Anda di halaman 1dari 193

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PERILAKU PHYSICAL DISTANCING PADA MASYARAKAT
KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK
TAHUN 2021

OLEH
ARDHYA RIDHA PRANANDA SIAGIAN PUTRI
1705015081

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2021
SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PERILAKU PHYSICAL DISTANCING PADA MASYARAKAT
KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK
TAHUN 2021

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Kesehatan Masyarakat

OLEH
ARDHYA RIDHA PRANANDA SIAGIAN PUTRI
1705015081

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2021

i
Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.
Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.
Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.
Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri


Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Oktober 1998
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Fortuna IV Rangkapan Jaya RT/RW 006/04
No.220 Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa
Barat. 16435.
No. Ponsel : 081211617166
Email : ardhyaridha@gmail.com
Instansi : Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
Alamat Instansi : Jl. Limau II, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Fakultas/Program Studi : Ilmu-Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peminatan : Statistik Kesehatan
Angkatan : 2017

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri Kebon Jeruk 11 Pagi Jakarta Barat (2005-2008)


2. SD Negeri Anyelir 1 Depok (2008-2011)
2. SMP Negeri 1 Depok (2011-2014)
3. SMA Negeri 6 Depok (2014-2017)
4. Universitas Muhammadiyah Prof DR. HAMKA (2017-sekarang)

Riwayat Organisasi

3. Himpunan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat (HIMA (2018-2019)


Kesmas) UHAMKA
4. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FIKes UHAMKA (2019-2020)

vi

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tua ku tersayang

Ayahanda Samikun, Ibunda Supargiati Arivia

Kakak ku Heru Hermawan Sagian Putra

Serta untuk sahabat-sahabat tersayang yang selalu memberi motivasi untuk maju
dan mereka yang pernah mendekatiku, membutuhkanku sampai menjauhiku.

“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar
baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka – sangkanya.
Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh Allah
telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu”

- Ayat 1000 Dinar-


(Q.S. Al-Talaq 65: ayat 2 dan 3)

vii

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr, Wb.

Dengan menyebutkan nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis. Sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor
yang berhubungan dengan Perilaku Physical Distancing pada Masyarakat
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021” merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Ilmu-Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini terdapat banyak
kesulitan, namun dengan bantuan, arahan dan dukungan dari berbagai pihak,
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Ony Linda, S.KM, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
UHAMKA.
2. Ibu Dian Kholika, S.KM., M.Kes, selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan UHAMKA.
3. Ibu Dr. Retno Mardhiati, S.KM., M.Kes selaku dosen pembimbing akademik
sekaligus dosen pembimbing satu yang selalu memberikan dukungan, saran
dan arahan untuk maju dengan penuh kelembutan, kesabaran dan kasih sayang
sejak awal penyusunan skripsi hingga selesainya skripsi ini.
4. Ibu Dian Kholika, S.KM., M.Kes, selaku dosen pembimbing dua yang telah
banyak menyempatkan waktu ditengah kesibukkan nya untuk memberikan
arahan, dukungan dan juga saran bagi penulis dengan penuh kesabaran dan
keihlasan selama proses penyusunan skipsi ini.
5. Ibu Elia Nur A’yunin, S.KM., M.KM, selaku penguji I skripsi, yang telah
meluangkan waktu, tenaga, serta ilmunya untuk membimbing dan
mengarahkan penulis hingga selesainya skripsi ini.

viii

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


6. Ibu Nia Musniati, S.KM., M.KM, selaku penguji II skripsi, yang telah
meluangkan waktu, tenaga, serta ilmunya untuk membimbing dan
mengarahkan penulis hingga selesainya skripsi ini.
7. Ibu Nurul Huriah Astuti, S.KM., M.KM, selaku dosen koordinator bidang
minat Statistik Kesehatan yang telah memberikan arahan dan motivasi kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan UHAMKA yang telah
memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan memberikan dukungan kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Samikun dan Ibunda Supargiati Arivia
beserta kakak ku Heru Hermawan Sagian Putra yang selalu memberikan kasih
sayang, dukungan moril maupun materil dan juga selalu senantiasa
memanjatkan do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat istimewa ku Raden Roro Maulidya Arifianti Ningtyas yang selalu
menjadi pelengkap, menjadi motivasi, memberi hiburan dan membersamai
selama perjalanan panjang dan melelahkan dalam pembuatan skripsi ini.
11. Fajar Nur Cahyono yang telah menjadi support system dalam kehidupan
penulis dan tak kenal lelah untuk menyemangati dan menemani di kala suka
dan duka selama proses penyusunan skripsi ini.
12. Sahabatku Hani, Dita Ayu, Jelita, Dwp, Ditananda, Shafira, Rifka, Aulia Nur,
Anandya, Aulia, Vitha, Ipul dan Hanif yang selalu menjadi pemecah tawa dan
telah bersedia meluangkan waktunya untuk hangout, travelling dan menjelajah
bersama penulis sebagai penghilang beban serta selalu memberi motivasi
selama masa sulit dalam proses penyusunan skripsi ini.
13. Sahabatku dalam grup Whatsapp “Beruk” yang berisikan Tyas, Shafa, Fitra,
Wulan, Hani dan Adinda, yang telah banyak berbagi cerita dari awal masuk
SMA hingga saat perkuliahan dan telah mendoakan serta memberi motivasi
bagi penulis untuk segera menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
14. Teman-Teman peminatan Statistik Kesehatan Angkatan 2019.
15. Teman-Teman seperjuangan Kesehatan Masyarakat angkatan 2017 yang telah
bersama-sama berjuang dan saling memberikan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini.

ix

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


16. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan
laporan PBL II ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembacanya.

Wassalamualaikum, Wr, Wb.

Jakarta, Juni 2021

Penulis

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN STATISTIK KESEHATAN

Skripsi, Juni 2021

Ardhya Ridha Prananda S.P,

“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Physical Distancing


Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021”

xxiv + 121 halaman, 55 tabel, 2 gambar + 6 lampiran.

ABSTRAK
Coronavirus disease 19 atau COVID-19 adalah penyakit infeksi menular jenis
baru yang ditetapkan WHO sebagai pandemi dan menyebabkan kematian di
seluruh dunia serta angka kasus yang terus meningkat. Memburuknya pandemi
mendorong pemerintah membuat kebijakan physical distancing sebagai salah satu
upaya preventif COVID-19 di Indonesia. Namun, masih banyak masyarakat yang
melanggar kebijakan physical distancing dengan berbagai faktor yang
melatarbelakangi nya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku physical distancing pada masyarakat Kecamatan
Pancoran Mas Kota Depok. Jenis penelitian kuantitatif dengan desain studi Cross
Sectional dengan populasi seluruh masyarakat Kecamatan Pancoran Mas yang
berjumlah 232.418 orang, dan jumlah sampel sebanyak 221 responden yang
diambil menggunakan teknik Accidental Sampling. Pengumpulan data
menggunakan Google Formulir pada bulan April - Mei 2021. Data dianalisis
secara univariat, bivariat dan multivariat dengan regresi logistik ganda. Hasil
Univariat menunjukkan responden lebih banyak yang memiliki perilaku physical
distancing tidak baik (71,5%). Hasil Bivariat menunjukan jenis kelamin, umur,
tingkat pendidikan, pengetahuan tentang COVID-19, pengetahuan physical
distancing, sikap physical distancing, dukungan keluarga dan dukungan tokoh
masyarakat berhubungan dengan perilaku physical distancing (Pvalue < 0,05),
sedangkan variabel pekerjaan dan sumber informasi tidak berhubungan dengan
perilaku physical distancing (Pvalue ≥ 0,05). Hasil Multivariat menunjukan
variabel yang paling dominan yaitu variabel kategori umur remaja (OR: 42,871)
dan pengetahuan physical distancing (OR: 42,117). Untuk itu, diperlukan metode
pendidikan kesehatan berkelanjutan yang sesuai dengan kelompok usia di dalam
masyarakat, agar informasi tersampaikan dengan baik dan dapat menambah
pengetahuan masyarakat mengenai perilaku physical distancing.
Kata Kunci: COVID-19, Physical Distancing, Faktor-Faktor, Perilaku.

xi

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH PROF DR. HAMKA
FACULTY OF HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
SPECIALIZATION OF HEALTH STATISTICS

Skripsi, June 2021

Ardhya Ridha Prananda S.P,

"Factors Related to Physical Distancing Behavior in the Community of


Pancoran Mas District, Depok City in 2021".

xxiiv + 121 pages, 55 tables, 2 pictures + 6 attachments

ABSTRACT
Coronavirus disease 19 or COVID-19 is a new type of infectious disease
designated by WHO as a pandemic and causing deaths worldwide and an ever-
increasing number of cases. The worsening of the pandemic has prompted the
government to make a physical distancing policy as an effort to prevent COVID-
19 in Indonesia. However, there are still many people who violate the physical
distancing policy with various factors behind it. The purpose of this study was to
determine the factors associated with physical distancing behavior in the people
of Pancoran Mas District, Depok City. This type of quantitative research with a
cross sectional study design with a population of all people of Pancoran Mas
Subdistrict, totaling 232,418 people, and a total sample of 221 respondents who
were taken using the Accidental Sampling technique. Data collection using
Google Forms in April-May 2021. Data were analyzed univariate, bivariate and
multivariate with multiple logistic regression. Univariate results show that more
respondents have bad physical distancing behavior (71.5%). Bivariate results
show that gender, age, level of education, knowledge about COVID-19,
knowledge of physical distancing, physical distancing attitudes, family support
and support from community leaders are related to physical distancing behavior
(Pvalue < 0.05), while the work variables and sources of information not related
to physical distancing behavior (Pvalue ≥ 0.05). Multivariate results show that the
most dominant variables are adolescent age category variables (OR: 42,871) and
physical distancing knowledge (OR: 42,117). For this reason, a sustainable
health education method is needed that is suitable for the age group in the
community, so that information is conveyed properly and can increase public
knowledge about physical distancing behavior.
Keywords: COVID-19, Physical Distancing, Factors, Behavior.

xii

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR ................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ................................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
ABSTRAK ............................................................................................................ xi
ABSTRACT .......................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xviii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xxii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xxiii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xxiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Tujuan .......................................................................................................... 4
1. Tujuan Umum........................................................................................... 4
2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 4
D. Manfaat ........................................................................................................ 5
1. Manfaat Bagi Dinas Kesehatan Kota Depok ............................................ 5
2. Manfaat Bagi Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka .................... 6
3. Manfaat Bagi Peneliti ............................................................................... 6
4. Manfaat Bagi Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok ......... 6
5. Manfaat Bagi Peneliti Lain ....................................................................... 6
E. Ruang Lingkup ............................................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI ................................ 8
A. Perilaku Physical Distancing ....................................................................... 8
1. Definisi ..................................................................................................... 8

xiii

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


2. Tata Cara Melakukan Physical Distancing .............................................. 8
B. Konsep Perilaku Kesehatan........................................................................ 11
1. Definisi Perilaku ..................................................................................... 11
2. Bentuk Perilaku ...................................................................................... 12
3. Perilaku Kesehatan ................................................................................. 12
4. Proses Perubahan Perilaku ..................................................................... 14
5. Pengukuran Perilaku ............................................................................... 15
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku ........................................ 15
C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Physical Distancing 16
1. Jenis Kelamin ......................................................................................... 16
2. Umur ....................................................................................................... 17
3. Tingkat Pendidikan ................................................................................. 18
4. Pekerjaan ................................................................................................ 19
5. Pengetahuan ............................................................................................ 19
6. Sikap ....................................................................................................... 20
7. Sumber Informasi ................................................................................... 21
8. Dukungan Keluarga ................................................................................ 23
9. Dukungan Tokoh Masyarakat ................................................................ 24
D. COVID-19 .................................................................................................. 24
1. Definisi ................................................................................................... 24
2. Penyebab ................................................................................................ 25
3. Gejala...................................................................................................... 25
4. Kelompok Berisiko COVID-19 .............................................................. 25
5. Cara penularan COVID-19 ..................................................................... 26
6. Pencegahan COVID-19 .......................................................................... 26
7. Diagnosis ................................................................................................ 27
8. Tata-laksana............................................................................................ 27
E. Kerangka Teori........................................................................................... 28
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS ......................................................................................................... 30
A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 30
B. Definisi Operasional................................................................................... 31
C. Hipotesis..................................................................................................... 37

xiv

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................... 38
A. Rancangan Penelitian ................................................................................. 38
B. Lokasi Dan Waktu...................................................................................... 38
C. Populasi Dan Sampel ................................................................................. 39
1. Populasi Peneltian .................................................................................. 39
2. Sampel Penelitian ................................................................................... 39
3. Teknik Sampling .................................................................................... 40
D. Pengumpulan Data ..................................................................................... 40
1. Sumber Data ........................................................................................... 40
2. Cara Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data ................. 41
3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ................................................ 41
a. Uji Validitas ........................................................................................ 41
b. Uji Reliabilitas .................................................................................... 44
E. Pengolahan Data......................................................................................... 45
1. Coding .................................................................................................... 45
2. Editing .................................................................................................... 49
3. Processing .............................................................................................. 49
4. Cleaning ................................................................................................. 49
5. Scoring.................................................................................................... 49
F. Analisis Data .............................................................................................. 52
1. Analisis Univariat ................................................................................... 52
2. Analisis Bivariat ..................................................................................... 53
3. Analisis Multivariat ................................................................................ 54
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 56
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ....................................................... 56
1. Profil Kecamatan Pancoran Mas ............................................................ 56
2. Kondisi Geografis dan Luas Wilayah .................................................... 57
B. Analisis Univariat....................................................................................... 58
1. Gambaran Perilaku Physical Distancing Pada Masyarakat Kecamatan
Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ........................................................ 58
2. Gambaran Faktor Predisposisi Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran
Mas Kota Depok Tahun 2021 ........................................................................ 62
a. Jenis Kelamin...................................................................................... 62

xv

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


b. Umur ................................................................................................... 62
c. Tingkat Pendidikan ............................................................................. 63
d. Pekerjaan ............................................................................................. 64
e. Pengetahuan tentang COVID-19 ........................................................ 65
f. Pengetahuan tentang Physical Distancing .......................................... 67
g. Sikap Physical Distancing .................................................................. 69
3. Gambaran Faktor Pemungkin (Sumber Informasi) Pada Masyarakat
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021. .................................... 72
4. Gambaran Faktor Penguat Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas
Kota Depok Tahun 2021 ................................................................................ 73
a. Dukungan Keluarga ............................................................................ 73
b. Dukungan Tokoh Masyarakat ............................................................. 76
5. Rekapitulasi Hasil Analisis Univariat .................................................... 78
C. Analisis Bivariat ......................................................................................... 78
1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Physical Distancing ........... 79
2. Hubungan Umur dengan Perilaku Physical Distancing ......................... 79
3. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Physical Distancing ... 80
4. Hubungan Pekerjaan dengan Perilaku Physical Distancing .................. 81
5. Hubungan Pengetahuan Tentang COVID-19 dengan Perilaku Physical
Distancing ...................................................................................................... 81
6. Hubungan Pengetahuan Tentang Physical Distancing dengan Perilaku
Physical Distancing ....................................................................................... 82
7. Hubungan Sikap Physical Distancing dengan Perilaku Physical
Distancing ...................................................................................................... 83
8. Hubungan Sumber Informasi dengan Perilaku Physical Distancing ..... 83
9. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Physical Distancing .. 85
10. Hubungan Dukungan Tokoh Masyarakat dengan Perilaku Physical
Distancing ...................................................................................................... 86
11. Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat ................................................... 86
D. Analisis Multivariat.................................................................................... 87
1. Pemilihan Kandidat Model ..................................................................... 87
2. Pemodelan Awal ..................................................................................... 88
3. Pemodelan Setelah Pengeluaran Variabel yang Mengalami Perubahan
OR (≤ 10%) .................................................................................................... 89

xvi

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


4. Pemodelan Akhir .................................................................................... 91
5. Uji Interaksi ............................................................................................ 92
6. Pemodelan Akhir Setelah Uji Interaksi .................................................. 94
BAB VI PEMBAHASAN.................................................................................... 95
A. Perilaku Physical Distancing ..................................................................... 95
B. Hubungan Faktor Predisposisi dengan Perilaku Physical Distancing ....... 97
1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Physical Distancing ........... 97
2. Hubungan Umur dengan Perilaku Physical Distancing ......................... 98
3. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Physical Distancing . 100
4. Hubungan Pekerjaan dengan Perilaku Physical Distancing ................ 101
5. Hubungan Pengetahuan tentang COVID-19 dengan Perilaku Physical
Distancing .................................................................................................... 103
6. Hubungan Pengetahuan tentang Physical Distancing dengan Perilaku
Physical Distancing ..................................................................................... 104
7. Hubungan Sikap Physical Distancing dengan Perilaku Physical
Distancing .................................................................................................... 105
C. Hubungan Faktor Pemungkin (Sumber Informasi) dengan Perilaku
Physical Distancing ......................................................................................... 107
D. Hubungan Faktor Penguat dengan Perilaku Physical Distancing............ 109
1. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Physical Distancing 109
2. Hubungan Dukungan Tokoh Masyarakat dengan Perilaku Physical
Distancing .................................................................................................... 110
E. Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 112
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 113
A. Kesimpulan .............................................................................................. 113
B. Saran ......................................................................................................... 114
1. Bagi Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok .................... 114
2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Depok ...................................................... 114
3. Bagi Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka .............................. 115
4. Bagi Peneliti Lain ................................................................................. 115
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 116
LAMPIRAN ....................................................................................................... 122

xvii

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Umur Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia


Tahun 2009. ................................................................................................................ 17

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Perilaku Physical Distancing ....................................... 42

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Pengetahuan Tentang COVID-19 ................................ 42

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Pengetahuan Tentang Physical Distancing .................. 43

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Sikap Physical Distancing ........................................... 43

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Dukungan Keluarga ..................................................... 44

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Dukungan Tokoh Masyarakat ...................................... 44

Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen .................................................................. 45

Tabel 4.8 Contoh Tabel Silang Untuk Menghitung Prevalence Ratio ....................... 54

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Alamat Domisili Kelurahan pada


Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ............................... 58

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Perilaku Physical


Distancing pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021.... 59

Tabel 5.3 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Skor Perilaku Physical Distancing


pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ...................... 61

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Physical Distancing pada


Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ............................... 61

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Masyarakat


Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 .................................................. 62

Tabel 5.6 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Umur pada Masyarakat Kecamatan


Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ..................................................................... 62
Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur pada Masyarakat
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 .................................................. 62

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan pada Masyarakat


Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 .................................................. 63

xviii

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tingkat Pendidikan pada
Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ............................... 63

Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan pada Masyarakat


Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 .................................................. 64

Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pekerjaan pada


Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ............................... 64

Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pengetahuan tentang


COVID-19 pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok tahun 2021 .... 65

Tabel 5.13 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Skor Pengetahuan tentang COVID-


19 pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ................. 66

Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang COVID-19


pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ...................... 67

Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pengetahuan tentang


Physical Distancing pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok
Tahun 2021 ................................................................................................................. 67

Tabel 5.16 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Skor Pengetahuan tentang Physical


Distancing pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021.... 68

Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Physical


Distancing pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021.... 69

Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Sikap tentang Physical


Distancing pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021.... 69

Tabel 5.19 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Skor Sikap Physical Distancing pada
Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ............................... 71

Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Physical Distancing pada


Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ............................... 72

Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Sumber Informasi tentang


COVID-19 pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ... 72

Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi COVID-19 pada


Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ............................... 73

Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Dukungan Keluarga pada


Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ............................... 73

xix

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Tabel 5.24 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Skor Dukungan Keluarga pada
Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ............................... 75

Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga pada


Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ............................... 75

Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Dukungan Tokoh


Masyarakat pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 .. 76

Tabel 5.27 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Skor Dukungan Tokoh Masyarakat


pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ...................... 77

Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Tokoh Masyarakat pada


Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ............................... 77

Tabel 5.29 Rekapitulasi Hasil Analisis Univariat Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Perilaku Physical Distancing Pada Masyarakat Kecamatan
Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ..................................................................... 78

Tabel 5.30 Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Physical Distancing Pada
Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ............................... 79

Tabel 5.31 Hubungan Umur dengan Perilaku Physical Distancing Pada


Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ............................... 79

Tabel 5.32 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Physical Distancing


Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ...................... 80

Tabel 5.33 Hubungan Pekerjaan dengan Perilaku Physical Distancing Pada


Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ............................... 81

Tabel 5.34 Hubungan Pengetahuan Tentang COVID-19 dengan Perilaku Physical


Distancing Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ... 81

Tabel 5.35 Hubungan Pengetahuan Tentang Physical Distancing dengan Perilaku


Physical Distancing Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok
Tahun 2021 ................................................................................................................. 82

Tabel 5.36 Hubungan Sikap Physical Distancing dengan Perilaku Physical


Distancing Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ... 83

Tabel 5.37 Hubungan Sumber Informasi dengan Perilaku Physical Distancing


Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ...................... 83

Tabel 5.38 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Physical Distancing


Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ...................... 85

xx

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Tabel 5.39 Hubungan Dukungan Tokoh Masyarakat dengan Perilaku Physical
Distancing Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ... 86

Tabel 5.40 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Perilaku Physical Distancing Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas
Kota Depok Tahun 2021 ............................................................................................. 86

Tabel 5.41 Hasil Uji Regresi Logistik Sederhana dalam Pemilihan Kandidat
Model .......................................................................................................................... 88

Tabel 5.42 Pemodelan Awal Analisis Multivariat ...................................................... 88

Tabel 5.43 Pemodelan Analisis Multivariat Setelah Pengeluaran Variabel ............... 90

Tabel 5.44 Pemodelan Akhir Analisis Multivariat ..................................................... 91

Tabel 5.45 Hasil Uji Interaksi ..................................................................................... 92

Tabel 5.46 Pemodelan Akhir Analisis Multivariat Setelah Uji Interaksi.................... 94

xxi

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku


Kesehatan. ............................................................................................................. 29

Gambar 3.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 30

xxii

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku


Physical Distancing Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok
Tahun 2021.

Lampiran 2. Surat Rekomendasi Penelitian

Lampiran 3. Surat Persetujuan Etik Penelitian

Lampiran 4. Poster Pengumpulan Data

Lampiran 5. Hasil Output Olah Data

Lampiran 6. Hasil Output Uji Validitas dan Reliabilitas

xxiii

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


DAFTAR SINGKATAN

COVID-19 : Coronavirus Disease 19.

KMMD : Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan


Dunia.

MERS : Middle East Respiratory Syndrome.

PHBS : Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat.

PSBB : Pembatasan Sosial Berskala Besar.

SARS : Severe Acute Respiratory Syndrome.

SARS- COV2 : Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus.

WFH : Work From Home.

WHO : World Health Organization.

xxiv

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Coronavirus disease 19 atau COVID-19 adalah penyakit infeksi menular
jenis baru yang ditemukan pada tahun 2019 dan disebabkan oleh severe acute
respiratory syndrome coronavirus atau SARS-COV2 (Kemenkes RI, 2020a).
Awal munculnya berasal dari hewan yang terinfeksi kemudian ditularkan ke
manusia. Hingga kini, penularan utama virus korona dapat bertransmisi dari
manusia ke manusia lainnya (Syadidurrahmah et al., 2020).
Dampak akibat menyebarnya virus ini tidak hanya dirasakan dalam bidang
sosial, ekonomi dan politik, namun berdampak luas dalam segi kesehatan.
Pada 30 Januari 2020, Penyakit ini telah ditetapkan sebagai Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KMMD) oleh WHO, dan
selanjutnya di tetapkan sebagai penyakit pandemi pada tanggal 11 Maret 2020
(Purnamasari dan Raharyani, 2020).
Data global yang dilaporkan oleh WHO hingga 9 Desember 2020, telah
tercatat 67.530.912 total kasus konfirmasi dengan 1.545.150 kematian
diseluruh dunia. Amerika menduduki peringkat pertama sebagai negara
dengan kasus COVID-19 paling tinggi di dunia dengan total kasus konfirmasi
mencapai angka 28.832193, sementara di Indonesia menduduki peringkat ke-
20 dari berbagai negara di dunia dengan kasus COVID-19 terbanyak (WHO,
2020).
Terhitung sejak Maret 2020, virus corona telah masuk pertama kali di
Indonesia. Berdasarkan data Worldometers, kasus COVID-19 di Indonesia per
tanggal 8 Januari 2021 telah mencapai angka 808.340 dengan 23.753 kematian
dan 666.883 diantaranya dinyatakan pulih, hal ini membawa Indonesia
menduduki peringkat ke 1 dari negara di ASEAN dan peringkat ke 3 negara di
Asia yang memiliki kasus COVID-19 terbanyak (Worldometers, 2021).
Kota Depok menjadi kota pertama di wilayah Indonesia sebagai tempat
persebaran virus korona dengan ditemukannya 2 kasus konfirmasi pada
tanggal 2 Maret 2020 (Nuraini, 2020). Selain itu, Kota Depok merupakan

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


2

salah satu kota di Jawa Barat yang memiliki kasus COVID-19 yang masih
tinggi, apalagi keberadaan wilayah Kota Depok yang strategis dengan ibukota
Jakarta, menjadikan Kota Depok sebagai kota penyangga Ibukota Jakarta
dimana memiliki kasus COVID-19 yang tinggi pula. Angka kasus COVID-19
di Kota Depok per tanggal 8 Januari 2021 telah mencapai 19.253 kasus
konfirmasi dengan angka kematian sebanyak 457 dan 15.079 kasus
dinyatakan pulih (Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Kota Depok,
2021).
Angka pasien meninggal dunia dan kasus konfirmasi COVID-19
diperkirakan akan terus bertambah meskipun diimbangi dengan kesembuhan
pasien. Memburuknya pandemi akibat COVID-19 telah mendorong
pemerintah melakukan tindakan guna memutus rantai penularan dengan
menerapkan kebijakan social distancing atau physical distancing (Mas’udi &
Winanti, 2020). Kebijakan jaga jarak diberlakukan di berbagai negara guna
terhindari dari penularan virus lewat droplet, salah satunya di Indonesia yang
mulai mempraktikkan social distancing dimana oleh WHO telah digantikan
istilahnya menjadi physical distancing. Oleh karena itu, sudah menjadi
tanggung jawab segenap elemen masyarakat dan pemerintah untuk bersama
sama melakukan penanganan wabah guna memblokir rantai penularan
COVID-19.
Sebagaimana hadist riwayat Bukhari, Nasa’i dan Ahmad bahwa Rasulullah
bersabda “Maka tiada seorang pun yang tertimpa tha’un, kemudian ia
menahan diri di rumah dengan sabar serta mengharapkan ridha-Nya seraya
menyadari bahwa tha’un tidak akan menimpanya selain telah menjadi
ketentuan Allah untuknya, niscaya ia akan memperoleh ganjaran seperti
pahala orang yang mati syahid” (Mukharom dan Aravik, 2020).
Kalimat “kemudian ia menahan diri dirumah dengan sabar” bisa dikaitkan
dengan perilaku physical distancing, dimana berdiam diri dirumah merupakan
cara untuk menjaga jarak fisik dan menghindari kontak dengan orang banyak
sehingga menjadi salah satu cara Rasulullah dalam menghadapi wabah.
Namun pada realitanya, perilaku physical distancing sering kali dilanggar
dikarenakan masih banyak orang yang senantiasa mengadakan pertemuan
maupun perkumpulan. Padahal, penerapan perilaku physical distancing ini

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


3

sangat penting dilakukan, sebab dengan jaga jarak akan mengurangi kontak
langsung kita untuk terkena percikan air liur seseorang sehingga memperkecil
kemungkinan seseorang untuk terjangkit virus korona. Banyak faktor yang
menjadi latar belakang seseorang dalam menerapkan perilaku physical
distancing.
Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku physical distancing yaitu pengetahuan tentang physical
distancing, jenis kelamin, dukungan keluarga, dan dukungan tokoh
masyarakat (Pvalue<0,05) (Syadidurrahmah et al., 2020). Hasil penelitian lain
menyebutkan bahwa, terdapat hubungan antara pengetahuan tentang COVID-
19 dengan kepatuhan dalam melakukan physical distancing sebagai upaya
guna mencegah penularan COVID-19 (Hafandi dan Ariyanti, 2020).
Selanjutnya, umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan juga memiliki hubungan
yang signifikan terhadap perilaku preventif COVID-19 (Retnaningsih et al.,
2020).
Kecamatan Pancoran Mas merupakan salah satu wilayah administrasi
kecamatan yang ada di Kota Depok dengan jumlah penduduk terbesar ke-4
yaitu sebanyak 282.167 penduduk (BPS Kota Depok, 2019). Selain itu,
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok juga menduduki peringkat ke-4 dari 11
kecamatan yang ada di kota Depok dengan total angka kasus konfirmasi
COVID-19 terbanyak yaitu sebesar 2.213 kasus per tanggal 8 Januari 2021
(Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Kota Depok, 2020).
Berdasarkan studi pendahuluan pada 17 Desember 2020 dengan metode
wawancara langsung kepada 30 responden di Kecamatan Pancoran Mas Kota
Depok, didapatkan hasil bahwa 80% responden masih melakukan aktivitas
diluar rumah seperti bekerja, dan mengadakan pekumpulan atau pertemuan.
Selain itu ditemukan sebanyak 66% responden jarang melakukan physical
distancing.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku physical
distancing pada masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun
2021.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


4

B. Rumusan Masalah
Kecamatan Pancoran Mas merupakan wilayah di Kota Depok yang pernah
menjadi kawasan zona merah COVID-19 pada bulan September 2020 lalu,
bahkan per tanggal 8 Januari 2021, Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok
tercatat menempati urutan ke-4 sebagai penyumbang angka konfirmasi
COVID-19 di Kota Depok. Hal ini menjadi tanggung jawab wilayah setempat
untuk memutus rantai penularan COVID-19 salah satunya dengan menerapkan
physical distancing yang dianjurkan pemerintah. Namun pada realitanya dari
30 responden yang diwawancarai, sebanyak 80% responden masih melakukan
aktivitas diluar rumah dan dapat menjadi masalah bila responden tidak
menerapkan dan mengetahui tata cara dalam melakukan physical distancing.
Hal ini dibuktikan dengan ditemukan nya sebanyak 66% respoden jarang
melakukan physical distancing dengan beragam alasan seperti belum terbiasa,
malas dan persepsi masyarakat bahwa jika berkumpul dengan orang yang
dikenal tidak perlu jaga jarak, apalagi sebanyak 12 dari 30 responden tersebut
merupakan kelompok lansia yang berisiko COVID-19.
Berdasarkan uraian tersebut, menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat
mengenai penerapan perilaku physical distancing masih rendah. Selain itu,
belum pernah dilakukan penelitian yang serupa di Kota Depok, sehingga
masalah tersebut menjadi alasan pendukung bagi peneliti untuk meneliti lebih
lanjut mengenai “Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
physical distancing pada masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok
Tahun 2021?”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan perilaku physical distancing pada
Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran perilaku physical distancing pada
masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


5

b. Untuk mengetahui gambaran faktor predisposisi (jenis kelamin, umur,


tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan tentang COVID-19 dan
pengetahuan tentang physical distancing serta sikap physical
distancing) pada masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok
Tahun 2021.
c. Untuk mengetahui gambaran faktor pemungkin (sumber informasi)
pada masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021.
d. Untuk mengetahui gambaran faktor penguat (dukungan keluarga dan
dukungan tokoh masyarakat) pada masyarakat Kecamatan Pancoran
Mas Kota Depok Tahun 2021.
e. Untuk mengetahui hubungan antara faktor predisposisi ((jenis kelamin,
umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan tentang COVID-19,
pengetahuan tentang physical distancing dan sikap physical distancing)
dengan perilaku physical distancing pada masyarakat Kecamatan
Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021.
f. Untuk mengetahui hubungan faktor pemungkin (sumber informasi)
dengan perilaku physical distancing pada masyarakat Kecamatan
Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021.
g. Untuk mengetahui hubungan antara faktor penguat (dukungan keluarga
dan dukungan tokoh masyarakat) dengan perilaku physical distancing
pada masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021.
h. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi
perilaku physical distancing pada masyarakat Kecamatan Pancoran Mas
Kota Depok Tahun 2021.

D. Manfaat
1. Manfaat Bagi Dinas Kesehatan Kota Depok
Hasil Penelitian ini dapat berguna sebagai data atau informasi
penunjang bagi Dinas Kesehatan Kota Depok guna membuat suatu
program kesehatan atau kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan
aturan dalam penerapan perilaku physical distancing sebagai upaya
preventif dalam penanganan COVID-19.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


6

2. Manfaat Bagi Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka


Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai tambahan referensi atau
kepustakaan, untuk dijadikan bahan acuan bagi mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka dalam mengembangkan penelitian yang
berkaitan dengan perilaku physical distancing sebagai upaya preventif
dalam penanganan COVID-19.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan sekaligus penerapan teori
ke masyarakat secara langsung terkait pembelajaran yang telah didapatkan
oleh peneliti semasa perkuliahan, serta menjadi pengalaman berharga bagi
peneliti guna meningkatkan kemampuan dalam melakukan penelitian
dibidang kesehatan terkait dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan
perilaku physical distancing pada masyarakat.
4. Manfaat Bagi Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan kesadaran
masyarakat terkait faktor-faktor perilaku physical distancing serta
pentingnya menerapkan perilaku physical distancing sebagai upaya
preventif dalam penanganan COVID-19 agar dapat memutus rantai
penularannya terutama di lingkungan masyarakat Kecamatan Pancoran
Mas Kota Depok.
5. Manfaat Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lain agar
dapat meningkatkan penelitian selanjutnya dan sebagai bahan pembanding
antara penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan berkaitan dengan
upaya preventif dalam penanganan COVID-19 khususnya terkait faktor-
faktor yang berhubungan dengan perilaku physical distancing.

E. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku physical distancing pada masyarakat Kecamatan
Pancoran Mas Kota Depok yang dilakukan pada bulan April - Mei 2021.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan desain studi cross
sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kecamatan

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


7

Pancoran Mas Kota Depok. Sampel diperoleh dengan teknik Accidental


Sampling. Pengumpulan data menggunakan Google Formulir yang disebarkan
pada bulan April - Mei tahun 2021. Alasan peneliti mengambil sampel di
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok dikarenakan masih banyak masyarakat
yang tidak mematuhi kebijakan dan aturan dalam penerapan perilaku physical
distancing.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Perilaku Physical Distancing


1. Definisi
Perilaku physical distancing atau pembatasan kontak fisik diartikan
sebagai tindakan yang dilakukan guna mengendalikan infeksi non-farmasi
dengan tujuan untuk memperlambat bahkan menghentikan penyebaran
penyakit menular yaitu COVID-19 (Kresna dan Ahyar, 2020).
Penerapan perilaku physical distancing merupakan salah satu upaya
yang ditujukan guna mencegah penularan dan penyebaran virus corona di
masyarakat. Secara sederhana, bentuk perilaku physical distancing adalah
melakukan jaga jarak lebih dari 1 meter dengan orang lain. Dengan
demikian, tidak saling berdekatan dan tidak melakukan kegiatan
berkumpul. Sehingga dengan menerapkan perilaku physical distancing,
maka dapat mencegah penularan virus korona, karena virus ini tidak
bergerak sendiri melainkan, manusia lah yang membawa virus tersebut
dan berpotensi menularkan virus dari manusia ke manusia lainnya (Satgas
Penanganan COVID-19, 2020b).
2. Tata Cara Melakukan Physical Distancing
Dalam pedoman pencegahan dan pengendalian coronavirus disease
(COVID-19) revisi ke-5 Kemenkes RI (2020c), disebutkan bahwa salah
satu cara menangani permasalahan kesehatan masyarakat terkait respon
adanya pandemi COVID-19 dapat dilakukan dengan cara menerapkan
pembatasan fisik dan pembatasan sosial. Pembatasan fisik harus
diterapkan oleh setiap individu. Pembatasan fisik dapat diartikan sebagai
kegiatan menjaga jarak fisik (physical distancing) antar sesama individu
yang dilakukan dengan cara:
a. Menjaga jarak lebih dari 1 meter, dilarang berdekatan atau melakukan
kontak fisik seperti bersalaman, berpelukan atau bahkan berciuman.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


9

b. Menghindari pemakaian transportasi publik seperti angkutan umum,


kereta dan pemakaian bus, namun jika terpaksa sebisa mungkin
menghindari waktu sibuk ketika hendak berpergian.
c. Jika memungkinkan, melakukan work from home (WFH) yaitu bekerja
dari rumah.
d. Dilarang berkerumun dan membuat keramaian di fasilitas umum.
e. Menghindari berpergian keluar kota atau ke luar negeri dan tempat
tempat wisata dimanapun.
f. Menghindari berkumpul dengan kawan atau kerabat, termasuk
kegiatan berkunjung/ bersilaturahmi serta menunda kegiatan bersama
dengan mengganti nya melalui saluran komunikasi via telepon,
internet, media sosial dan saluran komunikasi lainnya.
g. Gunakan fasilitas telepon atau jenis layanan online lainnya ketika
menghubungi dokter atau fasilitas lainnya.
h. Hindari mengunjungi orang yang berisiko seperti orang tua atau lanjut
usia jika sedang merasa sakit dan apabila tinggal dalam satu rumah,
maka janganlah melakukan interaksi langsung serta pakailah masker
kain meskipun didalam rumah.
i. Sebaiknya anak bermain bersama keluarga sendiri dirumah untuk
sementara waktu.
j. Dianjurkan untuk dapat melaksanakan ibadah dirumah untuk
sementara waktu.
k. Gunakan masker kain jika terpaksa keluar rumah.
l. Membersihkan dan desinfeksi secara berkala pada rumah, tempat
kerja, tempat usaha, tempat ibadah, kendaraan, tempat kerja dan
tempat-tempat yang biasa digunakan untuk beraktivitas lainnya.
m. Dalam kebijakan adaptasi (pembiasaan) kebiasaan baru yaitu dengan
membatasi jumlah pengunjung dan waktu kunjungan di tempat umum,
cek suhu pengunjung, menyediakan tempat cuci tangan dengan sabun
dan air mengalir, himbauan penggunaan masker dan apabila
pengunjung tidak memakai masker dilarang masuk serta melakukan
desinfeksi berkala untuk tempat-tempat umum seperti mal.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


10

n. Masyarakat dan para petugas/pedagang yang melakukan interaksi


dengan orang banyak harus memakai pelindung wajah berupa masker.
Semua orang telah diharuskan untuk menaati aturan dalam
menerapkan perilaku physical distancing untuk mencegah meluasnya
wabah ini dengan membatasi tatap muka dengan kerabat atau keluarga,
selain itu cara-cara dalam petunjuk di atas harus lebih ketat dilakukan
terutama bagi kelompok masyarakat berisiko yaitu yang telah berusia
60 tahun keatas, memiliki riwayat penyakit penyerta (seperti diabetes,
kanker, hipertensi, penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), dan
sebagainya, serta kelompok ibu hamil (Satgas Penanganan COVID-19,
2020b).
Selanjutnya Satgas Penanganan COVID-19 (2020a) dalam
pedoman perubahan perilaku penanganan COVID-19 menyebutkan
bahwa bentuk perilaku jaga jarak atau physical distancing dapat
dilakukan oleh Individu, Institusi dan Pemerintah dengan cara:
a. Dilakukan Individu guna mematuhi protokol kesehatan yang
berlaku, yaitu:
1) Jauhi kerumunan massal atau keramaian.
2) Menjaga jarak fisik dengan orang lain sejauh 2 meter.
3) Menghindari diri untuk berjabat tangan, bergandengan atau
berpelukan.
4) Menghindari berdekatan dengan siapa pun dan dimana pun.
b. Dilakukan Institusi yaitu mengeluarkan peraturan yang dapat
mendorong pegawai atau anggota nya dalam menerapkan protokol
kesehatan, diantaranya:
1) Pemberlakukan kerja dari rumah(WFH).
2) Batasi jumlah peserta dalam rapat.
3) Tidak mengadakan kegiatan massal.
4) Memberlakukan protokol kesehatan dilarang makan atau
minum bersama.
5) Membentu satuan tugas (Satgas) didalam institusi.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


11

c. Dilakukan Pemerintah yaitu mengeluarkan regulasi atau peraturan


UU No.6 tahun 2018 tentang kekarantinaan kesehatan guna
membatasi aktivitas masyarakat dan agar masyarakat mematuhi
protokol kesehatan, diantaranya:
1) Memberlakukan belajar dari rumah untuk seluruh sekolah di
Indonesia.
2) Memberlakukan kerja dari rumah (WFH) untuk sebagian
karyawan jika memungkinkan.
3) Meniadakan kegiatan yang mengundang kerumunan.
4) Pemerintah memberlakukan PSBB atau pembatasan sosial
berskala besar.

B. Konsep Perilaku Kesehatan


1. Definisi Perilaku
Perilaku dari tinjauan aspek biologis merupakan suatu aktivitas atau
kegiatan dari makhluk hidup yang bersangkutan baik yang dapat diamati
secara langsung seperti berjalan, berbicara, makan, bekerja, dan
sebagainya, ataupun yang tidak dapat diamati secara langsung seperti
berfikir (Notoatmodjo, 2013).
Menurut Skinner (1983) dalam Notoatmodjo (2013), terjadinya
perilaku manusia ini dimulai dari adanya dorongan stimulus yang diterima
organisme lalu organisme tersebut pada tahap akhir akan memberikan
respon, jadi suatu perilaku dapat diterangkan dalam skema “S-O-R”
(stimulus-organisme-respon). Kemudian, respons itu dibedakan lagi
menjadi 2 jenis yaitu Responden respons atau Reflexsive response dan
Operant response.
a. Responden respons (Reflexsive response), dimana respon tersebut
timbul akibat adanya rangsangan-rangsangan tertentu yang disebut
dengan respon tetap dan biasanya rangsangan tersebut terjadi
mendahului respons yang ditimbulkan, misalnya seseorang akan
menutup mata secara refleks akibat cahaya yang terlalu terang.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


12

b. Operant respons, dimana respon tersebut timbul diikuti oleh


rangsangan tertentu atau disebut reinforcing stimulus. Misalnya ketika
seorang anak belajar, lalu mendapatkan hadiah, maka anak tersebut
akan lebih rajin lagi untuk belajar. Biasanya respon semacam ini
mengikuti atau dapat memperkuat suatu perilaku tertentu oleh karena
itu operant respons merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia
dan memiliki kemungkinan besar untuk dapat dimodifikasi.
2. Bentuk Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2013), terdapat 2 bentuk atau wujud dari
perilaku seseorang jika dipandang dari bentuk respon terhadap stimulus
yang berupa perilaku tertutup atau disebut covert behavior dan perilaku
terbuka yang biasa disebut overt behavior.
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Merupakan respon seseorang terhadap stimulus dimana respon
tersebut terbatas pada perhatian, pengetahuan, persepsi, sikap dan
kesadaran pada organisme yang menerima stimulus. Disebut perilaku
tertutup karena respon orang tersebut terhadap stimulus belum bisa
terdeteksi oleh orang lain secara nyata atau jelas. Contoh dari perilaku
tertutup yaitu masyarakat tahu pentingnya menerapkan physical
distancing sebagai upaya preventif COVID-19.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Merupakan respon seseorang terhadap stimulus dimana respon
tersebut telah berbentuk perbuatan atau praktik yang dengan mudah
dapat terdeteksi secara nyata atau terbuka oleh orang lain, oleh karena
itu disebut sebagai perilaku terbuka (overt behavior). Contohnya
individu penderita COVID-19 rutin mengkonsumsi obat dan
berolahraga secara teratur agar segera pulih.
3. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus baik
yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati, yang berkaitan
dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan seperti sistem pelayaan kesehatan, makanan dan minuman serta

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


13

lingkungan. Perilaku kesehatan ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu


perilaku orang sehat dalam menjaga dan meningkatkan kesehatannya dan
perilaku orang yang sakit untuk memperoleh kesembuhan dan terbebas
dari masalah kesehatannya (Notoatmodjo, 2013).
Selanjutnya, perilaku kesehatan dapat dibagi lagi menjadi 4 kelompok,
yaitu perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, perilaku penggunaan
sistem dan fasilitas kesehatan, perilaku gizi terhadap makanan dan
minuman serta perilaku kesehatan lingkungan (Notoatmodjo, 2015).
a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit
Yaitu bagaimana respon seseorang baik secara pasif dan aktif yang
dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit. Usaha yang bisa
dilakukan meliputi 4 aspek yaitu:
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance) misalnya
dengan rajin berolahraga dan menerapkan gaya hidup sehat.
2) Perilaku yang ditujukan untuk pencegahan penyakit (health
prevention behavior) yaitu respon seseorang dalam menunaikan
berbagai cara guna pencegahan penyakit sebelum terkena penyakit.
3) Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) yang
merupakan respon guna mencari pengobatan ketika sakit, mulai
dari memulihkan sendiri sampai dengan mencari pengobatan keluar
negeri.
4) Perilaku pemulihan kesehatan (health rehablitation behavior) yang
merupakan usaha untuk pemulihan kesehatan saat telah sembuh
dari sakit. Contohnya dengan melakukan program diet, patuh
terhadap anjuran petugas kesehatan guna mempercepat pemulihan
kondisi kesehatannya.
b. Perilaku Penggunaan Sistem dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Yaitu respon seseorang terhadap suatu sistem dan fasilitas
pelayanan kesehatan baik yang modern maupun tradisonal serta yang
berkaitan dengan respon seseorang terhadap fasilitas dan tata cara
pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatan yang tersedia.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


14

c. Perilaku Gizi Terhadap Makanan dan Minuman


Perilaku ini didasarkan pada kebutuhan makanan yang vital bagi
manusia dan perilaku untuk memilih makanan dan minuman dengan
memperhatikan unsur-unsur (zat gizi) yang terkandung didalamnya,
bagaimana cara pengolahan makanan dan minuman tersebut serta hal-
hal yang berhubungan dengan kebutuhan tubuh kita.
d. Perilaku Kesehatan Lingkungan (environmental health behavior)
Tindakan yang dilakukan seseorang dalam merespon lingkungan
fisik maupun lingkungan sosial budaya sehingga lingkungan tersebut
tidak mempengaruhi kesehatannya misalnya perilaku seseorang yang
berkaitan dengan air bersih, rumah yang sehat, pembersihan sarang
vektor seperti nyamuk, dan sebagainya.
4. Proses Perubahan Perilaku
Perilaku yang berdasar pada pengetahuan biasanya akan lebih
berkesinambungan daripada perilaku yang tidak berdasar pada
pengetahuan. Hal ini didasari oleh pengalaman dan penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo
(2015), menyebutkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru,
terjadi suatu proses berurutan dalam diri seseorang tersebut yaitu biasa
disingkat “AIETA” yang artinya:
a. Awarness (kesadaran), subjek tersebut menyadari dalam artian sudah
terlebih dahulu mengetahui stimulus objek.
b. Interest (tertarik), subjek mulai tertarik dengan stimulus yang sudah
lebih dahulu dipahami dan diketahui.
c. Evaluation (evaluasi), yaitu menganalogikan apakah stimulus yang
telah dilakukan pengaruhnya baik atau tidak baik bagi individu tesebut.
Hal ini menunjukkan perilaku responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial (mencoba), subjek telah memulai untuk mempraktikan perilaku
baru.
e. Adoption (adopsi), yaitu individu sudah memiliki perilaku baru yang
disesuaikan dengan pengetahuan yang dimiliki nya terhadap stimulus
dan juga kesadaran serta sikap dari subyek yang bersangkutan.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


15

Jika pengadopsian perilaku baru melalui proses di atas tidak didasari


oleh pengetahuan dan kesadaran maka perilaku tersebut tidak akan
bertahan lama, sedangkan jika penerimaan perilaku tersebut telah didasari
oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut dapat
berlangsung lebih lama. Untuk itu, perilaku seseorang sangat didasarkan
oleh subjek yang bersangkutan.
5. Pengukuran Perilaku
Proses pengukuran perilaku bisa dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu
secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran perilaku secara langsung
dapat dilakukan melalui pengamatan (observasi), yaitu jenis pengukuran
perilaku yang paling baik yang dilakukan dengan cara mengamati segala
tindakan dari subjek dalam rangka memelihara kesehatannya. Sedangkan,
metode pengukuran perilaku secara tidak langsung dilakukan melaui
pertanyaan-pertanyaan dengan mengingat atau memikirkan kembali
(recall) terhadap subjek terkait hal apasaja yang sebelumnya telah
dilakukan berhubungan dengan objek tertentu (Notoatmodjo, 2013).
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Teori Green (1980) dalam Notoatmodjo (2013), perilaku
seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor diantaranya yaitu:
a. Faktor Predisposisi (predisposing factors) yaitu faktor-faktor yang
seringkali dapat mempermudah terjadinya sebuah perilaku pada
seseorang, yang meliputi pengetahuan, sikap, nilai-nilai, tradisi,
kepercayaan, keyakinan seseorang dan aspek demografi lain didalam
diri orang tersebut.
b. Faktor Pemungkin (enabling factors), adalah faktor-faktor yang
memungkinkan terjadinya perilaku seseorang dan biasanya berkaitan
dengan sarana prasarana atau ketersediaan fasilitas dan petugas
kesehatan, keterjangkauan pelayanan kesehatan, kebijakan pemerintah
dibidang kesehatan dan sumber informasi yang digunakan sebagai
sumber untuk memperoleh informasi).
c. Faktor Penguat (reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang dapat
memperkuat terjadinya perilaku, seperti dukungan keluarga, dukungan

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


16

tokoh masyarakat dan petugas kesehatan dalam mempengaruhi


perilaku kesehatan seseorang).
Selain itu, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Triyanto
dan Kusumawardani (2020), didapatkan hasil penelitian bahwa perilaku
seseorang dipengaruhi oleh kondisi demografi, pengetahuan, sikap, norma,
kebiasaan dan media informasi.

C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Physical Distancing


1. Jenis Kelamin
KBBI (2016) menyebutkan bahwa jenis kelamin adalah suatu sifat
(keadaan) jantan atau betina. Sedangkan, menurut Setiadi dan Kolip dalam
Sarkawi (2015), jenis kelamin adalah pembagian fisiologis atau anotomis
manusia secara biologis untuk membedakan antara jenis kelamin laki-laki
dan perempuan yang dapat diidentifikasi melalui kepemilikan alat kelamin
dan peran seksualnya.
Penelitian Retnaningsih et al (2020), memperlihatkan bahwa terdapat
hubungan signifikan variabel jenis kelamin dengan praktik preventif
penyebaran COVID-19. Hal serupa didapatkan oleh penelitian Wiranti et
al (2020), bahwa ada perbedaan probabilitas yang signifikan antara jenis
kelamin dengan kepatuhan masyarakat dalam menerapkan kebijakan
pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sebagai upaya preventif COVID-
19, responden dengan jenis kelamin perempuan menunjukan kepatuhan
yang lebih baik dalam penerapan PSBB jika dibandingkan responden
dengan jenis kelamin laki-laki.
Selanjutnya, berdasarkan penelitian Syadidurrahmah et al (2020),
didapatkan hasil bahwa perempuan lebih condong melakukan perilaku
physical distancing sebesar 3,4 kali lebih baik dibandingkan dengan jenis
kelamin laki-laki. Hal ini sejalan dengan hasil survei demografi dampak
COVID-19 yang telah dilakukan Badan Pusat Statistik (2020), dimana
menjelaskan bahwa jenis kelamin perempuan lebih condong dalam
melakukan perilaku preventif COVID-19 dengan baik, dibandingkan jenis
kelamin laki-laki.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


17

2. Umur
Menurut KBBI (2016) umur adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2009) klasifikasi umur menurut
kategori atau pembagian kelompok umur adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi Umur Menurut Departemen Kesehatan Republik


Indonesia Tahun 2009.
Kategori Umur
Masa Balita 0-5 Tahun
Masa Kanak-kanak 6-11 Tahun
Masa Remaja Awal 12-16 Tahun
Masa Remaja Akhir 17-25 Tahun
Masa Dewasa Awal 26-35 Tahun
Masa Dewasa Akhir 36-45 Tahun
Masa Lansia Awal 46-55 Tahun
Masa Lansia Akhir 56-65 Tahun
Masa Manula 65 Tahun ke atas.
*Sumber: depkes.go.id

Penelitian Ta'adi et al (2019), menerangkan bahwa umur menjadi salah


satu faktor yang memiliki pengaruh terhadap tingkat kepatuhan cuci
tangan sebagai upaya preventif COVID-19. Hal serupa juga didapatkan
oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Retnaningsih et al (2020), bahwa
ada hubungan antara kelompok umur dengan praktik preventif penularan
COVID-19, dengan hasil bahwa kelompok umur yang paling banyak
menerapkan praktik preventif COVID-19 dengan baik adalah umur 46-65
tahun sebesar (63,6%), disusul oleh kelompok umur 26-45 tahun sebesar
(55,5%), sedangkan kelompok umur yang paling banyak praktik preventif
penularan COVID-19 dalam kategori buruk adalah kelompok umur 17-25
tahun sebesar (54,5%) disusul oleh kelompok umur 13-16 tahun sebesar
(48,3%).
Jess Shatkin dalam Anggita (2020), seorang psikiater anak yang
menulis buku “Born to Be Wild” menyatakan bahwa seorang remaja
memiliki hit dopamin di otak yang meningkat selama masa remaja.
Aktivitas dopamin ini terjadi di pusat komando otak yang disebut korteks
prefrontal. Hal ini membuat remaja merasa seperti mendapatkan hadiah
ketika mereka bisa melakukan sosialisasi atau interaksi sosial dengan

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


18

teman-teman mereka, yang membuat nya lebih mudah untuk mengambil


risiko dan menerima manfaatnya dibandingkan dengan menimbang
bagaimana konsekuensi nya.
Lain halnya dengan aktivitas dopamin yang terjadi pada kelompok
dewasa, dimana akan lebih efisien, dikarenakan kelompok umur dewasa
sudah dapat lebih memahami dan peduli terhadap berita dan rela menunda
kesenangannya demi keselamatan bersama dan mempertimbangkan segala
konsekuensi atas tindakan yang dilakukan.
Oleh karena itu, lebih sulit bagi kelompok remaja untuk melaksanakan
sosial distancing atau physical distancing, terlebih untuk melakukan
karantina mandiri dirumah. Kelompok remaja sangat membutuhkan
serbuan dopamin dari interaksi sosial bersama teman-teman dan
lingkungan sekitarnya.

3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur
dan berjenjang yang dikenal dengan pendidikan sekolah, terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (UU
Sikdiknas No 20 Tahun 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh Gannika dan Sembiring (2020) di
dapatkan hasil bahwa perilaku preventif COVID-19 dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan. Selain itu penelitian Retnaningsih et al (2020), juga
memaparkan hal serupa bahwa, terdapat perbedaan bermakna antara
tingkattpendidikan dengan praktik preventif dalam penularan COVID-19.
Semakin tinggi nya tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah
orang tersebut untuk mendapatkan akses informasi terkait suatu
permasalahan tertentu (Yanti et al, 2020).
Hal ini beriringan dengan penelitian Wiranti et al (2020) yang
menunjukkan adanya hubungan signifikan antara tingkat pendidikan
dengan perilaku patuh masyarakat dalam melakukan kebijakan PSBB
sebagai salah satu langkah pemerintah dalam upaya preventif COVID-19.
Responden dengan pendidikan lebih tinggi cenderung lebih patuh dalam

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


19

melakukan kebijakan PSBB, dibandingkan responden dengan pendidikan


lebih rendah.

4. Pekerjaan
Pekerjaan menurut KBBI (2016) adalah suatu aktifitas yang dilakukan
untuk mendapatkan nafkah. Sedangkan menurut Thomas dalam
Adimayanti et al (2017), pekerjaan adalah suatu keharusan yang dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan dan menunjang kehidupan seseorang serta
kehidupan keluarganya.
Pekerjaan seseorang juga dapat mempengaruhi perilaku atau tindakan
orang tersebut, hal ini dibuktikan dengan penelitian Gannika dan
Sembiring (2020) yang menemukan bahwa Ibu rumah tangga meskipun
memiliki pendidikan yang rendah, namun memiliki perilaku preventif
yang tinggi guna melindungi keluarganya.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Retnaningsih et al
(2020), menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan dengan
perilaku preventif dalam penularan COVID-19. Praktik preventif COVID-
19 pada kelompok pekerja swasta lebih rendah jika dibandingkan dengan
kelompok PNS/TNI/Polri. Banyak dari kedua kelompok ini tidak
melakukan social distancing dan sulit menjaga jarak fisik (physical
distancing), hal ini dikarenakan pada kelompok pegawai swasta,
PNS/TNI/Polri tidak bisa bekerja dari rumah atau melakukan Work From
Home (WFH).

5. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang setelah orang tersebut
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan ini terjadi
melalui panca indera manusia seperti indera pengelihatan, penciuman,
perasa, peraba dan pendengaran (Notoatmodjo, 2015).
Pada masa pandemi saat ini, pengetahuan masyarakat mengenai
COVID-19 merupakan salah satu aspek yang penting. Pengetahuan
masyarakat tentang COVID-19 merupakan pengetahuan dasar penyakit
COVID-19 meliputi tanda, gejala dan penyebab, karakteristik virus dan
bagaimana virus tersebut ditransmisikan, pemeriksaan yang perlu

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


20

dilakukan serta upaya pencegahannya (Purnamasari dan Raharyani, 2020).


Selain itu, pengetahuan tentang physical distancing merupakan
pengetahuan mengenai bagaimana kebijakan dan anjuran physical
distancing yang harus dilaksanakan dan dipatuhi masyarakat selama masa
pandemi (Syadidurrahmah et al., 2020).
Penelitian Wiranti et al (2020), menyatakan bahwa, pengetahuan
memiliki hubungan dengan kepatuhan masyarakat dalam menerapkan
kebijakan PSBB di Kota Depok sebagai upaya preventif (pencegahan)
COVID-19. Masyarakat dengan tingkat kepatuhan kategori baik, lebih
banyak dilakukan oleh masyarakat yang pengetahuan nya baik sebesar
(57,1%).
Selain itu, penelitian Reuben et al (2020) dan Purnamasari dan
Raharyani (2020), juga menyebutkan adanya perbedaan probabilitas yang
signifikan antara pengetahuan tentang COVID-19 dengan perilaku
preventif COVID-19. Hal ini didukung oleh penelitian Retnaningsih et al
(2020), bahwa pengetahuan responden tentang COVID-19 merupakan
variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi perilaku preventif
COVID-19.
Hasil penelitian terdahulu seperti yang dikemukakan oleh
Syadidurrahmah et al (2020), pengetahuan responden tentang physical
distancing juga memiliki hubungan dengan perilaku physical dictancing
sebagai upaya untuk mencegah COVID-19. Berdasarkan hasil penelitian
Hafandi dan Ariyanti (2020), ditemukan sebanyak 205 responden yang
memiliki pengetahuan yang baik, 204 diantaranya melakukan physical
distancing dengan baik. Dengan demikian, semakin baik pengetahuan
responden terkait COVID-19, maka responden tersebut akan menerapkan
perilaku physical distancing dengan baik sebagai upaya guna mencegah
penyebaran COVID-19.

6. Sikap
Sikap merupakan respon tertutup dari seseorang terhadap stimulus
(objek). Wujud dari sikap tidak langsung dapat dilihat, melainkan hanya
dapat ditafsirkan dari bentuk perilaku yang tertutup (Notoatmodjo, 2013).

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


21

Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung maupun


perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut
(Listiani 2015 dalam Sukesih et al., 2020).
Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2013), suatu perilaku dapat lebih
lama bertahan jika didasari oleh sikap yang positif dibandingkan oleh
perilaku yang didasari sikap negatif.
Penelitian yang dilakukan oleh Reuben et al (2020), memperlihatkan
adanya hubungan yang bermakna antara variabel sikap dengan perilaku
preventif COVID-19. Selain itu, berdasarkan penelitian Retnaningsih et al
(2020), terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku preventif COVID-
19 di Provinsi Sumatera Utara. Responden yang memiliki sikap positif
terhadap COVID-19 berisiko 2059 kali lebih tinggi untuk melakukan
perilaku preventif COVID-19 dibandingkan responden yang memiliki
sikap negatif.
Hal ini didukung oleh penelitian serupa yang dilakukan Wiranti et al
(2020), bahwa sikap memiliki hubungan dengan kepatuhan masyarakat
dalam menerapkan kebijakan PSBB sebagai upaya untuk mencegah
COVID-19. Masyarakat yang memiliki sikap positif akan lebih patuh
dalam menerapkan kebijakan PSBB dibandingkan masyarakat yang sikap
nya negatif.

7. Sumber Informasi
Menurut KBBI (2016), sumber dapat diartikan sebagai tempat atau
asal, sedangkan informasi dapat diartikan sebagai kabar atau berita tentang
suatu. Jadi sumber informasi dapat diartikan sebagai tempat asal suatu
kabar atau berita mengenai suatu hal tertentu. Menurut Cahyono (2011),
sumber informasi adalah berbagai macam hal yang bisa digunakan
seseorang untuk memperoleh suatu hal yang baru, yang mempunyai ciri-
ciri yaitu dapat dilihat, dipelajari, dibaca, dikaji dan diteliti serta dapat
disebarluaskan kepada orang lain.
Penelitian Kundari et al (2020), menyatakan bahwa sumber informasi
mengenai COVID-19 memiliki hubungan dengan perilaku preventif
COVID-19. Hasil analisis multivariat menunjukan bahwa sumber

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


22

informasi memiliki pengaruh yang dominan terhadap perilaku preventif


COVID-19 pada masyarakat. Masyarakat yang lebih cenderung
mengakses informasi yang berasal dari website berita online berisiko
1,692 kali untuk mempraktikan perilaku preventif dalam penularan
COVID-19 dengan baik, daripada masyarakat yang mengakses informasi
melalui jejaring sosial.
Sumber informasi website online terdiri dari website milik pemerintah,
platform kesehatan, situs blog dan berita online dari sumber terpercaya dan
website organisasi kesehatan. Sedangkan jejaring sosial terdiri dari
Facebook, Whatsapp, Line, Twitter, dan Instagram (Kundari et al., 2020).
Selain itu, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Kurniawan
(2020), sumber informasi yang sering digunakan seseorang untuk
mengakses berita mengenai COVID-19 terbagi menjadi 3 sumber, yaitu
sumber komersial, sumber pribadi dan sumber publik.
a. Sumber Komersial
Sumber komersial adalah sumber yang paling banyak digunakan
oleh seseorang untuk mendapatkan informasi yang berasal dari media
berbayar. Televisi adalah salah satu sumber komersial yang banyak
digunakan, dikarenakan sebanyak 31% masyarakat mengetahui
informai tentang COVID-19 melalui televisi. Selain itu sumber
komersial lainnya adalah menggunakan perangkat smartphone yang
dapat dengan mudah mengakses informasi melalui jejaring sosial
seperti Facebook, Instagram, Whatsapp, Line, Twitter dan sebagainya,
dengan ditemukan sebanyak 54,55% masyarakat mengetahui informasi
melalui jejaring sosial ini.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian Kundari (2020), bahwa
sebanyak 57% responden menggunakan jejaring sosial (Facebook,
Instagram, Whatsapp, Line, Twitter) untuk mengakses informasi
mengenai COVID-19, meskipun tidak ditemukan hubungan
penggunaan jejaring sosial dengan perilaku preventif COVID-19 pada
hasil analisis bivariat.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


23

b. Sumber Pribadi
Hal yang tidak kalah penting adalah penggunaan sumber pribadi
untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan mengenai COVID-19.
Sumber pribadi adalah sumber yang paling dekat dengan responden
seperti teman, keluarga, sahabat dan lain-lain, ditemukan sebanyak
14,55% responden juga memperoleh informasi dari orang yang
terdekat dengan responden dikarenakan mereka memiliki hubungan
interkasi secara intensif dengan masyarakat.
c. Sumber Publik
Sumber publik adalah sumber yang biasa digunakan publik untuk
memperoleh informasi yang berasal dari media tidak berbayar. Sumber
publik seperti website berita online yang meliputi (website milik
pemerintah, platform kesehatan, situs blog dan berita online dari
sumber terpercaya, website organisasi kesehatan), informasi COVID-
19 dari tempat bekerja responden dan juga media massa seperti
majalah, koran, poster dan spanduk merupakan sumber yang ikut
berperan sebagai sarana yang digunakan masyarakat untuk
memperoleh informasi mengenai COVID-19.

8. Dukungan Keluarga
Berdasarkan penelitian Syadidurrahmah et al (2020), Dukungan
keluarga dapat menjadi sistem pendorong dari keluarga responden dalam
melakukan physical distancing. Hasil dari analisis multivariat
menunjukkan bahwa variabel dukungan keluarga berhubungan dengan
perilaku physical distancing (p= 0,004) dengan kata lain, responden yang
memiliki keluarga yang mendukung berisiko 1,8 kali lebih besar untuk
menerapkan perilaku physical distancing dengan baik dibandingkan
dengan responden yang tidak memiliki dukungan keluarga.
Hal ini berbanding lurus dengan penelitian Muliyana dan Thaha
(2016), yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara dukungan keluarga dengan perilaku merokok pada mahasiswa
Universitas Hasanuddin. Mahasiswa yang keluarga nya mendukung, lebih

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


24

cenderung untuk tidak berperilaku merokok, sebaliknya mahasiswa


dengan keluarga yang tidak mendukung cenderung berperilaku merokok.

9. Dukungan Tokoh Masyarakat


Dukungan tokoh masyarakat merupakan sistem pendorong ataupun
ikhtiar kawasan lingkungan di sekitar tempat tinggal responden, terkait
dengan kebijakan dalam penerapan perilaku physical distancing
(Syadidurrahmah et al., 2020).
Dukungan tokoh masyarakat terbagi menjadi empat jenis yang
meliputi dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan
instrumental dan dukungan informatif. Dukungan emosional dapat
diberikan melalui ungkapan empati dan rasa peduli, dukungan
penghargaan diwujudkan dalam ungkapan hormat dan memberi dorongan
untuk maju, dukungan instrumental dapat diberikan dengan pemberian
bantuan langsung sesuai kebutuhan dan dukungan informatif dapat
diberikan melalui pemberian nasihat, petunjuk, saran dan umpan balik
(Akbar et al., 2015).
Menurut Syadidurrahmah et al (2020) dukungan tokoh masyarakat
berpengaruh terhadap perilaku seseorang, karena individu dengan tokoh
masyarakat yang mendukung memiliki risiko 1,4 kali untuk menjalankan
perilaku physical distancing dengan baik, meskipun secara statistik tidak
terdapat hubungan diantara keduanya (p=0,076). Namun, penelitian yang
dilakukan oleh Darmawan (2016) menemukan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara perilaku seseorang dengan dukungan tokoh
masyarakat, dikarenakan individu dengan dukungan tokoh masyarakat
memiliki peluang 2,16 kali lebih besar untuk melakukan kunjungan ke
posyandu dibandingkan individu tanpa dukungan dari tokoh masyarakat.

D. COVID-19
1. Definisi
COVID-19 adalah singkatan dari Coronavirus disease 2019. New type
of Coronavirus ini ditemukan pertama kali muncul di Wuhan, Cina pada
Desember 2019 dan merupakan salah satu keluarga besar virus yang dapat

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


25

mengakibatkan wabah menular pada hewan maupun manusia serta dapat


mengakibatkan flu biasa sampai dengan penyakit yang lebih serius, seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS) (Kemenkes RI, 2020a).

2. Penyebab
COVID- 19 diakibatkan oleh SARS-COV2 yang masuk dalam
keluarga besar coronavirus yang sama dengan pemicu SARS pada tahun
2003, namun berbeda tipe virusnya. Gejalanya mirip dengan SARS, tetapi
angka kematian SARS(9,6%) lebih besar dibandingkan COVID-19 (>5%),
meski jumlah permasalahan COVID- 19 jauh lebih banyak dibandingkan
SARS. COVID- 19 juga mempunyai penyebaran yang lebih cepat dan
meluas ke seluruh negara dibandingkan SARS (Kemenkes RI, 2020a).

