 2006.

Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor:

841/KPTS/BPKAD/2013 Tentang Penetapan Rumah Sakit Ernaldi Bahar sebagai

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menerapkan Pola Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) bertahap. Maka sejak

tanggal 2 januari 2014 RS. Ernaldi Bahar menerapkan PPK BLUD Bertahap.
4.1.2 Struktur Organisasi RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 dan dituangkan

dalam Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2008, maka susunan organisasi Rumah

Sakit Ernaldi Bahar sebagai berikut :

1. Direktur

2. Wakil Direktur Umum dan Keuangan

Bagian Pengembangan

• Sub Bagian Penyusunan Program dan Anggaran

• Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan

Bagian Keuangan

• Sub Bagian Perbendaharaan

• Sub Bagian Tata Usaha Keuangan

Bagian Umum dan SDM

• Sub Bagian Umum dan Perlengkapan

• Sub Bagian Kepegawaian

3. Wakil Direktur Medik dan Keperawatan

Bidang Pelayanan Medik

• Seksi Pelayanan Medik Umum dan Khusus

• Seksi Pengembangan Pelayanan Medik

Bidang Penunjang Medik

• Seksi Laboratorium dan Farmasi


• Seksi Gizi dan Sarana Prasarana

Bidang Keperawatan

• Seksi Asuhan Keperawatan

• Seksi Logistik

4.1.3 Tupoksi RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan

RS Ernaldi Bahar dengan Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas Pokok :

Berdasarkan Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2008, Pasal 48, Rumah Sakit

Ernaldi Bahar mempunyai tugas pokok membantu Gubernur dalam

penyelenggaraan Pemerintah Provinsi di bidang kesehatan.

Fungsi :

Berdasarkan Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2008 pasal 49, Rumah Sakit

Ernaldi Bahar mempunyai fungsi :

1. Pelaksanaan kegiatan tata usaha, urusan umum, perlengkapan.

2. Pembinaan kesehatan masyarakat Sumatera Selatan.

3. Penyelenggara kegiatan usaha pelayanan kesehatan jiwa, pencegahan,

pemulihan, rehabilitasi, kemasyarakatan dan sistem rujukan.

4. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan

tugas dan fungsinya.


4.1.4 Visi dan Misi RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan

Visi :

“RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR SEBAGAI PUSAT RUJUKAN

PELAYANAN DAN PENDIDIKAN KESEHATAN JIWA YANG PRIMA

DAN BERDAYA SAING NASIONAL”

Mengandung makna :

1. Pusat rujukan pelayanan kesehatan jiwa mengandung makna bahwa Rumah

Sakit Ernaldi Bahar menjadi tempat pelayanan kesehatan jiwa akhir dari

daerah yang ada di Provinsi Sumatera Selatan yang didukung dengan

ketersediaan tenaga kesehatan, peralatan kesehatan serta sarana dan

prasarana yang memenuhi standar.

2. Pusat Pendidikan Kesehatan Jiwa berarti bahwa Rumah Sakit Ernaldi

Bahar menjadi tempat sumber belajar tentang kesehatan jiwa bagi institusi

pendidikan kesehatan.

3. Prima mengandung makna bahwa pelayanan yang diberikan oleh Rumah

Sakit Ernaldi Bahar adalah pelayanan yang terbaik dan memenuhi standar

kualitas sehingga dapat memenuhi harapan dan kebutuhan pasien.

4. Berdaya saing nasional mengandung harapan bahwa Rumah Sakit Ernaldi

Bahar memiliki kemampuan, ketangguhan serta keunggulan dibandingkan

Rumah Sakit Jiwa lainnya.


Misi :

Untuk mewujudkan visi Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera

Selatan tahun 2013 – 2018 tersebut, maka dirumuskan misi sebagai berikut :

1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan jiwa.

2. Mengembangkan fasilitas pendidikan dan pelatihan kesehatan jiwa.

4.1.5 Pelayanan RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan

1. BIKMALA

2. Diklat

3. Farmasi

4. Gawat Darurat

5. Gizi

6. Klinik NAPZA

7. Klinik Spesialis

8. Laboratorium

9. Laundry

10. Penyehatan Lingkungan

11. Psikiatri

12. Psikologi

13. Radiologi

14. Rehabilitasi Medik

15. Rehabilitasi Mental dan Sosial


4.2 Gambaran Umum Khusus Unit Penunjang Medik K3-PL

Berdasarkan Keputusan Direktur Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera

Selatan No.445/4720/RS.ERBA/2017 Pembentukan Instalasi Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) dan Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit Ernaldi Bahar

Provinsi Sumatera Selatan. Maka sejak 1 Agustus 2017 Intalasi K3PL berada di

bawah Kasi Gizi dan Sarana Prasarana. Adapun kegiatan yang dilaksanakan Unit

Penyehatan Lingkunganberdasarkan Indikator Mutu Kinerja adalah sebagai berikut :

1. Jenis Pelayanan

Unit Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera

Selatan berfungsi melaksanakan pelayanan dalam bidang Monitoring dan

Pengawasan Penyehatan Lingkungan, antara lain :

a. Penyehatan gedung dan lingkungan;

b. Monitoring kebersihan lingkungan rumah sakit;

c. Pengawasan kualitas air minum dan air bersih;

d. Pengelolaan/pengolahan sampah B3;

e. Pengendalian serangga dan tikus;

f. Pemeriksaan kualitas lingkungan dan penjamah makanan.


