DISUSUN OLEH
SHAFIRA RAHMATINI
NIM P0 5170017076
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Terapan Promosi Kesehatan (S.Tr.Kes)
OLEH:
SHAFIRA RAHMATINI
NIM: P05170017076
i
ii
iii
ABSTRAK
Upaya pencegahan pada tingkat remaja sangat penting dilakukan. Masa remaja
merupakan periode yang rawan ketika keputusan-keputusan untuk mempraktikkan perilaku
seksual berisiko dan berpotensi menyebabkan penularan HIV dan AIDS dan penyakit menular
seksual lainnya sangat mungkin terjadi. Remaja yang memiliki pengetahuan yang kurang
akan memiliki perilaku seksual tak wajar tentu meningkatkan penularan HIV dan AIDS.
Tujuan penelitian ini adalah diketahui pengaruh penggunaan media sosial Instagram terhadap
pengetahuan remaja tentang HIV dan AIDS di SMAN 10 Kota Bengkulu.
Penelitian ini menggunakan metode Pre Eksperimental dengan perencanaan One Grup
Pre test dan Post test design yaitu melakukan satu kali pengukuran didepan (pre test) sebelum
adanya perlakuan (treatment) dan setelah itu dilakukan pengukuran lagi (post test) dengan
mendistribusikan pertanyaan dalam kuesioner tentang HIV dan AIDS. Sampel berjumlah 85
orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling. Dianalisis
melalui uji normalitas kolmogorof smirnof dilanjutkan dengan uji wilcoxon.
Hasil distribusi frekuensi pengetahuan dari 85 responden terjadi peningkatan
pengetahuan sebelum intervensi yaitu 7,82 dan sesudah intervensi yaitu 12,72. Hasil
penelitian dengan menggunakan uji wilcoxon diperoleh nilai p value = 0.000 < 0.05 yang
berarti ada pengaruh pengaruh pengaruh penggunaan media sosial Instagram terhadap
pengetahuan remaja tentang HIV dan AIDS di SMAN 10 Kota Bengkulu. Diharapkan akun
media Instagram dalam penelitian ini dapat dijadikan media alternatif sumber informasi
tentang HIV dan AIDS dalam rangka pencegahan HIV dan AIDS pada siswa siswi.
iv
ABSTRACT
Prevention efforts at the youth level are very important. Adolescence is a vulnerable
period when decisions to practice risky sexual behavior and potentially cause the transmission
of HIV and AIDS and other sexually transmitted diseases are likely to occur. Adolescents
who have less knowledge will have inappropriate sexual behavior, of course, increasing the
transmission of HIV and AIDS. The purpose of this study was to determine the effect of using
social media Instagram on adolescent knowledge about HIV and AIDS at SMAN 10
Bengkulu City.
This study uses the Pre-Experimental method with One Group Pre-test and Post-test
design planning, which is to carry out one measurement in front (pre-test) before treatment
(treatment) and after that another measurement (post-test) is carried out by distributing
questions in a questionnaire about HIV and AIDS. The sample amounted to 85 people.
Sampling using stratified random sampling technique. Analyzed through the Kolmogorof
Smirnof normality test followed by the Wilcoxon test.
The results of the knowledge frequency distribution of 85 respondents there was an
increase in knowledge before the intervention, namely 7.82 and after the intervention, namely
12.72. The results of the study using the Wilcoxon test obtained p value = 0.000 <0.05, which
means that there is an influence of the influence of the use of Instagram social media on
adolescent knowledge about HIV and AIDS in SMAN 10 Bengkulu City. It is hoped that the
Instagram media account in this study can be used as an alternative media source of
information about HIV and AIDS in the context of preventing HIV and AIDS among
students.
v
BIODATA PENULIS
Email : shafirarahmatini@gmail.com
Nama Orang Tua : 1. Ayah : Irawan Usman
2. Ibu : Suryani
Nama Saudara : Sandrina Balqis
vi
MOTTO
“Kesabaran itu ada dua macam : sabar atas sesuatu yang tidak kau ingin
dan sabar menahan diri dari sesuatu yang kau ingini.”
“Ketika keadaan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, ingatlah
bahwa Allah mengetahui apa yang kita butuhkan.”
vii
PERSEMBAHAN
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-
Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta
memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau
berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselasaikan. Shalawat dan
salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan
kusayangi.
Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga Fira
persembahkan karya kecil ini kepada Papa (Irawan Usman) dan Mama (Suryani)
yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, doa yang tak pernah henti,
dan selalu bersedia mendengarkan keluh kesah Fira. Terimakasih atas cinta kasih
yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat Fira balas hanya dengan selembar
kertas yang bertuliskan kata cinta dalam kata persembahan. Semoga ini menjadi
langkah awal untuk membuat Papa dan Mama bahagia karna Fira sadar, selama ini
belum bisa berbuat yang lebih.
Sebagai tanda terima kasih, aku persembahkan karya kecil ini untuk Adikku
(Sandrina Balqis dan Yolanda Putri P.), Mamacak (Erma Zuraida), Bapak (Kusmadi)
dan Kakakku (Aldi Kusuma). Terima kasih telah memberikan semangat dan
inspirasi dalam menyelesaikan Skripsi ini. Semoga doa dan semua hal yang terbaik
yang engkau berikan menjadikan ayuk orang yang baik pula.. Terima kasih…
viii
Dosen Pembimbing Skripsi
Bapak Dino Sumaryono, SKM,MPH, bunda Sri Sumiati AB,S.Pd.,M.Kes, bunda Reka
Lagora Marsofely, SST, M.Kes, bunda Wisuda Andeka M,SST,M.Kes selaku dosen
pembimbing dan penguji skripsi saya, terimakasih bapak dan bunda atas ilmu yang
telah diberikan, motivasi, bantuan, dukungan, serta kesabaran dalam membimbing
saya selama ini. Semoga bunda mendapatkan balasan yang setimpal, selalu
diberikan kebaikan dalam segala hal baik apapun Aamiin. Terimakasih kepada
Bunda Ismiati, SKM., M.Kes sebagai Pembimbing Akademik yang telah banyak
membantu pada masa perkuliahan. Seluruh dosen dan staf di jurusan promosi
kesehatan, terima kasih banyak untuk semua ilmu, didikan dan pengalaman
yang sangat berarti yang telah kalian berikan kepada kami.
Sahabat – Sahabatku
Teruntuk Penghuni Kostan Keramat, Calon Istri Solehah, Pejuang gaji & wisuda
(Tasya Avitania dan Septa Suci Anggraini), sahabat dari SMP, SMA bahkan kuliah
dan juga teman separantauan yang pernah memberikan motivasi dan nasihat, yang
selalu menemani berkeluh kesah tentang kehidupan setiap hari, aku ucapkan
terimakasih banyak. Teruntuk Umbi Girls (Septa Rahmila, Nur Mahdiyah M.,
Rahma Nuria S., Shofrotun Khoiriyah) teman seperkuliahan, teman ngerjain tugas
sampai malam, teman telat masuk kelas, teman makan geprek dan nasi ibuk,
terimakasih selama kurang lebih 4 tahunnya. Semoga kita sukses dan semangat
selalu.
ix
KATA PENGANTAR
Skripsi ini terselesaikan atas bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak,
pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :
Penulis
x
xi
DAFTAR iiISI
B. Pembahasan ............................................................................................................ 40
C. Keterbatasan Penelitian........................................................................................... 43
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 44
B. Saran ........................................................................................................................ 44
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR BAGAN
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyerang /
menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia,
menyebabkan penyakit HIV dan menjadi AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS) adalah sekelompok gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh
yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes, 2016). Penyakit HIV dan AIDS ini
menjadi pandemik yang mengkhawatirkan masyarakat dunia karena disamping belum
ditemukannya vaksin dan obat untuk mencegah penyakit tersebut. HIV/AIDS memilki
fase asimtomatik (tanpa gejala) yang relative panjang dalam perjalanan penyakitnya. Hal
tersebut menyebabkan pola perkembangannya seperti fenomena gunung es (iceberg
phenomena) (Kemenkes, 2013). Fenomena gunung es menjadikan data yang muncul
dipermukaan hanya sedikit, namun masih ada kasus-kasus yang belum terdata dan
penyakit ini meningkat setiap tahunnya.
