SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh:
PUTRI KHAIRINA
(1110101000072)
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016
i
i
ii
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
ABSTRAK
Pertama kali HIV di temukan pada kaum homoseksual, tetapi pada
perkembanganya, HIV/AIDS juga menyerang kaum heteroseksual, khususnya
perempuan. Banyak perempuan masuk dalam kelompok rentan tertular HIV
karena suami atau pasangan mereka memiliki perilaku seksual yang tidak aman
diluar pernikahannya dan menggunakan narkoba suntik. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui secara mendalam mengenai gambaran perempuan
dengan HIV/AIDS yang berobat di Puskesmas Kramat Jati Jakarta Timur, yang
meliputi gambaran karakteristik perempuan dengan HIV/AIDS serta gambaran
distribusinya menurut tempat, dan waktu. Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah epidemiologi deskriptif dengan pendekatan kualitatif
menggunakan desain studi kasus. Pemilihan subjek penelitian dilakukan secara
purpose sampling. Subjek penelitian ini adalah perempuan dengan HIV/AIDS dan
melakukan pengobatan di Puskesmas Kramat Jati Jakarta Timur. Jumlah subjek
yang diambil adalah 5 (lima) subjek yang berusia 30- 39 tahun pada saat
pengambilan data, dari total 48 kasus HIV pada perempuan di Puskesmas Kramat
Jati Jakarta Timur mulai dari Januari hingga Oktober 2014. Hasil penelitian
gambaran karakteristik perempuan dengan HIV/AIDS menunjukan bahwa tingkat
pendidikkan, status pernikahan, sosial ekonomi, riwayat HIV/AIDS pada
keluarga, pengetahuan mengenai HIV/AIDS, agama, dan gejala awal dicurigai
mengalami HIV/AIDS berperan serta dalam proses sehingga akhirnya subjek
terdiagnosis HIV positif. Peran serta yang juga ikut mempengaruhi adalah
gambaran distribusi menurut tempat yang dalam hal ini ditunjukkan dengan
keberadaan dan kebermanfaatan pusat layanan kesehatan terdekat serta alasan
iv
memilih layanan kesehatan sebagai tempat melakukan pengobatan HIV/AIDS.
Begitupula dengan gambaran distribusi menurut waktu yang terdiri dari lama sakit
dan usia ketika pertamakali terdiagnosis HIV positif. Sehingga akan lebih baik
jika pencegahan primer dimulai dalam bentuk VCT bagi perempuan produktif,
baik yang telah menikah maupun belum menikah, seperti dalam prong pertama
PPIA, dapat terlaksana dengan maksimal. Agar perempuan usia produktif mampu
terhindar dari infeksi HIV positif sedini mungkin. Edukasi HIV/AIDS bagi
penderitan HIV, keluarga penderita, dan masyarakat umum perlu lebih di
maksimalkan lagi, sebab masih terdapat penderita yang belum bisa menerima
status HIV kemudian merasa kecewa sehingga akhirnya menularkannya ke orang
lain. Diskriminasi yang terjadi di lingkungan penderita HIV juga masih banyak
ditemukan, baik berasal dari pihak masyarakat umum maupun pihak keluarga
penderita itu sendiri.
v
RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Telp/ HP : 085718007315
Alamat : Jl. Pesantren Sirojul Munir, RT 004 RW 02 No.48,
Kelurahan Jatisari, Kecamatan Jatiasih, Kp. Bojongsari,
Kota Bekasi. 17426.
Email : putri_purisakia@rocketmail.com
Riwayat Pendidikan :
Riwayat Organisasi :
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaykum wr.wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat akal dan ilmu
pengetahuan agar manusia mampu ber-ma’rifatullah (mengenal Allah) juga dapat
bermanfaat bagi manusia lainnya, melaluiilmu pengetahuan yang tersebar di seluruh
dunia ini.Tak lupa terpanjatkan syukur yang tidak terhingga atas segala berkah, rahmat,
dan ridho-Nya sehingga memudahkan dan melancarkan setiap proses dalam penyelesaian
skripsi ini. Skripsi ini berjudul “GAMBARAN PEREMPUAN DENGAN HIV/AIDS
YANG BEROBAT DI PUSKESMAS KRAMAT JATI JAKARTA TIMUR TAHUN
2015”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan mungkin tersusun dan
terselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:
1. Dr. H. Arif Sumantri, S.K.M., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Raihana Nadra Alkaff, SKM, M.MA dan Ibu Narila Mutia Nasir, SKM,
MKM, Ph.D selaku Dosen Pembimbing selama penyusunan proposal, yang telah
meluangkan waktu dan membantu memberikan masukan- masukan yang sangat
luar biasa setiap kali proses bimbingan.
4. Bapak Dr. M. Farid Hamzens, M.Si selaku dosen pembimbing 1 skripsi, yang
senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingannya
hingga tugas akhir ini selesai. Jazakallah bapak, semoga Allah SWT membalas
segala kebaikan bapak dengan sebaik- baiknya balasan.
5. Ibu Minsarnawati Tahangnaca, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing 2 dan
Penanggung Jawab Peminatan Epidemiologi, yang senantiasa meluangkan waktu
untuk memberikan arahan dan berdiskusi juga tidak pernah bosan mengingatkan
agar segera menyelesaikan tugas akhir ini. Jazakillah ibu, semoga Allah SWT
membalas segala kebaikan ibu dengan sebaik- baiknya balasan.
6. Ibu Hoirun Nisa, Ph.D selaku penguji proposal skripsi sekaligus dosen
peminatan epidemiologi. Jazakillah ibuu.
vii
7. Ibu Yuli Amran, MKM selaku penguji. Jazakillah ibuu.
8. Bu Dela Aristi, MKM selaku penguji. Jazakillah ibuu.
9. Bapak dr. Tony Wandra, Ph.D selaku dosen epidemiologi penyakit menular dan
tidak menular sekaligus penguji. Jazakallah pak.
10. Ibu Ida sebagai penanggung jawab di Poli HIV dan IMS Puskesmas Kramat Jati
Jakarta Timur. Terimakasih banyak bu.
11. Ibu- ibu petugas lapangan LSM Tegak Tegar, yang juga merupakan petugas
pendamping dari para informan utama dalam penelitian ini. Jazakumullah untuk
semuanya ya buibu yang MaasyaAllah luar biasa.
12. Para Informan utama yang cerita hidupnya sangat menguras emosi dan air mata,
namun syarat makna dan sangat menginspirasi. Jazakumullah sudah meluangkan
waktu dan mau memberikan kepercayaan kepada penulis untuk mendengarkan
dan menjadikan kisah luar biasa ini sebagai bahan penelitian dalam tugas akhir
ini.
13. Papah dan mamah yang tiada pernah berhenti berdoa serta mendukung. Adik-
adik shalihah Ipha, sapit, dan entas yang tak pernah bosan memotivasi melalui
syair sebuah nyanyian “ingatlah, ingat skripsimu… Semangat garap skripsi...
Garap skripsi harus semangat...”
14. Kak nauri mahasiswi S2 FKM UI yang juga sedang menyelesaikan tugas akhir.
Jazakillah sudah banyak berbagi ilmu dan motivasi, sempat bareng juga dalam
pengambilan data di Poli HIV PKM Kramat Jati.
15. Sahabatku sejak MTs yang tak ada bosan- bosannya memberi semangat, berbagi
kesedihan juga berbagi kegembiraan Lili Rahmawati, SH dan Siti Khoiriyah.
Juga partner kerja kak nisa, Liya, dan seluruh teman- teman di Dompet Dhuafa.
Tak lupa teruntuk Meriza Dwi, SPd sahabat semenjak masih aktif di IKRAR atau
Rohisnya Jakarta Timur hingga sekarang.
16. Kak Vivin, M.Pd dan kak Elsa, M.Pd, teman ODOJ sekaligus mahasiswi S2 IIQ
yang mau berbagi ilmu, memotivasi, hingga bermalam mengerjakan tesisnya
bersama dengan penulis yang sedang mengerjakan skripsi. Tak lupa juga untuk
para penghuni kostan yang lainnya, Anggita, Yaza, dan Ita. Jazakumullah telah
membersamai hari- hari gentingku menjelang sidang skripsi dan juga saat revisi
menuju wisuda. Selamat garap skripsi di semester depan yaa adik- adik shalihah.
17. Bu Medy, Bu Diana, Bu Widi, Bunda Tuti, Teh Sri, Uyun, Dahlan, Fahru, beserta
keluarga besar bimbingan belajar dan TPA NAJWA lainnya yang selalu
viii
menghibur, memberikan penginapan beserta fasilitas hotspot, sarapan, dan makan
malam, juga memberikan dukungan melalui do’a- do’a terbaiknya.
18. Ukhty- ukhty dalam lingkaran penuh cinta, para pengikat hati dengan ikatan do’a
Robithoh. Bu Marwati, Ayu, Dira, Rahma, Nuzul, Vivi, Bidan Fitri, Bidan Fika,
Indah, dan Widya. Juga para kakak- kakak super di “Moment of LC”, Kak Saylis,
Kak Ira, Kak Estri, Kak Anifah, Kak Azkiya, Kak Tiwi, dan Hilda.
19. Kakak- kakak, teman- teman, dan adik- adik ITSAR SMA Negeri 7 Kota Bekasi,
Adik- Adik ROHIS SMA 7 Kota Bekasi, dan Adik- Adik pengurus GENOSI
yang selalu mentransfer energi semangat dan terus memotivasi serta
mengingatkan penulis agar segera menyelesaikan tugas akhir ini.
20. Wiwid, Luthfi, Nida, Tika, Zata, Karlina, Ana, Rizka, Ati, Bebe, Ii, Najah, Harun
dan Bayu yang meskipun sekarang hanya dapat berjumpa via chat grup whatsapp
saja, namun tetap terasa dekat di hati, karena selalu menyapa, menghibur,
memotivasi, memberikan banyak bantuan, serta saling mendo’akan walaupun
hanya melalui media sosial. Juga Eliza, Asiva, Nita, dan Yuli yang masih sering
berkeliaran di FKIK, terimasih atas obrolan- obrolan penyemangatnya.
21. Kiky, Dhea, dan Amel serta para penghuni grup whatsapp “Maju terus skripsi”,
“Wisuda Februari 2017”, dan grup “Perhatian Akhwat An-Najm” yang tiada
henti saling mendo’akan dan saling memberi semangat, juga semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Sangat berharap
ada kritik atau saran yang membangun untuk kesempurnaan laporan ini.
Wassalamu’alaykum wr. wb.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................................IV
3.1.4 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Jakarta ............... 10
x
2.1.2 Faktor Risiko HIV/ AIDS ................................................................................ 12
2.4 Dampak Sosial yang di Alami Perempuan dengan HIV Positif ....................... 57
5.2.4 Riwayat HIV/AIDS pada Keluarga Perempuan dengan HIV/AIDS ............. 128
5.3 Gambaran Distribusi Perempuan dengan HIV/AIDS Menurut Tempat ............... 144
5.4 Gambaran Distribusi Perempuan dengan HIV/AIDS Menurut Waktu ................ 147
xii
6.2.4 Sosial Ekonomi .............................................................................................. 169
6.3 Gambaran Distribusi Perempuan dengan HIV/AIDS Menurut Tempat ......... 188
6.4 Gambaran Distribusi Perempuan dengan HIV/AIDS Menurut Waktu ........... 189
6.5 Pengobatan yang Dijalani oleh Perempuan TerdiagnosisHIV Positif ............ 192
6.6 Dampak Sosial yang Dialami oleh Perempuan Terdiagnosis HIV Positif ...... 197
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR SINGKATAN
ARV : Antiretroviral
xvi
PMTCT : Prevention of Mother To Child Transmission
TB : Tuberkulosis
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
masalah kesehatan dunia. Hal ini menandakan telah terjadi beban ganda
Bedah Brunner Suddarth sebagai bentuk paling berat dari keadaan sakit
terus menerus yang berkaitan dengan infeksi HIV (Smeltzer, 2001). HIV-
HIV/AIDS telah sejak lama menjadi isu bersama yang terus menyedot
pertama kali ditemukan di dunia sekitar tahun 1980-an dan sejak saat itu
hingga sekarang, lebih dari 78 juta orang di seluruh dunia terinfeksi HIV
menurut data dari WHO, di tahun 2015 terdapat penambahan lebih dari 2
juta kasus baru HIV positif dengan 77% kasus adalah pada wanita hamil
1
yang telah mendapatkan akses PMTCT. Hingga sekarang telah tercatat
lebih dari 36 juta orang telah meninggal akibat AIDS (WHO, 2015)
kasus HIV positif lebih dari 118.000 kasus dan lebih dari 45.000 kasus
kumulatif kasus HIV positif, kasus AIDS, serta presentase faktor risiko
150.000 kasus HIV positif dan lebih dari 55.000 kasus AIDS, dengan
kasus (P2PL, 2014). Berdasarkan data jenis profesi, IRT berada di urutan
RI, 2015).
akan terdapat peningkatan prevalensi HIV pada populasi usia 15-49 tahun
dari 0,22% pada tahun 2008 menjadi 0,37% di tahun 2014. Peningkatan
2
jumlah kasus baru HIV pada perempuan, akan berdampak pada
Kemenkes, pada tahun 2009 terdapat 3.045 kasus baru HIV pada anak
terdapat 5.775 kasus baru dengan 34.287 kasus kumulatif anak HIV di
berkaitan dengan hal ini antara lain, penelitian yang dilakukan oleh
Oktarinda (2005) dengan judul “Study life story pada perempuan yang
3
Relasi Gender dalam Rumah Tangga” menyebutkan bahwa satu dari dua
mengatur hal- hal lain dalam rumah tangganya, hal inilah yang mendasari
HIV yaitu hubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan seksual,
diantaranya memiliki lebih dari satu pasangan seksual, posisi tawar rendah
pertama kasus dengan jumlah kumulatif kasus HIV dan AIDS terbanyak.
HIV dan 1.876 kasus AIDS. Prevalensi kasus HIV di Provinsi DKI Jakarta
4
100.000 penduduk (P2PL, 2014). Ini berarti dari setiap 100.000 penduduk
Sementara itu di Jakarta timur, kasus baru HIV yang di temukan pada
Januari hingga September 2014 sebanyak 1.152 kasus baru HIV, dengan
26,5% atau 305 kasus diantaranya merupakan kasus HIV pada perempuan
Timur dalam penemuan kasus baru HIV di wilayah kerja Dinas Kesehatan
Jakarta Timur, yakni terdapat 155 kasus HIV dengan 31% atau 48 kasus
pada anak berusia kurang dari 4 tahun, 3 kasus pada usia 15-19 tahun, 13
kasus pada usia 20-24 tahun, dan 84 kasus lainnya berusia 25-49 tahun.
Jumlah kasus baru ini didapatkan dari hasil pemeriksaan skrining HIV
baik dengan VCT maupun PITC di Puskesmas Kramat Jati Jakarta Timur
pada perempuan yang belum terinfeksi HIV/AIDS. Oleh sebab itu, peneliti
5
1.2 Rumusan Masalah
hubungan seksual tidak aman, yang akan menularkan HIV pada pasangan
terinfeksi HIV dan sudah menjadi AIDS mencapai 55.799 kasus dengan
prevalensi 77,82 kasus per 100.000 penduduk, padahal target dari salah
dewasa hingga 0,5%. Sementara itu di Jakarta Timur, kasus baru HIV
kasus baru HIV, dengan 26,5% kasus diantaranya merupakan kasus HIV
pada perempuan, serta 10% kasus HIV positif terjadi pada anak usia 0-5
ketiga tertinggi dengan HIV positif, yakni terdapat 155 kasus HIV dengan
6
Peneliti tertarik dengan penelitian mengenai distribusi HIV/AIDS
Tahun 2015?
2015?
7
1.4 Tujuan
Tahun 2015.
8
3.1 Manfaat
Jakarta Timur tahun 2015, sehingga dapat dijadikan bahan masukan dalam
9
3.1.4 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN
Jakarta
berobat di Puskesmas Kramat Jati Jakarta Timur tahun 2015 dan juga di
penelitian selanjutnya.
kualitatif desain studi kasus dengan metode analisis isi/ content analysis.
Penelitian ini dilakukan selama enam bulan, yaitu pada bulan Oktober
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HIV/AIDS
berbagai gejala penyakit yang disebut AIDS (CDC, 2013). Orang yang
terinfeksi virus HIV belum tentu AIDS. Perlu waktu 3-10 tahun untuk menjadi
AIDS. HIV positif belum tentu AIDS, tetapi akhirnya akan menjadi AIDS, dan
status HIV positif tidak pernah berubah menjadi HIV negative (Shams, 2008).
tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Sylvia, 2006).
berubah beberapa waktu sejak gejala pertama ditemukan pada tahun 1981.
Secara umum definisi ini menyusun suatu titik dalam kontinum penyimpangan
HIV dimana penjamu telah menunjukan secara klinis disfungsi imun. Jumlah
besar infeksi oportunistik dan neoplasma merupakan tanda supresi imun berat
sejak tahun 1993. Definisi AIDS telah meliputi jumlah CD4 kurang dari 200
11
sebagai criteria ambang batas. Sel CD4 adalah bagian dari limposit dan satu
yaitu virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah
tahap akhir dari infeksi virus HIV ketika sistem kekebalan tubuh telah sangat
rusak, sehingga tidak dapat melawan infeksi ringan sekalipun dan pada
akhirnya menyebabkan kematian. HIV dan AIDS secara klinis untuk pertama
kali dilaporkan di Amerika Serikat pada tahun 1981, dimana fase penyebaran
Faktor risiko adalah ciri atau kondisi yang mempengaruhi seseorang atau
harapkan. Faktor risiko tersebut bisa berupa sebab atau tanda- tanda yang harus
adalah faktor- faktor yang berhubungan dengan kenaikan risiko yang terjadi pada
penyakit. Faktor risiko terjadinya penyakit perlu diketahui agar dapat berguna
dalam hal- hal berikut ini: (1) untuk meramalkan kejadian penyakit, (2)
identifikasi faktor penyabab suatu penyakit, (3) membantu proses diagnosis, (4)
12
Faktor risiko HIV/ AIDS berkaitan erat dengan perilaku berisiko dari
seorang individu terhadap penularan infeksi HIV. faktor risiko tersebut antara
lain faktor risiko melalui transmisi seksual, faktor risiko melaui transmisi non
Penularan ini berhubungan dengan semen dan cairan vagina. Infeksi dapat
pasangan seks dan jenis hubungan seks. Orang yang sering berhubungan seksual
terinfeksi virus HIV. Adapun jenis dari faktor risiko melalui transmisi seksual
2.1.2.1.1 Homoseksual
yang menderita AIDS, berusia antara 20-40 tahun dari semua golongan usia.
resiko tinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi mitra seksual yang pasif
13
sehubungandengan mukosa rektum yang sangat tipis dan mudah sekali
2.1.2.1.2 Heteroseksual
Di Afrika dan Asia Tenggara cara penularan utama melalui hubungan
usia seksual aktif baik pria maupun wanita yang mempunyai banyak
pasangan dan berganti-ganti. Ini adalah faktor risiko yang paling umum
Penularan lebih mudah terjadi apabila terdapat lesi penyakit kelamin dengan
klamidia, kankaroid, dan trikomonalis. Risiko pada seks anal lebih besar
hubungan seksual. Seks anal (melalui dubur) beresiko lebih tinggi daripada
seks melalui vagina, karena seringkali terjadi perlukaan pada daerah anal
kondom secara tepat dan konsisten pada mereka yang berperilaku beresiko
14
2.1.2.2 Faktor Risiko Melalui Transmisi Non Seksual
Transmisi parental yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk
pada penyalah gunaan narkotik suntik yang menggunakan jarum suntik yang
suntik yang dipakai oleh petugas kesehatan tanpa disterilkan terlebih dahulu.
suntik pada pengguna narkona suntik berisiko mencapai 0,5-1% dan terdapat
seperti tertusuk jarum pada petugas kesehatan, risikonya kurang dari 0,5%
dan telah terdapat kurang dari 0,1% dari total kejadian di dunia
(Notoatmodjo, 2005).
negarabarat sebelum tahun 1985. Sesudah tahun 1985 transmisi melalui jalur
ini di negara barat sangat jarang, karena darah donor telah diperiksa sebelum
sangat tinggi hingga mencapai 90% dan ditemukan sekitar 3-5% dari total
kejadian di dunia.
15
2.1.2.2.3 Faktor Risiko Melalui Transmisi Transplasental
resiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan dan
1. Perempuan Hamil
kembali hamil.
Pada saat kehamilan, risiko penularan HIV dari ibu ke bayinya lebih
rendah, yaitu sebesar 5%-10%. Dukungan yang kuat dari keluarga dan
16
2. Perempuan Bersalin
semua bayi yang dilahirkan oleh ibu HIV positif pastilah akan terinfeksi
HIV karena darah bayi menyatu dengan darah ibu di dalam kandungan.
jika plasenta meradang, terinfeksi, ataupun rusak maka bisa jadi virus akan
bayi.
kemungkinan terjadi percampuran darah ibu dan lendir ibu dengan bayi.
Tetapi sebagian besar bayi dari ibu HIV postif tidak tertular HIV. Maka
RI, 2013). Oleh karena itu disarankan persalinan pada ibu dengan HIV
positif adalah dengan Bedah Cesar, sehingga resiko penularan HIV dapat
17
3. Perempuan Menyusui
Seorang bayi dari ibu HIV positif bisa jadi tetap HIV negatif selama
masa kehamilan dan proses persalinan, tetapi mungkin akan terinfeksi HIV
Antara 10-15% bayi yang dilahirkan oleh ibu HIV positif akan terinfeksi
2013).
kepribadian dapat dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau
sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang
18
diterima dari lingkungan. Karakteristik mengacu kepada karakter dan gaya
tingkah laku menjadi lebih konsisten dan mudah di perhatikan . Selain itu
karakteristik juga merupakan ciri yang secara alamiah melekat pada diri
2012).
tergantung pada mobilitas pejamu, kontak personal serta derajat dan lama
19
agen penyebab. Faktor pejamu meliputi intrinsik dan ekstrinsik. Faktor
instrinsik terdiri dari usia, jenis kelamin, ras, genetik, fisiologi (termasuk
misalnya WPS (wanita penjaja seks), dari satu WPS dapat menular ke
20
donor organ tubuh dan petugas pelayan kesehatan juga mejadi kelompok
cairan sperma mudah terpapar ketika hubungan seksual. Selain itu, sperma
dibanding konsentrasi HIV pada cairan vagina. Hal lain yang berkaitan
2012).
HIV/AIDS.