2. Keadaan Pegawai Unit K3PL

Tabel 4.1
Tenaga Kerja di Unit K3PL Rumah Sakit Ernaldi Bahar
No Tenaga Jumlah
1. Kepala Instalasi
Tamatan S2 1 orang
2. Tenaga PNS
Tamatan S1 (Jurusan Kesehatan Masyarakat) 1 orang
Tamatan D3 (Jurusan Kesehatan Lingkungan) 1 orang
Tamatan D3 (Jurusan Elektro Medik) 1 orang
3. Tenaga TKS
Tamatan D3 (Jurusan Kesehatan Lingkungan) 1 orang

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Sumber Limbah Padat Medis Padat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan

Berdasarkan hasil observasi sumber limbah medis padat di Rumah Sakit

Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan pada bulan Mei 2021 berasal dari dalam

rumah sakit. Unit-unit yang menjadi penghasil limbah medis padat di Rumah Sakit

Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan adalah Rawat Jalan/Poliklinik (Jiwa), Rawat

Inap (Asoka, Bangau, Cempaka, Kenanga, Camar, Merpati, Cendrawasih), Instalasi

Gawat Darurat (IGD), Laboratorium dan Apotek.


Berdasarkan hasil wawancara bahwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan belum melakukan pencatatan jumlah limbah dari masing-masing

ruangan penghasil, sehingga rumah sakit hanya mencatat jumlah limbah secara

keseluruhan. Berikut hasil wawancara dengan informan :

“….Kalu untuk rata-rata jumlah limbahnya perhari itu 5-6 kg perhari dan

kemungkinan 1 bulannya bisa 35-40 kg kan kita hanya rumah sakit jiwa kalau untuk

jumlah limbah ngak terlalu banyak. Kalo sumber sendiri semuanya menghasilkan

limbah medis padat yang berhubungan sama pasien ya dirumah sakit ernaldi bahar

ini.”(HS)

“….Untuk seberapa banyak limbah padat medis yang dihasilkan oleh rumah

sakit ernaldi bahar peruangan kita belum mengitung secara detail, karena kita

menimbang limbah secara keseluruhan dari setiap ruagan yang menghasilkan. Kalau

rata-rata perbulan ± 40 kg.Semua ruangan yang menghasilkan limbah medis padat

di rumah sakit ernaldi bahar.”(MA)

“….Nah kurang tau kalo berapa banyak limbah padat medis, dikarnakan itu

bukan bagian kami untuk menimbang limbah di Rumah Sakit ini, karena sudah ado

bagianyo. Kalo untuk igd ini ada limbah B3 Umum, Bahan Kimia, dan Limbah Tajam

dek.”(FN)

“….Kurang tau ya kalo seberapa banyaknya karna memang tidak dilakukan

penimbangan limbah di ruangan. Ruangan farmasi ini sih limbahnya obat-obatan

kadarluarsa aja.”(YN)
Untuk mengetahui rata-rata timbulan dari masing-masing sumber dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Limbah Medis Padat Rumah Sakit
Berdasarkan Variabel Sumber Limbah di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2021
No Sumber Limbah Frekuensi (f) Jumlah (kg)
1. Ruangan Asoka 11 7,35 kg
2. Ruang Cendrawasih 7 3,95 kg
3. Ruang Kenanga 18 96,50 kg
4. Ruang Cempaka 8 4,80 kg
5. Ruang Bangau 5 3,00 kg
6. Poli Jiwa 5 2,40 kg
7. IGD 9 12,15 kg
8. Laboratorium 12 18,80 kg
9. Ruang Merpati 5 2,90 kg
10. Ruang Camar - -
11. Apotek - -
Total 151, 85 kg

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sumber penghasil limbah medis

padat terbanyak pada bulan Mei terdapat di Ruang Kenanga sebesar 96,50 kg.

Sedangkan untuk penghasil limbah medis padat terdikit pada bulan Mei berasal dari

Ruang Camar dan Apotek Sebesar) 0 kg atau tidak ada sama sekali.
4.3.2 Jenis Limbah Padat Medis B3 di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan

Sedangkan jenis limbah yang terdapat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan antara lain spuit dengan jarumnya, sarung tangan disposable,

masker disposable, flabot infus, kapas alkohol, kasa/kapas terkontaminasi, perban

terkontaminasi, selang infus, botol obat, dan pembalut bekas darah. Dalam

pengkantegoriannya sarung tangan disposable, masker disposable, flabot infus, kapas

alkohol, kasa/kapas terkontaminasi, perban terkontaminasi, selang infus, botol obat,

dan pembalut bekas darah masuk dalam kategori limbah B3 umum. Sedangkan untuk

spuit dan jarum suntik masuk dalam bagian limbah B3 tajam jarum suntik.

4.3.3 Karakteristik Limbah Padat Medis Padat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar

Provinsi Sumatera Selatan

Karakteristik limbah medis padat yang dihasilkan oleh Rumah Sakit Ernaldi

Bahar Provinsi Sumatera Selatan dilihat dari sumber limbah dan jenis limbah medis

padat yang dihasilakan dari kegiatan rumah sakit. Berdasarkan hasil wawancara

sumber medis padat rumah sakit sebanyak 11 unit terdiri dari unit Poli Jiwa, Rawat

Inap (Asoka, Bangau, Cempaka, Kenanga, Merpati, Cendrawasih, Camar) IGD,

Laboratorium dan. Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan selama

kegiatan pelayanan kesehatan menghasilkan limbah medis dan non medis. Berbagai

macam limbah medis yang dihasilakan meliputi jarum suntik, spuit, sarung tangan

disposable, masker, plabot infus, pisau bedah dan benang operasi, kapas alcohol
terkontaminasi, botol obat, selang infus dan selang kateter, placon, urine bag, verban

terkontaminasi, kassa/kapas terkontaminasi, pembalut bekas darah, jaringan tubuh,

cairan tubuh. Berikut hasil wawancara dengan Informan.