Berdasarkan data World Health Organization pada tahun 2017 kasus HIV di dunia
tercatat sebanyak 36,9 juta kasus dan 940.000 orang meninggal karena AIDS. Pada tahun
2018 tercatat sebanyak 37,9 juta kasus dan 3,8 juta diantaranya di wilayah Asia Tenggara,
termasuk Indonesia (WHO, 2019). Secara kumulatif pengidap infeksi HIV menurut data
dari Kemenkes RI Kasus HIV dan AIDS di Indonesia pada tahun 2019 terdata sebanyak
50.282 kasus HIV dan 7.036 kasus AIDS.
Menurut laporan Ditjen P2P pada tahun 2019 di Provinsi Bengkulu terdata
sebanyak 177 kasus HIV dan 69 kasus AIDS. Data dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu
tahun 2018 terdapat 84 kasus HIV 11 orang meninggal akibat AIDS, pada tahun 2019
terdapat 87 kasus HIV dan 18 orang meninggal akibat AIDS. Angka kejadian HIV dan
AIDS tertinggi berdasarkan kelompok umur yaitu usia 21-49 tahun. Fase HIV berlanjut ke
AIDS memerlukan waktu selama 5-10 tahun yang berarti kontak pertama dengan virus
tersebut berdasarkan kelompok umur yaitu usia remaja 12-21 tahun (Husaini, dkk, 2017).
Pada usia dalam tahap usia produktif, yang artinya pada tahap usia ini kebanyakan
melakukan kenakalan remaja salah satunya seks bebas (Pardede, dkk. 2020).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Bengkulu tahun 2020 jumlah
penduduk berusia remaja 15 -19 tahun yaitu 22.312 jiwa dan didapatkan sebaran
penduduk tertinggi terdapat di wilayah kecamatan Selebar yaitu 79.498 jiwa.
1
2
Upaya pencegahan pada tingkat remaja sangat penting dilakukan. Masa remaja
merupakan periode yang rawan ketika keputusan-keputusan untuk mempraktekkan
perilaku seksual berisiko dan berpotensi menyebabkan penularan HIV dan AIDS dan
penyakit menular seksual lainnya sangat mungkin terjadi. Proses pematangan seksual,
perkembangan pada biologis, anatomi dan fisiologi, dan kemampuan reproduksi, yang
menandai transisi dari masa kanak-kanak kemasa remaja terjadi dimasa ini. Remaja yang
memiliki pengetahuan dan sikap yang kurang akan memiliki perilaku seksual tak wajar
tentu meningkatkan penularan HIV dan AIDS (Aisyah, 2020). Hambatan dalam
memerangi HIV dan AIDS adalah tingkat pengetahuan tentang HIV dan AIDS di antara
penduduk usia 15 tahun ke atas masih rendah (UNICEF, 2018). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Rahayu tahun 2017 diantara 15 siswa-siswi di SMAN 1 Rengat, 10
diantaranya mengatakan bahwa 46% remaja memiliki pengetahuan yang kurang tentang
HIV dan AIDS dan prilaku seksual pranikah sebanyak 63% dan tidak paham dengan
bahaya dan resiko, mereka juga tidak tahu bagaimana cara atau sikap yang harus
dilakukan untuk menghindari HIV dan AIDS.
Menurut Suiraoka & Supariasa (2012) metode pendidikan kesehatan dapat
disampaikan melalui metode ceramah, diskusi kelompok, diskusi panel, curah pendapat,
demonstrasi, bola salju, bermain peran dan permainan simulasi, media yang digunakan
yaitu media sosial dan media visual. Salah satu keuntungan diberikannya materi edukasi
melalui media sosial adalah aksesibilitas yang tinggi dalam waktu dan tempat, responden
dapat mengakses berulangkali informasi tersebut kapanpun dan dimanapun ia berada
(Amichai-Hamburger, 2013). Media sosial yang digunakan untuk pendidikan kesehatan
pada penelitian ini adalah aplikasi instagram. Jenis media sosial yang paling banyak
digunakan pada remaja sebagian besar adalah Instagram (38,8%), Whatsapp (35,9%),
serta Facebook (24,1%) (Muntamah dan Ismiryam, 2019).
Survey awal yang dilakukan peneliti didapatkan SMAN 10 Kota Bengkulu
merupakan salah satu sekolah menengah atas yang terdapat di wilayah kecamatan Selebar
kota Bengkulu. Oleh karena itu peneliti memilih SMAN 10 Kota Bengkulu sebagai tempat
penelitian.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui "Pengaruh
Penggunaan Media Sosial Instagram Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS
di SMAN 10 Kota Bengkulu"
3
B. Rumusan Masalah
Masih tingginya kasus HIV dan AIDS di kota Bengkulu dan menurut UNICEF
tingkat pengetahuan tentang HIV dan AIDS diantara penduduk usia 15 tahun ke atas
masih rendah. Sehingga pertanyaan peneliti dari penelitian ini adalah “Apakah Ada
Pengaruh Penggunaan Media Sosial Instagram Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang
HIV/AIDS di SMAN 10 Kota Bengkulu?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah diketahui pengaruh penggunaan
media sosial Instagram terhadap pengetahuan remaja tentang HIV dan AIDS di
SMAN 10 Kota Bengkulu.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui karakteristik anak sekolah menengah atas berupa umur dan jenis
kelamin
b. Diketahui tingkat pengetahuan sebelum diberikan promosi kesehatan
menggunakan media sosial Instagram terhadap pengetahuan remaja tentang HIV
dan AIDS di SMAN 10 Kota Bengkulu
c. Diketahui tingkat pengetahuan setelah diberikan promosi kesehatan
menggunakan media sosial Instagram terhadap pengetahuan remaja tentang HIV
dan AIDS di SMAN 10 Kota Bengkulu
d. Diketahui pengaruh pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan promosi
kesehatan menggunakan media sosial Instagram terhadap pengetahuan remaja
tentang HIV dan AIDS di SMAN 10 Kota Bengkulu
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Institusi
a. Manfaat Bagi Akademik
Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan, literatur dan wawasan
untuk penelitian bagi mahasiswa yang meneliti tentang HIV dan AIDS.
b. Manfaat Bagi SMAN 10 Kota Bengkulu
Penelitian dapat meningkatkan pengetahuan remaja tentang HIV dan
AIDS. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi masukan bagi para guru dalam
menghimbau siswa untuk menjauhi perilaku seksual beresiko dalam mencegah
HIV dan AIDS.