21
2.1.3.1.1 Tingkat Pendidikan
efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat
22
1. Formal
dasar yang terdiri dari 6 tahun sekolah dasar atau sederajat dan 3
23
a. Pendidikan Dasar
b. Pendidikan Menengah
c. Pendidikan Tinggi
24
memberikan informasi kepada siswa-siswi melalui proses belajar
(Notoatmodjo, 2007)
2. Jalur Non-formal
25
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
(Notoatmodjo, 2005).
3. Jalur Informal
26
2.1.3.1.2 Status pernikahan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita
satu kali perkawinan, atau lebih dari satu. Usia minimal untuk suatu
(Nasry, 2009).
mereka yang berusisa 10-19 tahun dan belum menikah. kelompok usia
sehat, pada praktiknya remaja sering terdorong oleh kekuatan lain yang
27
mencoba atau memulai hubungan seksual (Anggreani, 2005). Menurut
2012).
hidup dan memiliki harapan bahwa kehidupan mereka akan lebih baik
yang tidak terinfeksi HIV adalah salah satu tindakan yang dilakukan
khawatir akan perlakuan yang akan didapatkan dari orang lain atas
28
dirinya. Sebaliknya, orang lain pun menjaga jarak engan dekat dengan
hubungan suami istri, agar suami dari ODHA terhindar dari penularan
(Nursalam, 2007).
29
dan kewajiban yang harus dimainkan oleh orang yang membawa status
terjadinya kekerasan dari pihak yang lebih tinggi daya tawarnya atau
30
yang berpengaruh terhadap kehidupan dan pola hidup adalah stres
hidup dan cara hidup yang lebih baik. Hal tersebut mempengaruhi pola
pekerjaan yang juga akan berpengaruh pada lingkungan kerja dan sifat
itu sendiri, bekerja pada orang lain, dan hasil dari kepemilikkan
(Notoatmodjo, 2007).
31
2.1.3.1.4 Riwayat HIV/AIDS pada Keluarga
terdiri dari ayah, ibu dan anak dengan hubungan yang terjalin erat dan
kali lebih besar terhadap kejadian HIV dan AIDS (Susilowati, 2009).
pertumbuhan dan perkembangan anak hal ini dapat dilihat pada anak
kasih sayang orang tua yang di terima anaknya, terutama kalau jarak
32
2.1.3.1.5 Pengetahuan
dibanding laki- laki. Hal ini disebabkan karena laki- laki lebih banyak
(Oktarina.dkk, 2009).
kelompok dengan perilaku seks yang tidak aman, tetapi juga telah
33
termasuk persoalan seputar HIV/AIDSdan pelayanan kesehatan yang
menjadi hak mereka akan sulit melindungi dirinya dari infeksi HIV
kurang mempunyai risiko 2,442 kali lebih besar terhadap kejadian HIV
persyaratan dasar yang meliputi konseling pre test, konseling post test,
ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik yang akan direspon
2.1.3.1.6 Agama
34
melakukan tindakan yang bertentangan dengan ajaran agamanya.
dianutnya dan merupakan suatu hal yang rutin dan wajib dijalankan
(Samino, 2011).
35
2.1.3.1.7 Gejala Awal dicurigai Mengalami HIV/AIDS
Tes HIV melalui VCT sebagai salah satu pintu masuk untuk
2013).
Kejadian penyakit dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya
36
masyarakat setempat yang berlaku, sistem pelayanan kesehatan, kebiasaan
“Penyakit Menular Pada Manusia”, Riwayat dari penyakit HIV yang paling
seperti gaya hidup, tempat hiburan malam, dan wisata (Chandra, 2011).
37
yangberkaitan dengan reproduksi dianggap suatu hal yang memalukan
Pada penyakit yang menular langsung dari orang ke orang maka jarak
posisi rentan dengan HIV/ AIDS dari orang tuanya dalam proses persalinan,
menyusui, dan melalui media lain seperti transfusi darah. Berdasarkan jenis
26,6% tahun 2010 (Departemen Kesehatan RI, 2010). Sementara dari tahun
2012 ke tahun 2013, presentase kasus baru HIV/AIDS pada laki- laki
cenderung stabil yakni sebesar 55,3% di tahun 2012 dan 55,1% di tahun
38
peningkatan, yaitu 28,7% kasus baru di tahun 2012 dan 29,7% kasus baru di
HIV pada perempuan dapat ditelusuri melalui dua jenjang penyebab pada setiap
tahap kehidupan yaitu sebab langsung dan sebab tidak langsung. Kedua jenjang
penyebab ini melibatkan unit sosial yang berbeda yaitu, individu, keluarga, dan
masyarakat:
infeksi virus HIV, kerentanan pada IMS dan tidak adanya ketahanan
psikososial, karena hak-hak dan keamanan sosial tidak terjamin (KNPP RI,
2008).
mengontrol perilaku seksual suami, seperti membeli jasa WPS dan memakai
39
narkoba suntik. IRT seringkali tidak berdaya ketika meminta suaminya
memakai kondom saat berhubungan seks, sehingga lebih rentan tertular HIV
(Anggreani, 2005).
Mengingat pola penularan HIV seperti disebutkan di atas, maka ada orang-
orang yang berpeluang atau berisiko lebih besar untuk tertular HIV, yaitu:
seksual, Penjaja seks dan pelanggannya, Pengguna jarum suntik secara bersama
(bergantian), Bayi yang dikandung ibu yang terinfeksi HIV, serta orang yang
Kandun (2012), Penyakit HIV dapat ditularkan dari orang ke orang melalui
40
liur, air mata, urin dan sekret bronkial, penularan sesudah kontak dengan sekret
yang ditularkan melalui hubungan seksual terutama penyakit seksual dengan luka
Determinan utama dari penularan melalui hubungan seksual adalah pola dan
prevalensi dari orang orang dengan “Sexual Risk Behavior” seperti melakukan
hubungan seks yang tidak terlindung dengan banyak pasangan seks. Tidak ada
bisa menularkan infeksi HIV, risiko penularan melalui seks oral tidak mudah
AIDS di sebabkan oleh virus yang disebut HIV. Virus ini ditemukan oleh
lebih lanjut dibuktikan bahwa kedua virus ini sama, sehingga berdasarkan hasil
41
HIV adalah suatu retrovirus anggota subfamili lentivirinae, penyebab
yaitu HIV-1 sebagai penyebab sindrom defisiensi imun (AIDS) dan HIV-2 yang
selubung(envelope). Inti tersusun dari protein genom RNA dan enzim reverse
selama sekitar 10 tahun (Kayser et al, 2005). Virion HIV matang memiliki bentuk
hampir bulat. Selubung luarnya, atau kapsul viral, terdiri dari lemak lapis ganda
yang banyak mengandung tonjolan protein. Duri-duri ini terdiri dari dua
glikoprotein; gp120 dan gp41. Terdapat suatu protein matriks yang disebut gp17
dikelilingi oleh suatu protein kapsid yang disebut p24. Di dalam kapsid terdapat
dua untai RNA identik dan molekul preformed reverse transcriptase, integrase
dan protease yang sudah terbentuk. Reverse transcriptase adalah enzim yang
mentranskripsikan RNA virus menjadi DNA setelah virus masuk ke sel sasaran
(Lan, 2005).
42
2.1.6 Patogenesis HIV/AIDS
Masa klinis bisa berlangsung selama 10 tahun. Selama masa ini, terjadi
banyak replikasi virus. Waktu virus dalam plasma sekitar 6 jam, dan siklus hidup
virus (dari saat infeksi sel ke saat produksi keturunan baru yang menginfeksi sel
berikutnya) rata-rata 2,6 hari. Limfosit TCD4+, target utama yang bertanggung
jawab pada produksi virus tampaknya mempunyai angka pembalikan yang sama
klinis yang nyata, seperti infeksi oportunistik atau neoplasma (Brooks G. F.,
2005).
Dalam tubuh ODHA, partikel virus akan bergabung dengan DNA sel
pasien, sehingga orang yang terinfeksi HIV seusia hidup akan tetap terinfeksi.
Sebagian pasien memperlihatkan gejala tidak khas seperti demam, nyeri menelan,
pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk pada 3-6 minggu
HIV terdapat dalam darah dan cairan tubuh seseorang yang telah tertular,
walaupun orang tersebut belum menunjukkan keluhan atau gejala penyakit. HIV
hanya dapat ditularkan bila terjadi kontak langsung dengan cairan tubuh atau
darah. Dosis virus memegang peranan penting. Semakin besar jumlah virus yang
43
terdapat dalam tubuh maka semakin besar kemungkinan terinfeksi. Jumlah virus
terbanyak terdapat dalam darah, sperma, cairan vagina dan serviks serta cairan
dalam otak. Sedangkan di dalam saliva, air mata, urine, keringat dan air susu
Adapun cara penularan dari HIV/ AIDS dilakukan dengan beberapa cara,
a. Hubungan Seksual
seorang pengidap. Ini adalah faktor risiko yang paling umum terjadi,
meliputi 80-90% dari total kasus sedunia. Penularan mudah terjadi apabila
terdapat lesi penyalit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti
Risiko pada seks anal lebih besar dibandingkan seks vagina, dan risiko lebih
sampai >90%, ditemukan 3-5% total kasus sedunia. Pemakaian jarum suntik
tidak steril atau pemakaian bersama jarum suntik dan spuitnya pada pecandu
risiko 0,5%, dan mencakup <0,1% total kasus sedunia (Katiandagho, 2015).
44
c. Melalui Kehamilan, Persalinan, dan Air Susu Ibu (ASI)
Penularan ini dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV positif,
berkisar antara 30%, artinya dari setiap 10 kehamilan ibu HIV positif
kemungkinan ada 3 bayi yang lahir dengan HIV positif (KPAN, 2010 )
sakit pad otot dan persendian, sakit pada saat menelan, dan
gejala radang selaput otak , sakit kepala, hingga terjadi kejang dan
dari negatif menjadi positif. Rentang waktu sejak HIV masuk ke dalam
45
window period. Lama window period antara satu sampai tiga bulan,
bahkan ada yang berlangsung sampai enam bulan. Gejala ini biasanya
sejak terinfeksi atau setelah sembuh dari gejala infeksi primer sampai
mengetahui dan tidak merasa dirinya tertular HIV karena tetap merasa
sehat seperti biasanya, pada stadium ini hanya tes darah yang dapat
(Nursalam, 2007).
timbul gejala ringan pada kulit, kuku, dan mulut. Beberapa infeksi
berakibat pada penurunan nafsu mkan dan diare ringan. Berat badan
46
pasien juga akan menurun, tetapi tidak mencolok (sekitar 10% dari
saluran nafas bagian atas yang berulang, tapi penderita masih bisa
tidur hampir dua belas jam setiap hari. Juga terjadi pembesaran
4. Stadium AIDS
Pada tahap ini, berat badan menurun lebih dari 10% dari berat
demam terus-menerus atau berulang lebih dari satu bulan, diare juga
berada di tempat tidur lebih dari dua belas jam sehari, lebih lama dari
47
pada stadium sebelumnya. Stadium ini juga disebut dengan istilah
48
d. Dimensia/ enselopati HIV
d. Candidosis orofaring
f. Limpadenopati generalis
imaturitas responimun. Selain itu bayi yang lahir dari ibupengidap HIV
infeksiprimer. Pada sebagian anak umumnya fase laten lebih singkat atau
49
tanpa fase laten sama sekali dengan kerusakan progresif sel T-CD4 dan
hubungan seksual yang haram, baik karena tidak melalui perkawinan yang
pula mereka yang terinfeksi virus HIV ini merupakan orang baik-baik.
tidak berdosa.
hubungan seks yang halal, yang ditularkan melalui virus yang dibawa oleh
yang buruk, atau peringatan Allah kepada manusia. Cobaan buruk ini, Allah
50
Dalam Alquran dinyatakan:
“Berhati-hati lah dan jaga lah diri kalian dari sebuah “fitnah” (cobaan
buruk) yang tidak hanya menimpa mereka yang melakukan kezaliman”. (QS.
al-Anfal: 25).
dan lingkungan sosial yang buruk. Dengan begitu, penyakit HIV/AIDS ini,
dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa)
selamanya sesuai dengan tuntunan Allah SWT, oleh karena itu Islam
angsur tapi pasti untuk membangun rumah tangga yang teratur, mewujudkan
51
Allah mengharamkan zina. Allah mengharamkan hambaNya untuk zina
“Dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh suatu pebuatan
keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al- Isra: 32)
HIV/AIDS.
dengan siapa dia akan menikah, kapan, dengan siapa, dan bagaiman dia
menyebabkan adanya hubungan yang tidak seimbang antara suami dan istri,
sehingga perempuan tidak bisa menolak atau tidak bisa meminta suaminya
aman. Perempuan juga tidak bisa menolak hubungan seksual meskipun dia
52
peremuan memiliki kedudukkan yang sama dalam segi kewajiban beribadah,
dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki
Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang
menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang
zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat
keridhaaan Allah lebih besar. ilah kemenangan yang agung.” (QS. At-
Taubah: 71-72).
Sehingga seharusnya sudah tidak ada lagi perlakuan yang tidak setara
maupun tidak adil pada perempuan. Sebab, dalam Al- Qur’an pun
53
menyebutkan kata laki- lak dan perempuan secara sejajar. Hal ini
menggambarkan bahwa dalam seg beribadah kedudukan antara laki- laki dan
dimulai lebih awal sebelum melakukan terapi ARV, sebab pasien akan
keberhasilan terapi ARV jangka panjang, malalui konseling pra terap ARV
yang meliputi cara dan ketepatan minum obat, efek samping yang mungkin
tersedia) dan penentuan stadium klinis infeksi HIV nya. Hal tersebut untuk
menentukan penderita sudah memenuhi syarat untuk terapi ARV atau belum
mulai terapi ARV didasarkan pada penilaian klinis. Namun jika tersedia
pemeriksaan CD4 maka terpai ARV dimulai pada semua pasien dengan
jumlah CD4 < 350 sel/mm3 tanpa memandang stadium klinisnya. Terapi
ARV juga dianjurkan pada semua pasien dengan TB aktif, ibu hamil, dan
54
Terapi ARV adalah terapi yang memerlukan kepatuhan yang
sangat tinggi karena jika terapi yang dijalankan tidak serius maka virus
dalam meminum obat secara benar tentang dosis, frekuensi, dan waktunya
2011).
dari 3 golongan obat ARV yang telah lama digunakan, ketiganya memiliki
respon dan efek samping yang berbeda, adapun respon dan efek
dengan skin rash yang mungkin ringan atau meningkat menjadi suatu
(Sigalingging, 2009).
55
2. Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)
seperti mual, muntah, rasa sakit, dan peregangan abdomen yang disertai
(Sigalingging, 2009).
inhibitor, yang dalam hal ini termasuk tahanan insulin, diabetes melitus,
56
disebut P.jiroveci, yang disingkat sebagai PCP). Pemberian kortimoksasol
tubuh dapat ditekan dengan baik, sehingga ODHA dapat tetap hidup
penularan dari suami ke istri mereka. Ketimpangan gender itu telah membuat
tangga tertular dari suaminya yang sudah lebih dahulu terpapar HIV/AIDS
57
karena kerap bergantipasangan atau menggunakan jarum suntik saat
1. Dijauhi Keluarga
misalnya dengan melihat buku mengenai AIDS atau obat khusus untuk
peranan keluarga, baik keluarga batih maupun keluarga jaringan (nuclear and
58
2. Penolakkan Oleh Keluarga, Teman, dan Masyarakat
HIV tidak layak untuk hidup bersama dan akan menimbulkan ketakutan dan
untuk menghindarkan diri dari virus yang sama, karena adanya ketakutan
penyakit yang disebabkan oleh seks bebas, narkoba, dan hubungan seksual
59
lainnya sehingga tidak pantas untuk di toleransi karena perilaku buruknya
(Simanjuntak, 2005).
karena hal tersebut perempuan terdiagnosis HIV positif akan menjadi tidak
lagi percaya diri dan menganggap bahwa dirinya berbeda dengan orang lain
disekitarnya, yang tidak terinfeksi HIV positif. Hal ini akan mempengaruhi
HIV/AIDS, yaitu:
60
1. Salah informasi tentang HIV/AIDS
penularannya, padahal penularan AIDS itu tidak mudah. AIDS tidak melular
karena bersalaman atau bersin, yang pasti HIV/AIDS bisa manular meIalui
darah, air mata, atau ibu pengidap AIDS kepada anak yang dikandungnya.
2. Pandangan Masyarakat
demikian terkait erat dengan budaya Tirnur yang memandang orang yang
amoral.
penyakit menular yang menimpa suatu kaum adalah kutukan atau hukuman
(adzab) dari Tuhan akibat perbuatan suatu kaum yang melakukan dosa,
seperti dalam ajaran Islam menggambarkan Bangsa Sodom umat Nabi Luth
menularkan HIV pada orang lain agar merasakan penderitaan yang dialami.
61
4. Negara belum sepenuhnya rnemberikan perlindungan ODHA
terhadap para ODHA. Hal terbukti bahwa selama ini pemerintah belum
62
2.5 Kerangka Teori
(Usia, Jenis Kelamin, Ras, Suku Bangsa, Genetik, Fisiologi, Gejala, Riwayat
Penyakit pada diri sendiri dan keluarga, Hubungan Keluarga, Ketanggapan
Imunitas, Kebiasaan Hidup, Kehidupan Sosial, Agama, Pekerjaan).
63
BAB III
KERANGKA PIKIR
digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi dari dua teori. Ketika
positif, peneliti ingin melihat karakteristik menurut orang, tempat, dan waktu
status HIV/AIDS telah dijabarkan pada sub bab sebelumnya, pada penelitian
jenis kelamin yang homogen, yaitu perempuan. Ras dan suku bangsa tidak
peneliti ikut sertakan karena tidak dipilih karena keduanya masih kontroversi
karena terdapat perbedaan dalam frekuensi dan beratnya penyakit dalam ras
dan suku bangsa, alasan lainnya karena pada umumnya penyakit yang
sertakan sebab butuh pemeriksaan klinis terkait hal tersebut. Begitu pula
dengan kebiasaan hidup yang tidak ikut dipilih karena akan sulit dalam
64
mengingat- ingat mengenai kebiasaan yang dilakukan sebelum terdiagnosis
HIV positif.
karakteristik waktu meliputi lama sakit yang telah diderita subjek dan usia
1. Tingkat Pendidikan
2. Status Pernikahan
3. Sosial Ekonomi
6. Agama
65
3.2 Definisi Istilah
Tabel 3.1
Definisi Istilah
No Istilah Definisi
66
Informasi terkait keadaan keluarga dari perempuan
Riwayat
dengan HIV/AIDS. Baik ada atau tidaknya riwayat
HIV/AIDS
1.d keluarga yang juga menderita HIV positif maupun jumlah
pada
saudara kandung serta kedekatan hubungan antara
Keluarga
informan dengan keluarga.
Gejala Awal
Keadaan dari anggota keluarga ataupun diri perempuan
dicurigai
1.g dengan HIV/AIDS itu sendiri yang menyebabkan
Mengalami
terjadinya tes HIV dengan hasil HIV positif
HIV/AIDS
67
Pemilihan kesehatan terdekat, dan alasan dari pemilihan tempat
Pusat berobat.
Layanan
Kesehatan
Usia saat
pertamakali Informasi mengenai usia saat terdiagnosis HIV positif
3.b
terdiagnosis pada perempuan terdiagnosis HIV.
HIV
68
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
tertentu dan akan di hasilkan data yang relavan, yaitu berupa data yang
dinyatakan secara tertulis dan perilaku yang nyata diteliti dan dipelajari
69
Penelitian ini dilaksanakan di beberapa tempat, untuk pengambilan
RW 10, Kramat Jati Jakarta Timur, juga di sekretariat LSM Tegak Tegar
(enam) bulan. Mulai Oktober 2014- Februari 2015 4 (empat) bulan ini
2 (dua) bulan selanjutnya mulai dari Maret- Mei 2015 untuk melakukan
wawancara mendalam.
pertimbangan tertentu yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri- ciri
70
atau sifat- sifat informan yang sudah diketahui sebelumnya untuk
dapat harus bervariasi dan memenuhi kriteria atau kategori yang berkaitan
Kramat Jati Jakarta Timur. Ada beberapa hal yang harus terpenuhi oleh
antara lain:
a. Kriteria Inklusi
71
4) Mampu berkomunikasi verbal menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik.
b. Kriteria Eksklusi
komersial (PSK).
Tabel 4.1
Informan Penelitian
72
4.4 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik
73
4.4.2.1 Wawancara/Interview
74
Peneliti memberikan kebebasan yang seluas- luasnya pada
75
a. Mencari topik atau memilih tema yang diminati
Jakarta Timur
76
4.5.3. Tahap Paska Penelitian
1. Perpanjangan Pengamatan
77
2. Peningkatan Ketekunan
3. Triangulasi
78
Sedangkan triangulasi data dalam penelitian ini dilakukan
proses yang dilakukan. Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada,
79
4.7 Pengolahan Data
selesai mewawancarai
Pada penelitian ini data yang dikumpulkan dari hasil wawancara dan
Content analysis terdiri dari coding dan pengelompokan data. Hal ini untuk
meninjau kembali data dan meninjau kategorisasi data sampai peneliti yakin
adalah suatu refleksi jujur dan akurat dari data. Setelah menentukan tema
80
yang muncul dari hasil wawancara dengan informan, peneliti kemudian
data meliputi:
banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci.
81
semakin banyak, kompleks, dan rumit. Oleh sebab itu dilakukan
dan polanya). Data yang akan direduksi adalah data- data yang
82
kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan
teori.
83
BAB V
HASIL PENELITIAN
Beberapa langkah yang dilakukan oleh peneliti hingga dapat bertemu dan
Kramat Jati sebagai subjek penelitian adalah pertama- tama peneliti melakukan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kemudian surat yang telah disetujui oleh
berupa surat persetujuan penelitian dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur,
Jakarta Timur, barulah setelah itu peneliti dapat melakukan pendekatan dengan
Kondisi poli HIV & IMS Puskesmas Karamat Jati, saat jam pelayanan,
cukup padat dengan pasien. Ibu- ibu dengan kondisi hamil dan menggendong
balita terlihat lebih mendominasi ruang tunggu di poli HIV & IMS. Ketika
84
peneliti mencoba melakukan pendekatan dengan pemegang program HIV dan
data jumlah kasus HIV positif pada perempuan yang ada di Puskesmas Kramat
Jati Jakarta Timur pun tidak bisa peneliti dapatkan dari pemegang program
HIV & IMS di Puskesmas tersebut. Perihal ini terjadi karena selain memang
juga disebabkan karena penanggung jawab HIV & IMS Puskesmas Kramat Jati
saat itu mengakui bahwa beliau belum sempat merapihkan data- data HIV di
Puskesmas. Pada saat itu beliau juga agak sulit ditemui karena pekerjaan yang
mengharuskan beliau untuk bolak- balik pergi keluar kota. Beliau juga
menyampaikan bahwa bersamaan dengan itu, anak beliau sedang sakit dan
beliau juga harus mengurus anaknya, yang saat itu tengah dirawat di salah satu
Timur.
informasi pribadi dari subjek penelitian yang meliputi nama, nomer telpon, dan
alamat subjek penelitian dari pihak Puskesmas Kramat Jati. Hingga akhirnya
85
Jakarta Timur, beliau menyarankan saya untuk menghubungi salah satu
pendamping ODHA dari LSM Tegak Tegar yang ternyata juga bertugas untuk
proses pendekatan dan wawancara dengan subjek penelitian. Cara beliau dalam
penelitian dihentikan hanya pada 5 (lima) subjek penelitian saja, dan kelima
subjek tetap mau diwawancarai setelah peneliti membuka identitas. Hanya saja
mereka meminta agar nama dan identitas mereka tidak dipublikasikan kepada
masyarakat umum.