“….Limbah padat yang dihasilkan oleh rumah sakit ini ya seperti jarum

suntik, infus, sarung tangan, dan lainnya ya, setiap ruangan itu yang dihasilkan

berbeda-beda.”(HS)

“….Limbah yang dihasilkan berbeda-beda, tergantung dari ruangan yang

menghasilkan limbahnya.” (MA)

“….Iya, Limbah padat yang berupa B3 umum seperti sarung tangan, masker,

selang infus, dll dek.”(FN)

“….Limbah medis untuk ruang farmasi ini kebetulan Cuma obat-obatan yang

kadarluarsa.”(YN)

“….Iya seperti perban, sarung tangan, benda tajam seperti jarum atau pisau

bedah, penyekat dan tisu.”(SA)

Peneliti tidak hanya melakukan wawancara dengan informan, peneliti juga

melakukan observasi untuk mengetahui sumber limbah dan jenis limbah yang

dihasilkan. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


Tabel 4.3
Jenis Limbah Berdasarkan Sumber dan Potensi Bahaya
Sumber Jenis Limbah Medis
Rawat Inap Selang infus, jarum suntik, kassa, sarung tangan, masker,
blood lancet disposable, ampul obat, pembalut bekas,
perban, lap bekas, selang transfuse darah.
Rawat Jalan/Poli Klinik Jarum suntik, sarung tangan, masker, kapas, lap bekas,
pipet Pasteur.
IGD Masker, sarung tangan, jarum suntik, botol infus, kantng
darah, selang infus, benang operasi, pisau bedah, selang
tranfusi darah, bahan kimia, kassa, lap bekas, jaringan
kateter.
Laboratorium Plot sputum, spuit, pot urine, bahan kimia, kaca slide,
patahan ujung pipet, serum, kapas bekas, sarung tangan
kertas saring, wadah specimen, alcohol, cawan.
Farmasi Obat kadaluarsa yang tidak digunakan lagi.

4.3.4 Pengelolaan Limbah Padat Medis Padat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar

Provinsi Sumatera Selatan

Berdasarkan hasil observasi diketahui jumlah limbah padat medis yang

dihasilkan perhari berkisar kurang lebih 0,05 kg/tempat tidur dengan kapasitas tempat

tidur 250 tempat tidur dari seluruh ruangan. Jadi diperhitungkan jumlah limbah padat

yang dihasilkan unit rawat inap dan rawat jalan perhari mencapai 1,15 kg/hari. Dari

hasil pengamatan di lapangan didapatkan skematis pengelolaan limbah padat medis

adalah sebagai berikut :


Bagan 4.1
Sistem Pengelolaan Limbah Medis Padat
Di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2021

Limbah
Pemilahan Pewadahan Pengangkutan
Padat Medis

Pembuangan Pengumpulan
Akhir di TPS

Sistem pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar

Provinsi Sumatera Selatan dilakukan awalnya dengan melakukan pemilahan terhadap

jenis jenis dan sifat dari limbah medis padat tersebut. Hal tersebut dipisahkan menjadi

dua kriteria yaitu limbah medis dan non medis serta limbah infeksius, non infeksius

dan limbah tajam. Selanjutnya akan dilakukan pewadahan sesuai dengan kategori

yang ada. Setelah dari pewadahan maka sampah akan diangkut dan dikumpulkan di

TPS sebelum dibuang pada tempat pembuangan akhir.

4.3.5 Pemilahan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan

Berikut data hasil observasi pemilahan limbah medis padat di Rumah Sakit

Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan meliputi kriteria dilakukan pemilahan

sampah medis, non medis, pemisahan sampah infeksius, non infeksius, benda

tajam. Dari hasil pengamatan didapatkan data sebagai berikut :


Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Limbah Padat Medis Rumah Sakit
Berdasarkan Variabel Pemilahan di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2021
Tidak
No Memenuhi
Item Memenuhi Persentase
Syarat
Syarat
1. Dilakukan pemisahan sampah 11 - 100%
medis dan non medis
2. Dilakukan pemilahan limbah 11 - 100%
a. Radioaktif
b. Sangat infeksius
c. Infeksius/patologis/anatomi
d. Kimia dan Farmasi
e. Benda tajam
Jumlah 22 0 100%

Berdasarkan tabel 4.4 diatas didapatkan data untuk kategori pemilahan limbah

medis padat dari seluruh ruangan yang diobservasi 100% ruangan telah memenuhi

syarat pemilahan sampah medis.

Berdasarkan data dokumentasi yang didapatkan di Rumah Sakit Ernaldi

Bahar Provinsi Sumatera Selatan bahwa pemilahan sampah medis dan non medis

telah dilaksanakan. Ini terlihat dari fungsi tempat sampah tiap ruangan memiliki 3

jenis tempat sampah. Hal ini berfungsi sesuai dengan fungsinya, limbah medis

menggunakan warna kuning, non medis menggunakan warna hitam, dan limbah

benda tajam dimasukkan ke dalam safety box.


4.3.6 Pewadahan Limbah Medis Padat Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan

Berikut data hasil observasi pewadahan limbah medis padat di Rumah Sakit

Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan meliputi kriteria : tempat sampah anti bocor,

memiliki tutup dan tidak mudah dibuka, menggunakan label atau tanda. Dari hasil

pengamatan didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Limbah Medis Padat Rumah Sakit
Berdasarkan Variabel Pewadahan di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2021
Tidak
Memenuhi
No Item Memenuhi Persentase
Syarat
Syarat
1 Tempat sampah anti bocor dan anti 11 - 100%
tusuk
2 Memiliki tutup dan tidak mudah 11 - 100%
dibuka orang
3 Sampah medis padat yang akan 11 - 100%
dimanfaatkan harus melalui
sterilisasi
4 Pewadahan sampah medis 11 - 100%
menggunakan label
Jumlah 44 0 100%

Berdasarkan tabel 4.5 di atas didapatkan data untuk kategori pewadahan

limbah medis padat dari seluruh ruangan yang diobservasi 100% ruangan telah

melakukan penampungan sampah medis.

Pewadahan sampah medis di Rumah Sakit Ernaldi Bahar yang berada ditiap

ruangan wadah yang digunakan terbuat dari bahan plastik dengan tidak mudah bocor,

kedap air, cukup ringan memiliki penutup yang mudah dibuka dengan pertimbangan
mudah dibersihkan dan tempat sampah disetiap ruangan rumah sakit itu dibedakan

antara limbah medis dan non medis yang dilengkapi dengan kantong plastik sesuai

dengan karakteristik jenis limbahnya.