4
E. Keaslian Penelitian
A. HIV
1. Pengertian
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu spektrum penyakit
yang menyerang sel-sel kekebalan tubuh yang meliputi infeksi primer, dengan atau
tanpa sindrom akut, stadium asimtomatik, hingga stadium lanjut. HIV sendiri adalah
virus sitopatik, termasuk dalam famili Retroviridae, dan sel targetnya adalah sel yang
mampu mengekspresikan reseptor spesifik CD4 yang kebanyakan terlibat dalam
sistem imun manusia, sehingga manifestasinya meskipun beragam pada akhirnya hadir
sebagai infeksi sekunder/oportunistik akibat tertekannya sistem imun oleh karena
infeksi virus pada tahap lanjut (Hidayati, 2020). HIV adalah virus sitopatik
diklasifikasi- kan dalam famili Retroviridae, subfamili Lentivirinae, genus Lentivirus.
Berdasar strukturnya HIV termasuk famili retrovirus, termasuk virus RNA dengan
berat molekul 9.7 kb (kilobases) (Nasronudin, 2020).
5
6
d. Infeksi viral dengan ditemukan herpes zoster (berulang atau melibatkan lebih dari
satu dermatom); herpes genital berulang; moluskum kontangiosum; atau
kondiloma.
e. Gangguan pernapasan dapat berupa batuk lebih dari satu bulan; sesak napas;
tuberkulosis; pneumonia berulang sinusitis kronis atau berulang.
f. Gejala neurologis dapat berupa nyeri kepala yang semakin parah (terus menerus
dan tidak jelas penyebabnya); kejang demam; atau menurunnya fungsi kognitif.
3. Penyebab HIV
Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah,
semen, dan sekret vagina. Setelah memasuki tubuh manusia, maka target utama HIV
adalah limfosit CD 4 karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan
CD4. Virus ini akan mengubah informasi genetiknya ke dalam bentuk yang
terintegrasi di dalam informasi genetik dari sel yang diserangnya, yaitu merubah
bentuk RNA (ribonucleic acid) menjadi DNA (deoxyribonucleic acid) menggunakan
enzim reverse transcriptase. DNA pro-virus tersebut kemudian diintegrasikan ke
dalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus. Setiap
kali sel yang dimasuki retrovirus membelah diri, informasi genetik virus juga ikut
diturunkan.
Cepat lamanya waktu seseorang yang terinfeksi HIV mengembangkan AIDS
dapat bervariasi antar individu. Dibiarkan tanpa pengobatan, mayoritas orang yang
terinfeksi HIV akan mengembangkan tanda-tanda penyakit terkait HIV dalam 5-10
tahun, meskipun ini bisa lebih pendek. Waktu antara mendapatkan HIV dan diagnosis
AIDS biasanya antara 10–15 tahun, tetapi terkadang lebih lama. Terapi antiretroviral
(ART) dapat memperlambat perkembangan penyakit dengan mencegah virus
bereplikasi dan oleh karena itu mengurangi jumlah virus dalam darah orang yang
terinfeksi (dikenal sebagai 'viral load') (Damayanti, 2019).
5. Penularan HIV
Menurut Damayanti (2019), penularan HIV adalah sebagai berikut :
a. Hubungan seksual : hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang
telah terpapar HIV.
b. Transfusi darah : melalui transfusi darah yang tercemar HIV.
c. Penggunaan jarum suntik : penggunaan jarum suntik, tindik, tato, dan pisau
cukur yang dapat menimbulkan luka yang tidak disterilkan secara bersama -
sama dipergunakan dan sebelumnya telah dipakai orang yang terinfeksi HIV.
Cara - cara ini dapat menularkan HIV karena terjadi kontak darah.
d. Ibu hamil kepada anak yang dikandungnya
1) Antenatal : saat bayi masih berada di dalam rahim, melalui plasenta.
2) Intranatal : saat proses persalinan, bayi terpapar darah ibu atau cairan
vagina.
3) Postnatal : setelah proses persalinan, melalui air susu ibu.
Kenyataannya 25-35% dari semua bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sudah
terinfeksi di negara berkembang tertular HIV, dan 90% bayi dan anak yang
tertular HIV tertular dari ibunya.
6. Pencegahan HIV/AIDS
Lima cara untuk mencegah penularan HIV, dikenal konsep “ABCDE”
sebagai berikut (Damayanti, 2019) :
a. A (Abstinence) : artinya Absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi
yang belum menikah.
b. B (Be faithful) : artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak
berganti-ganti pasangan).
c. C (Condom) : artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan
menggunakan kondom.
d. D (Drug No) : artinya Dilarang menggunakan narkoba.
9
7. Pengobatan HIV
HIV/AIDS belum dapat disembuhkan Sampai saat ini belum ada obat-
obatan yang dapat menghilangkan HIV dari dalam tubuh individu. Ada beberapa
kasus yang menyatakan bahwa HIV/AIDS dapat disembuhkan. Setelah diteliti lebih
lanjut, pengobatannya tidak dilakukan dengan standar medis, tetapi dengan
pengobatan alternatif atau pengobatan lainnya. Obat-obat yang selama ini
digunakan berfungsi menahan perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh, bukan
menghilangkan HIV dari dalam tubuh. Obat-obatan ARV sudah dipasarkan secara
umum, untuk obat generik. Namun tidak semua orang yang HIV positif sudah
membutuhkan obat ARV, ada kriteria khusus. Meskipun semakin hari makin
banyak individu yang dinyatakan positif HIV, namun sampai saat ini belum ada
informasi adanya obat yang dapat menyembuhkan HIV/AIDS. Bahkan sampai
sekarang belum ada perkiraan resmi mengenai kapan obat yang dapat
menyembuhkan AIDS atau vaksin yang dapat mencegah AIDS ditemukan.
Untuk menahan lajunya tahap perkembangan virus beberapa obat yang ada
adalah antiretroviral dan infeksi oportunistik. Obat antiretroviral adalah obat yang
dipergunakan untuk retrovirus seperti HIV guna menghambat perkembangbiakan
virus. Obat-obatan yang termasuk antiretroviral yaitu AZT, Didanoisne,
Zaecitabine, Stavudine. Obat infeksi oportunistik adalah obat yang digunakan
10
untuk penyakit yang muncul sebagai efek samping rusaknya kekebalan tubuh.
Yang terpenting untuk pengobatan oportunistik yaitu menggunakan obat-obat
sesuai jenis penyakitnya, contoh : obat-obat anti TBC (Damayanti, 2019).