3. Gejala
Menurut World Health Organization (WHO) (2020a) gejala yang
dirasakan jika terjangkit virus korona yaitu berupa demam, batuk dan
sesak napas. Selanjutnya, infeksi dapat menyebabkan radang paru-paru
atau kesulitan bernapas pada kasus yang lebih parah. Hal ini sejalan
dengan temuan Kemenkes RI (2020a) dalam website resminya
www.kemenkes.go.id yang menyatakan bahwa gejala umum penderita
terjangkit virus korona yaitu demam sampai 38oC, batuk kering, sesak
nafas dan gejala lain seperti sakit tenggorokan, letih dan lesu. Sekitar 80%
kasus coronavirus dapat pulih tanpa perawatan khusus dan sekitar 1 dari
setiap 6 orang memiliki kemungkinan untuk menderita sakit yang lebih
parah, misalnya disertai pneumonia atau kesulitan bernafas hingga
hilangnya penciuman, gejala ini biasanya muncul secara bertahap.

4. Kelompok Berisiko COVID-19


Kemenkes RI (2020a) telah menyebutkan beberapa daftar kelompok
bersiko tinggi tertular COVID-19 antara lain:
a. Orang yang dalam 14 hari sebelum timbul gejala, tinggal atau
memiliki perjalanan dari negara terjangkit COVID-19 dan memiliki

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


26

kontak erat dengan anggota keluarga, rekan kerja atau tenaga medis
sebelum mengetahui bahwa seseorang telah terjangkit virus tersebut.
b. Petugas kesehatan yang merawat pasien COVID-19.
c. Kelompok usia lanjut lebih dari 60 tahun keatas.
d. Kelompok orang yang menderita gangguan kesehatan kronis atau
penyakit penyerta seperti seperti diabetes dan penyakit jantung, kanker
dan lain sebagainya.
e. Kelompok ibu hamil.

5. Cara Penularan COVID-19


Banyak masyarakat yang masih menanggap bahwa virus corona ini
dapat ditularkan melalui udara. Namun WHO telah menyebutkan jika
virus corona tidak dapat ditularkan melalui udara melainkan dapat menular
antar manusia secara langsung (seperti kontak erat dengan penderita
melalui sekresi hidung dan mulut atau droplet yang dikeluarkan pada saat
penderita bersin, batuk, ataupun berbicara) dan tidak langsung (seperti
memegang benda atau permukaan terkontaminasi kemudian tanpa sengaja
memegang bagian wajah seperti mata, hidung dan mulut). Orang-orang
yang berjarak dekat sejauh 1 meter dengan orang yang terinfeksi virus
korona dapat bersiko tertular COVID-19 ketika percikan droplet tersebut
masuk ke mulut, hidung atau mata mereka (WHO, 2020).

6. Pencegahan COVID-19
Kemenkes RI (2020b) telah menghimbau masyarakat untuk melakukan
3 kunci utama sebagai upaya preventif atau pencegahan COVID-19 yaitu
dengan 3M (Mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak). Selain
itu, tips guna melakukan pencegahan dengan cara melindungi diri telah
dipaparkan oleh Tim Satuan Tugas Penanganan COVID-19 (2020), antara
lain:
a. Melakukan kegiatan dirumah (seperti bekerja, belajar dan beribadah
dari rumah).
b. Menggunakan masker dan menerapkan jaga jarak minimal 1 meter
dengan orang lain serta sering mencuci tangan dengan sabun atau

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


27

cairan pembersih tangan dengan alkohol minimal 60% saat ada


keperluan penting dan terpaksa keluar rumah.
c. Menghindari kontak langsung dengan orang yang memiliki gejala
COVID-19 dengan mengganti interaksi tersebut melalui saluran
komunikasi seperti lewat telepon, chat, media sosial atau videocall dan
saluran komunikasi lainnya.
d. Menghindari kerumunan.
e. Menghindari sentuhan tangan ke mata, hidung dan mulut jika belum
mencuci tangan
f. Membiasakan diri untuk selalu mencuci tangan pakai sabun dan air
mengalir minimal 20 detik.
g. Menutup dengan tisu, sapu tangan atau lipatan siku, ketika batuk atau
bersin, lalu membuang tisu ketempat sampah dan langsung mencuci
tangan dengan sabun.
h. Memberitahu petugas kesehatan saat mengalami gejala, sehabis
berpergian ke wilayah terjangkit COVID-19 atau pernah kontak erat
dengan kasus konfirmasi.
i. Mematuhi aturan saat dianjurkan melakukan isolasi mandiri agar lekas
sembuh dan tidak menularkan ke orang sekitar.
j. Memiliki sikap terbuka terhadap status kita jika sakit, sebagai bentuk
nyata kepedulian terhadap diri sendiri dan orang lain.

7. Diagnosis
Hingga saat ini, WHO telah merekomendasikan untuk melakukan
pemeriksaaan molekuler bagi seluruh pasien yang masuk dalam kategori
suspek. Metode yang digunakan untuk deteksi virus ini adalah amplifikasi
asam nukleat atau NAAT (Nucleic Acid Amplification Test) dengan RT-
PCR atau real-time reversetranscription polymerase chain reaction
(Kemenkes RI, 2020c).

8. Tata-laksana
Menurut artikel yang ditulis oleh Rokom (2020) dalam laman
sehatnegeriku.kemenkes.go.id, Pada tanggal 3 Desember 2020, telah

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


28

ditandatangani Keputusan Menteri Kesehatan No. 9860 Tahun 2020


tentang penetapan jenis vaksin untuk pelaksanaan vaksinasi COVID-19.
Selanjutnya, per tanggal 6 Desember 2020, telah tiba di Indonesia
sebanyak 1,2 juta dosis vaksin COVID-19 berjenis Sinovac yang pada
tahap awal akan diprioritaskan pada kelompok berisiko yaitu para tenaga
kesehatan yang meliputi tenaga kesehatan di RS rujukan bagi pasien
COVID-19, tenaga laboratorium spesimen COVID-19 dan tenaga
kesehatan yang melakukan tracking untuk menemukan kasus baru.
Vaksinasi ini merupakan salah satu strategi baru pemerintah dalam
penanggulangan COVID-19 di Indonesia dan Pemerintah hanya akan
menyediakan vaksin yang terbukti aman dan lolos uji klinis.

E. Kerangka Teori
Menurut Blum dalam Notoatmodjo (2015) selain lingkungan, perilaku
memiliki andil nomor dua dalam menentukan derajat kesehatan seorang
individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang menurut teori
yang telah dikembangkan oleh Green dalam Notoatmodjo (2013) ditentukan
oleh 3 faktor utama yaitu faktor predisposisi (Predisposing factor) yang terdiri
dari pengetahuan, sikap, tradisi/kebiasaan, keyakinan, nilai nilai dan faktor
demografi lain dalam diri Individu; faktor pemungkin (Enabling factor) yang
terdiri dari ketersediaan fasilitas dan pelayanan kesehatan, keterjangkauan
pelayanan kesehatan, kebijakan pemerintah dan sumber informasi ; dan yang
terakhir adalah faktor penguat (Reinforcing factors) yang terdiri dari dukungan
keluarga, dukungan tokoh masyarakat, dukungan petugas kesehatan, dll).
Maka dapat digambarkan bagan kerangka teori adalah sebagai berikut :

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


29

Variabel Independen Variabel Dependen


1
Faktor Predisposisi

1. Pengetahuan 2,3,5,6,7,8
2. Sikap 6,7,8
3. Umur 6,9
4. Jenis Kelamin 3,6,8
5. Pekerjaan6
6. Tingkat Pendidikan 4,6,8
7. Tingkat Sosial Ekonomi
8. Tradisi/Kebiasaan.
9. Keyakinan.
10. Nilai-nilai
Perilaku
1
Faktor Pemungkin Kesehatan

1. Ketersediaan fasilitas dan pelayanan


kesehatan
2. Keterjangkauan pelayanan kesehatan
3. Kebijakan Pemerintah dibidang kesehatan
4. Sumber Informasi 10

Faktor Penguat 1

1. Dukungan Keluarga 3
2. Dukungan Tokoh Masyarakat3
3. Petugas Kesehatan.

Gambar 2.1 Kerangka Teori Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Perilaku Kesehatan.
Sumber: Adaptasi dari konsep 1) Green dalam Notoatmodjo (2013), 2)
Purnamasari & Raharyani (2020), 3) Syadidurrahmah et al (2020), 4) Gannika &
Sembiring (2020), 5) Hafandi & Ariyanti (2020), 6) Retnaningsih et al (2020), 7)
Reuben et al (2020), 8) Wiranti et al (2020), 9) Ta’adi et al (2019), 10) Kundari et
al (2020).

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep di bawah ini telah mengacu kepada kerangka teori
sebelumnya. Namun, dikarenakan keterbatasan peneliti baik tenaga dan
membutuhkan waktu penelitian yang lebih panjang, tidak semua variabel yang
ada dalam kerangka teori menjadi variabel penelitian. Kerangka konsep telah
dimodifikasi dan telah ditentukan variabel penelitian yang menjadi fokus pada
penelitian ini. Variabel independen pada penelitian ini mencakup faktor
predisposisi (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan,pekerjaan, pengetahuan
dan sikap), faktor pemungkin (sumber informasi) dan faktor Penguat
(dukungan keluarga dan tokoh masyarakat). Sedangkan variabel dependen
dalam penelitian ini yaitu perilaku physical distancing.
Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor Predisposisi
1. Jenis Kelamin
2. Umur
3. Tingkat Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Pengetahuan Tentang COVID-19
6. Pengetahuan Tentang Physical
Distancing
7. Sikap Physical Distancing Perilaku Physical
Distancing
Faktor Pemungkin
8. Sumber Informasi

Faktor Penguat
9. Dukungan Keluarga
10. Dukungan Tokoh Masyarakat

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Physical Distancing
Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021.

30

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


31

B. Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur

Variabel Dependen
1. Perilaku Tindakan yang dilakukan guna mencegah Angket. Kuesioner 1. Baik, jika total skor Ordinal
Physical penyebaran penyakit COVID-19 meliputi item ≥ 33 (nilai Q3).
Nomor B1-
Distancing. jaga jarak fisik 2 meter dengan siapapun/ 2. Tidak baik, Jika total
B10
dengan kelompok rentan (lansia, ibu hamil skor item < 33 (nilai
dan memiliki riwayat penyakit kronis), Q3).
menghindari keramaian/ perkumpulan,
belajar/ bekerja/ beribadah dari rumah atau
tidak makan dan minum bersama di tempat
kerja, membatasi kontak fisik dan
penggunaan transportasi umum, menunda
pertemuan tatap muka, mengurangi
aktivitas diluar rumah serta menghindari
berpergian keluar kota atau ke luar negeri
dan tempat wisata dimanapun.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


32

Variabel Independen
2. Jenis Keadaan laki-laki atau perempuan Angket Kuesioner 1. Perempuan Ordinal
Kelamin berdasarkan jawaban responden. 2. Laki-laki
Nomor A2

3. Umur Lama hidup responden dari awal dilahirkan Angket Kuesioner 1. Lansia ( ≥ 46 Tahun). Ordinal
hingga saat penelitian berlangsung 2. Dewasa (26-45 Tahun).
Nomor A3
berdasarkan jawaban responden. 3. Remaja (12-25 Tahun).

(Depkes RI, 2009).

4. Tingkat Riwayat pengajaran dan pelatihan formal Angket Kuesioner Analisis Univariat : Ordinal
Pendidikan yang terstruktur dan berjenjang, yang 1. Tidak Tamat SD
Nomor A4
terakhir kali di peroleh responden pada 2. Tamat SD
saat penelitian berlangsung berdasarkan 3. Tamat SMP
jawaban responden.. 4. Tamat SMA
5. Tamat PT (Perguruan
Tinggi)

Analisis Bivariat :
1. Tinggi (Tamat

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


33

SMA/sederajat).
2. Rendah (Tidak Tamat
SMA/sederajat).

(Kemendikbud, 2017).

5. Pekerjaan Suatu aktifitas yang dilakukan untuk Angket Kuesioner 1. Tidak bekerja Ordinal
mendapatkan nafkah guna memenuhi Nomor A5 (Masyarakat dikatakan
kebutuhan hidup responden. tidak bekerja apabila
menganggur, pelajar,
serta ibu rumah tangga)
2. Bekerja (Masyarakat
dikatakan bekerja
apabila mendapatkan
penghasilan seperti
buruh, PNS, wirausaha,
dan pegawai swasta).

(BPS, 2020b).

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


34

6. Pengetahuan Tingkat pemahaman masyarakat tentang Angket Kuesioner 1. Baik, jika total skor Ordinal
tentang COVID 19 yang meliputi definisi, Nomor C1- item ≥ 9 (nilai Q3).
COVID-19 penyebab, gejala dan karakteristik virus C10 2. Tidak baik, Jika total
korona, pemeriksaan COVID-19, proses skor item < 9 (nilai
transmisi dan risiko kematian akibat Q3).
COVID-19 serta upaya pencegahannya.

7. Pengetahuan Tingkat pemahaman masyarakat mengenai Angket Kuesioner 1. Baik, jika total skor Ordinal
tentang (istilah, definisi, jarak aman, risiko Nomor D1- item ≥ 8 (nilai Q3).
Physical penularan, larangan, siapa saja yang D8 2. Tidak baik, Jika total
Distancing melakukan) physical distancing dan skor item < 8 (nilai
kebijakan physical distancing sebagai Q3).
pencegahan COVID-19, serta interaksi
sosial ketika physical distancing.

8. Sikap Respon tertutup dari seseorang terhadap Angket Kuesioner 1. Positif, jika total skor Ordinal
physical stimulus (objek) berupa perasaan Nomor E1- item ≥ 36 (nilai Q3).
distancing. responden yang mendukung maupun E10 2. Negatif, jika total skor
perasaan tidak mendukung terhadap item < 36 (nilai Q3).

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


35

perilaku physical distancing.

9. Sumber Sarana yang digunakan responden untuk Angket Kuesioner 1. Ya (Jika responden Ordinal
Informasi mendapatkan berita atau berbagai macam F1-F4 mendapatkan informasi
hal mengenai COVID-19 meliputi sumber mengenai COVID-19
komersial (televisi dan media sosial dan dari sumber informasi
sumber publik (website berita online dan tersebut).
media massa). 2. Tidak (Jika responden
tidak mendapatkan
informasi mengenai
COVID-19 dari sumber
informasi tersebut).

(Kundari et al., 2020)


10. Dukungan Tindakan atau upaya di lingkungan Angket Kuesioner 1. Mendukung, jika nilai Ordinal
Keluarga keluarga responden yang mendukung atau Nomor G1- total skor ≥ 30 (nilai
tidak mendukung dalam perilaku physical G8 Q3).
distancing, meliputi dukungan terhadap 2. Tidak mendukung, jika
kebijakan physical distancing dan nilai skor < 30 (nilai

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


36

penerapan pembelajaran jarak jauh, Q3).


larangan dari keluarga dan himbauan dari
keluarga terkait penerapan perilaku
physical distancing serta rasa kekhawatiran
keluarga kepada responden.
11. Dukungan Tindakan yang berasal dari tokoh Angket Kuesioner 1. Mendukung, jika nilai Ordinal
Tokoh masyarakat atau ikhtiar kawasan Nomor H1- total skor ≥ 12 (nilai
Masyarakat lingkungan tempat tinggal responden, yang H4 Q3).
mendukung atau tidak mendukung perilaku 2. Tidak mendukung, jika
physical distancing yang meliputi Tokoh nilai skor < 12 (nilai
masyarakat dan keluarga nya menerapkan Q3).
physical distancing, pemberian informasi
terkait physical distancing, penegakan
sanksi serta tokoh masyarakat dan warga
tidak melakukan kegiatan mengundang
keramaian di lingkungan sekitar.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


37

C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara faktor predisposisi (jenis kelamin, umur, tingkat
pendidikan, pengetahuan tentang COVID-19 dan pengetahuan tentang
physical distancing serta sikap physical distancing) dengan perilaku
physical distancing pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota
Depok.

2. Ada hubungan antara faktor pemungkin (sumber informasi) dengan


perilaku physical distancing pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas
Kota Depok.

3. Ada hubungan antara faktor penguat (dukungan keluarga dan dukungan


tokoh masyarakat) dengan perilaku physical distancing pada Masyarakat
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, bersifat
analitik dengan desain studi cross sectional. Peneliti menggunakan desain
studi cross sectional guna mengetahui hubungan antara variabel independen
(jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap,
sumber informasi, dukungan keluarga dan dukungan tokoh masyarakat)
dengan variabel dependen yaitu perilaku phyical distancing yang dapat diukur
dalam satu waktu.
Sebagaimana teori yang menjelaskan bahwa desain studi cross sectional
adalah suatu rancangan untuk mempelajari dinamika hubungan antara faktor-
faktor risiko dengan efek berupa penyakit gangguan kesehatan atau status
kesehatan tertentu (Sucipto, 2020). Pada desain studi cross sectional, peneliti
hanya melakukan observasi atau pengukuran variabel sebanyak satu kali pada
waktu yang bersamaan sehingga tidak diperlukan pemeriksaan atau
pengukuran berulang (Setiawan dan Prasetyo, 2015).
Adapun keuntungan desain studi cross sectional adalah relatif mudah,
murah dan hasil penelitian cepat diperoleh, selain itu dapat digunakan untuk
meneliti variabel yang banyak sekaligus dan meneliti populasi masyarakat
umum serta memungkinkan untuk tidak terancam loss to follow-up (drop-out)
(Irmawartini dan Nurhaedah, 2017). Hal inilah yang menjadi landasan peneliti
memilih pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross Sectional.

B. Lokasi Dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kecamatan Pancoran Mas Kota
Depok. Waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2020 sampai
dengan bulan Juni tahun 2021. Sedangkan waktu pengumpulan data dilakukan
pada bulan April - Mei tahun 2021.

38

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


39

C. Populasi Dan Sampel


1. Populasi Peneltian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kecamatan
Pancoran Mas Kota Depok yang berjumlah 232.418 orang.
Menurut Sucipto (2020), populasi adalah keseluruhan objek yang
memiliki karakteristik secara umum yang dapat diamati. Sedangkan
menurut Setiawan dan Prasetyo (2015), populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang memiliki kuantitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari.
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian masyarakat Kecamatan
Pancoran Mas Kota Depok yang mengisi kuesioner dengan jujur yaitu
sebanyak 221 Responden. Pengambilan sampel pada penelitian ini
dilakukan selama 30 hari pada bulan April - Mei tahun 2021.
Menurut Sucipto (2020), sampel merupakan sebagian dari populasi.
Dengan kata lain, sampel penelitian merupakan representasi (wakil) dari
populasi yang dijadikan sumber bagi semua data yang diperlukan.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini disesuaikan dengan kriteria
Inklusi dan kriteria Ekslusi yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu
sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
1) Masyarakat yang tinggal di wilayah Kecamatan Pancoran Mas
Kota Depok dan bersedia menjadi responden serta mengisi
Informed consent.
2) Berusia 12 tahun keatas.
3) Berstatus anggota masyarakat bukan tokoh masyarakat.
4) Memiliki akses internet.
b. Kriteria Ekslusi
1) Tidak bisa membaca.
2) Tidak bisa mengisi google formulir.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


40

3. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara non-
random menggunakan teknik Accidental sampling yang disesuaikan
dengan kriteria sampel.
Accidental sampling adalah teknik sampling yang dilakukan secara
kebetulan (Setiawan dan Prasetyo, 2015). Jadi, siapapun yang secara
kebetulan mengisi Google Formulir yang disebarkan oleh peneliti pada
bulan April - Mei tahun 2021, serta dianggap cocok dan memenuhi kriteria
inklusi dan ekslusi yang ditentukan, maka dapat menjadi sampel dalam
penelitian.

D. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan sumber data
primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber data Primer
Peneliti mengumpulkan data primer yang diperoleh menggunakan
angket tertulis berupa kuesioner. Data Primer adalah adalah data yang
diperoleh atau dikumpulkan secara langsung dari sumber datanya
(Rinaldi dan Mujianto, 2017).
Data primer yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi
perilaku physical distancing, jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan,
pekerjaan, pengetahuan tentang COVID-19, pengetahuan tentang
physical distancing, sikap physical distancing, sumber informasi,
dukungan keluarga dan dukungan tokoh masyarakat.
b. Sumber Data Sekunder
Peneliti menggunakan data sekunder sebagai informasi penunjang
dalam penelitian. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan dari berbagai sumber yang telah ada sebelumnya atau
dengan kata lain, peneliti sebagai tangan kedua (Rinaldi dan Mujianto,
2017).

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


41

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen-


dokumen milik pemerintah Kecamatan Pancoran Mas terkait data
jumlah penduduk dan profil kecamatan, selain itu peneliti
menggunakan data sekunder untuk mendapatkan laporan update
perkembangan kasus COVID-19 khususnya di Kota Depok serta data
penunjang dari penelitian terdahulu seperti artikel dan jurnal
penelitian.
2. Cara Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan angket
dengan instrumen berupa kuesioner yang akan disebarkan luaskan kepada
responden secara online melalui Google Formulir sesuai dengan kriteria
sampel yang telah ditentukan dengan waktu pengisian kuesioner selama
10-15 menit. Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada
responden untuk menggali data atau informasi yang disesuaikan dengan
permasalahan pada penelitian (Setiawan dan Prasetyo, 2015).
Sebelum kuesioner disebarluaskan kepada responden, peneliti telah
melakukan uji coba kuesioner terlebih dahulu kepada 5 orang responden
dan selanjutnya dilakukan uji validitas serta uji reliabilitas pada instrumen
pengumpulan data (kuesioner) yang akan digunakan, sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh instrumen atau alat ukur yang baik, yang
dilakukan kepada 30 responden.
3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
a. Uji Validitas
Uji validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat
keakuratan atau sejauh mana sebuah instrumen dapat mengukur apa yang
benar-benar hendak diukur. Uji Validitas dilakukan dengan cara
membandingkan nilai Corrected Item Total Correlation (r hitung) dengan
nilai r tabel. Nilai r tabel didapatkan dengan rumus df= n-2 dan (α) 0,05.
Dengan demikian, didapatkan nilai r tabel untuk 30 responden adalah
0,3610. Syarat uji validitas yaitu, jika nilai r hitung ≥ r tabel maka
pertanyaan pada kuesioner tersebut valid, sedangkan jika r hitung < r

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


42

tabel, maka pertanyaan pada kuesioner tidak valid (Irmawartini dan


Nurhaedah, 2017). Berikut adalah hasil uji Validitas yang telah dilakukan :

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Perilaku Physical Distancing

Variabel Items Corrected r tabel Keterangan


Pertanyaan Item Total
Correlation
B1 0,469 0,361 Valid
B2 0,537 0,361 Valid
B3 0,383 0,361 Valid
B4 0,383 0,361 Valid
Perilaku
B5 0,405 0,361 Valid
Physical
B6 0,665 0,361 Valid
Distancing
B7 0,514 0,361 Valid
B8 0,628 0,361 Valid
B9 0,547 0,361 Valid
B10 0,472 0,361 Valid
Sumber data: output SPSS yang diolah, 2021

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.1 diatas, maka seluruh items


pertanyaan dikatakan valid (r hitung > rtabel), dengan nilai corrected item
total correlation berkisar antara (0,383- 0,665).

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Pengetahuan Tentang COVID-19

Variabel Items Corrected r tabel Keterangan


PertanyaanItem Total
Correlation
C1 0,455 0,361 Valid
C2 0,455 0,361 Valid
C3 0,455 0,361 Valid
C4 0,363 0,361 Valid
Pengetahuan
C5 0,503 0,361 Valid
tentang
C6 0,867 0,361 Valid
COVID-19
C7 0,554 0,361 Valid
C8 0,434 0,361 Valid
C9 0,455 0,361 Valid
C10 0,712 0,361 Valid
Sumber data: output SPSS yang diolah, 2021

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.2 diatas, maka seluruh items


pertanyaan dikatakan valid (r hitung > rtabel), dengan nilai corrected item
total correlation berkisar antara (0,363- 0,712).

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


43

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Pengetahuan Tentang Physical Distancing

Variabel Items Corrected r tabel Keterangan


Pertanyaan Item Total
Correlation
D1 0,526 0,361 Valid
D2 0,567 0,361 Valid
Pengetahuan D3 0,643 0,361 Valid
Tentang D4 0,767 0,361 Valid
Physical D5 0,634 0,361 Valid
Distancing D6 0,411 0,361 Valid
D7 0,634 0,361 Valid
D8 0,789 0,361 Valid
Sumber data: output SPSS yang diolah, 2021

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.3 diatas, maka seluruh items


pertanyaan dikatakan valid (r hitung > rtabel), dengan nilai corrected item
total correlation berkisar antara (0,411- 0,789)

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Sikap Physical Distancing

Variabel Items Corrected r tabel Keterangan


PertanyaanItem Total
Correlation
E1 0,500 0,361 Valid
E2 0,415 0,361 Valid
E3 0,457 0,361 Valid
E4 0,471 0,361 Valid
Sikap Physical E5 0,407 0,361 Valid
Distancing E6 0,562 0,361 Valid
E7 0,394 0,361 Valid
E8 0,585 0,361 Valid
E9 0,550 0,361 Valid
E10 0,588 0,361 Valid
Sumber data: output SPSS yang diolah, 2021

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.4 diatas, maka seluruh items


pertanyaan dikatakan valid (r hitung > rtabel), dengan nilai corrected item
total correlation berkisar antara (0,394- 0,588).

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


44

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Dukungan Keluarga

Variabel Item Corrected r tabel Keterangan


Pertanyaan Item Total
Correlation
G1 0,923 0,361 Valid
G2 0,776 0,361 Valid
G3 0,803 0,361 Valid
Dukungan G4 0,747 0,361 Valid
Keluarga G5 0,728 0,361 Valid
G6 0,858 0,361 Valid
G7 0,681 0,361 Valid
G8 0,805 0,361 Valid
Sumber data: output SPSS yang diolah, 2021

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.5 diatas, maka seluruh items


pertanyaan dikatakan valid (r hitung > rtabel), dengan nilai corrected item
total correlation berkisar antara (0,681- 0,923).

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Dukungan Tokoh Masyarakat

Variabel Item Corrected r tabel Keterangan


PertanyaanItem Total
Correlation
H1 0,699 0,361 Valid
Dukungan
H2 0,729 0,361 Valid
Tokoh
H3 0,699 0,361 Valid
Masyarakat
H4 0,427 0,361 Valid
Sumber data: output SPSS yang diolah, 2021

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.6 diatas, maka seluruh items


pertanyaan dikatakan valid (r hitung > rtabel), dengan nilai corrected item
total correlation berkisar antara (0,427- 0,729).
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk menunjukkan sejauh mana sebuah
instrumen dapat dipercaya atau diandalkan didalam sebuah penelitian. Uji
reliabilitas instrumen dilakukan dengan cara melihat nilai Cronbach’s
Alpha. Nilai koefisien reliabilitas atau nilai Cronbach’s Alpha di atas 0,7
dikatakan reliabilitas instrumen cukup baik dan nilai di atas 0,8 dikatakan
reliabilitas instrumen baik (Hadisa et al., 2017). Berikut adalah hasil uji
Reliabilitas yang telah dilakukan :

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


45

Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Jumlah r hitung
Variabel Keterangan
Item (Cronbach’s Alpha)
Perilaku Physical
10 item 0,805 Reliabel
Distancing
Pengetahuan Tentang
10 items 0,816 Reliabel
COVID-19
Pengetahuan Tentang
8 items 0,864 Reliabel
Physical Distancing
Sikap Physical
10 items 0,810 Reliabel
Distancing
Dukungan Keluarga 8 items 0,824 Reliabel
Dukungan Tokoh
4 items 0,811 Reliabel
Masyarakat
Sumber data: output SPSS yang diolah, 2021

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.7 diatas, variabel perilaku physical


distancing, pengetahuan tentang COVID-19, pengetahuan tentang physical
distancing, sikap physical distancing, dukungan keluarga dan dukungan
tokoh masyarakat memiliki reliabilitas yang baik (Cronbach’s alpha >
0,8).

E. Pengolahan Data
Tahap selanjutnya setelah data telah dikumpulkan dan sebelum di analisis
adalah tahap pengolahan data. Sebelum data diolah, pada dasarnya data
tersebut hanyalah sekumpulan angka atau fakta yang belum bisa memberikan
informasi apapun atau menggambarkan informasi tertentu. Karena itu, data
mentah (raw data) yang telah di kumpulkan harus diolah agar dapat
menghasilkan informasi yang berguna untuk menjawab tujuan penelitian
(Mujianto, 2017). Pada proses pengolahan data terdapat lima tahapan yang
harus dilalui yaitu : editing, coding, inputing, cleaning, dan scoring.
1. Coding
Coding merupakan kegiatan untuk merubah data yang sebelumnya
masih berbentuk huruf menjadi data yang berbentuk angka. Pada tahap
koding peneliti akan melakukan pemberian kode untuk setiap variabel
pertanyaan pada kuesioner untuk mempermudah proses pengolahan dan
pengabungan data.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


46

a. Perilaku Physical Distancing


Pertanyaan yang berkaitan dengan perilaku physical distancing,
terdiri dari pertanyaan positif dan negatif dengan jumlah item
pernyataan sebanyak 10 dan memiliki 4 pilihan jawaban menggunakan
skala Likert yang diberi kode:
1) Selaluu
2) Seringg
3) Kadang-Kadangg
4) Tidak Pernahh
b. Jenis Kelamin
Pada pertanyaan jenis kelamin responden, terdiri dari 2 pilihan
jawaban yang diberi kode :
1) Perempuan
2) Laki-laki
c. Umur
Pertanyaan mengenai umur responden sejak dilahirkan sampai
dengan saat penelitian berlangsung, merupakan pertanyaan terbuka
berisi 1 item pertanyaan yang harus diisi oleh responden terkait
berapakah umur responden (dalam tahun) mulai dari responden
dilahirkan sampai dengan umur responden pada saat penelitian
dilakukan. Selanjutnya variabel umur akan dikategorikan menjadi 3
dan diberi kode :
1) Lansia (≥ 46 Tahun)
2) Dewasa (26-45 Tahun)
3) Remaja (12-25 Tahun)
(Departemen Kesehatan RI, 2009)
d. Tingkat Pendidikan
Pertanyaan mengenai riwayat pendidikan terakhir responden,
terdiri dari 5 pilihan jawaban dan diberi kode antara lain :
1) Tidak Tamat SD
2) Tamat SD
3) Tamat SMP

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


47

4) Tamat SMA
5) Tamat Perguruan Tinggi
(UU Sikdiknas No 20 Tahun 2003, 2003)
Kemudian, tingkat pendidikan akan dikategorikan menjadi 2 dan
diberi kode:
1) Tinggi (Tamat SMA/ Sederajat)
2) Rendah (Tidak tamat SMA/ Sederajat)
(Kemendikbud, 2017)
e. Pekerjaan
Pertanyaan mengenai status pekerjaan responden pada saat
penelitian berlangsung, terdiri dari 7 pilihan jawaban yang diberi kode:
1) PNS/ TNI/ Polri.
2) Pegawai Swasta.
3) Wirausaha.
4) Buruh/Pedagang.
5) Pelajar/Mahasiswa.
6) Ibu Rumah Tangga.
7) Lainnya, Sebutkan...
Kemudian, pekerjaan akan dikategorikan menjadi 2 dan diberi
kode:
1) Tidak Bekerja (Masyarakat dikatakan tidak bekerja apabila
menganggur, pelajar, serta ibu rumah tangga).
2) Bekerja (Masyarakat dikatakan bekerja apabila mendapatkan
penghasilan seperti buruh, PNS, wirausaha, dan pegawai swasta).
(BPS, 2020b)
f. Pengetahuan tentang COVID-19
Pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan responden tentang
COVID-19, terdiri dari pertanyaan positif dan pertanyaan negatif
dengan jumlah item pernyataan sebanyak 10 yang terdiri dari 2 pilihan
jawaban yang diberi kode :
1) Benar
2) Salah

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


48

g. Pengetahuan tentang Physical Distancing


Pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan responden tentang
physical distancing, terdiri dari pertanyaan positif dan pertanyaan
negatif dengan jumlah item pernyataan sebanyak 8 yang terdiri dari 2
pilihan jawaban yang diberi kode :
1) Benar
2) Salah
h. Sikap Physical Distancing
Pertanyaan yang berkaitan dengan sikap physical distancing
responden yang terdiri dari pertanyaan positif dan pertanyaan negatif
dengan jumlah item pernyataan sebanyak 10 dan terdiri dari 4 pilihan
jawaban menggunakan skala Likert serta diberi kode :
1) Sangattsetuju (SS)
2) Setujuu(S)
3) TidakkSetuju (TS)
4) SangattTidak Setujuu (STS)
i. Sumber Informasi
Pertanyaan yang berkaitan dengan sumber informasi yang
digunakan oleh responden untuk mengakes informasi berkaitan dengan
COVID-19 meliputi sumber komersial (televisi dan media sosial), dan
sumber publik (website berita online dan media massa) yang terdiri
dari 4 pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban dan diberi kode :
1) Ya (Jika responden mendapatkan informasi mengenai COVID-19
dari sumber informasi tersebut).
2) Tidak (Jika responden tidak mendapatkan informasi mengenai
COVID-19 dari sumber informasi tersebut).
(Kundari et al., 2020)
j. Dukungan Keluarga
Pertanyaan dukungan keluarga memiliki jumlah item pernyataan
sebanyak 8 dan terdiri dari 4 pilihan jawaban menggunakan skala
Likert yang diberi kode:

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


49

1) Selaluu
2) Seringg
3) Kadang-Kadangg
4) Tidak Pernahh
k. Dukungan Tokoh Masyarakat
Pertanyaan dukungan tokoh masyarakat memiliki jumlah item
pernyataan sebanyak 4 dan terdiri dari 4 pilihan jawaban skala Likert
yang diberi kode:
1) Selalu
2) Sering
3) Kadang-Kadang
4) Tidak Pernah
2. Editing
Editing merupakan langkah pengecekan isian instrumen/ kuesioner
apakah isian sudah lengkap, konsisten dan relevan.
a. Lengkap : Kelengkapan isian jawaban dalam kuesioner. Apakah tiap
item pertanyaan variabel dalam kuesioner sudah terisi lengkap?
b. Konsisten : Ketepatan jawaban antar pertanyaan
c. Relevan : Kerelevanan jawaban dengan pertanyaan
3. Processing
Setelah isian kuesioner sudah benar, lengkap dan telah dilakukan
koding, tahap selanjutnya yaitu Processing yang merupakan pemrosesan
data agar dapat di analisis atau dapat dikatakan processing yaitu kegiatan
mengentry atau menginput data semua item pertanyaan variabel pada
instrumen (kuesioner) ke dalam suatu program komputer.
4. Cleaning
Cleaning (pembersihan data) adalah kegiatan pemeriksaan kembali
data yang telah di entry agar diketahui apakah terdapat suatu kesalahan
atau tidak pada saat processing data menggunakan program komputer.
5. Scoring
Merupakan pemberian skor atau nilai pada tiap jawaban responden.
Dalam penelitian ini variabel yang perlu dilakukan skoring yaitu :

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


50

a. Perilaku Physical Distancing


Pertanyaan perilaku physical distancing terdiri dari 10 pertanyaan
yaitu pertanyaan kuesioner nomor B1-B10, dengan 5 pertanyaan
positif dan 5 pertanyaan negatif. Untuk pertanyaan positif
(Favourable) jawaban selalu akan diberi skor 4, jawaban sering diberi
skor 3, jawaban kadang-kadang diberi skor 2, dan jawaban tidak
pernah akan diberi skor 1. Sedangkan, untuk pertanyaan negatif
(Unfavourable), jawaban selalu akan diberi skor 1, jawaban sering
diberi skor 2, jawaban kadang-kadang diberi skor 3, dan jawaban tidak
pernah diberi skor 4.
Selanjutnya, setelah dilakukan scoring, membuat variabel total
skor perilaku physical distancing yang diuji normalitas datanya
menggunakan uji kolmogorov smirnov 1 sampel. Variabel total skor
perilaku physical distancing di kategorikan menjadi :
1. Baik, jika nilai total skor perilaku ≥ 33 (nilai Q3)
2. Tidak Baik, jika nilai total skor perilaku < 33 (nilai Q3)
b. Pengetahuan tentang COVID-19
Pertanyaan pengetahuan tentang COVID-19 terdiri dari 10
pertanyaan yaitu pertanyaan kuesioner nomor C1-C10, dengan 5
pertanyaan positif dan 5 pertanyaan negatif. Pertanyaan positif
(Favourable) diberi skor 1 jika menjawab benar dan jika jawaban salah
diberi skor 0. Sedangkan untuk pertanyaan negatif (Unfavourable),
jawaban benar diberi skor 0 dan jawaban salah diberi skor 1.
Selanjutnya, setelah di scoring, membuat variabel total skor
pengetahuan tentang COVID-19. Total skor pengetahuan tentang
COVID-19 di uji normalitas datanya menggunakan uji kolmogorov
smirnov 1 sampel. Variabel total skor pengetahuan tentang COVID-19
akan dikategorikan menjadi :
1. Baik, Jika total skor item ≥ 9 (nilai Q3)
2. Tidak baik, Jika total skor item < 9 (nilai Q3)

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


51

c. Pengetahuan tentang Physical Distancing


Pertanyaan untuk variabel pengetahuan tentang physical distancing
terdiri dari 8 pertanyaan yaitu pertanyaan kuesioner nomor D1-D8,
dengan 4 pertanyaan positif dan 4 pertanyaan negatif. Pertanyaan
positif (Favourable) diberi skor 1 jika menjawab benar dan jika
jawaban salah diberi skor 0. Sedangkan untuk pertanyaan negatif
(Unfavourable), jawaban benar diberi skor 0 dan jawaban salah diberi
skor 1.
Selanjutnya, setelah di scoring, membuat variabel total skor
pengetahuan tentang physical distancing. Total skor pengetahuan
tentang physical distancing di uji normalitas datanya menggunakan uji
kolmogorov smirnov 1 sampel. Variabel total skor pengetahuan tentang
physical distancing akan dikategorikan menjadi :
1. Baik, jika nilai total skor pengetahuan ≥ 8 (nilai Q3)
2. Tidak baik, jika nilai total skor pengetahuan < 8 (nilai Q3)
d. Sikap Physical Distancing
Pada pertanyaan sikap terdiri 10 pertanyaan yaitu pertanyaan
kuesioner nomor E1-E10, dengan 5 pertanyaan positif dan 5
pertanyaan negatif. Untuk pertanyaan positif (Favourable) jawaban
sangat setuju (SS) diberi skor 4, jawaban setuju (S) diberi skor 3,
jawaban tidak setuju (TS) diberi skor 2, dan jawaban sangat tidak
setuju (STS) diberi skor 1. Sedangkan untuk pertanyaan negatif
(Unfavourable), jawaban sangat setuju (SS) diberi skor 1, jawaban
setuju (S) diberi skor 2, jawaban tidak setuju (TS) diberi skor 3, dan
jawaban sangat tidak setuju (STS) diberi skor 4.
Selanjutnya, setelah di scoring, membuat variabel total skor sikap
physical distancing. Total skor sikap physical distancing di uji
normalitas datanya menggunakan uji kolmogorov smirnov 1 sampel.
Variabel total skor sikap physical distancing akan dikategorikan
menjadi :
1. Positif, jika nilai total skor sikap ≥ 36 (nilai Q3)
2. Negatif, jika nilai total skor sikap < 36 (nilai Q3)

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


52

e. Dukungan Keluarga
Pada pertanyaan dukungan keluarga terdiri dari 8 pertanyaan yaitu
pertanyaan kuesioner nomor G1-G8. Pilihan jawaban responden jika
menjawab selalu, maka akan diberi skor 4, jawaban sering diberi skor
3, jawaban kadang-kadang diberi skor 2, dan jawaban tidak pernah
diberi skor 1.
Selanjutnya, setelah dilakukan scoring, membuat variabel total
skor dukungan keluarga. Total skor dukungan keluarga di uji
normalitas datanya menggunakan uji kolmogorov smirnov 1 sampel.
Variabel total skor dukungan keluarga di kategorikan menjadi :
1. Mendukung, jika nilai total skor ≥ 30 (nilai Q3)
2. Tidak mendukung, jika nilai total skor < 30 (nilai Q3)
f. Dukungan Tokoh Masyarakat
Pada pertanyaan dukungan tokoh masyarakat terdiri dari 4
pertanyaan yaitu pertanyaan kuesioner nomor H1-H4. Pilihan jawaban
responden jika menjawab selalu, maka akan diberi skor 4, jawaban
sering diberi skor 3, jawaban kadang-kadang diberi skor 2, dan
jawaban tidak pernah diberi skor 1.
Selanjutnya, setelah dilakukan scoring, membuat variabel total
skor dukungan tokoh masyarakat. Total skor dukungan tokoh
masyarakat di uji normalitas datanya menggunakan uji kolmogorov
smirnov 1 sampel. Variabel total skor dukungan tokoh masyarakat di
kategorikan menjadi :
1. Mendukung, jika nilai total skor ≥ 12 (nilai Q3)
2. Tidak mendukung, jika nilai total skor < 12 (nilai Q3)

F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis
univariat dan analisis bivariat.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan guna mendeskripsikan tiap variabel dari
hasil penelitian yang akan menghasilkan distribusi atau persentase dari

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


53

setiap variabel. Pada analisis univariat, peneliti menggunakan distribusi


frekuensi, nilai-nilai statistik dan juga uji Kolmogorov smirnov 1 sampel
untuk menguji normalitas data. Uji normalitas data terpenuhi jika Pvalue ≥
0,05 yang menandakan bahwa data berdistribusi normal, sedangkan jika
Pvalue < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
Variabel yang di analisis adalah perilaku physical distancing, jenis
kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan tentang
physical distancing dan pengetahuan tentang COVID-19, sikap physical
distancing, sumber informasi, dukungan keluarga serta dukungan tokoh
masyarakat. Hasil penelitian pada analisis univariat disajikan dalam bentuk
tabel dan juga narasi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melakukan analisis dua variabel
yang diduga saling berhubungan atau memiliki korelasi. Analisis bivariat
pada penelitian ini menggunakan uji Chi Square untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas berbentuk kategorik (meliputi jenis
kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan tentang
COVID-19, pengetahuan tentang physical distancing, sikap physical
distancing, sumber informasi, dukungan keluarga dan dukungan tokoh
masyarakat) dengan variabel terikat berbentuk kategorik yaitu perilaku
physical distancing.
Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat maka digunakan taraf signifikan yaitu α (0,05) dan confidence
interval 95% untuk penelitian kesehatan masyarakat dengan ketentuan di
bawah ini :
a) Apabila p < 0,05 = Ho ditolak, berarti ada hubungan yang bermakna.
b) Apabila p ≥ 0,05 = Ho diterima atau gagal menolak Ha, berarti tidak
ada hubungan yang bermakna.
Rumus yang digunakan dalam uji Chi Square adalah sebagai
berikut:

2 (O−E)2
X =
E

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


54

Keterangan :
X2 = Chi Square
∑ = Jumlah Total
O = Frekuensi yang diamati
E = Frekuensi yang diharapkan
Selanjutnya, pada analisis bivariat dalam penggunaan desain Cross
sectional, hasil pengukuran akan ditampilkan ke dalam tabel kontigensi
2x2, sehingga dapat dilihat prevalens penyakit (efek) pada kelompok
dengan faktor risiko atau tanpa faktor risiko, selanjutnya akan dihitung
Prevalence Ratio (PR) untuk menyatakan estimasi risiko relatif yaitu
sebagai berikut:

Tabel 4.8 Contoh Tabel Silang Untuk Menghitung Prevalence Ratio

Efek Jumlah
Faktor Risiko
(+) (-)
(+) a b a+b
(-) c d c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d

Prevalence Ratio (PR) = a/ (a+b) : c/ (c+d)


Hasil PR memiliki 3 ketentuan sebagai berikut :
a) PR > 1 dan rentang interval kepercayaan mencakup angka 1 maka,
faktor tersebut adalah faktor risiko.
b) PR = 1, maka faktor tersebut bukan faktor risiko dan tidak ada
pengaruh efek (netral).
c) PR < 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1,
maka faktor tersebut adalah faktor protektif yaitu faktor yang bisa
mengurangi kejadian penyakit.
3. Analisis Multivariat
Tahapan selanjutnya pada analisis data adalah melakukan analisis
multivariat dengan tujuan untuk menentukan faktor manakah yang
memiliki pengaruh paling besar terhadap perilaku physical distancing.
Adapun analisis multivariat menjadi pengembangan atau perluasan dari
analisis bivariat yang dilakukan dengan mengamati atau mempelajari

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


55

hubungan beberapa variabellindependen dengan satu atau dua variabel


dependen.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis statistik
regresi logistik ganda model determinan dengan variabel dependen berupa
variabel kategorik. Adapaun langkah-langkah dalam uji regresi logistik
ganda yang pertama adalah melakukan seleksi bivariat terhadap variabel
independen guna menentukan variabel kandidat yang masuk ke tahap
analisis multivariat yaitu dengan kriteria memiliki nilai Pvalue < 0,25.
Selanjutnya semua variabel kandidat yang lolos seleksi bivariat
diikutsertakan ke dalam pemodelan awal analisis multivariat kemudian
dengan metode enter akan dilakukan pengujian regresi logistik, variabel
yang memiliki Pvalue ≥ 0,05 akan dikeluarkan satu persatu dari
pemodelan awal dan dilihat perubahan nilai OR nya, jika terdapat variabel
yang menunjukkan perubahan nilai OR < 10%, maka dikeluarkan secara
permanen dari pemodelan, sedangkan variabel yang menunjukan
perubahan OR > 10% maka dimasukkan kembali ke dalam pemodelan
analisis multivariat.
Tahap terakhir adalah melakukan uji interaksi terhadap variabel
yang diduga memiliki interaksi dengan syarat memiliki Pvalue < 0,05.
Variabel yang tidak memiliki interaksi akan dikeluarkan dari pemodelan
hingga tersisa variabel terpilih yang masuk pemodelan akhir analisis
multivariat. Semakin besar nilai Exp(B), semakin besar pengaruh variabel
tersebut (paling dominan) terhadap variabel dependen yang dianalisis.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian


1. Profil Kecamatan Pancoran Mas
Kecamatan Pancoran Mas merupakan salah satu wilayah administrasi
kecamatan, dari 11 kecamatan di Kota Depok dengan Jumlah penduduk
sebanyak 232.418 jiwa yang terdiri dari 116.846 jiwa laki laki dan 115.572
jiwa perempuan dengan jumlah kepala keluarga mencapai 85.058 KK.
Wilayah administrasi Kecamatan Pancoran Mas terdiri dari 6 (enam)
kelurahan dengan tingkat perkembangan kelurahan berstatus Swasembada
Madya, meliputi Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan
Mampang, Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahan Rangkapan Jaya dan
Kelurahan Rangkapan Jaya Baru. Dari 6 (enam) wilayah administrasi
kelurahan tersebut, terbagi menjadi 108 RW dan 651 RT serta 6 Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM).
Selain itu, Kecamatan Pancoran Mas juga memiliki berbagai macam
sarana prasarana atau fasilitas yang menunjang bagi masyarakatnya, mulai
dari sarana prasarana dalam bidang pendidikan, kesehatan, keagamaan
maupun transportasi. Kecamatan Pancoran Mas memiliki sarana prasarana
bidang pendidikan mulai dari TK, SD/MI, SMP/MTs/, SMA/SMK/MA,
Akademi dan Perguruan Tinggi Swasta. Selain itu, fasilitas kesehatan di
Kecamatan Pancoran Mas terdiri dari RS Hermina, Mitra Keluarga, Harapan
Depok, Bakti Yudha, RSIA Bunda Aliyah, Puskesmas, Posyandu, Pos KB
Praktek Dokter dan Bidan serta Rumah Bersalin. Kecamatan Pancoran Mas
juga memiliki fasilitas ibadah seperti Masjid, Gereja, Pura Dan Wihara,
Sedangkan fasilitas transportasi yang terdapat di Kecamatan Pancoran Mas
terdiri dari Terminal terpadu, Stasiun Depok Lama dan Stasiun Depok Baru.
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok memiliki Visi dan Misi antara lain
sebagai berikut:

56

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


57

a. Visi
“Terwujudnya pelayanan pemerintahan yang semakin efektif dan
transparan, berwawasan lingkungan dan mandiri dalam rangka mendukung
terwujudnya Kota Depok yang unggul, nyaman dan religius di
wilayah Kecamatan Pancoran Mas”
b. Misi
1) Mewujudkan kualitas pelayanan publik yang profesional dan
memuaskan.
2) Mewujudkan sinergitas koordinasi lintas sektor pembangunan.
3) Mewujudkan partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan.
2. Kondisi Geografis dan Luas Wilayah
Kecamatan Pancoran Mas merupakan kecamatan di Kota Depok yang
letaknya sangat strategis yaitu berada di tengah jantung perkotaan atau pusat
Kota Depok, dengan jarak tempuh terdekat dengan Ibukota Jakarta jika
dibandingkan dengan kecamatan lainnya yang ada di Kota Depok yaitu sejauh
1,3 Km2. Kecamatan Pancoran Mas memiliki luas wilayah mencapai 1.869,57
Ha atau 18,03 Km2 dengan kepadatan penduduk tertinggi menempati posisi ke
4 (empat) dari 11 Kecamatan di Kota Depok yang mencapai rata-rata 13.587
jiwa/Km2 kepadatan penduduk.
Secara geografis, Kecamatan Pancoran Mas berada pada ketinggian 104 m
di atas permukaan laut (mdpl) dengan bentuk permukaan tanah relatif datar
dan berbukit serta dikelilingi oleh pusat perbelanjaan, pertokoaan, perumahan
penduduk, perkantoran serta tempat ibadah. Berdasarkan letak geografisnya,
Kecamatan Pancoran Mas memiliki batasan wilayah sebagai berikut:
1) SebelahhUtara : KecamatannBeji dan Limo
2) SebelahhTimur : KecamatannSukmajaya
3) SebelahhSelatan : KecamatannCipayung
4) SebelahhBarat : KecamatannSawangan
Kelurahan Rangkapan Jaya Baru memiliki jarak tempuh terjauh sekitar
10,8 Km dengan Kelurahan Depok, yang juga merupakan wilayah
administrasi kantor Kecamatan Pancoran Mas Depok berada. Sedangkan
Kelurahan Rangkapan Jaya Baru dengan Kelurahan Rangkapan Jaya memiliki

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


58

jarak tempuh terdekat sekitar 1,3 Km. Distribusi frekuensi sebaran alamat
domisili kelurahan responden pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Alamat Domisili Kelurahan pada


Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Distribusi Frekuensi
Alamat
n %
Kelurahan Depok 27 12,2
Kelurahan Depok Jaya 39 17,6
Kelurahan Mampang 21 9,5
Kelurahan Pancoran Mas 52 23,5
Kelurahan Rangkapan Jaya 42 19
Kelurahan Rangkapan Jaya Baru 40 18,1
Total 221 100

Berdasarkan tabel 5.1 distribusi frekuensi alamat domisili Kelurahan


responden pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok,
menunjukkan bahwa responden paling banyak berdomisili di Kelurahan
Pancoran Mas (23,5%) sedangkan paling sedikit berdomisili di Kelurahan
Mampang (9,5%).

B. Analisis Univariat
Analisis univariat pada penelitian ini digunakan untuk mencari gambaran
yang meliputi gambaran variabel dependen dan gambaran variabel
independen. Variabel dependen pada penelitian ini yaitu perilaku physical
distancing, sedangkan variabel independen meliputi jenis kelamin, umur,
tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan tentang COVID-19, pengetahuan
tentang physical distancing, sikap physical distancing, sumber informasi,
dukungan keluarga dan dukungan tokoh masyarakat. Jumlah responden yang
diteliti sebanyak 221 responden.
1. Gambaran Perilaku Physical Distancing Pada Masyarakat Kecamatan
Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Pertanyaan perilaku physical distancing terdiri dari 10 pertanyaan,
dengan 5 pertanyaan positif atau Favourable (F) yaitu item pertanyaan no

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


59

B1, B2, B5, B8, B9 dan 5 pertanyaan negatif atau Unfavourable (U) yaitu
item pertanyaan B3, B4, B6, B7 dan B10.

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Perilaku Physical


Distancing pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun
2021
No Pertanyaan n %
1. Saya menjaga jarak fisik sekitar 2 meter dengan
siapapun saat berada di luar rumah pada masa
pandemi. (Favourable)
Selaluu 57 25,8
Seringg 86 38,9
Kadang-Kadangg 75 33,91
Tidak Pernahh 3 1,4
2. Saya menjaga jarak (physical distancing) pada masa
pandemi, dengan kelompok berisiko/rentan (lansia, ibu
hamil dan memiliki riwayat penyakit kronis).
(Favourable)
Selaluu 73 33
Seringg 72 32,6
Kadang-Kadangg 70 31,7
Tidak Pernahh 6 2,7
3. Saya pergi ke tempat ramai seperti (mall, pasar dan
tempat umum lainnya) pada masa pandemi.
(Unfavourable)
Selaluu 14 6,3
Seringg 45 20,4
Kadang-Kadang 150 67,9
Tidak Pernahh 12 5,4
4. Saya berkumpul dengan teman atau kerabat pada masa
pandemi. (Unfavourable)
Selaluu 8 3,6
Seringg 52 23,5
Kadang-Kadangg 137 62
Tidak Pernahh 24 10,9
5. Saya belajar/bekerja/beribadah dari rumah pada masa
pandemi (Namun, jika pekerjaan saya mengharuskan
untuk keluar rumah, saya tetap jaga jarak fisik dengan
tidak makan atau minum bersama di tempat kerja).
(Favourable)
Selaluu 83 37,6
Seringg 81 36,7
Kadang-Kadangg 50 22,6
Tidak Pernahh 7 3,2

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


60

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Perilaku Physical


Distancing pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun
2021
No Pertanyaan n %
6. Saya melakukan kontak fisik seperti berdekatan,
bersalaman/ berpelukan baik dengan keluarga maupun
bukan keluarga saat di luar rumah pada masa pandemi.
(Unfavourable)
Selaluu 9 4,1
Seringg 28 12,7
Kadang-Kadangg 142 64,3
Tidak Pernahh 42 19
7. Saya menggunakan transportasi umum seperti
(angkutan umum, bus dan kereta) pada masa pandemi.
(Unfavourable)
Selaluu 10 4,5
Seringg 16 7,2
Kadang-Kadangg 68 30,8
Tidak Pernahh h 127 57,5
8. Saya menunda kegiatan bersama (tatap muka) pada
masa pandemi, dengan mengganti melalui telepon,
internet, media sosial dan saluran komunikasi lainnya.
(Favourable)
Selaluu 46 20,8
Seringg 102 46,2
Kadang-Kadangg 70 31,7
Tidak Pernahh 3 1,4
9. Saya mengurangi frekuensi aktivitas keluar rumah pada
masa pandemi kecuali ada keperluan penting.
(Favourable)
Selaluu 77 34,8
Seringg 85 38,5
Kadang-Kadangg 58 26,2
Tidak Pernahh 1 0,5
10. Saya berpergian ke luar kota / ke luar negeri seperti
tempat-tempat wisata pada masa pandemi.
(Unfavourable)
Selaluu 3 1,4
Seringg 15 6,8
Kadang-Kadangg 78 35,3
Tidak Pernahh 125 56,6

Tabel 5.2 menunjukkan responden yang paling banyak menjawab selalu


terdapat pada item no. 5 dalam pernyataan “Saya belajar/bekerja/beribadah
dari rumah pada masa pandemi (Namun, jika pekerjaan saya mengharuskan
untuk keluar rumah, saya tetap jaga jarak fisik dengan tidak makan atau

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


61

minum bersama di tempat kerja)” dengan 83 jawaban responden (37,6%),


sedangkan responden yang paling banyak menjawab tidak pernah yaitu pada
item no. 7 dalam pernyataan “Saya menggunakan transportasi umum seperti
(angkutan umum, bus dan kereta) pada masa pandemi” dengan 127 jawaban
responden (57,5%).

Tabel 5.3 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Skor Perilaku Physical Distancing pada
Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Pvalue
Mean Median Modus Minimum Maksimum SD Kolmogorov
Smirnov
Perilaku
Physical 30,27 30,00 31 18 39 3,815 0,432
Distancing

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa rata-rata skor perilaku physical distancing


pada masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok adalah 30,27 dengan
skor terendah 18 dan tertinggi adalah 39. Hasil uji Kolmogorov Smirnov (≥
0,05) menunjukkan data di atas memiliki distribusi normal (Pvalue 0,432).

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Physical Distancing pada


Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Frekuensi
Perilaku Physical Distancing n %
Baik 63 28,5
Tidak Baik 158 71,5
Total 221 100

Berdasarkan tabel 5.4 distribusi frekuensi perilaku physical distancing


pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok menunjukkan bahwa
responden yang memiliki perilaku physical distancing tidak baik (71,5%)
lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki perilaku
physical distancing baik (28,5%).

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


62

2. Gambaran Faktor Predisposisi Pada Masyarakat Kecamatan


Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
a. Jenis Kelamin
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Masyarakat
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Frekuensi
Jenis Kelamin
n %
Perempuan 147 66,5
Laki-Laki 74 33,5
Total 221 100

Berdasarkan tabel 5.5 distribusi frekuensi jenis kelamin responden pada


Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok tahun 2021 menunjukkan
bahwa masyarakat lebih banyak berjenis kelamin perempuan (66,5%)
dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki (33,5%).

b. Umur
Tabel 5.6 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Umur pada Masyarakat Kecamatan
Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Pvalue
Mean Median Modus Minimum Maksimum SD Kolmogorov
Smirnov
Umur 28,50 22,00 22 15 68 11,659 0,000

Tabel 5.6. menunjukkan bahwa rata-rata umur masyarakat Kecamatan


Pancoran Mas adalah 28,50 tahun dengan umur terendah 15 tahun dan
tertinggi adalah 68 tahun. Hasil uji Kolmogorov Smirnov (< 0,05)
menunjukkan data di atas memiliki distribusi tidak normal (Pvalue 0,000).

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur pada


Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Frekuensi
Umur
n %
Lansia (≥ 46 Tahun) 32 14,5
Dewasa (26-45 Tahun) 53 24
Remaja (12-25 Tahun) 136 61,5
Total 221 100

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


63

Berdasarkan tabel 5.7. distribusi frekuensi kelompok umur pada


masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok menunjukkan bahwa
responden paling banyak memiliki kelompok umur remaja (61,5%),
sedangkan paling sedikit yaitu kelompok umur lansia (14,5%).

c. Tingkat Pendidikan
Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan pada
Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Frekuensi
Tingkat Pendidikan
n %
Tidak Tamat SD 5 2,3
Tamat SD 6 2,7
Tamat SMP 25 11,3
Tamat SMA 109 49,3
Tamat Akademik/PT 76 34,4
Total 221 100

Berdasarkan tabel 5.8 distribusi frekuensi tingkat pendidikan pada


Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan masyarakat yang paling banyak yaitu pada tamat SMA
(49,3%), sedangkan paling sedikit yaitu tidak tamat SD (2,3%). Kemudian
variabel tingkat pendidikan dikelompokkan menjadi tinggi dan rendah
berdasarkan Kementerian Pendidikan dan Budaya tahun 2016. Responden
dikatakan memiliki kategori tingkat pendidikan tinggi, apabila pendidikan
terakhirnya tamat SMA dan tamat akademik/PT, sedangkan responden
dikatakan memiliki kategori tingkat pendidikan rendah apabila pendidikan
terakhirnya tidak tamat SD, tamat SD dan tamat SMP.

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tingkat Pendidikan pada


Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Kategori Tingkat Frekuensi
Pendidikan n %
Tinggi 185 83,7
Rendah 36 16,3
Total 221 100

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


64

Berdasarkan tabel 5.9. distribusi frekuensi kategori tingkat pendidikan


pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok tahun 2021
menunjukkan bahwa kategori tingkat pendidikan masyarakat lebih banyak
pada kategori tingkat pendidikan tinggi (83,7%) dibandingkan dengan tingkat
pendidikan rendah (16,3%).

d. Pekerjaan
Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan pada Masyarakat
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Frekuensi
Pekerjaan
n %
PNS/TNI/Polri 7 3,2
Pegawai Swasta 42 19
Wirausaha 18 8,1
Buruh/Pedagang 8 3,6
Pelajar/Mahasiswa 116 52,5
Ibu Rumah Tangga 16 7,2
Lainnya 14 6,3
Total 221 100

Berdasarkan tabel 5.10 distribusi frekuensi pekerjaan pada Masyarakat


Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok menunjukkan bahwa pekerjaan
masyarakat yang paling banyak yaitu berstatus sebagai Pelajar/Mahasiswa
(52,5%), sedangkan paling sedikit yaitu PNS/TNI/Polri (3,2%). Kemudian
variabel pekerjaan dikelompokkan menjadi bekerja dan tidak bekerja
berdasarkan teori Badan Pusat Statistik (BPS) 2020. Responden dikatakan
bekerja apabila mendapatkan penghasilan seperti buruh/pedagang,
PNS/TNI/Polri, wirausaha, dan pegawai swasta sedangkan responden
dikatakan tidak bekerja apabila menganggur, pelajar, serta ibu rumah tangga.

Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pekerjaan pada


Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Kategori Frekuensi
Pekerjaan n %
Tidak Bekerja 139 62,9
Bekerja 82 37,1
Total 221 100

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


65

Berdasarkan tabel 5.11 distribusi frekuensi kategori pekerjaan pada


Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok tahun 2021 menunjukkan
bahwa kategori pekerjaan masyarakat lebih banyak yang tidak bekerja
(62,9%) dibandingkan dengan yang bekerja (37,1%).

e. Pengetahuan tentang COVID-19


Pertanyaan pengetahuan tentang COVID-19 terdiri dari 10
pertanyaan, dengan 5 pertanyaan positif atau Favourable (F) yaitu item
pertanyaan no C1, C2, C3, C8, C9 dan 5 pertanyaan negatif atau
Unfavourable (U) yaitu item pertanyaan C4, C5, C6, C7, dan C10.

Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pengetahuan tentang


COVID-19 pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok tahun
2021
Jawaban Responden

No Pertanyaan Benar Salah


n % n %
1. COVID-19 adalah singkatan dari
Coronavirus disease 2019 yang 204 92,3 17 7,7
menyebabkan penyakit menular pada
hewan dan manusia. (Favourable)
2. COVID-19 adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh SARS-CoV2. 201 91 20 9
(Favourable)
3. Gejala umum COVID-19 meliputi demam
sampai 38oC, batuk kering dan sesak 219 99,1 2 0,9
nafas. (Favourable)
4. Karakteristik virus corona, memiliki masa
inkubasi selama 1-7 minggu. 112 50,7 109 49,3
(Unfavourable)
5. Rapid Test Antibodi dengan sampel darah
adalah pemeriksaan paling akurat untuk 63 28,5 158 71,5
mendeteksi kasus konfirmasi COVID-19.
(Unfavourable)
6. COVID-19 tidak dapat menular saat
berbicara, batuk atau bersin. 32 14,5 189 85,5
(Unfavourable)
7. Orang yang bisa menularkan COVID-19
hanyalah yang memiliki gejala. 57 25,8 164 74,2
(Unfavourable)

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


66

Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pengetahuan tentang


COVID-19 pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok tahun
2021
Jawaban Responden

No Pertanyaan Benar Salah


n % n %
8. Risiko kematian pasien COVID-19 lebih
tinggi pada penderita penyakit kronis 195 88,2 26 11.8
seperti penderita Diabetes dan Hipertensi.
(Favourable)
9. Kunci utama upaya pencegahan COVID-
19 dapat dilakukan dengan 3M (memakai 221 100 0 0
masker, mencuci tangan, menjaga jarak).
(Favourable)
10. Penderita positif COVID-19 yang tidak
memiliki gejala, tidak perlu Isolasi 48 21,7 173 78,3
mandiri untuk mencegah penularan
COVID-19 ke orang lain. (Unfavourable)

Tabel 5.12 menunjukkan responden yang paling banyak menjawab benar


yaitu pada item pertanyaan no. 9 dalam pernyataan “Kunci utama upaya
pencegahan COVID-19 dapat dilakukan dengan 3M (memakai masker,
mencuci tangan, menjaga jarak” sebanyak 221 responden (100%), dan
responden paling banyak menjawab salah yaitu pada item pernyataan no. 6
“COVID-19 tidak dapat menular saat berbicara, batuk atau bersin” sebanyak
189 responden (85,5%).

Tabel 5.13 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Skor Pengetahuan tentang COVID-19


pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Pvalue
Mean Median Modus Minimum Maksimum SD Kolmogorov
Smirnov
Pengetahuan
Tentang 8,29 9,00 9 4 10 1,375 0,000
COVID-19

Tabel 5.13 menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan tentang COVID-19


pada masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok adalah 8,29 dengan skor
terendah 4 dan tertinggi adalah 10. Hasil uji Kolmogorov Smirnov (< 0,05)
menunjukkan data di atas memiliki distribusi tidak normal (Pvalue 0,000).

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


67

Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang COVID-19


pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Frekuensi
Pengetahuan tentang COVID-19
n %
Baik 113 51,1
Tidak Baik 108 48,9
Total 221 100

Berdasarkan tabel 5.14 distribusi frekuensi pengetahuan tentang COVID-


19 pada masyarakat Pancoran Mas Kota Depok menunjukkan bahwa
masyarakat yang memiliki pengetahuan baik (51,1%) lebih banyak
dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki pengetahuan tidak baik
(48,9%).

f. Pengetahuan tentang Physical Distancing


Pertanyaan pengetahuan tentang physical distancing terdiri dari 8
pertanyaan, dengan 4 pertanyaan positif atau Favourable (F) yaitu item
pertanyaan no D1, D5, D7, D8, dan 4 pertanyaan negatif atau
Unfavourable (U) yaitu item pertanyaan D2, D3, D4, dan D6.

Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pengetahuan tentang


Physical Distancing pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok
Tahun 2021
Jawaban Responden
No Pertanyaan Benar Salah
n % n %
1. Istilah menjaga jarak atau social distancing
kini telah diubah namanya menjadi 214 96,8 7 3,2
physical distancing. (Favourable)
2. Physical distancing adalah kegiatan jaga
jarak fisik yang dilakukan hanya dengan
65 29,4 156 70,6
orang yang tidak dikenal saat di luar
rumah. (Unfavourable)
3. Jaga jarak aman dalam penerapan physical
distancing dilakukan kurang dari 1 meter. 54 24,4 167 75,6
(Unfavourable)
4. Dengan menerapkan physical distancing
risiko penularan COVID-19 akan semakin
37 16,7 184 83,3
besar meskipun akan mengurangi kontak
fisik. (Unfavourable)

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


68

Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pengetahuan tentang


Physical Distancing pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok
Tahun 2021
Jawaban Responden
No Pertanyaan Benar Salah
n % n %
5. Larangan ketika physical distancing adalah
dilarang berdekatan, berkumpul, termasuk
215 97,3 6 2,7
menghadiri acara yang mengundang
banyak orang. (Favourable)
6. Physical distancing hanya dilakukan oleh
kelompok masyarakat berisiko yaitu
berusia 60 tahun keatas, ibu hamil dan 32 14,5 189 85,5
memiliki riwayat penyakit kronis.
(Unfavourable)
7. Kebijakan physical distancing yaitu
sebagai upaya pencegahan dalam memutus 218 98,6 3 1,4
rantai penularan COVID-19. (Favourable)
8. Interaksi sosial ketika physical distancing
tetap dapat dilakukan salah satunya
melalui saluran komunikasi daring 213 96,4 8 3,6
(Whatsapp, Line, Zoom, dan sebagainya).
(Favourable)

Tabel 5.15 menunjukkan responden yang paling banyak menjawab benar


yaitu pada item pernyataan no. 7 “Kebijakan physical distancing yaitu sebagai
upaya pencegahan dalam memutus rantai penularan COVID-19” sebanyak
218 responden (98,6%), dan responden paling banyak menjawab salah yaitu
pada item pernyataan no. 6 “Physical distancing hanya dilakukan oleh
kelompok masyarakat berisiko yaitu berusia 60 tahun keatas, ibu hamil dan
memiliki riwayat penyakit kronis” sebanyak 189 responden (85,5%).