4.3.7 Pengangkutan Limbah Medis Padat Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan

Berikut data hasil observasi pengangkutan limbah medis padat di Rumah Sakit

Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan meliputi kriteria, saat pengangkutan petugas

menggunakan APD, menggunakan troly khusus, troly tidak bocor, kuat dan tertutup,

proses pengangkutan sampah medis tidak melalui jalur umum pelayanan.

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Limbah Medis Padat Rumah Sakit
Berdasarkan Variabel Pengangkutan di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2021
Tidak
Memenuhi
No Item Memenuhi Persentase
Syarat
Syarat
1 Saat pengangkutan petugas 11 - 100%
menggunakan APD
2 Menggunakan Troli Khusus 11 - 100%
3 Troli tidak bocor, kuat dan 11 - 100%
tertutup
4 Proses pengangkutan sampah 11 - 100%
medis tidak melalui tempat-
tempat umum pelayanan
Jumlah 44 0 100%

Berdasarkan tabel 4.6 di atas didapatkan data untuk kategori pengangkutan

limbah medis padat dari seluruh ruangan yang diobservasi 100% ruangan telah

memenuhi syarat ketentuan pengangkutan sampah medis.


Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan melakukan

pengangkutan limbah medis padat pada pagi hari antara jam 10.00-11.00 WIB dan

jalur pengangkutan limbah tidak melalui jalur umum sehingga tidak mengganggu

aktivitas rumah sakit. Pengangkutan juga menggunakan troly khsus limbah medis dan

tidak menggunakan troly sampah umum biasa. Pengangkutan limbah medis padat

dilakukan dengan menggunakan troly yang tertutup dan kemudian di angkut ke

tempat penampungan sementara (TPS) yang ada di belakang rumah sakit.

4.3.8 Pengumpulan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan

Berikut data hasil observasi pengumpulan limbah medis padat di Rumah Sakit

Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan meliputi kriteria, dilakukan pengumpulan

setiap hari, dilakukan pergantian kantong, menggunakan kantong khusus,

dikumpulkan di tempat terpisah, tempat penampungan tidak bocor atau tumpah.

Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan data sebagai berikut :


Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Limbah Medis Padat Rumah Sakit
Berdasarkan Variabel Pengumpulan di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2021
Tidak
Memenuhi
No Item Memenuhi Persentase
Syarat
Syarat
1 Dilakukan pengumpulan setiap 11 - 100%
hari atau secara berkala
2 Dilakukan pergantian kantong 11 - 100%
container yang baru dengan label
yang sama
3 Menggunakan container khusus 11 - 100%
4 Dikumpulkan di tempat terpisah 11 - 100%
5 Tempat penampungan atau 11 - 100%
pengumpulan limbah tidak bocor
atau tumpah
Total 55 0 100%

Berdasarkan tabel 4.7 di atas didapatkan data untuk kategori pengumpulan

limbah medis padat di TPS dari seluruh ruangan yang diobservasi 100% ruangan

telah memenuhi syarat ketentuan pemilahan dan pengumpulan sampah medis di TPS.

Berdasarkan data hasil observasi diatas Rumah Sakit Ernaldi Bahar melalui

observasi diketahui bahwa untuk proses pengangkutan dan pengumpulan di TPS telah

dilakukan, pelaksanaannya dilakukan setiap hari, dilakukan pergantian kantong, TPS

dilengkapi dengan penutup, dan sampah sudah dilakukan pemisahan.


4.3.9 Pemusnahan dan Pembuangan Akhir Limbah Medis Padat di Rumah Sakit

Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan

Dari hasil pengamatan didapatkan seluruh item kategori pemusnahan hasilnya

0 % dikarenakan Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan bekerja sama

dengan Pihak Ketiga.

Data untuk kategori pemusnahan dan pembuangan akhir limbah medis padat

yang diobservasi 100% tidak memenuhi syarat ketentuan, kriteria atau syarat

ketentuan yang belum terpenuhi. Pemusnahan dan pembuangan akhir limbah medis

padat berbahaya di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan belum

tersedianya insenerator di rumah sakit itu sendiri, sehingga rumah sakit masih

bekerja sama dengan pihak ketiga yaitu PT. MUSI HIJAU LESTARI.

4.4 Pembahasan

4.4.1 Sumber dan Jenis Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar

Provinsi Sumatera Selatan

Berdasarkan hasil observasi sumber limbah medis padat di Rumah Sakit

Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan pada bulan Juni berasal dari dalam rumah

sakit. Unit-unit yang menjadi penghasil limbah medis padat di Rumah Sakit Ernaldi

Bahar Provinsi Sumatera Selatan adalah Rawat Jalan/Poliklinik (Jiwa), Rawat Inap

(Asoka, Bangau, Cempaka, Kenanga, Camar, Merpati, Cendrawasih), Instalasi Gawat

Darurat (IGD), Laboratorium dan Apotek. Hasil observasi yang dilakukan

menemukan bahwa jenis limbah yang terdapat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera Selatan antara lain spuit dengan jarumnya, sarung tangan disposable,

masker disposable, flabot infus, kapas alkohol, kasa/kapas terkontaminasi, perban

terkontaminasi, selang infus, botol obat, dan pembalut bekas darah, obat-obatan

kadaluarsa.

Sumber dan jenis limbah medis padat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan ini sesuai dengan sumber dan jenis limbah medis yang dijelaskan

oleh Depkes (2002) yaitu untuk sumber limbah medis bisa dihasilkan oleh kegiatan

pelayanan medis yaitu unit rawat jalan, unit rawat inap termasuk ICU/ICCU, unit

gawat darurat, unit bedah/operasi, unit bersalin dan unit kegiatan penunjang medis

yaitu radiologi, laboratorium, hemodialysis, dan farmasi. Sedangkan untuk jenis

limbah medis dikelompokkan berdasarkan potensi bahaya yang terkandung di dalam

limbah tersebut seperti limbah benda tajam berupa jarum suntik dan pisau bedah.

