Anda di halaman 1dari 102

SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL INSTAGRAM


TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV DAN AIDS
DI SMAN 10 KOTA BENGKULU

DISUSUN OLEH
SHAFIRA RAHMATINI
NIM P0 5170017076

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PRODI PROMOSI KESEHATAN PROGRAM
SARJANA TERAPAN
2021
HALAMAN JUDUL
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL INSTAGRAM
TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV dan AIDS
DI SMAN 10 KOTA BENGKULU

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Terapan Promosi Kesehatan (S.Tr.Kes)

OLEH:
SHAFIRA RAHMATINI
NIM: P05170017076

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PRODI PROMOSI KESEHATAN PROGRAM
SARJANA TERAPAN
2021

i
ii
iii
ABSTRAK

Upaya pencegahan pada tingkat remaja sangat penting dilakukan. Masa remaja
merupakan periode yang rawan ketika keputusan-keputusan untuk mempraktikkan perilaku
seksual berisiko dan berpotensi menyebabkan penularan HIV dan AIDS dan penyakit menular
seksual lainnya sangat mungkin terjadi. Remaja yang memiliki pengetahuan yang kurang
akan memiliki perilaku seksual tak wajar tentu meningkatkan penularan HIV dan AIDS.
Tujuan penelitian ini adalah diketahui pengaruh penggunaan media sosial Instagram terhadap
pengetahuan remaja tentang HIV dan AIDS di SMAN 10 Kota Bengkulu.
Penelitian ini menggunakan metode Pre Eksperimental dengan perencanaan One Grup
Pre test dan Post test design yaitu melakukan satu kali pengukuran didepan (pre test) sebelum
adanya perlakuan (treatment) dan setelah itu dilakukan pengukuran lagi (post test) dengan
mendistribusikan pertanyaan dalam kuesioner tentang HIV dan AIDS. Sampel berjumlah 85
orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling. Dianalisis
melalui uji normalitas kolmogorof smirnof dilanjutkan dengan uji wilcoxon.
Hasil distribusi frekuensi pengetahuan dari 85 responden terjadi peningkatan
pengetahuan sebelum intervensi yaitu 7,82 dan sesudah intervensi yaitu 12,72. Hasil
penelitian dengan menggunakan uji wilcoxon diperoleh nilai p value = 0.000 < 0.05 yang
berarti ada pengaruh pengaruh pengaruh penggunaan media sosial Instagram terhadap
pengetahuan remaja tentang HIV dan AIDS di SMAN 10 Kota Bengkulu. Diharapkan akun
media Instagram dalam penelitian ini dapat dijadikan media alternatif sumber informasi
tentang HIV dan AIDS dalam rangka pencegahan HIV dan AIDS pada siswa siswi.

Kata Kunci : Remaja, HIV dan AIDS, Media Sosial Instagram,

iv
ABSTRACT

Prevention efforts at the youth level are very important. Adolescence is a vulnerable
period when decisions to practice risky sexual behavior and potentially cause the transmission
of HIV and AIDS and other sexually transmitted diseases are likely to occur. Adolescents
who have less knowledge will have inappropriate sexual behavior, of course, increasing the
transmission of HIV and AIDS. The purpose of this study was to determine the effect of using
social media Instagram on adolescent knowledge about HIV and AIDS at SMAN 10
Bengkulu City.
This study uses the Pre-Experimental method with One Group Pre-test and Post-test
design planning, which is to carry out one measurement in front (pre-test) before treatment
(treatment) and after that another measurement (post-test) is carried out by distributing
questions in a questionnaire about HIV and AIDS. The sample amounted to 85 people.
Sampling using stratified random sampling technique. Analyzed through the Kolmogorof
Smirnof normality test followed by the Wilcoxon test.
The results of the knowledge frequency distribution of 85 respondents there was an
increase in knowledge before the intervention, namely 7.82 and after the intervention, namely
12.72. The results of the study using the Wilcoxon test obtained p value = 0.000 <0.05, which
means that there is an influence of the influence of the use of Instagram social media on
adolescent knowledge about HIV and AIDS in SMAN 10 Bengkulu City. It is hoped that the
Instagram media account in this study can be used as an alternative media source of
information about HIV and AIDS in the context of preventing HIV and AIDS among
students.

Keywords: Youth, HIV and AIDS, Instagram Social Media,

v
BIODATA PENULIS

Nama : Shafira Rahmatini


Tempat, Tanggal Lahir : Lubuklinggau, 16 April 2000
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke : I (Satu)
Riwayat Pendidikan : 1. SDN 52 Lubuklinggau
2. SMPN 3 Lubuklinggau
3. SMAN 3 Lubuklinggau
4. Perguruan Tinggi Diploma IV Promosi Kesehatan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu
Alamat : Perumnas Lestari, Jalan Flamboyan II, RT. 05, No. 46, Kel.
Taba Lestari, Kec. Lubuklinggau Timur I, Kota
Lubuklinggau, Prov. Sumatra Selatan.

Email : shafirarahmatini@gmail.com
Nama Orang Tua : 1. Ayah : Irawan Usman
2. Ibu : Suryani
Nama Saudara : Sandrina Balqis

vi
MOTTO

“Kesabaran itu ada dua macam : sabar atas sesuatu yang tidak kau ingin
dan sabar menahan diri dari sesuatu yang kau ingini.”

(Ali bin Abi Thalib)

“Ketika keadaan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, ingatlah
bahwa Allah mengetahui apa yang kita butuhkan.”

“dan setiap kali harapanmu hancur

dan setiap kali kau menyerah dengan mimpimu

ingatlah ada impian yang tidak boleh kau patahkan

impian seorang ibu dan ayah.”

vii
PERSEMBAHAN

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-
Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta
memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau
berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselasaikan. Shalawat dan
salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW.

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan
kusayangi.

Papa dan Mama Tercinta

Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga Fira
persembahkan karya kecil ini kepada Papa (Irawan Usman) dan Mama (Suryani)
yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, doa yang tak pernah henti,
dan selalu bersedia mendengarkan keluh kesah Fira. Terimakasih atas cinta kasih
yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat Fira balas hanya dengan selembar
kertas yang bertuliskan kata cinta dalam kata persembahan. Semoga ini menjadi
langkah awal untuk membuat Papa dan Mama bahagia karna Fira sadar, selama ini
belum bisa berbuat yang lebih.

Adik - Adik dan Orang terdekatku

Sebagai tanda terima kasih, aku persembahkan karya kecil ini untuk Adikku
(Sandrina Balqis dan Yolanda Putri P.), Mamacak (Erma Zuraida), Bapak (Kusmadi)
dan Kakakku (Aldi Kusuma). Terima kasih telah memberikan semangat dan
inspirasi dalam menyelesaikan Skripsi ini. Semoga doa dan semua hal yang terbaik
yang engkau berikan menjadikan ayuk orang yang baik pula.. Terima kasih…

viii
Dosen Pembimbing Skripsi

Bapak Dino Sumaryono, SKM,MPH, bunda Sri Sumiati AB,S.Pd.,M.Kes, bunda Reka
Lagora Marsofely, SST, M.Kes, bunda Wisuda Andeka M,SST,M.Kes selaku dosen
pembimbing dan penguji skripsi saya, terimakasih bapak dan bunda atas ilmu yang
telah diberikan, motivasi, bantuan, dukungan, serta kesabaran dalam membimbing
saya selama ini. Semoga bunda mendapatkan balasan yang setimpal, selalu
diberikan kebaikan dalam segala hal baik apapun Aamiin. Terimakasih kepada
Bunda Ismiati, SKM., M.Kes sebagai Pembimbing Akademik yang telah banyak
membantu pada masa perkuliahan. Seluruh dosen dan staf di jurusan promosi
kesehatan, terima kasih banyak untuk semua ilmu, didikan dan pengalaman
yang sangat berarti yang telah kalian berikan kepada kami.

Sahabat – Sahabatku

Teruntuk Penghuni Kostan Keramat, Calon Istri Solehah, Pejuang gaji & wisuda
(Tasya Avitania dan Septa Suci Anggraini), sahabat dari SMP, SMA bahkan kuliah
dan juga teman separantauan yang pernah memberikan motivasi dan nasihat, yang
selalu menemani berkeluh kesah tentang kehidupan setiap hari, aku ucapkan
terimakasih banyak. Teruntuk Umbi Girls (Septa Rahmila, Nur Mahdiyah M.,
Rahma Nuria S., Shofrotun Khoiriyah) teman seperkuliahan, teman ngerjain tugas
sampai malam, teman telat masuk kelas, teman makan geprek dan nasi ibuk,
terimakasih selama kurang lebih 4 tahunnya. Semoga kita sukses dan semangat
selalu.

Jurusan, Kampus dan Almamater

Teman-teman jurusan promosi kesehatan angkatan 2017. Terima kasih banyak


untuk bantuan dan kerja samanya selama ini, sukses untuk kita semua.
Terima kasih kepada Kampusku dan Almamater tercinta Poltekkes Kemenkes
Bengkulu yang menjadi tempat menimba ilmu stinggi- tingginya. Tetaplah
menghasilkan tenaga kesehatan yang bermartabat dan unggul dibidang kesehatan.

ix
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim. Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT dengan


rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh
Penggunaan Media Sosial Instagram Terhadap Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS di
SMAN 10 Kota Bengkulu”.