B. AIDS
1. Pengertian AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) dapat diartikan sebagai
kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh
akibat infeksi oleh virus HIV, dan merupakan tahap akhir dari infeksi HIV
(Hidayati, 2020). AIDS muncul setelah virus HIV menyerang sistem kekebalan
tubuh selama lima hingga sepuluh tahun atau lebih. Sistem imun yang lemah tidak
dapat memenuhi perannya untuk melawan infeksi sehingga mendapatkan berbagai
infeksi oportunistik (Ardhiyanti, dkk, 2015). AIDS sampai saat ini belum bisa
disembuhkan. Penderita AIDS juga memerlukan pengobatan antiretroviral (ARV)
untuk mencegah terjadinya infeksi oportunistik semakin parah (Kemenkes RI,
2019).
b. Fase 2
Umur infeksi yaitu 2-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua
ini individu sudah positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit. Sudah
dapat menularkan pada orang lain. Bisa saja terlihat/mengalami gejala-gejala
ringan, seperti flu (biasanya 2-3 hari dan sembuh sendiri).
c. Fase 3
Mulai muncul gejala-gejala awal penyakit. Belum disebut sebagai gejala
AIDS. Gejala-gejala yang berkaitan antara lain keringat yang berlebihan pada
waktu malam, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu
yang tidak sembuh-sembuh, nafsu makan berkurang dan badan menjadi lemah,
serta berat badan terus berkurang. Pada fase ketiga ini sistem kekebalan tubuh
mulai berkurang.
d. Fase 4
AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan tubuh sangat berkurang
dilihat dari jumlah sel-T nya. Timbul penyakit tertentu yang disebut dengan
infeksi oportunistik yaitu TBC, infeksi paru-paru yang menyebabkan radang
paru-paru dan kesulitan bernafas, kanker, khususnya sariawan, kanker kulit atau
sarcoma kaposi, infeksi usus yang menyebabkan diare parah berminggu-
minggu, dan infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental dan sakit
kepala.
4. Komplikasi HIV/AIDS
Adapun komplikasi AIDS menurut Liana (2019) yaitu :
a. Kanker
Penderita AIDS dapat terkena penyakit kanker dengan mudah. Jenis
kanker yang biasanya muncul yaitu kanker paru-paru, ginjal, limfoma, dan
sarkoma Kaposi.
b. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi paling umum yang muncul pada
penderita AIDS. Penderita AIDS sangat rentan terkena virus. TBC biasanya
menjadi penyebab utama kematian penderita AIDS.
c. Sitomegalovirus
Sitomegalovirus adalah virus herpes yang biasanya ditularkan dalam
bentuk cairan tubuh seperti air liur, darah, urin, air mani, dan air susu ibu.
Sistem kekebalan tubuh yang sehat akan membuat virus tidak aktif, penderita
12
AIDS memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah sehingga virus dapat
dengan mudah menjadi aktif. Sitomegalovirus dapat menyebabkan kerusakan
pada mata, saluran pencernaan, paru-paru atau organ lain.
d. Candidiasis
Candidiasis adalah infeksi yang juga sering terjadi akibat HIV dan
AIDS. Kondisi ini menyebabkan peradangan pada lapisan putih dan tebal pada
selaput lendir mulut, lidah, kerongkongan serta perdangan pada vagina.
e. Kriptokokus Meningitis
Meningitis adalah peradangan pada selaput dan cairan yang
mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang (meninges). Meningitis
kriptokokal adalah infeksi sistem saraf umum pusat yang mudah menyerang
penderita AIDS.
C. Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja merupakan masa dimana peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa, yang telah meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan
memasuki masa dewasa. Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik,
psikis dan psikososial. Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan
manusia. Remaja ialah masa perubahan atau peralihan dari anak-anak ke masa
dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan
sosial (Sofia & Adiyanti, 2014)
D. Perilaku
1. Pengertian
Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan. Perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang
berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmojo, 2010).
2. Jenis-Jenis Perilaku
Jenis-jenis perilaku individu menurut Okviana (2015) :
a. Perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan saraf
b. Perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif
c. Perilaku tampak dan tidak tampak
d. Perilaku sederhana dan kompleks
e. Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor
E. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.(Notoatmodjo S, 2010).
2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2010), pengetahuan yang cukup dalam
dominan kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :
a. Tahu (Know)
Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau dirangsang yang
telah diterima. Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
16
2. Teori Instagram
Teori Uses and Gratification
Pada kajian komunikasi ada sebuah teori yang bernama uses and gratification,
Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Harbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori
ini membahas bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan
menggunakan media tersebut. Yang artinya, pengguna media adalah pihak yang aktif
dalam proses komunikasi (Hidayat, 2006). Teori uses and gratification adalah salah
satu teori dari komunikasi yang berfokus pada komunikasi sosial. Teori ini
mengadaptasi fungsionalistik pendekatan komunikasi dan media, dan menyatakan
bahwa peran paling penting media adalah memenuhi kebutuhan dan motivasi audiens.
Oleh karena itu, semakin banyak kebutuhan ini terpenuhi, maka lebih banyak
kepuasan dihasilkan (Mehrad and Tajer 2016). Teori ini awalnya berfokus pada motif
20
penonton dan kemudian menganalisis pesan dan sistem sosial (Mehrad and Tajer
2016).
Dengan kata lain, teori ini berkonsentrasi pada bagaimana pengguna mencari
media dan sejauh mana mereka puas dengan jenis, konten, dan metode
penggunaannya. Dalam ranah digital ini, banyak manfaat dan kemudahan bagi
pengguna teknologi untuk mengakses informasi, pengetahuan, dan rujukan mereka
untuk memilih media dalam satu alat, yang ada di tangan mereka, dapat memberikan
manfaat dan menggabungkan berbagai platform informasi sehigga menjadi lebih
mudah. Kelebihan fitur Instagram dengan postingan photo, video live, comment, direct
massage dapat dengan mudah digunakan oleh followers dalam berkomunikasi baik
kepada pemilik akun atau admin atau kepada sesama followers akun Instagram.
3. Sejarah Instagram
Perusahaan Burbn, Inc. berdiri pada tahun 2010, perusahaan teknologi startup
yang hanya berfokus kepada pengembangan aplikasi untuk telepon genggam. Pada
awalnya Burbn, Inc. sendiri memiliki fokus yang terlalu banyak di dalam HTML5
peranti bergerak, namun kedua CEO, Kevin Systrom dan Mike Krieger memutuskan
untuk lebih fokus pada satu hal saja. Setelah satu minggu mereka mencoba untuk
membuat sebuah ide yang bagus, pada akhirnya mereka membuat sebuah versi
pertama dari Burbn, namun di dalamnya masih ada beberapa hal yang belum
sempurna. Versi Burbn yang sudah final, aplikasi yang sudah dapat digunakan iPhone
yang isinya terlalu banyak dengan fitur-fitur. Sulit bagi Kevin Systrom dan Mike
Krieger untuk mengurangi fitur-fitur yang ada, dan memulai lagi dari awal, namun
akhirnya mereka hanya memfokuskan pada bagian foto, komentar, dan juga
kemampuan untuk menyukai sebuah foto. Itulah yang akhirnya menjadi Instagram
(Khairi, 2017)
Instagram berasal dari pengertian dari keseluruhan fungsi aplikasi ini. Kata
"insta" berasal dari kata "instan", seperti kamera polaroid yang pada masanya lebih
dikenal dengan sebutan "foto instan". Instagram juga dapat menampilkan foto-foto
secara instan, seperti polaroid di dalam tampilannya. Sedangkan untuk kata "gram"
berasal dari kata "telegram" yang cara kerjanya untuk mengirimkan informasi kepada
orang lain dengan cepat. Sama halnya dengan Instagram yang dapat mengunggah foto
dengan menggunakan jaringan Internet, sehingga informasi yang ingin disampaikan
dapat diterima dengan cepat. Oleh karena itulah Instagram merupakan lakuran dari
kata instan dan telegram (Khairi, 2017).
21
5. Kelebihan Instagram
Media sosial Instagram memiliki kelebihan (Portal Ilmu Komunikasi Indonesia,
2017), berikut merupakan delapan kelebihan media sosial Instagram yaitu :
a. Sumber informasi, lebih mudah dan cepat didapatkan serta lebih transparan.