Selain itu menurut WHO (1999) juga demikian, rumah sakit akan

menghasilkan limbah dari (1) bangsal rawat inap berupa limbah medis seperti

pembalut, sarung tangan, peralatan medis disposable, perlengkapan infuse bekas,

cairan tubuh dan ekskreta, serta kemasan yang terkontaminasi, (2) ruang operasi dan

bangsal bedah seperti jaringan tubuh, organ, janin, dan peralatan benda tajam, (3)

laboratorium seperti potongan jaringan, darah, cairan tubuh yang lainnya, benda

tajam, limbah radioaktif, dan kimia, (4) unit farmasi dengan sejumlah limbah farmasi

seperti obat-obatan.
4.4.2 Pemilahan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan

Pewadahan sampah adalah aktifitas menampung sampah sementara dalam

suatu wadah individual atau komunal di tempat sumber sampah. Pewadahan ini

dilakukan pada sampah yang telah dipilah yakni sampah medis dan non medis, dan

sampah Bahan Berbahaya Beracun (B3). Proses pemilahan dan reduksi sampah

hendaknya merupakan proses yang kontinyu yang pelaksanaannya harus

mempertimbangkan kelancaran penanganan dan penampungan sampah, pengurangan

volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3 dan non B3 serta menghindari

penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari

berbagai jenis limbah untuk efesiensi biaya, petugas dan pembuangan.

Dalam pengelolaan limbah medis diwajibkan melakukan pemilahan menurut

limbah dan menyimpannya di dalam kantong plastik yang berbeda-beda menurut

karakteristik atau jenis limbahnya. Limbah umum dimasukkan ke dalam plastik

berwarna hitam dan limbah infeksius ke dalam kantong plastik berwarna kuning.

Disamping itu rumah sakit diwajibkan memiliki tempat penyimpanan

sementara limbahnya sesuai persyaratan yang ditetapkan dalam Permenkes RI No.07

Tahun 2019. Persyaratan pewadahan sampah yang baik menurut Permenkes RI No.07

Tahun 2019 yaitu memenuhi syarat jika tempat sampah anti bocor dan anti tusuk,

memiliki tutup dan tidak dibuka orang, sampah medis padat yang akan dimanfaatkan

harus melalui sterilisasi, pewadahan sampah medis menggunakan label (warna

kantong plastik/container), sampah sangat infeksius menggunakan warna kuning, dan


sampah/limbah infeksius, patologi dan anatomi menggunakan warna kuning.

Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera

Selatan bahwa pemilahan sampah medis dan non medis telah dilaksanakan. Ini

terlihat dari fungsi tempat sampah tiap ruangan memiliki 3 jenis tempat sampah. Hal

ini berfungsi sesuai dengan fungsinya, limbah medis menggunakan warna kuning,

non medis menggunakan warna hitam, dan limbah benda tajam dimasukkan ke dalam

safety box. Hal ini sesuai dengan Pemenkes RI No.07 Tahun 2019 yang menyebutkan

bahwa secara umum pemilahan adalah proses pemisahan limbah dari sumbernya,

pemilahan jenis limbah medis padat mulai dari sumber yang terdiri dari limbah

infeksius, non infeksius, dan limbah benda tajam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

perilaku petugas kesehatan telah memahami atau mengetahui fungsi dari pemilahan

sampah medis dan non medis.

4.4.3 Pewadahan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan

Wadah limbah medis adalah suatu jenis tempat limbah yang tersedia dan

digunakan sebagai tempat membuang limbah baik limbah medis maupun non medis.

Yang memiliki kriteria sehingga layak digunakan sebagai wadah tempat limbah

medis maupun non medis.

Pewadahan yang digunakan oleh setiap rumah sakit adalah pewadahan yang

betul-betul memperhatikan kelayakan atau memenuhi syarat kesehatan dengan

pertimbangan bahwa wadah tersebut sesuai dengan standar kesehatan nasional


yang ditetapkan dalam Permenkes RI No.07 Tahun 2019 dan mengacu pada standar

WHO.

Pewadahan limbah medis padat di rumah sakit yang baik menurut

Permenkes RI No.07 Tahun 2019. Tentang persyaratan dan petunjuk teknis tata cara

penyehatan limbkungan rumah sakit, dimana syarat pewadahan adalah sebagai

berikut : Terbuat dari bahan yang tidak mudah bocor, kedap air, tahan karat, tidak

mudah di tusuk, cukup ringan dan permukaannya halus dibagian dalam wadah

limbah. Mempunyai penutup yang mudah dibuka dan di tutup kembali tanpa

mengotori tangan. Setiap ruangan yang ada di rumah sakit harus memiliki tempat

limbah minimal 1 buah untuk setiap kamar. Setiap tempat pengumpulan limbah harus

dilengkapi atau dilapisi dengan plastik agar mudah diangkat, diisi, dikosongkan, dan

dibersihkan. Adapun kriteria jenis plastik yang digunakan sesuai dengan limbahnya

dalam sebagai berikut : limbah infeksius (kantong plastik warna kuning) dan limbah

non infeksius dan umum (kantong plastik warna hitam).

Berdasarkan hasil penelitian bahwa wadah sampah medis di Rumah Sakit

Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan yang berada ditiap ruangan bentuk

pewadahannya sesuai dengan Permenkes RI No.07 Tahun 2019 tentang syarat

kesehatan yakni wadah limbah yang digunakan terbuat dari bahan plastik dengan

tidak mudah bocor, kedap air, cukup ringan memiliki penutup yang mudah dibuka

dengan pertimbangan mudah dibersihkan dan tempat sampah disetiap ruangan rumah

sakit itu dibedakan antara limbah medis dan non medis yang dilengkapi dengan

kantong plastik sesuai dengan karakteristik jenis limbahnya.