Skripsi ini terselesaikan atas bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak,
pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :

1. Ibu Elliana, SKM, MPH selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Bengkulu


2. Ibu Reka Lagora Marsofely, SST, M.Kes selaku Ketua Jurusan Prodi DIV Promosi
Kesehatan dan ketua penguji yang telah memberikan masukan dan dukungan motivasi
dalam penulisan Skripsi ini.
3. Bapak Dino Sumaryono, SKM,MPH selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan dukungan, masukan, waktu, motivasi, dan kesabaran dalam penulisan
Skripsi ini.
4. Ibu Sri Sumiati AB,S.Pd.,M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
dukungan, masukan, waktu, motivasi, dan kesabaran dalam penulisan Skripsi ini.
5. Ibu Wisuda Andeka M,SST,M.Kes selaku penguji I yang telah memberikan masukan
dan dukungan motivasi dalam penulisan Skripsi ini.
6. Kedua orang tua, dan orang yang penulis sayangi yang selalu memberi doa, dorongan,
dan semangat kepada penulis dalam menggapai semua cita-cita.
7. Sahabat, teman-teman mahasiswa/mahasiswi seperjuangan yang tidak henti-hentinya
telah memberikan semangat dan moril dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk kemajuan
penulis di masa akan datang. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat dan berguna
untuk kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

Bengkulu, Agustus 2021

Penulis

x
xi
DAFTAR iiISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ii .................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................................... iv
ABSTRACT ................................................................................................................... v
BIODATA PENULIS .................................................................................................... vi
MOTTO .......................................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ii ................................................................................................ x
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................................... xi
DAFTARiISI ii ............................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xiv
DAFTARiBAGAN ii ...................................................................................................... xv
DAFTARiLAMPIRAN ................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ii .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ii ............................................................................................. 3
C. TujuaniPenelitian .................................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 3
E. Keaslian Penelitian ii ............................................................................................ 4
BABiII TINJAUANiPUSTAKA
A. HIV ...................................................................................................................... 5
B. AIDS .................................................................................................................... 10
C. Remaja ................................................................................................................. 12
D. Perilaku ................................................................................................................ 14
E. Pengetahuan ......................................................................................................... 15
F. Media Promosi Kesehatan ................................................................................... 17
G. Media Sosial Instagram ....................................................................................... 19
H. Konsep Akun Instagram ...................................................................................... 22
I. Kerangka Teori .................................................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian............................................................................ 24
B. KerangkaiKonsep ................................................................................................ 25
xii
C. DefinisiiOperasional ............................................................................................. 25
D. Populasi dan Sampel............................................................................................. 26
E. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................ 27
F. InstrumentidaniBahaniPenelitian.......................................................................... 27
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 28
H. TeknikiPengolahan Data....................................................................................... 29
I. Analisis Data......................................................................................................... 29
J. AluriPenelitian ...................................................................................................... 31
K. EtikaiPenelitian..................................................................................................... 32
BABiIViHASIL DANiPEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ....................................................................................................... 34

B. Pembahasan ............................................................................................................ 40

C. Keterbatasan Penelitian........................................................................................... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 44

B. Saran ........................................................................................................................ 44

DAFTAR iiPUSTAKA ................................................................................................... 45


LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

1.1 Keaslian Penelitian ......................................................................................................... 5


3.3 Definisi Operasional ....................................................................................................... 25
4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden .............................................................. 37
4.2 Deskripsi Pengetahuan Siswa Tentang HIV/AIDS Sebelum dan Sesudah
Diberikan Promosi Kesehatan Melalui Media Sosial Instagram .................................. 38
4.3 Rerata Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Promosi Kesehatan Melalui
Media Sosial Instagram Tentang HIV/AIDS ............................................................... 39
4.4 Pengaruh Penggunaan Media Sosial Instagram Terhadap Pengetahuan Remaja
Tentang HIV/AIDS Di SMAN 10 Kota Bengkulu ......................................................... 39

xiv
DAFTAR BAGAN

2.1 Kerangka Teori ............................................................................................................... 23


3.1 Rancangan Penelitian ...................................................................................................... 24
3.2 Kerangka Konsep ........................................................................................................... 25

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Bimbingan


Lampiran 2 : Kuesioner
Lampiran 3 : Desain Media Sosial Instagram
Lampiran 4 : Hasil Validitas Media Untuk Ahli Media
Lampiran 5 : Hasil Validitas Media Untuk Ahli Materi
Lampiran 6 : Hasil Uji Validitas Media Kepada Sasaran
Lampiran 7 : Lembar Validitas Untuk Sasaran
Lampiran 8 : Dokumentasi Penelitian
Lampiran 9 : Etical Clereance
Lampiran 10 : Surat Izin Penelitian

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyerang /
menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia,
menyebabkan penyakit HIV dan menjadi AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS) adalah sekelompok gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh
yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes, 2016). Penyakit HIV dan AIDS ini
menjadi pandemik yang mengkhawatirkan masyarakat dunia karena disamping belum
ditemukannya vaksin dan obat untuk mencegah penyakit tersebut. HIV/AIDS memilki
fase asimtomatik (tanpa gejala) yang relative panjang dalam perjalanan penyakitnya. Hal
tersebut menyebabkan pola perkembangannya seperti fenomena gunung es (iceberg
phenomena) (Kemenkes, 2013). Fenomena gunung es menjadikan data yang muncul
dipermukaan hanya sedikit, namun masih ada kasus-kasus yang belum terdata dan
penyakit ini meningkat setiap tahunnya.
Berdasarkan data World Health Organization pada tahun 2017 kasus HIV di dunia
tercatat sebanyak 36,9 juta kasus dan 940.000 orang meninggal karena AIDS. Pada tahun
2018 tercatat sebanyak 37,9 juta kasus dan 3,8 juta diantaranya di wilayah Asia Tenggara,
termasuk Indonesia (WHO, 2019). Secara kumulatif pengidap infeksi HIV menurut data
dari Kemenkes RI Kasus HIV dan AIDS di Indonesia pada tahun 2019 terdata sebanyak
50.282 kasus HIV dan 7.036 kasus AIDS.
Menurut laporan Ditjen P2P pada tahun 2019 di Provinsi Bengkulu terdata
sebanyak 177 kasus HIV dan 69 kasus AIDS. Data dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu
tahun 2018 terdapat 84 kasus HIV 11 orang meninggal akibat AIDS, pada tahun 2019
terdapat 87 kasus HIV dan 18 orang meninggal akibat AIDS. Angka kejadian HIV dan
AIDS tertinggi berdasarkan kelompok umur yaitu usia 21-49 tahun. Fase HIV berlanjut ke
AIDS memerlukan waktu selama 5-10 tahun yang berarti kontak pertama dengan virus
tersebut berdasarkan kelompok umur yaitu usia remaja 12-21 tahun (Husaini, dkk, 2017).
Pada usia dalam tahap usia produktif, yang artinya pada tahap usia ini kebanyakan
melakukan kenakalan remaja salah satunya seks bebas (Pardede, dkk. 2020).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Bengkulu tahun 2020 jumlah
penduduk berusia remaja 15 -19 tahun yaitu 22.312 jiwa dan didapatkan sebaran
penduduk tertinggi terdapat di wilayah kecamatan Selebar yaitu 79.498 jiwa.

1
2

Upaya pencegahan pada tingkat remaja sangat penting dilakukan. Masa remaja
merupakan periode yang rawan ketika keputusan-keputusan untuk mempraktekkan
perilaku seksual berisiko dan berpotensi menyebabkan penularan HIV dan AIDS dan
penyakit menular seksual lainnya sangat mungkin terjadi. Proses pematangan seksual,
perkembangan pada biologis, anatomi dan fisiologi, dan kemampuan reproduksi, yang
menandai transisi dari masa kanak-kanak kemasa remaja terjadi dimasa ini. Remaja yang
memiliki pengetahuan dan sikap yang kurang akan memiliki perilaku seksual tak wajar
tentu meningkatkan penularan HIV dan AIDS (Aisyah, 2020). Hambatan dalam
memerangi HIV dan AIDS adalah tingkat pengetahuan tentang HIV dan AIDS di antara
penduduk usia 15 tahun ke atas masih rendah (UNICEF, 2018). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Rahayu tahun 2017 diantara 15 siswa-siswi di SMAN 1 Rengat, 10
diantaranya mengatakan bahwa 46% remaja memiliki pengetahuan yang kurang tentang
HIV dan AIDS dan prilaku seksual pranikah sebanyak 63% dan tidak paham dengan
bahaya dan resiko, mereka juga tidak tahu bagaimana cara atau sikap yang harus
dilakukan untuk menghindari HIV dan AIDS.
Menurut Suiraoka & Supariasa (2012) metode pendidikan kesehatan dapat
disampaikan melalui metode ceramah, diskusi kelompok, diskusi panel, curah pendapat,
demonstrasi, bola salju, bermain peran dan permainan simulasi, media yang digunakan
yaitu media sosial dan media visual. Salah satu keuntungan diberikannya materi edukasi
melalui media sosial adalah aksesibilitas yang tinggi dalam waktu dan tempat, responden
dapat mengakses berulangkali informasi tersebut kapanpun dan dimanapun ia berada
(Amichai-Hamburger, 2013). Media sosial yang digunakan untuk pendidikan kesehatan
pada penelitian ini adalah aplikasi instagram. Jenis media sosial yang paling banyak
digunakan pada remaja sebagian besar adalah Instagram (38,8%), Whatsapp (35,9%),
serta Facebook (24,1%) (Muntamah dan Ismiryam, 2019).
Survey awal yang dilakukan peneliti didapatkan SMAN 10 Kota Bengkulu
merupakan salah satu sekolah menengah atas yang terdapat di wilayah kecamatan Selebar
kota Bengkulu. Oleh karena itu peneliti memilih SMAN 10 Kota Bengkulu sebagai tempat
penelitian.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui "Pengaruh
Penggunaan Media Sosial Instagram Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS
di SMAN 10 Kota Bengkulu"
3

