OLEH
ARDHYA RIDHA PRANANDA SIAGIAN PUTRI
1705015081
OLEH
ARDHYA RIDHA PRANANDA SIAGIAN PUTRI
1705015081
i
Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.
Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.
Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.
Faktor-Faktor yang..., Ardhya Ridha Prananda Siagian Putri, FIKES, 2021.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan
Riwayat Organisasi
vi
Serta untuk sahabat-sahabat tersayang yang selalu memberi motivasi untuk maju
dan mereka yang pernah mendekatiku, membutuhkanku sampai menjauhiku.
“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar
baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka – sangkanya.
Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh Allah
telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu”
vii
Dengan menyebutkan nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis. Sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor
yang berhubungan dengan Perilaku Physical Distancing pada Masyarakat
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021” merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Ilmu-Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini terdapat banyak
kesulitan, namun dengan bantuan, arahan dan dukungan dari berbagai pihak,
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Ony Linda, S.KM, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
UHAMKA.
2. Ibu Dian Kholika, S.KM., M.Kes, selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan UHAMKA.
3. Ibu Dr. Retno Mardhiati, S.KM., M.Kes selaku dosen pembimbing akademik
sekaligus dosen pembimbing satu yang selalu memberikan dukungan, saran
dan arahan untuk maju dengan penuh kelembutan, kesabaran dan kasih sayang
sejak awal penyusunan skripsi hingga selesainya skripsi ini.
4. Ibu Dian Kholika, S.KM., M.Kes, selaku dosen pembimbing dua yang telah
banyak menyempatkan waktu ditengah kesibukkan nya untuk memberikan
arahan, dukungan dan juga saran bagi penulis dengan penuh kesabaran dan
keihlasan selama proses penyusunan skipsi ini.
5. Ibu Elia Nur A’yunin, S.KM., M.KM, selaku penguji I skripsi, yang telah
meluangkan waktu, tenaga, serta ilmunya untuk membimbing dan
mengarahkan penulis hingga selesainya skripsi ini.
viii
ix
Penulis
ABSTRAK
Coronavirus disease 19 atau COVID-19 adalah penyakit infeksi menular jenis
baru yang ditetapkan WHO sebagai pandemi dan menyebabkan kematian di
seluruh dunia serta angka kasus yang terus meningkat. Memburuknya pandemi
mendorong pemerintah membuat kebijakan physical distancing sebagai salah satu
upaya preventif COVID-19 di Indonesia. Namun, masih banyak masyarakat yang
melanggar kebijakan physical distancing dengan berbagai faktor yang
melatarbelakangi nya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku physical distancing pada masyarakat Kecamatan
Pancoran Mas Kota Depok. Jenis penelitian kuantitatif dengan desain studi Cross
Sectional dengan populasi seluruh masyarakat Kecamatan Pancoran Mas yang
berjumlah 232.418 orang, dan jumlah sampel sebanyak 221 responden yang
diambil menggunakan teknik Accidental Sampling. Pengumpulan data
menggunakan Google Formulir pada bulan April - Mei 2021. Data dianalisis
secara univariat, bivariat dan multivariat dengan regresi logistik ganda. Hasil
Univariat menunjukkan responden lebih banyak yang memiliki perilaku physical
distancing tidak baik (71,5%). Hasil Bivariat menunjukan jenis kelamin, umur,
tingkat pendidikan, pengetahuan tentang COVID-19, pengetahuan physical
distancing, sikap physical distancing, dukungan keluarga dan dukungan tokoh
masyarakat berhubungan dengan perilaku physical distancing (Pvalue < 0,05),
sedangkan variabel pekerjaan dan sumber informasi tidak berhubungan dengan
perilaku physical distancing (Pvalue ≥ 0,05). Hasil Multivariat menunjukan
variabel yang paling dominan yaitu variabel kategori umur remaja (OR: 42,871)
dan pengetahuan physical distancing (OR: 42,117). Untuk itu, diperlukan metode
pendidikan kesehatan berkelanjutan yang sesuai dengan kelompok usia di dalam
masyarakat, agar informasi tersampaikan dengan baik dan dapat menambah
pengetahuan masyarakat mengenai perilaku physical distancing.
Kata Kunci: COVID-19, Physical Distancing, Faktor-Faktor, Perilaku.
xi
ABSTRACT
Coronavirus disease 19 or COVID-19 is a new type of infectious disease
designated by WHO as a pandemic and causing deaths worldwide and an ever-
increasing number of cases. The worsening of the pandemic has prompted the
government to make a physical distancing policy as an effort to prevent COVID-
19 in Indonesia. However, there are still many people who violate the physical
distancing policy with various factors behind it. The purpose of this study was to
determine the factors associated with physical distancing behavior in the people
of Pancoran Mas District, Depok City. This type of quantitative research with a
cross sectional study design with a population of all people of Pancoran Mas
Subdistrict, totaling 232,418 people, and a total sample of 221 respondents who
were taken using the Accidental Sampling technique. Data collection using
Google Forms in April-May 2021. Data were analyzed univariate, bivariate and
multivariate with multiple logistic regression. Univariate results show that more
respondents have bad physical distancing behavior (71.5%). Bivariate results
show that gender, age, level of education, knowledge about COVID-19,
knowledge of physical distancing, physical distancing attitudes, family support
and support from community leaders are related to physical distancing behavior
(Pvalue < 0.05), while the work variables and sources of information not related
to physical distancing behavior (Pvalue ≥ 0.05). Multivariate results show that the
most dominant variables are adolescent age category variables (OR: 42,871) and
physical distancing knowledge (OR: 42,117). For this reason, a sustainable
health education method is needed that is suitable for the age group in the
community, so that information is conveyed properly and can increase public
knowledge about physical distancing behavior.
Keywords: COVID-19, Physical Distancing, Factors, Behavior.
xii
xiii
xiv
xv
xvi
xvii
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Pengetahuan Tentang Physical Distancing .................. 43
Tabel 4.8 Contoh Tabel Silang Untuk Menghitung Prevalence Ratio ....................... 54
xviii
Tabel 5.19 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Skor Sikap Physical Distancing pada
Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ............................... 71
xix
Tabel 5.30 Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Physical Distancing Pada
Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 ............................... 79
xx
Tabel 5.41 Hasil Uji Regresi Logistik Sederhana dalam Pemilihan Kandidat
Model .......................................................................................................................... 88
xxi
xxii
xxiii
xxiv
A. Latar Belakang
Coronavirus disease 19 atau COVID-19 adalah penyakit infeksi menular
jenis baru yang ditemukan pada tahun 2019 dan disebabkan oleh severe acute
respiratory syndrome coronavirus atau SARS-COV2 (Kemenkes RI, 2020a).
Awal munculnya berasal dari hewan yang terinfeksi kemudian ditularkan ke
manusia. Hingga kini, penularan utama virus korona dapat bertransmisi dari
manusia ke manusia lainnya (Syadidurrahmah et al., 2020).
Dampak akibat menyebarnya virus ini tidak hanya dirasakan dalam bidang
sosial, ekonomi dan politik, namun berdampak luas dalam segi kesehatan.
Pada 30 Januari 2020, Penyakit ini telah ditetapkan sebagai Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KMMD) oleh WHO, dan
selanjutnya di tetapkan sebagai penyakit pandemi pada tanggal 11 Maret 2020
(Purnamasari dan Raharyani, 2020).
Data global yang dilaporkan oleh WHO hingga 9 Desember 2020, telah
tercatat 67.530.912 total kasus konfirmasi dengan 1.545.150 kematian
diseluruh dunia. Amerika menduduki peringkat pertama sebagai negara
dengan kasus COVID-19 paling tinggi di dunia dengan total kasus konfirmasi
mencapai angka 28.832193, sementara di Indonesia menduduki peringkat ke-
20 dari berbagai negara di dunia dengan kasus COVID-19 terbanyak (WHO,
2020).
Terhitung sejak Maret 2020, virus corona telah masuk pertama kali di
Indonesia. Berdasarkan data Worldometers, kasus COVID-19 di Indonesia per
tanggal 8 Januari 2021 telah mencapai angka 808.340 dengan 23.753 kematian
dan 666.883 diantaranya dinyatakan pulih, hal ini membawa Indonesia
menduduki peringkat ke 1 dari negara di ASEAN dan peringkat ke 3 negara di
Asia yang memiliki kasus COVID-19 terbanyak (Worldometers, 2021).
Kota Depok menjadi kota pertama di wilayah Indonesia sebagai tempat
persebaran virus korona dengan ditemukannya 2 kasus konfirmasi pada
tanggal 2 Maret 2020 (Nuraini, 2020). Selain itu, Kota Depok merupakan
salah satu kota di Jawa Barat yang memiliki kasus COVID-19 yang masih
tinggi, apalagi keberadaan wilayah Kota Depok yang strategis dengan ibukota
Jakarta, menjadikan Kota Depok sebagai kota penyangga Ibukota Jakarta
dimana memiliki kasus COVID-19 yang tinggi pula. Angka kasus COVID-19
di Kota Depok per tanggal 8 Januari 2021 telah mencapai 19.253 kasus
konfirmasi dengan angka kematian sebanyak 457 dan 15.079 kasus
dinyatakan pulih (Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Kota Depok,
2021).