Informasi yang dapat ditemukan di social media sangat beragam, mulai dari bahan
pekerjaan, pendidikan, masakan, hingga bahan pembahasan ringan pada kehidupan
sehari-hari.
b. Media komunikasi, dengan jangkauan luas, kemudahan penggunaan, dan biaya
yang relative murah.
c. Memperluas pergaulan, terhubung dengan teman lama ataupun membuat
pertemanan baru dengan mudah bertukar informasi ataupun data seperti foto/video
dengan mudah dan cepat.
d. Ajang promosi dengan yang lebih luas, mudah, murah namun terfokus.
e. Sebagai media hiburan.
f. Membangun opini atau mengemukakan pendapat secara luas.
g. Mempelajari sesuatu baru dengan mudah
h. Kesempatan menjadi orang yang berbeda dan membangun rasa percaya diri
seseorang dalam bersosialisasi.
Pemberian materi diberikan pukul 19.00 WIB karna menurut sebuah penelitian dari
University of Nevada-Reno yang diterbitkan dalam Frontiers in Human Neuroscience
yang dilakukan oleh Mariah Evans, seorang profesor sosiologi menujukkan bahwa
sebenarnya, seorang pelajar cenderung mampu mengoptimalkan daya ingatnya untuk
belajar dan memperdalam informasi paling efektif pada saat pukul 11 pagi hingga
21.30 malam (Kumparan, 2018).
I. Kerangka Teori
Teori Laswell Model
Komunikasi adalah penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang
lain (Effendy, 2005). Komunikasi memiliki peran penting dalam promosi kesehatan.
Menurut Laswell komunikasi akan berjalan dengan baik jika melalui lima tahap. Kelima
tahap itu adalah:
a. Who: Siapa orang yang menyampaikan komunikasi (komunikator).
b. Say what: Apa pesan yang disampaikan.
c. In Which channel: Saluran atau media apa yang digunakan.
d. To whom: Siapa penerima pesan (komunikan).
e. Whit what effect: perubahan apa yang terjadi pada komunikan.
Lima unsur itu merupakan elemen pokok komunikasi dengan siapa saja termasuk
komunikasi dalam promosi kesehatan. Komunikasi dapat bekerja secara sistematis
sehingga hasilnya tepat sasaran.
Bagan 2.1 Kerangka Teori Laswell Model
O1-------------------------------------------X------------------------------------------O2
Keterangan :
O1 : Tingkat Pengetahuan Anak Sekolah Menengah Atas sebelum dilakukan
intervensi
X : Memberikan intervensi Pendidikan Kesehatan dengan Media Sosial
Instagram tentang HIV dan AIDS sebanyak tujuh kali dalam satu Minggu
dengan frekuensi satu kali satu hari
O2 : Tingkat Pengetahuan Anak Sekolah Menengah Atas sesudah dilakukan
intervensi
24
25
B. Kerangka Konsep
Variabel penelitian ini meliputi variabel independent (variabel bebas) yaitu
pendidikan kesehatan menggunakan media sosial Instagram, sedangkan variabel
dependent (variabel terikat) yaitu pengetahuan tentang HIV dan AIDS pada anak Sekolah
Menengah Atas.
Digambarkan pada bagan sebagai berikut:
C. Definisi Operasional
2. Sampel
Sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa siswi SMA Negeri 10
Kota Bengkulu. Tehnik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
Stratified random sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel dengan
memperhatikan suatu tingkatan (strata) pada elemen populasi. Menghitung ukuran
sampel dari sebuah populasi yang telah ditentukan dapat menggunakan rumus Slovin
(Husein Umar, 2009:78) yaitu sebagai berikut :
dibulatkan 85
Keterangan : n = jumlah sample yang diteliti
N =jumlah populasi
d = nilai presisi (ditetapkan 10%)
Keterangan :
ni : Jumlah anggota sampel menurut stratum
n : Jumlah anggota sampel seluruhnya
Ni : Jumlah anggota populasi menurut stratum
N : Jumlah anggota populasi seluruhnya
27
1 X MIPA 1 26 26/577x85 4
2 X MIPA 2 26 26/577x85 4
3 X MIPA 3 25 25/577x85 4
4 33 33/577x85 5
X IPS 1
5 32 32/577x85 5
X IPS 2
6 31 31/577x85 5
X IPS 3
7 32 32/577x85 5
X IPS 4
31/577x85 5
8 XI MIPA 1 31
31/577x85 4
9 XI MIPA 2 31
32/577x85 5
10 XI MIPA 3 32
34/577x85 5
11 XI IPS 1 34
33/577x85 5
12 XI IPS 2 33
33/577x85 5
13 XI IPS 3 33
XII MIPA 1 29/577x85 4
14 29
XII MIPA 2 29/577x85 4
15 29
XII MIPA 3 29/577x85 4
16 29
30/577x85 4
17 XII IPS 1 30
30/577x85 4
18 XII IPS 2 30
31/577x85 4
19 XII IPS 3 31
Jumlah 85
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh peneliti secara tidak langsung, yaitu dari Dinas
Kesehatan Kota Bengkulu tahun 2018 dan 2019.
I. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan yaitu mengelola data dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan serta dapat diuji secara statistic, kebenaran hipotesa
yang telah ditetapkan. Analisa data dilakukan secara bertahap yaitu analisa data univariat
dan bivariat :
30
1. Analisis Univariat
Analisa univariat digunakan untuk menentukan rata-rata skor variabel
independent (Pendidikan Kesehatan) terhadap variabel dependent (Pengetahuan)
mengenai HIV dan AIDS. Data dianalisis untuk menguji hipotesis dari sampel yang
diberikan intervensi dan melihat rata-rata skor yang didapatkan sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan dengan media sosial Instagram terhadap pengetahuan
tentang HIV dan AIDS pada anak Sekolah Menengah Atas. Nilai proporsi yang
didapat dalam bentuk presentase yang diinterpretasikan dengan menggunakan kategori
(Arikunto, 2013) :
0% : Tidak satupun kejadian
1%-25% : Sebagian kecil
26%-49% : Hampir sebagian
50% : Setengah dari kejadian
51%-75% : Sebagian besar
76%-99% : Hampir seluruh
100% : Seluruh
2. Analisis Bivariat
Sebelum melakukan uji bivariat dilakukan terlebih dahulu uji normalitas
mengunakan uji kolmogorof smirnof. Uji paired sampel T-test digunakan untuk
mengetahui rata-rata skor sebelum dan sesudah kelompok intervensi dilakukan.
Analisis bivariat dalam penelitian ini menunjukkan distribusi data tidak normal maka
menggunakan uji wilcoxon match pair test yang bertujuan untuk mengukur signifikasi
perbedaan data berpasangan. Kriteria pengambilan keputusan hasil adalah sebagai
berikut:
a) Jika nilai p < 0,05 maka Ha diterima/ Ho ditolak artinya ada pengaruh penggunaan
media sosial instagram terhadap pengetahuan remaja tentang HIV dan AIDS di
SMAN 10 Kota Bengkulu
b) Jika nilai p > 0,05 maka Ha ditolak/ Ho diterima artinya tidak ada pengaruh
penggunaan media sosial Instagram terhadap pengetahuan remaja tentang HIV dan
AIDS di SMAN 10 Kota Bengkulu.