86
pertemuan dengan subjek. Tempat wawancara sebagian subjek dilakukan di
dalam sebuah kamar tidur di sekretariat LSM Tegak Tegar dan sebagian subjek
Pertimbangan tempat yang dipilih tersebut adalah tempat yang paling nyaman
pukul 14.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB disesuaikan dengan waktu luang
yang dimiliki oleh subjek. Waktu yang dibutuhkan peneliti dalam satu kali
Peneliti juga memberikan fee kepada subjek agar subjek tidak merasa
kecewa, karena pada saat dihubungi oleh pendamping ODHAnya, hal yang
bulan. Diperlukan waktu selama 4 (empat) bulan, dari Oktober 2014- Februari
bulan selanjutnya, mulai Maret- Mei 2015 adalah waktu untuk melakukan
B. Hambatan Di Lapangan
Cara Mengatasi :
87
Peneliti akhirnya meminta data jumlah kasus HIV/AIDS di Puskesmas
Kramat Jati melalui data jumlah kasus HIV/AIDS di seluruh Jakarta Timur
yang dimiliki oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Sementara subjek
Tegak Tegar.
Cara Mengatasi :
Setelah mengenal dan dikenal oleh subjek, peneliti sangat berusaha untuk
hingga makan bersama dalam satu piring dengan mereka. Sehingga subjek
88
5.2 Gambaran Karakteristik Perempuan dengan HIV/AIDS
distribusi menurut orang sebagai informan dalam penelitian ini meliputi: tingkat
formal dan non formal dari perempuan terdagnosis HIV positif, serta keinginan
formal yang dilalui oleh para informan pada penelitian ini yang paling tinggi
89
Informan mengakui bahwa selain hanya sekolah hingga bangku SMP,
tersebut, hal ini disebabkan karena bencana alam berupa banjir yang pernah
harinya, dan jelas hal ini telah terasa semakin mempersulit dan membatasi
Tabel 5.1
Pendidikan Formal Terakhir dari Perempuan dengan HIV/AIDS yang
Berobat di Puskesmas Kramat Jati Jakarta Timur
Nama
Pendidikan
No Informan Kode Informan
Formal Terakhir
(disamarkan)
1 RH Informan 1 SMP
2 PN Informan 2 SMA
3 SK Informan 3 SMK
4 HI Informan 4 SMA
5 UM Informan 5 SMEA
90
5.2.1.2 Pendidikan Non Formal
dengan waktu belajar antara 3 bulan hingga 1 tahun. Ini berarti sebagian
besar informan sudah memiliki keterampilan lebih dari hasil pendidikan non
formal yang telah mereka tempuh. Pendidikan non fomal adalah jalur
pendidikan di luar dari pendidikan formal. Jalur ini dapat dihargai setara
bahwa dua dari lima informan mengakui bahwa selama ini tidak pernah
ini:
tempuh beragam jenisnya dengan lama pendidikan yang bervariasi pula, ada
yang pernah menjalani pendidikan non formal dengan kursus membuat kue,
hal ini merupakan salah satu fasilitas yang ia didapatkan selama satu tahun,
91
merasa bahwa dirinya masih belum terlalu mahir dalam hal tersebut. Ia juga
tersebut.
pendidikan non formal yang beragam, yang terdiri dari kursus rias
pengantin, kursus salon, kursus bahasa inggris, dan kursus montir. Kursus
salon dan pengantin ia jalankan dengan tanpa biaya, karena pendidikan non
montir, ia pun berhenti dan tidak jadi melamar pekerjaan di bengkel. Hal ini
“…. Kursus rias penganten, terus kusrsus salon juga pernah ikut,
kursus salon kan gratis dari pemerintah waktu itu, terus waktu itu
pengen banget kursus bahasa inggris, akhirnya sempet kursus
bahasa inggris di IEC tapi yaa itu putus di tengah jalan yaa
karena ekonomi biayanya besar…”. “…. Terus juga pernah
tadinya kan mau kerja di bengkel terus kursus montir….”
(Informan 4)
Untuk memudahkan dalam mengetahui pendidikan non formal pada
setiap informan, beserta lama pendidikan non formal yang pernah ditempuh,
92
Tabel 5.2
Pendidikan Non Formal yang Pernah diikuti oleh Perempuan dengan
HIV/AIDS yang Berobat di Puskesmas Kramat Jati Jakarta Timur
3 Informan 3 - -
5 Informan 5 - -
dan hambatan usia yang tidak lagi muda. Besar keinginan untuk melanjutkan
93
“Kalo di Tanya pengen sekolah lagi, yaa pengen mbak, lulusan
SMA doang mah bisa kerja apa sih, lowongan kerja buat lulusan
SMA juga sekarang udah susah. Tapi karna faktor U nih saya
udah males deh sama yang namanya sekolah lagi.”(Informan 5)
terhambat dengan keadaan ekonomi juga usia yang tidak lagi muda,
untuk itu perlu pendidikan yang lebih tinggi atau pun keahlian khusus
yang dimiliki.
tidak lagi percaya diri dan tidak yakin dengan kemampuan dirinya sendiri
berikut ini:
“Pengen sih sekolah lagi, tapi otak aku sekarang udah lemot,
kan aku pernah kena virus tokso, ini setelah aku kena HIV, aku
malah ketularan virus tokso di otakku.” (Informan 3)
94
Dari informasi- informasi diatas, dapat disimpukan bahwa
perempuan dengan HIV positif yang menjadi informan pada penelitian ini,
jumlah dan lama pernikahan, usia perempuan dengan HIV positif saat menikah,
usia pasangannya saat menikah, status pasangan sekarang, serta jumlah, usia, dan
akibat terinfeksi HIV/AIDS. Terdapat dua orang informan yang telah menjadi
janda atau sudah berstatus tidak menikah lagi.Ada juga informan yang hingga
masih memiliki suami, mereka masih dalam status menikah dari pernikahan
pertamanya.Sementara itu, ada satu informan yang belum resmi bercerai secara
hukum, dari suami kedua dan ketiga, sebab saat menikah juga tidak menikah
secara hukum, namun menikah dengan cara siri. Sebelum menikah dengan
suami kedua dan suami ketiga, salah satu informan ini menikah secara resmi
95
dengan suami pertamanya, namun saat itu suami pertama meninggal dunia,
sehingga saat itu telah resmi cerai dengan suami pertama. Informasi ini
dapat diketahui bahwa tiga dari lima informan telah memiliki status janda,
dengan satu informan belum resmi bercerai secara hukum negara. Jumlah ini
lebih banyak daripada informan yang berstatus masih menikah, yaitu hanya
perempuan yang menderita HIV positif memiliki risiko lebih besar untuk
berstatus tidak menikah atau menjadi janda akibat suami meninggal dunia,
menikah dengan 1 kali pernikahan. Hal ini terjadi karena ada beberapa
informan yang masih memiliki suami dan ada pula informan yang walaupun
sudah tidak memiliki suami lagi, namun masih belum menikah kembali setelah
informan memiliki usia pernikahan dibawah 5 tahun. Kondisi ini tidak hanya
terjadi pada informan yang hanya sekali menikah, namun juga terjadi pada
informan yang menikah lebih dari satu kali pernikahan. Informan tersebut
96
menikah sebanyak 3 kali, dengan suami kedua dan ketiga bukan merupakan
suami pertama, yaitu selama tujuh tahun pernikahan, dan akhir dari pernikahan
tahun, dan bercerai bukan akibat status HIV yang diinfeksi oleh informan atau
bukan pula karena HIV tertular pada suaminya. informan menyatakan bahwa
bukanlah penderita HIV, namun suaminya tetap mau menerima kondisi yang
diderita oleh informan dan tetap menyetujui pernikahan mereka saat itu terjadi.
suami keduanya ini terjadi karena antara mereka berdua sudah merasa saling
tidak cocok lagi antara satu dengan yang lainnya. Ketidak cocokkan ini
yatim piatu yang juga menderita HIV/AIDS dari LSM Tegak Tegar, akan
tetapi hal tersebut tidak bertahan lama karena anak yang mereka angkat
sementara informan dan suami merasa tidak kuat dalam menanggung biaya
97
pengobatan anak tersebut, hingga akhirnya mereka mengembalikan anak
tersebut pada LSM Tegak Tegar. Hal ini dibuktikan dengan kutipan wawancara
berikut:
tak menunggu banyak waktu, ketika sama- sama sudah yakin untuk menikah,
dengan waktu yang lama. Berikut ini pemaparannya dalam hasil wawancara
mendalam:
98
“Tahun 2011 saya nikah, berarti udah mau 4 tahun
pernikahannya. Saya sama suami gak pake pacar- pacaran mbak,
saya baru kenal, di kenalin sodara, trus dia serius mau nikahin
saya, yaudah deh kita nikah.” (Informan 2)
yang panjang melalui hubungan pacaran, tetap tidak menjamin bahwa dirinya
akan terbebas dari infeksi HIV, justru akibat informan terlalu lama
hamil diluar nikah. Berikut bukti dari hasil wawancara mendalam dengan
informan tersebut:
tetap ada informan yang mengaku pernah tiga kali melakukan pernikahan,
informan berkisar dari tiga hingga sembilan tahun. Pernikahan terlama diatas
usia pernikahan lima tahun hanya terjadi pada dua informan dengan usia
99
5.2.2.3 Usia Perempuan dengan HIV/AIDS dan Pasangannya Saat
Menikah
Rata- rata usia informan menikah adalah saat usia 25 tahun, ini merupakan
33 tahun. Tidak jauh berbeda dengan usia informan, usia pasangan dari
informan saat menikah rata- rata pada usia 24 tahun, usia ini juga masih
merupakan usia produktif. Rentang usia pasangan informan berkisar mulai dari
akan tetapi ada informan yang mengakui bahwa ia dan pasangannya telah
“Pertama kali aku ngelakuin hubungan seks sama pacar aku itu
umur hmm duaaaa puluuh hmm 21 tahun, suami aku mah beda 3
tahun sama aku, waktu itu umurnya 18 tahun. jadi kalo lagi
pacaran sama pacar aku yang jadi suami aku itu, kita suka
berhubungan seks, sampe 2 tahun kita melakukan seks diluar
nikah. Dan sebelum ngelakuin hubungan seks sama suamiku itu,
aku belum pernah ngelakuin hubungan seks sama siapapun. Begitu
juga dengan suamiku. Kita sama- sama jadi yang pertama.”
(Informan 3)
100
Berdasarkan kutipan wawancara diatas didapatkan informasi bahwa ada
informan dan pasangannya yang memiliki usia berbeda 3 tahun lebih muda.
pernikahan mereka, mereka sudah melakukan seks diluar nikah, pada saat itu
walaupun ada yang merupakan pasangan sah dan ada juga yang belum sah.
Informan yang memiliki pasangan belum sah, belum membuka status HIV kepada
pasangannya yang berstatus bukan ODHA. Terdapat pula informan yang menutup
informan, diperoleh hasil yang cukup beragam terkait status pasangan sekarang.
namun bukan dengan suami sah mereka. Kedua informan yang mengakui
keberadaan pasangan yang bukan merupakan suami mereka ini pun juga
101
“Pasangan yang sekarang? Kalo yang sekarang pacar, tapi dia
belom saya kasih tau kalo saya HIV, abis kalo saya kasih tau pasti
bakalan kabur kayak pacar- pacar saya yang sebelumnya. Kasian sih
emang, tapi akunya gak bisa mbak kalo gak punya pacar, rasanya tuh
sepi banget. Nanti aja kalo memang dia serius sama aku, baru aku
kasih tau status HIV ku ke dia.” (Informan 3)
“Pasangan yang sekarang pacar, calon suami usia 19 tahun
tinggalnya di garut. Dia negatif HIV, saya belum ngasih tau status
saya ke dia, kalo dia beneran cinta, dia pasti bakalan tetep mau nikah
sama saya kayak suami ke-2 dan ke-3 saya.” (Informan 4)
Adapula informan yang mengakui bahwa, setelah suaminya meninggal
dunia, ia tidak memiliki pasangan hingga sekarang, baik pasangan sah maupun
pasangan tidak sah, informan ini pun merasa bahwa dengan adanya status HIV
“Belum ada pengganti mendiang suami saya sampai detik ini. Siapa
juga laki- laki yang mau nerima saya sepaket dengan penyakit saya
ini? Yaa, untuk masa depan, saya serahin saja semuanya sama
Tuhan.”(Informan 5)
Dari kelima informan, dua informan masih tinggal bersama suaminya,
dua orang lainnya sudah tidak tinggal bersama suaminya, namun tengah
informan lainnya tidak memiliki pasangan, dan merasa status HIV positif yang
lagi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa status HIV ini mempengaruhi informan
terhadap pasangan.
102
5.2.2.5 Jumlah Anak, Usia, dan Statusnya Terhadap HIV Positif
informan memiliki anak yang masih berusia balita. Sebagian besar informan
memiliki atau pernah memiliki anak dengan status HIV positif. Ada informan
yang setelah terinfeksi HIV positif namun tetap dapat memiliki anak dengan HIV
negatif, hal ini dipengaruhi oleh keikutsertaan informan dalam program PPIA.
Dari hasil wawancara mendalam dengan kelima informan, diketahui bahwa semua
informan memiliki anak dengan usia beragam. Seperti dalam wawancara berikut
ini :
telah memiliki dua orang anak, dengan jenis kelamin perempuan dan laki- laki.
Usia anak informan adalah 7 tahun dan 19 bulan. Sementara itu informan
lainnya menyatakan bahwa dirinya pun telah memiliki 2 orang anak, dengan
jenis kelamin keduanya adalah laki- laki, dengan usia 3 tahun dan 1 tahun
“Ada 2 orang. Laki- laki semua…. Anak pertama usia 3 tahun, yang
kedua usia 1 tahun.” ( Informan 2)
yang berjenis kelamin perempuan, dua orang berasal dari suami pertamanya,
dengan usia 16 tahun dan 12 tahun. sementara satu anaknya lagi berasal dari
103
suami ketiganya, dengan jarak yang cukup jauh dari kakak- kakaknya, karena
anak ketiga berasal dari suami ketiganya. Usia anak ketiganya adalah 3 tahun.
informan ketiga dan kelima memiliki masing- masing satu anak yang telah
berikut ini:
“Anak aku ada 2. Anak pertama cewek terus anak keduanya laki- laki.“
“Anak pertamaku yang cewek, lahir tahun 2002...”
“Anak pertamaku yang cewek udah meninggal, anak kedua sekarang 8
tahun.” ( Informan 3)
Dari kelima informan, hanya terdapat satu informan yang memiliki tiga
anak dengan status negatif HIV pada ketiga anaknya, hal ini dibuktikan dengan
104
Informan tersebut juga mengungkapkan bahwa memang ia sudah
terdiagnosis HIV positif ketika tengah hamil anak ketiga yang merupakan buah
anak terakhir yang ia lahirkan tidak ikut tertular HIV positif, dan ternyata hal ini
bulan, ia segera disarankan untuk mengikuti program PMTCT atau yang lebih di
kutipan wawancaranya:
“Kayaknya mah pas hamil anak pertama sama kedua belom ada HIV di
tubuh saya, makannya mereka pada negative. Pas adenya yang terakhir
baru deh. posisinya juga sayanya udah tau kan kalo kena HIV, jadi pas
ketauan hamil 3 bulan, yaaa langsung sama bidan Puskesmas disuruh
ikutan program PMTCT .” (Informan 4)
Informan juga menerangkan kegiatan yang ia lakukan selama mengikuti
program PPIA. Saat mengikuti program PPIA informan dituntut untuk patuh
dengan ketentuan yang sudah ada, ketentuan tersebut berupa pengecekkan secara
rutin dan menjalani terapi ARV dengan rutin. Ia juga diberikan konseling, baik
fisik dan mentalnya sudah disiapkan sedini mungkin untuk menghadapi persalinan
secara sesar, dan akan mendapatkan perlakukan khusus yang mungkin akan
berbeda dengan ibu- ibu yang melahirkan sesar pada umumnya. Ia juga sudah
dipersiapkan untuk tidak memberikan ASI kepada bayinya. Berikut hasil kutipan
“Program PMTCT yang saya ikutin itu, sayanya di kontrol terus mbak,
karna ketauannya udah hamil kan, sayanya disuruh minum obat ARV,
tetep minum walaupun saya lagi hamil, say amah nurutin aja mbak, trus
udah dikasih tau kalo saya pas ngelahirin nanti harus sesar, gak boleh
ngasih ASI juga. Yaudah deh pas udah mendekati hari H bayinya mau
105
launching, baru dah saya nginep di hotel bintang 5, rumah sakit.. hehe.
3hari sebelum sesar udah nginep di rumah sakit saya mbak, dokter sama
perawat yang nanganin waktu itu kan gak boleh sembarangan mbak,
bisa ketularan HIV juga nanti mereka.” (Informan 4)
Informan juga mengungkapkan perihal perilaku dari beberapa tenaga
kesehatan yang takut menghadapi dirinya. Namun ia lantas tidak berkecil hati, ia
lebih memilih untuk berpikir positif. Menurutnya beberapa tenaga kesehatan yang
ia temui saat itu adalah tenaga kesehatan baru yang masih berstatus mahasiswa
yang tengah magang, sehingga hal yang wajar ketika mereka agak sedikit takut
mengenai jumlah anak, usia anak, dan status anak terhadap HIV dari Perempuan
terdiagnosis HIV positif yang berobat di Puskesmas Kramat Jati Jakarta Timur,
106
Tabel 5.3
Jumlah Anak, Usia Anak, dan Status Anak terhadap HIV dari Perempuan
dengan HIV/AIDS yang Berobat di Puskesmas Kramat Jati Jakarta Timur
8 bulan
(usia saat
Perempuan meninggal, +
Informan 3 2 tahun
2002)
Perempuan 16 tahun -
Perempuan 3 tahun -
3 tahun
(usia saat
Perempuan meninggal, +
tahun
Informan 5 3 2006)
Perempuan 9 tahun -
Perempuan 9 tahun -
107
keadaan sosial perempuan dengan HIV positif, baik berupa pekerjaan sebelum
HIV.
Adapun jenis pekerjaan dari para informan antara lain: kerja di toko kue,
bekerja. Hal ini di buktikan dengan kutipan dari hasil wawancara berikut
ini:
108
Berbeda dengan empat informan lainnya, satu informan ini
apapun. Saat setelah menikah dan sebelum dirinya terdiagnosis HIV positif,
ia tidak diberikan izin oleh suaminya untuk menjadi wanita yang bekerja
diluar rumah yang terpaku dengan waktu kerja. ia mengakui bahwa setelah
menikah aktifitasnya hanya menjadi ibu rumah tangga dan tetap menjadi
terdiagnosis HIV, peneliti gambarkan dalam tabel di bawah ini, agar lebih
Tabel 5.4
Jenis Pekerjaan Perempuan dengan HIV/AIDS yang Berobat di Puskesmas
Kramat Jati Jakarta Timur Sebelum Terdiagnosis HIV
Informan 5 IRT -
109
5.1.3.2 Jenis Pekerjaan Setelah Menikah
karena tidak mendapatkan izin dari suami mereka untuk bekerja. Alasan
fokus mengurus rumah tangga saja atau karena suami khawatir dengan
menjadi pelayan bar dan WPS. Hal ini dibuktikan dengan wawancara
berikut ini:
“kata suami, udah biarin saya aja yang kerja. Kamu urus
pekerjaan rumah aja” (Informan 1)
“gak dapet izin suami buat kerja” (Informan 2)
“ cuma ibu rumah tangga biasa,karna waktu itu suami juga gak
ngizinin saya buat kerja.” (Informan 5)
izin untuk bekerja oleh suaminya. Adapula informan yang alasan tidak
diberikan izin bekerja oleh suami karena suaminya telah mengetahui status
HIV yang diderita oleh informan, sehingga khawatir terjadi hal yang tidak
wawancara berikut:
“… sama yang kedua saya juga ibu rumah tangga aja, kata
suami takut saya kecapean, soalnya suamikan tau kondisi
saya…”(Informan 4)
110
Terdapat pula informan yang mengakui bahwa setelah berpisah
pelayan bar sekaligus WPS, hal ini dibuktikan dalam wawancara berikut ini:
tidak mau harus rela untuk kehilangan pekerjaan yang telah mereka jalani
selama beberapa tahun sebelum menikah, seperti apa yang diinginkan oleh
suami mereka. Namun terdapat informan yang pada akhirnya tidak bisa
hanya diam dirumah tanpa mencari tambahan pemasukan, hal ini dibuktikan
“udah dari sebelom sakit juga saya sering bikin kue, hasilnya
lumayan buat nambahin kebutuhan rumah.” (Informan 1)
Dari wawancara tersebut dapat kita lihat bahwa walaupun tidak
mendapatkan izin dari suami untuk bekerja, namun informan tersebut tetap
juga memiliki kesibukan lain. Kesibukan lain dari informan antara lain:
membuka usaha kue, aksesoris, nasi uduk, menulis, dan juga aktif dalam
111
pun mengalami perubahan. Ada informan yang mengaku bahwa setelah
terdiagnosis HIV, menjadi lebih sering berada di dalam rumah, dan menjadi
diungkapkan oleh salah satu informan dalam kutipan wawancara berkut ini :
terdiagnosis HIV menjadi lebih sering dirumah, menjadi ibu rumah tangga
“Kalo sekarang- sekarang ini mah saya gak kerja, Cuma jadi
ibu rumah tangga aja di rumah, sama palingan bikinin kue
pesenan orang…..”(Informan 1)
“Aku ibu rumah tangga biasa yang nyoba buat usaha bikin
berbagai macam aksesoris, yang banyak distributorin usaha
aksesoris aku juga kan temen- temen dari LSM. Orang di sekitar
rumah kayaknya gak ada yang tau kalo aku usaha aksesoris,
soalnya aku jarang keluar rumah” (Informan 3)
Terlihat dari kutipan wawancara diatas, walaupun telah terdiagnosis
HIV positif dan masih berusahan untuk menutupi status HIV positifnya dari
112
pekerjaan yang mampu memberikan kepuasan batin bagi dirinya juga
mampu menebar manfaat bagi orang lain. Pekerjaan tersebut adalah menjadi
seorang aktivis HIV. Hal ini diungkapkannya dalam hasil wawancara berikut
ini :
namun seiring jalannya waktu ia pun ikut terjun menjadi wanita penghibur
di tempat yang sama. Hal tersebut terjadi karena saat itu ia berpikir bahwa
ia terinfeksi HIV ini akibat tertular, jadi ia ikut ingin menularkan virus ini
akan mendzolimi orang lain. Informasi ini didukung dengan kutipan dari
113
gak takut hamil kalaupun pelanggan saya ada yang gak pake
kondom. Kadang kalo lagi ada yang ngeselin, udah aja saya
ladenin gak pake kondom, biarin aja biar ketularan juga.”