4.4.4 Pengangkutan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan

Berdasarkan hasil penelitian proses pengangkutan yang terjadi di Rumah

Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan telah memenuhi syarat kesehatan yaitu

pengangkutan limbah di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan

dilakukan pada pagi hari antara jam 10.00-11.00 WIB dan jalur pengangkutan limbah

tidak melalui jalur umum sehingga tidak mengganggu aktivitas rumah sakit.

Pengangkutan limbah medis padat dilakukan dengan menggunakan troly yang

tertutup dan kemudian di angkut ke tempat penampungan sementara (TPS) yang ada

di belakang rumah sakit.

Pengangkutan limbah medis padat di rumah sakit yang baik menurut pada

Permenkes RI No.07 Tahun 2019 yaitu pengumpulan limbah medis padat dari setiap

ruangan penghasil limbah menggunakan troly khusus yang tertutup dan langsung di

angkut ke tempat penampungan sementara (TPS B3).

4.4.5 Pengumpulan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan

Lokasi penampungan untuk limbah layanan kesehatan harus di rancang agar

berada di dalam lingkungan rumah sakit. Limbah baik dalam kantongan maupun

container, harus disamping area, ruangan, atau bangunan terpisah yang ukurannya

sesuai dengan kuantitas limbah yang dihasilkan dan frekuensi pengumpulannya.

Kecuali digunakan ruang yang memiliki pendingin, waktu samping sementara untuk
limbah layanan kesehatan (misalnya waktu tunggu antara produksi dan pengelolaan

jangan sampai berlebihan.

Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera

Selatan melalui observasi diketahui bahwa untuk proses pengangkutan dan

pengumpulan di TPS telah dilakukan, pelaksanaannya dilakukan setiap hari,

dilakukan pergantian kantong, TPS dilengkapi dengan penutup, dan sampah sudah

dilakukan pemisahan.

Pengumpulan limbah medis padat di rumah sakit yang baik menurut pada

Permenkes RI No.07 Tahun 2019. Tentang persyaratan dan petunjuk teknis tata cara

penyehatan lingkungan rumah sakit, dimana syarat Tempat Penampungan Sementara

(TPS B3) adalah sebagai berikut : Tempat penampungan limbah tidak permanen.

Tempat Penampungan Sementara (TPS B3) dilengkapi dengan penutup. Terletak di

lokasi yang mudah di jangkau oleh kendaraan pengangkut dan dikosongkan dan

dibersihkan. Berdasarkan Permenkes RI No.07 Tahun 2019 tentang Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit limbah medis padat kategori infeksius, patologis, benda

Tajam harus disimpan pada TPS B3 dengan suhu lebih kecil atau sama dengan 0°C

dalam waktu sampai dengan 90 hari atau limbah medis padat kategori infeksius,

patologis, benda tajam harus disimpan pada TPS B3 dengan suhu 3°C sampai dengan

8°C dalam waktu sampai dengan 7 hari.


4.4.6 Pemusnahan dan Pembuangan Akhir Limbah Medis Padat Rumah Sakit

Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan

Incenerator merupakan proses oksidasi kering bersuhu tinggi yang dapat

mengurangi limbah organik dan limbah yang mudah terbakar menjadi bahan

anorganik yang tidak mudah terbakar dan mengakibatkan penurunan yang sangat

signifikan dari segi volume maupun berat limbah. Kebanyakan incinerator besar yang

modern memiliki fasilitas pembangkit energi. Pada iklim yang dingin, uap, dan air

panas yang dihasilkan oleh incinerator dapat digunakan sebagai sumber energy sistem

penghangat daerah perkotaan, panas yang dihasilkan oleh incinerator rumah sakit

kecil digunakan untuk pemanasan ulang limbah yang akan dibakar.

Pemusnahan dan pembuangan limbah medis padat di rumah sakit yang baik

menurut pada Permenkes RI No.07 Tahun 2019 tentang persyaratan dan petunjuk

teknis tata cara penyehatan lingkungan rumah sakit, dimana syarat Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) adalah sebagai berikut : limbah sitotoksis dan limbah

farmasi harus di musnahkan dengan menggunakan incinerator pada suhu di atas

100ºC dan limbah umum dibuang ke tempat yang dikelola oleh pemerintah daerah

atau instansi lain yang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera

Selatan melalui observasi untuk pemusnahan dan pembuangan akhir sampah

didapatkan untuk sampah biasa langsung dilakukan pembuangan ke Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) dengan bantuan mobil Dinas Kebersihan Kota dan untuk

sampah medis bahwa pengolahan limbah padat medis yang dilakukan di Rumah Sakit
Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan masih perlu diperbaiki dan disempurnakan.

Proses pembakaran limbah medis padat, infeksius dan B3 RS Ernaldi Bahar

dilakukan oleh pihak ke-tiga yaitu PT. MUSI HIJAU LESTARI. Hal ini karena

incinerator di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan rusak dan tidak

terpakai sejak 7 tahun yang lalu. Menurut observasi wawancara dengan petugas

pengelola limbah, incinerator tidak layak pakai karena tidak memenuhi syarat

ketentuan izin operasional dari Kementerian Lingkungan Hidup.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari penelitian yang dilakukan tentang analisis pengolahan limbah medis padat

di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan, didapatkan simpulan

dari peneliti sebagai berikut :

Berdasarkan observasi dan wawancara mendalam yang dilakukan dengan

menggunakan checklist berdasarkan Permenkes RI No.07 Tahun 2019 tentang

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit didapatkan bahwa :

1. Sumber limbah medis padat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan yaitu Rawat Jalan/Poliklinik (Jiwa), Rawat Inap (Asoka,

Bangau, Cempaka, Kenanga, Merpati, Cendrawasih dan Camar), Instalasi

Gawat Darurat (IGD), Apotek dan Laboratorium.