B. Rumusan Masalah
Masih tingginya kasus HIV dan AIDS di kota Bengkulu dan menurut UNICEF
tingkat pengetahuan tentang HIV dan AIDS diantara penduduk usia 15 tahun ke atas
masih rendah. Sehingga pertanyaan peneliti dari penelitian ini adalah “Apakah Ada
Pengaruh Penggunaan Media Sosial Instagram Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang
HIV/AIDS di SMAN 10 Kota Bengkulu?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah diketahui pengaruh penggunaan
media sosial Instagram terhadap pengetahuan remaja tentang HIV dan AIDS di
SMAN 10 Kota Bengkulu.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui karakteristik anak sekolah menengah atas berupa umur dan jenis
kelamin
b. Diketahui tingkat pengetahuan sebelum diberikan promosi kesehatan
menggunakan media sosial Instagram terhadap pengetahuan remaja tentang HIV
dan AIDS di SMAN 10 Kota Bengkulu
c. Diketahui tingkat pengetahuan setelah diberikan promosi kesehatan
menggunakan media sosial Instagram terhadap pengetahuan remaja tentang HIV
dan AIDS di SMAN 10 Kota Bengkulu
d. Diketahui pengaruh pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan promosi
kesehatan menggunakan media sosial Instagram terhadap pengetahuan remaja
tentang HIV dan AIDS di SMAN 10 Kota Bengkulu

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Institusi
a. Manfaat Bagi Akademik
Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan, literatur dan wawasan
untuk penelitian bagi mahasiswa yang meneliti tentang HIV dan AIDS.
b. Manfaat Bagi SMAN 10 Kota Bengkulu
Penelitian dapat meningkatkan pengetahuan remaja tentang HIV dan
AIDS. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi masukan bagi para guru dalam
menghimbau siswa untuk menjauhi perilaku seksual beresiko dalam mencegah
HIV dan AIDS.
4

2. Manfaat Bagi Peneliti


Dengan dilakukannya penelitian tentang pengaruh penggunaan media
sosial Instagram terhadap pengetahuan remaja tentang HIV dan AIDS ini peneliti
dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dari perkuliahan dan menjadi
pengalaman yang nyata dalam melaksanakan penelitian sehingga dapat bermanfaat
bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.
3. Manfaat Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan dapat sebagai sumber literasi untuk penelitian
lebih lanjut yang berkaitan dengan HIV dan AIDS.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Nama Peneliti dan Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan


Tahun
1 Akbar Asfar, Wa Pengaruh Hasil penelitian menunjukkan Jenis penelitian,
Ode Sri Asnaniar Penyuluhan bahwa ada pengaruh tempat, waktu,
(2018) Kesehatan Terhadap penyuluhan kesehatan populasi dan
Tingkat sebelum dan sesudah terhadap sampel penelitian.
Pengetahuan Dan tingkat pengetahuan tentang
Sikap Tentang penyakit HIV/AIDS dengan
Penyakit HIV/AIDS nilai p value = 0,000 (α<
Di SMP Baznas 0,05).
Provinsi Sulawesi
Selatan
2 Sitti Aisyah , Pengaruh Media Hasil penelitian Jenis penelitian,
Muhammad Syafar, Sosial Untuk mengungkapkan bahwa tempat dan waktu
Ridwan Amiruddin Meningkatkan terjadi peningkatan skor rata- penelitian.
(2020) Pengetahuan Dan rata (mean) pengetahuan
Sikap Remaja responden setelah diberikan
Tentang HIV & intervensi. Hal ini dibuktikan
AIDS Di Kota dengan hasil uji statistik
Parepare diperoleh nilai p = 0,00
(p<0,05).
3 Ayulia Fardila Sari Promosi Kesehatan Skor rata-rata pengetahuan Jenis penelitian,
ZA, Nengsih “Sadari” Sadari mahasiswi mengalami tempat, variabel
Purnama Sari, Menggunakan peningkatan sebelum dan waktu, populasi
Nabila (2019) Instagram pada sesudah intervensi. Hasilnya dan sampel
Mahasiswa Non terjadi peningkatan penelitian.
Kesehatan pengetahuan mahasiswa
Universitas Andalas dengan p value 0,002
(p<0,05).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. HIV
1. Pengertian
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu spektrum penyakit
yang menyerang sel-sel kekebalan tubuh yang meliputi infeksi primer, dengan atau
tanpa sindrom akut, stadium asimtomatik, hingga stadium lanjut. HIV sendiri adalah
virus sitopatik, termasuk dalam famili Retroviridae, dan sel targetnya adalah sel yang
mampu mengekspresikan reseptor spesifik CD4 yang kebanyakan terlibat dalam
sistem imun manusia, sehingga manifestasinya meskipun beragam pada akhirnya hadir
sebagai infeksi sekunder/oportunistik akibat tertekannya sistem imun oleh karena
infeksi virus pada tahap lanjut (Hidayati, 2020). HIV adalah virus sitopatik
diklasifikasi- kan dalam famili Retroviridae, subfamili Lentivirinae, genus Lentivirus.
Berdasar strukturnya HIV termasuk famili retrovirus, termasuk virus RNA dengan
berat molekul 9.7 kb (kilobases) (Nasronudin, 2020).

2. Tanda dan Gejala HIV


Menurut Hidayati (2020), Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan
tanda atau gejala tertentu. Dalam perjalanannya, infeksi HIV dapat melalui 3 fase
klinis.
a. Tahap 1: Infeksi Akut
Dalam 2 hingga 6 minggu setelah terinfeksi HIV, seseorang mungkin
mengalami penyakit seperti flu, yang dapat berlangsung selama beberapa minggu.
Ini adalah respons alami tubuh terhadap infeksi. Setelah HIV menginfeksi sel
target, yang terjadi adalah proses replikasi yang menghasilkan berjuta-juta virus
baru (virion), terjadi viremia yang memicu sindrom infeksi akut dengan gejala
yang mirip sindrom semacam flu. Gejala yang terjadi dapat berupa demam, nyeri
menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, nyeri otot, dan sendi
atau batuk.
b. Tahap 2: Infeksi Laten
Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi asimtomatik (tanpa gejala), yang
umumnya berlangsung selama 8-10 tahun. Pembentukan respons imun spesifik
HIV dan terperangkapnya virus dalam sel dendritik folikuler di pusat

5
6

germinativum kelenjar limfe menyebabkan virion dapat dikendalikan, gejala


hilang dan mulai memasuki fase laten. Meskipun pada fase ini virion di plasma
menurun, replikasi tetap terjadi di dalam kelenjar limfe dan jumlah limfosit T-CD4
perlahan menurun walaupun belum menunjukkan gejala (asimtomatis). Beberapa
pasien dapat menderita sarkoma Kaposi's, Herpes zoster, Herpes simpleks,
sinusitis bakterial, atau pneumonia yang mungkin tidak berlangsung lama.
c. Tahap 3: Infeksi Kronis
Sekelompok kecil orang dapat menunjukkan perjalanan penyakit amat
cepat dalam 2 tahun, dan ada pula yang perjalanannya lambat (non- progressor).
Akibat replikasi virus yang diikuti kerusakan dan kematian sel dendritik folikuler
karena banyaknya virus, fungsi kelenjar limfe sebagai perangkap virus menurun
dan virus dicurahkan ke dalam darah. Saat ini terjadi, respons imun sudah tidak
mampu meredam jumlah virion yang berlebihan tersebut. Limfosit T-CD4
semakin tertekan oleh karena intervensi HIV yang semakin banyak, dan jumlahnya
dapat menurun hingga di bawah 200 sel/mm. Penurunan limfosit T ini
mengakibatkan sistem imun menurun dan pasien semakin rentan terhadap berbagai
penyakit infeksi sekunder, dan akhirnya pasien jatuh pada kondisi AIDS.
Seiring dengan makin memburuknya kekebalan tubuh, ODHA mulai
menampakkan gejala akibat infeksi oportunistik seperti berat badan menurun,
demam lama, rasa lemah, pembesaran kelenjar getah bening, diare, tuberkulosis,
infeksi jamur, herpes, dan lain-lain. Sekitar 50% dari semua orang yang terinfeksi
HIV, 50% berkembang masuk dalam tahap AIDS sesudah 10 tahun, dan sesudah
13 tahun, hampir semua menunjukkan gejala AIDS, kemudian meninggal.
Gejala dan klinis yang patut diduga infeksi HIV adalah sebagai berikut :
a. Keadaan umum, yakni kehilangan berat badan > 10% dari berat badan dasar;
demam (terus menerus atau intermiten, temperatur oral > 37,5) yang lebih dari satu
bulan; diare (terus menerus atau intermiten) yang lebih dari satu bulan;
limfadenopati meluas.
b. Kulit, yaitu didapatkan pruritic papular eruption dan kulit kering yang luas;
merupakan dugaan kuat infeksi HIV. Beberapa kelainan kulit seperti genital warts,
folikulitis, dan psoriasis sering terjadi pada ODHA tapi tidak selalu terkait dengan
HIV.
c. Infeksi jamur dengan ditemukan kandidiasis oral; dermatitis seboroik; atau
kandidiasis vagina berulang.
7

d. Infeksi viral dengan ditemukan herpes zoster (berulang atau melibatkan lebih dari
satu dermatom); herpes genital berulang; moluskum kontangiosum; atau
kondiloma.
e. Gangguan pernapasan dapat berupa batuk lebih dari satu bulan; sesak napas;
tuberkulosis; pneumonia berulang sinusitis kronis atau berulang.
f. Gejala neurologis dapat berupa nyeri kepala yang semakin parah (terus menerus
dan tidak jelas penyebabnya); kejang demam; atau menurunnya fungsi kognitif.