Tabel 5.16 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Skor Pengetahuan tentang Physical


Distancing pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Pvalue
Mean Median Modus Minimum Maksimum SD Kolmogorov
Smirnov
Pengetahuan
Tentang
7,04 7,00 8 4 8 1,196 0,000
Physical
Distancing

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


69

Tabel 5.16 menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan tentang physical


distancing pada masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok adalah 7,04
dengan skor terendah 4 dan tertinggi adalah 8. Hasil uji Kolmogorov Smirnov (<
0,05) menunjukkan data di atas memiliki distribusi tidak normal (Pvalue 0,000).

Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Physical


Distancing pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun
2021
Frekuensi
Pengetahuan tentang Physical Distancing
n %
Baik 63 28,5
Tidak Baik 158 71,5
Total 221 100

Berdasarkan tabel 5.17 distribusi frekuensi pengetahuan tentang physical


distancing pada masyarakat Pancoran Mas Kota Depok menunjukkan bahwa
masyarakat yang memiliki pengetahuan physical distancing tidak baik
(71,5%) lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki
pengetahuan tentang physical distancing yang baik (28,5%).

g. Sikap Physical Distancing


Pertanyaan Sikap physical distancing terdiri dari 10 pertanyaan,
dengan 5 pertanyaan positif atau Favourable (F) yaitu item pertanyaan no
E1, E3, E5, E8, E10 dan 5 pertanyaan negatif atau Unfavourable (U) yaitu
item pertanyaan E2, E4, E6, E7 dan E9.

Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Sikap tentang Physical


Distancing pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun
2021
No Pertanyaan n %
1. Physical distancing penting dilakukan untuk
melindungi diri dan orang lain dari penularan
COVID-19. (Favourable)
SangattSetuju 182 82,4
Setujuu 29 13,1
TidakkSetujuu 6 2,7
SangattTidakkSetujuu 4 1,8

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


70

Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Sikap tentang


Physical Distancing pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok
Tahun 2021
No Pertanyaan n %
2. Jaga jarak aman 2 meter pada masa pandemi, hanya
dilakukan dengan orang yang tidak kita kenal saat di
luar rumah. (Unfavourable)
SangattSetuju 24 10,9
Setujuu 33 14,9
TidakkSetujuu 72 32,6
SangattTidakkSetujuu 92 41,6
3. Jika merasa sedang sakit harus segera melakukan
isolasi mandiri. (Favourable)
SangattSetuju 138 62,4
Setujuu 60 27,1
TidakkSetujuu 16 7,2
SangattTidakkSetujuu 7 3,2
4. Jika ada undangan acara atau kegiatan pada masa
pandemi, dapat menghadiri nya dengan
menggunakan masker, namun tetap bersalaman
seperti biasa. (Unfavourable)
SangattSetuju 14 6,3
Setujuu 23 10,4
TidakkSetujuu 99 44,8
SangattTidakkSetujuu 85 38,5
5. Jika ada yang positif COVID-19 di lingkungan
sekitar, hindari interaksi fisik dengan orang tersebut,
namun tetap dapat berinteraksi sosial seperti
membantu memenuhi kebutuhan hidup nya.
(Favourable)
SangattSetuju 109 49,3
Setujuu 67 30,3
TidakkSetujuu 30 13,6
SangattTidakkSetujuu 15 6,8
6. Berpergian dan berkumpul dengan teman atau
kerabat pada masa pandemi, penting untuk
dilakukan agar tidak jenuh dan stress.
(Unfavourable)
SangattSetuju 16 7,2
Setujuu 57 25,8
TidakkSetujuu 92 41,6
SangattTidakkSetujuu 56 25,3
7. Jika ada teman atau keluarga yang sakit pada masa
pandemi, boleh menjenguk nya untuk memberikan
dukungan. (Unfavourable)
SangattSetuju 8 3,6
Setujuu 35 15,8
TidakkSetujuu 117 52,9
SangattTidakkSetujuu 61 27,6

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


71

Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Sikap tentang Physical


Distancing pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun
2021
No Pertanyaan n %
8. Menerapkan bekerja / belajar / beribadah dari rumah
lebih efektif pada masa pandemi saat ini.
(Favourable)
SangattSetuju 123 55,7
Setujuu 69 31,2
TidakkSetujuu 17 7,7
SangattTidakkSetujuu 12 5,4
9. Tidak perlu membatasi diri untuk berpergian ke luar
kota/ ke luar negeri dan tempat wisata pada masa
pandemi, karena setiap orang membutuhkan liburan
atau refreshing. (Unfavourable)
SangattSetuju 8 3,6
Setujuu 22 10
TidakkSetujuu 58 26,2
SangattTidakkSetujuu 133 60,2
10. Membatasi diri untuk menggunakan transportasi
publik yang ramai pada masa pandemi (seperti
angkutan umum, kereta dan bus). (Favourable)
SangattSetuju 133 60,2
Setujuu 64 29
TidakkSetujuu 13 5,9
SangattTidakkSetujuu 11 5

Tabel 5.18 menunjukkan responden yang paling banyak menjawab sangat


setuju terdapat pada item no. 1 dalam pernyataan “Physical distancing penting
dilakukan untuk melindungi diri dan orang lain dari penularan COVID-19”
dengan 182 jawaban responden (82,4%), sedangkan responden yang paling
banyak menjawab sangat tidak setuju yaitu pada item no. 9 dalam pernyataan
“Tidak perlu membatasi diri untuk berpergian ke luar kota/ ke luar negeri dan
tempat wisata pada masa pandemi, karena setiap orang membutuhkan liburan
atau refreshing” dengan 133 jawaban responden (60,2%).

Tabel 5.19 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Skor Sikap Physical Distancing pada
Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Pvalue
Mean Median Modus Minimum Maksimum SD Kolmogorov
Smirnov
Sikap
Physical 32,81 34,00 32 20 40 4,184 0,004
Distancing

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


72

Tabel 5.19 menunjukkan bahwa rata-rata skor sikap physical distancing pada
masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok adalah 32,81 dengan skor
terendah 20 dan tertinggi adalah 40. Hasil uji Kolmogorov Smirnov (< 0,05)
menunjukkan data di atas memiliki distribusi tidak normal (Pvalue 0,004).

Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Physical Distancing pada


Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Frekuensi
Sikap Physical Distancing
n %
Positif 68 30,8
Negatif 153 69,2
Total 221 100

Berdasarkan tabel 5.20 distribusi frekuensi sikap physical distancing pada


masyarakat Pancoran Mas Kota Depok menunjukkan bahwa masyarakat yang
memiliki sikap physical distancing negatif (69,2%) lebih banyak
dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki sikap physical distancing
positif (30,8%).
3. Gambaran Faktor Pemungkin (Sumber Informasi) Pada Masyarakat
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021.

Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Sumber Informasi


tentang COVID-19 pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok
Tahun 2021
No Pertanyaan n %
1. Televisi
Ya 205 92,8
Tidak 16 7,2
2. Media Sosial (Facebook, Whatsapp, Twitter,
Line, Instagram)
Ya 213 96,4
Tidak 8 3,6
3. Website Berita Online
Ya 181 81,9
Tidak 40 18,1
4. Media Massa (Spanduk/ Poster/Koran/
Majalah)
Ya 148 67
Tidak 73 33

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


73

Tabel 5.21 menunjukkan responden yang paling banyak menjawab ya,


yaitu pada item pernyataan no. 2 “mendapatkan sumber informasi COVID-19
dari media sosial (Facebook, Whatsapp, Twitter, Line, Instagram)” sebanyak
213 responden (96,4%), dan responden paling banyak menjawab tidak yaitu
pada item pertanyaan no. 4 “mendapatkan sumber informasi COVID-19 dari
media massa (spanduk/ poster/koran/ majalah)” sebanyak 73 responden
(33%).

Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi COVID-19


pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
No Pertanyaan Frekuensi
n %
1. Televisi 205 92,8
2. Media Sosial (Facebook, Whatsapp,
213 96,4
Twitter, Line, Instagram).
3. Website Berita Online 181 81,9
4. Media Massa (Spanduk/ Poster/Koran/
148 67
Majalah)

Tabel 5.22 menunjukkan distribusi frekuensi sumber informasi COVID-19


pada masyarakat Pancoran Mas Kota Depok, paling banyak adalah
menggunakan sumber informasi media sosial (96,4%), sedangkan paling
sedikit adalah menggunakan sumber informasi media massa (spanduk/
poster/koran/ majalah) sebesar (66,7%).

4. Gambaran Faktor Penguat Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran


Mas Kota Depok Tahun 2021
a. Dukungan Keluarga
Pertanyaan dukungan keluarga memiliki jumlah item pernyataan
positif atau Favourable (F) sebanyak 8 yaitu item pertanyaan no G1-G8.

Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Dukungan Keluarga


pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
No Pertanyaan n %
1. Keluarga saya melakukan jaga jarak fisik guna
menaati kebijakan terkait physical distancing.
Selaluu 76 34,4
Seringg 89 40,3
Kadang-Kadangg 50 22,6
Tidak Pernahh 6 2,7

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


74

Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Dukungan Keluarga


pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
No Pertanyaan n %
2. Keluarga saya mendukung terhadap kebijakan
pembelajaran jarak jauh (PJJ), untuk meminimalisir
risiko penularan COVID-19.
Selaluu 142 64,3
Seringg 60 27,1
Kadang-Kadangg 16 7,2
Tidak Pernahh 3 1,4
3. Keluarga melarang saya untuk melakukan kegiatan
yang mengundang keramaian baik di dalam rumah
maupun di luar rumah pada masa pandemi.
Selaluu 75 33,9
Seringg 80 36,2
Kadang-Kadangg 61 27,6
Tidak Pernahh 5 2,3
4. Keluarga melarang saya untuk berpergian keluar
rumah pada masa pandemi jika tidak ada keperluan
penting.
Selaluu 70 31,7
Seringg 59 26,7
Kadang-Kadangg 83 37,6
Tidak Pernahh 9 4,1
5. Keluarga melarang saya untuk bersentuhan (kontak
langsung) sebelum membersihkan diri dan
mengganti pakaian sehabis beraktivitas di luar
rumah pada masa pandemi.
Selaluu 119 53,8
Seringg 61 27,6
Kadang-Kadangg 38 17,2
Tidak Pernahh 3 1,4
6. Keluarga menghimbau saya untuk selalu menjaga
jarak fisik dengan siapapun dan dimanapun pada
masa pandemi.
Selaluu 99 44,8
Seringg 65 29,4
Kadang-Kadangg 51 23,1
Tidak Pernahh 6 2,7
7. Keluarga menghimbau saya untuk segera pulang ke
rumah ketika urusan telah selesai (membatasi waktu
di luar rumah pada masa pandemi).
a. Selaluu 96 43,4
b. Seringg 47 21,3
c. Kadang-Kadangg 62 28,1
d. Tidak Pernahh 16 7,2

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


75

Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Dukungan Keluarga


pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
No Pertanyaan n %
8. Keluarga merasa khawatir ketika saya tidak
melakukan jaga jarak fisik saat beraktivitas di luar
rumah sehingga tertular COVID-19.
Selaluu 117 52,9
Seringg 74 33,5
Kadang-Kadangg 25 11,3
Tidak Pernahh 5 2,3

Tabel 5.23 menunjukkan responden yang paling banyak menjawab selalu


terdapat pada item no. 2 dalam pernyataan “Keluarga saya mendukung
terhadap kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ), untuk meminimalisir risiko
penularan COVID-19” dengan 142 jawaban responden (64,3%), sedangkan
responden yang paling banyak menjawab tidak pernah yaitu pada item no. 7
dalam pernyataan “Keluarga menghimbau saya untuk segera pulang ke rumah
ketika urusan telah selesai (membatasi waktu di luar rumah pada masa
pandemi)” dengan 16 jawaban responden (7,2%).

Tabel 5.24 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Skor Dukungan Keluarga pada


Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Pvalue
Mean Median Modus Minimum Maksimum SD Kolmogorov
Smirnov
Dukungan
25,37 25,00 32 8 32 4,961 0,019
Keluarga

Tabel 5.24 menunjukkan bahwa rata-rata skor dukungan keluarga pada


masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok adalah 25,37 dengan skor
terendah 8 dan tertinggi adalah 32. Hasil uji Kolmogorov Smirnov (< 0,05)
menunjukkan data di atas memiliki distribusi tidak normal (Pvalue 0,019).

Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga pada


Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Frekuensi
Dukungan Keluarga
n %
Mendukung 61 27,6
Tidak Mendukung 160 72,4
Total 221 100

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


76

Berdasarkan tabel 5.25 distribusi frekuensi dukungan keluarga pada


masyarakat Pancoran Mas Kota Depok menunjukkan bahwa masyarakat yang
memiliki keluarga yang tidak mendukung (72,4%) lebih banyak dibandingkan
dengan masyarakat yang memiliki keluarga yang mendukung (27,6%).

b. Dukungan Tokoh Masyarakat


Pertanyaan dukungan tokoh masyarakat memiliki jumlah item
pernyataan positif atau Favourable (F) sebanyak 4 yaitu item pertanyaan
no H1-H4.

Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Dukungan Tokoh


Masyarakat pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun
2021
No Pertanyaan n %
1. Tokoh masyarakat di lingkungan tempat tinggal
saya beserta keluarga nya, menerapkan physical
distancing (jaga jarak fisik).
Selaluu 46 20,8
Seringg 93 42,1
Kadang-Kadangg 76 33,9
Tidak Pernahh 7 3,2
2. Tokoh masyarakat dilingkungan saya
menyebarluaskan informasi atau sosialisasi
mengenai physical distancing sebagai upaya
pencegahan COVID-19.
Selaluu 47 21,3
Seringg 71 32,1
Kadang-Kadangg 87 39,4
Tidak Pernahh 16 7,2
3. Tokoh masyarakat memberikan sanksi kepada
warga yang melakukan kegiatan mengundang
keramaian di lingkungan sekitar pada masa
pandemi.
Selaluu 28 12,7
Seringg 46 20,8
Kadang-Kadangg 89 40,3
Tidak Pernahh 58 26,2
4. Tokoh masyarakat dan warga tidak melakukan
kegiatan yang mengundang keramaian di sekitar
lingkungan tempat tinggal saya pada masa
pandemi.
Selaluu 57 25,8
Seringg 78 35,3
Kadang-Kadangg 76 34,4
Tidak Pernahh 10 4,5

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


77

Tabel 5.26 menunjukkan responden yang paling banyak menjawab selalu


terdapat pada item no. 4 dalam pernyataan “Tokoh masyarakat dan warga
tidak melakukan kegiatan yang mengundang keramaian di sekitar lingkungan
tempat tinggal saya pada masa pandemi” dengan 57 jawaban responden
(25,8%), sedangkan responden yang paling banyak menjawab tidak pernah
yaitu pada item no. 3 dalam pernyataan “Tokoh masyarakat memberikan
sanksi kepada warga yang melakukan kegiatan mengundang keramaian di
lingkungan sekitar pada masa pandemi” dengan 58 jawaban responden
(26,2%).

Tabel 5.27 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Skor Dukungan Tokoh Masyarakat


pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Pvalue
Mean Median Modus Minimum Maksimum SD Kolmogorov
Smirnov
Dukungan
Tokoh 10,50 10,00 8 5 16 2,761 0,003
Masyarakat

Tabel 5.27 menunjukkan bahwa rata-rata skor dukungan tokoh masyarakat


pada masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok adalah 10,50 dengan skor
terendah 5 dan tertinggi adalah 16. Hasil uji Kolmogorov Smirnov (< 0,05)
menunjukkan data di atas memiliki distribusi tidak normal (Pvalue 0,003).

Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Tokoh Masyarakat


pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Frekuensi
Dukungan Tokoh Masyarakat
n %
Mendukungg 78 35,3
Tidak Mendukungg 143 64,7
Total 221 100

Berdasarkan tabel 5.28 distribusi frekuensi dukungan tokoh masyarakat


pada masyarakat Pancoran Mas Kota Depok menunjukkan bahwa masyarakat
yang memiliki tokoh masyarakat yang tidak mendukung (64,7%) lebih banyak
dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki tokoh masyarakat yang
mendukung (35,3%).

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


78

5. Rekapitulasi Hasil Analisis Univariat


Tabel 5.29 Rekapitulasi Hasil Analisis Univariat Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Perilaku Physical Distancing Pada Masyarakat
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Variabel Kategori Frekuensi
n %
Perilaku Physical Distancing Tidak Baik 158 71,5
Jenis Kelamin Perempuan 147 66,5
Umur Remaja 136 61,5
Tingkat Pendidikan Tinggi 185 83,7
Pekerjaan Tidak Bekerja 139 62,9
Pengetahuan tentang COVID-19 Baik 113 51,1
Pengetahuan tentang Physical Tidak Baik 112 50,7
Distancing
Sikap Physical Distancing Negatif 153 69,2
Sumber Informasi
Televisi Ya 205 92,8
Media Sosial (Facebook,
Whatsapp, Twitter, Line, Ya 213 96,4
Instagram).
Website Berita Online Ya 181 81,9
Media Massa (Spanduk/
Ya 148 67
Poster/Koran/ Majalah)
Dukungan Keluarga Tidak Mendukung 160 72,4
Dukungan Tokoh Masyarakat Tidak Mendukung 143 64,7

C. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat pada penelitian ini dilakukan antara dua variabel yaitu
variabel independen yang diduga berhubungan dengan variabel dependen
yaitu perilaku physical distancing pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas
Kota Depok tahun 2021. Jika Pvalue < 0,05 artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara dua variabel yang diteliti, sedangkan jika Pvalue ≥ 0,05
artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dua variabel yang
diteliti.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


79

1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Physical Distancing


Tabel 5.30 Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Physical Distancing Pada
Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Perilaku Physical
Distancing
Jenis Jumlah PR (95%
Pvalue
kelamin Baik Tidak Baik CI)
n % n % n %
1,762 (1,043-
Perempuan 49 33,3 98 66,7 147 100
2,976) 0,037
Laki-Laki 14 18,9 60 81,1 74 100 1

Tabel 5.30 menunjukkan masyarakat yang memiliki jenis kelamin


perempuan (33,3%) lebih banyak memiliki perilaku physical distancing baik
daripada masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki (18,9%). Hasil uji Chi
Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara jenis kelamin
dengan perilaku physical distancing (Pvalue < 0,05). Hasil perhitungan
Prevalence Ratio (PR) menunjukkan masyarakat yang memiliki jenis kelamin
perempuan berpeluang 1,762 kali untuk melakukan perilaku physical
distancing dengan baik daripada masyarakat dengan jenis kelamin laki-laki
(95% CI 1,043- 2,976).

2. Hubungan Umur dengan Perilaku Physical Distancing


Tabel 5.31 Hubungan Umur dengan Perilaku Physical Distancing Pada
Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Perilaku Physical
Distancing Jumlah PR (95%
Umur Pvalue
Baik Tidak Baik CI)
n % n % n %
4,543(2,026
Lansia (≥ 46 Tahun) 18 56,3 14 43,8 32 100
-10,187)
1,395(0,677-
Dewasa (26-45 Tahun) 15 28,3 38 71,7 53 100 0,001
2,872)
Remaja (12-25 Tahun) 30 22,1 106 77,9 136 100 1

Tabel 5.31 menunjukkan masyarakat yang memiliki kelompok umur lansia


(56,3%) lebih banyak memiliki perilaku physical distancing baik daripada
kelompok umur dewasa (28,3%) dan kelompok umur remaja (22,1%). Hasil
uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara umur

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


80

dengan perilaku physical distancing (Pvalue < 0,05). Hasil perhitungan


Prevalence Ratio (PR) menunjukkan masyarakat yang memiliki kelompok
umur lansia berpeluang 4,543 kali untuk melakukan perilaku physical
distancing dengan baik daripada kelompok umur remaja (95% CI 2,026 –
10,187). Selain itu, masyarakat yang memiliki kelompok umur dewasa
berpeluang 1,395 kali untuk melakukan perilaku physical distancing dengan
baik daripada kelompok umur remaja (95% CI 0,677 - 2,872).

3. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Physical Distancing


Tabel 5.32 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Physical Distancing
Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Perilaku Physical
Tingkat Distancing Jumlah PR (95%
Pvalue
Pendidikan Baik Tidak Baik CI)
n % n % n %
3,892 (1,291-
Tinggi 60 32,4 125 67,6 185 100
11,729) 0,006
Rendah 3 8,3 33 91,7 36 100 1

Tabel 5.32 menunjukkan masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan


tinggi (32,4%) lebih banyak memiliki perilaku physical distancing baik
daripada masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan rendah (8,3%). Hasil uji
Chi Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan dengan perilaku physical distancing (Pvalue < 0,05). Hasil
perhitungan Prevalence Ratio (PR) menunjukkan masyarakat yang memiliki
tingkat pendidikan tinggi berpeluang 3,892 kali untuk melakukan perilaku
physical distancing dengan baik daripada masyarakat yang memiliki tingkat
pendidikan rendah (95% CI 1,291- 11,729).

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


81

4. Hubungan Pekerjaan dengan Perilaku Physical Distancing


Tabel 5.33 Hubungan Pekerjaan dengan Perilaku Physical Distancing Pada
Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Perilaku Physical
Distancing Jumlah PR (95%
Pekerjaan Baik Tidak Baik Pvalue
CI)
n % n % n %
Tidak 1,180 (0,754-
42 30,2 97 69,8 139 100
Bekerja 1,845) 0,563
Bekerja 21 25,6 61 74,4 82 100 1

Tabel 5.33 menunjukkan masyarakat yang tidak bekerja (30,2%) lebih


banyak memiliki perilaku physical distancing baik daripada masyarakat yang
bekerja (25,6%). Hasil uji Chi Square menunjukkan tidak adanya hubungan
yang bermakna antara pekerjaan dengan perilaku physical distancing (Pvalue ≥
0,05). Hasil perhitungan Prevalence Ratio (PR) menunjukkan masyarakat yang
tidak bekerja berpeluang 1,180 kali untuk melakukan perilaku physical
distancing dengan baik daripada masyarakat yang bekerja (95% CI 0,754-
1,845).

5. Hubungan Pengetahuan Tentang COVID-19 dengan Perilaku


Physical Distancing
Tabel 5.34 Hubungan Pengetahuan Tentang COVID-19 dengan Perilaku
Physical Distancing Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok
Tahun 2021
Perilaku Physical
Pengetahuan Distancing Jumlah PR (95%
Tentang Pvalue
Baik Tidak Baik CI)
COVID-19
n % n % n %
9,080 (4,085-
Baik 57 50,4 56 49,6 113 100
20,183) 0,000
Tidak Baik 6 5,6 102 94,4 108 100 1

Tabel 5.34 menunjukkan masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang


COVID-19 baik (50,4%) lebih banyak memiliki perilaku physical distancing
baik daripada masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang COVID-19 tidak
baik (5,6%). Hasil uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan yang

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


82

bermakna antara pengetahuan tentang COVID-19 dengan perilaku physical


distancing (Pvalue < 0,05). Hasil perhitungan Prevalence Ratio (PR)
menunjukkan masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang COVID-19 baik
berpeluang 9,080 kali untuk melakukan perilaku physical distancing dengan
baik daripada masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang COVID-19 tidak
baik (95% CI 4,085- 20,183).

6. Hubungan Pengetahuan Tentang Physical Distancing dengan Perilaku


Physical Distancing
Tabel 5.35 Hubungan Pengetahuan Tentang Physical Distancing dengan
Perilaku Physical Distancing Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota
Depok Tahun 2021
Perilaku Physical
Pengetahuan Distancing
Tentang Jumlah
Tidak PR (95% CI) Pvalue
Physical Baik
Baik
Distancing
n % n % n %
20,550 (6,644-
Baik 60 55 49 45 109 100
63,563) 0,000
Tidak Baik 3 2,7 109 97,3 112 100 1

Tabel 5.35 menunjukkan masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang


physical distancing baik (55%) lebih banyak memiliki perilaku physical
distancing baik daripada masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang
physical distancing tidak baik (2,7%). Hasil uji Chi Square menunjukkan
adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang physical
distancing dengan perilaku physical distancing (Pvalue < 0,05). Hasil
perhitungan Prevalence Ratio (PR) menunjukkan masyarakat yang memiliki
pengetahuan tentang physical distancing baik berpeluang 20,550 kali untuk
melakukan perilaku physical distancing dengan baik daripada masyarakat yang
memiliki pengetahuan tentang physical distancing tidak baik (95% CI 6,644-
63,563).

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


83

7. Hubungan Sikap Physical Distancing dengan Perilaku Physical


Distancing
Tabel 5.36 Hubungan Sikap Physical Distancing dengan Perilaku Physical
Distancing Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun
2021
Perilaku Physical
Sikap Distancing
Jumlah PR (95%
Physical Tidak Pvalue
Baik CI)
Distancing Baik
n % n % n %
Positif 34 50 34 50 68 100 2,638 (1,760-
3,954) 0,000
Negatif 29 19 124 81 153 100 1

Tabel 5.36 menunjukkan masyarakat yang memiliki sikap physical


distancing positif (50%) lebih banyak memiliki perilaku physical distancing
baik daripada masyarakat yang memiliki sikap physical distancing negatif
(19%). Hasil uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna
antara sikap physical distancing dengan perilaku physical distancing (Pvalue <
0,05). Hasil perhitungan Prevalence Ratio (PR) menunjukkan masyarakat yang
memiliki sikap physical distancing positif berpeluang 2,638 kali untuk
melakukan perilaku physical distancing dengan baik daripada masyarakat yang
memiliki sikap physical distancing negatif (95% CI 1,760- 3,954).

8. Hubungan Sumber Informasi dengan Perilaku Physical Distancing


Tabel 5.37 Hubungan Sumber Informasi dengan Perilaku Physical Distancing
Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Perilaku Physical
Distancing Jumlah PR
Sumber Informasi Baik Tidak Baik (95% Pvalue
CI)
n % n % n %
Televisi 1,561
Ya 60 29,3 145 70,7 205 100 (0,551- 0,566
Tidak 3 18,8 13 81,3 16 100 4,425)
Media Sosial 2,329
Ya 62 29,1 151 70,9 213 100 (0,368- 0,445
Tidak 1 12,5 7 87,5 8 100 14,741)
Website Berita Online 1,171
Ya 53 29,3 128 70,7 128 100 (0,654- 0,727
Tidak 10 25 30 75 30 100 2,097)

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


84

Tabel 5.37 Hubungan Sumber Informasi dengan Perilaku Physical Distancing


Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Perilaku Physical
Distancing Jumlah PR
Sumber Informasi Baik Tidak Baik (95% Pvalue
CI)
n % n % n %
Media Massa 1,060
Ya 43 29,1 105 70,9 148 100 (0,676- 0,922
Tidak 20 27,4 53 72,6 73 100 1,664)

Tabel 5.37 menunjukkan Masyarakat yang memperoleh sumber informasi


COVID-19 dari televisi (29,3%) lebih banyak memiliki perilaku physical
distancing baik daripada masyarakat yang tidak memperoleh sumber
informasi COVID-19 dari televisi (18,8%). Hasil uji Chi Square menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi televisi
dengan perilaku physical distancing (Pvalue ≥ 0,05). Hasil perhitungan
Prevalence Ratio (PR) menunjukkan masyarakat yang memperoleh sumber
informasi COVID-19 dari televisi berpeluang 1,561 kali untuk melakukan
perilaku physical distancing dengan baik daripada masyarakat yang tidak
memperoleh sumber informasi COVID-19 dari televisi (95% CI 0,551- 4,425).
Masyarakat yang memperoleh sumber informasi COVID-19 dari media
sosial (29,1%) lebih banyak memiliki perilaku physical distancing baik
daripada masyarakat yang tidak memperoleh sumber informasi COVID-19
dari media sosial (12,5%). Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara sumber informasi media sosial dengan
perilaku physical distancing (Pvalue ≥ 0,05). Hasil perhitungan Prevalence
Ratio (PR) menunjukkan masyarakat yang memperoleh sumber informasi
COVID-19 dari media sosial berpeluang 2,329 kali untuk melakukan perilaku
physical distancing dengan baik daripada masyarakat yang tidak memperoleh
sumber informasi COVID-19 dari media sosial (95% CI 0,368- 14,741).
Masyarakat yang memperoleh sumber informasi COVID-19 dari website
berita online (29,3%) lebih banyak memiliki perilaku physical distancing baik
daripada masyarakat yang tidak memperoleh sumber informasi COVID-19
dari website berita online (25%). Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi website berita

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


85

online dengan perilaku physical distancing (Pvalue ≥ 0,05). Hasil perhitungan


Prevalence Ratio (PR) menunjukkan masyarakat yang memperoleh sumber
informasi COVID-19 dari website berita online berpeluang 1,171 kali untuk
melakukan perilaku physical distancing dengan baik daripada masyarakat
yang tidak memperoleh sumber informasi COVID-19 dari website berita
online (95% CI 0,654- 2,097).
Masyarakat yang memperoleh sumber informasi COVID-19 dari media
massa (29,1%) lebih banyak memiliki perilaku physical distancing baik
daripada masyarakat yang tidak memperoleh sumber informasi COVID-19
dari media massa (27,4%). Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi media massa dengan
perilaku physical distancing (Pvalue ≥ 0,05). Hasil perhitungan Prevalence
Ratio (PR) menunjukkan masyarakat yang memperoleh sumber informasi
COVID-19 dari media massa berpeluang 1,060 kali untuk melakukan perilaku
physical distancing dengan baik daripada masyarakat yang tidak memperoleh
sumber informasi COVID-19 dari media massa (95% CI 0,676- 1,664).

9. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Physical Distancing


Tabel 5.38 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Physical Distancing
Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Perilaku Physical
Dukungan Distancing Jumlah PR (95%
Baik Tidak Baik Pvalue
Keluarga CI)
n % n % n %
2,708 (1,822-
Mendukung 32 52,5 29 47,5 61 100
4,024)
0,000
Tidak
31 19,4 129 80,6 160 100 1
Mendukung

Tabel 5.38 menunjukkan masyarakat yang memiliki keluarga mendukung


(52,5%) lebih banyak memiliki perilaku physical distancing baik daripada
masyarakat yang memiliki keluarga tidak mendukung (19,4%). Hasil uji Chi
Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara dukungan
keluarga dengan perilaku physical distancing (Pvalue < 0,05). Hasil
perhitungan Prevalence Ratio (PR) menunjukkan masyarakat yang memiliki
keluarga mendukung berpeluang 2,708 kali untuk melakukan perilaku physical

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


86

distancing dengan baik daripada masyarakat yang memiliki keluarga tidak


mendukung (95% CI 1,822- 4,024).

10. Hubungan Dukungan Tokoh Masyarakat dengan Perilaku Physical


Distancing
Tabel 5.39 Hubungan Dukungan Tokoh Masyarakat dengan Perilaku Physical
Distancing Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun
2021
Perilaku Physical
Dukungan Distancing
Jumlah PR (95%
Tokoh Pvalue
Baik Tidak Baik CI)
Masyarakat
n % n % n %
1,667 (1,106-
Mendukung 30 38,5 48 61,5 78 100
2,512)
0,024
Tidak 14
33 23,1 110 76,9 100 1
Mendukung 3

Tabel 5.39 menunjukkan masyarakat yang memiliki tokoh masyarakat


mendukung (38,5%) lebih banyak memiliki perilaku physical distancing baik
daripada masyarakat yang memiliki tokoh masyarakat tidak mendukung
(23,1%). Hasil uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna
antara dukungan tokoh masyarakat dengan perilaku physical distancing
(Pvalue < 0,05). Hasil perhitungan Prevalence Ratio (PR) menunjukkan
masyarakat yang memiliki tokoh masyarakat mendukung berpeluang 1,667
kali untuk melakukan perilaku physical distancing dengan baik daripada
masyarakat yang memiliki tokoh masyarakat tidak mendukung (95% CI
1,106- 2,512).

11. Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat


Tabel 5.40 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Perilaku Physical Distancing Pada Masyarakat
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Variabel PR (95% CI) Pvalue Keterangan
Jenis Kelamin 1,762 (1,043- 2,976) 0,037 Ada Hubungan
Umur
Lansia 4,543 (2,026 -10,187)
Dewasa 1,395 (0,677- 2,872) 0,001 Ada Hubungan
Remaja 1
Tingkat Pendidikan 3,892 (1,291- 11,729) 0,006 Ada Hubungan

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


87

Variabel PR (95% CI) Pvalue Keterangan


Pekerjaan 1,180 (0,754- 1,845) 0,563 Tidak Ada
Hubungan
Pengetahuan tentang 9,080 (4,085- 20,183) 0,000 Ada Hubungan
COVID-19
Pengetahuan tentang 20,550 (6,644- 0,000 Ada Hubungan
Physical Distancing 63,563)
Sikap Physical 2,638 (1,760- 3,954) 0,000 Ada Hubungan
Distancing
Sumber Informasi
Televisi 1,561 (0,551- 4,425) 0,566 Tidak Ada
Hubungan
Media Sosial 2,329 (0,368- 14,741) 0,445 Tidak Ada
(Facebook, Hubungan
Whatsapp, Twitter,
Line, Instagram).
Website Berita 1,171 (0,654- 2,097) 0,727 Tidak Ada
Online Hubungan
Media Massa 1,060 (0,676- 1,664) 0,922 Tidak Ada
(Spanduk/ Hubungan
Poster/Koran/
Majalah)
Dukungan Keluarga 2,708 (1,822- 4,024) 0,000 Ada Hubungan
Dukungan Tokoh 1,667 (1,106- 2,512) 0,024 Ada Hubungan
Masyarakat

D. Analisis Multivariat
Pada analisis multivariat, tahapan awal yang peneliti lakukan adalah
melakukan pemilihan kandidat model yang dapat masuk ke dalam analisis
multivariat yaitu variabel yang memiliki nilai Pvalue < 0,25. Selanjutnya
dilakukan pengeluaran model awal yang memiliki Pvalue ≥ 0,05 serta
mengalami perubahan nilai (OR ≤ 10%), setelah itu, tahapan analisis
multivariat akan dilanjutkan dengan uji interaksi untuk mendapatkan
pemodelan akhir analisis multivariat.
1. Pemilihan Kandidat Model
Hasil seleksi kandidat model pada uji regresi logistik sederhana sebagai
berikut:

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


88

Tabel 5.41 Hasil Uji Regresi Logistik Sederhana dalam Pemilihan Kandidat
Model
Variabel Pvalue Keterangan
Jenis Kelamin 0,022 Masuk Multivariat
Umur 0,001 Masuk Multivariat
Tingkat Pendidikan 0,001 Masuk Multivariat
Pekerjaan 0,462 Tidak Masuk Multivariat
Pengetahuan tentang COVID-19 0,000 Masuk Multivariat
Pengetahuan tentang Physical 0,000 Masuk Multivariat
Distancing
Sikap Physical Distancing 0,000 Masuk Multivariat
Sumber Informasi Televisi 0,351 Tidak Masuk Multivariat
Sumber Informasi Media Sosial 0,270 Tidak Masuk Multivariat
Sumber Informasi Website 0,583 Tidak Masuk Multivariat
Berita Online
Sumber Informasi Media Massa 0,797 Tidak Masuk Multivariat
Dukungan Keluarga 0,000 Masuk Multivariat
Dukungan Tokoh Masyarakat 0,017 Masuk Multivariat

Tabel 5.41 Menunjukkan bahwa terdapat 8 Variabel yang dapat menjadi


kandidat pemodelan awal untuk dilanjutkan ke dalam analisis multivariat yaitu
variabel jenis kelamin (0,022), umur (0,001), tingkat pendidikan (0,001),
pengetahuan tentang COVID-19 (0,000), pengetahuan tentang physical
distancing (0,000), sikap physical distancing (0,000), dukungan keluarga
(0,000), dukungan tokoh masyarakat (0,017).
2. Pemodelan Awal
Hasil pemodelan awal pada uji regresi logistik ganda adalah sebagai
berikut:

Tabel 5.42 Pemodelan Awal Analisis Multivariat


Variabel B SE Wald df Sig OR
Jenis Kelamin 1.075 0.602 3.193 1 0.074 2.930
Umur - - 13.757 2 0.001 -
Umur (1) 3.010 1.056 8.126 1 0.004 20.279
Umur (2) 3.796 1.035 13.463 1 0.000 44.519
Tingkat Pendidikan 0.942 0.798 1.391 1 0.238 2.565
Pengetahuan tentang
2.421 0.593 16.650 1 0.000 11.261
COVID-19
Pengetahuan tentang
3.671 0.822 19.967 1 0.000 39.298
Physical Distancing
Sikap Physical
0.294 0.566 .270 1 0.604 1.341
Distancing

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


89

Tabel 5.42 Pemodelan Awal Analisis Multivariat


Variabel B SE Wald df Sig OR
Dukungan Keluarga 0.642 0.532 1.457 1 0.227 1.900
Dukungan Tokoh
0.812 0.529 2.358 1 0.125 2.252
Masyarakat

Tabel 5.42 Menunjukkan bahwa terdapat 5 variabel yang memiliki (Pvalue


≥ 0,05) yaitu sikap physical distancing (Pvalue = 0,604), tingkat pendidikan
(Pvalue = 0,238), dukungan keluarga (Pvalue = 0,227), dukungan tokoh
masyarakat (Pvalue = 0,125) dan jenis kelamin (Pvalue = 0,074). Sedangkan 5
variabel lainnya memiliki Pvalue ≤ 0,05, yaitu variabel umur (Pvalue =
0,001), umur (1) (0,004), umur (2) (0,000), pengetahuan tentang COVID-19
(Pvalue = 0,000) dan pengetahuan tentang physical distancing (Pvalue =
0,000).
3. Pemodelan Setelah Pengeluaran Variabel yang Mengalami Perubahan
OR (≤ 10%)
Setelah dilakukan pemodelan awal dan didapatkan 5 variabel yang harus
dikeluarkan dikarenakan variabl tersebut memiliki (Pvalue > 0,05), langkah
pengeluaran variabel dimulai dari varibel yang memiliki nilai Pvalue tertinggi
sampai dengan variabel yang memiliki Pvalue terendah, kemudian masing-
masing variabel yang dikeluarkan diseleksi terlebih dahulu untuk mengetahui
perubahan nilai OR nya setelah variabel tersebut dikeluarkan dari pemodelan
analisis multivariat. Pengeluaran variabel dimulai dari variabel sikap physical
distancing (Pvalue = 0,604), tingkat pendidikan (Pvalue = 0,238), dukungan
keluarga (Pvalue = 0,227), dukungan tokoh masyarakat (Pvalue = 0,125) dan
jenis kelamin (Pvalue = 0,074). Jika terdapat variabel yang menunjukkan
perubahan nilai OR ≤ 10% maka variabel tersebut akan dikeluarkan dari
pemodelan awal, sedangkan jika perubahan nilai OR > 10%, maka variabel
tersebut dimasukkan kembali ke dalam pemodelan awal analisis multivariat.
Adapun hasil pengeluaran satu persatu variabel adalah sebagai berikut:

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


90

Tabel 5.43 Pemodelan Analisis Multivariat Setelah Pengeluaran Variabel


Perubahan
Variabel Sig Exp (B)
OR (%)
1. Model Tanpa Variabel Sikap Physical Distancing
Jenis Kelamin 0.084 2.722 7.09
Umur 0.001 - -
Umur (1) 0.005 18.844 7.07
Umur (2) 0.000 42.871 3.70
Tingkat Pendidikan 0.217 2.685 -4.68
Pengetahuan tentang COVID-19 0.000 11.325 -0.56
Pengetahuan tentang Physical Distancing 0.000 42.117 -7.17
Sikap Physical Distancing - - -
Dukungan Keluarga 0.157 2.058 -8.34
Dukungan Tokoh Masyarakat 0.080 2.436 -8.17
2. Model Tanpa Variabel Tingkat Pendidikan
Jenis Kelamin 0.124 2.390 18.41
Umur 0.001 - -
Umur (1) 0.006 14.764 27.19
Umur (2) 0.000 36.204 18.67
Tingkat Pendidikan - - -
Pengetahuan tentang COVID-19 0.000 12.368 -9.83
Pengetahuan tentang Physical Distancing 0.000 48.784 -24.13
Dukungan Keluarga 0.197 1.907 -0.36
Dukungan Tokoh Masyarakat 0.072 2.447 -8.67
3. Model Tanpa Variabel Dukungan Keluarga
Jenis Kelamin 0.088 2.634 10.08
Umur 0.001 - -
Umur (1) 0.005 19.384 4.41
Umur (2) 0.000 39.653 10.93
Tingkat Pendidikan 0.272 2.397 6.55
Pengetahuan tentang COVID-19 0.000 13.606 -20.82
Pengetahuan tentang Physical Distancing 0.000 49.980 -27.18
Dukungan Keluarga - - -
Dukungan Tokoh Masyarakat 0.069 2.496 -10.83
4. Model Tanpa Variabel Dukungan Tokoh Masyarakat
Jenis Kelamin 0.134 2.283 22.07
Umur 0.001 - -
Umur (1) 0.004 19.363 4.51
Umur (2) 0.000 40.338 9.39
Tingkat Pendidikan 0.195 2.885 -12.49
Pengetahuan tentang COVID-19 0.000 12.574 -11.66
Pengetahuan tentang Physical Distancing 0.000 40.619 -3.36
Dukungan Keluarga 0.134 2.129 -12.06
Dukungan Tokoh Masyarakat - - -
5. Model Tanpa Variabel Jenis Kelamin
Jenis Kelamin - - -
Umur 0.001 - -

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


91

Tabel 5.43 Pemodelan Analisis Multivariat Setelah Pengeluaran Variabel


Perubahan
Variabel Sig Exp (B)
OR (%)
5. Model Tanpa Variabel Jenis Kelamin
Umur (1) 0.006 16.021 20.99
Umur (2) 0.000 33.860 23.94
Tingkat Pendidikan 0.339 2.108 17.80
Pengetahuan tentang COVID-19 0.000 11.325 -0.56
Pengetahuan tentang Physical Distancing 0.000 51.302 -30.54
Dukungan Keluarga 0.166 2.000 -5.26
Dukungan Tokoh Masyarakat 0.129 2.101 6.67

Tabel 5.43 Menunjukkan bahwa variabel yang memiliki (Pvalue > 0,05)
dan kemudian telah dilakukan perhitungan selisih perubahan OR, maka
didapatkan 1(satu) variabel yang memiliki perubahan nilai (OR ≤ 10%) yaitu
variabel sikap physical distancing, sehingga variabel tersebut dikeluarkan
secara permanen dari pemodelan analisis multivariat dan tidak dilanjutkan ke
uji interaksi. Sedangkan variabel tingkat pendidikan, dukungan keluarga,
dukungan tokoh masyarakat dan jenis kelamin memiliki perubahan nilai (OR
> 10%) sehingga variabel tersebut dimasukkan kembali ke dalam pemodelan
analisis multivariat untuk dilanjutkan ke uji interaksi.
4. Pemodelan Akhir
Hasil analisis multivariat dalam pemodelan akhir adalah sebagai berikut:

Tabel 5.44 Pemodelan Akhir Analisis Multivariat


Variabel Pvalue OR
Umur 0.001 -
Umur (1) 0.005 18.844
Umur (2) 0.000 42.871
Pengetahuan tentang COVID-19 0.000 11.325
Pengetahuan tentang Physical Distancing 0.000 42.117
Tingkat Pendidikan 0.217 2.685
Dukungan Keluarga 0.157 2.058
Dukungan Tokoh Masyarakat 0.080 2.436
Jenis Kelamin 0.084 2.722

Tabel 5.44 Menunjukkan bahwa faktor determinan dari perilaku physical


distancing adalah Umur, pengetahuan tentang COVID-19, dan pengetahuan
tentang physical distancing. Variabel yang paling dominan mempengaruhi

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


92

perilaku physical distancing adalah variabel yang memiliki nilai Exp(B) atau
nilai OR tertinggi yaitu variabel umur (2), dimana kelompok umur remaja
berisiko 42,871 kali untuk memiliki perilaku physical distancing yang tidak
baik daripada kelompok umur lansia.
5. Uji Interaksi
Hasil uji interaksi dalam proses seleksi pemodelan akhir adalah sebagai
berikut:
Tabel 5.45 Hasil Uji Interaksi
Variabel Pvalue Keterangan
Umur 1.000 Masuk Model Akhir
Umur (1) 0.999 Masuk Model Akhir
Umur (2) 0.999 Masuk Model Akhir
Pengetahuan tentang COVID-19 1.000 Masuk Model Akhir
Pengetahuan tentang Physical 1.000 Masuk Model Akhir
Distancing
Tingkat Pendidikan 1.000 Masuk Model Akhir
Dukungan Keluarga 0.998 Masuk Model Akhir
Dukungan Tokoh Masyarakat 0.999 Masuk Model Akhir
Jenis Kelamin 0.999 Masuk Model Akhir
Umur dengan Pengetahuan tentang Masuk Model Akhir
1.000
COVID-19
Umur (1) dengan Pengetahuan Dikeluarkan
0.999
tentang COVID-19
Umur (2) dengan Pengetahuan
0.999 Dikeluarkan
tentang COVID-19
Umur dengan Pengetahuan tentang
1.000 Dikeluarkan
Physical Distancing
Umur (1) dengan Pengetahuan
0.999 Dikeluarkan
tentang Physical Distancing
Umur (2) dengan Pengetahuan
0.999 Dikeluarkan
tentang Physical Distancing
Umur dengan Tingkat Pendidikan 1.000 Dikeluarkan
Umur (1) dengan Tingkat 1.000
Dikeluarkan
Pendidikan
Umur (2) dengan Tingkat 1.000
Dikeluarkan
Pendidikan
Umur dengan Dukungan Keluarga 1.000 Dikeluarkan
Umur (1) dengan Dukungan
0.996 Dikeluarkan
Keluarga
Umur (2) dengan Dukungan
0.996 Dikeluarkan
Keluarga
Umur dengan Dukungan Tokoh
0.859 Dikeluarkan
Masyarakat
Umur (1) dengan Dukungan Tokoh
0.999 Dikeluarkan
Masyarakat

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


93

Tabel 5.45 Hasil Uji Interaksi


Variabel Pvalue Keterangan
Umur (2) dengan Dukungan Tokoh 0.999 Dikeluarkan
Masyarakat
Umur dengan Jenis Kelamin 1.000 Dikeluarkan
Umur (1) dengan Jenis Kelamin 0.998 Dikeluarkan
Umur (2) dengan Jenis Kelamin 0.998 Dikeluarkan
Pengetahuan tentang COVID-19 0.999 Dikeluarkan
dengan Pengetahuan tentang
Physical Distancing
Pengetahuan tentang COVID-19 1.000 Dikeluarkan
dengan Tingkat Pendidikan
Pengetahuan tentang COVID-19 0.998 Dikeluarkan
dengan Dukungan Keluarga
Pengetahuan tentang COVID-19 0.999 Dikeluarkan
dengan Dukungan Tokoh
Masyarakat
Pengetahuan tentang COVID-19 0.999 Dikeluarkan
dengan Jenis Kelamin
Pengetahuan tentang Physical 0.999 Dikeluarkan
Distancing dengan Tingkat
Pendidikan
Pengetahuan tentang Physical 1.000 Dikeluarkan
Distancing dengan Dukungan
Keluarga
Pengetahuan tentang Physical 0.998 Dikeluarkan
Distancing dengan Dukungan Tokoh
Masyarakat
Pengetahuan tentang Physical 0.999 Dikeluarkan
Distancing dengan Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan dengan 0.998 Dikeluarkan
Dukungan Keluarga
Tingkat Pendidikan dengan 1.000 Dikeluarkan
Dukungan Tokoh Masyarakat
Tingkat Pendidikan dengan Jenis 0.998 Dikeluarkan
Kelamin
Dukungan Keluarga dengan 0.564 Dikeluarkan
Dukungan Tokoh Masyarakat
Dukungan Keluarga dengan Jenis 0.996 Dikeluarkan
Kelamin
Dukungan Tokoh Masyarakat 0.996 Dikeluarkan
dengan Jenis Kelamin

Tabel 5.45 Menunjukkan bahwa terdapat 32 pasang variabel yang masuk


ke dalam model uji interaksi, namun setelah dilakukan uji interkasi, tidak ada

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


94

variabel yang berinteraksi (Pvalue ≥ 0,05) sehingga 32 variabel tersebut


dikeluarkan dari model.
6. Pemodelan Akhir Setelah Uji Interaksi
Hasil analisis multivariat dalam pemodelan akhir setelah dilakukan uji
interaksi dan melakukan pengeluaran variabel yang tidak memiliki interaksi
adalah sebagai berikut :

Tabel 5.46 Pemodelan Akhir Analisis Multivariat Setelah Uji Interaksi


Variabel Pvalue OR
Umur 0.001 -
Umur (1) 0.005 18.844
Umur (2) 0.000 42.871
Pengetahuan tentang COVID-19 0.000 11.325
Pengetahuan tentang Physical Distancing 0.000 42.117
Tingkat Pendidikan 0.217 2.685
Dukungan Keluarga 0.157 2.058
Dukungan Tokoh Masyarakat 0.080 2.436
Jenis Kelamin 0.084 2.722

Tabel 5.46 Menunjukkan bahwa faktor determinan dari perilaku physical


distancing adalah Umur, pengetahuan tentang COVID-19, dan pengetahuan
tentang physical distancing. Variabel yang paling dominan mempengaruhi
perilaku physical distancing adalah variabel yang memiliki nilai Exp(B) atau
nilai OR tertinggi yaitu variabel umur (2) atau kategori umur remaja dan
variabel pengetahuan physical distancing. Kategori kelompok umur remaja
berisiko 42,871 kali untuk memiliki perilaku physical distancing kategori tidak
baik daripada kelompok umur lansia. Selain itu, masyarakat yang memiliki
pengetahuan physical distancing yang baik, berisiko 42,117 kali untuk
memiliki perilaku physical distancing dalam kategori baik.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


BAB VI
PEMBAHASAN

A. Perilaku Physical Distancing


Physical distancing adalah salah satu upaya preventif dalam penanganan
COVID-19 yang dapat dilakukan dengan menjaga jarak fisik sejauh 2 meter
dengan siapapun termasuk kelompok rentan (lansia, ibu hamil dan memiliki
riwayat penyakit kronis), menghindari keramaian/ perkumpulan,
belajar/bekerja atau beribadah dari rumah serta tidak makan dan minum
bersama di tempat kerja, membatasi kontakkfisik dan penggunaan transportasi
publik, mengurangi aktivitas di luar rumah dan membatasi berpergian keluar
kota atau negeri dan tempat wisata. Hal demikian dilakukan guna mengurangi
bahkan memblokir rantai penularan COVID-19 di masyarakat.
Penelitian ini menunjukan hasil bahwa masyarakat yang menerapkan
perilaku physical distancing dengan baik adalah sebanyak 28,5%, sedangkan
masyarakat yang tidak berperilaku physical distancing baik atau dalam
kategori mempunyai perilaku physical distancing tidak baik adalah sebanyak
71,5%.
Hasil penelitian lain menunjukan hal yang serupa, dimana persentase
responden yang berperilaku baik, lebih kecil dibandingkan responden yang
berperilaku cukup dan kurang baik dalam upaya preventif COVID-19, yaitu
pada penelitian Prihati et al (2020) dengan hasil persentase yang lebih kecil,
karena hanya 18% responden yang berperilaku baik, sedangkan sebanyak 46%
responden berperilaku cukup baik dan sebanyak 23% lainnya memilki
perilaku kurang baik. Tidak hanya itu, hasil penelitian terbaru menurut Pertiwi
dan Budiono (2021), yang dilakukan pada masyarakat RW 02 Kelurahan
Sumurrejo menunjukkan bahwa sebanyak 49,3 % berperilaku positif dan
50,7% berperilaku negatif.
Hasil yang berbanding terbalik ditemukan pada penelitian Syadidurrahmah
et al (2020) pada mahasiswaaUIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
menerangkan angka presentase yang lebih besar, yaitu sebanyak 55,9%,
responden menerapkan perilaku physical distancing dengan baik, sedangkan

95

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


96

responden yang menerapkan perilaku physical distancing tidak baik adalah


sebanyak 44,1%. Selain itu, hasil penelitian Hafandi dan Ariyanti (2020),
menunjukkan angka yang lebih tinggi pada masyarakat di Kota Tarakan yaitu
sebanyak 99,1 % melakukan physical distancing sedangkan sebanyak 0,1%
masyarakat tidak melakukan physical distancing.
Hasil pada penelitian ini yang menunjukkan lebih banyak masyarakat
dalam kategori memiliki perilaku physical distancing tidak baik, daripada
masyarakat yang memiliki perilaku physical distancing baik, dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor lain seperti dukungan keluarga dan dukungan
tokoh masyarakat yang masih rendah. Selain itu, sikap masyarakat yang
negatif terhadap physical distancing juga menjadi salah satu alasan kuat bagi
peneliti sehingga perilaku physical distancing masyarakat lebih banyak yang
tidak baik. Menurut Green dalam Notoatmodjo (2013), perilaku dipengaruhi
oleh 3 (tiga) faktor utama yaitu faktor predisposisi seperti pengetahuan dan
sikap, faktor pemungkin seperti sarana prasarana atau ketersediaan fasilitas
serta faktor penguat seperti dukungan keluarga dan dukungan tokoh
masyarakat.
Selain itu, meskipun hasil jawaban responden terkait perilaku physical
distancing sudah terlihat baik, namun masih banyak responden yang belum
memenuhi syarat pada kategori perilaku baik yaitu jika total skor ≥ (Q3=33),
hal ini dikarenakan hasil ukur menggunakan Q3 dengan standard yang tinggi
sebesar 33 dengan total skor maksimum yang bisa didapatkan oleh responden
sebesar 40.
Demikian pula peneliti berasumsi bahwa, berdasarkan realita hasil
penelitian ini dimana mayoritas responden pada penelitian ini termasuk ke
dalam kategori umur remaja, dapat menjadi alasan rendahnya perilaku
physical distancing yang baik pada masyarakat. Hal ini didukung oleh teori
Jess Shatkin seorang psikiater anak yang dikutip dalam Anggita (2020),
bahwa selama masa remaja, seseorang membutuhkan serbuan hit dopamin di
dalam otaknya yang bisa mereka dapatkan dari hubungan interaksi seperti
berkumpul dan bertemu dengan teman-teman nya. Hal inilah yang membuat
remaja lebih bisa mengambil resiko asalkan mereka dapat memenuhi

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


97

kebutuhan nya untuk berinteraksi dan berkumpul dengan teman-teman nya,


sehingga lebih sulit untuk tetap di rumah saja dan menerapkan perilaku
physical distancing.
Selain itu, rendahnnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan physical
distancing yang baik, dapat disebabkan pula oleh para pelaku usaha yang
menyisihkan atau meluangkan tempat melebihi kapasitas pengunjung yang
diharuskan. Seperti yang dilansir dalam (humas.bandung.go.id, 2021), bahwa
para pelaku usaha masih banyak menyediakan jumlah ruang yang melebihi 30
persen jumlah pengunjung serta tidak diberinya penanda pada kursi yang telah
disediakan.

B. Hubungan Faktor Predisposisi dengan Perilaku Physical Distancing


1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Physical Distancing
Pada penelitian ini, jenis kelamin responden terdiri dari 2 (dua) kategori
yaitu jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Berdasarkan hasil analisis
univariat, menunjukkan bahwasanya masyarakat lebih banyak yang memiliki
jenis kelamin perempuan sebanyak 147 orang (66,5%) dibandingkan
masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 74 orang (33,5%).
Hasil bivariat dengan menggunakan Uji Chi Square menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan perilaku physical
distancing (Pvalue < 0,05). Masyarakat yang memiliki jenis kelamin
perempuan (33,3%) lebih banyak memiliki perilaku physical distancing baik
daripada masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki (18,9%). Nilai
Prevalence ratio (PR) menjelaskan bahwa masyarakat yang memiliki jenis
kelamin perempuan berpeluang 1,762 kali untuk melakukan perilaku physical
distancing dengan baik daripada masyarakat dengan jenis kelamin laki-laki
(95% CI 1,043- 2,976).
Hasil penelitian ini berbanding lurus dengan penelitian Retnaningsih et al
(2020) dan Suharmanto (2020), yang menerangkan bahwa adanya perbedaan
probabilitas yang bermakna antara jenis kelamin dengan perilaku preventif
dalam penularan COVID-19 (Pvalue < 0,05). Namun, hasil yang bertentangan
pada penelitian yang didapatkan oleh Prihati et al (2020), yang menemukan

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


98

tidak ada perbedaan probabilitas yang bermakna antara jenis kelamin dengan
perilaku preventif COVID- 19, ditunjukan dengan nilai (Pvalue=0,25)
Adanya hubungan variabel jenis kelamin dengan perilaku physical
distancing dalam upaya preventif COVID-19 dikarenakan jenis kelamin
perempuan memiliki kecenderungan beperilaku baik dibandingkan dengan
laki-laki apalagi dalam hal peduli terhadap kondisi lingkungan maupun
kesehatan nya. Penelitian Wulandari et al (2020), dapat mendukung hal
tersebut, dikarenakan masyarakat yang berjenis kelamin perempuan lebih
banyak menghabiskan waktu guna mencari informasi dengan membaca dan
melakukan diskusi dengan lingkungan sekitar terkait upaya dalam upaya
preventif COVID-19, dalam hal ini perilaku physical distancing. Selanjutnya,
didapatkan hasil penelitian Layli et al (2020), yang menunjukkan bahwasanya
jenis kelamin perempuan umumnya mempunyai tanggung jawab yang lebih
baik terhadap kesehatannya dibandingkan laki-laki. Maka dari itu, perempuan
biasanya cenderung melakukan perilaku yang sehat.
Hasil uji Regresi Logistik Ganda menunjukkan bahwa variabel jenis
kelamin masuk ke dalam model akhir analisis multivariat.
2. Hubungan Umur dengan Perilaku Physical Distancing
Pada penelitian ini, variabel umur dikategorikan menjadi 3 (tiga) kategori,
yaitu kategori umur remaja (12-25 tahun), dewasa (26-45 tahun) dan lansia ( ≥
46 tahun). Hasil analisis univariat menunjukkan masyarakat paling banyak
memiliki kategori umur remaja, sedangkan paling sedikit pada kategori umur
lansia. Masyarakat yang memiliki kategori umur remaja sebanyak 136 orang
(61,5%), disusul oleh kategori umur dewasa sebanyak 53 orang (24%) dan
kategori umur lansia sebanyak 32 orang (14,5%).
Hasil analisis bivariat menggunakan Uji Chi Square menunjukkan terdapat
hubungan yang signifikan antara umur dengan perilaku physical distancing
dengan Pvalue 0,001 (< 0,05) dimana masyarakat kelompok umur lansia
(56,3%) lebih banyak memiliki perilaku physical distancing baik daripada
kelompok umur remaja (22,1%).
Adanya hubungan antara variabel umur dan perilaku physical distancing
sebagai upaya preventif COVID-19, didukung dengan hasil penelitian yang

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


99

dilakukan oleh Pertiwi dan Budiono (2021), dengan hasil (Pvalue= 0,007)
yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan perilaku
physical distancing. Hasil ini serupa dengan penelitian Prihanti et al (2018),
yang menunjukkan terdapat hubungan antara umur dengan perilaku hidup
bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga ditunjukkan dengan hasil
(Pvalue= 0,000). Namun, bertolak belakang dengan hasil penelitian Sari et al
(2020), bahwa tidak terdapat perbedaan probabilitas perilaku preventif dalam
penularan COVID-19 pada masyarakat berdasarkan umur responden.
Umur seseorang menentukan tingkat kematangan nya dalam proses
berfikir dan menentukan baik atau buruk nya suatu perilaku. Berdasarkan hasil
penjabaran di atas, peneliti berasumsi bahwa adanya hubungan umur dengan
perilaku physical distancing, disebabkan karena semakin bertambahnya umur,
maka semakin baik pengetahuan yang diperoleh yang menandakan
berkembang nya kemampuan seseorang dalam daya tangkap dan pola pikir
nya (Hafandi dan Ariyanti, 2020). Hal ini didukung oleh penelitian Dewi
(2020), dimana responden dalam kategori lansia awal (46 – 55 tahun)
merupakan usia matang yang ditunjukkan dengan kemampuan menerima
pengetahuan serta menyelesaikan masalah dengan prosedur pertahanan diri
yang baik.
Pada penelitian ini juga menjelaskan bahwa, mayoritas responden dalam
penelitian ini berada dalam kategori umur remaja dengan rentang 12-25 tahun,
dimana memiliki kecenderungan berperilaku physical distancing kategori
tidak baik. Hal ini dikarenakan, pada realitanya, Jess Shatkin seorang psikiater
anak yang dikutip dalam Anggita (2020), menyebutkan bahwa remaja
cenderung lebih mudah untuk mengambil risiko asalkan mereka dapat
berkumpul dan berinteraksi dengan teman-teman nya, daripada menimbang
bagaimana konsekuensi nya, hal ini dapat terjadi akibat adanya peningkatan
aktivitas hit dopamin di dalam otak selama masa remaja dimana akan
membuatnya merasa seperti mendapatkan hadiah dan kebahagiaan yang lebih
jika dapat berkumpul dan berinteraksi dengan teman-teman nya, inilah yang
membuat remaja lebih sulit untuk menerapkan perilaku physical distancing
atau karantina di rumah.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


100

Hasil analisis multivariat mendukung hasil pada analisis bivariat yaitu


bahwa umur remaja merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi
perilaku physical distancing, dimana kategori umur remaja berisiko 42.871
kali untuk melakukan perilaku physical distancing dalam kategori tidak baik,
dibandingkan dengan kategori umur lansia.
3. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Physical Distancing
Variabel tingkat pendidikan dikategorikan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu
tingkat pendidikan tinggi (SMA dan perguruan Tinggi) dan tingkat pendidikan
rendah (tidak tamat SD, tamat SD dan tamat SMP). Hasil analisis univariat
menunjukkan bahwa sebanyak 185 responden (83,7%) lebih banyak memiliki
tingkat pendidikan tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang tingkat
pendidikan nya rendah sebanyak 36 orang (16,3%).
Hasil analisis bivariat menunjukkan masyarakat yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi (32,4%) lebih banyak memiliki perilaku physical distancing
baik daripada masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan rendah (8,3%).
Hasil uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara
tingkat pendidikan dengan perilaku physical distancing (Pvalue < 0,05). Nilai
Prevalence Ratio (PR) didapatkan sebesar 3,892 (95% CI 1,291- 11,729) yang
memiliki arti, masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi berpeluang 3,892
kali untuk melakukan perilaku physical distancing dengan baik daripada
masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan rendah .
Hasil penelitian ini serupa dengan yang didapatkan sebelumnya oleh
penelitian Gannika dan Sembiring (2020), bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku preventif COVID-19,
ditunjukan dengan nilai (Pvalue= 0,000). Adapun pada penelitian oleh
Tetartor et al (2021), didapatkan hasil serupa dengan nilai (Pvalue=0,000)
yang artinya menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara
pendidikan dengan perilaku preventif COVID-19. Sementara itu, Adliyani et
al (2017), dalam penelitian nya memiliki hasil yang berlawanan, dimana
dilakukan kaji hubungan antara variabel pendidikan dengan perilaku
seseorang dalam melakukan kunjungan ke posyandu, tidak memiliki
hubungan yang signifikan, ditunjukan dengan hasil (Pvalue=0,443).

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


101

Berdasarkan uraian tersebut, adanya hubungan antara tingkat pendidikan


dengan perilaku physical distancing dikarenakan semakin tinggi nya tingkat
pendidikan seseorang maka semakin banyak informasi yang diperoleh, yang
nantinya dapat terwujud dalam tindakan nyata dari perilaku seseorang. Selain
itu, tingkat pendidikan mempengaruhi bagaimana pola pikir atau analisis
seseorang terhadap suatu informasi, sehingga memberi dampak luas dalam
tiap aspek kehidupan seseorang (Dewi, 2020).
Selanjutnya, tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap eksekusi baik
atau buruknya perilaku physical distancing seseorang. Hal ini dikarenakan
masyarakat yang tingkat pendidikan nya tinggi akan memiliki pemahaman
luas sehingga memiliki perilaku physical distancing yang baik, sebaliknya,
masyarakat yang tingkat pendidikan nya rendah, maka memiliki pemahaman
informasi yang rendah pula, sehingga berpengaruh terhadap buruknya perilaku
physical distancing yang dimiliki (Pertiwi dan Budiono, 2021).
4. Hubungan Pekerjaan dengan Perilaku Physical Distancing
Variabel pekerjaan pada penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 (dua)
kategori yaitu bekerja dan tidak bekerja. Masyarakat dikatakan bekerja jika
mendapatkan penghasilan seperti PNS/TNI/Polri, buruh/pedagang, wirausaha,
dan pegawai swasta sedangkan responden dengan status tidak bekerja yaitu
apabila menganggur, pelajar, serta ibu rumah tangga. Hasil analisis univariat
menunjukkan bahwa kategori pekerjaan masyarakat lebih banyak yang tidak
bekerja (62,9%) dibandingkan dengan yang bekerja (37,1%).
Hasil Bivariat dengan Uji Chi Square memperlihatkan tidak adanya
hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan perilaku physical
distancing (Pvalue ≥ 0,05). Masyarakat yang tidak bekerja (30,2%) lebih
banyak memiliki perilaku physical distancing baik daripada masyarakat yang
bekerja (25,6%). Hasil perhitungan Prevalence Ratio (PR) menunjukkan
masyarakat yang tidak bekerja berpeluang 1,180 kali untuk melakukan
perilaku physical distancing dengan baik daripada masyarakat yang bekerja
(95% CI 0,754- 1,845).
Penelitian yang dilakukan oleh Ta'adi et al (2019), menjelaskan hasil
sejalan, bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


102

kepatuhan cuci tangan 6 (enam) langkah pada momen pertama (Pvalue=


0,081). Sementara itu, penelitian dengan hasil yang tidak sejalan ditemukan
pada penelitian Retnaningsih et al (2020) dan Suharmanto (2020), yang
menyebutkan bahwa terdapat perbedaan probabilitas perilaku preventif dalam
penularan COVID-19 berdasarkan pekerjaan responden (Pvalue < 0,05).
Pada penelitian ini, tidak adanya hubungan yang bermakna antara
pekerjaan dengan perilaku physical distancing kemungkinan ada kaitannya
dengan umur responden yang mayoritas berada pada kelompok umur 12-25
tahun atau kategori remaja, sehingga responden pada penelitian ini lebih
banyak dalam kategori tidak bekerja. Peneliti berasumsi bahwa meskipun
masyarakat tidak bekerja atau dengan kata lain memiliki mobilisasi ke luar
rumah yang lebih rendah daripada masyarakat yang bekerja, namun pada
kenyataan nya, masyarakat yang tidak bekerja juga masih jarang menjaga
jarak fisik sejauh 2 meter saat berada di luar rumah atau tidak menerapkan
perilaku physical distancing dengan baik.
Selanjutnya, dapat juga dikaitkan dengan tingkat pendidikan seseorang.
Kemungkinan, responden dengan status bekerja pada penelitian ini adalah
yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi sehingga pengetahuan nya
semakin baik pula. Maka, meskipun pekerjaan nya berada ditempat yang
beresiko, namun mereka memiliki peluang untuk menerapkan physical
distancing yang baik karena didukung oleh pengetahuan yang memadai.
Hal ini didukung secara teori menurut Gannika dan Sembiring (2020),
yang menerangkan bahwa tingkat pendidikan juga mempengaruhi
pengetahuan seseorang, karena seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi
dan pengetahuan baik maka perilaku yang dimiliki juga akan baik.
Demikian pula hasil serupa yang didapatkan oleh penelitian Dewi (2020),
yang mengemukakan tidak adanya hubungan antara status pekerjaan dengan
perilaku preventif COVID-19. Hal tersebut disebabkan karena beberapa
pekerja yang harus bertemu dengan banyak orang di luar rumah, seperti
wiraswasta yang bertemu dengan banyak pedagang, inilah yang membuat
masyarakat yang bekerja saat ini telah dituntut oleh kewajiban nya dalam
bekerja, untuk patuh menjalankan protokol kesehatan sebagai upaya preventif

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


103

penularan COVID-19, dalam hal ini perilaku jaga jarak fisik atau physical
distancing.
5. Hubungan Pengetahuan tentang COVID-19 dengan Perilaku Physical
Distancing
Pada penelitian ini, variabel pengetahuan tentang COVID-19
dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori yaitu pengetahuan baik dan tidak
baik. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa masyarakat yang memiliki
pengetahuan baik (51,1%) lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat
yang memiliki pengetahuan tidak baik (48,9%).
Hasil bivariat menunjukkan masyarakat yang memiliki pengetahuan
tentang COVID-19 baik (50,4%) lebih banyak memiliki perilaku physical
distancing baik daripada masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang
COVID-19 tidak baik (5,6%). Hasil uji Chi Square didapatkan nilai
Pvalue=0,000 yang artinya ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
tentang COVID-19 dengan perilaku physical distancing. Nilai Prevalence
Ratio (PR) menunjukkan angka 9,080 (95% CI 4,085- 20,183), yang artinya
masyarakat dengan pengetahuan tentang COVID-19 baik berpeluang 9,080
kali untuk melakukan perilaku physical distancing dengan baik daripada
masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang COVID-19 tidak baik.
Hasil serupa didapatkan oleh Hafandi dan Ariyanti (2020), dimana ada
perbedaan probabilitas kepatuhan melakukan perilaku physical distancing
pada masyarakat di Kota Tarakan berdasarkan pengetahuan tentang COVID-
19, dengan nilai (Pvalue= 0,000).
Selain itu, adanya hubungan yang bermakna antara variabel pengetahuan
tentang COVID-19 dengan perilaku physical distancing sebagai upaya
preventif COVID-19, sejalan dengan penelitian Mujiburrahman et al (2020),
ditunjukkan dengan hasil uji Chi square dengan nilai (Pvalue= 0,001). Hasil
yang sama didapatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Sari et al (2020),
yang menyebutkan terdapat hubungan antara pengetahuan tentang COVID-19
dengan kepatuhan penggunaan masker sebagai upaya yang dilakukan untuk
mencegah COVID-19 di Ngronggah dengan nilai (Pvalue= 0,004).