Angka pasien meninggal dunia dan kasus konfirmasi COVID-19
diperkirakan akan terus bertambah meskipun diimbangi dengan kesembuhan
pasien. Memburuknya pandemi akibat COVID-19 telah mendorong
pemerintah melakukan tindakan guna memutus rantai penularan dengan
menerapkan kebijakan social distancing atau physical distancing (Mas’udi &
Winanti, 2020). Kebijakan jaga jarak diberlakukan di berbagai negara guna
terhindari dari penularan virus lewat droplet, salah satunya di Indonesia yang
mulai mempraktikkan social distancing dimana oleh WHO telah digantikan
istilahnya menjadi physical distancing. Oleh karena itu, sudah menjadi
tanggung jawab segenap elemen masyarakat dan pemerintah untuk bersama
sama melakukan penanganan wabah guna memblokir rantai penularan
COVID-19.
Sebagaimana hadist riwayat Bukhari, Nasa’i dan Ahmad bahwa Rasulullah
bersabda “Maka tiada seorang pun yang tertimpa tha’un, kemudian ia
menahan diri di rumah dengan sabar serta mengharapkan ridha-Nya seraya
menyadari bahwa tha’un tidak akan menimpanya selain telah menjadi
ketentuan Allah untuknya, niscaya ia akan memperoleh ganjaran seperti
pahala orang yang mati syahid” (Mukharom dan Aravik, 2020).
Kalimat “kemudian ia menahan diri dirumah dengan sabar” bisa dikaitkan
dengan perilaku physical distancing, dimana berdiam diri dirumah merupakan
cara untuk menjaga jarak fisik dan menghindari kontak dengan orang banyak
sehingga menjadi salah satu cara Rasulullah dalam menghadapi wabah.
Namun pada realitanya, perilaku physical distancing sering kali dilanggar
dikarenakan masih banyak orang yang senantiasa mengadakan pertemuan
maupun perkumpulan. Padahal, penerapan perilaku physical distancing ini
sangat penting dilakukan, sebab dengan jaga jarak akan mengurangi kontak
langsung kita untuk terkena percikan air liur seseorang sehingga memperkecil
kemungkinan seseorang untuk terjangkit virus korona. Banyak faktor yang
menjadi latar belakang seseorang dalam menerapkan perilaku physical
distancing.
Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku physical distancing yaitu pengetahuan tentang physical
distancing, jenis kelamin, dukungan keluarga, dan dukungan tokoh
masyarakat (Pvalue<0,05) (Syadidurrahmah et al., 2020). Hasil penelitian lain
menyebutkan bahwa, terdapat hubungan antara pengetahuan tentang COVID-
19 dengan kepatuhan dalam melakukan physical distancing sebagai upaya
guna mencegah penularan COVID-19 (Hafandi dan Ariyanti, 2020).
Selanjutnya, umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan juga memiliki hubungan
yang signifikan terhadap perilaku preventif COVID-19 (Retnaningsih et al.,
2020).
Kecamatan Pancoran Mas merupakan salah satu wilayah administrasi
kecamatan yang ada di Kota Depok dengan jumlah penduduk terbesar ke-4
yaitu sebanyak 282.167 penduduk (BPS Kota Depok, 2019). Selain itu,
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok juga menduduki peringkat ke-4 dari 11
kecamatan yang ada di kota Depok dengan total angka kasus konfirmasi
COVID-19 terbanyak yaitu sebesar 2.213 kasus per tanggal 8 Januari 2021
(Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Kota Depok, 2020).
Berdasarkan studi pendahuluan pada 17 Desember 2020 dengan metode
wawancara langsung kepada 30 responden di Kecamatan Pancoran Mas Kota
Depok, didapatkan hasil bahwa 80% responden masih melakukan aktivitas
diluar rumah seperti bekerja, dan mengadakan pekumpulan atau pertemuan.
Selain itu ditemukan sebanyak 66% responden jarang melakukan physical
distancing.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku physical
distancing pada masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun
2021.
B. Rumusan Masalah
Kecamatan Pancoran Mas merupakan wilayah di Kota Depok yang pernah
menjadi kawasan zona merah COVID-19 pada bulan September 2020 lalu,
bahkan per tanggal 8 Januari 2021, Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok
tercatat menempati urutan ke-4 sebagai penyumbang angka konfirmasi
COVID-19 di Kota Depok. Hal ini menjadi tanggung jawab wilayah setempat
untuk memutus rantai penularan COVID-19 salah satunya dengan menerapkan
physical distancing yang dianjurkan pemerintah. Namun pada realitanya dari
30 responden yang diwawancarai, sebanyak 80% responden masih melakukan
aktivitas diluar rumah dan dapat menjadi masalah bila responden tidak
menerapkan dan mengetahui tata cara dalam melakukan physical distancing.
Hal ini dibuktikan dengan ditemukan nya sebanyak 66% respoden jarang
melakukan physical distancing dengan beragam alasan seperti belum terbiasa,
malas dan persepsi masyarakat bahwa jika berkumpul dengan orang yang
dikenal tidak perlu jaga jarak, apalagi sebanyak 12 dari 30 responden tersebut
merupakan kelompok lansia yang berisiko COVID-19.
Berdasarkan uraian tersebut, menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat
mengenai penerapan perilaku physical distancing masih rendah. Selain itu,
belum pernah dilakukan penelitian yang serupa di Kota Depok, sehingga
masalah tersebut menjadi alasan pendukung bagi peneliti untuk meneliti lebih
lanjut mengenai “Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
physical distancing pada masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok
Tahun 2021?”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan perilaku physical distancing pada
Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran perilaku physical distancing pada
masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021.
D. Manfaat
1. Manfaat Bagi Dinas Kesehatan Kota Depok
Hasil Penelitian ini dapat berguna sebagai data atau informasi
penunjang bagi Dinas Kesehatan Kota Depok guna membuat suatu
program kesehatan atau kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan
aturan dalam penerapan perilaku physical distancing sebagai upaya
preventif dalam penanganan COVID-19.
E. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku physical distancing pada masyarakat Kecamatan
Pancoran Mas Kota Depok yang dilakukan pada bulan April - Mei 2021.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan desain studi cross
sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kecamatan
2. Umur
Menurut KBBI (2016) umur adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2009) klasifikasi umur menurut
kategori atau pembagian kelompok umur adalah sebagai berikut:
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur
dan berjenjang yang dikenal dengan pendidikan sekolah, terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (UU
Sikdiknas No 20 Tahun 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh Gannika dan Sembiring (2020) di
dapatkan hasil bahwa perilaku preventif COVID-19 dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan. Selain itu penelitian Retnaningsih et al (2020), juga
memaparkan hal serupa bahwa, terdapat perbedaan bermakna antara
tingkattpendidikan dengan praktik preventif dalam penularan COVID-19.
Semakin tinggi nya tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah
orang tersebut untuk mendapatkan akses informasi terkait suatu
permasalahan tertentu (Yanti et al, 2020).
Hal ini beriringan dengan penelitian Wiranti et al (2020) yang
menunjukkan adanya hubungan signifikan antara tingkat pendidikan
dengan perilaku patuh masyarakat dalam melakukan kebijakan PSBB
sebagai salah satu langkah pemerintah dalam upaya preventif COVID-19.
Responden dengan pendidikan lebih tinggi cenderung lebih patuh dalam
4. Pekerjaan
Pekerjaan menurut KBBI (2016) adalah suatu aktifitas yang dilakukan
untuk mendapatkan nafkah. Sedangkan menurut Thomas dalam
Adimayanti et al (2017), pekerjaan adalah suatu keharusan yang dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan dan menunjang kehidupan seseorang serta
kehidupan keluarganya.
Pekerjaan seseorang juga dapat mempengaruhi perilaku atau tindakan
orang tersebut, hal ini dibuktikan dengan penelitian Gannika dan
Sembiring (2020) yang menemukan bahwa Ibu rumah tangga meskipun
memiliki pendidikan yang rendah, namun memiliki perilaku preventif
yang tinggi guna melindungi keluarganya.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Retnaningsih et al
(2020), menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan dengan
perilaku preventif dalam penularan COVID-19. Praktik preventif COVID-
19 pada kelompok pekerja swasta lebih rendah jika dibandingkan dengan
kelompok PNS/TNI/Polri. Banyak dari kedua kelompok ini tidak
melakukan social distancing dan sulit menjaga jarak fisik (physical
distancing), hal ini dikarenakan pada kelompok pegawai swasta,
PNS/TNI/Polri tidak bisa bekerja dari rumah atau melakukan Work From
Home (WFH).
5. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang setelah orang tersebut
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan ini terjadi
melalui panca indera manusia seperti indera pengelihatan, penciuman,
perasa, peraba dan pendengaran (Notoatmodjo, 2015).
Pada masa pandemi saat ini, pengetahuan masyarakat mengenai
COVID-19 merupakan salah satu aspek yang penting. Pengetahuan
masyarakat tentang COVID-19 merupakan pengetahuan dasar penyakit
COVID-19 meliputi tanda, gejala dan penyebab, karakteristik virus dan
bagaimana virus tersebut ditransmisikan, pemeriksaan yang perlu
6. Sikap
Sikap merupakan respon tertutup dari seseorang terhadap stimulus
(objek). Wujud dari sikap tidak langsung dapat dilihat, melainkan hanya
dapat ditafsirkan dari bentuk perilaku yang tertutup (Notoatmodjo, 2013).