3. Penyebab HIV
Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah,
semen, dan sekret vagina. Setelah memasuki tubuh manusia, maka target utama HIV
adalah limfosit CD 4 karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan
CD4. Virus ini akan mengubah informasi genetiknya ke dalam bentuk yang
terintegrasi di dalam informasi genetik dari sel yang diserangnya, yaitu merubah
bentuk RNA (ribonucleic acid) menjadi DNA (deoxyribonucleic acid) menggunakan
enzim reverse transcriptase. DNA pro-virus tersebut kemudian diintegrasikan ke
dalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus. Setiap
kali sel yang dimasuki retrovirus membelah diri, informasi genetik virus juga ikut
diturunkan.
Cepat lamanya waktu seseorang yang terinfeksi HIV mengembangkan AIDS
dapat bervariasi antar individu. Dibiarkan tanpa pengobatan, mayoritas orang yang
terinfeksi HIV akan mengembangkan tanda-tanda penyakit terkait HIV dalam 5-10
tahun, meskipun ini bisa lebih pendek. Waktu antara mendapatkan HIV dan diagnosis
AIDS biasanya antara 10–15 tahun, tetapi terkadang lebih lama. Terapi antiretroviral
(ART) dapat memperlambat perkembangan penyakit dengan mencegah virus
bereplikasi dan oleh karena itu mengurangi jumlah virus dalam darah orang yang
terinfeksi (dikenal sebagai 'viral load') (Damayanti, 2019).

4. Kelompok Risiko HIV


Menurut UNAIDS (2017), kelompok risiko tertular HIV sebagai berikut:
a. Pengguna napza suntik: menggunakan jarum secara bergantian
b. Pekerja seks dan pelanggan mereka: keterbatasan pendidikan dan peluang untuk
kehidupan yang layak memaksa mereka menjadi pekerja seks
c. Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki
d. Narapidana
8

e. Pelaut dan pekerja di sektor transportasi


f. Pekerja boro (migrant worker): melakukan hubungan seksual berisiko seperti
kekerasan seksual, hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi HIV tanpa
pelindung, mendatangi lokalisasi/komplek PSK dan membeli seks (Ernawati,
2016).

5. Penularan HIV
Menurut Damayanti (2019), penularan HIV adalah sebagai berikut :
a. Hubungan seksual : hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang
telah terpapar HIV.
b. Transfusi darah : melalui transfusi darah yang tercemar HIV.
c. Penggunaan jarum suntik : penggunaan jarum suntik, tindik, tato, dan pisau
cukur yang dapat menimbulkan luka yang tidak disterilkan secara bersama -
sama dipergunakan dan sebelumnya telah dipakai orang yang terinfeksi HIV.
Cara - cara ini dapat menularkan HIV karena terjadi kontak darah.
d. Ibu hamil kepada anak yang dikandungnya
1) Antenatal : saat bayi masih berada di dalam rahim, melalui plasenta.
2) Intranatal : saat proses persalinan, bayi terpapar darah ibu atau cairan
vagina.
3) Postnatal : setelah proses persalinan, melalui air susu ibu.
Kenyataannya 25-35% dari semua bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sudah
terinfeksi di negara berkembang tertular HIV, dan 90% bayi dan anak yang
tertular HIV tertular dari ibunya.

6. Pencegahan HIV/AIDS
Lima cara untuk mencegah penularan HIV, dikenal konsep “ABCDE”
sebagai berikut (Damayanti, 2019) :
a. A (Abstinence) : artinya Absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi
yang belum menikah.
b. B (Be faithful) : artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak
berganti-ganti pasangan).
c. C (Condom) : artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan
menggunakan kondom.
d. D (Drug No) : artinya Dilarang menggunakan narkoba.
9

e. E (Education) : artinya pemberian Edukasi dan informasi yang benar mengenai


HIV, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya.
Semua orang tanpa kecuali dapat tertular, sehingga remaja yang melakukan
hubungan seks tidak aman, berisiko IMS karena dapat memperbesar risiko
penularan HIV/AIDS. Bagi remaja dapat melakukan pencegahan HIV, yaitu :
a. Mencari informasi yang lengkap dan benar yang berkaitan dengan HIV/AIDS.
b. Mendiskusikan secara terbuka permasalahan yang sering dialami remaja dalam
hal ini tentang masalah perilaku seksual dengan orang tua, guru, teman maupun
orang yang memang paham mengenai hal tersebut.
c. Menghindari penggunaan obat-obatan terlarang dan jarum suntik, tato dan
tindik.
d. Tidak melakukan kontak langsung percampuran darah dengan orang yang
sudah terpapar HIV.
e. Menghindari perilaku yang dapat mengarah pada perilaku yang tidak sehat dan
tidak bertanggungjawab

7. Pengobatan HIV
HIV/AIDS belum dapat disembuhkan Sampai saat ini belum ada obat-
obatan yang dapat menghilangkan HIV dari dalam tubuh individu. Ada beberapa
kasus yang menyatakan bahwa HIV/AIDS dapat disembuhkan. Setelah diteliti lebih
lanjut, pengobatannya tidak dilakukan dengan standar medis, tetapi dengan
pengobatan alternatif atau pengobatan lainnya. Obat-obat yang selama ini
digunakan berfungsi menahan perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh, bukan
menghilangkan HIV dari dalam tubuh. Obat-obatan ARV sudah dipasarkan secara
umum, untuk obat generik. Namun tidak semua orang yang HIV positif sudah
membutuhkan obat ARV, ada kriteria khusus. Meskipun semakin hari makin
banyak individu yang dinyatakan positif HIV, namun sampai saat ini belum ada
informasi adanya obat yang dapat menyembuhkan HIV/AIDS. Bahkan sampai
sekarang belum ada perkiraan resmi mengenai kapan obat yang dapat
menyembuhkan AIDS atau vaksin yang dapat mencegah AIDS ditemukan.
Untuk menahan lajunya tahap perkembangan virus beberapa obat yang ada
adalah antiretroviral dan infeksi oportunistik. Obat antiretroviral adalah obat yang
dipergunakan untuk retrovirus seperti HIV guna menghambat perkembangbiakan
virus. Obat-obatan yang termasuk antiretroviral yaitu AZT, Didanoisne,
Zaecitabine, Stavudine. Obat infeksi oportunistik adalah obat yang digunakan
10

untuk penyakit yang muncul sebagai efek samping rusaknya kekebalan tubuh.
Yang terpenting untuk pengobatan oportunistik yaitu menggunakan obat-obat
sesuai jenis penyakitnya, contoh : obat-obat anti TBC (Damayanti, 2019).

B. AIDS
1. Pengertian AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) dapat diartikan sebagai
kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh
akibat infeksi oleh virus HIV, dan merupakan tahap akhir dari infeksi HIV
(Hidayati, 2020). AIDS muncul setelah virus HIV menyerang sistem kekebalan
tubuh selama lima hingga sepuluh tahun atau lebih. Sistem imun yang lemah tidak
dapat memenuhi perannya untuk melawan infeksi sehingga mendapatkan berbagai
infeksi oportunistik (Ardhiyanti, dkk, 2015). AIDS sampai saat ini belum bisa
disembuhkan. Penderita AIDS juga memerlukan pengobatan antiretroviral (ARV)
untuk mencegah terjadinya infeksi oportunistik semakin parah (Kemenkes RI,
2019).

2. Tanda dan Gejala AIDS


Menurut Tiyasari (2018), tanda dan gejala AIDS adalah :
a. Keringat yang berlebihan pada waktu malam
b. Diare terus menerus
c. Pembengkakan kelenjar getah bening
d. Flu yang tidak sembuh-sembuh
e. Nafsu makan berkurang
f. Badan menjadi lemah
g. Berat badan terus berkurang.

3. Fase sebelum AIDS


Menurut Tiyasari (2018), fase sebelum AIDS sebagai berikut :
a. Fase 1
Umur infeksi 1-6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu sudah terpapar
dan terinfeksi. Tapi, ciri terinfeksi belum terlihat meskipun ia melakukan tes
darah. Pada fase ini antibodi terhadap HIV belum terbentuk. Bisa saja
terlihat/mengalami gejala-gejala ringan, seperti flu (biasanya 2-3 hari dan
sembuh sendiri).
11

b. Fase 2
Umur infeksi yaitu 2-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua
ini individu sudah positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit. Sudah
dapat menularkan pada orang lain. Bisa saja terlihat/mengalami gejala-gejala
ringan, seperti flu (biasanya 2-3 hari dan sembuh sendiri).
c. Fase 3
Mulai muncul gejala-gejala awal penyakit. Belum disebut sebagai gejala
AIDS. Gejala-gejala yang berkaitan antara lain keringat yang berlebihan pada
waktu malam, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu
yang tidak sembuh-sembuh, nafsu makan berkurang dan badan menjadi lemah,
serta berat badan terus berkurang. Pada fase ketiga ini sistem kekebalan tubuh
mulai berkurang.
d. Fase 4
AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan tubuh sangat berkurang
dilihat dari jumlah sel-T nya. Timbul penyakit tertentu yang disebut dengan
infeksi oportunistik yaitu TBC, infeksi paru-paru yang menyebabkan radang
paru-paru dan kesulitan bernafas, kanker, khususnya sariawan, kanker kulit atau
sarcoma kaposi, infeksi usus yang menyebabkan diare parah berminggu-
minggu, dan infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental dan sakit
kepala.