31
J. Alur Penelitian
Menentukan sampel
Uji statistik
K. Etika Penelitian
Menurut (Notoadmodjo, 2012), penelitian kesehatan pada umumnya dan penelitian
kesehatan masyarakat pada khususnya menggunakan manusia sebagai objek yang diteliti
di satu sisi, dan sisi yang lain manusia sebagai peneliti atau yang melakukan penelitian.
Oleh sebab itu, maka dalam pelaksanaan penelitian kesehatan khususnya, harus
diperhatikan hubungan antara kedua belah pihak ini secara etika yang disebut etika
penelitian. Adapun status hubungan antara peneliti dengan yang diteliti dalam konteks ini
adalah masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajibannya.
Secara rinci hak-hak dan kewajiban-kewajiban peneliti yang diteliti (informan)
adalah sebagai berikut :
1. Hak dan Kewajiban Responden
a. Hak Untuk Dihargai Privacy-nya
Privacy adalah hak setiap orang.Semua orang mempunyai hak untuk
memperoleh privacy atau kebebasan pribadinya. Demikan pula responden sebagai
objek penelitian di tempat kediamannya masing-masing. Seorang tamu, termasuk
peneliti atau pewawancara yang dating kerumahnya, lebih-lebih akan menyita
waktunya untuk diwawancarai, jelas merampas privacy orang atau responden
tersebut.
b. Hak Untuk Merahasiakan Informasi yang Diberikan
Informasi yang akan diberikan oleh responden adalah miliknya sendiri.
Tetapi karena diperlukan dan diberikan kepada peneliti atau pewawancara, maka
kerahasiaan informasi tersebut perlu dijamin oleh peneliti, yaitu dengan
merahasiakan informasi dari masing-masing responden maka nama responden pun
tidak perlu dicantumkan, cukup dengan kode-kode tertentu saja.
c. Hak memperoleh jaminan keamanan atau keselamatan akibat dari informasi yang
diberikan. Apabila informasi yang diberikan itu membawa dampak terhadap
keamanan atau keselamatan bagi dirinya atau keluarganya maka peneliti harus
bertanggung jawab terhadap akibat tersebut.
d. Hak Memperoleh Imbalan atau Kompensasi
Apabila semua kewajiban telah dilakukan, dalam arti telah memberikan
informasi yang diperlukan oleh peneliti atau pewawancara, responden berhak
menerima imbalan atau kompensasi dari pihak pengambil data atau informasi.
e. Kewajiban Responden
Setelah adanya inform concent dari responden atau informan, artinya
responden sudah mempunyai keterikatan dengan peneliti atau pewawancara
33
A. Hasil Penelitian
1. Jalannya Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media sosial
Instagram terhadap pengetahuan remaja tentang HIV dan AIDS di SMAN 10 Kota
Bengkulu. Penelitian ini dilaksanakan dengan dibagi menjadi dua tahap yaitu :
a. Persiapan Penelitian
Pada tahap persiapan penelitian yaitu mengurus surat izin penelitian di
beberapa institusi seperti Poltekkes Kemenkes Bengkulu, Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bengkulu, Dinas Pendidikan Provinsi
Bengkulu, Dinas Kesehatan Kota Bengkulu dan SMAN 10 Kota Bengkulu.
b. Pembuatan Media
Media yang digunakan adalah media sosial Instagram dengan cara
memposting gambar berupa edukasi tentang HIV dan AIDS. Peneliti membuat
media berupa gambar dengan tulisan yang berisi tentang pengertian, tanda dan
gejala, penyebab, kelompok resiko, penularan, pencegahan dan pengobatan HIV
dan AIDS. Perbedaan dari media yang sudah ada sebelumnya dengan media
berupa gambar yang dibuat oleh peneliti adalah peneliti membuat sendiri gambar
yang berisi edukasi tentang HIV dan AIDS dengan warna dan gambar yang
berbeda dari yang lain, dan juga menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh
remaja serta ruang lingkup sasaran kecil sehingga dapat di monitoring bahwa
pesan tersebut sampai kepada sasaran, sedangkan pada media yang sudah ada
sebelumnya kebanyakan sasarannya tidak terbatas sehingga ruang lingkupnya luas
dan menggunakan bahasa (istilah medis) yang tidak banyak orang mengerti.
Sebelum menggunakan media, peneliti melakukan uji validitas media
kepada ahli media, ahli materi dan sasaran. Tujuan dilakukan validasi untuk
mendapatkan penilaian dan saran dari ahli mengenai kesesuaian materi dan
tampilan media. Setelah dilakukan validasi media terdapat kesalahan seperti
gambar tidak sesusai dengan tema dan tulisan tidak tampak, maka saran perbaikan
dari ahli media adalah jika tidak ada gambar yang sesuai tidak usah pakai gambar
dan membuat tulisan menjadi nampak (Lampiran 4). Sedangkan pada validasi
materi terdapat kesalahan yaitu kurang referensi dan ada kalimat yang sulit
34
35
dipahami, maka saran perbaikan dari ahli materi adalah perbanyak referensi untuk
menambah materi dan perjelas materi sehingga mudah untuk dipahami oleh yang
membaca (Lampiran 5). Hasil yang didapat setelah melakukan uji validitas dengan
ahli media dan ahli materi adalah media layak untuk uji coba lapangan dengan
revisi sesuai saran.
Uji validitas media kepada sasaran dilakukan dengan sasaran penelitian
yang sama yaitu remaja namun dengan responden yang berbeda (Lampiran 6). Uji
validitas dilakukan di SMAN 1 Kota Bengkulu dengan jumlah responden 14
dengan hasil dari kuesioner tersebut dapat disampaikan sebagai berikut :
1) Kiriman foto dalam media sosial Instagram tentang “HIV dan AIDS”
terbanyak mendapat penilaian menarik
2) Isi materi dalam kiriman foto di media sosial instagram tentang “HIV dan
AIDS” terbanyak mendapat penilaian mudah dipahami
3) Gambar dalam kiriman foto media sosial instagram “HIV dan AIDS”
terbanyak mendapat penilaian menarik
4) Yang disukai dari kiriman foto “HIV dan AIDS” di media sosial instagram
terbanyak mendapat jawaban tulisan, gambar dan materi
5) Gambar – gambar yang terdapat dalam kiriman foto tentang “HIV dan AIDS”
terbanyak mendapat penilaian menarik
6) Ukuran tulisan dalam kiriman foto media sosial instagram tentang “HIV dan
AIDS” terbanyak mendapat penilaian mudah dibaca
7) Pewarnaan dalam kiriman foto media sosial instagram tentang “HIV dan
AIDS” terbanyak mendapat penilaian sangat menarik
8) Setelah membaca kiriman foto media sosial instagram tentang “HIV dan
AIDS” responden sangat berniat mencegah penyakit HIV dan AIDS
9) Sampul kiriman foto media sosial instagram tentang HIV dan AIDS terbanyak
mendapat penilaian menarik
10) Secara keseluruhan responden menyukai kiriman foto media sosial Instagram
tentang “HIV dan AIDS” karena sangat menarik
c. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan menentukan sampel. Cara
pengambilan sampel menggunakan teknik sampel stratified random sampling
yaitu dengan memperhatikan suatu tingkatan (strata) pada elemen populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa – siswi SMAN 10 Kota
Bengkulu berjumlah 577 orang. Setelah dihitung menggunakan rumus Slovin
maka didapatkan sampel berjumlah 85 orang. Cara pengambilan sampel yaitu
diambil dari kelas X MIPA dan IPS sampai XII MIPA dan IPS yang berjumlah 19
kelas, setiap perwakilan kelas diambil secara acak (random) berjumlah 4 sampai 5
orang yang bersedia menjadi responden dan memiliki media sosial Instagram.