7. Sumber Informasi
Menurut KBBI (2016), sumber dapat diartikan sebagai tempat atau
asal, sedangkan informasi dapat diartikan sebagai kabar atau berita tentang
suatu. Jadi sumber informasi dapat diartikan sebagai tempat asal suatu
kabar atau berita mengenai suatu hal tertentu. Menurut Cahyono (2011),
sumber informasi adalah berbagai macam hal yang bisa digunakan
seseorang untuk memperoleh suatu hal yang baru, yang mempunyai ciri-
ciri yaitu dapat dilihat, dipelajari, dibaca, dikaji dan diteliti serta dapat
disebarluaskan kepada orang lain.
Penelitian Kundari et al (2020), menyatakan bahwa sumber informasi
mengenai COVID-19 memiliki hubungan dengan perilaku preventif
COVID-19. Hasil analisis multivariat menunjukan bahwa sumber
b. Sumber Pribadi
Hal yang tidak kalah penting adalah penggunaan sumber pribadi
untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan mengenai COVID-19.
Sumber pribadi adalah sumber yang paling dekat dengan responden
seperti teman, keluarga, sahabat dan lain-lain, ditemukan sebanyak
14,55% responden juga memperoleh informasi dari orang yang
terdekat dengan responden dikarenakan mereka memiliki hubungan
interkasi secara intensif dengan masyarakat.
c. Sumber Publik
Sumber publik adalah sumber yang biasa digunakan publik untuk
memperoleh informasi yang berasal dari media tidak berbayar. Sumber
publik seperti website berita online yang meliputi (website milik
pemerintah, platform kesehatan, situs blog dan berita online dari
sumber terpercaya, website organisasi kesehatan), informasi COVID-
19 dari tempat bekerja responden dan juga media massa seperti
majalah, koran, poster dan spanduk merupakan sumber yang ikut
berperan sebagai sarana yang digunakan masyarakat untuk
memperoleh informasi mengenai COVID-19.
8. Dukungan Keluarga
Berdasarkan penelitian Syadidurrahmah et al (2020), Dukungan
keluarga dapat menjadi sistem pendorong dari keluarga responden dalam
melakukan physical distancing. Hasil dari analisis multivariat
menunjukkan bahwa variabel dukungan keluarga berhubungan dengan
perilaku physical distancing (p= 0,004) dengan kata lain, responden yang
memiliki keluarga yang mendukung berisiko 1,8 kali lebih besar untuk
menerapkan perilaku physical distancing dengan baik dibandingkan
dengan responden yang tidak memiliki dukungan keluarga.
Hal ini berbanding lurus dengan penelitian Muliyana dan Thaha
(2016), yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara dukungan keluarga dengan perilaku merokok pada mahasiswa
Universitas Hasanuddin. Mahasiswa yang keluarga nya mendukung, lebih
D. COVID-19
1. Definisi
COVID-19 adalah singkatan dari Coronavirus disease 2019. New type
of Coronavirus ini ditemukan pertama kali muncul di Wuhan, Cina pada
Desember 2019 dan merupakan salah satu keluarga besar virus yang dapat
2. Penyebab
COVID- 19 diakibatkan oleh SARS-COV2 yang masuk dalam
keluarga besar coronavirus yang sama dengan pemicu SARS pada tahun
2003, namun berbeda tipe virusnya. Gejalanya mirip dengan SARS, tetapi
angka kematian SARS(9,6%) lebih besar dibandingkan COVID-19 (>5%),
meski jumlah permasalahan COVID- 19 jauh lebih banyak dibandingkan
SARS. COVID- 19 juga mempunyai penyebaran yang lebih cepat dan
meluas ke seluruh negara dibandingkan SARS (Kemenkes RI, 2020a).
3. Gejala
Menurut World Health Organization (WHO) (2020a) gejala yang
dirasakan jika terjangkit virus korona yaitu berupa demam, batuk dan
sesak napas. Selanjutnya, infeksi dapat menyebabkan radang paru-paru
atau kesulitan bernapas pada kasus yang lebih parah. Hal ini sejalan
dengan temuan Kemenkes RI (2020a) dalam website resminya
www.kemenkes.go.id yang menyatakan bahwa gejala umum penderita
terjangkit virus korona yaitu demam sampai 38oC, batuk kering, sesak
nafas dan gejala lain seperti sakit tenggorokan, letih dan lesu. Sekitar 80%
kasus coronavirus dapat pulih tanpa perawatan khusus dan sekitar 1 dari
setiap 6 orang memiliki kemungkinan untuk menderita sakit yang lebih
parah, misalnya disertai pneumonia atau kesulitan bernafas hingga
hilangnya penciuman, gejala ini biasanya muncul secara bertahap.
kontak erat dengan anggota keluarga, rekan kerja atau tenaga medis
sebelum mengetahui bahwa seseorang telah terjangkit virus tersebut.
b. Petugas kesehatan yang merawat pasien COVID-19.
c. Kelompok usia lanjut lebih dari 60 tahun keatas.
d. Kelompok orang yang menderita gangguan kesehatan kronis atau
penyakit penyerta seperti seperti diabetes dan penyakit jantung, kanker
dan lain sebagainya.
e. Kelompok ibu hamil.
6. Pencegahan COVID-19
Kemenkes RI (2020b) telah menghimbau masyarakat untuk melakukan
3 kunci utama sebagai upaya preventif atau pencegahan COVID-19 yaitu
dengan 3M (Mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak). Selain
itu, tips guna melakukan pencegahan dengan cara melindungi diri telah
dipaparkan oleh Tim Satuan Tugas Penanganan COVID-19 (2020), antara
lain:
a. Melakukan kegiatan dirumah (seperti bekerja, belajar dan beribadah
dari rumah).
b. Menggunakan masker dan menerapkan jaga jarak minimal 1 meter
dengan orang lain serta sering mencuci tangan dengan sabun atau
7. Diagnosis
Hingga saat ini, WHO telah merekomendasikan untuk melakukan
pemeriksaaan molekuler bagi seluruh pasien yang masuk dalam kategori
suspek. Metode yang digunakan untuk deteksi virus ini adalah amplifikasi
asam nukleat atau NAAT (Nucleic Acid Amplification Test) dengan RT-
PCR atau real-time reversetranscription polymerase chain reaction
(Kemenkes RI, 2020c).
8. Tata-laksana
Menurut artikel yang ditulis oleh Rokom (2020) dalam laman
sehatnegeriku.kemenkes.go.id, Pada tanggal 3 Desember 2020, telah
E. Kerangka Teori
Menurut Blum dalam Notoatmodjo (2015) selain lingkungan, perilaku
memiliki andil nomor dua dalam menentukan derajat kesehatan seorang
individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang menurut teori
yang telah dikembangkan oleh Green dalam Notoatmodjo (2013) ditentukan
oleh 3 faktor utama yaitu faktor predisposisi (Predisposing factor) yang terdiri
dari pengetahuan, sikap, tradisi/kebiasaan, keyakinan, nilai nilai dan faktor
demografi lain dalam diri Individu; faktor pemungkin (Enabling factor) yang
terdiri dari ketersediaan fasilitas dan pelayanan kesehatan, keterjangkauan
pelayanan kesehatan, kebijakan pemerintah dan sumber informasi ; dan yang
terakhir adalah faktor penguat (Reinforcing factors) yang terdiri dari dukungan
keluarga, dukungan tokoh masyarakat, dukungan petugas kesehatan, dll).
Maka dapat digambarkan bagan kerangka teori adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan 2,3,5,6,7,8
2. Sikap 6,7,8
3. Umur 6,9
4. Jenis Kelamin 3,6,8
5. Pekerjaan6
6. Tingkat Pendidikan 4,6,8
7. Tingkat Sosial Ekonomi
8. Tradisi/Kebiasaan.
9. Keyakinan.
10. Nilai-nilai
Perilaku
1
Faktor Pemungkin Kesehatan
Faktor Penguat 1
1. Dukungan Keluarga 3
2. Dukungan Tokoh Masyarakat3
3. Petugas Kesehatan.
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep di bawah ini telah mengacu kepada kerangka teori
sebelumnya. Namun, dikarenakan keterbatasan peneliti baik tenaga dan
membutuhkan waktu penelitian yang lebih panjang, tidak semua variabel yang
ada dalam kerangka teori menjadi variabel penelitian. Kerangka konsep telah
dimodifikasi dan telah ditentukan variabel penelitian yang menjadi fokus pada
penelitian ini. Variabel independen pada penelitian ini mencakup faktor
predisposisi (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan,pekerjaan, pengetahuan
dan sikap), faktor pemungkin (sumber informasi) dan faktor Penguat
(dukungan keluarga dan tokoh masyarakat). Sedangkan variabel dependen
dalam penelitian ini yaitu perilaku physical distancing.
Variabel Independen Variabel Dependen
Faktor Predisposisi
1. Jenis Kelamin
2. Umur
3. Tingkat Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Pengetahuan Tentang COVID-19
6. Pengetahuan Tentang Physical
Distancing
7. Sikap Physical Distancing Perilaku Physical
Distancing
Faktor Pemungkin
8. Sumber Informasi
Faktor Penguat
9. Dukungan Keluarga
10. Dukungan Tokoh Masyarakat
30
B. Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Variabel Dependen
1. Perilaku Tindakan yang dilakukan guna mencegah Angket. Kuesioner 1. Baik, jika total skor Ordinal
Physical penyebaran penyakit COVID-19 meliputi item ≥ 33 (nilai Q3).