2. Jenis limbah medis padat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera

Selatan yaitu spuit dengan jarumnya, sarung tangan disposable, masker

disposable, flabot infus, kapas alkohol, kasa/kapas terkontaminasi, perban

terkontaminasi, selang infus, botol obat, dan pembalut bekas darah.

3. Pemilahan limbah medis padat Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan telah memenuhi syarat sesuai dengan Permenkes RI No.07

Tahun 2019 karena telah dilakukan pemisahan sampah medis dan non medis.
4. Pewadahan limbah medis padat Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan telah memenuhi syarat sesuai dengan Permenkes RI No.07

Tahun 2019 karena tempat sampah yang kuat, memiliki tutup,mudah dibuka,

tidak bocor, dan memiliki warna tertentu.

5. Pengangkutan limbah medis padat Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan telah memenuhi syarat sesuai dengan Permenkes RI No.07

Tahun 2019 karena saat pengangkutan petugas menggunakan APD,

menggunakan troly khusus, troly tidak bocor, kuat dan tertutup, proses

pengangkutan sampah medis tidak melalui jalur umum pelayanan.

6. Pengumpulan limbah medis padat Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

Sumatera Selatan telah memenuhi syarat sesuai dengan Permenkes RI No.07

Tahun 2019 karena dilakukan pengumpulan setiap hari, dilakukan pergantian

kantong, menggunakan kantong khusus, dikumpulkan di tempat terpisah,

tempat penampungan tidak bocor atau tumpah.

7. Pemusnahan dan pembuangan akhir limbah medis padat Rumah Sakit

Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan tidak memenuhi syarat karena tidak

memiliki insenerator yang memiliki izin serta menyebabkan pihak Rumah

Sakit Ernaldi Bahar Palembang menggunakan pihak ketiga untuk melakukan

pemusnahan limbah medis infeksius dan B3 yaitu PT. Musi Hijau Lestari.
5.2 Saran

5.2.1 Bagi Peneliti

1. Untuk peneliti selanjutnya dapat lebih mengembangkan penelitian ini

dengan metode yang berbeda, sehingga penelitian ini tidak berhenti dan

lebih diperluas.

2. Untuk dapat mengembangkan penelitian selanjutnya.

5.2.2 Bagi STIK Bina Husada Palembang

1. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa mengenai analisis

pengolahan limbah medis padat rumah sakit.

2. Sebagai sarana dan fasilitas serta literature buku bacaan mengenai analisis

pengolahan limbah medis padat rumah sakit sehingga memudahkan dalam

proses belajar dan mengajar bagi mahasiswa STIK Bina Husada

Palembang.

5.2.3 Bagi Petugas Pengolahan Limbah Medis Padat RS Ernaldi Bahar

1. Melaksanakan fungsi sosialisasi dengan memberikan petunjuk singkat

mengenai proses pemisahan sampah medis di setiap unit pelayanan.

2. Melakukan identifikasi dan koordinasi terhadap setiap permasalahan yang

ada berkaitan dengan pengelolaan limbah medis padat rumah sakit dengan

melakukan penyebaran angket atau dengan jalan diskusi bersama di

setiap penanggung jawab unit pelayanan secara berkesinambungan.

3. Melakukan monitoring berkala ketersediaan alat, keadaan alat yang

digunakan dalam pengolahan limbah medis padat rumah sakit.


DAFTAR PUSTAKA

Asmarhany, Chandra Dewi, 2014. Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Rumah Sakit
Umum Daerah Kelet Kabupaten Jepara Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan. http://lib.unnes.ac.id/20215/1/6450408063.pdf
(diakses tgl 8 jam 13.15)

Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2019. Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta.


www.depkes.go.id/.../profil-kesehatan-indonesia/Profil-KesehatanIndonesia-
2019.pdf (diakses tgl 8 jam 13.15)

Laporan Triwulan Limbah Medis Padat Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera Selatan Januari-Maret 2021

Muchtar, Masrudi, Abdul Khair, dan Noraida, 2016. Hukum Kesehatan Lingkungan
(Kajian Teoritis Dan Perkembangan Pemikiran). Yogyakarta : Pustaka Baru
Press

Notoadmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka


Cipta. Hal 111, 176, 182.

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, 2015.


https://www.scribd.com/document/.../pedoman-sanitasi-rumah-sakit-depkes-
2000-pdf (diakses 16 Maret pukul 14.20)

Saghita, Elnovrian Purnama, Thamrin, Dedi Afandi, 2017. Analisis minimasi limbah
medis padat RS PB. Jurnal Photon, vol. 7 No 2. Universitas Riau, Pekanbaru.
http://lib.unnes.ac.id/202151/1/6450408063.pdf (diakses tgl 8 maret jam
13:15)

Sugiyono. 2017. Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Hal 61,62.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta

To’biri, 2016. Pengelolaan limbah medis padat di rumah sakit umum daerah
nunukan kabupaten nunukan. Skripsi. Poltek pertanian Samarinda.
http://repository.politanisamarinda.ac.id/1785/1/Nowin%20Duma%20To%27
biri.pdf (diakses 16 Maret pukul 14.20)
UU RI No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

Yulinto Beny, Elmia Kursani, Riska Ibdra Aristi, 2017. Manajemen pengolahan
limbah medis padat di rumah sakit umum daerah kota dumai. Jurnal bahan
kesehatan masyarakat. Vol 1 No 2.
www.journal.poltekkesjambi.ac.id/index.php/JBKM/article/download/3/1
(diakses tgl 22 maret jam 14.00)