(Informan 4)
Informan tersebut juga mengungkapkan bahwa setelah ia
pernyataan ini didukung oleh kutipan dari hasil wawancara berikut ini:
ibunya. Ia juga menjual tas dari modal yang ia miliki, sistem penjualannya
dengan PO atau pre order, ini dilakukan dengan mencari orang- orang
114
yang akan memesan tas yang ia jual, barulah kemudian ia membelikan tas
Tabel 5.5
Jenis Pekerjaan Perempuan dengan HIV/AIDS yang Berobat di
Puskesmas Kramat Jati Jakarta Timur Setelah Terdiagnosis HIV
Informan 2 IRT
hanya satu orang yang tidak memiliki pekerjaan setelah terdiagnosis HIV
informan kedua pernah bekerja selama 2 tahun. Ada pula informan yang
115
sebelum terdiagnosis tidak bekerja namun setelah terdiagnosis HIV positif
yang pernah dijalani untuk membuka usaha, ada dua orang. Serta ada pula
ribu hingga 3 juta rupiah. Hasil dari wawancara mendalam dengan informan
116
“Kalo penghasilan sendiri mah palingan 1 kue Cuma untung
20-40ribu aja per toplesnya. Sekitar 100rb sampe 1 juta
sebulannya. Kalo suami saya gajinya 2 juta….”(Informan 1)
Begitupula dengan ketiga informan lainnya, dari hasil usaha dan
memang tidak pasti, tapi setidaknya dengan adanya usaha dan pekerjaan
mereka yang sekarang ataupun dengan aktif ikut serta dalam kegiatan-
oleh suaminya, mereka memang dituntut untuk dapat mandiri dari segi
ekonomi, sebab mereka memang tidak bisa bergantung pada orang lain,
berikut ini:
117
Tabel 5.6
Besar Penghasilan Perbulan dan Sumber Pendapatan dari Perempuan
dengan HIV/AIDS yang Berobat di Puskesmas Kramat Jati Jakarta Timur
Dari Usaha
Informan 3 1 - 2 Juta
Aksesoris
ataupun pasangan ataupun orang lain. Hanya satu informan yang masih
pekerjaan yang lebih baik dari yang sekarang telah mereka dapatkan,
kendala yang dilalui dalam mendapatkan pekerjaan yang lebih baik antara
118
lain: tidak dapat izin bekerja dari suami, lingkungan kerja yang tidak
mendukung, serta usia yang tidak lagi muda. Berdasarkan hasil wawancara
pekerjaan yang lebih baik didasari dari kebutuhan hidup yang semakin hari
pekerjaan lain yang lebih baik dari yang sekarang. Seperti dalam
wawancara berikut:
“Ada, tapi saya sadar diri aja mbak, usianya udah tua gak
bisa juga ngelamar kerja dimana- mana.” (Informan 5)
119
Sementara itu ada informan yang mengaku terhambat dengan
perizinan dari suami, juga kondisi anak dan suami yang harus terus
(Informan 2)
Sedangkan menurut salah satu informan, keinginan untuk
120
5.2.3.6 Keaktifan dengan Lingkungan Sekitar
Positif
informan yang didapat dari hasil wawancara, bahwa sebelum terinfeksi HIV
kondisi informan dengan lingkungan sekitar terbilang aktif, hal ini didukung
lainnya juga merasakan hal yang sama, ia menjadi tidak bekerja setelah
121
saudara- saudaranya yang juga bertempat tinggal di lingkungan tersebut.
“…. Dulu saya buruh pabrik, tapi itu dulu sebelum nikah. Abis
nikah saya gak di bolehin kerja lagi sama suami, jadi ibu rumah
tangga aja.yang gaulnya yaa sama ibu- ibu rumah tangga
lainnya di sekitar rumah. Di sekitar rumah juga masih pada
keluarga semua” (Informan 2)
Hal yang sama juga dirasakan oleh informan yang satu ini, ia tidak
diizinkan untuk bekerja setelah menikah oleh suaminya, infoman ini pun
“Sebelum tau kalo aku HIV? Aku kerja jadi SPG di pasar baru.
Aku dirumah juga kalo udah pulang, terus langsung tidur
karena capek. Makannya aku di rumah gak ikutan apa- apa dan
gak bergaul juga sama orang- orang di sekitar lingkungan
rumah. Emang dari dulu tuh aku begitu, dirumah aku diem aja,
jadi anak rumahan.” (Informan 3)
Pengakuan ketidakaktifan di lingkungan sekitar juga diakui oleh
122
tinggalnya terus berpindah- pindah tempat tinggal. Seperti dalam kutipan
wawancara berikut:
terinfeksi HIV.
Positif
pada dirinya, dan inilah yang menyebabkan tidak terjadi perubahan dalam
123
Dari wawancara tersebut dapat kita ketahui bahwa informan pertama
dalam penelitian ini sangat berusaha sekali menutupi status HIV yang telah
menginfeksi dirinya. Hal ini terpaksa ia lakukan sebab ia tidak ingin orang
keluarganya. Baginya, lebih baik ia menutup rapat- rapat status HIV dalam
menutupi status HIV pada dirinya juga menjaga sekali interasi dengan
HIV nya. Hal ini dinyatakan dalam kutipan hasil wawancara berikut ini :
“Dari dulu aku mah emang gak deket sama tetangga, acara-
acara di sekitar rumah juga aku gak pernah tau, karna kan aku
emang jarang di rumah, kerja mulu, sampe rumah malem, udah
tepar. Sekarang pun sama, gak aktiv di sekitar rumah. Yang
banyak distributorin usaha aksesoris aku juga kan temen- temen
dari LSM.” (Informan 3)
Sementara itu, disaat hampir semua informan menutup status HIV
pada dirinya, dua informan membuka status HIV pada lingkungan sekitar.
124
“…. Saya suka di panggil ke gereja buat cerita pengalaman
saya disana, saya juga suka nulis kan yah, nah hasil tulisan saya
suka di beli sama pihak gereja. Padahal saya muslim loh, tapi
justru saya belum pernah diundang ke masjid….. oiya, saya juga
sering ikutan acaranya orang – orang LSM atau komunitas
HIV.” (Informan 4)
Dari wawancara dengan informan, diketahui bahwa informan
tidak memilih- milih tempat dalam berbagi kisah hidupnya agar menjadi
Masjid, bahkan Masjid terdekat dari tempat tinggalnya pun tidak pernah
adalah informan ke-5 daam penelitian ini, informan ini mengakui bahwa
125
karena bisa berbagi kisah inpiratif yang nyata ia telah alami sebagai
126
Tabel 5.7
Keaktifan Perempuan dengan HIV Positif yang Berobat di Puskesmas
Kramat Jati Jakarta Timur dengan Lingkungan Sekitar Sebelum dan
Sesudah Terinfeksi HIV
Informan 1 V V
Informan 2 V V
Informan 3 V V
Informan 4 V V
Informan 5 V V
ada satu informan yang memang tidak aktif di lingkungan sekitarnya sejak
awal sebelum terdiagnosis HIV dan semakin menutup dirinya sehingga tidak
sekitar, namun setelah terdiagnosis HIV positif informan ini menjadi malu
127
untuk kembali aktif di lingkungan rumahnya, sengaja menjauh dari orang-
orang sekitar agar tidak diketahui bahwa dirinya telah terinfeksi HIV positif.
Namun ada pula informan yang justru sebelum terdiagnosis HIV adalah
pribadi yang tertutup dan tidak mudah untuk bergaul dengan orang di
ia menjadi pribadi yang aktif dan mudah bergaul setelah mengetahui bahwa
Riwayat HIV/AIDS pada keluarga informan, dilihat dari sisi ada atau
tidaknya riwayat HIV/ AIDS dalam keluarganya. Selain itu juga dilihat pola
asuh dari orang tua informan. Dari semua informan, hanya suaminya saja yang
memiliki riwayat HIV/AIDS, keluarga yang lainnya tidak ada yang memiliki
merupakan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, kakak, dan adik, serta
saudaranya yang tinggal satu rumah dengannya, maka riwayat itu tidak
ini:
“Setau saya sebelumnya tidak pernah ada keluarga saya yang sakit
kayak saya ini, baru saya ini yang ketularan sakit kayak gini,
terularnya bukan melalui sikap saya yang bandel atau gimana-
gimana, tapi justru karena ketularan suami.” (Informan 5)
128
Sebagian besar dari informan memiliki pola asuh dalam keluarga yang
baik dalam memberikan perhatian dan kasih sayang, juga dalam penanaman
nilai agama. Dari hasil wawancara mendalam juga didapati bahwa pola asuh
orang tua juga turut memberikan andil dalam penentu sikap dan perilaku
cukup baik dari orang tuanya, pola asuh yang lebih mengedepankan keyakinan
Berbeda dengan pola asuh sebagian besar informan lainnya, pola asuh
keluarga salah satu informan yang dibesarkan dalam keluarga ibu yang
juga mengakui bahwa hal ini yang menyebabkannya menjadi pribadi yang
bebas dalam mencoba berbagai hal dalam kehidupannya. Hal ini sejalan
“Yaaa namanya juga kan anak muda yaa masih labil- labilnya,
diajak temen nyoba- nyoba ini itu yaa mau aja.. apa lagi orang tua
saya, bokap udah meninggal dari saya SD, kalo nyokap yaa tiap
hari sibuk kerja, kerja, dan kerja. Tipikal nyokap juga yang cuek
bebek gitu, terserah anak- anaknya deh mau ngelakuin apa aja
yang jalanin kan kita sendiri, yang nanggung resiko juga yaaa kita
sendiri.” (Informan 4)
129
Akibat dari pola asuh orang tua informan dalam mendidik, informan
dan sempat pula mencoba beberapa jenis narkoba yang cara penggunaannya
berikut ini:
terdiagnosis lainnya juga terlihat dari hasil jumlah saudara kandung yang
dimiliki, hal ini peneliti dapatkan saat informan mengisi informasi data diri di
yang dimiliki oleh perempuan dengan HIV/AIDS terlihat bahwa tiga dari
informan merupakan anak pertama dan dari semua informan memiliki saudara
kandung, dengan demikian, informan dalam penelitian ini tidak ada yang
130
mendeskripsikan hasil terkait latar belakang keluarga informan, maka diperoleh
Tabel 5.8
Riwayat HIV/AIDS pada Keluarga, Pola Asuh Orang Tua, serta Jumlah
Saudara Kandung dari Perempuan dengan HIV/AIDS di Puskesmas
Kramat Jati Jakarta Timur
Keluarga yang
Jumlah Saudara
Informan Memiliki Riwayat Pola Asuh Orang Tua
Kandung
HIV
Suami Cukup baik dalam
(terdiagnosis memberikan perhatian
1 dari 2
Informan 1 setelah dan cukup baik dalam
bersaudara
informan) menanamkan nilai
agama
131
5.2.5 Pengetahuan HIV/AIDS
pengobatan HIV.
HIV yang kurang, sehingga masih ragu dalam menjawab bahkan ada yang
informan yang memang belum mengetahui apa itu HIV dan bahkan belum
mencari tahu apa itu singkatan dari HIV, padahal informan sudah mengetahui
dari HIV yang tepat hanya di jawab oleh satu orang saja, yaitu informan 5.
132
5.2.5.2 Pengetahuan Mengenai Cara Penularan HIV
bahwa sebagian besar informan sudah mengetahui cara- cara penularan dari
HIV. Adapun cara penularan HIV yang diketahui oleh informan antara lain:
penularan dari penggunaan narkoba suntik, jarum suntik yang tidak steril,
transfusi darah, hubungan seks tidak aman, melalui produk darah, penularan
HIV dari ibu ke anak melalui kehamilan, persalinan, dan ASI. Hanya satu
“Gak tau.”(Informan 1)
Sementara itu, sebagian besar informan lainnya sudah memahami
terkait cara penularan HIV. Dengan informan mengetahui cara penularan HIV,
maka akan semakin mudah informan menjaga agar HIV yang ada di dalam
tubuhnya tidak tertular ke orang lain. Seperti inilah beragam jawaban dari
penularan HIV :
transmisi non seksual seperti dengan kontak darah melalu transfusi ataupun
jarum suntik yang tidak steril. Informan juga telah memaparkan bahwa ASI
juga dapat menjadi cara penularan HIV dari ibu yang memberikan ASI ke
133
bayi yang diberikan ASI. Adapula informan yang turut memaparkan bahwa
penularan dari ibu ke anak juga dapat menular saat proses persalinan.
informan mengenai cara penularan HIV, sudah cukup baik. Jawaban keempat
134
dengan menggunakan jarum suntik, jika jarum suntiknya digunakan bersama
dan tidak di sterilkan terlebih dahulu akan menjadi media penularan HIV
mengetahui status HIV positif dalam diri seseorang juga di butuhkan dalam
mungkin.
akan lebih aman bila tidak memberikan bayinya ASI. Informan juga
menyarankan agar lebih berhati- hati lagi dalam menerima transfusi darah,
karena HIV bisasaja terdapat pada darah yang akan di berikan pada
berikut:
dengan informan:
135
Informan 5
“Cara pencegahannya dengan setia sama pasangan, kalo emang
punya perilaku buruk kayak gonta- ganti pasangan pake kondom
juga, gak pake narkoba, perillaku nya harus sehat supaya
terhindar dari HIV.”
Ada pula yang menjelaskan cara pencegahan HIV hingga ke program
anak, yang pada umumnya lebih sering tertular dari ibu kepada anaknya
juga merupakan bentuk ajakan pemerintah agar orang- orang yang telah
tertular HIV tidak menularkan HIV kepada orang lain, begitujuga bagi yang
belum tertular HIV, agar terhindar dari enularan HIV positif.Seperti dalam
wawancara berikut:
136
Dapat disimpulkan dari hasil wawancara, bahwa kelima informan
Dalam pencegahan HIV secara non seksual, para informan juga telah
narkoba suntik, serta menghindari transfusi darah agar dirinya tidak menjadi
penyebab penularan HIV kepada orang lain. Informan ke-3 juga menyinggung
mengenai program ABCDE dalam salah satu cara pencegahan HIV dan
transmisi ibu ke anak dalam pencegahan HIV yang lebih dikenal dengan
informan yang menyatakan cara lain dari pengobatan dapat dilakukan dengan
menggunakan obat herbal dan pengobatan alternatif bagi yang takut dengan
informan, telah mengetahui jenis serta cara pengobatan HIV, berikut hasil
137
informan- informan lainnya yang telah mengetahui pengobatan yang
bahwa dengan pola hidup yang sehat juga dapat membantu meringankan
beban pada penderita HIV positif, pastinya dengan dibarengi pula dengan
wawancara berikut:
ODHA yang takut terhadap efek samping dari terapi ARV, sehingga lebih
ini :
bagaimana jenis dan cara pengobatan HIV yang benar, yaitu dengan
menggunakan terapi ARV. Ada pula informan yang megetahui bahwa dalam
138
pengobatan HIV bisa dengan menggunakan pengobatan herbal, bahkan dari
pemaparan dari salah satu informan, dapat tergambarkan bahwa masih banyak
ODHA yang menggunakan obat herbal dalam proses pengobatan HIV dan
tidak melakukan terapi ARV, sebab takut akan efek samping dari penggunaan
terapi ARV.
5.2.6 Agama
HIV/AIDS tidak akan banyak membantu, sebagian orang bahkan alergi untuk
buruk yang pernah di lakukan oleh orang- orang yg telah terinfeksi HIV. Adapun
karakteristik berdasarkan agama ini meliputi jenis agama dan perubahan ketaatan
HIV positif.
dianut oleh informan dan pasangannya di peroleh bahwa sebagian besar informan
dan pasangannya memiliki agama yang sama yaitu islam, informasi ini didukung
“Saya islam, pasangan Islam juga. Tapi pas dulu, sebelom tau kita
HIV mah masih bolong- bolong sholatnya, cuek gitu deh mbak.”
(Informan 1)
“Aku islam mbak.. suami aku dulu agamanya islam, tapi yaa gitu deh
kelakuannya sholat nggak, ngaji nggak, malah mabok- mabokkan
139
seringnya, pake narkoba juga kan dia. Sebelas dua belas deh sama
saya mbak. emang deh jodoh tuh emang cerminan diri kita. Eh, tapi
saya gak mabok sama narkoba sih padahal.” (Informan 3)
“Di KTP sih saya islam, tapi saya yaaa gitu deh, kalo lagi mau aja
saya sholat, sama kalo lagi inget. Hehe.. Suami saya islam semua
sampe pasangan saya yang sekarang juga islam, lebih tepatnya islam
KTP kali yah mbak? di KTP doang ada tulisannya. hehe”
(Informan 4)
Berdasarkan jawaban dari ketiga informa, mereka mengakui bahwa agama
yang dianut oleh dirinya dan pasangannya adalah islam, tetapi dari ketiga
informan ini, sebagian besar secara tidak langsung mengakui bahwa mereka
sangat jauh dari agama yang dianutnya. Sementara itu dua informan lainnya
mengakui bahwa menganut agama Kristen, hal ini di buktikan dalam hasil
wawancara berikut:
Islam dan sisanya menganut agama Kristen. Dari kelima informan ini juga
memaparkan bahwa keyakinan yang dianut oleh dirinya sama dengan keyakinan
yang dianut oleh pasanganya. Hal ini semakin di perkuat dengan melihat kolom
agama di KTP yang dimiliki oleh kelima informan, walaupun hanya KTP
informan saja yang diperlihatkan sementara KTP pasangannya tidak, namun hasil
pengakuan mengenai keyakinan yang dianut kelima informan sama dengan yang
140
5.2.6. 2 Perubahan Ketaatan dalam Beribadah Sebelum dengan Sesudah
Semua informan berubah menjadi semakin lebih baik dalam beribadah Hal
yang membuat perubahan itu terjadi para informan, antara lain karena merasa
penyakitnya adalah bentuk ujian, untuk menghilangkan rasa sedih, dan untuk
ibadah yang dijalankan oleh para informan. Hal ini dibuktikan dalam kutipan
sakit yang sedang ia derita ini adalah ujian untuk dirinya. Begitu juga dengan
penyakit yang ia derita. Hal ini dibuktikan dengan kutipan wawancara berikut:
“Semakin sering inget sama Tuhan apalagi kalo lagi sedih mikirin
nasib, yaudah lah berdoa aja” (Informan 4)
Informan lainnya juga mengakui bahwa dengan ia mencoba untuk berpuasa
sebagai salah satu bentuk ibadah lainnya, tujuan ia melakukan hal tersebut agar ia
wawancara berikut:
141
“pas awal kedeteksi HIV, saya beberapa kali nyoba buat puasa,
sebulan berturut- turut mungkin ada, maksudnya supaya saya gak
terlalu depresi saat itu…”(Informan 5)
Kutipan dari hasil wawancara mendalam mengenai perubahan ketaatan
beribadah memperlihatkan bahwa ada perubahan dalam segi beribadah bagi para
karena dirinya dan anggota keluarganya menderita sakit yang sulit sembuh.
bahwa pada awalnya anaknya yang menderita menderita sakit terlebih dahulu dan
“…kondisi anak kedua saya terlahir dengan paru- paru yang gak
ngembang, trus hidrocefalus juga, jadi pas lahir langsung masuk
incubator, di rawat sampe 3 minggu di Rumah Sakit, sembuh, tapi
sembuh Cuma paru- parunya doang yang bisa napas normal. 2
minggu setelah pulang ke rumah, kambuh lagi, di rawat lagi 3 minggu
di Rumah Sakit Cipto. Trus, dokternya kali penasaran, di rawat kok
bukannya makin baik malah makin turun, turun, turuuun terus kan.
Tiap hari sama dokternya di cari tau penyebabnya apa.
Eh,terakhirnya dokternya tes HIV ke anak saya, ternyata positif HIV.