Nomor B1-
Distancing. jaga jarak fisik 2 meter dengan siapapun/ 2. Tidak baik, Jika total
B10
dengan kelompok rentan (lansia, ibu hamil skor item < 33 (nilai
dan memiliki riwayat penyakit kronis), Q3).
menghindari keramaian/ perkumpulan,
belajar/ bekerja/ beribadah dari rumah atau
tidak makan dan minum bersama di tempat
kerja, membatasi kontak fisik dan
penggunaan transportasi umum, menunda
pertemuan tatap muka, mengurangi
aktivitas diluar rumah serta menghindari
berpergian keluar kota atau ke luar negeri
dan tempat wisata dimanapun.
Variabel Independen
2. Jenis Keadaan laki-laki atau perempuan Angket Kuesioner 1. Perempuan Ordinal
Kelamin berdasarkan jawaban responden. 2. Laki-laki
Nomor A2
3. Umur Lama hidup responden dari awal dilahirkan Angket Kuesioner 1. Lansia ( ≥ 46 Tahun). Ordinal
hingga saat penelitian berlangsung 2. Dewasa (26-45 Tahun).
Nomor A3
berdasarkan jawaban responden. 3. Remaja (12-25 Tahun).
4. Tingkat Riwayat pengajaran dan pelatihan formal Angket Kuesioner Analisis Univariat : Ordinal
Pendidikan yang terstruktur dan berjenjang, yang 1. Tidak Tamat SD
Nomor A4
terakhir kali di peroleh responden pada 2. Tamat SD
saat penelitian berlangsung berdasarkan 3. Tamat SMP
jawaban responden.. 4. Tamat SMA
5. Tamat PT (Perguruan
Tinggi)
Analisis Bivariat :
1. Tinggi (Tamat
SMA/sederajat).
2. Rendah (Tidak Tamat
SMA/sederajat).
(Kemendikbud, 2017).
5. Pekerjaan Suatu aktifitas yang dilakukan untuk Angket Kuesioner 1. Tidak bekerja Ordinal
mendapatkan nafkah guna memenuhi Nomor A5 (Masyarakat dikatakan
kebutuhan hidup responden. tidak bekerja apabila
menganggur, pelajar,
serta ibu rumah tangga)
2. Bekerja (Masyarakat
dikatakan bekerja
apabila mendapatkan
penghasilan seperti
buruh, PNS, wirausaha,
dan pegawai swasta).
(BPS, 2020b).
6. Pengetahuan Tingkat pemahaman masyarakat tentang Angket Kuesioner 1. Baik, jika total skor Ordinal
tentang COVID 19 yang meliputi definisi, Nomor C1- item ≥ 9 (nilai Q3).
COVID-19 penyebab, gejala dan karakteristik virus C10 2. Tidak baik, Jika total
korona, pemeriksaan COVID-19, proses skor item < 9 (nilai
transmisi dan risiko kematian akibat Q3).
COVID-19 serta upaya pencegahannya.
7. Pengetahuan Tingkat pemahaman masyarakat mengenai Angket Kuesioner 1. Baik, jika total skor Ordinal
tentang (istilah, definisi, jarak aman, risiko Nomor D1- item ≥ 8 (nilai Q3).
Physical penularan, larangan, siapa saja yang D8 2. Tidak baik, Jika total
Distancing melakukan) physical distancing dan skor item < 8 (nilai
kebijakan physical distancing sebagai Q3).
pencegahan COVID-19, serta interaksi
sosial ketika physical distancing.
8. Sikap Respon tertutup dari seseorang terhadap Angket Kuesioner 1. Positif, jika total skor Ordinal
physical stimulus (objek) berupa perasaan Nomor E1- item ≥ 36 (nilai Q3).
distancing. responden yang mendukung maupun E10 2. Negatif, jika total skor
perasaan tidak mendukung terhadap item < 36 (nilai Q3).
9. Sumber Sarana yang digunakan responden untuk Angket Kuesioner 1. Ya (Jika responden Ordinal
Informasi mendapatkan berita atau berbagai macam F1-F4 mendapatkan informasi
hal mengenai COVID-19 meliputi sumber mengenai COVID-19
komersial (televisi dan media sosial dan dari sumber informasi
sumber publik (website berita online dan tersebut).
media massa). 2. Tidak (Jika responden
tidak mendapatkan
informasi mengenai
COVID-19 dari sumber
informasi tersebut).
C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara faktor predisposisi (jenis kelamin, umur, tingkat
pendidikan, pengetahuan tentang COVID-19 dan pengetahuan tentang
physical distancing serta sikap physical distancing) dengan perilaku
physical distancing pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota
Depok.
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, bersifat
analitik dengan desain studi cross sectional. Peneliti menggunakan desain
studi cross sectional guna mengetahui hubungan antara variabel independen
(jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap,
sumber informasi, dukungan keluarga dan dukungan tokoh masyarakat)
dengan variabel dependen yaitu perilaku phyical distancing yang dapat diukur
dalam satu waktu.
Sebagaimana teori yang menjelaskan bahwa desain studi cross sectional
adalah suatu rancangan untuk mempelajari dinamika hubungan antara faktor-
faktor risiko dengan efek berupa penyakit gangguan kesehatan atau status
kesehatan tertentu (Sucipto, 2020). Pada desain studi cross sectional, peneliti
hanya melakukan observasi atau pengukuran variabel sebanyak satu kali pada
waktu yang bersamaan sehingga tidak diperlukan pemeriksaan atau
pengukuran berulang (Setiawan dan Prasetyo, 2015).
Adapun keuntungan desain studi cross sectional adalah relatif mudah,
murah dan hasil penelitian cepat diperoleh, selain itu dapat digunakan untuk
meneliti variabel yang banyak sekaligus dan meneliti populasi masyarakat
umum serta memungkinkan untuk tidak terancam loss to follow-up (drop-out)
(Irmawartini dan Nurhaedah, 2017). Hal inilah yang menjadi landasan peneliti
memilih pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross Sectional.
38
3. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara non-
random menggunakan teknik Accidental sampling yang disesuaikan
dengan kriteria sampel.
Accidental sampling adalah teknik sampling yang dilakukan secara
kebetulan (Setiawan dan Prasetyo, 2015). Jadi, siapapun yang secara
kebetulan mengisi Google Formulir yang disebarkan oleh peneliti pada
bulan April - Mei tahun 2021, serta dianggap cocok dan memenuhi kriteria
inklusi dan ekslusi yang ditentukan, maka dapat menjadi sampel dalam
penelitian.
D. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan sumber data
primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber data Primer
Peneliti mengumpulkan data primer yang diperoleh menggunakan
angket tertulis berupa kuesioner. Data Primer adalah adalah data yang
diperoleh atau dikumpulkan secara langsung dari sumber datanya
(Rinaldi dan Mujianto, 2017).
Data primer yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi
perilaku physical distancing, jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan,
pekerjaan, pengetahuan tentang COVID-19, pengetahuan tentang
physical distancing, sikap physical distancing, sumber informasi,
dukungan keluarga dan dukungan tokoh masyarakat.
b. Sumber Data Sekunder
Peneliti menggunakan data sekunder sebagai informasi penunjang
dalam penelitian. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan dari berbagai sumber yang telah ada sebelumnya atau
dengan kata lain, peneliti sebagai tangan kedua (Rinaldi dan Mujianto,
2017).
Jumlah r hitung
Variabel Keterangan
Item (Cronbach’s Alpha)
Perilaku Physical
10 item 0,805 Reliabel
Distancing
Pengetahuan Tentang
10 items 0,816 Reliabel
COVID-19
Pengetahuan Tentang
8 items 0,864 Reliabel
Physical Distancing
Sikap Physical
10 items 0,810 Reliabel
Distancing
Dukungan Keluarga 8 items 0,824 Reliabel
Dukungan Tokoh
4 items 0,811 Reliabel
Masyarakat
Sumber data: output SPSS yang diolah, 2021
E. Pengolahan Data
Tahap selanjutnya setelah data telah dikumpulkan dan sebelum di analisis
adalah tahap pengolahan data. Sebelum data diolah, pada dasarnya data
tersebut hanyalah sekumpulan angka atau fakta yang belum bisa memberikan
informasi apapun atau menggambarkan informasi tertentu. Karena itu, data
mentah (raw data) yang telah di kumpulkan harus diolah agar dapat
menghasilkan informasi yang berguna untuk menjawab tujuan penelitian
(Mujianto, 2017). Pada proses pengolahan data terdapat lima tahapan yang
harus dilalui yaitu : editing, coding, inputing, cleaning, dan scoring.
1. Coding
Coding merupakan kegiatan untuk merubah data yang sebelumnya
masih berbentuk huruf menjadi data yang berbentuk angka. Pada tahap
koding peneliti akan melakukan pemberian kode untuk setiap variabel
pertanyaan pada kuesioner untuk mempermudah proses pengolahan dan
pengabungan data.
4) Tamat SMA
5) Tamat Perguruan Tinggi
(UU Sikdiknas No 20 Tahun 2003, 2003)
Kemudian, tingkat pendidikan akan dikategorikan menjadi 2 dan
diberi kode:
1) Tinggi (Tamat SMA/ Sederajat)
2) Rendah (Tidak tamat SMA/ Sederajat)
(Kemendikbud, 2017)
e. Pekerjaan
Pertanyaan mengenai status pekerjaan responden pada saat
penelitian berlangsung, terdiri dari 7 pilihan jawaban yang diberi kode:
1) PNS/ TNI/ Polri.
2) Pegawai Swasta.
3) Wirausaha.