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


104

Lain halnya dengan penelitian Syadidurrahmah et al (2020) dan penelitian


Pertiwi dan Budiono (2021), yang mengatakan tidak ada perbedaan
probabilitas perilaku physical distancing yang signifikan berdasarkan
pengetahuan tentang COVID-19,ditunjukan dengan hasil (Pvalue ≥ 0,05).
Dominasi perilaku physical distancing masyarakat dalam kategori baik,
dimiliki oleh masyarakat dengan pengetahuan tentang COVID-19 yang baik
pula. Hal ini didukung oleh realita dimana, mayoritas responden memiliki
tingkat pendidikan tinggi. Semakin tinggi nya tingkat pendidikan seseorang,
maka semakin mudah orang tersebut untuk mendapatkan akses informasi
terkait suatu permasalahan tertentu (Yanti et al, 2020). Selain itu, masyarakat
juga telah dimudahkan untuk dapat mengakses bermacam informasi seputar
COVID-19 melalui berbagai macam media, baik online maupun offline pada
masa pandemi saat ini. Semakin baik tindakan seseorang dalam pencegahan
penyakit didasarkan pada semakin baiknya pengetahuan dan pemahaman
seseorang (Siswani dan Rizky, 2018).
Hasil analisis bivariat diperkuat dengan hasil analisis multivariat dengan
uji Regresi Logistik Ganda yang menunjukan bahwa variabel pengetahuan
tentang COVID-19 merupakan faktor determinan yang mempengaruhi
perilaku physical distancing.
6. Hubungan Pengetahuan tentang Physical Distancing dengan Perilaku
Physical Distancing
Pada penelitian ini, variabel pengetahuan tentang physical distancing
dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori yaitu pengetahuan baik dan tidak
baik. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa masyarakat yang memiliki
pengetahuan physical distancing tidak baik (50,7%) lebih banyak
dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang physical
distancing yang baik (49,3%).
Hasil Bivariat dengan Uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan
yang bermakna antara pengetahuan tentang physical distancing dengan
perilaku physical distancing (Pvalue < 0,05). Masyarakat yang memiliki
pengetahuan tentang physical distancing baik (55%) lebih banyak memiliki
perilaku physical distancing baik daripada masyarakat yang memiliki

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


105

pengetahuan tentang physical distancing tidak baik (2,7%). Hasil perhitungan


Prevalence Ratio (PR) menunjukkan masyarakat yang memiliki pengetahuan
tentang physical distancing baik berpeluang 20,550 kali untuk melakukan
perilaku physical distancing dengan baik daripada masyarakat yang memiliki
pengetahuan tentang physical distancing tidak baik (95% CI 6,644- 63,563).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Syadidurrahmah et al (2020) dan Pertiwi dan Budiono (2021), bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang physical distancing
dengan perilaku physical distancing (Pvalue=0,006). Namun bertolak
belakang dengan hasil yang ditemukan pada penelitian Handayani (2019),
bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan tentang rokok
dengan perilaku merokok, ditunjukkan dengan nilai (Pvalue=0,885).
Hasil yang didapatkan pada penelitian ini disebabkan karena pada masa
pandemi yang bertepatan dengan era digital membuat semakin banyaknya
informasi mengenai bahaya dan upaya preventif penanganan COVID-19
tersebar luas ke masyarakat. Semakin banyak informasi yang diterima
seseorang, maka semakin bertambah pengetahuan nya (Syadidurrahmah et al.,
2020). Selanjutnya, dengan pengetahuan yang baik, maka seseorang akan
memiliki pemahaman yang baik sehingga terbentuklah suatu perilaku positif,
dalam hal ini perilaku physical distancing, begitupun sebaliknya, dengan
pengetahuan yang tidak baik, maka pemahaman seseorang akan tidak baik
pula sehingga terbentuk perilaku yang negatif (Pertiwi dan Budiono, 2021).
Hasil bivariat diperkuat dengan hasil analisis multivariat dengan Uji
Regresi Logistik Ganda, yang menunjukkan bahwa variabel pengetahuan
physical distancing merupakan salah satu faktor yang paling dominan dalam
mempengaruhi perilaku physical distancing, dimana masyarakat yang
memiliki pengetahuan physical distancing yang baik, berisiko 42,117 kali
untuk memiliki perilaku physical distancing dalam kategori baik.
7. Hubungan Sikap Physical Distancing dengan Perilaku Physical
Distancing
Variabel sikap pada penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori
yaitu sikap positif dan sikap negatif. Hasil analisis univariat menunjukkan

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


106

bahwa masyarakat yang memiliki sikap negatif terhadap physical distancing


(69,2%) lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki sikap
positif terhadap physical distancing (30,8%).
Hasil Bivariat menunjukkan masyarakat yang memiliki sikap physical
distancing positif (50%) lebih banyak memiliki perilaku physical distancing
baik daripada masyarakat yang memiliki sikap physical distancing negatif
(19%). Hasil uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna
antara sikap physical distancing dengan perilaku physical distancing (Pvalue
< 0,05). Hasil perhitungan Prevalence Ratio (PR) menunjukkan masyarakat
yang memiliki sikap physical distancing positif berpeluang 2,638 kali untuk
melakukan perilaku physical distancing dengan baik daripada masyarakat
yang memiliki sikap physical distancing negatif (95% CI 1,760- 3,954).
Adanya hubungan antara sikap dengan perilaku physical distancing serupa
dengan hasil penelitian Reuben et al (2020), dimana terdapat hubungan sikap
dengan perilaku preventif dalam penanganan COVID-19 di Nigeria dengan
nilai (Pvalue=0,004). Selain itu, disebutkan juga dalam penelitian Yulianti
(2021), terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku preventif dalam
penularan COVID-19 pada keluarga lansia dengan hasil (Pvalue=0,000).
Hasil Penelitian Sari et al (2020) dan Ramadhani (2020), menerangkan
hal yang sebaliknya dimana tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
sikap dengan perilaku preventif COVID-19 dengan nilai (Pvalue ≥ 0,05).
Sikap memiliki peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi
perilaku physical distancing, dimana dalam pembentukan sikap seseorang juga
dipengaruhi oleh aspek lingkungan dan emosional seorang individu (Pertiwi
dan Budiono, 2021). Dalam hal ini, peneliti berasumsi bahwa adanya
hubungan sikap dengan perilaku physical distancing, dapat disebabkan oleh
keterkaitan antara aspek lingkungan seperti dukungan keluarga dan dukungan
tokoh masyarakat sekitar serta aspek lainnya di dalam diri individu, dimana
dominasi responden pada penelitian ini memiliki dukungan keluarga dan
dukungan tokoh masyarakat yang tidak mendukung, sehingga mayoritas
responden memiliki sikap yang negatif terhadap perilaku physical distancing
yang kemudian berpengaruh terhadap penerapan perilaku physical distancing

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


107

yang tidak baik pula. Hal ini dukung oleh teori Yanti et al (2020), bahwa baik
nya perilaku tercermin dari semakin positif nya sikap seseorang, begitupun
sebaliknya, buruk nya perilaku seseorang tercermin dari semakin negatif nya
sikap orang tersebut.

C. Hubungan Faktor Pemungkin (Sumber Informasi) dengan Perilaku


Physical Distancing
Hasil analisis univariat menunjukkan distribusi frekuensi sumber
informasi COVID-19 pada masyarakat Pancoran Mas Kota Depok, paling
banyak adalah menggunakan sumber informasi media sosial (96,4%),
sedangkan paling sedikit adalah menggunakan sumber informasi media massa
(spanduk/ poster/koran/ majalah) sebesar (66,7%).
Masyarakat yang memperoleh sumber informasi COVID-19 dari televisi
(29,3%) lebih banyak memiliki perilaku physical distancing baik daripada
masyarakat yang tidak memperoleh sumber informasi COVID-19 dari televisi
(18,8%). Hasil perhitungan Prevalence Ratio (PR) menunjukkan masyarakat
yang memperoleh sumber informasi COVID-19 dari televisi berpeluang 1,561
kali untuk melakukan perilaku physical distancing dengan baik daripada
masyarakat yang tidak memperoleh sumber informasi COVID-19 dari televisi
(95% CI 0,551- 4,425).
Masyarakat yang memperoleh sumber informasi COVID-19 dari media
sosial (29,1%) lebih banyak memiliki perilaku physical distancing baik
daripada masyarakat yang tidak memperoleh sumber informasi COVID-19
dari media sosial (12,5%). Hasil perhitungan Prevalence Ratio (PR)
menunjukkan masyarakat yang memperoleh sumber informasi COVID-19 dari
media sosial berpeluang 2,329 kali untuk melakukan perilaku physical
distancing dengan baik daripada masyarakat yang tidak memperoleh sumber
informasi COVID-19 dari media sosial (95% CI 0,368- 14,741).
Masyarakat yang memperoleh sumber informasi COVID-19 dari website
berita online (29,3%) lebih banyak memiliki perilaku physical distancing baik
daripada masyarakat yang tidak memperoleh sumber informasi COVID-19
dari website berita online (25%). Hasil perhitungan Prevalence Ratio (PR)

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


108

menunjukkan masyarakat yang memperoleh sumber informasi COVID-19 dari


website berita online berpeluang 1,171 kali untuk melakukan perilaku physical
distancing dengan baik daripada masyarakat yang tidak memperoleh sumber
informasi COVID-19 dari website berita online (95% CI 0,654- 2,097).
Masyarakat yang memperoleh sumber informasi COVID-19 dari media
massa (29,1%) lebih banyak memiliki perilaku physical distancing baik
daripada masyarakat yang tidak memperoleh sumber informasi COVID-19
dari media massa (27,4%). Hasil perhitungan Prevalence Ratio (PR)
menunjukkan masyarakat yang memperoleh sumber informasi COVID-19 dari
media massa berpeluang 1,060 kali untuk melakukan perilaku physical
distancing dengan baik daripada masyarakat yang tidak memperoleh sumber
informasi COVID-19 dari media massa (95% CI 0,676- 1,664). Hasil uji Chi
Square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
sumber informasi (televisi, media sosial, website berita online dan media
massa) dengan perilaku physical distancing (Pvalue ≥ 0,05).
Penelitian ini berbanding lurus dengan hasil yang didapatkan oleh Tetartor
et al (2021), yang dilakukan di Pasar Petisah Kota Padang Sumatera Utara,
dimana didapatkan hasil (Pvalue=0,296) yang artinya tidak terdapat hubungan
bermakna antara sumber informasi terhadap pelaksanaan protokol kesehatan
COVID-19. Hal yang sama juga ditemukan pada penelitian Solehati et al
(2017), yang menerangkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara
sumber informasi dengan perilaku perawatan diri saat menstruasi (Pvalue ≥
0,05).
Namun, tidak sejalan dengan hasil penelitian Pertiwi dan Budiono (2021),
dimana terdapat hubungan antara sumber informasi dengan perilaku physical
distancing, ditunjukan dengan nilai (Pvalue=0,018). Selanjutnya, Anjan dan
Susanti (2019), memaparkan bahwa terdapat perbedaan probabilitas yang
signifikan antara sumber informasi dengan perilaku Personal Hygiene saat
menstruasi pada remaja puteri (Pvalue < 0,05).
Masyarakat yang mendapatkan akses informasi mengenai COVID-19
melalui berbagai sumber memungkinkan untuk memperoleh informasi yang
baik sehingga berperilaku baik, namun sebaliknya, semakin kurangnya akses

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


109

masyarakat terhadap sumber informasi maka memunculkan perilaku yang


tidak baik pula. Hal ini dikarenakan, baik nya informasi yang diterima, akan
menghasilkan pengetahuan yang baik dan terciptanya perilaku yang baik
(Samidah et al., 2017).
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, peneliti menduga bahwa tidak
adanya hubungan sumber informasi dengan perilaku physical distancing
dikarenakan tidak semua sumber informasi yang diperoleh masyarakat
dimanfaatkan sebagai pengetahuan baru yang berguna dalam membentuk
perilaku physical distancing yang baik. Hal ini didukung oleh penelitian
Tetartor et al (2021), dimana tidak semua sumber informasi digunakan
responden dalam peningkatan pengetahuan guna terciptanya penerapan
protokol kesehatan COVID-19.
Selain itu, meskipun dalam penelitian ini sumber informasi masyarakat
sudah baik, namun belum banyak masyarakat yang secara sadar menerapkan
perilaku physical distancing dengan baik. Hal ini dikarenakan mayoritas
responden mengakses sumber informasi dari media sosial (Facebook,
Whatsapp, Twitter, Line, Instagram, dan sebagainya), dimana rentan
ditemukan informasi hoaks atau palsu mengenai COVID-19. Menurut data
milik Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (2021), per tanggal 30
April 2021, mencatat sebanyak 1.556 hoaks terkait COVID-19 tersebarluas
melalui media sosial. Adanya berita hoaks ini, berdampak negatif terhadap
perilaku preventif dalam penanganan COVID-19, dalam hal ini termasuk
perilaku physical distancing, karena timbulnya kekhawatiran, ketakutan dan
persepsi keliru dari masyarakat (Kundari et al., 2020).

D. Hubungan Faktor Penguat dengan Perilaku Physical Distancing


1. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Physical Distancing
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa masyarakat yang
memiliki keluarga yang tidak mendukung (72,4%) lebih banyak dibandingkan
dengan masyarakat yang memiliki keluarga yang mendukung (27,6%).
Uji bivariat menunjukkan masyarakat yang memiliki keluarga mendukung
(52,5%) lebih banyak memiliki perilaku physical distancing baik daripada

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


110

masyarakat yang memiliki keluarga tidak mendukung (19,4%). Hasil uji Chi
Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara dukungan
keluarga dengan perilaku physical distancing (Pvalue < 0,05). Hasil
perhitungan Prevalence Ratio (PR) menunjukkan masyarakat yang memiliki
keluarga mendukung berpeluang 2,708 kali untuk melakukan perilaku
physical distancing dengan baik daripada masyarakat yang memiliki keluarga
tidak mendukung (95% CI 1,822- 4,024).
Berbanding lurus dengan hasil peneltian ini yaitu penelitian yang
dilakukan Kundari et al (2020), dimana terdapat hubungan dukungan keluarga
dengan perilaku perilaku preventif COVID-19 (Pvalue=0,000). Hal ini
didukung oleh penelitian Wiradijaya et al (2020), yang menemukan bahwa
ada hubungan signifikan variabel dukungan keluarga dengan perilaku makan
pada remaja dalam upaya pencegahan hipertensi (Pvalue=0,015).
Pembentukan perilaku seseorang juga sangat dipengaruhi oleh dukungan
keluarga karena lingkungan yang paling dekat dengan setiap individu adalah
keluarga. Selain itu, keluarga memiliki peran penting guna memotivasi
individu dan memberikan informasi serta nasihat untuk menjaga kesehatan diri
sekaligus berperilaku sehat kepada seluruh anggota keluarga nya (Kundari et
al., 2020).
Berdasarkan realita dan uraian yang sebelumnya telah dijelaskan, adanya
hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku physical distancing
disebabkan karena seseorang yang mendapat dukungan dari keluarga nya,
maka dapat menerapkan perilaku physical distancing dengan baik, namun
sebaliknya, seseorang dengan keluarga yang tidak mendukung maka
memungkinkan untuk menerapkan perilaku physical distancing yang tidak
baik.
2. Hubungan Dukungan Tokoh Masyarakat dengan Perilaku Physical
Distancing
Hasil Analisis Univariat menunjukkan bahwa masyarakat yang memiliki
tokoh masyarakat yang tidak mendukung (64,7%) lebih banyak dibandingkan
dengan masyarakat yang memiliki tokoh masyarakat yang mendukung
(35,3%).

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


111

Hasil bivariat menunjukkan masyarakat yang memiliki tokoh masyarakat


mendukung (38,5%) lebih banyak memiliki perilaku physical distancing baik
daripada masyarakat yang memiliki tokoh masyarakat tidak mendukung
(23,1%). Hasil uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna
antara dukungan tokoh masyarakat dengan perilaku physical distancing
(Pvalue < 0,05). Hasil perhitungan Prevalence Ratio (PR) menunjukkan
masyarakat yang memiliki tokoh masyarakat mendukung berpeluang 1,667
kali untuk melakukan perilaku physical distancing dengan baik daripada
masyarakat yang memiliki tokoh masyarakat tidak mendukung (95% CI
1,106- 2,512).
Hasil pada penelitian ini berbanding lurus dengan penelitian Pertiwi dan
Budiono, (2021), yang mengutarakan bahwa terhadap hubungan bermakna
dukungan tokoh masyarakat dengan perilaku physical distancing
(Pvalue=0,000). Penelitian Darmawan (2016), menjelaskan hal serupa, bahwa
ada hubungan bermakna antara perilaku seseorang dengan dukungan tokoh
masyarakat (Pvalue=0,018). Namun, tidak sejalan dengan penelitian
Syadidurrahmah et al (2020), yang menjelaskan tidak ada perbedaan
probabilitas perilaku physical distancing berdasarkan dukungan tokoh
masyarakat (Pvalue=0,076).
Dalam penelitian ini, dukungan tokoh masyarakat mempunyai hubungan
dengan perilaku physical distancing disebabkan karena selain dukungan
keluarga, dukungan tokoh masyarakat memiliki peran penting bagi
terbentuknya perilaku seseorang. Menurut Rosidin et al (2020), tokoh
masyarakat berperan besar dalam mempengaruhi individu atau kelompok,
termasuk mengubah perilaku masyarakat yang sebelumnya tidak mengenal
dan menerapkan perilaku preventif dalam penanganan COVID-19, menjadi
mengenal dan mempraktikan nya guna mencegah penularan COVID-19 di
masyarakat. Sehingga, berdasarkan uraian yang telah disampaikan
sebelumnya, adanya dukungan dari tokoh masyarakat nya, memungkinkan
seseorang dapat menerapkan perilaku physical distancing dengan baik, namun
sebaliknya, seseorang dengan tokoh masyarakat yang tidak mendukung maka

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


112

memungkinkan untuk menerapkan perilaku physical distancing yang tidak


baik.

E. Keterbatasan Penelitian
Setiap penelitian tidak terlepas dari kemungkinan adanya keterbatasan
yang bisa mempengaruhi kualitas hasil penelitian. Adapun keterbatasan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pada teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara nonrandom
sampling, maka hasil pada penelitian ini tidak dapat mengeneralisasi
populasi pada seluruh masyarakat di Kecamatan Pancoran Mas Kota
Depok Tahun 2021.
2. Pada proses pengumpulan data yang dilakukan secara online melalui
google formulir, membuat masyarakat yang tidak mempunyai akses
internet menjadi tidak dapat berpartisipasi dalam penelitian ini.
3. Pada pengukuran variabel perilaku physical distancing, peneliti tidak
mengamati perilaku responden secara langsung dan hanya mengandalkan
metode recall atau ingatan responden melalui pertanyaan kuesioner online,
sehingga memungkinkan adanya informasi yang tidak sesuai.
4. Pada variabel umur responden, tidak semua kategori umur diteliti, hanya
masyarakat yang berusia 12 tahun ke atas yang dijadikan fokus penelitian.
5. Pada variabel sumber informasi, tidak semua sumber informasi yang dapat
diakses oleh masyarakat diteliti.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan
sebelumnya mengenai “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Physical Distancing Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok
Tahun 2021”, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Gambaran perilaku physical distancing pada masyarakat Kecamatan
Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 yaitu sebanyak 63 orang (28,5 %)
memiliki perilaku physical distancing baik.
2. Gambaran faktor predisposisi menunjukkan mayoritas responden memiliki
jenis kelamin perempuan sebanyak 147 orang (66,5%), kategori umur
remaja sebanyak 136 orang (61,5%), tingkat pendidikan tinggi sebanyak
185 orang (83,7%), berstatus tidak bekerja sebanyak 139 orang (62,9%),
memiliki pengetahuan tentang COVID-19 baik sebanyak 113 orang
(51,1%), memiliki pengetahuan tentang physical distancing tidak baik
sebanyak 112 orang (50,7%), dan sikap physical distancing negatif
sebanyak 153 orang (69,2%).
3. Gambaran faktor pemungkin menunjukkan mayoritas masyarakat
memperoleh sumber informasi mengenai COVID-19 dari televisi sebanyak
205 orang (92,8%), sumber informasi media sosial sebanyak 213 orang
(96,4%), sumber informasi website berita online sebanyak 181 orang
(81,9%) dan sumber informasi media massa sebanyak 148 orang (67%).
4. Gambaran faktor penguat menunjukan mayoritas masyarakat memiliki
dukungan keluarga yang tidak mendukung sebanyak 160 orang (72,4) dan
dukungan tokoh masyarakat tidak mendukung sebanyak 143 orang
(64,7%).
5. Ada hubungan antara faktor predisposisi dengan perilaku physical
distancing yaitu jenis kelamin (Pvalue= 0,037), umur (Pvalue= 0,001),
tingkat pendidikan (Pvalue= 0,006), pengetahuan tentang COVID-19
(Pvalue= 0,000), pengetahuan tentang physical distancing (Pvalue= 0,000)

113

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


114

dan sikap physical distancing (Pvalue= 0,000), selain itu ada hubungan
signifikan antara faktor penguat dengan perilaku physical distancing yaitu
variabel dukungan keluarga (Pvalue= 0,000) dan dukungan tokoh
masyarakat (Pvalue= 0,024).
6. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor predisposisi yaitu
pekerjaan (Pvalue= 0,563) dan juga faktor pemungkin (sumber informasi)
dengan perilaku physical distancing (Pvalue ≥ 0,05).
7. Variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi perilaku physical
distancing yaitu variabel kategori umur remaja dibandingan dengan
kategori umur lansia (OR= 42,871) dan variabel pengetahuan tentang
physical distancing (OR= 42,117).

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti
memberikan saran diantaranya sebagai berikut:
1. Bagi Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok
a. Diharapkan masyarakat dapat selalu tanggap untuk melakukan
pembaruan terkait informasi tentang COVID-19, berikut dengan
kebijakan-kebijakan yang telah diatur pemerintah mengenai upaya
preventif dalam penanganan COVID-19, dalam hal ini penerapan
physical distancing.
b. Dibutuhkan perhatian khusus dari segenap elemen masyarakat
termasuk keluarga sebagai lingkungan terdekat bagi individu, yang
diharapkan dapat mendukung dan saling mengingatkan anggota
keluarganya satu sama lain untuk selalu menerapkan perilaku physical
distancing dengan siapapun dan dimanapun.
2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Depok
Berdasarakan hasil penelitian ini, umur remaja dan pengetahuan
menjadi faktor dominan yang mempengaruhu perilaku physical distancing,
untuk itu perlu dilakukan pendidikan kesehatan secara berkelanjutan guna
meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama kalangan remaja agar
kepatuhan masyarakat dalam melakukan jaga jarak tidak semakin

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


115

menurun. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan melalui penyuluhan


langsung maupun tidak langsung seperti menggunakan platform online
dengan tetap memperhatikan metode dalam penyampaian informasi yang
sesuai dengan masing-masing kelompok umur di dalam masyarakat, agar
penyerapan informasi yang diterima masyarakat menjadi lebih efektif dan
efisien. Strategi pendidikan kesehatan yang diberikan juga bisa dilakukan
baik kepada individu, kelompok kecil sampai kepada sasaran kelompok
besar.
3. Bagi Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber
referensi tambahan dan data dasar yang diperlukan untuk melakukan
penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan
perilaku physical ditancing sebagai upaya perilaku preventif COVID-19.
4. Bagi Peneliti Lain
a. Diharapkan dapat mengembangkan kembali penelitian serupa, salah
satunya dengan menambah variabel-variabel lain yang belum diteliti
pada penelitian ini, dikarenakan masih banyak faktor yang
mempengaruhi perilaku physical distancing
b. Diharapkan lebih banyak menggali teori dari berbagai penelitian
serupa yang sebelumnya pernah dilakukan, agar penelitian mengenai
faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku physical distancing
ini menjadi lebih baik lagi.
c. Selain itu, diharapkan kepada peneliti lain untuk menggunakan metode
random sampling atau probabbility sampling, sehingga hasil penelitian
yang didapatkan dapat mengeneralisasi populasi dan hasil lebih akurat.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


116

DAFTAR PUSTAKA

Adimayanti, E. Haryani, S dan Wibowo, A. (2017). Gambaran Tingkat


Pengetahuan Orang Tua Tentang Bermain Air Pada Anak Usia Toddler.
Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama, 6(2), 46–
52.
Adliyani, Z. O. N. Angraini, D. I dan Soleha, T. U. (2017). Pengaruh
Pengetahuan, Pendidikan dan Ekonomi terhadap Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat pada Masyarakat Desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten
Pesisir Barat. Majority, 7(1), 6–13.
Akbar, M. A., Gani, H. A., dan Istiaji, E. (2015). Dukungan Tokoh Masyarakat
dalam Keberlangsungan Desa Siaga di Desa Kenongo Kecamatan Gucialit
Kabupaten Lumajang (Community Leaders ’ Support in the Sustainability of
Alert Village in Kenongo Village, Sub District of Gucialit, Lumajang
Regency). Pustaka Kesehatan, 3(3), 1–9.
Anggita, K. (2020). Mengapa Anak Remaja Sulit untuk Diajak Karantina
COVID-19? Retrieved January 10, 2020, from Medcom.id website:
https://www.medcom.id/rona/keluarga/0kp0VZ7k-mengapa-anak-remaja-
sulit-untuk-diajak-karantina-covid-19
Anjan, A dan Susanti, D. (2019). Hubungan Sumber Informasi Dengan Perilaku
Personal Hygiene Pada Remaja Putri Saat Menstruasi. Journal Center of
Research Publication in Midwifery and Nursing, 3(1), 38–44.
https://doi.org/10.36474/caring.v3i1.116
Badan Pusat Statistik. (2020a). Hasil Survei Sosial Demografi Dampak COVID-
19. Jakarta: BPS RI.
https://www.bps.go.id/publication/2020/06/01/669cb2e8646787e52dd171c4/
hasil-survey-sosial-demografi-dampak-covid-19.html
Badan Pusat Statistik. (2020b). Tenaga Kerja : Konsep. Retrieved December 28,
2020, from https://www.bps.go.id/subject/6/tenaga-kerja.html
Badan Pusat Statistik Kota Depok. (2019). Kota Depok Dalam Angka 2019.
Retrieved from https://depokkota.bps.go.id/publication
Cahyono, A. S. (2011). Sumber Informasi. Retrieved February 19, 2021, from
http://cahyo-andi-s.blog.ugm.ac.id/2011/10/01/sumber-informasi/
Darmawan, A. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kunjungan
Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Posyandu di Desa Pemecutan
Kelod Kecamatan Denpasar Barat. Dunia Kesehatan, 5(2), 29–39.
Departemen Kesehatan RI. (2009). Klasfikasi Umur Menurut Kategori. In Ditjen
YanKes. Jakarta.
Dewi, E. U. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat
dalam Pencegahan Penularan COVID-19. Jurnal Keperawatan, 9(2), 21–25.
https://doi.org/10.47560/kep.v9i2.259
Gannika, L dan Sembiring, E. (2020). Tingkat Pengetahuan dan Perilaku
Pencegahan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Pada Masyarakat

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


117

Sulawesi Utara. NERS: Jurnal Keperawatan, 16(2), 83–89.


https://doi.org/10.25077/njk.16.2.83-89.2020
Hadisa, N. Susanti, R. dan Robiyanto. (2017). Uji Validitas Dan Reliabilitas B-
IPQ Versi Indonesia Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Di RSUD Soedarso
Pontianak. Jurnal Manajemen Dan Pelayanan Farmasi, 7(4), 175–181.
https://doi.org/10.22146/jmpf.33340
Hafandi, Z., dan Ariyanti, R. (2020). Hubungan Pengetahuan tentang COVID-19
dengan Kepatuhan Physical Distancing di Tarakan. Jurnal Kebidanan
Mutiara Mahakam, 8(2), 102–111. https://doi.org/10.36998/jkmm.v8i2.102
Handayani, D. (2019). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku
Merokok Santriwan Di Pondok Pesantren Al-Jihad Surabaya. Medical
Technology and Public Health Journal (MTPH Journal), 3(2), 120–126.
https://doi.org/10.33086/mtphj.v3i2.1130
Irmawartini dan Nurhaedah. (2017). Metodologi Penelitian : Bahan Ajar
Kesehatan Lingkungan (Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan,
Ed.). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
KBBI. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI Daring). Retrieved
December 14, 2020, from Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. website:
https://kbbi.kemdikbud.go.id/
Kemendikbud. (2017). Indonesia Educational Statistics in Brief 2016/2017. In
Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan (Vol. 4). Jakarta.
Kemenkes RI. (2020a). FAQ Novel Coronavirus (2019-nCov). Retrieved from
https://www.kemkes.go.id/folder/view/full-content/structure-faq.html
Kemenkes RI. (2020b). Kemenkes : Kunci Utama Pengendalian COVID-19
Adalah Perilaku Disiplin 3M. Retrieved from
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-
media/20201014/4235370/kemenkes-kunci-utama-pengendalian-covid-19-
adalah-perilaku-disiplin-3m/
Kemenkes RI. (2020c). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
(COVID- 19) Revisi Ke-5. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. (2021). Kominfo Catat 1.733
Hoaks COVID-19 dan Vaksin. Retrieved May 18, 2021, from
https://aptika.kominfo.go.id/2021/05/kominfo-catat-1-733-hoaks-covid-19-
dan-vaksin/
Kresna, A dan Ahyar, J. (2020). Pengaruh Physical Distancing dan Social
Distancing Terhadap Kesehatan Dalam Pendekatan Linguistik. Syntax
Transformation, 1(4), 2721–2769. Retrieved from
http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf
Kundari, N. F. Hanifah, W. Azzahra, A. Islam, Q dan Nisa, H. (2020). Hubungan
Dukungan Sosial dan Keterpaparan Media Sosial terhadap Perilaku
Pencegahan COVID-19 pada Komunitas Wilayah Jabodetabek Tahun 2020.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


118

Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 30(4), 281–294.


https://doi.org/10.22435/mpk.v30i4.3463
Kurniawan, R. A. (2020). Pengaruh Sumber Informasi Terhadap Cara Masyarakat
Memaknai Pandemi COVID-19 di Kelurahan Mariana Kecamatan Banyuasin
1 (Universitas Muhammadiyah Palembang; Vol. 1). Retrieved from
http://repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/11327/
Layli, F. M. Adi, M. S. Saraswati, L. D dan Ginandjar, P. (2020). Gambaran
Faktor-Faktor Kepatuhan Minum Obat dalam Pelaksanaan POPM di
Kabupaten Semarang (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Gedangan
Kecamatan Tuntang). Journal of Chemical Information and Modeling, 8(2),
256–263.
Mas’udi, W. dan Winanti, P. (2020). Tata Kelola Penanganan COVID-19 di
Indonesia (Vol. 4). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1-327.
Mujiburrahman. Riyadi, M. E dan Ningsih, M. U. (2020). Pengetahuan
Berhubungan dengan Peningkatan Perilaku Pencegahan COVID-19 di
Masyarakat. Jurnal Keperawatan Terpadu, 2(2), 130–140.
Mukharom, M., dan Aravik, H. (2020). Kebijakan Nabi Muhammad Saw
Menangani Wabah Penyakit Menular dan Implementasinya dalam Konteks
Penanggulangan Coronavirus COVID-19. SALAM: Jurnal Sosial Dan
Budaya Syar-I, 7(3). https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i3.15096
Muliyana, D dan Thaha, I. L. M. (2016). Faktor Yang Berhubungan Dengan
Tindakan Merokok Pada Mahasiswa Universitas Hasanuddin Makassar.
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia Universitas Hasanuddin, 9(2), 109–
119.
Notoatmodjo, S. (2013). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya (Revisi 201).
Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2015). Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nuraini, R. (2020). Kasus COVID-19 Pertama, Masyarakat Jangan Panik.
Retrieved from https://indonesia.go.id/narasi/indonesia-dalam-
angka/ekonomi/kasus-covid-19-pertama-masyarakat-jangan-panik
Pertiwi, G. S. dan Budiono, I. (2021). Perilaku Physical Distancing Masyarakat
Pada Masa Pandemi COVID-19. Indonesian Journal of Public Health and
Nutrition, 1(1), 90–100.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/IJPHN/article/view/44868
Prihanti, G S., Lista D. A., Habibi, R., Arsinta, I. I., Hanggara, S. P., Galih, R. P.,
Sinta, F. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat Pada Tatanan Rumah Tangga Di Wilayah Kerja Puskesmas
Poned X. Saintika Medika, 14(1), 7–14.
Prihati, D. R., Wirawati, M. K., dan Supriyanti, E. (2020). Analisis Pengetahuan
Dan Perilaku Masyarakat Di Kelurahan Baru Kotawaringin Barat Tentang
COVID-19. Malahayati Nursing Journal, 2(4), 780–790.
https://doi.org/10.33024/manuju.v2i4.3073