Setelah itu proses pengambilan data yang diambil melalui proses pengisian
kuesioner. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Mei sampai 7 juni 2021 di
SMAN 10 Kota Bengkulu.
1) Tahap pertama, penelitian ini diawali dengan memberikan kuesioner kepada
siswa - siswi yang bersedia untuk menjadi responden dengan mengisi
surat persetujuan menjadi responden. Lembar kuesioner diberikan untuk
menilai skor pre test pada remaja sekolah menengah atas terhadap pengetahuan
tentang HIV dan AIDS. Setelah siswa - siswi selesai mengisi kuesioner,
peneliti memberikan arahan terhadap responden tentang jalannya penelitian
yang akan dilakukan peneliti, yaitu 1 hari setelah diberikan kuesioner tersebut
akan dilakukan promosi kesehatan menggunakan media sosial Instagram
tentang HIV dan AIDS. Peneliti juga memberikan kuota 1 GB kepada
responden untuk membantu responden dalam mendapatkan edukasi melalui
media sosial Instagram.
2) Tahap kedua, memberikan promosi kesehatan menggunakan media sosial
Instagram tentang HIV dan AIDS melalui akun Instagram “rapi.hivaids”.
Pengikut akun tersebut merupakan responden penelitian dan promosi
kesehatan diberikan setiap pukul 19.00 WIB. Absensi responden dilakukan
dengan cara melihat jumlah like dari setiap postingan. Promosi kesehatan
menggunakan media sosial Instagram diberikan selama 7 hari dari tanggal
28 Mei sampai 3 Juni 2021 dengan materi HIV dan AIDS yang berbeda setiap
harinya yang terdiri dari pengertian, tanda dan gejala, penyebab, kelompok
resiko, penularan, pencegahan, dan pengobatan. Setelah itu dihari ke 8
dilakukan review kembali (diskusi singkat) tentang materi dan hari ke 9 tidak
37
2. Hasil Penelitian
a. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi
masing-masing variabel penelitian, yaitu jenis kelamin, umur responden, serta
distribusi pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi di SMAN 10 Kota
Bengkulu sebagai berikut :
1. Jenis Kelamin
Perempuan 45 52.9
Jumlah 85 100
2. Umur
Jumlah 85 100
Tabel 4.2 Deskripsi Pengetahuan Siswa Tentang HIV dan AIDS Sebelum dan
Sesudah Diberikan Promosi Kesehatan Melalui Media Sosial Instagram
b. Analisis Bivariat
Analisis ini dilakukan untuk melihat pengaruh promosi kesehatan
menggunakan media sosial Instagram tentang HIV dan AIDS terhadap
pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Uji statistik yang
digunakan adalah uji wilcoxon, karna normalitas data menunjukkan bahwa data
tidak berdistribusi normal.
Pengetahuan
4.77
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Dari hasil distribusi frekuensi karakteristik responden hampir seluruh berumur
15 – 17 tahun yaitu 81 orang. Siswa SMA merupakan remaja pertengahan. Remaja
pada masa ini memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap sesuatu yang baru seperti
seks bebas. Remaja pada usia ini sudah mengalami pematangan fisik secara penuh,
yaitu laki – laki sudah mengalami mimpi basah dan perempuan mengalami haid
sehingga gairah seksual mencapai puncaknya dan melakukan sentuhan fisik (Tanjung,
2018). Sedangkan jenis kelamin dalam penelitian ini sebagian besar perempuan yaitu
45 orang. Menurut Handayani (2014), menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin
tidak mengganggu jalannya penelitian, sehingga tujuan akhir untuk mengetahui
pengaruh media sosial Instagram terhadap pengetahuan remaja tentang HIV dan AIDS
dapat tercapai.
Pada penelitian ini terdapat 15 pertanyaan pengetahuan, jawaban responden
pada soal pengetahuan masih terdapat banyak yang salah pada pertanyaan di soal
nomor 10 dan 11, yaitu tentang apakah HIV/AIDS dapat disembuhkan dan kapan kita
mengetahui bahwa kita terjangkit penyakit HIV positif. Namun masih terdapat banyak
yang salah pada pertanyaan di soal nomor 10 dan 11, yaitu tentang apakah HIV/AIDS
dapat disembuhkan dan kapan kita mengetahui bahwa kita terjangkit penyakit HIV
positif. Tetapi terjadi perubahan setelah diberikan edukasi. Hal ini dapat dipengaruhi
oleh beberapa hal, seperti pemahaman responden dan tingkat antusias responden disaat
mendengarkan edukasi yang diberikan.
video secara online dan dianggap sebagai media sosial yang paling terbaru oleh para
remaja karena media sosial ini lebih fokus dengan foto dan video yang berdurasi
pendek dibanding dengan media sosial lain, sehingga instagram lebih mudah
digunakan dan dinikmati (Mahendra, 2017).
Media yang efektif dan efisien diperlukan dalam menunjang edukasi agar
informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh sasarannya. Media sosial
adalah salah satu platform yang dapat digunakan untuk edukasi karena dapat
menjangkau banyak sekali sasaran yang tidak terbatas pada ruang dan waktu. Salah
satu media sosial yang dapat digunakan adalah instagram (Tamtomo, 2019).
C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah hanya menggunakan sampel kelas X dan
XI dikarenakan kelas XII sudah lulus dari yang seharusnya menggunakan kelas X, XI dan
XII tetapi tetap dengan jumlah awal sampel yaitu 85 sampel. Masih terdapat responden
yang tidak membaca edukasi HIV dan AIDS di Instagram tepat waktu sehingga peneliti
mengirim pesan secara pribadi melalui Whatsapp untuk mengingatkan responden.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari tujuan penelitian dan hasil penelitian yang diperoleh dari
pengaruh penggunaan media sosial Instagram terhadap pengetahuan remaja tentang HIV
dan AIDS di SMAN 10 Kota Bengkulu, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan. Sedangkan distribusi umur
responden, hampir seluruh berumur 15 – 17 tahun (Remaja Pertengahan).
2. Ada peningkatan pengetahuan sebelum dilakukan intervensi dengan menggunakan
media sosial Instagram dan setelah dilakukannya intervensi.
3. Ada pengaruh penggunaan media sosial Instagram terhadap pengetahuan remaja
tentang HIV dan AIDS di SMAN 10 Kota Bengkulu.
B. Saran
1. Bagi Institusi
a. Bagi Akademik
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan atau materi sebagai sarana
untuk menambah pengetahuan, literature dan wawasan baik dikalangan mahasiswa
maupun masyarakat luas agar tujuan untuk melaksanakan pencegahan serta
pengendalian mengenai HIV dan AIDS dapat diatasi.
b. Bagi SMAN 10 Kota Bengkulu
Diharapkan akun media Instagram dalam penelitian ini dapat dijadikan
media alternatif sumber informasi tentang HIV dan AIDS dalam rangka
pencegahan HIV dan AIDS pada siswa siswi.