Dari situ saya sama suami dikenalin sama dokternya ke dokter
Puskesmas yang ngurusin HIV disana saya sama suami di tes HIV,
hasilnya sama.” (Informan 2)
Adapula informan yang yang memenuhi ajakan untuk melakukan VCT saat
142
“…Awalnya saya sempet takut juga buat ikut tes- tes kayak gitu,
ngeri kalo sampe saya ternyata kena HIV gimana? Akhirnya saya di
rumah aja tuh, gak dateng ke acara di RW saya. Otomatis saya gak
ikutan Penyuluhan dan Tes HIVnya. Tapi gak lama, ibu RW sama
kader- kader puskesmas yang lainnya dateng ke rumah saya, di
samper saya buat ikutan periksa HIV, katanya tinggal saya yang
belum di tes di RW ini, di bujuk- bujuk deh pokoknya biar saya ikutan
tes HIV. Darisitu Saya tiba- tiba aja muncul firasat buruk, kenapa ini
ya orang- orang pada ngajakin saya buat ikutan tes? Tapi yaudah deh
setelah saya pikir- pikir ini kan juga demi kebaikan saya,dan
kayaknya gak mungkin juga saya kena HIV, orang saya perempuan
baik- baik kan. akhirnya saya mau buat di tes HIV.” (Informan 1)
diminta dan diajak langsung oleh ibu RW dan kader- kader Puskesmas untuk ikut
serta dalam melakukan tes HIV di kegiatan tersebut, maka informan pun akhirnya
melakukan tes HIV dan mengetahui jika hasil tesnya adalah HIV positif. Hal yang
hampir ditemukan pada informan lainnya, informan ini melakukan tes HIV saat
sedang hamil. Saat itu ia merasakan diare yang tak kunjung sembuh, sehingga
petugas kesehatan memintanya untuk melakukan tes HIV di laboratorium, hal ini
“Awalnya saya gak tau, tapi waktu hamil saya diare gak berhenti-
berhenti. Bolak- balik Puskesmas, dan disitu dokter Puskesmas curiga
sama saya. Saya di saranin buat tes HIV. Karena saya juga
penasaran, pergi lah saya ke Laboratorium. Udah deh, disitu saya
ketauan kalo saya penderita HIV Positif.”(Informan 5)
143
Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa HIV tidak memiliki gejala yang
khas, karena dari semua informan tidak ada yang merasakan bahwa dirinya telah
terinfeksi HIV/AIDS, namun dengan adanya sakit yang sulit pulih yang diderita
oleh anggota keluarga dan informan sendiri, sudah cukup membuat kecurigaan
pada petugas kesehatan yang menangani, tetangga yang meihat, dan diri informan
sendiri yang merasakan, untuk akhirnya segera mengambil tindakan berupa tes
HIV/AIDS.
penelitian ini meliputi keberadaan pusat pelayanan kesehatan terdekat dari daerah
kesehatan yang lebih dekat dari pada Puskesmas Kramat Jati. Hal ini dibuktikan
“deket rumah ada, tapi saya lebih milih ke puskesmas kramat jati”
(Informan 1)
“deketan juga ke puskesmas ciracas mbak, ke pasar rebo juga deket”
(Informan 2)
“Ada, ada puskesmas mampang kan, tapi lebih enak aja ke
puskesmas kramat jati” (Informan 3)
144
Dari hasil wawancara diketahui bahwa semua informan pada saat sebelum
manfaat dari pusat layanan kesehatan terdekat dari tempat tinggalnya, dalam hal
penyuluhan dan VCT. Informasi ini didukung oleh kutipan wawancara berikut:
“….itu kan saya ketauan kena HIV karena ada penyuluhan HIV sama
ada tes HIV juga…” (Informan 1)
“waktu saya hamil, saya ke Puskesmasterdekat dari tempat tinggal
saya, trus disaranin tes HIV di lab.” (Informan 5)
Kramat Jati, namun ternyata daerah tinggal informan beragam dan tidak ada yang
daerah wilayah Jakarta Timur namun tidak satu kecamatan dengan Puskesmas
Kramat Jati yang berada di kecamatan Kramat Jati, tiga informan tersebut
Hal ini di karenakan informan takut status HIV positif yang mereka derita
145
“Saya kan jualan kue mbak, Ngeri pelanggan pada kabur mbak,
pelanggan saya kebanyakkan tetangga- tetangga saya, kan lumayan
pemasukkan kue saya walaupun cuma dikit juga.” (Informan 1)
“Gak mau berobat deket rumah ah, isi Puskesmasnya tetangga saya
semua, Takut kalo tetangga pada tau kalo saya HIV. Masih belom
siap saya.” (Informan 2)
“Aku males aja kalo ketemu tetangga atau orang yang dikenal pas di
Puskesmas, makannya lumayan banget aku tuh kalo berobat, jaraknya
Mampang ke Kramat Jati.” (Informan 3)
mereka memilih berobat di Puskesmas Kramat Jati karena takut status HIV positif
Baik untuk hanya untuk menjaga nama baik keluarganya saja ataupun karena
bisnis yang tengah informan dikelola. Namun dua informan lainnya memberikan
berobat lagi. Juga ada informan yang menganggap petugas di Puskesmas Kramat
teman. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor keamanan agar status HIV
146
positifnya tidak diketahui oleh orang- orang di wilayah sekitar tempat tinggalnya
HIV/AIDS sebagai informan dalam penelitian ini meliputi lama sakit yang telah
diderita oleh informan dan usia saat informan pertamakali terdiagnosis HIV
Perkiraan rentang lama sakit pada informan mulai dari 4 bulan hingga 11
tahun. Peneliti tidak menanyakan terkait lama sakit yang sudah diderita oleh
hingga saat wawancara mendalam dilaksanakan pada tahun 2015 berkisar antara 4
bulan hingga 11 tahun. Hal ini didukung dengan informasi berikut ini:
147
April 2015, sehingga di perkirakan lama sakit yang diderita oleh informan 1
sebagai berikut:
informan sudah mengetahui status HIV nya selama 9 bulan terakhir. Jadi
perkiraan lama sakit pada informan kedua adalah 9 bulan. Pada informan pertama
dan kedua, diketahui bahwa perkiraan lama sakitnya masih dalam kurun waktu
kurang dari 1 tahun. Berbeda dengan informan ketiga, informan keempat dan
informan kelima yang lama sakitnya diperkirakan sudah lebih dari 8 tahun. hal ini
“Pertama kali tau tahun 2007, bulan Juli. Itu abis lahiran 4 bulan,
udah sempet ngasih ASI juga.”
“Anak pertamaku yang cewek, lahir tahun 2002, kasian dia,
kerjaannya buang- buang aer mulu, tadinya gak ketauan penyakitnya
apa. Kata dokter diare akut. Akhirnya meninggal di usia 8 bulan. Dan
ketauan lah penyakitnya ternyata kemungkinan besar HIV , itu juga
setelah anak kedua aku ketauan kena HIV.” (Informan 3)
Dari informasi diatas, dapat diketahui bahwa informan 3 pertamakali
mengetahui status HIV positifnya pada tahun 2007, empat bulan setelah kelahiran
anak keduanya, itu berarti perkiraan lama sakit yang diderita oleh informan
hingga saat di wawancara pada tahun 2015 adalah 8 tahun. Namun, karena saat itu
didiagnosis HIV positif, muncul kecurigaan akan sakit yang telah diderita oleh
memperoleh informasi terkait lama sakit yang juga sudah diderita oleh informan
148
5, dirinya mengetahui status HIV positif menginfeksinya pada tahun 2006. Ini
artinya infroman 5 sudah terinfeksi HIV positif selama 11 tahun belakangan ini,
telah tertular HIV pada tahun 2004, padahal setahun sebelumnya suaminya
meninggal dunia dan di diagnosis HIV positif. Selama satu tahun setelah
HIV/AIDS selama 12 tahun. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara berikut
ini:
bukti- bukti informasi dari hasil wawancara dengan informan, dapat ditarik
kesimpulan, bahwa perkiraan lama sakit yang telah diderita oleh informan dalam
penelitian ini adalah mulai dari 4 bulan hingga 12 tahun setelah melakukan tes
HIV pertama kali dan terdiagosis HIV positif hingga saat proses wawancara
mendalam berlangsung.
149
5.4.2 Usia Perempuan dengan HIV/AIDS saat Pertamakali Terdiagnosis
HIV Positif
Perkiraan rentang usia informan saat pertamakali terdiagnosis HIV
adalah 27 tahun hingga 36 tahun. Peneliti tidak menanyakan terkait usia saat
adalah kegiatan VCT yang diadakan oleh Puskesmas wilayah tempat tinggalnya ,
kegiatan VCT tersebut saat itu diadakan di wilayah RW tempat tinggal informan.
Saat wawancara tahun 2015, informan berusia 30 tahun, ini berarti perkiraan usia
informan saat pertama kali terdiagnosis HIV adalah 29 tahun. Selanjutnya ada
juga informan yang terdiagnosis HIV positif di tahun yang sama dengan informan
diperkirakan usianya adalah 36 tahun. hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara
berikut ini:
“Pertama kali tau tahun 2007, bulan Juli. Itu abis lahiran 4 bulan,
udah sempet ngasih ASI juga.” (Informan 3)
150
Dari pernyataan tersebut, jika di sinkronkan dengan usia saat wawancara
usia informan saat terdiagnosis HIV positif adalah 30 tahun. Namun informan
meninggal dunia karena diare yang terjadi terus menerus di tahun 2002,
sayangnya tenaga kesehatan tidak melakukan pengecekan HIV pada anak atau
pun dirinya saat itu, ia pun ketika itu belum mengetahui mengenai HIV/AIDS
HIV di tahun 2006, saat wawancara mendalam tahun 2015, informan ini
berusia 39 tahun, artinya 9 tahun yang lalu informan ini terdiagnosis HIV,
sehingga usia saat pertama kali terdiagnosis HIV positif diperkirakan adalah 30
dunia baru berani melakukan tes HIV, dan dari situlah informan pertamakali
informan:
151
Dari bukti yang ada berdasarkan pernyataan- pernyataan informan
HIV positif, diperkirakan berkisar antara 25 tahun hingga 36 tahun, dan usia ini
marah, kecewa, bingung, panik, dan penolakan untuk menerima status barunya
positif. Hal tersebut akan sangat mungkin terjadi pada saat awal pertama kali
terinfeksi HIV positif. Hal lainnya yang informan rasakan ialah keluarga dan
masa depan anaknya yang baru saja ia lahirkan saat itu, berikut kutipan
wawancara mendalamnya:
masing- masing untuk meredam emosi yang ketika itu muncul, ada yang
152
berusaha untuk terus ikhlas dalam menerima status barunya, dan tetap berusaha
untuk berbakti pada suami yang telah menularkan HIV pada dirinya. Seperti
pernyataan di atas, terlihat bahwa usia terdiagnosis HIV saat itu juga
153
BAB 6
PEMBAHASAN
yang menjadi tersangka dalam penyebaran transmisi HIV positif hingga informan
terdiagnosis HIV positif. Hal ini disebabkan karena beberapa pasangan informan
tersebut telah meninggal dunia, sementara pada pasangan yang masih hidup, sulit
informan pendukung yang meliputi: penanggung jawab Poli HIV & IMS
informan sebab hanya dua informan yang peneliti datangi langsung kerumahnya
saat proses wawancara mendalam. Diantara dua orang tersebut, satu informan
masih merahasiakan status HIV positif dari keluarga dan tidak mengizinkan
informan saja yang keluarganya bisa dijadikan informan dalam penelitian ini.
154
6.2 Gambaran Karakteristik Perempuan dengan HIV/AIDS
a. Pendidikkaan Formal
Hasil penelitian, pendidikan formal pada informan penelitian ini
hingga bangku SMA atau sederajat dan hanya satu orang informan saja
yang tidak memiliki ijazah pendidikan formal sama sekali, namun pada
155
Sesuai dengan harapan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
lebih tinggi, akan lebih mudah dalam menerima dan mengerti informasi
tentang hidup, dalam hal ini cara pandang seseorang tentang kesehatan.
memiliki pengetahuan yang luas pula. Salah satu sumber informasi yang
yang pernah diikuti oleh perempuan dengan HIV positif yang menjadi
keterampilan lebih dari hasil pendidikan non formal yang telah mereka
156
tempuh. Dari penelitian ini pun diketahui bahwa kelima informan
keterampilan dan keahlian serta sebagai salah satu realisasi dari keinginan
mampu menjaga agar para penderita HIV/AIDS mampu berdaya guna dan
seputar HIV. Hal ini sejalan dengan pendapat notoatmodjo dalam bukunya
respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan
yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin
157
Hal tersebut juga sesuai dengan harapan Departeman Kesehatan
dengan penularan HIV positif yang terjadi dari pasangan kepada dirinya.
a. Status Pernikahan
bahwa tiga dari lima informan telah berstatus janda, dengan satu informan
belum resmi bercerai secara hukum negara. Jumlah itu lebih banyak daripada
informan yang berstatus masih menikah, yaitu hanya dua orang. Sehingga
terinfeksi HIV positif memiliki risiko lebih besar untuk berstatus tidak
pasangan yang dapat menerima informan sepaket dengan anak- anak dari
hasil pernikahannya terdahulu dan juga penyakit HIV positif yang telah
158
menginfeksi dirinya. Namun HIV positif bukanlah penghambat bagi
informan untuk dapat menikah kembali, seperti salah satu informan dalam
ODHA yang menikah dengan pasangan yang tidak terinfeksi HIV (HIV
HIV positif dengan orang yang berstatus HIV negatif. Namun pasangan
setiap kali melakukan hubungan suami istri, agar suami dari ODHA terhindar
2007). Dari teori tersebut, jika dikaitkan dengan salah satu informan yang
namun ia dan suaminya menutup rapat- rapat status tersebut dari keluarga
159
ketiganya, karena pernikahan terjadi secara siri dan tertutup tanpa diketahui
keluarga dan istri pertama suaminya. Maka keluarga suami ketiganya itupun
tidak ada yang mengetahui status HIV positif tersebut, namun suaminya tetap
informan yang menikah lagi sebanyak dua kali pernikahan setelah suami
kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Pasangan tersebut lebih dikenal
ODHA dengan status salah satu dari psangan terinfeksi HIV positif
sementara pasangan lainnya tidak terinfeksi HIV (Raidah, 2015). Apa yang
telah dilakukan oleh salah satu informan dalam penelitian ini, sejalan dengan
pendapat Tsevat (1999) dalam penelitian yang dilakukan oleh Arriza (2011),
ODHA juga memiliki keinginan yang besar untuk bisa terus hidup dan
terinfeksi HIV adalah salah satu tindakan yang dilakukan untuk memotivasi
160
Lama usia pernikahan informan berkisar antara 3 hingga 9 tahun.
Pernikahan terlama diatas usia pernikahan 5 tahun hanya terjadi pada dua
hasil dari penelitian Dian Anggraeni Raidah (2015), usia pernikahan pada
seperti memiliki keeratan yang lebih tinggi, saling memahami, dan saling
positif yang menjadi informan pada penelitian ini, menikah pada rentangusia
perempuan dan 25 tahun untuk laki- laki. Dalam hubungan dengan hukum
menurut UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan, usia minimal untuk suatu
perkawinan adalah 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria (Nasry,
2009). Dari sana jelas bahwa UU tersebut menganggap orang dengan usia
diatas tersebut bukan lagi anak- anak dan ia sudah boleh menikah, batasan
usia ini dimaksud untuk mencegah pernikahan yang terlalu dini. Walaupun
161
begitu, selama seseorang belum mencapai usia 21 tahun, masih diperlukan
ini saat hendak menikah, sudah memasuki usia yang diperbolehkan untuk
menikah, namun jika melihat usia ideal menikah menurut BKKBN, tidak ada
informan yang menikah di usia tidak ideal. Berbeda dengan para informan
yang menikah diusia yang ideal, pasangan dari informan dalam penelitian ini
ada yang memiliki usia tidak ideal saat hendak menikah, sebab berdasarkan
hasil penelitian, usia pasangan dari perempuan yang terdiagnosis HIV positif
dibawah 25 tahun saat hendak menikah. Serta didapati pula bahwa tiga di
antara lima informan menikah dengan laki-laki yang usianya lebih muda dari
dan satu informan menikah dengan laki-laki yang usianya lebih tua.
kesehatan adalah mereka yang berusisa 10-19 tahun dan belum menikah.
Informan dalam penelitian ini dan pasangannya, sebagian besar menikah saat
terdorong oleh kekuatan lain yang membuat mereka tidak berperilaku secara
162
sehat. Ini termasuk perilaku mencoba atau memulai hubungan seksual
meningkat sampai usia 30 tahun, lalu menurun setelah usia 30 tahun (Kambu
seks dengan banyak pasangan, dan hal tersebut ini merupakan bagian penting
janda yang ditinggal meningga dunia oleh suaminya. Dua dari lima informan
pula dua orang informan yang yang berstatus janda, namun sekarang tengah
satu informan lainnya tidak memiliki pasangan, dan merasa status HIV
163
dan dalam membuka status HIV positifnya terhadap pasangan dan juga orang
sekitarnya.
susah menjembatani diri dengan orang lain. Mereka takut untuk membagi
pertolongan. Hal ini sejalan dengan teori bahwa ODHA senantiasa khawatir
akan perlakuan yang akan didapatkan dari orang lain atas dirinya.
Sebaliknya, orang lain pun menjaga jarak engan dekat dengan para penderita
HIV/AIDS karena takut pada virus yang bersifat menular tersebut (Nursalam,
2007).
HIV positif, baik anak itu sudah meninggal dunia akibat infeksi oportunistik
dari HIV yang dideritanya, maupun masih hidup hingga sekarang. Sementara
itu hanya satu informan yang berhasil untuk tidak menularkan sama sekali
HIV positif ke anak- anaknya, yakni informan ke-4 dengan status negatif
HIV pada ketiga anaknya. Hal tersebut dikarenakan saat hamil anak pertama
dan kedua ia belum terdiagnosis HIV positif, pada saat hamil anak ketiga
164
mereka terinfeksi HIV positif dan meninggal dunia akibat infeksi
terjadinya penularan HIV dari ibu ke anak, yakni dengan program PPIA
ini telah tersusun rapi dalam “Rencana Aksi Nasional PPIA Indonesia 2013-
1. PRONG 1
penularan HIV pada anak adalah dengan mencegah penularan HIV pada
berisiko atau bila terjadi perilaku seksual berisiko maka penularan masih
bisa dicegah, termasuk mencegah ibu dan ibu hamil agar tidak tertular
reproduksi.
165
Kramat Jati diketahui bahwa pencegahan primer atau program PPIA
Puskesmas Kramat jati bila ada pasien perempuan usia produktif yang
meminta untuk di lakukan tes HIV untuk keperluan menikah atau hanya
2. PRONG 2
informasi dan sarana kontrasepsi yang aman dan efektif untuk mencegah
kandungan.
166
3. PRONG 3
HIV dari Ibu ke Anak. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak yang
3. Diagnosis HIV.
ibu hamil yang telah terdiagnosis HIV positif. Namun jika saat
4. PRONG 4
167
sehingga membutuhkan dukungan psikologis, sosial dan perawatan
kerahasiaan status HIV ibu sangat penting dijaga. Dukungan juga harus
tersedia dan juga bekerja sama dengan LSM untuk menjadi pendamping
Sehingga Diantara para informan yang memiliki anak dengan status HIV
positif, sebagian besar anak yang tertular HIV positif adalah anak keduanya.
pertama serta juga mungkin bila disebabkan karena saat informan tengah
barulah saat anak kedua informan mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi
terhadap HIV positif pun, terjadi saat tengah hamil dan adapula yang
pencegahan dari ibu ke anak, sudah pasti tidak tidak sempat di laksanakan
168
pada prong pertama dan kedua. Bagi informan yang mengetahui semenjak ia
pada posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula
dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh orang
pekerjaan yang juga akan berpengaruh pada lingkungan kerja dan sifat
169
memiliki pekerjaan. Barulah setelah menikah, sebagian besar dari
170
satu orang informan saja yang tidak memiliki pekerjaan setelah
Tegak Tegar.
Salah satu prinsip HIV/AIDS dalam dunia kerja, infeksi HIV tidak
bekerja dan dapat dbenarkan secara medis (ILO, 2001). Hal ini sejalan
171
disayangkan bahwa ada salah seorang dari kelima informan, yang pernah
pekerjaan yang lebih baik dari yang sekarang tengah mereka jalani,
untuk kembali bekerja, usia mereka yang sudah tidak lagi muda, serta
modal untuk membuat usaha baru atau memperbesar usaha mereka yang
sudah ada.
b. Pendapatan Sekarang
keluarga merupakan balas karya atau jasa atau imbalan yang diperoleh
172
Tingkat pendapatan keluarga merupakan pendapatan atau
tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain jenis pekerjaan dan
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 7 tahun 2014 tentang upah tahun
satu informan yang masih bergantung pada suami dalam hal pendapatan
173
c. Keaktifan dengan Lingkungan Sekitar (Sebelum dan Setelah
Terdiagnosis HIV Positif)
Timbulnya perubahan fisik yang terjadi pada perempuan
peran ganda bagi mereka sebagai ibu yang harus merawat anak dan
dirinya terinfeksi HIV. Sementara itu, ada satu informan yang memang
HIV dan semakin menutup dirinya sehingga tidak mau berusaha untuk
174
sengaja menjauh dari orang- orang sekitar agar tidak diketahui bahwa
dirinya telah terinfeksi HIV positif. Sementara itu, ada pula informan
yang justru sebelum terdiagnosis HIV adalah pribadi yang tertutup dan
merubah dari yang sebelumnya tidak aktif menjadi sosok aktivis HIV
yang aktif, atau dalam perubahan salah seorang informan yang pernah
relatif lama, secara teori perubahan perilaku melalui tiga tahap, tahap
Keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak dengan hubungan yang
175
HIV/AIDS pada keluarga, kelima informan tidak ada orang tua atau adik
atau kakak atau saudaranya, yang tinggal satu rumah dengannya, yang
bahwa tiga dari informan merupakan anak pertama dan dari semua
penelitian ini tidak ada yang merupakan anak tunggal, bahkan terdapat
sejalan dengan hasil penelitian berikut ini, posisi anak dalam keluarga
segala hal, baik pendidikan, gizi, atau yang lain (Hidayat, 2005).
anak yang banyak pada keluarga yang keadaan ekonominya cukup akan
176
mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua yang
anak juga kebutuhan primer seperti makan sandang dan perumahan yang
terpenuhi.
enam bersaudara, ia merasakan pola asuh dari kedua orang tuanya yang
ia mencari jati diri dan tempat pelarian untuk mendapatkan itu semua.
dan akhirnya hamil di luar nikah. Selain berasal dari keluarga dengan
jumlah saudara kandung yang banyak, pola asuh orang tua yang hampir
pergaulan yang tidak baik dan akrab dengan narkoba semenjak duduk di
bangku SMK.
177
6.2.6 Pengetahuan HIV/AIDS
disebabkan karena laki- laki lebih banyak berada diluar rumah sehingga
namun ada pula informan yang mendapat informasi seadanya dari orang
178
Adapun jenis informasi yang didapatkan oleh informan berupa gambaran
dalam hal ini pengetahuan terkait HIV dan AIDS. Kemajuan teknologi
radio, surat kabar, majalah, dan media massa lainnya akan memiliki
massa membawa pesan- pesan penting yang berisi sugesti yang dapat
menjalani hidup dan dapat berbagi pengalaman kepada orang lain agar
179
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa seluruh responden
kategori tinggi. Hal ini sangat mungkin terjadi, mengingat ODHA yang
seksual, seperti tidak melakukan seks bebas, setia terhadap pasangan, dan
menjadi penyebab penularan HIV kepada orang lain. Ada pula yang
180
menyinggung mengenai edukasi dan pencegahan melalui transmisi ibu ke
mengetahui apa itu singkatan dari HIV secara lengkap dan benar, yang
pencegahan dari HIV itu sendiri, dan ternyata sebagian besar informan
terkait cara penularan dan pencegahan HIV ini juga dapat informan
akan lebih mudah di serap oleh orang- orang yang diberikan edukasi.
terapi ARV dengan teratur. Dari hasil penelitian, juga didapati mengenai
mengenai perilaku non seksual berisiko HIV juga sudah sangat baik,
181
sebab tidak ada dari kelima informan yang misalnya menyebutkan
perilaku non seksual bisa berupa penularan dari udara, pemakaian alat
ini masih menjadi isu penularan HIV bagi sebagian orang yang memiliki
perilaku berisiko yang bisa saja, secara sengaja atau pun tidak sengaja
mereka lakukan. Seperti salah satu informan yang mengakui bahwa jauh
sebelum sekarang ini, ia pernah memiliki niat dan perilaku buruk untuk
perilaku berisiko, serta pengobatan HIV dan AIDS yang cukup baik. Hal
182
komprehensif mengenai HIV dan AIDS. Dalam pelayanan VCT harus
post test, informconsent, dan kerahasiaan. Pada proses pre test setiap
tentang HIV dan AIDS saja tetapi mampu juga untuk menjelaskan,
diperoleh saat mereka telah mengetahui diriya terinfeksi HIV. Hal ini
183
bahwa orang yang berisiko tinggi terinfeksi HIV sering mendapatkan
informasi tentang HIV dan AIDS baik dari media massa maupun dari
6.2.7 Agama
dirinya sama dengan keyakinan yang dianut oleh pasanganya. Ini berarti
acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan
ketiga informan yang beragama islam, hanya terdapat satu informan saja
184
ketaatan dalam beribadah yang kurang baik.Berbeda dengan kedua
perbedaan dari segi ketaatan beragama pada para informan saat sebelum
yang masih tetap tidak banyak memiliki perubahan dalam beragama. Ini
HIV positif.