4) Buruh/Pedagang.
5) Pelajar/Mahasiswa.
6) Ibu Rumah Tangga.
7) Lainnya, Sebutkan...
Kemudian, pekerjaan akan dikategorikan menjadi 2 dan diberi
kode:
1) Tidak Bekerja (Masyarakat dikatakan tidak bekerja apabila
menganggur, pelajar, serta ibu rumah tangga).
2) Bekerja (Masyarakat dikatakan bekerja apabila mendapatkan
penghasilan seperti buruh, PNS, wirausaha, dan pegawai swasta).
(BPS, 2020b)
f. Pengetahuan tentang COVID-19
Pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan responden tentang
COVID-19, terdiri dari pertanyaan positif dan pertanyaan negatif
dengan jumlah item pernyataan sebanyak 10 yang terdiri dari 2 pilihan
jawaban yang diberi kode :
1) Benar
2) Salah
1) Selaluu
2) Seringg
3) Kadang-Kadangg
4) Tidak Pernahh
k. Dukungan Tokoh Masyarakat
Pertanyaan dukungan tokoh masyarakat memiliki jumlah item
pernyataan sebanyak 4 dan terdiri dari 4 pilihan jawaban skala Likert
yang diberi kode:
1) Selalu
2) Sering
3) Kadang-Kadang
4) Tidak Pernah
2. Editing
Editing merupakan langkah pengecekan isian instrumen/ kuesioner
apakah isian sudah lengkap, konsisten dan relevan.
a. Lengkap : Kelengkapan isian jawaban dalam kuesioner. Apakah tiap
item pertanyaan variabel dalam kuesioner sudah terisi lengkap?
b. Konsisten : Ketepatan jawaban antar pertanyaan
c. Relevan : Kerelevanan jawaban dengan pertanyaan
3. Processing
Setelah isian kuesioner sudah benar, lengkap dan telah dilakukan
koding, tahap selanjutnya yaitu Processing yang merupakan pemrosesan
data agar dapat di analisis atau dapat dikatakan processing yaitu kegiatan
mengentry atau menginput data semua item pertanyaan variabel pada
instrumen (kuesioner) ke dalam suatu program komputer.
4. Cleaning
Cleaning (pembersihan data) adalah kegiatan pemeriksaan kembali
data yang telah di entry agar diketahui apakah terdapat suatu kesalahan
atau tidak pada saat processing data menggunakan program komputer.
5. Scoring
Merupakan pemberian skor atau nilai pada tiap jawaban responden.
Dalam penelitian ini variabel yang perlu dilakukan skoring yaitu :
e. Dukungan Keluarga
Pada pertanyaan dukungan keluarga terdiri dari 8 pertanyaan yaitu
pertanyaan kuesioner nomor G1-G8. Pilihan jawaban responden jika
menjawab selalu, maka akan diberi skor 4, jawaban sering diberi skor
3, jawaban kadang-kadang diberi skor 2, dan jawaban tidak pernah
diberi skor 1.
Selanjutnya, setelah dilakukan scoring, membuat variabel total
skor dukungan keluarga. Total skor dukungan keluarga di uji
normalitas datanya menggunakan uji kolmogorov smirnov 1 sampel.
Variabel total skor dukungan keluarga di kategorikan menjadi :
1. Mendukung, jika nilai total skor ≥ 30 (nilai Q3)
2. Tidak mendukung, jika nilai total skor < 30 (nilai Q3)
f. Dukungan Tokoh Masyarakat
Pada pertanyaan dukungan tokoh masyarakat terdiri dari 4
pertanyaan yaitu pertanyaan kuesioner nomor H1-H4. Pilihan jawaban
responden jika menjawab selalu, maka akan diberi skor 4, jawaban
sering diberi skor 3, jawaban kadang-kadang diberi skor 2, dan
jawaban tidak pernah diberi skor 1.
Selanjutnya, setelah dilakukan scoring, membuat variabel total
skor dukungan tokoh masyarakat. Total skor dukungan tokoh
masyarakat di uji normalitas datanya menggunakan uji kolmogorov
smirnov 1 sampel. Variabel total skor dukungan tokoh masyarakat di
kategorikan menjadi :
1. Mendukung, jika nilai total skor ≥ 12 (nilai Q3)
2. Tidak mendukung, jika nilai total skor < 12 (nilai Q3)
F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis
univariat dan analisis bivariat.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan guna mendeskripsikan tiap variabel dari
hasil penelitian yang akan menghasilkan distribusi atau persentase dari
2 (O−E)2
X =
E
Keterangan :
X2 = Chi Square
∑ = Jumlah Total
O = Frekuensi yang diamati
E = Frekuensi yang diharapkan
Selanjutnya, pada analisis bivariat dalam penggunaan desain Cross
sectional, hasil pengukuran akan ditampilkan ke dalam tabel kontigensi
2x2, sehingga dapat dilihat prevalens penyakit (efek) pada kelompok
dengan faktor risiko atau tanpa faktor risiko, selanjutnya akan dihitung
Prevalence Ratio (PR) untuk menyatakan estimasi risiko relatif yaitu
sebagai berikut:
Efek Jumlah
Faktor Risiko
(+) (-)
(+) a b a+b
(-) c d c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d
56
a. Visi
“Terwujudnya pelayanan pemerintahan yang semakin efektif dan
transparan, berwawasan lingkungan dan mandiri dalam rangka mendukung
terwujudnya Kota Depok yang unggul, nyaman dan religius di
wilayah Kecamatan Pancoran Mas”
b. Misi
1) Mewujudkan kualitas pelayanan publik yang profesional dan
memuaskan.
2) Mewujudkan sinergitas koordinasi lintas sektor pembangunan.
3) Mewujudkan partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan.
2. Kondisi Geografis dan Luas Wilayah
Kecamatan Pancoran Mas merupakan kecamatan di Kota Depok yang
letaknya sangat strategis yaitu berada di tengah jantung perkotaan atau pusat
Kota Depok, dengan jarak tempuh terdekat dengan Ibukota Jakarta jika
dibandingkan dengan kecamatan lainnya yang ada di Kota Depok yaitu sejauh
1,3 Km2. Kecamatan Pancoran Mas memiliki luas wilayah mencapai 1.869,57
Ha atau 18,03 Km2 dengan kepadatan penduduk tertinggi menempati posisi ke
4 (empat) dari 11 Kecamatan di Kota Depok yang mencapai rata-rata 13.587
jiwa/Km2 kepadatan penduduk.
Secara geografis, Kecamatan Pancoran Mas berada pada ketinggian 104 m
di atas permukaan laut (mdpl) dengan bentuk permukaan tanah relatif datar
dan berbukit serta dikelilingi oleh pusat perbelanjaan, pertokoaan, perumahan
penduduk, perkantoran serta tempat ibadah. Berdasarkan letak geografisnya,
Kecamatan Pancoran Mas memiliki batasan wilayah sebagai berikut:
1) SebelahhUtara : KecamatannBeji dan Limo
2) SebelahhTimur : KecamatannSukmajaya
3) SebelahhSelatan : KecamatannCipayung
4) SebelahhBarat : KecamatannSawangan
Kelurahan Rangkapan Jaya Baru memiliki jarak tempuh terjauh sekitar
10,8 Km dengan Kelurahan Depok, yang juga merupakan wilayah
administrasi kantor Kecamatan Pancoran Mas Depok berada. Sedangkan
Kelurahan Rangkapan Jaya Baru dengan Kelurahan Rangkapan Jaya memiliki
jarak tempuh terdekat sekitar 1,3 Km. Distribusi frekuensi sebaran alamat
domisili kelurahan responden pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
B. Analisis Univariat
Analisis univariat pada penelitian ini digunakan untuk mencari gambaran
yang meliputi gambaran variabel dependen dan gambaran variabel
independen. Variabel dependen pada penelitian ini yaitu perilaku physical
distancing, sedangkan variabel independen meliputi jenis kelamin, umur,
tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan tentang COVID-19, pengetahuan
tentang physical distancing, sikap physical distancing, sumber informasi,
dukungan keluarga dan dukungan tokoh masyarakat. Jumlah responden yang
diteliti sebanyak 221 responden.
1. Gambaran Perilaku Physical Distancing Pada Masyarakat Kecamatan
Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Pertanyaan perilaku physical distancing terdiri dari 10 pertanyaan,
dengan 5 pertanyaan positif atau Favourable (F) yaitu item pertanyaan no
B1, B2, B5, B8, B9 dan 5 pertanyaan negatif atau Unfavourable (U) yaitu
item pertanyaan B3, B4, B6, B7 dan B10.