2. Bagi Peneliti Lain
Sebaiknya melakukan penelitian lebih lanjut dengan membandingkan media
sosial Instagram dengan media pembelajaran lainnya agar dapat melihat sejauh mana
keefektifan media dalam mempengaruhi responden serta membahas lebih lanjut
tentang sikap dan perilaku remaja terkait HIV dan AIDS, dalam penelitian ini hanya
membahas sebatas pengetahuan.
44
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S., Syafar, M., & Amiruddin, R. (2020). Pengaruh Media Sosial Untuk Meningkatkan
Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Hiv & Aids Di Kota Parepare. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Maritim, 3(1).
Amichai-Hamburger, Y. (2013). The Handbook of Intergroup Communication Chapter
Reducing Intergroup Conflict In The Digital Age. New York: Routledge.
Ardhiyanti, Y., Lusiana, N., & Megasari, K. (2015). Bahan ajar AIDS pada asuhan
kebidanan. Deepublish.
Asfar, A. (2018). Pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap
tentang penyakit HIV/AIDS di SMP Baznas Provinsi Sulawesi Selatan. Journal of
Islamic Nursing, 3(1), 26-31.
Atmoko Dwi, Bambang. (2012). Instagram Handbook Tips Fotografi Ponsel. Jakarta: Media
Kita
Badan Pusat Statistik Kota Bengkulu. (2020). Kota Bengkulu Dalam Angka 2021.
Bilqis, F. I. (2019). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat
Pengetahuan Dan Sikap Pencegahan HIV/AIDS Pada Remaja Di SMAN 1 Gamping
Sleman (Doctoral dissertation, Universitas' Aisyiyah Yogyakarta).
Damayanti, A., Tyastuti, S., & Yulianti Sari, R. (2019). Pengaruh Media Video Terhadap
Peningkatan Pengetahuan HIV/AIDS Pada Remaja Di SMKN 1 Temon. Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Ditjen PP & PL Kemenkes RI. (2019). Laporan Perkembangan HIV/AIDS Tahun 2019.
Dwi Maratus Sholikah, A. N. N. A. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap
Remaja Tentang Penyakit HIV/AIDS Di SMPN 2 Sukorejo Kecamatan Sukorejo
Kabupaten Ponorogo. Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Ferlitasari, R. (2018). Pengaruh Media Sosial Instagram Terhadap Perilaku Keagamaan
Remaja (Studi pada Rohis di SMA Perintis 1 Bandar Lampung). Doctoral
dissertation, UIN Raden Intan Lampung.
Fitriani. S. (2011). Promosi Kesehatan. Ed 1. Yogyakarta: Graha Ilmu
Handayani, T. E (2014) Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan
sikap masyarakat tentang pencegahan tuberkulosis paru di dusun kayangan kecamatan
karanganyar kabupaten karanganyer. Fik Ums, 169-180.
Hidayat, D. N. (2006). Pengantar Komunikasi Massa. Rajawali Press: Jakarta
Hidayati, A. N. (2020). Manajemen HIV/AIDS: terkini, komprehensif, dan multidisiplin.
Airlangga University Press.
Husaini, H., Panghiyangani, R., & Saputra, M. (2017). Pengaruh Penyuluhan HIV/AIDS
Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Tentang HIV/AIDS Mahasiswi Akademi Kebidanan
Banjarbaru Tahun 2016. Indonesian Bulletin of Health Research
Kemenkes RI. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun
2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Konseling dan Tes HIV.
___________. (2016). Situasi Umum HIV/AIDS dan Tes HIV.
45
46
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jujur dan gasil jawaban akan dijamin
kerahasiaannya dan tidak akan berisiko pada saat mendatang.
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama Responden :
Usia :
Jenis kelamin :
B. Kuesioner Pengetahuan
Mohon dijawab pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda (×) pada jawaban yang
menurut anda benar.
3. AIDS yaitu ….
a. Suatu penyakit yang menyebabkan kematian
b. Suatu penyakit yang menyebabkan kebutaan
c. Suatu gejala menurunya system kekebalan tubuh
8. Hal – hal yang harus dilakukan agar tidak dapat tertular HIV/AIDS adalah ….
a. Tidak berhubungan seksual pra nikah atau seks bebas
b. Tidak bersentuhan dengan penderita HIV/AIDS
c. Tidak minum-minuman keras atau merokok
11. Kapan kita mengetahui bahwa kita terjangkit penyakit HIV positif ....
a. 1-4 minggu setelah infeksi
b. 2-10 tahun setelah infeksi
c. 1 bulan setelah infeksi
(Dwi, 2015)
Lampiran 3
Media Sosial Instagram
Keempat / Kelompok
Jam 19.00 Resiko
WIB HIV/AIDS
Kelima / Penularan
Jam 19.00 HIV/AIDS
WIB
Keenam / Pencegahan
Jam 19.00 HIV/AIDS
WIB
Ketujuh / Pengobatan
Jam 19.00 HIV/AIDS
WIB
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Cukup 1
Kurang Menarik
Tidak Menarik
Cukup 1
Kurang Dipahami
Tidak Dipahami
Cukup 1
Kurang Menarik
Tidak Menarik
4 Apa yang kamu sukai dari kiriman foto ”HIV/AIDS” di Tulisan, Gambar dan
13
media sosial Instagram ? Materi
Tulisan Saja
Gambar Saja
Tidak Ada
5 Bagaimana gambar-gambar yang terdapat dalam kiriman Sangat Menarik 2
foto tentang ”HIV/AIDS”?
Menarik 11
Cukup 1
Kurang Menarik
Tidak Menarik
6 Bagaimana ukuran tulisan dalam kiriman foto Media Sangat Mudah Dibaca 5
Sosial Instagram tentang “HIV/AIDS”?
Mudah Dibaca 9
Cukup Terbaca 1
Kurang Terbaca
Tidak Terbaca
Cukup
Kurang Menarik
Tidak Menarik
Cukup Berniat 1
Kurang Berniat
Tidak Berniat
Cukup
Kurang Menarik
Tidak Menarik
Cukup 1
Kurang Menarik
Tidak Menarik
Lampiran 7
KUESIONER PENELITIAN
TINGKAT KESUKAAN PADA MEDIA SOSIAL INSTAGRAM
“HIV/AIDS”
Petunjuk:
1. Pilih jawaban yang benar dengan menyilang (X) dikotak yang tersedia
2. Bagaimana dengan isi materi dalam kiriman foto di media sosial Instagram
tentang “HIV/AIDS”?
Tidak
Dipahami
Mudah dipahami Dipahami Cukup KurangDipahami
Tulisan, Gambar, Tulisan dan Tulisan saja Gambar Saja Tidak Ada
dan Materi Gambar saja
6. Bagaimana ukuran tulisan dalam kiriman foto Media Sosial Instagram tentang
“HIV/AIDS”?
Sangat Mudah Mudah Dibaca Cukup Terbaca Kurang Terbaca Tidak Terbaca
Dibaca
10. Secara keseluruhan apakah kamu menyukai kiriman foto Media Sosial
Instagram tentang “HIV/AIDS”
DOKUMENTASI PENELITIAN
Dokumentasi Keterangan
Intervensi hari
kedelapan, review
kembali (diskusi
singkat) tanya jawab
HIV/AIDS pada Jumat,
4 Juni 2021 pukul 19.00
WIB.
Jawaban untuk
pertanyaan dari
responden
Pengisian Kuesioner
Post test oleh responden
hari Senin, 7 Juni 2021.
Lampiran 9
Lampiran 10