185
Dalam beragama seorang individu sudah seharusnya memiliki
batin dan perlindungan. Hal ini sejalan dengan pendapat berikut, sebagai
sebagai acuan norma akan berjalan dengan baik. Dengan kata lain,
tidak terjadi infeksi HIV positif dan menularkan ke orang lain (dalam hal
semakin lebih baik karena agama menjadi mampu menjadi motivasi bagi
186
informan dan pasangannya yang masih hidup dalam member kemantapan
inisiatif dari informan dan adapula yang mengetahui status HIV pada
dirinya setelah melakukan VCT yang dilakukan atas anjuran dari kader
berisiko yang ada pada sekeliling informan. Tes HIV melalui VCT
positif. Gejala HIV yang dirasakan informan juga berbeda- beda, ada
HIV dan adapula yang sebelum terdiagnosis HIV positif tidak merasakan
gejala apapun.
187
ketika sedang hamil ataupun setelah melahirkan berarti telah memasuki
ini merupakan inti dari kegiatan PPIA. Adapun pelayanan jika telah
Namun teori tersebut tidak berlaku bagi para penderita HIV, yang menjadi
dapat terjadi karena mungkin saja informan dapat bertemu dengan orang
188
yang juga tinggal di daerah wilayah tempat tinggalnya ketika sedang
mempengaruhi nama baik keluarga dan bisnis yang tengah dikelola oleh
a. Lama Sakit
Lama sakit yang di derita oleh informan dimulai dari waktu sejak
HIV, jumlah limfosit total, ELISA, atau Wetern Blot sesuai prosedur
diderita oleh informan dalam penelitian ini adalah mulai dari 4 bulan
kedalam stadium tanpa gejala, itu berarti walaupun informan terlihat sehat
189
memasuki lama sakit lebih dari 10 tahun, sudah masuk kedalam stadium
AIDS dengan menunjukkan gejala- gejala berat dan berat badan menurun
lebih dari 10% bobot tubuh sebelumnya (Shams, 2008). Hal tersebut
terbukti pada informan yang memiliki lama sakit lebih dari 10 tahun, ia
untuk bisa terus bertahan dengan sakitnya adalah dukungan dari orang
sekitar dan rutin dalam menjalani terapi ARV, sebab hasil penelitian
mengikuti terapi ARV dalam aspek fisik adalah baik karena ODHA telah
tahun dan ini tergolong usia produktif. penelitian Dachlia (2000) dalam
190
memperlihatkan bahwa umur berhubungan erat dengan keaktifan perilaku
Sehingga pada usia dewasa, individu akan lebih berperan aktif dalam
masyarakat dan kehidupan sosial, selain itu orang pada usia tersebut akan
HIV positif yang ketika itu baru diketahuinya. Rasa sedih, marah, kecewa ,
antara lain dengan berdo’a, baik secara sadar atau pun tidak, informan juga
yang berpengaruh dalam meredam apa yang informan rasakan saat itu.
191
dalam penerimaan diri adalah pemahaman diri dan harapan yang realistis,
harapan yang realistis ini dicirikan dengan berpikir positif dan realistis,
a. Terapi ARV
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kelima informan telah
mereka telah melaksanakan terapi ARV. Hal ini sejalan dengan apa yang
tertulis dalam pedoman nasional tatalaksana klinis infeksi HIV dan terapi
Bila informasi dan rawatan HIV dimulai lebih awal sebelum melakukan
malalui konseling pra terap ARV yang meliputi cara dan ketepatan minum
obat, efek samping yang mungkin terjadi, interaksi dengan obat lain,
192
Hasil penelitian juga diketahui untuk memulai terapi ARV di
dilihat stadiumnya terlebih dahulu. Jika CD4 < 350 sel/mm3 maka terapi
ARV mulai ditawarkan ke pasien HIV. namun jika pasien sudah memiliki
ARV tetap akan ditawarkan meskipun jumlah CD4 belum <350 sel/mm3,
bayi. Sejalan dengan apa yang telah diberlakukan Puskesmas Kramat Jati,
dalam buku “Pedoman Pedoman Tata Laksana Klinis Infeksi HIV dan
klinis infeksi HIV nya. Hal tersebut untuk menentukan penderita sudah
memenuhi syarat untuk terapi ARV atau belum memenuhi syarat. Bila
maka terpai ARV dimulai pada semua pasien dengan jumlah CD4 < 350
dianjurkan pada semua pasien dengan TB aktif, ibu hamil, dan koinfeksi
b. Kepatuhan
sangat tinggi karena jika terapi yang dijalankan tidak serius maka virus
193
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku pasien
dalam meminum obat secara benar tentang dosis, frekuensi, dan waktunya
(Nursalam, 2007).
apakah minum atau tidak, dan semua informan memilih untuk menjalani
terapi ARV dengan konsekuensi yang telah di sepakati. Ini sejalan pula
dengan teori bahwa kepatuhan atau adherence pada terapi adalah sesuatu
Untuk itu, Puskesmas Kramat Jati bekerjasama dengan LSM untuk turut
yang baik antara tenaga kesehatan dengan pasien serta komunikasi dan
membantu pasien untuk patuh minum obat. Selain itu, sebagian besar
194
tersebut tidak semakin parah, informan meniatkan dan memberikan
menjadi lebih kering dan senstif. Hal tersebut mungkin saja terjadi karena
menjadi lebih serius hingga memberikan dampak yang besar bagi kesehatan
informan antara lain: flue, demam, IMS berupa jamur yang mengakibatkan
c. Pengobatan Alternatif
195
Pada hasil penelitian diakui oleh salah satu perempuan terdiagnosis
HIV positif bahwa masih banyak teman- teman ODHA yang menggunakan
obat herbal atau pengobatan alternatif dalam proses pengobatan HIV dan
yang lebih parah masih terdapat teman- teman ODHA dari informan yang
tidak mau melakukan terapi ARV sama sekali dan lebih memilih untuk
menggunakan obat herbal atau pengobatan alternatif saja, sebab takut akan
dapat menimbulkan efek samping. Efek samping yang tidak diinginkan ini
seringkali ringan, tapi dapat pula menjadi lebih serius dan memberikan
dampak yang besar bagi kesehatan atau kualitas hidup. Gejala yang
tergantung dengan jenis ARV yang di gunakan untuk terapi. Memang pada
dapat ditekan dengan baik, sehingga ODHA dapat tetap hidup layaknya
196
6.6 Dampak Sosial yang Dialami oleh Perempuan Terdiagnosis HIV
Positif
197
tidak menyetujui pernikahantersebut. Hal ini bukan karena sudah
mendapatkan respon yang tidak baik pula dari pihak keluarga informan.
keluarga dari pihak informan dan pasangannya beragam. Ada yang biasa
saja namun cenderung mendukung informan agar tetap sehat dan adapula
informan.
198
pasangannya pun didapati mengalami perubahan. Bagi yang memiliki
merenggang dari hari ke hari akibat rasa kesal, kecewa, dan terus menerus
disalahkan sebagai penyebab atas apa yang tengah terjadi pada mereka dan
tujuan untuk bisa menginspirasi orang lain, terutama rekan sesama ODHA.
keluarga menjadi tetap bisa dan malah lebih bisa berfungsi dengan cukup
baik di lingkungannya.
199
b. Respon dan Sikap Masyarakat Sekitar
besar sudah membuka status HIV nya kepada tetangga dan lingkungan
sekitarnya, pada proses membuka diri ini ada informan yang membukanya
dengan sengaja tanpa ada paksaan, namun adapula yang tidak sengaja dan
dan dskriminasi dari masyarakat mengenai HIV terlebih HIV yang terjadi
pada perempuan akan menimbulkan rasa malu dan enggan saat melakukan
kegiatan sosial, hal ini tidak terlepas dengan adanya stigma dan cap negatif
akan menjadi tidak lagi percaya diri dan menganggap bahwa dirinya
berbeda dengan orang lain disekitarnya, yang tidak terinfeksi HIV positif.
oleh informan antara lain berupa cibiran, perlakuan yang berbeda dari
mereka.
200
Menderita HIV/AIDS tidak hanya menyebabkan masalah fisik oleh
status HIV dalam diri mereka, akibat menutup diri, mereka mengalami
2001).
201
BAB VII
7.1 Simpulan
oportunistik yang diderita, dan hambatan usia yang sudah tidak lagi
muda.
202
serodiskordan). Rata- rata usia perempuan dengan HIV/AIDS dan
pasangan sah dan ada juga yang belum sah dan perempuan dengan
dalam bekerja, adapun jenis pekerjaannya antara lain: kerja di toko kue,
hanya menjadi IRT karena tidak mendapatkan izin dari suami mereka
karena suami meminta untuk fokus mengurus rumah tangga saja, hal ini
203
dikarenakan suami dari perempuan dengan HIV/AIDS khawatir dengan
tetap menjadi pelayan bar dan WPS. Sebagian besar jenis pekerjaan
antara lain: membuka usaha kue, aksesoris, nasi uduk, menulis, dan
yang lebih baik dari yang sekarang telah mereka dapatkan sekarang,
antara lain: tidak dapat izin bekerja dari suami, lingkungan kerja yang
tidak mendukung, serta usia yang tidak lagi muda. Sebagian besar
204
baik dalam memberikan perhatian dan kasih sayang, juga dalam
pengetahuan HIV/AIDS.
baik dalam beribadah. Hal yang membuat perubahan terjadi antara lain:
205
memanfaatkan pusat layanan kesehatan terdekat berupa Puskesmas
2. Sebagian besar khawatir jika status HIV nya diketahui oleh orang-
hingga 11 tahun.
7.2 Saran
206
1. Bagi Mahasiswa
Puskesmas ataupun LSM. Selain itu sikap terbuka terhadap status yang
207
positif. Pertemuan dalam rangka mempertemukan para ODHA juga
serta menumbuhkan semangat baru dan percaya diri bagi para ODHA.
positif, baik bagi yang sudah menikah maupun yang belum menikah.
lagi.
6. Bagi Masyarakat
208
Dukungan lingkungan sosial dapat berdampak positif bagi ODHA,
khususnya dalam hal ini adalah para perempuan yang terdiagnosis HIV
atau tidak bersikap acuh tak acuh pada pada ODHA dalam kegiatan
209
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. (2009). metodologi penelitian dan analisis data. Jakarta: Salemba Medika.
Anggreani. (2005). Faktor- faktor yang berhubungan dengan perilaku seks berisiko
terinfeksi HIV/AIDS pada supir dan kernet truk jarak jauh. Jakarta: FKM UI.
Besral. (2004). Potensi Penyebaran HIV dari Pengguna Napza Suntik ke Masyarakat
Umum. Makara, Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Desember 2004 , 53-58.
Bouway, Y. (2010). Faktor risiko yang mempengaruhi perilaku dan pelayanan kesehatan
terhadap kejadian HIV-TB di Jayapura Provinsi Papua. Magister Epidemiologi,
UNDIP.
Bustan. (1997). Faktor Risiko dan pencegahan penyakit tidak menular. Yogyakarta:
Rineka Cipta.
Carr, R. (2008). Promoting Gender Equality In HIV and Responses Making AIDS More
Effectivetrought Tracking Result. United Nations Development Fund For Women
(UNIFEN).
Departemen Kesehatan RI. (2010). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010. Jakarta:
Depkes RI.
Depkes RI. (2008). Pedoman tata laksana infeksi HIV dan pengobatan antiretroviral
pada anak di Indonesia. Jakarta.
Dinas Kesehatan Jakarta Timur. (2014). SIHA Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Jakarta:
Dinas Kesehatan Jakarta Timur.
Dinkes Jakarta Timur. (2013). SIHA Dinas Kesehatan Jakarta Timur Tahun 2013. Jakarta
Timur: Dinas Kesehatan Jakarta Timur.
210
Dubois, B. a. (2005). Social Work an Empowering Profession, fifth edition. USA: Pearson
Education,Inc.
Jackson, J. (1999). The Difficulties of Women living with HIV Infestion. Journal of
Psychosocial Nursing .
Kemenkes RI. (2013). Rencana Aksi Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke
Anak (PPIA). Jakarta: Kemenkes RI.
211
KPAN. (2010 ). Strtegi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS. diakses dari
http://www.undp.or.id.
Kumalasari, I. Y. (2013). Perilaku Berisiko Penyebab HIV Positif Di Rumah Damai Kota
Semarang. Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Lan. (2005). Virus Imunodefisensi Manusia (HIV) dan Sindrom Imunodefisiensi Didapat
(AIDS). In: Price, S. A., Wilson, L. M., ed. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit volume 1 Eds 6. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
212
Notoatmojo. (2002). metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rieneka Cipta.
P2PL. (2012). Pedoman Layanan Komperehensif HIV - AIDS, dan IMS. Jakarta.
P2PL. (2011). Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi
Antiretroviral. Jakarta: Kemenkes RI.
P2PL. (2008). Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS secara Sukarela
(Voluntary Counselling and Testing). Jakarta: Kemenkes RI.
Price et al. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit Ed.6. Jakarta:
EGC.
Ramadhan, I. (2005). Kehidupan Tiga ODHA Perempuan (studi mengenai relasi gender
dalam rumah tangga). Depok: Skripsi- Universitas Indonesia.
Samino. (2011). Analisis Perilaku Sex Remaja SMAN 14 Bandarlampung. Jurnal Dunia
Kesmas Volume 1 , 175.
213
SEARO-WHO. (2009). HIV-AIDS Regional Health Sector Strategy_HIV 2011 – 2015,.
http://www.searo.who.int/LinkFiles/HIV_AIDS_Reg_Health_Sector_Strategy_
HIV_2011 2015.pdf .
Shams, a. (2008). AIDS Dalam Islam: Krisis Moral Atau Kemanusiaan? Bandung: Mizan
Media Utama.
Shinta, D. (2013). Kerentanan Perempuan Terhadap Penularan IMS Dan HIV: Gambaran
Perilaku Seksual Berisiko Di Kota Denpasar. Public Health and Preventive
Medicine Archive, Volume 1, Nomor 1, Juli 2013 .
Siegfried, N. (2011). Antiretrovirals for reducing the risk of mother to child transmission.
Smeltzer. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Jakarta:
EGC.
Susilowati, T. (2009). Faktor- faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian HIV dan
AIDS di Semarang dan sekitarnya. Semarang: UNDIP.
Sylvia, A. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses – proses penyakit. Jakarta: EGC.
Umam, H. (2015). Identifikasi Karakteristik Orang Risiko Tinggi HIV dan AIDS tentang
Program Pelayanan VCT. Jom Vol 2 No.1 .
214
UNAIDS. (2015). How AIDS Changed Everything. www.unaids.org.
USAID. (2003). Family Planning/ HIV Integration: Technical Guidance For USAID
Supported Field Programs. Washington, D.C: U.S. Agency for International
Development.
Wahab, S. (2002). Sistem Imun, Imunisasi, dan Penyakit Imun. Jakarta: Widya Medika.
WHO. (2015). Health Topic HIV/AIDS, HIV Data and Statistics. www.who.int.
Yuly. (2011). Aspek Klinis HIV . Layout CDK edisi 182 Januari 2011. Jawa Barat: RS
Karya Husada .
215
LAMPIRAN
A. Panduan wawancara
PANDUAN WAWANCARA
Sampai saat ini, apakah ada yang ingin ibu tanyakan tentang survei ini?
Apakah ibu bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini?
1. Ya 2. TidakStop, pindah informan berikut [ ]
216
Identitas Informan
Usia : ..............................................................................
217
Perempuan 2.KeinginanUntukMelanjutkanPendi
dikkan?
b. Pekerjaan
1. Pekerjaan anda?
2. Keinginan anda untuk
mendapatkan
3. Perkerjaan yang lebih baik ?
4. Besar penghasilan anda sekarang?
c. Hubungan Sosial
1. Keaktifan sebelum diketahui
positif terinfeksi HIV
2. Keaktifan setelah diketahui positif
terinfeksi HIV
218
terhadap setelah menjalin
hubungan tersebut?
10. Hubungan dengan keluarga
pasangan setelah menjalin
hubungan tersebut ?
11. Hubungan pasangan dengan
keluarga anda?
12. Hubungan anda dengan
keluarga pasangan?
13. Jumlah anak?
14. Usia anak?
15. Kondisi kesehatan anak?
4. Akses Informasi mengenai a. Sebelum Terdeteksi HIV Positif
1. Mudahkah anda dalam
HIV/AIDS yang di dapat oleh
mendapatkan informasi?
ODHA Perempuan
2. Informasi sepeti apa sajakah yang
telah anda dapatkan?
terinfeksi HIV
Jika melalui transmisi seksual:
a. Kapan pertama kali anda
melakukan hubungan
seksual?
219
b. Dengan siapa?
Jika melalui transmisi non
seksual:
a. Karena apa?
b. Kapan hal itu terjadi?
6. Proses yang Dialami a. Awal Diketahui
1. Sebab awal diketahuinya HIV
ODHA dalam Mengetahui
Positif?
Status HIV pada Dirinya
2. Kapan pertama kali tahu?
3. Tahu dari mana?
4. Apa saja gejala yang dirasakan?
220
kepada anda sebagai ODHA
perempuan? Kalau ada, pandangan
negatif seperti apa?
221
B. Matriks Wawancara
1.b Pendidikan non Kursus Kursus membuat Tidak pernah - Kursus salon Tidak pernah Sebagian
formal yang membuat kue pola 1 tahun mengikuti dan rias mengikuti informan pernah
pernah selama 1 tahun pendidikan non pengantin 1 pendidikan non menempuh
ditempuh? formal tahun formal pendidikan non
- Kursus formal, dengan
bahasa waktu belajar
inggris 3 antara 3 bulan
i
bulan hingga 1 tahun.
- Kursus
montir 6 Adapun jenis
bulan pendidikan non
formal yang
pernah dilalui
oleh informan
adalah: kursus
membuat kue,
kursus membuat
pola, kursus tat a
rias pengantin,
kursus bahasa
inggris, dan
kursus montir.
1. c Keinginan - Memiliki - Memiliki - Memiliki - Memiliki - Memiliki Semua informan
untuk keinginan keinginan keinginan keinginan keinginan memiliki
melanjutkan untuk untuk untuk untuk untuk keinginan untuk
pendidikan melanjutkan melanjutkan melanjutkan melanjutkan melanjutkan melanjutkan
223
pendidikan pendidikan pendidikan pendidikan pendidikan pendidikan.
- Hambatan - Hambatan - Hambatan - Hambatan - Hambatan usia
tidak biaya untuk infeksi biaya untuk membuat Sebagian
dijelaskan melanjutkan oportunistik melanjutkan enggan untuk informan
pendidikan yang diderita pendidikan melanjutkan memiliki
berupa virus pendidikan hambatan biaya,
tokso yang adapula yang
menyerang memiliki
otak yang hambatan
membuat karena infeksi
kurangnya oportunistik
kemampuan yang diderita,
dalam berpikir dan hambatan
usia yang sudah
tidak lagi muda.
2. STATUS
PERNIKAHAN
2.a Status Menikah Menikah Janda karena Janda tapi tidak Janda suami Sebagian
pernikahan suami bercerai secara meninggal informan telah
224
sekarang? meninggal resmi karena akibat menjadi janda
akibat HIV menikahnya pun HIV/AIDS karena suami
dengan nikah yang meninggal
siri akibat terinfeksi
HIV/AIDS
Sebagian
informan ada
yang hingga
sekarang masih
berstatus
menikah dengan
suami pertama
2.b Frekuensi dan - 9 tahun - 4 tahun dengan - 4 tahun dengan - Pernikahan - 5 tahun Sebagian besar
lama tahun dengan 1 kali 1 kali 1 kali pertama 7 menikah informan
menikah? pernikahan pernikahan pernikahan tahun dengan 1 kali menikah dengan
- Menikah - Menikah bercerai pernikahan 1 kali
dengan orang dengan orang karena pernikahan
225
yang baru yang sudah meninggal
dikenalkan lama dikenal dunia akibat Sebagian
oleh - Masa HIV/AIDS informan
saudaranya perkenalan - Pernikahan memiliki usia
sebelum kedua dengan pernikahan
menikah pasangan dibawah 5 tahun
terlampau yang tidak
bebas hingga terinfeksi Ada informan
hamil diluar HIV/AIDS yang menikah
nikah dan telah sebanyak 3 kali,
mengetahui dengan suami
status HIV yang bukan
pada diri ODHA
informan, (Pasangan
pernikahan serodiskordan)
selama 4
tahun dan
bercerai
karena sulit
226
mendapatkan
keturunan
dan
ketidakcocok
an satu sama
lain
- Pernikahan
ketiga hanya
bertahan
beberapa
bulan. Suami
ketiganya
mengetahui
status HIV
pada diri
informan dan
bukan
merupakan
ODHA
227
2.c Usia saat 21 tahun 33 tahun 23 tahun 22 tahun 27 tahun Rata- rata usia
menikah? informan
menikah adalah
saat usia 25
tahun. Ini adalah
usia produktif.
2.d Usia pasangan 22 tahun 33 tahun 20 tahun 20 tahun 26 tahun Rata- rata usia
saat menikah? pasangan dari
informan
menikah saat
usia 24 tahun.
Ini adalah usia
produktif.
Sebagian
pasangan
informan
228
memiliki usia
lebih muda
dibanding
dengan
informan.