Tabel 5.3 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Skor Perilaku Physical Distancing pada
Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Pvalue
Mean Median Modus Minimum Maksimum SD Kolmogorov
Smirnov
Perilaku
Physical 30,27 30,00 31 18 39 3,815 0,432
Distancing
b. Umur
Tabel 5.6 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Umur pada Masyarakat Kecamatan
Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Pvalue
Mean Median Modus Minimum Maksimum SD Kolmogorov
Smirnov
Umur 28,50 22,00 22 15 68 11,659 0,000
c. Tingkat Pendidikan
Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan pada
Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Frekuensi
Tingkat Pendidikan
n %
Tidak Tamat SD 5 2,3
Tamat SD 6 2,7
Tamat SMP 25 11,3
Tamat SMA 109 49,3
Tamat Akademik/PT 76 34,4
Total 221 100
d. Pekerjaan
Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan pada Masyarakat
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Frekuensi
Pekerjaan
n %
PNS/TNI/Polri 7 3,2
Pegawai Swasta 42 19
Wirausaha 18 8,1
Buruh/Pedagang 8 3,6
Pelajar/Mahasiswa 116 52,5
Ibu Rumah Tangga 16 7,2
Lainnya 14 6,3
Total 221 100
Tabel 5.19 Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Skor Sikap Physical Distancing pada
Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021
Pvalue
Mean Median Modus Minimum Maksimum SD Kolmogorov
Smirnov
Sikap
Physical 32,81 34,00 32 20 40 4,184 0,004
Distancing
Tabel 5.19 menunjukkan bahwa rata-rata skor sikap physical distancing pada
masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok adalah 32,81 dengan skor
terendah 20 dan tertinggi adalah 40. Hasil uji Kolmogorov Smirnov (< 0,05)
menunjukkan data di atas memiliki distribusi tidak normal (Pvalue 0,004).
C. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat pada penelitian ini dilakukan antara dua variabel yaitu
variabel independen yang diduga berhubungan dengan variabel dependen
yaitu perilaku physical distancing pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas
Kota Depok tahun 2021. Jika Pvalue < 0,05 artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara dua variabel yang diteliti, sedangkan jika Pvalue ≥ 0,05
artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dua variabel yang
diteliti.
D. Analisis Multivariat
Pada analisis multivariat, tahapan awal yang peneliti lakukan adalah
melakukan pemilihan kandidat model yang dapat masuk ke dalam analisis
multivariat yaitu variabel yang memiliki nilai Pvalue < 0,25. Selanjutnya
dilakukan pengeluaran model awal yang memiliki Pvalue ≥ 0,05 serta
mengalami perubahan nilai (OR ≤ 10%), setelah itu, tahapan analisis
multivariat akan dilanjutkan dengan uji interaksi untuk mendapatkan
pemodelan akhir analisis multivariat.
1. Pemilihan Kandidat Model
Hasil seleksi kandidat model pada uji regresi logistik sederhana sebagai
berikut:
Tabel 5.41 Hasil Uji Regresi Logistik Sederhana dalam Pemilihan Kandidat
Model
Variabel Pvalue Keterangan
Jenis Kelamin 0,022 Masuk Multivariat
Umur 0,001 Masuk Multivariat
Tingkat Pendidikan 0,001 Masuk Multivariat
Pekerjaan 0,462 Tidak Masuk Multivariat
Pengetahuan tentang COVID-19 0,000 Masuk Multivariat
Pengetahuan tentang Physical 0,000 Masuk Multivariat
Distancing
Sikap Physical Distancing 0,000 Masuk Multivariat
Sumber Informasi Televisi 0,351 Tidak Masuk Multivariat
Sumber Informasi Media Sosial 0,270 Tidak Masuk Multivariat
Sumber Informasi Website 0,583 Tidak Masuk Multivariat
Berita Online
Sumber Informasi Media Massa 0,797 Tidak Masuk Multivariat
Dukungan Keluarga 0,000 Masuk Multivariat
Dukungan Tokoh Masyarakat 0,017 Masuk Multivariat
Tabel 5.43 Menunjukkan bahwa variabel yang memiliki (Pvalue > 0,05)
dan kemudian telah dilakukan perhitungan selisih perubahan OR, maka
didapatkan 1(satu) variabel yang memiliki perubahan nilai (OR ≤ 10%) yaitu
variabel sikap physical distancing, sehingga variabel tersebut dikeluarkan
secara permanen dari pemodelan analisis multivariat dan tidak dilanjutkan ke
uji interaksi. Sedangkan variabel tingkat pendidikan, dukungan keluarga,
dukungan tokoh masyarakat dan jenis kelamin memiliki perubahan nilai (OR
> 10%) sehingga variabel tersebut dimasukkan kembali ke dalam pemodelan
analisis multivariat untuk dilanjutkan ke uji interaksi.
4. Pemodelan Akhir
Hasil analisis multivariat dalam pemodelan akhir adalah sebagai berikut:
perilaku physical distancing adalah variabel yang memiliki nilai Exp(B) atau
nilai OR tertinggi yaitu variabel umur (2), dimana kelompok umur remaja
berisiko 42,871 kali untuk memiliki perilaku physical distancing yang tidak
baik daripada kelompok umur lansia.
5. Uji Interaksi
Hasil uji interaksi dalam proses seleksi pemodelan akhir adalah sebagai
berikut:
Tabel 5.45 Hasil Uji Interaksi
Variabel Pvalue Keterangan
Umur 1.000 Masuk Model Akhir
Umur (1) 0.999 Masuk Model Akhir
Umur (2) 0.999 Masuk Model Akhir
Pengetahuan tentang COVID-19 1.000 Masuk Model Akhir
Pengetahuan tentang Physical 1.000 Masuk Model Akhir
Distancing
Tingkat Pendidikan 1.000 Masuk Model Akhir
Dukungan Keluarga 0.998 Masuk Model Akhir
Dukungan Tokoh Masyarakat 0.999 Masuk Model Akhir
Jenis Kelamin 0.999 Masuk Model Akhir
Umur dengan Pengetahuan tentang Masuk Model Akhir
1.000
COVID-19
Umur (1) dengan Pengetahuan Dikeluarkan
0.999
tentang COVID-19
Umur (2) dengan Pengetahuan
0.999 Dikeluarkan
tentang COVID-19
Umur dengan Pengetahuan tentang
1.000 Dikeluarkan
Physical Distancing
Umur (1) dengan Pengetahuan
0.999 Dikeluarkan
tentang Physical Distancing
Umur (2) dengan Pengetahuan
0.999 Dikeluarkan
tentang Physical Distancing
Umur dengan Tingkat Pendidikan 1.000 Dikeluarkan
Umur (1) dengan Tingkat 1.000
Dikeluarkan
Pendidikan
Umur (2) dengan Tingkat 1.000
Dikeluarkan
Pendidikan
Umur dengan Dukungan Keluarga 1.000 Dikeluarkan
Umur (1) dengan Dukungan
0.996 Dikeluarkan
Keluarga
Umur (2) dengan Dukungan
0.996 Dikeluarkan
Keluarga
Umur dengan Dukungan Tokoh
0.859 Dikeluarkan
Masyarakat
Umur (1) dengan Dukungan Tokoh
0.999 Dikeluarkan
Masyarakat
95
tidak ada perbedaan probabilitas yang bermakna antara jenis kelamin dengan
perilaku preventif COVID- 19, ditunjukan dengan nilai (Pvalue=0,25)
Adanya hubungan variabel jenis kelamin dengan perilaku physical
distancing dalam upaya preventif COVID-19 dikarenakan jenis kelamin
perempuan memiliki kecenderungan beperilaku baik dibandingkan dengan
laki-laki apalagi dalam hal peduli terhadap kondisi lingkungan maupun
kesehatan nya. Penelitian Wulandari et al (2020), dapat mendukung hal
tersebut, dikarenakan masyarakat yang berjenis kelamin perempuan lebih
banyak menghabiskan waktu guna mencari informasi dengan membaca dan
melakukan diskusi dengan lingkungan sekitar terkait upaya dalam upaya
preventif COVID-19, dalam hal ini perilaku physical distancing. Selanjutnya,
didapatkan hasil penelitian Layli et al (2020), yang menunjukkan bahwasanya
jenis kelamin perempuan umumnya mempunyai tanggung jawab yang lebih
baik terhadap kesehatannya dibandingkan laki-laki. Maka dari itu, perempuan
biasanya cenderung melakukan perilaku yang sehat.
Hasil uji Regresi Logistik Ganda menunjukkan bahwa variabel jenis
kelamin masuk ke dalam model akhir analisis multivariat.
2. Hubungan Umur dengan Perilaku Physical Distancing
Pada penelitian ini, variabel umur dikategorikan menjadi 3 (tiga) kategori,
yaitu kategori umur remaja (12-25 tahun), dewasa (26-45 tahun) dan lansia ( ≥
46 tahun). Hasil analisis univariat menunjukkan masyarakat paling banyak
memiliki kategori umur remaja, sedangkan paling sedikit pada kategori umur
lansia. Masyarakat yang memiliki kategori umur remaja sebanyak 136 orang
(61,5%), disusul oleh kategori umur dewasa sebanyak 53 orang (24%) dan
kategori umur lansia sebanyak 32 orang (14,5%).
Hasil analisis bivariat menggunakan Uji Chi Square menunjukkan terdapat
hubungan yang signifikan antara umur dengan perilaku physical distancing
dengan Pvalue 0,001 (< 0,05) dimana masyarakat kelompok umur lansia
(56,3%) lebih banyak memiliki perilaku physical distancing baik daripada
kelompok umur remaja (22,1%).
Adanya hubungan antara variabel umur dan perilaku physical distancing
sebagai upaya preventif COVID-19, didukung dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Pertiwi dan Budiono (2021), dengan hasil (Pvalue= 0,007)
yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan perilaku
physical distancing. Hasil ini serupa dengan penelitian Prihanti et al (2018),
yang menunjukkan terdapat hubungan antara umur dengan perilaku hidup
bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga ditunjukkan dengan hasil
(Pvalue= 0,000). Namun, bertolak belakang dengan hasil penelitian Sari et al
(2020), bahwa tidak terdapat perbedaan probabilitas perilaku preventif dalam
penularan COVID-19 pada masyarakat berdasarkan umur responden.