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


119

Protokol dan Komunikasi Pimpinan Kota Bandung. (2021). Kesadaran


Masyarakat Gunakan Masker Meningkat, Pelanggaran Prokes Terus
Menurun. Retrieved May 18, 2021, from
https://humas.bandung.go.id/berita/kesadaran-masyarakat-gunakan-masker-
meningkat-pelanggaran-prokes-terus-menurun
Purnamasari, I., dan Raharyani, A. E. (2020). Tingkat Pengetahuan dan Perilaku
Masyarakat Kabupaten Wonosobo Tentang COVID-19. Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 10(1), 33–42. Retrieved from
https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/jik/article/view/1311/783
Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Kota Depok. (2020). Info COVID-19
Kota Depok. Retrieved from Dinas Kesehatan Kota Depok website:
https://ccc-19.depok.go.id/index.php/Data/
Ramadhani, F. dan Nuryani. (2020). Pengetahuan Berkorelasi Positif dengan
Perilaku Pencegahan COVID-19 pada Mahasiswa di Gorontalo. Jurnal
Ilmiah Kesehatan (JIKA), 2(3), 108–117.
Retnaningsih, E., Nuryanto, N., Oktarina, R., Komalasari, O., dan Maryani, S.
(2020). The Effect of Knowledge and Attitude toward Coronavirus Disease-
19 Transmission Prevention Practice in South Sumatera Province,
Indonesia. Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences, 8(T1),
198–202. https://doi.org/10.3889/oamjms.2020.5184
Reuben, R. C., Danladi, M. M. A., Saleh, D. A., dan Ejembi, P. E. (2020).
Knowledge, Attitudes and Practices Towards COVID-19: An
Epidemiological Survey in North-Central Nigeria. Journal of Community
Health, 46, 457-470. https://doi.org/10.1007/s10900-020-00881-1
Rinaldi, S. F., Mujianto, B. (2017). Metodologi Penelitian dan Statistik. Jakarta:
PPSDMK Kemenkes RI.
Rokom. (2020). 1,2 Juta Dosis Vaksin COVID-19 Ditargetkan bagi Tenaga
Kesehatan. Jakarta.
Rosidin, U., Rahayuwati, L., dan Herawati, E. (2020). Perilaku dan Peran Tokoh
Masyarakat dalam Pencegahan dan Penanggulangan Pandemi COVID -19 di
Desa Jayaraga, Kabupaten Garut. UMBARA: Indonesian Journal of
Anthropology, 5(1), 42-50. https://doi.org/10.24198/umbara.v5i1.28187
Samidah, I. Murwati dan Erwin, Y. (2017). Correlation Between the Utilization of
Healthy Reproduction Information Source With Pre-Married Sex Attitude
and Act on Adolescent At SMAN 1 Kaur In 2017. Journal of Nursing and
Public Health, 5(2), 60–67. https://doi.org/10.37676/jnph.v5i2.561
Sarkawi, D. (2015). Pengaruh Jenis Kelamin Dan Pengetahuan Lingkungan
Terhadap Penilaian Budaya Lingkungan. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Lingkungan Dan Pembangunan, 16(02), 101–114.
https://doi.org/10.21009/plpb.162.03
Sari, A R. Rahman, F. Wulandari, A. Pujianti, N. Laily, N. Anhar, V Y.
Anggraini, L. Azmiyannoor, M. Ridwan, A M. Muddin, I. F. (2020).
Perilaku Pencegahan COVID-19 Ditinjau dari Karakteristik Individu dan
Sikap Masyarakat. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


120

Masyarakat Indonesia, 1(1), 32–37. Retrieved from


https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jppkmi/article/view/41428/17339

Sari, D. P dan Atiqoh, N. S. (2020). Hubungan Antara Pengetahuan Masyarakat


Dengan Kepatuhan Penggunaan Masker Sebagai Upaya Pencegahan
Penyakit COVID-19 di Ngronggah. Infokes: Jurnal Ilmiah Rekam Medis
Dan Informatika Kesehatan, 10(1), 52–55.
https://doi.org/10.47701/infokes.v10i1.850
Satuan Tugas Penanganan COVID-19. (2020a). Pedoman Perubahan Perilaku
Penanganan COVID-19 (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kemendikbud RI, Ed.). Jakarta.
Satuan Tugas Penanganan COVID-19. (2020b). Tanya Jawab. Retrieved from
https://covid19.go.id/tanya-jawab
Setiawan, D dan Prasetyo, H. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan Untuk
Mahasiswa Kesehatan. Yogjakarta: Graha Ilmu.
Siswani, S. dan Rizky, A. C. (2018). Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Rumah
Tangga dengan Penerapan PHBS di Wilayah RW 07 Kelurahan Cijantung
Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun 2017. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 2(1), 16–31. https://doi.org/10.52643/jukmas.v2i1.561
Solehati, T., Ermiati., Trisyani, M dan Hermayanti, Y. (2017). Hubungan Sumber
Informasi Dan Usia Remaja Puteri Dengan Perilaku Perawatan Diri Saat
Menstruasi. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 5(2), 145–154.
https://doi.org/10.24198/jkp.v5i2.452
Sucipto, C. D. (2020). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Suharmanto. (2020). Perilaku Masyarakat dalam Pencegahan Penularan COVID-
19. JK Unila, 4(2), 91–96. Retrieved from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/JK/article/download/2868/2798
Sukesih., Usman., Budi, S., dan Sari, D. N. A. (2020). Pengetahuan Dan Sikap
Mahasiswa Kesehatan Tentang Pencegahan COVID-19 di Indonesia. Jurnal
Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 11(2), 410–414.
Syadidurrahmah, F., Muntahaya, F., Islamiyah, S. Z., dan Fitriani, T. A. (2020).
Perilaku physical distancing mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada masa pandemi COVID-19. Jurnal Perilaku Dan Promosi Kesehatan,
2(1), 29–37. http://dx.doi.org/10.47034/ppk.v2i1.4004
Ta'adi. Setiyorini, E dan M Amalya, R. (2019). Faktor yang Berhubungan dengan
Kepatuhan Cuci Tangan 6 Langkah Moment Pertama pada Keluarga Pasien
di Ruang Anak. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of Ners and
Midwifery), 6(2), 203–210. https://doi.org/10.26699/jnk.v6i2.art.p203-210
Tetartor S, R. P. Anjani, I. Simanjuntak, M. F. dan Dameria. (2021). Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Pedagang Dalam Pelaksanaan
Protokol Kesehatan COVID-19 Di Pasar Petisah Kota Medan Sumatera
Utara. Jurnal Kesehatan Masyarakat Dan Gizi, 3(2), 114–122.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


121

https://doi.org/10.35451/jkg.v3i2.489
Triyanto, E., dan Kusumawardani, L. H. (2020). An Analysis of People’s
Behavioral Changes to Prevent COVID-19 Transmission Based on
Integrated Behavior Model. Jurnal Keperawatan Soedirman, Vol. 15 No, 66–
73.
UU Sikdiknas No 20 Tahun 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No 20
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Direktorat Pendidikan Menengah
Umum (2003).
Wiradijaya, A dan Indraswari, Priyadi. N. B. R. (2020). Hubungan Sikap, Akses
Dukungan Keluarga dan Lingkungan Sekolah dengan Perilaku Makan
Remaja Dalam Pencegahan Hipertensi Di Kelurahan Ngemplak Simongan
Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(3), 391–397.
Wiranti., Sriatmi, A., Kusumastuti. W. (2020). Determinan Kepatuhan
Masyarakat Kota Depok terhadap Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala
Besar dalam Pencegahan COVID-19. JKKI: Jurnal Kebijakan Kesehatan
Indonesia, 09(03), 117–124. Retrieved from
https://journal.ugm.ac.id/jkki/article/view/58484
World Health Organization (WHO). (2020). Pertanyaan dan jawaban terkait
Coronavirus. Retrieved from https://www.who.int/indonesia/news/novel-
coronavirus/qa/qa-for-public
World Health Organization (WHO) Report. (2020). WHO Coronavirus disease
(COVID-19) Dashboard. Retrieved from https://covid19.who.int/table
Worldometers. (2021). COVID-19 Coronavirus Pandemic. Retrieved January 8,
2021, from
https://www.worldometers.info/coronavirus/?utm_campaign=homeAdUOA?
Si
Wulandari, A., Rahman, F., Pujianti, N., Sari, A. R., Laily, N., Anggraini, L.,
Prasetio, D. B. (2020). Hubungan Karakteristik Individu dengan Pengetahuan
tentang Pencegahan Coronavirus Disease 2019 pada Masyarakat di
Kalimantan Selatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 15(1), 42-46.
https://doi.org/10.26714/jkmi.15.1.2020.42-46
Yanti, B., Wahyudi, E., Wahiduddin, W., Novika, R. G. H., Arina, Y. M. D.,
Martani, N. S., dan Nawan, N. (2020). Community Knowledge, Attitudes, and
Behavior Towards Social Distancing Policy As Prevention Transmission of
COVID-19 in Indonesia. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, 8(1), 4-
14. https://doi.org/10.20473/jaki.v8i2.2020.4-14
Yulianti, T. (2021). Pengetahuan Dan Sikap Berhubungan Dengan Perilaku
Pencegahan COVID-19 Pada Keluarga Usia Lanjut Di Wilayah Kecamatan
Sukaharjo. Indonesian Journal On Medical Science (IJMS), 8(1), 9–15.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Lampiran 1. Kuesioner Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Physical
Distancing Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021.

Lembar Penjelasan Penelitian Untuk Responden

Program Studi Kesehatan Masyarakat


Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Selamat pagi/siang/sore. Saya Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, mahasiswi


Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA sedang melakukan penelitian yang berjudul
“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Physical Distancing
Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
berhubungan dengan perilaku physical distancing pada Masyarakat Kecamatan
Pancoran Mas Kota Depok tahun 2021.
Dengan ini saya membutuhkan bantuan Bapak/Ibu/Saudara/i sebagai responden
dalam penelitian ini. Adapun kriteria penelitian sebagai berikut :
1. Berdomisili di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok.
2. Berstatus bukan tokoh masyarakat (RT/RW).
3. Berusia 12 tahun ke atas.
Dalam penelitian ini Bapak/Ibu/Saudara akan melakukan pengisian google
formulir dengan cara membaca petunjuk pengisian pada setiap pertanyaan yang
disediakan dan memilih dengan jujur salah satu jawaban yang paling sesuai.
Pengisian google form membutuhkan waktu selama 10-15 menit.
Responden dalam penelitian ini akan mendapatkan manfaat berupa bertambahnya
pengetahuan tentang physical distancing serta ikut serta mendukung
pengembangan ilmu kesehatan masyarakat terkait upaya mencegah dan memutus
rantai penularan COVID-19 pada masyarakat.
Selanjutnya, responden yang terlibat dalam penelitian ini berhak mendapatkan
pulsa senilai Rp.10.000,00 yang akan diberikan secara acak kepada 10 responden
yang beruntung.
Keiikutsertaan responden dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa
paksaan. Apabila tidak bersedia dijadikan responden dalam penelitian ini, maka
peneliti akan mencari responden yang lain.
Semua data dan informasi identitas responden akan saya jaga kerahasiaanya dan
tidak akan diberikan kepada pihak lain diluar penelitian ini. Semua berkas hanya
digunakan untuk penelitian, dan akan dimusnahkan setelah penelitian selesai.
Selama mengikuti penelitian ini, responden tidak akan mendapatkan resiko atau
dampak negative. Jika ada hal yang belum dimengerti dalam pengisian google
form, responden dapat bertanya secara langsung kepada saya secara online pada
no WhatsApp 081211617166.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


LEMBAR KESEDIAAN SEBAGAI RESPONDEN

Program Studi Kesehatan Masyarakat


Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Saya menyatakan bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden dan sudah


mendapatkan penjelasan terkait prosedur penelitian yang akan dilakukan oleh
Peneliti.

Saya dengan sadar dan tanpa paksaan, memahami penelitian ini tidak memiliki
dampak negative pada diri saya, data dan informasi pengisian mendapatkan
jaminan kerahasiaan oleh peneliti, saya mendapatkan manfaat berupa
bertambahnya pengetahuan tentang physical distancing serta ikut serta
mendukung pengembangan ilmu kesehatan masyarakat terkait upaya untuk
mencegah dan memutus rantai penularan COVID-19 pada masyarakat.

Saya juga mendapatkan jaminan bahwa semua berkas yang mencantumkan


identitas saya hanya akan digunakan untuk keperluan pengolahan data dan bila
sudah tidak digunakan lagi akan dimusnahkan.

Saya juga dengan sadar dan sukarela memberikan tanda tangan saya sebagai bukti
kesediaan saya. Demikian persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela
tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Jakarta,.....................2021

Responden Saksi

(.............................................) (.........................................)

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


KUESIONER

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Physical


Distancing Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota
Depok Tahun 2021

Program Studi Kesehatan Masyarakat


Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

No. Responden :

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
A1. Nama/Inisial :
A2. Jenis Kelamin : 1. Perempuan 2. Laki-Laki
A3. Umur:_____ (dalam tahun)
A4. Tingkat Pendidikan:
1. Tidak Tamat SD
2. Tamat SD .
3. Tamat SMP
4. Tamat SMA
5. Tamat Perguruan Tinggi
A5. Pekerjaan :
1. PNS/ TNI/ Polri.
2. Pegawai Swasta.
3. Wirausaha.
4. Buruh/Pedagang.
5. Pelajar/Mahasiswa.
6. Ibu Rumah Tangga.
7. Lainnya, Sebutkan...
A6. Alamat Domisili Kelurahan:
1. Kelurahan Depok.
2. Kelurahan Depok Jaya.
3. Kelurahan Mampang.
4. Kelurahan Pancoran Mas.
5. Kelurahan Rangkapan Jaya.
6. Kelurahan Rangkapan Jaya Baru.
A7. No Hp :
B. PERILAKU PHYSICAL DISTANCING.
Petunjuk Pengisian : Pilih salah satu jawaban yang sesuai dengan apa yang
anda lakukan, dengan memberi tanda centang (√) pada salah satu kolom
pilihan jawaban.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Kadang- Tidak
No. Pertanyaan Selalu Sering
Kadang Pernah
B1. Saya menjaga jarak fisik sekitar 2
meter dengan siapapun saat berada
di luar rumah pada masa pandemi.
B2. Saya menjaga jarak (physical
distancing) pada masa pandemi,
dengan kelompok berisiko/rentan
(lansia, ibu hamil dan memiliki
riwayat penyakit kronis).
B3. Saya pergi ke tempat ramai seperti
(mall, pasar dan tempat umum
lainnya) pada masa pandemi.
B4. Saya berkumpul dengan teman
atau kerabat pada masa pandemi.
B5. Saya belajar/bekerja/beribadah
dari rumah pada masa pandemi
(Namun, jika pekerjaan saya
mengharuskan untuk keluar
rumah, saya tetap jaga jarak fisik
dengan tidak makan atau minum
bersama di tempat kerja).
B6. Saya melakukan kontak fisik
seperti berdekatan, bersalaman/
berpelukan baik dengan keluarga
maupun bukan keluarga saat di
luar rumah pada masa pandemi.
B7. Saya menggunakan transportasi
umum seperti (angkutan umum,
bus dan kereta) pada masa
pandemi.
B8. Saya menunda kegiatan bersama
(tatap muka) pada masa pandemi,
dengan mengganti melalui telepon,
internet, media sosial dan saluran
komunikasi lainnya.
B9. Saya mengurangi frekuensi
aktivitas keluar rumah pada masa
pandemi kecuali ada keperluan
penting.
B10. Saya berpergian ke luar kota / ke
luar negeri seperti tempat-tempat
wisata pada masa pandemi.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


C. PENGETAHUAN TENTANG COVID-19.
Petunjuk Pengisian : Pilih salah satu jawaban yang menurut Anda benar,
dengan memberi tanda centang (√) pada salah satu kolom pilihan jawaban.
No. Pertanyaan Benar Salah
C1. COVID-19 adalah singkatan dari
Coronavirus disease 2019 yang
menyebabkan penyakit menular pada hewan
dan manusia.
C2. COVID-19 adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh SARS-CoV2.
C3. Gejala umum COVID-19 meliputi demam
sampai 38oC, batuk kering dan sesak nafas.
C4. Karakteristik virus corona, memiliki masa
inkubasi selama 1-7 minggu.
C5. Rapid Test Antibodi dengan sampel darah
adalah pemeriksaan paling akurat untuk
mendeteksi kasus konfirmasi COVID-19.
C6 COVID-19 tidak dapat menular saat
berbicara, batuk atau bersin.
C7. Orang yang bisa menularkan COVID-19
hanyalah yang memiliki gejala.
C8. Risiko kematian pasien COVID-19 lebih
tinggi pada penderita penyakit kronis seperti
penderita Diabetes dan Hipertensi.
C9. Kunci utama upaya pencegahan COVID-19
dapat dilakukan dengan 3M (memakai
masker, mencuci tangan, menjaga jarak)
C10. Penderita positif COVID-19 yang tidak
memiliki gejala, tidak perlu Isolasi mandiri
untuk mencegah penularan COVID-19 ke
orang lain.
D. PENGETAHUAN TENTANG PHYSICAL DISTANCING.
Petunjuk Pengisian : Pilih salah satu jawaban yang menurut Anda benar,
dengan memberi tanda centang (√) pada salah satu kolom pilihan jawaban.
No. Pertanyaan Benar Salah
D1. Istilah menjaga jarak atau social distancing
kini telah diubah namanya menjadi physical
distancing.
D2. Physical distancing adalah kegiatan jaga jarak
fisik yang dilakukan hanya dengan orang yang
tidak dikenal saat di luar rumah.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


D3. Jaga jarak aman dalam penerapan physical
distancing dilakukan kurang dari 1 meter.
D4. Dengan menerapkan physical distancing risiko
penularan COVID-19 akan semakin besar
meskipun akan mengurangi kontak fisik.
D5. Larangan ketika physical distancing adalah
dilarang berdekatan, berkumpul, termasuk
menghadiri acara yang mengundang banyak
orang.
D6. Physical distancing hanya dilakukan oleh
kelompok masyarakat berisiko yaitu berusia 60
tahun keatas, ibu hamil dan memiliki riwayat
penyakit kronis.
D7. Kebijakan physical distancing yaitu sebagai
upaya pencegahan dalam memutus rantai
penularan COVID-19.
D8. Interaksi sosial ketika physical distancing tetap
dapat dilakukan salah satunya melalui saluran
komunikasi daring (Whatsapp, Line, Zoom,
dan sebagainya).
E. SIKAP PHYSICAL DISTANCING.
Petunjuk Pengisian : Pilih salah satu jawaban yang menurut Anda benar,
dengan memberi tanda centang (√) pada salah satu kolom pilihan jawaban.
Sangat
Sangat Tidak
No. Pernyataan Setuju Tidak
Setuju Setuju
Setuju
E1. Physical distancing penting
dilakukan untuk melindungi diri
dan orang lain dari penularan
COVID-19.
E2. Jaga jarak aman 2 meter pada
masa pandemi, hanya dilakukan
dengan orang yang tidak kita
kenal saat di luar rumah.
E3. Jika merasa sedang sakit harus
segera melakukan isolasi mandiri.
E4. Jika ada undangan acara atau
kegiatan pada masa pandemi,
dapat menghadiri nya dengan
menggunakan masker, namun
tetap bersalaman seperti biasa.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


E5. Jika ada yang positif COVID-19
di lingkungan sekitar, hindari
interaksi fisik dengan orang
tersebut, namun tetap dapat
berinteraksi sosial seperti
membantu memenuhi kebutuhan
hidup nya.
E6. Berpergian dan berkumpul
dengan teman atau kerabat pada
masa pandemi, penting untuk
dilakukan agar tidak jenuh dan
stress.
E7. Jika ada teman atau keluarga yang
sakit pada masa pandemi, boleh
menjenguk nya untuk
memberikan dukungan.
E8. Menerapkan bekerja / belajar /
beribadah dari rumah lebih efektif
pada masa pandemi saat ini.
E9. Tidak perlu membatasi diri untuk
berpergian ke luar kota/ ke luar
negeri dan tempat wisata pada
masa pandemi, karena setiap
orang membutuhkan liburan atau
refreshing.
E10. Membatasi diri untuk
menggunakan transportasi publik
yang ramai pada masa pandemi
(seperti angkutan umum, kereta
dan bus)
F. SUMBER INFORMASI
Petunjuk Pengisian : Pilih salah satu jawaban yang sesuai dengan sumber
informasi yang Anda dapatkan untuk memperoleh informasi mengenai
COVID-19.
No. Mendapatkan Sumber Informasi COVID-19 Ya Tidak
dari?
F1. Televisi
F2. Media Sosial (Facebook, Whatsapp, Twitter,
Line, Instagram).
F3. Website Berita Online
F4. Media Massa (Spanduk/ Poster/Koran/ Majalah)

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


G. DUKUNGAN KELUARGA
Petunjuk Pengisian : Pilih salah satu jawaban yang sesuai berdasarkan
Dukungan Keluarga yang anda rasakan, dengan memberi tanda centang (√)
pada salah satu kolom pilihan jawaban.
Kadang- Tidak
No. Pertanyaan Selalu Sering
Kadang Pernah
G1. Keluarga saya melakukan jaga
jarak fisik guna menaati kebijakan
terkait physical distancing.
G2. Keluarga saya mendukung
terhadap kebijakan pembelajaran
jarak jauh (PJJ), untuk
meminimalisir risiko penularan
COVID-19.
G3. Keluarga melarang saya untuk
melakukan kegiatan yang
mengundang keramaian baik di
dalam rumah maupun di luar
rumah pada masa pandemi.
G4. Keluarga melarang saya untuk
berpergian keluar rumah pada
masa pandemi jika tidak ada
keperluan penting.
G5. Keluarga melarang saya untuk
bersentuhan (kontak langsung)
sebelum membersihkan diri dan
mengganti pakaian sehabis
beraktivitas di luar rumah pada
masa pandemi.
G6. Keluarga menghimbau saya untuk
selalu menjaga jarak fisik dengan
siapapun dan dimanapun pada
masa pandemi.
G7. Keluarga menghimbau saya untuk
segera pulang ke rumah ketika
urusan telah selesai (membatasi
waktu di luar rumah pada masa
pandemi).
G8. Keluarga merasa khawatir ketika
saya tidak melakukan jaga jarak
fisik saat beraktivitas di luar
rumah sehingga tertular COVID-
19.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


H. DUKUNGAN TOKOH MASYARAKAT.
Petunjuk Pengisian : Pilih salah satu jawaban yang sesuai berdasarkan
Dukungan Tokoh Masyarakat yang anda rasakan, dengan memberi tanda
centang (√) pada salah satu kolom pilihan jawaban.
Kadang- Tidak
No. Pertanyaan Selalu Sering
Kadang Pernah
H1. Tokoh masyarakat di lingkungan
sekitar saya beserta keluarga nya,
menerapkan physical distancing
(jaga jarak fisik).
H2. Tokoh masyarakat di lingkungan
saya menyebarluaskan informasi
mengenai physical distancing
sebagai upaya pencegahan
COVID-19.
H3. Tokoh masyarakat memberikan
sanksi kepada warga yang
melakukan kegiatan mengundang
keramaian di lingkungan sekitar
pada masa pandemi.
H4. Tokoh masyarakat dan warga
tidak melakukan kegiatan yang
mengundang keramaian di sekitar
lingkungan saya pada masa
pandemi.

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Lampiran 2. Surat Rekomendasi Penelitian

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.
Lampiran 3. Surat Persetujuan Etik Penelitian

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Lampiran 4. Poster Pengumpulan Data

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Lampiran 5. Hasil Output Olah Data

ANALISIS UNIVARIAT

Frequencies

Frequency Table

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.
Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.
Frequencies

Frequency Table

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


NILAI-NILAI STATISTIK UMUR RESPONDEN

UJI NORMALITAS UMUR RESPONDEN

REGRESI MULTINOMINAL KATEGORI UMUR

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


NILAI-NILAI STATISTIK TOTAL SKOR RESPONDEN

UJI NORMALITAS TOTAL SKOR RESPONDEN

ANALISIS BIVARIAT

Crosstabs

Jenis Kelamin * Kategori Perilaku Physical Distancing

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Kategori Umur Responden * Kategori Perilaku Physical
Distancing

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Kategori Tingkat Pendidikan * Kategori Perilaku Physical
Distancing

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Kategori Pekerjaan Responden * Kategori Perilaku Physical
Distancing

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Kategori Pengetahuan COVID19 * Kategori Perilaku Physical
Distancing

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Kategori Pengetahuan Physical Distancing * Kategori Perilaku
Physical Distancing

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Kategori Sikap Physical Distancing * Kategori Perilaku Physical
Distancing

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Sumber Informasi Televisi * Kategori Perilaku Physical
Distancing

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Sumber Informasi Media Sosial (Facebook, Whatsapp, Twitter,
Line, Instagram) * Kategori Perilaku Physical Distancing

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Sumber Informasi Website Berita Online * Kategori Perilaku
Physical Distancing

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Sumber Informasi Media Massa (Spanduk/ Poster/Koran/
Majalah) * Kategori Perilaku Physical Distancing

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Kategori Dukungan Keluarga * Kategori Perilaku Physical
Distancing

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Kategori Dukungan Tokoh Masyarakat * Kategori Perilaku
Physical Distancing

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


ANALISIS MULTIVARIAT

PEMILIHAN KANDIDAT MODEL


LOGISTIC REGRESSION VARIABLES KATEGORI_PERILAKU
/METHOD=ENTER JK
/PRINT=CI(95)
/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20) CUT(0.5).

Jenis Kelamin

Logistic Regression
[DataSet1] C:\Users\LENOVO\Documents\KULIAH\SEMESTER 7\SEMINAR
PROPOSAL\A. SKRIPSI\OLAH DATA SKRIPSI\HASIL GOOGLE FORM\RAW DATA
DAN OLAH DATA SKRIPSI FIX\SKRIPSI OLAHDATA.sav

Block 1: Method = Enter

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Umur

Block 1: Method = Enter

Tingkat Pendidikan

Block 1: Method = Enter

Pekerjaan

Block 1: Method = Enter

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Pengetahuan tentang COVID-19

Block 1: Method = Enter

Pengetahuan tentang Physical Distancing

Block 1: Method = Enter

Sikap Physical Distancing

Block 1: Method = Enter

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Sumber Informasi Televisi

Block 1: Method = Enter

Sumber Informasi Media Sosial

Block 1: Method = Enter

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Sumber Informasi Website Berita Online

Block 1: Method = Enter

Sumber Informasi Media Massa

Block 1: Method = Enter

Dukungan Keluarga

Block 1: Method = Enter

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Dukungan Tokoh Masyarakat

Block 1: Method = Enter

PEMODELAN AWAL

Logistic Regression

Block 1: Method = Enter

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


PEMODELAN TANPA VARIABEL SIKAP PHYSICAL
DISTANCING

Block 1: Method = Enter

Variabel Exp (B) Exp (B) Selisih %


Sikap Ada Sikap
Keluar
Jenis Kelamin 2.930 2.722 0.208 7.09
Umur - - - -
Umur (1) 20.279 18.844 1.436 7.07
Umur(2) 44.519 42.871 1.648 3.70
Tk_pendidikan 2.565 2.685 -0.120 -4.68
Peng_COVID19 11.261 11.325 -0.064 -0.56
Peng_PhyDis 39.298 42.117 -2.819 -7.17
Dk_Keluarga 1.900 2.058 -0.158 -8.34
Dk_Toma 2.252 2.436 -0.184 -8.17

PEMODELAN TANPA VARIABEL TINGKAT PENDIDIKAN

Block 1: Method = Enter

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Variabel Exp (B) Exp (B) Selisih %
Didik Ada Didik Keluar
Jenis Kelamin 2.930 2.390 0.540 18.41
Umur - - - -
Umur (1) 20.279 14.764 5.515 27.19
Umur(2) 44.519 36.204 8.315 18.67
Peng_COVID19 11.261 12.368 -1.107 -9.83
Peng_PhyDis 39.298 48.784 -9.486 -24.13
Dk_Keluarga 1.900 1.907 -0.007 -0.36
Dk_Toma 2.252 2.447 -0.195 -8.67

PEMODELAN TANPA VARIABEL DUKUNGAN KELUARGA

Block 1: Method = Enter

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Variabel Exp (B) Exp (B) Selisih %
Dk_Keluarga Dk_Keluarga
Ada Keluar
Jenis Kelamin 2.930 2.634 0.295 10.08
Umur - - - -
Umur (1) 20.279 19.384 0.895 4.41
Umur(2) 44.519 39.653 4.866 10.93
Tk_pendidikan 2.565 2.397 0.168 6.55
Peng_COVID19 11.261 13.606 -2.345 -20.82
Peng_PhyDis 39.298 49.980 -10.681 -27.18
Dk_Toma 2.252 2.496 -0.244 -10.83

PEMODELAN TANPA VARIABEL DUKUNGAN TOKOH


MASYARAKAT

Block 1: Method = Enter

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Variabel Exp (B) Exp (B) Selisih %
Dk_Toma Dk_Toma
Ada Keluar
Jenis Kelamin 2.930 2.283 0.647 22.07
Umur - - - -
Umur (1) 20.279 19.363 0.916 4.51
Umur(2) 44.519 40.338 4.181 9.39
Tk_pendidikan 2.565 2.885 -0.320 -12.49
Peng_COVID19 11.261 12.574 -1.313 -11.66
Peng_PhyDis 39.298 40.619 -1.321 -3.36
Dk_Keluarga 1.900 2.129 -0.229 -12.06

PEMODELAN TANPA VARIABEL JENIS KELAMIN

Block 1: Method = Enter

Variabel Exp (B) Exp (B) Selisih %


Jenis Jenis
Kelamin Ada Kelamin
Keluar
Umur - - - -
Umur (1) 20.279 16.021 4.258 20.99
Umur(2) 44.519 33.860 10.659 23.94
Tk_pendidikan 2.565 2.108 0.457 17.80
Peng_COVID19 11.261 11.325 -0.063 -0.56
Peng_PhyDis 39.298 51.302 -12.004 -30.54
Dk_Keluarga 1.900 2.000 -0.100 -5.26
Dk_Toma 2.252 2.101 0.150 6.67

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


PEMODELAN AKHIR

Logistic Regression

Block 1: Method = Enter

UJI INTERAKSI
LOGISTIC REGRESSION VARIABLES KATEGORI_PERILAKU
/METHOD=ENTER KATEGORI_UMUR KATEGORI_PENGETAHUANCOVID
KATEGORI_PENGETAHUANPHYDIS KATEGORI_PENDIDIKAN
KATEGORI_DK_KELUARGA KATEGORI_DK_TOMA JK
KATEGORI_PENGETAHUANCOVID*KATEGORI_UMUR
KATEGORI_PENGETAHUANPHYDIS*KATEGORI_UMUR
KATEGORI_PENDIDIKAN*KATEGORI_UMUR
KATEGORI_DK_KELUARGA*KATEGORI_UMUR KATEGORI_DK_TOMA*KATEGORI_UMUR
JK*KATEGORI_UMUR
KATEGORI_PENGETAHUANCOVID*KATEGORI_PENGETAHUANPHYDIS
KATEGORI_PENDIDIKAN*KATEGORI_PENGETAHUANCOVID
KATEGORI_DK_KELUARGA*KATEGORI_PENGETAHUANCOVID
KATEGORI_DK_TOMA*KATEGORI_PENGETAHUANCOVID
JK*KATEGORI_PENGETAHUANCOVID
KATEGORI_PENDIDIKAN*KATEGORI_PENGETAHUANPHYDIS
KATEGORI_DK_KELUARGA*KATEGORI_PENGETAHUANPHYDIS
KATEGORI_DK_TOMA*KATEGORI_PENGETAHUANPHYDIS
JK*KATEGORI_PENGETAHUANPHYDIS
KATEGORI_DK_KELUARGA*KATEGORI_PENDIDIKAN
KATEGORI_DK_TOMA*KATEGORI_PENDIDIKAN JK*KATEGORI_PENDIDIKAN
KATEGORI_DK_KELUARGA*KATEGORI_DK_TOMA JK*KATEGORI_DK_KELUARGA
JK*KATEGORI_DK_TOMA
/CONTRAST (KATEGORI_UMUR)=Indicator(1)
/PRINT=CI(95)
/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20) CUT(0.5).

Logistic Regression

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.
Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.
Lampiran 6. Hasil Output Uji Validitas dan Reliabilitas

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS


Perilaku Physical Distancing

Pengetahuan tentang COVID-19

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Pengetahuan tentang Physical Distancing

Sikap Physical Distancing

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.


Dukungan Keluarga

Dukungan Tokoh Masyarakat

Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.

Anda mungkin juga menyukai