2.e Status Suami Suami Pacar, bukan Pacar, bukan Tidak ada Sebagian besar
pasangan ODHA dan ODHA dan informan hingga
sekarang? belum belum sekarang
mengetahui mengetahui memiliki
status HIV pada status HIV pada pasangan hidup,
diri informan diri informan walaupun ada
yang merupakan
pasangan sah
dan ada juga
yang belum sah.
Informan yang
memiliki
229
pasangan belum
sah, belum
membuka status
HIV kepada
pasangannya
yang berstatus
bukan ODHA
Adapula
informan yang
menutup diri
untuk tidak
memiliki
pasangan lagi
2. f. Jumlah, usia, - 2 orang (usia - 2 orang (usia 3 - 2 orang (usia - 3 orang - 3 orang (usia Seluruh
dan status anak 8 tahun dan tahun dan 1 8 bulan dan 8 (usia16 tahun, 3 tahun, 9 informan
terhadap HIV? 19 bulan) tahun) tahun) 12 tahun, dan tahun, dan 9 memiliki anak
- Status anak - Status anak - Status anak 3 tahun) tahun) dari hasil
230
terhadap terhadap HIV: terhadap - Status anak - Status anak pernikahannya
HIV: Anak Anak pertama HIV: anak terhadap terhadap HIV: dengan sebagian
pertama negatif pertama HIV: Status anak pertama informan
negatif HIV/AIDS, sudah ketiganya sudah memiliki anak
HIV/AIDS, Anak kedua meninggal negatif meninggal berusia balita
Anak kedua berstatus HIV karena diare HIV/AIDS karena HIV,
berstatus HIV positif (sering secara terus - Saat hamil anak kedua Sebagian besar
positif mengalami menerus anak kedua dan ketiga2 informan
(sempat sakit dan sulit (saat itu dan ketiga kembar memiliki atau
memberikan untuk pulih) belum sudah dengan status pernah memiliki
ASI pada diketahui mengetahui negatif anak dengan
anak kedua) status HIV bahwa HIV/AIDS status HIV
nya), anak dirinya - Hamil kedua positif
kedua terinfeksi diketahui
memiliki HIV terinfeksi Informan yang
status HIV - Ikut serta HIV positif setelah
positif dalam PPIA dan segera terinfeksi HIV
saat kehamilan melakukan positif memiliki
kedua dan PPIA anak dengan
231
ketiga HIV negatif,
ikut serta dalam
program PPIA
3. SOSIAL
EKONOMI
3.a Jenis pekerjaan Kerja di toko Buruh pabrik SPG - Pembukuan Pengurus gereja Sebagian besar
sebelum kue di Bank informan
menikah? - SPG memiliki
- Kasir restoran pengalaman
dalam bekerja
Adapun jenis
pekerjaan dari
para informan
antara lain: kerja
di toko kue,
buruh pabrik,
SPG,
pembukuan di
232
Bank, kasir
restoran, dan
pengurus Gereja
3.b Jenis pekerjaan - IRT karena - IRT karena - Masih bekerja - Pernikahan - IRT karena Sebagian besar
setelah menikah? tidak tidak diizinkan sebentar pertama IRT tidak informan setelah
diizinkan bekerja oleh sebagai SPG karena tidak diizinkan menikah, hanya
bekerja oleh suami - Setelah itu diizinkan bekerja oleh menjadi IRT
suami tidak bekerja oleh suami karena tidak
- Diminta diizinkan suami mendapatkan
untuk bekerja oleh - Pernikahan izin dari suami
mengurus suami karena kedua IRT mereka untuk
rumah tangga infoman karena tidak bekerja.
saja sudah mulai di izinkan
sakit- sakitan suami bekerja Alasan suami
karena informan tidak
khawatir mengizinkan
dengan adalah karena
kesehatan suami meminta
informan untuk fokus
233
- Pernikahan mengurus rumah
ketiga sudah tangga saja,
menjadi karena suami
pelayan bar khawatir dengan
dan WPS kondisi
kesehatan
informan.
Adapula yang
pada pernikahan
ketiga nya tetap
menjadi pelayan
bar dan WPS.
3.c Jenis pekerjaan - IRT - IRT - IRT - Jualan tas - IRT Sebagian besar
sekarang? - Membuat - Membuat dan - Membuat dan - Aktif di jenis pekerjaan
dan menjual menjual menjual nasi Gereja informan
kue aksesoris uduk bersama - Sering ikut sekarang adalah
ibunya kegiatan LSM IRT yang juga
- Menulis dan memiliki
hasil tulisan kesibukan lain.
234
dibeli oleh
pihak gereja Kesibukan lain
- Sering ikut dari informan
kegiatan antara lain:
LSM membuka usaha
kue, aksesoris,
nasi uduk,
menulis, dan
juga aktif dalam
mengikuti
kegiatan LSM.
3.d Besar - Penghasilan - Penghasilan - Penghasilan - Antara 1 juta - Antara 1 juta Sebagian besar
penghasilan dari usaha suami 900ribu dari usaha hingga 3 juta hingga 3 juta/ informan telah
dalam sebulan? kue sekitar souvenir bulan memiliki
100rb hingga sekitar 1 juta kemandirian
1 juta/ bulan hingga 2 juta dalam
- Penghasilan mendapatkan
suami 2 juta/ penghasilan
bulan tanpa harus
235
harus begantung
pada
penghasilan
suaminya,
Rentang besar
penghasilan
infoman
perbulan
berkisar antara
100ribu hingga
3 juta rupiah.
3.e Keinginan untuk Ada keinginan Ada keinginan Ada keinginan Ada keinginan Ada keinginan Sebagian besar
mendapatkan tapi untuk saat tapi bingung tapi terkendala tapi tetap tapi terkendala informan
pekerjaan yang ini di cukup- tidak dapat izin dengan bersyukur dengan usia memiliki
lebih baik? cukupin bekerja dari lingkungan kerja dengan yang yang tidak lagi keinginan untuk
suami dan anak yang tidak telah didapat muda mendapatkan
masih kecil mendukung sekarang pekerjaan yang
untuk ditinggal kondisi lebih baik dari
236
bekerja informan yang sekarang
sebagai telah mereka
penderita dapatkan,
HIV/AIDS
Kendala yang
dilalui dalam
mendapatkan
pekerjaan yang
lebih baik antara
lain: tidak dapat
izin bekerja dari
suami,
lingkungan kerja
yang tidak
mendukung,
serta usia yang
tidak lagi muda.
3.f Keaktifan dengan - Sebelum - Sebelum Lebih sering di Tidak aktif Aktif menjadi Sebagian besar
lingkungan menikah menikah dalam rumah, bersosialisasi pengurus gereja informan
237
sekitar sebelum kegiatan kegiatan tidak aktif dengan di dekat sebelum
diketahui positif sehari- hari sehari- hari bersosialisasi lingkungan rumahnya terinfeksi HIV
terinfeksi HIV? lebih banyak lebih banyak sekitar merupakan
di dunia di dunia pribadi yang
pekerjaan pekerjaan aktif
- Setelah - Setelah bersosialisasi
menikah ikut menikah dengan
pengajian di banyak lingkungan
masjid dekat menghabiskan sekitar
rumah waktu dengan
ibu- ibu
disekitar
rumahnya
3.g Keaktifan dengan - Tidak ada - Ada peubahan Tidak aktif Ada perubahan Tidak ada Sebagian besar
lingkungan perubahan keaktifan dengan menjadi lebih perubahan informan
sekitar setelah keaktifan dengan lingkungan aktif dengan keaktifan menunjukkan
diketahui positif dengan berusaha untuk sekitar lingkungan dengan ada perubahan
terinfeksi HIV? lingkungan menarik diri sekitar lingkungan keaktifan
sekitar dari sekitar dengan
238
- Status HIV lingkungan lingkungan
masih karena takut sekitar setelah
dirahasiakan status HIV HIV positif
- Takut diketahui oleh
kehilangan orang- orang di
pelanggan lingkungan
sekitarnya
4. RIWAYAT
HIV/AIDS PADA
KELUARGA
4.a. Adakah riwayat Hanya suami, Hanya suami, Hanya suami, Hanya suami, Hanya suami, Semua
keluarga yang bapak dari keluarga lainnya keluarga lainnya keluarga lainnya keluarga lainnya informan, hanya
HIV? informan tidak ada yang tidak ada yang tidak ada yang tidak ada yang suaminya yang
merupakan pernah terinfeksi pernah terinfeksi pernah terinfeksi pernah terinfeksi memiliki
orang yang HIV/AIDS HIV/AIDS HIV/AIDS HIV/AIDS riwayat
cukup dikenal HIV/AIDS,
sebagai keluarga yang
pengurus lainnya tidak
masjid ada
239
4.b Pola asuh dalam Pola asuk Pola asuh yang Jumlah saudara Ayah sudah Pola asuk Sebagian besar
keluarga memprioritaska tegas, perhatian, banyak, kurang meninggal dan memprioritaskan dari informan
n agama nilai agama mendapat ibu bekerja, agama memiliki pola
perhatian dan sehingga kurang asuh dalam
kasih sayang dalam keluarga yang
mendapatkan baik dalam
perhatian dan memberikan
kasih sayang perhatian dan
kasih sayang,
juga dalam
penanaman nilai
agama
5. PENGETAHUAN - Tidak - Ragu dalam - Ragu dalam - Jawaban - Mengetahui Sebagian besar
HIV/AIDS mengetahui menjawab menjawab kurang tepat singkatan HIV informan
singkatan singkatan HIV singkatan HIV dalam memiliki
HIV menjawab - Menyatakan pengetahuan
- Menyatakan - Menyatakan singkatan penyebab HIV mengenai
- Menyatakan penyebab HIV penyebab HIV HIV adalah virus singkatan HIV
penyebab adalah virus adalah virus yang kurang,
240
HIV adalah - Menyatakan - Cara sehingga masih
kuman penyebab penularan ragu dalam
- Cara - Cara
HIV adalah HIV: Lewat menjawab
penularan penularan
virus darah, Seks bahkan ada yang
- Tidak HIV: HIV:
bebas, tidak tahu
mengetahui Narkoba Hubungan - Cara
Transfusi
cara suntik, Dari seks tidak penularan
darah, Sebagian besar
penularan ibu ke anak, aman, Jarum HIV: Produk
penularan dari informan telah
HIV Transfusi suntik, Ibu darah, Seks
ibu ke anak, mengetahui
darah, ASI yang HIV ke bebas, Jarum
melalui bahwa virus
- Cara anaknya, suntik tidak
kehamilan, adalah jenis dari
pencegahan: - Cara Transfusi steril, Ibu ke
persalinan, HIV namun ada
Pakai pencegahan: darah bayi
dan ASI pula informan
kondom saat Tidak
yang
berhubungan menggunakan - Cara - Cara
- Cara menyatakan
seksual, narkoba, Tidak pencegahan: pencegahan:
pencegahan: kuman adalah
Lakukan melakukan free Setia dengan Tidak
Setia pada jenis dari HIV
pemeriksaan sex, Tidak satu pasangan, menggunakan
pasangan,
HIV memberikan Pakai kondom jarum suntik
Pakai kondom Adapun cara
241
ASI pada saat yang tidak jika memiliki penularan HIV
- Cara bayinya, Hati- berhubungan steril, Hindari perilaku yang diketahui
pengobatan: hati dalam seksual, transfusi bergonta- oleh informan
Pakai terapi menerima Pencegahan darah, ganti antara lain:
ARVsecara transfusi darah menggunakan Hindari seks pasangan, penularan dari
rutin, Ada ABCDE bebas tanpa Tidak penggunaan
- Cara
juga obat (Abstinent, Be pakai menggunakan narkoba suntik,
pengobatan:
herbalnya faithful, pengaman, narkoba jarum suntik
Pakai terapi
Condom, no Pencegahan yang tidak steril,
ARVsecara - Cara
Drugs, HIV dari ibu transfusi darah,
rutin pengobatan:
Education) ke anak hubungan seks
Pakai terapi
dengan tidak aman,
- Cara ARVsecara
menggunakan melalui produk
pengobatan: rutin, Ubah
program darah, penularan
Pakai terapi perilaku
PMTCT/ HIV dari ibu ke
ARVsecara buruk dengan
PPIA anak melalui
rutin, Bagi pola hidup
kehamilan,
yang takut - Cara sehat
persalinan, dan
dengan efek pengobatan:
ASI
242
samping ARV Pakai terapi
bisa ARVsecara Adapun
menggunakan rutin pencegahan
pengobatan yang diketahui
alternative informan
seperti yang terangkum
dilakukan dalam ABCDE
oleh teman- (Abstinent, Be
teman ODHA faithful,
lainnya Condom, no
Drugs,
Education) dan
pencegahan
penularan ibu ke
anak dengan
program
PMTCT/PPIA
Adapun cara
243
pengobatannya
dengan terapi
ARV secara
teratur.
Adapula
informan yang
menyatakan cara
lain dari
pengobatan
dapat dilakukan
dengan
menggunakan
obat herbal dan
pengobatan
alternatif bagi
yang takut
dengan efek
samping dari
ARV
244
6. AGAMA - Terjadi - Terjadi - Terjadi - Terjadi - Terjadi Semua informan
perubahan perubahan perubahan perubahan perubahan berubah menjadi
menjadi menjadi lebih menjadi lebih menjadi lebih menjadi lebih semakin lebih
lebih baik baik dalam baik dalam baik dalam baik dalam baik dalam
dalam menerapkan menerapkan menerapkan menerapkan beribadah
menerapkan nilai agama nilai agama nilai agama nilai agama
nilai agama setelah setelah setelah setelah Hal yang
setelah terdiagnosis terdiagnosis terdiagnosis terdiagnosis membuat
terdiagnosis HIV positif HIV positif HIV positif HIV positif perubahan
HIV positif - Semakin - Semakin - Semakin - Mencoba terjadi antara
- Merasa sering dan sering sering berdoa untuk lain: merasa
bahwa rajin untuk mengingat ketika sedih berpuasa penyakitnya
penyakit berdoa Allah untuk adalah bentuk
yang meredam ujian, untuk
sekarang depresi awal menghilangkan
dideritanya mengetahui rasa sedih, dan
adalah terinfeksi untuk meredam
bentuk ujian HIV positif depresi
7. GEJALA Diajak untuk Setelah informan Komentar Setelah suami Saat hamil Sebagian besar
245
AWAL ikut VCT dan melahirkan, tetangga tentang pertama mengalami diare informan
DICURIGAI penyuluhan kondisi dari anak gejala penyakit meninggal dan yang tidak mengetahui
HIV/AIDS tentang informan yang tidak didiagnosis sembuh- kemungkinan
HIV/AIDS di mengalami sakit kunjung pulih terinfeksi HIV sembuh. mengalami
kegiatan RW paru- paru dan yang terlihat positif, informan HIV/AIDS
hydrocephalus. pada anak jadi sering sakit Dokter curiga karena dirinya
Dokter informan dan sulit untuk disarankan dan anggota
mengalami pulih untuk keluarganya
kecurigaan melakukan tes menderita sakit
karena kondisi Anak informan HIV di yang sulit
anak informan mengalami sakit laboratorium. sembuh
yang sulit pulih. paru- paru yang
Akhirnya sulit untuk Adapula
dilakukan pulih. informan yang
diagnositik dan memenuhi
ternyata positif ajakan untuk
HIV melakukan VCT
246
MATRIKS WAWANCARA DENGAN INFORMAN MENURUT TEMPAT
247
HIV positif pada
dirinya.
Alasan lebih Takut status Takut diketahui Tidak ingin Berobatnya Sudah merasa Sebagian besar
memilih berobat HIVnya orang- orang status HIV nya pindah- pindah, nyaman khawatir jika status
di kramat jati? diketahui orang- disekitar tempat diketahui orang- Puskesmas dengan HIV nya diketahui
orang disekitar tinggalnya, orang sekitar Kramat Jati petugas oleh orang- orang
tempat karena tempat tempat berobat kesehatan di yang berada di daerah
tinggalnya, puskesmas tinggalnya terakhir dan puskesmas tempat tinggalnya
yang nantinya terdekat belum pindah- Kramat Jati
akan berdampak kebanyakan pindah berobat Ada informan yang
pada kehilangan didatangi oleh lagi sudah merasa nyaman
pelanggan tetangga- dengan petugas
tetangganya kesehatannya
Adapula yang
memang terbiasa
untuk pindah- pandah
tempat berobat.
248
MATRIKS WAWANCARA DENGAN INFORMAN MENURUT WAKTU
249
c. Transkrip Wawancara
250
pendidikan nerusisnnya lagi.” aku pernah kena udah males deh sama
? virus tokso, ini yang namanya
setelah aku kena sekolah lagi.”
HIV…”
STATUS Status “Baru sekali ini “Menikah, ini “Janda. Suami “Belum cerai “Status pernikahan
PERNIKAHAN Pernikahan menikah, dari pernikahan sudah meninggal secara resmi sekarang sudah tidak
Sekarang? tahun 2006 pertama saya” karena HIV ” dengan suami menikah. Terakhir
sampai terakhir, cuma menikah suami saya
sekarang.” omongan talak meninggal karena
dari suami, trus HIV/AIDS”
juga suami saya
yang terakhir
itu.. kita pas
nikahnya, nikah
siri.”
Jumlah dan “9 tahun.” “Tahun 2011 saya “Aku nikah dari “….Suami “Pernah menikah
Lama nikah, berarti udah 2002- 2006, pertama 7 tahu tahun 2003 sampai
Tahun mau 4 tahun sekitar 4 tahun. cerai karena tahun 2008,
Menikah? pernikahannya. bercerainya suami pernikahan kami
Saya sama suami karena suami aku meninggal, sekitar 5 tahun. Di
gak pake pacar- meninggal suami ke-2 kita tahun 2008 saya
pacaran mbak, dunia….” cuma bertahan bercerai dengan
saya baru kenal, di 4 tahun padahal suami karena saat itu
kenalin sodara, trus “…sebelum dia tau status suami meninggal
dia serius mau menikah itu aku HIV saya dia dunia.”
nikahin saya, udah sering nerima saya apa
yaudah deh kita ngelakuin seks, adanya
nikah.” jadi pas nikah walaupun saya
posisinya aku itu ODHA dan
sudah hamil di dia bukan…”
luar nikah.”
251
“….suami ke-3
Cuma beberapa
bulan aja trus
langsuns saya
tinggalin,
karena ternyata
dia udah punya
istri dan saat itu
lagi hamil tua,
saya pun saat
itu ternyata lagi
hamil juga.
Suami ketiga
saya tau kalo
saya HIV, kalo
dia sendiri saya
kurang tau deh
HIV atau nggak,
tapi kayaknya
nggak, karena
gak minum
ARV.”
Usia Saat “Waktu itu saya “Umur 33 tahun.” “Aku nikah umur “Pertama kali “Usia saat saya
Menikah? umur 21tahun.” 23” menikah umur menikah itu 27
22 tahun.” tahun.”
Usia “Suami saya 22 “suami saya juga “pasangan ku 20 “suami saya “Usia suami saat
Pasangan tahun. Beda 1 sama 33 tahun, kita tahun” umur 20 menikah 26 tahun.”
Saat tahun kita.” sepantaran.” tahun…”
Menikah?
Status “Suami sah “Pasangan saya “Pasangan yang “Pasangan yang “Belum ada
Pasangan saya.” yang sekarang, yaa sekarang? Kalo sekarang pacar, pengganti mendiang
252
Sekarang? masih suami saya.” yang sekarang calon suami suami saya sampai
pacar, tapi dia umur 19 tahun detik ini….”
belom saya kasih tinggalnya di
tau kalo saya garut. Dia
HIV….” negative HIV,
saya belum
ngasih tau
status saya ke
dia…..”
Jumlah “2 orang, “Ada 2 orang. “Anak aku ada 2. “3 anak “Anakku ada
Anak? sepasang cowok Laki- laki semua” Anak pertama perempuan, 3perempuan semua.
dan cewek.” cewek terus anak dari suami Anak kedua sama
keduanya laki- pertama 2 orang ketiga kembar.”
laki.“ dari suami ke-3
1 orang.”
Usia Anak? “Yang cowok “Anak pertama “Anak pertamaku “Satu sekarang “Usia anak pertama
kelas 2 SD umur umur 3 tahun, yang yang cewek udah SMA sekitar eee berapa ya? Dia
7 mau naik 8 kedua umur 1 meninggal, anak umur 16 tahun, kelahiran tahun
tahun, yang tahun.” kedua sekarang 8 satunya SD 2003, usia 3 tahun
cewek umur 19 tahun.” kelas 6 umur 12 meninggal karena
bulan.” tahun, satunya HIV, itu tahun 2006.
lagi baru lahir Kalo si kembar
th.2012 secara sekarang usia 9
sesar.” tahun.”
Kondisi “Anak pertama “Anak pertama “Anak pertamaku “Alhamdulillah “Anak pertamaku
Kesehatan saya gak negative HIV, tapi yang cewek, lahir tiga- tiganya positif HIV ,itu juga
Anak? kenapa- kenapa, anak yang kedua tahun 2002, gak ada yang taunya setelah saya
Alhamdulillah. dari lahir udah kasian dia, ketularan HIV”. tes HIV dan hasilnya
Justru anak sakit dan ternyata kerjaannya HIV Positif. Kalo
kedua saya yang HIV Positif.” buang- buang aer anak kedua dan
kena HIV juga, mulu, tadinya gak ketiga yang kembar,
253
mungkin karena ketauan puji tuhan negative
sempet saya penyakitnya apa. HIV, padahal pas
kasih ASI….” Kata dokter diare hamil mereka, saya
akut. Akhirnya ketauan HIV
meninggal di usia Positif.”
8 bulan. Dan
ketauan lah
penyakitnya
kemungkinan itu
HIV , itu juga
setelah anak
kedua aku
ketauan kena
HIV.”
“…..Saat itu
kondisi anak
keduaku udah
sering banget
diare, batuk
pileknya juga
terus- terusan,
bolak- balik
berobat tetep gak
berenti –
berenti…”
SOSIAL Jenis “Sebelum saya “…. Dulu saya “Sebelum tau “….Kerja di “Aktif di Gereja jadi
EKONOMI Pekerjaan nikah sama buruh pabrik, tapi kalo aku HIV? Bank bagian pengngurus gereja.”
sebelum suami, saya itu dulu sebelum Aku kerja jadi pembukukan
menikah? kerja di toko kue nikah…” SPG di pasar ituu gak lama
, 6 tahun saya baru. sih Cuma 7
254
kerja disana” bulan, terus
saya pindah
sebagai SPG
terus sekitar 1
tahun pindah
lagi saya
sebagai kasir di
California fried
chicken itu
paling lama ada
sekitar 4 tahun.
setelah itu saya
menikah dan
tidak
melanjutkan
bekerja.”