Umur seseorang menentukan tingkat kematangan nya dalam proses
berfikir dan menentukan baik atau buruk nya suatu perilaku. Berdasarkan hasil
penjabaran di atas, peneliti berasumsi bahwa adanya hubungan umur dengan
perilaku physical distancing, disebabkan karena semakin bertambahnya umur,
maka semakin baik pengetahuan yang diperoleh yang menandakan
berkembang nya kemampuan seseorang dalam daya tangkap dan pola pikir
nya (Hafandi dan Ariyanti, 2020). Hal ini didukung oleh penelitian Dewi
(2020), dimana responden dalam kategori lansia awal (46 – 55 tahun)
merupakan usia matang yang ditunjukkan dengan kemampuan menerima
pengetahuan serta menyelesaikan masalah dengan prosedur pertahanan diri
yang baik.
Pada penelitian ini juga menjelaskan bahwa, mayoritas responden dalam
penelitian ini berada dalam kategori umur remaja dengan rentang 12-25 tahun,
dimana memiliki kecenderungan berperilaku physical distancing kategori
tidak baik. Hal ini dikarenakan, pada realitanya, Jess Shatkin seorang psikiater
anak yang dikutip dalam Anggita (2020), menyebutkan bahwa remaja
cenderung lebih mudah untuk mengambil risiko asalkan mereka dapat
berkumpul dan berinteraksi dengan teman-teman nya, daripada menimbang
bagaimana konsekuensi nya, hal ini dapat terjadi akibat adanya peningkatan
aktivitas hit dopamin di dalam otak selama masa remaja dimana akan
membuatnya merasa seperti mendapatkan hadiah dan kebahagiaan yang lebih
jika dapat berkumpul dan berinteraksi dengan teman-teman nya, inilah yang
membuat remaja lebih sulit untuk menerapkan perilaku physical distancing
atau karantina di rumah.
penularan COVID-19, dalam hal ini perilaku jaga jarak fisik atau physical
distancing.
5. Hubungan Pengetahuan tentang COVID-19 dengan Perilaku Physical
Distancing
Pada penelitian ini, variabel pengetahuan tentang COVID-19
dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori yaitu pengetahuan baik dan tidak
baik. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa masyarakat yang memiliki
pengetahuan baik (51,1%) lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat
yang memiliki pengetahuan tidak baik (48,9%).
Hasil bivariat menunjukkan masyarakat yang memiliki pengetahuan
tentang COVID-19 baik (50,4%) lebih banyak memiliki perilaku physical
distancing baik daripada masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang
COVID-19 tidak baik (5,6%). Hasil uji Chi Square didapatkan nilai
Pvalue=0,000 yang artinya ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
tentang COVID-19 dengan perilaku physical distancing. Nilai Prevalence
Ratio (PR) menunjukkan angka 9,080 (95% CI 4,085- 20,183), yang artinya
masyarakat dengan pengetahuan tentang COVID-19 baik berpeluang 9,080
kali untuk melakukan perilaku physical distancing dengan baik daripada
masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang COVID-19 tidak baik.
Hasil serupa didapatkan oleh Hafandi dan Ariyanti (2020), dimana ada
perbedaan probabilitas kepatuhan melakukan perilaku physical distancing
pada masyarakat di Kota Tarakan berdasarkan pengetahuan tentang COVID-
19, dengan nilai (Pvalue= 0,000).
Selain itu, adanya hubungan yang bermakna antara variabel pengetahuan
tentang COVID-19 dengan perilaku physical distancing sebagai upaya
preventif COVID-19, sejalan dengan penelitian Mujiburrahman et al (2020),
ditunjukkan dengan hasil uji Chi square dengan nilai (Pvalue= 0,001). Hasil
yang sama didapatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Sari et al (2020),
yang menyebutkan terdapat hubungan antara pengetahuan tentang COVID-19
dengan kepatuhan penggunaan masker sebagai upaya yang dilakukan untuk
mencegah COVID-19 di Ngronggah dengan nilai (Pvalue= 0,004).
yang tidak baik pula. Hal ini dukung oleh teori Yanti et al (2020), bahwa baik
nya perilaku tercermin dari semakin positif nya sikap seseorang, begitupun
sebaliknya, buruk nya perilaku seseorang tercermin dari semakin negatif nya
sikap orang tersebut.
masyarakat yang memiliki keluarga tidak mendukung (19,4%). Hasil uji Chi
Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara dukungan
keluarga dengan perilaku physical distancing (Pvalue < 0,05). Hasil
perhitungan Prevalence Ratio (PR) menunjukkan masyarakat yang memiliki
keluarga mendukung berpeluang 2,708 kali untuk melakukan perilaku
physical distancing dengan baik daripada masyarakat yang memiliki keluarga
tidak mendukung (95% CI 1,822- 4,024).
Berbanding lurus dengan hasil peneltian ini yaitu penelitian yang
dilakukan Kundari et al (2020), dimana terdapat hubungan dukungan keluarga
dengan perilaku perilaku preventif COVID-19 (Pvalue=0,000). Hal ini
didukung oleh penelitian Wiradijaya et al (2020), yang menemukan bahwa
ada hubungan signifikan variabel dukungan keluarga dengan perilaku makan
pada remaja dalam upaya pencegahan hipertensi (Pvalue=0,015).
Pembentukan perilaku seseorang juga sangat dipengaruhi oleh dukungan
keluarga karena lingkungan yang paling dekat dengan setiap individu adalah
keluarga. Selain itu, keluarga memiliki peran penting guna memotivasi
individu dan memberikan informasi serta nasihat untuk menjaga kesehatan diri
sekaligus berperilaku sehat kepada seluruh anggota keluarga nya (Kundari et
al., 2020).
Berdasarkan realita dan uraian yang sebelumnya telah dijelaskan, adanya
hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku physical distancing
disebabkan karena seseorang yang mendapat dukungan dari keluarga nya,
maka dapat menerapkan perilaku physical distancing dengan baik, namun
sebaliknya, seseorang dengan keluarga yang tidak mendukung maka
memungkinkan untuk menerapkan perilaku physical distancing yang tidak
baik.
2. Hubungan Dukungan Tokoh Masyarakat dengan Perilaku Physical
Distancing
Hasil Analisis Univariat menunjukkan bahwa masyarakat yang memiliki
tokoh masyarakat yang tidak mendukung (64,7%) lebih banyak dibandingkan
dengan masyarakat yang memiliki tokoh masyarakat yang mendukung
(35,3%).
E. Keterbatasan Penelitian
Setiap penelitian tidak terlepas dari kemungkinan adanya keterbatasan
yang bisa mempengaruhi kualitas hasil penelitian. Adapun keterbatasan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pada teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara nonrandom
sampling, maka hasil pada penelitian ini tidak dapat mengeneralisasi
populasi pada seluruh masyarakat di Kecamatan Pancoran Mas Kota
Depok Tahun 2021.
2. Pada proses pengumpulan data yang dilakukan secara online melalui
google formulir, membuat masyarakat yang tidak mempunyai akses
internet menjadi tidak dapat berpartisipasi dalam penelitian ini.
3. Pada pengukuran variabel perilaku physical distancing, peneliti tidak
mengamati perilaku responden secara langsung dan hanya mengandalkan
metode recall atau ingatan responden melalui pertanyaan kuesioner online,
sehingga memungkinkan adanya informasi yang tidak sesuai.
4. Pada variabel umur responden, tidak semua kategori umur diteliti, hanya
masyarakat yang berusia 12 tahun ke atas yang dijadikan fokus penelitian.
5. Pada variabel sumber informasi, tidak semua sumber informasi yang dapat
diakses oleh masyarakat diteliti.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan
sebelumnya mengenai “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Physical Distancing Pada Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok
Tahun 2021”, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Gambaran perilaku physical distancing pada masyarakat Kecamatan
Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2021 yaitu sebanyak 63 orang (28,5 %)
memiliki perilaku physical distancing baik.
2. Gambaran faktor predisposisi menunjukkan mayoritas responden memiliki
jenis kelamin perempuan sebanyak 147 orang (66,5%), kategori umur
remaja sebanyak 136 orang (61,5%), tingkat pendidikan tinggi sebanyak
185 orang (83,7%), berstatus tidak bekerja sebanyak 139 orang (62,9%),
memiliki pengetahuan tentang COVID-19 baik sebanyak 113 orang
(51,1%), memiliki pengetahuan tentang physical distancing tidak baik
sebanyak 112 orang (50,7%), dan sikap physical distancing negatif
sebanyak 153 orang (69,2%).
3. Gambaran faktor pemungkin menunjukkan mayoritas masyarakat
memperoleh sumber informasi mengenai COVID-19 dari televisi sebanyak
205 orang (92,8%), sumber informasi media sosial sebanyak 213 orang
(96,4%), sumber informasi website berita online sebanyak 181 orang
(81,9%) dan sumber informasi media massa sebanyak 148 orang (67%).
4. Gambaran faktor penguat menunjukan mayoritas masyarakat memiliki
dukungan keluarga yang tidak mendukung sebanyak 160 orang (72,4) dan
dukungan tokoh masyarakat tidak mendukung sebanyak 143 orang
(64,7%).