4. Komplikasi HIV/AIDS
Adapun komplikasi AIDS menurut Liana (2019) yaitu :
a. Kanker
Penderita AIDS dapat terkena penyakit kanker dengan mudah. Jenis
kanker yang biasanya muncul yaitu kanker paru-paru, ginjal, limfoma, dan
sarkoma Kaposi.
b. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi paling umum yang muncul pada
penderita AIDS. Penderita AIDS sangat rentan terkena virus. TBC biasanya
menjadi penyebab utama kematian penderita AIDS.
c. Sitomegalovirus
Sitomegalovirus adalah virus herpes yang biasanya ditularkan dalam
bentuk cairan tubuh seperti air liur, darah, urin, air mani, dan air susu ibu.
Sistem kekebalan tubuh yang sehat akan membuat virus tidak aktif, penderita
12

AIDS memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah sehingga virus dapat
dengan mudah menjadi aktif. Sitomegalovirus dapat menyebabkan kerusakan
pada mata, saluran pencernaan, paru-paru atau organ lain.
d. Candidiasis
Candidiasis adalah infeksi yang juga sering terjadi akibat HIV dan
AIDS. Kondisi ini menyebabkan peradangan pada lapisan putih dan tebal pada
selaput lendir mulut, lidah, kerongkongan serta perdangan pada vagina.
e. Kriptokokus Meningitis
Meningitis adalah peradangan pada selaput dan cairan yang
mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang (meninges). Meningitis
kriptokokal adalah infeksi sistem saraf umum pusat yang mudah menyerang
penderita AIDS.

C. Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja merupakan masa dimana peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa, yang telah meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan
memasuki masa dewasa. Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik,
psikis dan psikososial. Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan
manusia. Remaja ialah masa perubahan atau peralihan dari anak-anak ke masa
dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan
sosial (Sofia & Adiyanti, 2014)

2. Tahap - Tahap Perkembangan dan Batasan Remaja


World Health Organization (WHO), 2014 memberikan definisi tentang remaja
yang lebih bersifat konseptual didasarkan pada usia kesuburan (fertilitas) wanita dan
berlaku juga untuk pria, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun.
Dengan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Secara lengkap
definisi tersebut berbunyi :
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda- tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-
anak menjadi dewasa.
c. Terjadi teralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan
yang relatif lebih mandiri.
13

Menurut Tanjung (2018) masa remaja menurut ciri perkembangan dibagi


menjadi tiga tahap yaitu :
a. Masa remaja awal (11-14 tahun)
Remaja awal dengan mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik
pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihan
ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ego menyebabkan remaja awal
sulit untuk mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa.
b. Masa remaja pertengahan (15-17 tahun)
Siswa SMA merupakan remaja pertengahan. Pada tahap ini remaja sangat
membutuhkan teman ia sangat senang kalau banyak teman yang menyukainya.
Ada kecenderungan narcistic, yaitu mencintai diri sendiri. Remaja pria harus
membebaskan diri dari oedipoes complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada
masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan lawan
jenis.
c. Masa remaja akhir (18-20 tahun).
Masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian
lima hal, yaitu :
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi interlek
2) Ogonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dalam
pengalaman-pengalaman baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan
keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
5) Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum (the public).

3. Tugas dan Perkembangan Pada Remaja


Tugas dan perkembangan pada remaja didefinisikan sebagai upaya untuk
meningkatkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusahan untuk mencapai
kemampuan bersikap dan berperilaku antara dewasa serta dapat menyikapi kondisi
yang ada pada lingkungan sekitar (Triningtyas, 2017). Adapun tugas-tugas
perkembangan masa remaja adalah sebagai berikut :
a. Mampu menerima keadaan fisiknya
b. Mampu menerima dan memahami hubungan baik dengan anggota kelompok
berlainan sifat
14

c. Mampu menerima dan memahami peran orang dewasa


d. Memcapai kemandirian emosional
e. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektuan untuk melakukan peran
sebagai anggota masyarakat
f. Mengembangkan perilaku tanggung jawab

D. Perilaku
1. Pengertian
Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan. Perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang
berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmojo, 2010).

2. Jenis-Jenis Perilaku
Jenis-jenis perilaku individu menurut Okviana (2015) :
a. Perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan saraf
b. Perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif
c. Perilaku tampak dan tidak tampak
d. Perilaku sederhana dan kompleks
e. Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor

3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku


Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (dalam Notoatmodjo, 2007)
menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor
perilaku (behaviorcauses) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes).
Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu :
a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
b. Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup lingkungan fisik, tersedia
atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana keselamatan kerja,
misalnya ketersedianya alat pendukung, pelatihan dan sebagainya.
c. Faktor penguat (reinforcement factor), faktor-faktor ini meliputi undang-undang,
peraturan-peraturan, pengawasan dan sebagainya menurut Notoatmodjo (2007).
15

4. Bentuk-bentuk Perubahan perilaku


Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang
digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Bentuk – bentuk
perilaku dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
a. Perubahan alamiah (Neonatal chage)
Perilaku manusia selalu berubah sebagian perubahan itu disebabkan karena
kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi 20 suatu perubahan
lingkungan fisik atau sosial, budaya dan ekonomi maka anggota masyarakat
didalamnya yang akan mengalami perubahan.
b. Perubahan Rencana (Plane Change)
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh
subjek.
c. Kesediaan Untuk Berubah (Readiness to Change)
Apabila terjadi sesuatu inovasi atau program pembangunan di dalam
masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk
menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah perilakunya). Tetapi sebagian
orang sangat lambat untuk menerima perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap
orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda (Notoatmodjo,
2011).

E. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.(Notoatmodjo S, 2010).
2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2010), pengetahuan yang cukup dalam
dominan kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :
a. Tahu (Know)
Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau dirangsang yang
telah diterima. Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
16

dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi dan


mengatakan. Tingkatan ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui
dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.
c. Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.
d. Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau sesuatu objek ke dalam
sesuatu komponen–komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan,
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainnya.
e. Sintesis (Sinthesis)
Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi–formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek.
Penelitian–penelitian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang sudah
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria–kriteria yang telah ada.

3. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Terdapat empat faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu
(Notoatmodjo, 2010) :
a. Sosial Ekonomi
Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang,
sedangkan ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, ekonomi baik tingkat
pendidikan akan tinggi sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga. Tingkat
sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan
yang disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih
mendesak.
17

b. Kultur (Budaya dan Agama)


Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahauan seseorang, karena
informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada
dan agama yang dianut.
c. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal- hal baru dan
mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut. Pendidikan itu
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan.
d. Pengalaman
Berkaitan dengan usia dan pendidikan individu, bahwa pendidikan yang tinggi
maka pengalaman semakin luas, sedangkan semakin tua usia seseorang maka
pengalaman akan semakin banyak.

F. Media Promosi Kesehatan


1. Pengertian
Dalam proses promosi kesehatan diperlukan media untuk membantu dalam
menyampaikan pesan kesehatan. Media adalah suatu alat yang digunakan oleh
petugas kesehatan dalam menyampaikan bahan, materi, dan pesan ke-sehatan untuk
membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses promosi kesehatan
(Notoatmodjo, 2012).
Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan
(AVA), alat-alat tersebut merupakan alat untuk memudahkan penyampaian dan
penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat (Fitriani, 2011).

2. Jenis – Jenis Media


Menurut Notoatmodjo (2007), Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan-
pesan kesehatan, media ini dibagi menjadi 3, yakni media cetak, elektronik dan
papan.
a. Media Cetak
Media cetak sebagai alat Bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat
bervariasi, antara lain sebagai berikut:
1) Booklet, ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam
bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar
18

2) Leaflet, ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan


melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat
maupun gambar, atau kombinasi.
3) Flyer (selebaran), bentuknya seperti leaflet, tetapi tidak berlipat.
4) Flip chart (lembar balik), media penyampaian pesan atau informasi kesehatan
dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan
lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau infromasi yang berkaitan
dengan gambar tertentu.
5) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas
suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.
6) Poster ialah bentuk media cetak yang berisi pesan atau informasi kesehatan,
yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di
kendaraan umum.
7) Foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.

3. Jenis – Jenis Media


Menurut Notoatmodjo (2007), Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan-
pesan kesehatan, media ini dibagi menjadi 3, yakni media cetak, elektronik dan
papan.
b. Media Elektronik
Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau
informasi kesehatan berbeda - beda jenisnya, antara lain :
1) Televisi, penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui media televisi
dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab
sekitar masalah kesehatan, pidato (ceramah), TV SpotI, kuis atau cerdas
cermat, dan sebagainya.
2) Radio, penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui radio juga
dapat bermacam-macam bentuknya, antara lain obrolan (tanya jawab),
sandiwara radio, ceramah, radio spot, dan sebagainya.
3) Video, penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat melalui
video
4) Slide, slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi-
informasi kesehatan
5) Film Strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
19

c. Media Papan (Billboard)


Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat diisi dengan
pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan di sini juga
mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada
kendaraan- kendaraan umum (bus dan taksi).