Jenis “kata suami, “gak dapet izin “abis nikah, “Setelah “ cuma ibu rumah
pekerjaan udah biarin suami buat kerja” masih jadi SPG, menikah dengan tangga biasa,karna
setelah saya aja yang sebentaran doang yang pertama, waktu itu suami juga
menikah? kerja. Kamu tapi soalnya disitu saya ibu rumah gak ngizinin saya
urus pekerjaan udah mulai sakit- tangga, karena buat kerja.”
rumah aja” sakitan. Setelah gak dikasih
itu diem aja untuk kerja..
dirumah jadi ibu sama yangkedua
rumah tangga, saya juga ibu
gak dibolehin rumah tangga
kerja lagi” aja, kata suami
takut saya
kecapean,
soalnya
suamikan tau
255
kondisi saya..
sama yang
ketiga saya
udah jadi
pelayan bar
plus, plus ..
hehe”
“Kenapa saya
mau kerja di
tempat
begituan?
Karna waktu
itu, saya
ngerasa saya
dapet penyakit
ini juga gara-
gara ketularan
orang, jadi
sekalian aja
saya nularin
juga ke orang
lain Udah gitu
kan ya dari pas
nikah sama
suami kedua kan
gak bisa punya
anak,, yaudah
jadi semakin
berani
saya.Saya jadi
256
gak takut hamil
kalaupun
pelanggan saya
ada yang gak
pake kondom.
Kadang kalo
lagi ada yang
ngeselin, udah
aja saya ladenin
gak pake
kondom, biarin
aja biar
ketularan juga.
Tapi sekarang
saya udah
sadar, kalo
semua udah
rencana Tuhan,
saya gak boleh
mendzolimi
orang lain…”
Jenis “Kalo sekarang- “Ibu rumah tangga “Aku ibu rumah “…..Jualan. “Ibu Rumah Tangga.
Pekerjaan sekarang ini aja, yang ngandelin tangga biasa yang Saya jualan nasi Bisa di bilang saya
sekarang? mah saya gak pendapatan nya nyoba buat uduk bareng ibu aktivis HIV juga.”
kerja, Cuma jadi suami. Suami saya usahabikin saya di
ibu rumah kerjanya jadi berbagai macam manggarai,
tangga aja di marketing di aksesoris, kayak terus juga
rumah, sama perusahaan macem bros, jualan tas- tas
palingan bikinin swasta….” kalung, gelang, tapi sistemnya
kue pesenan cincin. Ada yang pesen trus
orang…..” pake manik- dikumpulin
257
manik, ada juga dulu, baru saya
yang pake benang jalan buat beliin
wol, pake kain barangnya ke
perca, sama tanah abang.”
flannel juga ada. “…. Saya suka
Dan justru yang di panggil ke
banyak gereja buat
distributorin cerita
usaha aksesoris pengalaman
aku juga kan saya disana,
temen- temen dari saya juga suka
LSM. Orang di nulis kan yah,
sekitar rumah nah hasil tulisan
kayaknya gak ada saya suka di beli
yang tau kalo aku. sama pihak
usaha aksesoris”, gereja. Padahal
soalnya aku saya saya,
jarang keluar muslim loh, tapi
rumah” justru saya
belum pernah
diundang ke
masjid… oiya,
saya juga sering
ikutan acaranya
orang – orang
LSM atau
komunitas HIV.
258
penghasilan penghasilan suami saya 900ribu lah dari usaha ku nyimpen buat saya bisa dapet
dalam sendiri mah sebulan….” ini, dalam tabungan atau pemasukkan 1
sebulan? palingan 1 kue sebulan 1- 2juta buat makan, sampai 2 juta itu
Cuma untung bisa aku buat biaya dari hasil aktiv di
20-40ribu aja kantongin.” hidup sehari- Gereja, di LSM.”
per toplesnya. hari, buat biaya
Sekitar 100rb- 1 sekolah anak
juta sebulannya. 100.000 sehari,
Kalo suami saya yaa antara 1
gajinya 2 juta sampe
juta….” sebulannya bisa
nyampe 3 juta.”
Keinginan “Pastinya ada “…..Pengen punya “Pengen kerja di “Pasti adalah “Ada, tapi saya
untuk lah mbak, gak kerjaan yang bisa tempat lain, tapi keinginan buat sadar diri aja mbak,
mendapatk cukup kalo nambahin yang mengerti dapet pekerjaan usianya udah tua gak
an ngandelin penghasilan, tapi dengan keadaan yang lebih baik. bisa juga ngelamar
pekerjaan pendapatan suami gak ngizinin. kita yang seperti Untuk sekarang kerja dimana-
yang lebih yang Saya juga bingung ini kan hanya ini yaa di mana.”
baik? sekarang….” masih punya anak temen- temen syukuri aja
kecil, gak ada yang sesama ODHA, dengan yang
ngurusin. Suami kalo kita sakit gak sudah Tuhan
saya juga sakit- perlu izin sampe kasih ke saya.”
sakitan mulu ngemis- ngemis,
sekarang, udah gak gak usah pake
bisa nyari kerja ngasih alesan
tambahan, lebih panjang lebar,
banyak istirahatnya bos kan udah tau
kalo sekarang- dan udah ngerti.
sekarang ini.…” Coba kalo kerja
di perusahaan
lain, pasti bos
259
bakalan ngomel.”
Keaktifan “Sebelum saya “…. Dulu saya “Sebelum tau “….Kerja di “Aktif di Gereja dan
sebelum nikah sama buruh pabrik, tapi kalo aku HIV? Bank bagian cuma ibu rumah
diketahui suami, saya itu dulu sebelum Aku kerja jadi pembukukan tangga biasa,karna
positif kerja di toko kue nikah. Abis nikah SPG di pasar ituu gak lama waktu itu suami juga
terinfeksi , 6 tahun saya saya gak di bolehin baru. Aku sih Cuma 7 gak ngizinin saya
HIV kerja disana. kerja lagi sama dirumah juga kalo bulan, terus buat kerja.”
Setelah menikah suami, jadi ibu udah pulang, saya pindah
saya lebih rumah tangga terus langsung sebagai SPG
banyak di aja.yang gaulnya tidur karena terus sekitar 1
rumah, palingan yaa sama ibu- ibu capek. Makannya tahun pindah
jadi aktiv ikut rumah tangga aku di rumah gak lagi saya
pengajian aja di lainnya di sekitar ikutan apa- apa sebagai kasir di
masjid deket rumah. Di sekitar dan gak bergaul California fried
rumah.” rumah juga masih juga sama orang- chicken itu
pada keluarga orang di sekitar paling lama ada
semua” lingkungan sekitar 4 tahun.
rumah. Emang setelah itu saya
dari dulu tuh aku menikah dan
begitu, dirumah tidak
aku diem aja, jadi melanjutkan
anak rumahan.” bekerja”
Keaktifan “Saya masih “Tadinya sering “Dari dulu aku ”…..Pas masih “Paling saya
setelah aktif Pengajian, ngobrol bareng mah emang gak sama suami, aktivnya di gereja
diketahui masih sering tetangga, deket sama pindah- pindah deket rumah Mbak,
positif ngobrol sama ngerumpi- tetangga, acara- tinggalnya…..” emang dari sebelum
terinfeksi tetangga, kalo ngerumpi lah, acara di sekitar “…. Saya suka ketauan HIV Positif
HIV sayanya gak namanya juga ibu- rumah juga aku di panggil ke saya udah aktiv sama
ngobrol susah ibu, hehe. Ikutan gak pernah tau, gereja buat kegiatan- kegiatan
saya dapet acara di sekitar karna kan aku cerita gereja, mulai dari
260
orderan buat rumah juga sering, emang jarang di pengalaman saya remaja. Sampe
kue. Ini juga sekarang jadi rumah, kerja saya disana, sekarang saya juga
masih saya males mau ikutan. mulu, sampe saya juga suka masih aktiv di
rahasiain kalo Takut kalo tetangga rumah malem, nulis kan yah, gereja... sering
saya kena HIV. pada tau kalo saya udah tepar. nah hasil tulisan banget diminta buat
Ngeri pelanggan HIV. Masih belom Sekarang pun saya suka di beli jadi pembicara untuk
pada kabur siap saya” sama, gak aktiv di sama pihak sekedar sharing
Mbak, kan sekitar rumah. gereja. Padahal mengenai HIV.. Puji
lumayan Yang banyak saya muslim loh, Tuhan orang- orang
pemasukkan kue distributorin tapi justru saya disekitar saya gak
saya walaupun usaha aksesoris belum pernah ada yang
cuma dikit aku juga kan diundang ke mendeskriminasi
juga.” temen- temen dari masjid….. oiya, saya, justru mereka
LSM.” saya juga sering banyak yang seneng
ikutan acaranya dengerin cerita saya,
orang – orang inspiratif katanya….
LSM atau “
komunitas “…. Dan sering di
HIV.” ajak juga sama
temen- temen LSM
buat ikutan acara-
acaranya”
RIWAYAT Riwayat “gak pernah “Keluarga gak ada “suami ku yang “keluarga lain “Setau saya
HIV/AIDS PADA keluarga ada mbak. yang pernah awalnya kena selain suami? sebelumnya tidak
KELUARGA yang bapak saya ngalamin kayak HIV mah. Gak ada mbak. pernah ada keluarga
terinfeksi lumayan dikenal gini, baru saya aja Keluarga ku mah emang Cuma saya yang sakit
HIV? di sekitaran ini. Suami saya mana ada yang dia yang nularin kayak saya ini, baru
rumah, soalnya duluan tapi.” pernah kena ke saya.” saya ini yang
pengurus masjid penyakit kayak ketularan sakit kayak
gitu. Ibu saya beginian.” gini, terularnya
juga gak bukan melalui sikap
261
mungkin, adek saya yang bandel
saya juga atau gimana-
orangnya gak gimana, tapi justru
macem- macem. karena ketularan
Emang Cuma suami”.
suami saya..
yakin deh saya
HIV ini
ketularannya
dari dia.”
Pola asuh “dikeluarga “bagus kok orang “aku punya 3 “Yaaa namanya “Keluarga saya
dalam saya di didiknya tua saya kakak sama 2 juga kan anak keagamaannya bisa
keluarga ? lebih ke ngedidiknya, adek, mungkin muda yaa masih dibilang cukup
nanemin nilai didikannya tegas, karna anaknya labil- labilnya, tinggi, saya juga dari
islam, kayak perhatian juga ibu ku banyak kali diajak temen kecil udah diajarin
sholat lima sama anak- ya, jadinya yaaa nyoba- nyoba untuk mengenal
waktu itu wajib anaknya. Nilai gitu mbak, gak ini itu yaa mau Tuhan dan harus
tuh, kalo gak agama juga udah terlalu aja.. apa lagi bisa banyak berbagi
habis kita kena ditanem dari kita diperhatiin. orang tua saya, manfaat untuk umat
sabetan rotan pada masih kecil. Dirumah kan aku bokap udah Tuhan lainnya….”
atau gesper. Sebelum makan gak dapet meninggal dari
Trus ngaji juga berdo‟a, di ajak ke perhatian dan saya SD, kalo
harus baca sekolah kasih sayang, nyokap yaa tiap
qur‟an tiap minggu.trus juga yaaa dengan hari sibuk kerja,
habis maghrib.” kita disekolahin punya pacar aku kerja, dan kerja.
disekolah Kristen.” bisa dapetin hal Tipikal nyokap
itu.” juga yang cuek
bebek gitu,
terserah anak-
anaknya deh
mau ngelakuin
262
apa aja yang
jalanin kan kita
sendiri, yang
nanggung resiko
juga yaaa kita
sendiri”.
“pernah, waktu
SMK dulu,
nyoba narkoba,
putaw, heroin,
ganja dan itu
pake jarum
suntikan yang
gak tau juga deh
itu steril apa
enggak.nggak
ngerti juga saat
itu saya sudah
kena HIV apa
belom…”
PENGETAHUAN Singkatan “Gak tau saya, “HIV, hmm, H nya “Human “Human “Human
HIV/AIDS HIV? dan gak pernah apa yaa saya lupa Deficiency Virus Deficiency ImmunoDeficiensi
juga saya pokoknya huruf I deh kalo gak Virus” Virus”
mencari tau….” nya itu Imun, huruf salah”
V nya Virus.”
HIV “Kuman, “Virus yang “Eee, ituu jenis “Virus” “Virus.”
merupakan semacem menggerogoti Virus”
jenis apa? kuman, eh kekebalan tubuh
(virus, kotoran.yang kita.”
bakteri, terus bakal
parasit, nempel di tubuh
263
jamur, orang yang
dsb?) menderita
penyakit ini.….”
Cara “Gak tau” “Penularannya “hmm, “Penularannya “Bisa lewat darah,
penularan bisa lewat narkoba penularannya bertingkat, dari jarum suntik, seks
HIV suntik, bisa lewat melalui hubungan mulai darah, eee bebas, transfusi
melalui apa hubungan seks seks yang tidak sex bebas, terus darah, dari ibu
saja? sama orang yang aman, jarum eee jarum suntik menular ke anaknya
HIV, transfusi suntik, dari ibu yang tidak steril, juga bisa nularin
darah dari orang yang HIV ke dari ibu ke HIV lewat persalinan
yang HI, dari ASI anaknya, terus bayi” sama ASI.”
juga bisa.” transfusi darah,
hmm.. udah itu
aja.”
Cara “Pake kondom “Jangan narkoba, “Yaaa.. dengan “Pencegahanny “Cara
Pencegahan kalo jangan setia sama a selama ini pencegahannya
HIV? berhubungan berhubungan seks pasangan, tidak dengan setia sama
seksual dan gak sembarangan, kalo hubungan seks menggunakan pasangan, kalo
pake narkoba. punya anak bayi yang tidsk aman jarum suntik emang punya
Terus periksa ke tapi ibunya positif dengan yang tidak perilaku buruk kayak
dokter supaya HIV jangan kasih menggunakan steril,terus eee gonta- ganti
tau kena HIV ASI, trus kalo mau kondom, hindari transfusi pasangan pake
apa enggak.” nerima transfusi pokoknya darah, terus kondom juga, gak
darah harus lebih pencegahannya ehmm.. hindari pake narkoba,
hati- hati lagi.” pake ABCDE seks bebas periaku nya harus
deh.. A nya tanpa sehat supaya
abstinent ituh menggunakan terhindar dari HIV.”
maksudnya gak pengaman,
ngelakuin seks teruus yang dari
bebas, B nya Be ibu ke anak ituu
faithful ituu eee apa tuh
264
maksudnya musti namanya,
setia sama pencegahan gitu
pasangan, C nya deh, oh iya
pake kondom, D PMTCT.”
nya Drugs di
jauhin jangan di
pake, E nya apa
yah lupa.. oiya
edukasi tentang
HIV. Udah deh
pencegahaannya
pake ABCDE
ajah.”
Cara “Kalo “Rutin minum “Pengobatan “Pengobatanny “Yaaa, harus di
Pengobatan pengobatannya, ARV.” sekarang? Kita a ituu ada ubah perilaku
HIV? pake obat- terapi melalui obatnya itu buruknya pake pola
obatan terapi ARV. Tapi banyak namanya ARV hidup yang sehat.
HIV, namanya tuh ibu- ibu, (anti retroviral Minum ARV juga
apa yaa? Saya temenku, dia virus)…” secara teratur.”
lupa. ARV kalo make terapinya
gak salah pake alternatif
namanya gitu soalnya takut
Pokoknya di sama efek
minumnya harus sampingnya
teratur…. saya ARV.”
juga pernah
baca sih ada
pengobatan
herbal gitu yang
bisa juga buat
ngobatin
265
HIV…..”
AGAMA Jenis “Saya islam” “Protestan mbak, “Aku islam “di KTP sih “Agamanya kristen
Agama Kristen Prostestan” mbak” saya islam, tapi saya mbak”
yang saya yaaa gitu
dianut? deh, kalo lagi
mau aja saya
sholat, sama
kalo lagi inget.
Hehe”
Bagaimana “Sholatlah, dari “pastilah mbak” “waktu sebelum “pasti itu mah “Ada sih di agama
ketaatan dulu saya selalu nikah rajin, mbak, orang kami puasa, beda
dalam mengusahakan disuruh terus atheis aja cara berpuasanya
beribadah supaya gak soalnya sama ibu, berdoa masa dengan islam, tapi
sebelum bolong sholat 5 kalo setelah nikah kita enggak. saya jarang puasa,
terdeteksi waktunya” bolong- bolong, Hehe” gak wajib juga
HIV? lebih banyak soalnya”
nggaknya.”
Bagaimana “setelah “semakin sering, “setelah tau HIV “Semakin sering “pas awal kedeteksi
ketaatan tedeteksi HIV, semakin rajin awal- awalnya inget sama HIV, saya beberapa
dalam tetep sholat, berdoa ” rajin sholat, Tuhan apalagi kali nyoba buat
beribadah semakin saya ngadu sama kalo lagi sedih puasa, sebulan
setelah usahain supaya Allah, kenapa aku mikirin nasib, berturut- turut
terdeteksi abis adzan bisa ketularan yaudah lah mungkin ada,
HIV? langsung sholat. HIV? tapi berdoa aja” maksudnya supaya
Karena mungkin kesininya , tau nih saya gak terlalu
aja penyakit ini belum rajin lagi . depresi saat itu, dan
sebenernya hehe.” memang sengaja
ujian buat saya” juga pengen diet.
hehe”
GEJALA AWAL Sebab “….Awalnya “….anak saya yang “….Awal “Awalnya “Awalnya saya gak
DICURIGAI Awal di saya sempet kedua ini lahirnya mulanya waktu itu karena suami tau, tapi waktu hamil
266
HIV/AIDS Ketahuinya takut juga buat sesar….” tuh ada tetangga , pertama saya diare gak
HIV ikut tes- tes “…. tapi kondisi dia kan gay, terus meninggal terus berhenti- berhenti.
Positif? kayak gitu, ngeri anak kedua saya dia ngeliat anak kata dokter Bolak- balik
kalo sampe saya terlahir dengan aku, katanya suami ku kena Puskesmas, dan
ternyata kena paru- paru yang “mbak maaf yah, HIV. Ituu tahun disitu dokter
HIV gimana? gak ngembang, trus jangan 2003. Banyak Puskesmas curiga
Akhirnya saya hidrocefalus juga, tersinggung, yang nyuruh aku sama saya. Saya di
di rumah aja jadi pas lahir kayaknya anak buat VCT, tapi saranin buat tes HIV.
tuh, gak dateng langsung masuk mbak kena HIV, akunya belum Karena saya juga
ke acara di RW incubator, di rawat soalnya dari ciri- siap tau kondisi penasaran, pergi lah
saya. Otomatis sampe 3 minggu di cirinya kesehatan aku saya ke
saya gak ikutan Rumah Sakit, ketauan…..” saat itu, karena Laboratorium. Udah
Penyuluhan dan sembuh, tapi “….Kondisi saya masih terpukul deh, disitu saya
Tes HIVnya. sembuh Cuma saat itu baru banget sama ketauan kalo saya
Tapi gak lama, paru- parunya lahiran terus juga kematiannya penderita HIV
ibu RW sama doang yang bisa rambutnya udah suami pertama Positif.”
kader- kader napas normal. 2 rontok banyak, ku.
puskesmas yang minggu setelah hampir botak, Setelah suamiku
lainnya dateng pulang ke rumah, kepalakku juga meninggal,
ke rumah saya, kambuh lagi, di udah sering karena mungkin
di samper saya rawat lagi 3 banget pusing, akunya juga
buat ikutan minggu di Rumah waktu itu tapi sedih di tinggal
periksa HIV, Sakit Cipto…” masih jadi SPG di suami, aku jadi
katanya tinggal “….terakhir nya pasar baru, sakit- sakitan,
saya yang belum dokternya tes HIV sering pingsan bolak balik ke
di tes di RW ini, ke anak saya, gitu, tapi gak tau puskesmas buat
di bujuk- bujuk ternyata positif sakitnya apa….” berobat, tapi
deh pokoknya HIV. Dari situ saya “…Taunya dari sakitnya gak
biar saya ikutan sama suami orang Puskesmas sembuh-
tes HIV. Dari dikenalin sama yang ngasih tau sembuh. Anakku
situ Saya tiba- dokternya ke dokter kalo hasil tes aku yang kedua juga
267
tiba aja muncul Puskesmas yang positif HIV. Jadi sakit paru-
firasat buruk, ngurusin HIV ceritanya aku kan paru.”
kenapa ini ya disana saya sama abis diajak
orang- orang suami di tes HIV, tetangga ke LSM
pada ngajakin hasilnya sama, Tegak Tegar , di
saya buat ikutan positf semuanya.” Tegak Tegar aku
tes?. di suruh periksa
Tapi yaudah darah ke
deh setelah saya puskesmas, udah
pikir- pikir ini deh pas ketauan
kan juga demi positif, aku
kebaikan langsung di rujuk
saya,dan ke RS Cipto. “
kayaknya gak
mungkin juga
saya kena HIV,
orang saya
perempuan
baik- baik kan.
akhirnya saya
mau buat di tes
HIV.”
268
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN INFORMAN MENURUT TEMPAT
269
terdekat dari kabur mbak, semua, Takut kalo dikenal pas di sebenernya aku ngobrolnya, gak
tempat tinggal? pelanggan saya tetangga pada tau Puskesmas, berobatnya nganggep kita
kebanyakkan kalo saya HIV. makannya pindah- pindah.. sebagai pasien,
tetangga- Masih belom siap lumayan banget hehe. nganggep kita kayak
tetangga saya, saya.” aku tuh kalo Tapi yang di temen gitu mbak,
kan lumayan berobat, jaraknya Kramat Jati ini asik- asik deh
pemasukkan kue Mampang ke udah lumayan pokoknya.”
saya walaupun Kramat Jati.” lama gak
cuma dikit pindah- pindah
juga.” lagi.”
270
hasilnya
positif….”
Usia pertama Usia saat Usia saat Usia saat Usia saat Usia saat wawancara
kali terdiagnosis wawancara 30 wawancara 37 wawancara 38 wawancara 38 39 tahun, sehingga
HIV? tahun, sehingga tahun, sehingga tahun, sehingga tahun, sehingga perkiraan usia saat
(terhitung dari perkiraan usia perkiraan usia saat perkiraan usia perkiraan usia pertamakali
usia saat di saat pertamakali pertamakali saat pertamakali saat pertamakali terdiagnosis HIV
wawancara di terdiagnosis terdiagnosis HIV terdiagnosis HIV terdiagnosis adalah 30 tahun
tahun 2015 HIV adalah 29 adalah 36 tahun adalah 30 tahun HIV adalah 27
dikurangi tahun tahun
dengan waktu
pertamakali
terdiagnosis)
271