5. Ada hubungan antara faktor predisposisi dengan perilaku physical
distancing yaitu jenis kelamin (Pvalue= 0,037), umur (Pvalue= 0,001),
tingkat pendidikan (Pvalue= 0,006), pengetahuan tentang COVID-19
(Pvalue= 0,000), pengetahuan tentang physical distancing (Pvalue= 0,000)
113
dan sikap physical distancing (Pvalue= 0,000), selain itu ada hubungan
signifikan antara faktor penguat dengan perilaku physical distancing yaitu
variabel dukungan keluarga (Pvalue= 0,000) dan dukungan tokoh
masyarakat (Pvalue= 0,024).
6. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor predisposisi yaitu
pekerjaan (Pvalue= 0,563) dan juga faktor pemungkin (sumber informasi)
dengan perilaku physical distancing (Pvalue ≥ 0,05).
7. Variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi perilaku physical
distancing yaitu variabel kategori umur remaja dibandingan dengan
kategori umur lansia (OR= 42,871) dan variabel pengetahuan tentang
physical distancing (OR= 42,117).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti
memberikan saran diantaranya sebagai berikut:
1. Bagi Masyarakat Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok
a. Diharapkan masyarakat dapat selalu tanggap untuk melakukan
pembaruan terkait informasi tentang COVID-19, berikut dengan
kebijakan-kebijakan yang telah diatur pemerintah mengenai upaya
preventif dalam penanganan COVID-19, dalam hal ini penerapan
physical distancing.
b. Dibutuhkan perhatian khusus dari segenap elemen masyarakat
termasuk keluarga sebagai lingkungan terdekat bagi individu, yang
diharapkan dapat mendukung dan saling mengingatkan anggota
keluarganya satu sama lain untuk selalu menerapkan perilaku physical
distancing dengan siapapun dan dimanapun.
2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Depok
Berdasarakan hasil penelitian ini, umur remaja dan pengetahuan
menjadi faktor dominan yang mempengaruhu perilaku physical distancing,
untuk itu perlu dilakukan pendidikan kesehatan secara berkelanjutan guna
meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama kalangan remaja agar
kepatuhan masyarakat dalam melakukan jaga jarak tidak semakin
DAFTAR PUSTAKA
https://doi.org/10.35451/jkg.v3i2.489
Triyanto, E., dan Kusumawardani, L. H. (2020). An Analysis of People’s
Behavioral Changes to Prevent COVID-19 Transmission Based on
Integrated Behavior Model. Jurnal Keperawatan Soedirman, Vol. 15 No, 66–
73.
UU Sikdiknas No 20 Tahun 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No 20
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Direktorat Pendidikan Menengah
Umum (2003).
Wiradijaya, A dan Indraswari, Priyadi. N. B. R. (2020). Hubungan Sikap, Akses
Dukungan Keluarga dan Lingkungan Sekolah dengan Perilaku Makan
Remaja Dalam Pencegahan Hipertensi Di Kelurahan Ngemplak Simongan
Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(3), 391–397.
Wiranti., Sriatmi, A., Kusumastuti. W. (2020). Determinan Kepatuhan
Masyarakat Kota Depok terhadap Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala
Besar dalam Pencegahan COVID-19. JKKI: Jurnal Kebijakan Kesehatan
Indonesia, 09(03), 117–124. Retrieved from
https://journal.ugm.ac.id/jkki/article/view/58484
World Health Organization (WHO). (2020). Pertanyaan dan jawaban terkait
Coronavirus. Retrieved from https://www.who.int/indonesia/news/novel-
coronavirus/qa/qa-for-public
World Health Organization (WHO) Report. (2020). WHO Coronavirus disease
(COVID-19) Dashboard. Retrieved from https://covid19.who.int/table
Worldometers. (2021). COVID-19 Coronavirus Pandemic. Retrieved January 8,
2021, from
https://www.worldometers.info/coronavirus/?utm_campaign=homeAdUOA?
Si
Wulandari, A., Rahman, F., Pujianti, N., Sari, A. R., Laily, N., Anggraini, L.,
Prasetio, D. B. (2020). Hubungan Karakteristik Individu dengan Pengetahuan
tentang Pencegahan Coronavirus Disease 2019 pada Masyarakat di
Kalimantan Selatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 15(1), 42-46.
https://doi.org/10.26714/jkmi.15.1.2020.42-46
Yanti, B., Wahyudi, E., Wahiduddin, W., Novika, R. G. H., Arina, Y. M. D.,
Martani, N. S., dan Nawan, N. (2020). Community Knowledge, Attitudes, and
Behavior Towards Social Distancing Policy As Prevention Transmission of
COVID-19 in Indonesia. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, 8(1), 4-
14. https://doi.org/10.20473/jaki.v8i2.2020.4-14
Yulianti, T. (2021). Pengetahuan Dan Sikap Berhubungan Dengan Perilaku
Pencegahan COVID-19 Pada Keluarga Usia Lanjut Di Wilayah Kecamatan
Sukaharjo. Indonesian Journal On Medical Science (IJMS), 8(1), 9–15.
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Saya dengan sadar dan tanpa paksaan, memahami penelitian ini tidak memiliki
dampak negative pada diri saya, data dan informasi pengisian mendapatkan
jaminan kerahasiaan oleh peneliti, saya mendapatkan manfaat berupa
bertambahnya pengetahuan tentang physical distancing serta ikut serta
mendukung pengembangan ilmu kesehatan masyarakat terkait upaya untuk
mencegah dan memutus rantai penularan COVID-19 pada masyarakat.
Saya juga dengan sadar dan sukarela memberikan tanda tangan saya sebagai bukti
kesediaan saya. Demikian persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela
tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Jakarta,.....................2021
Responden Saksi
(.............................................) (.........................................)
No. Responden :
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
A1. Nama/Inisial :
A2. Jenis Kelamin : 1. Perempuan 2. Laki-Laki
A3. Umur:_____ (dalam tahun)
A4. Tingkat Pendidikan:
1. Tidak Tamat SD
2. Tamat SD .
3. Tamat SMP
4. Tamat SMA
5. Tamat Perguruan Tinggi
A5. Pekerjaan :
1. PNS/ TNI/ Polri.
2. Pegawai Swasta.
3. Wirausaha.
4. Buruh/Pedagang.
5. Pelajar/Mahasiswa.
6. Ibu Rumah Tangga.
7. Lainnya, Sebutkan...
A6. Alamat Domisili Kelurahan:
1. Kelurahan Depok.
2. Kelurahan Depok Jaya.
3. Kelurahan Mampang.
4. Kelurahan Pancoran Mas.
5. Kelurahan Rangkapan Jaya.
6. Kelurahan Rangkapan Jaya Baru.
A7. No Hp :
B. PERILAKU PHYSICAL DISTANCING.
Petunjuk Pengisian : Pilih salah satu jawaban yang sesuai dengan apa yang
anda lakukan, dengan memberi tanda centang (√) pada salah satu kolom
pilihan jawaban.
ANALISIS UNIVARIAT
Frequencies
Frequency Table
Frequency Table
ANALISIS BIVARIAT
Crosstabs
Jenis Kelamin
Logistic Regression
[DataSet1] C:\Users\LENOVO\Documents\KULIAH\SEMESTER 7\SEMINAR
PROPOSAL\A. SKRIPSI\OLAH DATA SKRIPSI\HASIL GOOGLE FORM\RAW DATA
DAN OLAH DATA SKRIPSI FIX\SKRIPSI OLAHDATA.sav
Tingkat Pendidikan
Pekerjaan
Dukungan Keluarga
PEMODELAN AWAL
Logistic Regression
Logistic Regression
UJI INTERAKSI
LOGISTIC REGRESSION VARIABLES KATEGORI_PERILAKU
/METHOD=ENTER KATEGORI_UMUR KATEGORI_PENGETAHUANCOVID
KATEGORI_PENGETAHUANPHYDIS KATEGORI_PENDIDIKAN
KATEGORI_DK_KELUARGA KATEGORI_DK_TOMA JK
KATEGORI_PENGETAHUANCOVID*KATEGORI_UMUR
KATEGORI_PENGETAHUANPHYDIS*KATEGORI_UMUR
KATEGORI_PENDIDIKAN*KATEGORI_UMUR
KATEGORI_DK_KELUARGA*KATEGORI_UMUR KATEGORI_DK_TOMA*KATEGORI_UMUR
JK*KATEGORI_UMUR
KATEGORI_PENGETAHUANCOVID*KATEGORI_PENGETAHUANPHYDIS
KATEGORI_PENDIDIKAN*KATEGORI_PENGETAHUANCOVID
KATEGORI_DK_KELUARGA*KATEGORI_PENGETAHUANCOVID
KATEGORI_DK_TOMA*KATEGORI_PENGETAHUANCOVID
JK*KATEGORI_PENGETAHUANCOVID
KATEGORI_PENDIDIKAN*KATEGORI_PENGETAHUANPHYDIS
KATEGORI_DK_KELUARGA*KATEGORI_PENGETAHUANPHYDIS
KATEGORI_DK_TOMA*KATEGORI_PENGETAHUANPHYDIS
JK*KATEGORI_PENGETAHUANPHYDIS
KATEGORI_DK_KELUARGA*KATEGORI_PENDIDIKAN
KATEGORI_DK_TOMA*KATEGORI_PENDIDIKAN JK*KATEGORI_PENDIDIKAN
KATEGORI_DK_KELUARGA*KATEGORI_DK_TOMA JK*KATEGORI_DK_KELUARGA
JK*KATEGORI_DK_TOMA
/CONTRAST (KATEGORI_UMUR)=Indicator(1)
/PRINT=CI(95)
/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20) CUT(0.5).
Logistic Regression