G. Media Sosial Instagram


1. Definisi
Instagram adalah sebuah aplikasi dari Smarthphone yang khusus untuk media
sosial yang merupakan salah satu dari media digital yang mempunyai fungsi hampir
sama dengan twitter, namun perbedaannya terletak pada pengambilan foto dalam
bentuk atau tempat untuk berbagi informasi terhadap penggunanya. Instagram juga
memberikan inspirasi bagi penggunanya dan juga dapat meningkatkan kreatifitas,
karena instagram mempunyai fitur yang dapat membuat foto menjadi lebih indah,
lebih artistik, dan menjadi lebih bagus (Atmoko, 2012). Kelebihan-kelebihan yang
disajikan media sosial Instagram mampu meraih pengguna terbanyak dari media sosial
lainnya tak terkecuali remaja, bahkan pengguna terbanyak adalah remaja. Media sosial
Instagram menawarkan sistem komunikasi dengan berbagai kemudahan melalui
penggunaan fitur ataupun konten tidak hanyak estetika tetapi juga etika yang dapat
diciptakan. Pemanfaatan fitur untuk menemukan foto, video dan berita pada Instagram
salah satu metode yang dapat menciptakan etika yang baik sekaligus mempengaruhi
bagi penggunanya khusunya remaja (Ferlitasari, 2018).

2. Teori Instagram
Teori Uses and Gratification
Pada kajian komunikasi ada sebuah teori yang bernama uses and gratification,
Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Harbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori
ini membahas bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan
menggunakan media tersebut. Yang artinya, pengguna media adalah pihak yang aktif
dalam proses komunikasi (Hidayat, 2006). Teori uses and gratification adalah salah
satu teori dari komunikasi yang berfokus pada komunikasi sosial. Teori ini
mengadaptasi fungsionalistik pendekatan komunikasi dan media, dan menyatakan
bahwa peran paling penting media adalah memenuhi kebutuhan dan motivasi audiens.
Oleh karena itu, semakin banyak kebutuhan ini terpenuhi, maka lebih banyak
kepuasan dihasilkan (Mehrad and Tajer 2016). Teori ini awalnya berfokus pada motif
20

penonton dan kemudian menganalisis pesan dan sistem sosial (Mehrad and Tajer
2016).
Dengan kata lain, teori ini berkonsentrasi pada bagaimana pengguna mencari
media dan sejauh mana mereka puas dengan jenis, konten, dan metode
penggunaannya. Dalam ranah digital ini, banyak manfaat dan kemudahan bagi
pengguna teknologi untuk mengakses informasi, pengetahuan, dan rujukan mereka
untuk memilih media dalam satu alat, yang ada di tangan mereka, dapat memberikan
manfaat dan menggabungkan berbagai platform informasi sehigga menjadi lebih
mudah. Kelebihan fitur Instagram dengan postingan photo, video live, comment, direct
massage dapat dengan mudah digunakan oleh followers dalam berkomunikasi baik
kepada pemilik akun atau admin atau kepada sesama followers akun Instagram.

3. Sejarah Instagram
Perusahaan Burbn, Inc. berdiri pada tahun 2010, perusahaan teknologi startup
yang hanya berfokus kepada pengembangan aplikasi untuk telepon genggam. Pada
awalnya Burbn, Inc. sendiri memiliki fokus yang terlalu banyak di dalam HTML5
peranti bergerak, namun kedua CEO, Kevin Systrom dan Mike Krieger memutuskan
untuk lebih fokus pada satu hal saja. Setelah satu minggu mereka mencoba untuk
membuat sebuah ide yang bagus, pada akhirnya mereka membuat sebuah versi
pertama dari Burbn, namun di dalamnya masih ada beberapa hal yang belum
sempurna. Versi Burbn yang sudah final, aplikasi yang sudah dapat digunakan iPhone
yang isinya terlalu banyak dengan fitur-fitur. Sulit bagi Kevin Systrom dan Mike
Krieger untuk mengurangi fitur-fitur yang ada, dan memulai lagi dari awal, namun
akhirnya mereka hanya memfokuskan pada bagian foto, komentar, dan juga
kemampuan untuk menyukai sebuah foto. Itulah yang akhirnya menjadi Instagram
(Khairi, 2017)
Instagram berasal dari pengertian dari keseluruhan fungsi aplikasi ini. Kata
"insta" berasal dari kata "instan", seperti kamera polaroid yang pada masanya lebih
dikenal dengan sebutan "foto instan". Instagram juga dapat menampilkan foto-foto
secara instan, seperti polaroid di dalam tampilannya. Sedangkan untuk kata "gram"
berasal dari kata "telegram" yang cara kerjanya untuk mengirimkan informasi kepada
orang lain dengan cepat. Sama halnya dengan Instagram yang dapat mengunggah foto
dengan menggunakan jaringan Internet, sehingga informasi yang ingin disampaikan
dapat diterima dengan cepat. Oleh karena itulah Instagram merupakan lakuran dari
kata instan dan telegram (Khairi, 2017).
21

4. Fitur – Fitur Instagram


Instagram adalah sebuah aplikasi sebagai foto dan mengambil gambar atau
foto yang menerapkan filter digital untuk mengubah tampilan efek foto, dan
membagikannya keberbagai layanan media sosial, termasuk milik instagram sendiri.
Instagram memiliki lima menu utama yang semuanya terletak dibagian bawah pada
tampilan utama aplikasi instagram (Atmoko, 2012) yaitu sebagai berikut :
a. Home Page
Halaman utama yang menampilkan (timeline) foto terbaru dari sesama
pengguna yang terlah diikuti.Cara melihat foto yaitu hanya dengan menggeser
layar dari bawah keatas, kurang lebih 30 foto terbaru dimuat saat pengguna
mengakses aplikasi, Instagram hanya memberikan foto-foto terbaru.
b. Comments
Sebagai layanan jejaring sosial instagram menyediakan fitur komentar,
foto-foto yang ada di instagram dapat dapat memberikan komentar terhadap
foto dari kiriman pengguna instagram yang lain, caranya tekan ikon bertanda
balon komentar dibawah foto, kemudian tuliskan pesan dan kesan mengenai
foto pada kotak yang disediakan setelah itu tekan tombol kirim.
c. Explore
Merupakan tampilan dari foto-foto popular yang paling banyak disukai
para pengguna Instagram. Instagram menggunakan algoritma rahasia untuk
menentukan foto mana yang dimasukan ke dalam explore feed.
d. Profil
Pengguna dapat mengetahui secara detail mengenai informasi pengguna,
baik itu dari pengguna maupun sesama pengguna yang lainnya. Halaman profil
bisa diakses melalui ikon kartu nama di menu utama bagian paling kanan. Fitur
ini menanmpilkan jumlah foto yang telah diupload, jumlah pengikut dan
jumlah mengikuti.
e. News Feed
Fitur yang menampilkan notifikasi terhadap berbagai aktivitas yang
dilakukan oleh pengguna Instagram. News feed memiliki dua jenis tab yaitu
“Following” dan “News”. Tab “Following” menampilkan aktivitas terbaru
pada user yang telah pengguna ikuti, maka tab “News” menampilkan notifikasi
terbaru terhadap aktivitas para pengguna Instagram terhadap foto pengguna,
memberikan komentar atau follow maka pemberitahuan tersebut akan muncul
di tab ini.
22

5. Kelebihan Instagram
Media sosial Instagram memiliki kelebihan (Portal Ilmu Komunikasi Indonesia,
2017), berikut merupakan delapan kelebihan media sosial Instagram yaitu :
a. Sumber informasi, lebih mudah dan cepat didapatkan serta lebih transparan.
Informasi yang dapat ditemukan di social media sangat beragam, mulai dari bahan
pekerjaan, pendidikan, masakan, hingga bahan pembahasan ringan pada kehidupan
sehari-hari.
b. Media komunikasi, dengan jangkauan luas, kemudahan penggunaan, dan biaya
yang relative murah.
c. Memperluas pergaulan, terhubung dengan teman lama ataupun membuat
pertemanan baru dengan mudah bertukar informasi ataupun data seperti foto/video
dengan mudah dan cepat.
d. Ajang promosi dengan yang lebih luas, mudah, murah namun terfokus.
e. Sebagai media hiburan.
f. Membangun opini atau mengemukakan pendapat secara luas.
g. Mempelajari sesuatu baru dengan mudah
h. Kesempatan menjadi orang yang berbeda dan membangun rasa percaya diri
seseorang dalam bersosialisasi.

H. Konsep Akun Instagram


1. Nama Akun
Penamaan akun dibuat untuk mempermudah pengguna instagram dalam
mengenali akun tersebut serta mempermudah dalam pencarian. Dalam penelitian ini
akun instagram akan diberi nama “rapi.hivaids” yang merupakan akronim dari Remaja
Perduli HIV dan AIDS yang dalam hal ini merupakan gambaran singkat dari isi akun
tersebut.
2. Tujuan
Pengguna instagram mendapatkan promosi kesehatan berupa edukasi tentang
HIV dan AIDS.
3. Sasaran
Sasaran edukasi kesehatan dalam akun ini merupakan remaja siswa siswi SMA
Negeri 10 Kota Bengkulu.
4. Frekuensi
Pemberian edukasi dalam akun ini dilakukan sebanyak tujuh kali dalam satu
Minggu yakni satu kali dalam satu hari, setiap upload terdiri dari 2 sampai 3 slide.
23

Pemberian materi diberikan pukul 19.00 WIB karna menurut sebuah penelitian dari
University of Nevada-Reno yang diterbitkan dalam Frontiers in Human Neuroscience
yang dilakukan oleh Mariah Evans, seorang profesor sosiologi menujukkan bahwa
sebenarnya, seorang pelajar cenderung mampu mengoptimalkan daya ingatnya untuk
belajar dan memperdalam informasi paling efektif pada saat pukul 11 pagi hingga
21.30 malam (Kumparan, 2018).