Yunizar, Ahmad dan Akhmad Fauzan, 2014. Sistem Pengelolaan Limbah Padat Pada
Rs Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Vol 1 No 1. Fakultas
Kesehatan Masyarakat UNISKA. http://ojs.uniska-
bjm.ac.id/index.php/ANN/article/download/101/96 (diakses tgl 8 jam
13.15)
Lampiran 1
PEDOMAN OBSERVASI
ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS PADAT
DI RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2021
Berdasarkan Permenkes RI No.07 Tahun 2019
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan
Alamat Rumah sakit : Jl. Gubernur H. Muhammad Ali Amin KM.12 No. 02
Tanggal Observasi :
Penanggung Jawab :

1. Tahap Pemilahan Limbah Medis Padat


No Item Ya Tidak
1 Dilakukan pemisahan sampah medis dan
non medis
2 Dilakukan pemilahan limbah
a. Radioaktif
b. Sangat infeksius
c. Infeksius/patologis/anatomi
d. Kimia dan Farmasi
e. Benda tajam

2. Tahap Pewadahan Limbah Medis Padat


No Item Ya Tidak
1 Tempat sampah antibocor dan anti tusuk
2 Memiliki tutup dan tidak mudah dibuka
orang
3 Sampah medis padat yang akan
dimanfaatkan harus melalui sterilisasi
4 Pewadahan sampah medis menggunakan
label
3. Tahap Pengangkutan Limbah Medis Padat
No Item Ya Tidak
1 Saat pengangkutan petugas menggunakan
APD
2 Menggunakan troli khusus
3 Troli tidak bocor, kuat dan tertutup
4 Proses pengangkutan sampah medis tidak
melalui tempat-tempat umum pelayanan

4. Tahap Pengumpulan Limbah Medis Padat


No Item Ya Tidak
1 Dilakukan pengumpulan setiap hari atau
secara berkala
2 Dilakukan pergantian kantong container
yang baru dengan label yang sama
3 Menggunakan container khusus
4 Dikumpulkan ditempat terpisah
5 Tempat penampungan atau pengumpulan
limbah tidak bocor atau tumpah.

5. Tahap Pemusnahan dan Pembuangan Akhir Limbah Medis Padat


No Item Ya Tidak
1 Untuk sampah padat berbahaya dilakukan
pembakaran (Incenerator)
2 Jarak incinerator dengan unit pelayanan ±20
meter, berada dilahan terbuka
3 Ketinggian cerobong asap minimal 20 meter
4 Pembakaran dilakukan secara berkala
5 Sisa pembakaran dilakukan penimbunan
Lampiran 2
LEMBAR CHEKLIST
ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2021
Berdasarkan Permenkes RI No.07 Tahun 2019 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Poli Cendra
No Aspek Observasi Jiwa
IGD Labor Asoka Bangau Cempaka Kenanga Merpati
wasih
Camar Apotek

Penglolaan Limbah Medis Padat Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T


A. Pemilahan
1. Dilakukan pemisahan sampah medis dan
non medis
2. Dilakukan pemilahan Limbah
1) Radioaktif
2) Sangat Infeksius
3) Infeksius/patologi/anatomi
4) Kimia dan farmasi
5) Benda tajam
B. Pewadahan
1. Tempat sampah antibocor dan anti busuk
2. Memiliki tutup dan tidak mudah dibuka
orang
3. Sampah medis padat yang akan
dimanfaatkan harus distrilisasi
4. Pewadahan sampah medis menggunakan
label
Poli Cendra
No Aspek Observasi IGD Labor Asoka Bangau Cempaka Kenanga Merpati wasih Camar Apotek
Jiwa
Penglolaan Limbah Medis Padat Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T
C. Pengangkutan
1. Saat pengangkutan petugas menggunakan
APD
2. Menggunakan troli khusus
3. Troli tidak bocor, kuat dan tertutup
4. Proses pengangkutan sampah medis tidak
melalui tempat-tempat umum pelayanan
D. Pengumpulan
1. Dilakukan pengumpulan setiap hari atau
secara berkala
2. Dilakukan pergantian kantong container
yang baru dengan label yang sama
3. Menggunakan container khusus
4. Dikumpulkan ditempat terpisah
5. Tempat penampungan atau pengumpulan
limbah tidak bocor atau tumpah
E. Pemusnahan dan Pembuangan Akhir
2. Untuk sampah padat berbahaya dilakukan
pembakaran (Incenerator)
3. Jarak incenerator dengan unit pelayanan
±20 meter, berada di lahan terbuka
4. Ketinggian cerobong asap minimal
20 meter
5. Pembakaran dilakukan secara berkala
6. Sisa pembakaran dilakukan penimbunan
Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONCENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia menjadi informan
penelitian yang dilakukan oleh Devie Sandria, mahasiswa Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
dengan judul “Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Ernaldi
Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2021” sebagai informan penelitian, saya
bersedia untuk dilakukan wawancara mendalam, dilakukan obeservasi dan
dokumentasi. Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif
sehingga jawaban yang saya berikan adalah yang sebenarnya dan akan dirahasiakan.
Demikian pernyataan ini saya buat agar dapat digunakan sebagaimana
mestinya.

Hormat Saya, Palembang, Juni 2021

Devie Sandria (Informan)


Lampiran 4

Surat Keterangan Lolos Kaji Etik dari Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2021
Lampiran 5

Surat Selesai Penelitian


Pemilahan Sampah Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan

(a) Kotak sampah limbah medis (b) Safety box khusus limbah medis
infeksius dan non infeksius tajam

Pewadahan Sampah Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan

(a) Wadah limbah padat medis (b) Safety box limbah medis tajam
infeksius dan non infeksius
Kendaraan dan Proses Pengangkutan Limbah Medis Padat

(a) Troly pengangkut (b) Proses pengangkutan (c) Kendaraan pengangkut


Rumah
limbah medis padat limbah medis padat limbah medis padat

Tempat Pengumpulan Limbah Medis Padat atau TPS B3 sementara


Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan
Pengangkutan Oleh Pihak Ke-3

Tempat Penyimpanan Monitoring dari Pegawai


Limbah Medis Padat RS Ernaldi Bahar

Anda mungkin juga menyukai