I. Kerangka Teori
Teori Laswell Model
Komunikasi adalah penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang
lain (Effendy, 2005). Komunikasi memiliki peran penting dalam promosi kesehatan.
Menurut Laswell komunikasi akan berjalan dengan baik jika melalui lima tahap. Kelima
tahap itu adalah:
a. Who: Siapa orang yang menyampaikan komunikasi (komunikator).
b. Say what: Apa pesan yang disampaikan.
c. In Which channel: Saluran atau media apa yang digunakan.
d. To whom: Siapa penerima pesan (komunikan).
e. Whit what effect: perubahan apa yang terjadi pada komunikan.
Lima unsur itu merupakan elemen pokok komunikasi dengan siapa saja termasuk
komunikasi dalam promosi kesehatan. Komunikasi dapat bekerja secara sistematis
sehingga hasilnya tepat sasaran.
Bagan 2.1 Kerangka Teori Laswell Model

Promosi Media Sosial


Promotor
Kesehatan Instagram
Kesehatan. tentang HIV
dan AIDS

Pengetahuan Siswa Siswi


tentang HIV SMAN 10 Kota
dan AIDS Bengkulu

Sumber: Teori Laswell Model (Effendy, 2005)


Dimodifikasi oleh: Effendy (2005), Notoatmodjo (2012), Yuliarti (2009)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode
Pre Eksperimental.
2. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah One Grup Pre test dan Post test
design yaitu melakukan satu kali pengukuran didepan (pre test) sebelum adanya
perlakuan (treatment) dan setelah itu dilakukan pengukuran lagi (post test).
Adapun rancangan penelitian dapat dilihat sebagai berikut :

O1-------------------------------------------X------------------------------------------O2

Bagan 3.1 Rancangan Penelitian

Keterangan :
O1 : Tingkat Pengetahuan Anak Sekolah Menengah Atas sebelum dilakukan
intervensi
X : Memberikan intervensi Pendidikan Kesehatan dengan Media Sosial
Instagram tentang HIV dan AIDS sebanyak tujuh kali dalam satu Minggu
dengan frekuensi satu kali satu hari
O2 : Tingkat Pengetahuan Anak Sekolah Menengah Atas sesudah dilakukan
intervensi

24
25

B. Kerangka Konsep
Variabel penelitian ini meliputi variabel independent (variabel bebas) yaitu
pendidikan kesehatan menggunakan media sosial Instagram, sedangkan variabel
dependent (variabel terikat) yaitu pengetahuan tentang HIV dan AIDS pada anak Sekolah
Menengah Atas.
Digambarkan pada bagan sebagai berikut:

Variabel independent Variabel dependent

Media Sosial Pengetahuan tentang


Instagram HIV dan AIDS

Bagan 3.2 Kerangka Konsep

C. Definisi Operasional

Tabel 3.3 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
Pengetahuan Segala sesuatu yang Mengisi Kuesioner Skor Rasio
tentang HIV diketahui oleh kuesioner yang Pengetahuan
dan AIDS responden tentang HIV diisi langsung setiap jawaban
dan AIDS, meliputi oleh responden benar diberi
pengertian, tanda & terdiri dari 15 skor 1 dan
gejala, penyebab, pertanyaan setiap jawaban
kelompok resiko, dengan tiga salah diberi
penularan, pencegahan, pilihan jawaban skor 0.
dan pengobatan HIV
dan AIDS
Media Merupakan aplikasi - - - -
Instagram media sosial untuk
berbagi informasi
melalui media digital
tentang HIV dan AIDS
26

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah setiap subjek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa siswi SMA Negeri 10 Kota Bengkulu yang berjumlah 577 orang.

2. Sampel
Sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa siswi SMA Negeri 10
Kota Bengkulu. Tehnik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
Stratified random sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel dengan
memperhatikan suatu tingkatan (strata) pada elemen populasi. Menghitung ukuran
sampel dari sebuah populasi yang telah ditentukan dapat menggunakan rumus Slovin
(Husein Umar, 2009:78) yaitu sebagai berikut :

dibulatkan 85
Keterangan : n = jumlah sample yang diteliti
N =jumlah populasi
d = nilai presisi (ditetapkan 10%)

Berdasarkan perhitungan diatas, didapat besar sampel 85 orang. Untuk


menentukan anggota sampel yang akan digunakan dalam penelitian digunakan dalam
penelitian teknik sampling yaitu dengan Stratified Random Sampling dimana diambil
secara proporsi dari setiap kelas dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
ni : Jumlah anggota sampel menurut stratum
n : Jumlah anggota sampel seluruhnya
Ni : Jumlah anggota populasi menurut stratum
N : Jumlah anggota populasi seluruhnya
27

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Setiap Kelas

Jumlah Jumlah sampel Jumlah sampel


No Kelas akhir
siswa secara proporsi

1 X MIPA 1 26 26/577x85 4

2 X MIPA 2 26 26/577x85 4

3 X MIPA 3 25 25/577x85 4

4 33 33/577x85 5
X IPS 1
5 32 32/577x85 5
X IPS 2
6 31 31/577x85 5
X IPS 3
7 32 32/577x85 5
X IPS 4
31/577x85 5
8 XI MIPA 1 31
31/577x85 4
9 XI MIPA 2 31
32/577x85 5
10 XI MIPA 3 32
34/577x85 5
11 XI IPS 1 34
33/577x85 5
12 XI IPS 2 33
33/577x85 5
13 XI IPS 3 33
XII MIPA 1 29/577x85 4
14 29
XII MIPA 2 29/577x85 4
15 29
XII MIPA 3 29/577x85 4
16 29
30/577x85 4
17 XII IPS 1 30
30/577x85 4
18 XII IPS 2 30
31/577x85 4
19 XII IPS 3 31
Jumlah 85

E. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2021 di SMA Negeri 10 Kota
Bengkulu.

F. Instrument dan Bahan Penelitian


Instrument dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dalam bentuk pertanyaan
/ pernyataan terstruktur telah tervalidasi dan reliabel.
28

G. Teknik Pengumpulan Data


1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara memberikan edukasi menggunakan media
sosial Instagram selama 9 hari, pemberian materi sebanyak tujuh kali dalam satu
minggu dengan frekuensi satu kali satu hari, pemberian intervensi dilakukan pukul
19.00 WIB serta jumlah total seluruh slide adalah 16 slide dengan materi yaitu :
a) Hari pertama pemberian edukasi tentang pengertian HIV dan AIDS
b) Hari kedua pemberian edukasi tentang tanda dan gejala HIV dan AIDS
c) Hari ketiga pemberian edukasi tentang penyebab HIV dan AIDS
d) Hari keempat pemberian edukasi tentang kelompok resiko HIV dan AIDS
e) Hari kelima pemberian edukasi tentang penularan HIV dan AIDS
f) Hari keenam pemberian edukasi tentang pencegahan HIV dan AIDS
g) Hari ketujuh pemberian edukasi tentang pengobatan HIV dan AIDS
h) Hari kedelapan mereview kembali (diskusi singkat) tentang materi hari pertama –
ketujuh.
i) Hari kesembilan tidak dilakukan tindakan apapun untuk memberikan waktu
istirahat dalam mengingat materi yang diberikan karena menurut sebuah penelitian
dari studi Sergio Della Sala dari Universitas Edinburgh dan Nelson Cowan dari
Universitas Missouri partisipan yang diberi waktu untuk istirahat mengingat
hampir 50% dalam daftar mereka, sedangkan kelompok yang tidak istirahat hanya
mengingat rata-rata 28%. Temuan ini menunjukkan bahwa ingatan akan informasi
baru sangat rapuh sesaat setelah 'direkam', membuatnya lebih rawan terhadap
gangguan dari informasi yang lebih baru. Mereka menemukan bahwa istirahat
dalam periode singkat juga dapat meningkatkan memori spasial dan membantu
partisipan mengingat lokasi objek yang berbeda dalam lingkungan realitas virtual.
Kemampuan mengingat ini bertahan satu minggu setelah percobaan. (Robson,
2018)
Selanjutnya melakukan wawancara terhadap responden dengan
menggunakan kuesioner yang telah tersedia untuk mendapatkan identitas umum
siswi serta mengukur pengetahuan tentang HIV dan AIDS pada anak sekolah
menengah atas. Kuesioner adalah daftar pertanyaan/pernyataan yang sudah
tersusun dengan baik, dimana responden tinggal memberikan jawaban
(Notoatmodjo , 2012).
29

2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh peneliti secara tidak langsung, yaitu dari Dinas
Kesehatan Kota Bengkulu tahun 2018 dan 2019.

H. Teknik Pengolahan Data


Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer yang
dilakukan melalui suatu proses dengan tahapan berikut :
1. Editing Data
Merupakan tahap pemilihan dan pemeriksaan kembali kelengkapan data-data
yang diperoleh untuk pengelompokan dan penyusunan data. Pengelompokan data
bertujuan untuk memudahkan pengolahan data
2. Coding Data
Coding data yaitu memberikan kode terhadap hasil yang diperoleh dari data
yang ada yaitu menurut jenisnya, kemudian dimasukkan dalam lembar tabel kerja
guna mempermudah melakukan analisis terhadap data yang diperoleh.
3. Tabulating
Tabulating adalah memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel sesuai
kriteria data yang telah ditentukan.
4. Processing
Data yang telah ditabulasi diolah secara manual atau komputer agar dapat
dianalisis
5. Cleaning
Cleaning yaitu melakukan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan ke
komputer ada kesalahan atau tidak. Dalam pengolahan ini tidak ditemukannya
kesalahan atau kekeliruan.

I. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan yaitu mengelola data dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan serta dapat diuji secara statistic, kebenaran hipotesa
yang telah ditetapkan. Analisa data dilakukan secara bertahap yaitu analisa data univariat
dan bivariat :
30

1. Analisis Univariat
Analisa univariat digunakan untuk menentukan rata-rata skor variabel
independent (Pendidikan Kesehatan) terhadap variabel dependent (Pengetahuan)
mengenai HIV dan AIDS. Data dianalisis untuk menguji hipotesis dari sampel yang
diberikan intervensi dan melihat rata-rata skor yang didapatkan sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan dengan media sosial Instagram terhadap pengetahuan
tentang HIV dan AIDS pada anak Sekolah Menengah Atas. Nilai proporsi yang
didapat dalam bentuk presentase yang diinterpretasikan dengan menggunakan kategori
(Arikunto, 2013) :
0% : Tidak satupun kejadian
1%-25% : Sebagian kecil
26%-49% : Hampir sebagian
50% : Setengah dari kejadian
51%-75% : Sebagian besar
76%-99% : Hampir seluruh
100% : Seluruh

2. Analisis Bivariat
Sebelum melakukan uji bivariat dilakukan terlebih dahulu uji normalitas
mengunakan uji kolmogorof smirnof. Uji paired sampel T-test digunakan untuk
mengetahui rata-rata skor sebelum dan sesudah kelompok intervensi dilakukan.
Analisis bivariat dalam penelitian ini menunjukkan distribusi data tidak normal maka
menggunakan uji wilcoxon match pair test yang bertujuan untuk mengukur signifikasi
perbedaan data berpasangan. Kriteria pengambilan keputusan hasil adalah sebagai
berikut:
a) Jika nilai p < 0,05 maka Ha diterima/ Ho ditolak artinya ada pengaruh penggunaan
media sosial instagram terhadap pengetahuan remaja tentang HIV dan AIDS di
SMAN 10 Kota Bengkulu
b) Jika nilai p > 0,05 maka Ha ditolak/ Ho diterima artinya tidak ada pengaruh
penggunaan media sosial Instagram terhadap pengetahuan remaja tentang HIV dan
AIDS di SMAN 10 Kota Bengkulu.
31

J. Alur Penelitian

Membuat perizinan dan Inform Concent (Lembar Persetujuan)

Menentukan sampel

Membuat konsep pembuatan dan penggunaan media sosial Instagram

Media sosial instagram

Inform consent pada remaja SMA

Pembagian pre-test kuesioner

Intervensi edukasi kesehatan menggunakan media sosial Instagram selama 9 hari,


pemberian materi sebanyak tujuh kali dalam satu minggu dengan frekuensi satu
kali satu hari, pemberian intervensi dilakukan pukul 19.00 WIB serta jumlah total
seluruh slide adalah 14 slide dan dilanjutkan dengan review (diskusi) dan istirahat.
1. Hari pertama pemberian edukasi tentang pengertian
2. Hari kedua pemberian edukasi tentang tanda dan gejala
3. Hari ketiga pemberian edukasi tentang penyebab
4. Hari keempat pemberian edukasi tentang kelompok resiko
5. Hari kelima pemberian edukasi tentang penularan
6. Hari keenam pemberian edukasi tentang pencegahan
7. Hari ketujuh pemberian edukasi tentang pengobatan
8. Hari kedelapan mereview kembali (diskusi singkat) tentang materi hari
pertama – ketujuh.
9. Hari kesembilan tidak dilakukan tindakan apapun untuk memberikan waktu
istirahat dalam mengingat materi yang diberikan.

Pembagian post-test kuesioner

Hasil pre-test dan post-test kuesioner

Uji statistik

Bagan 3.2 Alur Penelitian


32

K. Etika Penelitian
Menurut (Notoadmodjo, 2012), penelitian kesehatan pada umumnya dan penelitian
kesehatan masyarakat pada khususnya menggunakan manusia sebagai objek yang diteliti
di satu sisi, dan sisi yang lain manusia sebagai peneliti atau yang melakukan penelitian.
Oleh sebab itu, maka dalam pelaksanaan penelitian kesehatan khususnya, harus
diperhatikan hubungan antara kedua belah pihak ini secara etika yang disebut etika
penelitian. Adapun status hubungan antara peneliti dengan yang diteliti dalam konteks ini
adalah masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajibannya.
Secara rinci hak-hak dan kewajiban-kewajiban peneliti yang diteliti (informan)
adalah sebagai berikut :
1. Hak dan Kewajiban Responden
a. Hak Untuk Dihargai Privacy-nya
Privacy adalah hak setiap orang.Semua orang mempunyai hak untuk
memperoleh privacy atau kebebasan pribadinya. Demikan pula responden sebagai
objek penelitian di tempat kediamannya masing-masing. Seorang tamu, termasuk
peneliti atau pewawancara yang dating kerumahnya, lebih-lebih akan menyita
waktunya untuk diwawancarai, jelas merampas privacy orang atau responden
tersebut.
b. Hak Untuk Merahasiakan Informasi yang Diberikan
Informasi yang akan diberikan oleh responden adalah miliknya sendiri.
Tetapi karena diperlukan dan diberikan kepada peneliti atau pewawancara, maka
kerahasiaan informasi tersebut perlu dijamin oleh peneliti, yaitu dengan
merahasiakan informasi dari masing-masing responden maka nama responden pun
tidak perlu dicantumkan, cukup dengan kode-kode tertentu saja.
c. Hak memperoleh jaminan keamanan atau keselamatan akibat dari informasi yang
diberikan. Apabila informasi yang diberikan itu membawa dampak terhadap
keamanan atau keselamatan bagi dirinya atau keluarganya maka peneliti harus
bertanggung jawab terhadap akibat tersebut.
d. Hak Memperoleh Imbalan atau Kompensasi
Apabila semua kewajiban telah dilakukan, dalam arti telah memberikan
informasi yang diperlukan oleh peneliti atau pewawancara, responden berhak
menerima imbalan atau kompensasi dari pihak pengambil data atau informasi.
e. Kewajiban Responden
Setelah adanya inform concent dari responden atau informan, artinya
responden sudah mempunyai keterikatan dengan peneliti atau pewawancara
33

berupa kewajiban responden untuk memberikan informasi yang diperlukan


peneliti. Tetapi selama belum ada inform concent, responden tidak ada kewajiban
apa pun terhadap peneliti atau pewawancara.

2. Hak dan Kewajiban Peneliti


a. Bila responden bersedia diminta informasinya (menyetujui inform concent),
peneliti mempunyai hak memperoleh informasi yang diperlukan sejujur-jujurnya
dan selengkap-lengkapnya dari responden atau informan.
b. Menjaga Privacy Responden
Peneliti atau pewawancara harus menyesuaikan diri dengan responden
tentang waktu dan tempat dilakukannya wawancara atau pengambilan data,
sehingga responden tidak merasa diganggu privacy-nya.
c. Menjaga Kerahasiaan Responden
Informasi atau hal-hal yang terkait dengan responden harus dijaga
kerahasiaannya.
d. Memberikan Kompensasi
Apabila informasi yang diperlukan telah diperoleh dari responden atau
informan maka peneliti atau pewawancara juga memenuhi kewajibannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Jalannya Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media sosial
Instagram terhadap pengetahuan remaja tentang HIV dan AIDS di SMAN 10 Kota
Bengkulu. Penelitian ini dilaksanakan dengan dibagi menjadi dua tahap yaitu :
a. Persiapan Penelitian
Pada tahap persiapan penelitian yaitu mengurus surat izin penelitian di
beberapa institusi seperti Poltekkes Kemenkes Bengkulu, Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bengkulu, Dinas Pendidikan Provinsi
Bengkulu, Dinas Kesehatan Kota Bengkulu dan SMAN 10 Kota Bengkulu.
b. Pembuatan Media
Media yang digunakan adalah media sosial Instagram dengan cara
memposting gambar berupa edukasi tentang HIV dan AIDS. Peneliti membuat
media berupa gambar dengan tulisan yang berisi tentang pengertian, tanda dan
gejala, penyebab, kelompok resiko, penularan, pencegahan dan pengobatan HIV
dan AIDS. Perbedaan dari media yang sudah ada sebelumnya dengan media
berupa gambar yang dibuat oleh peneliti adalah peneliti membuat sendiri gambar
yang berisi edukasi tentang HIV dan AIDS dengan warna dan gambar yang
berbeda dari yang lain, dan juga menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh
remaja serta ruang lingkup sasaran kecil sehingga dapat di monitoring bahwa
pesan tersebut sampai kepada sasaran, sedangkan pada media yang sudah ada
sebelumnya kebanyakan sasarannya tidak terbatas sehingga ruang lingkupnya luas
dan menggunakan bahasa (istilah medis) yang tidak banyak orang mengerti.
Sebelum menggunakan media, peneliti melakukan uji validitas media
kepada ahli media, ahli materi dan sasaran. Tujuan dilakukan validasi untuk
mendapatkan penilaian dan saran dari ahli mengenai kesesuaian materi dan
tampilan media. Setelah dilakukan validasi media terdapat kesalahan seperti
gambar tidak sesusai dengan tema dan tulisan tidak tampak, maka saran perbaikan
dari ahli media adalah jika tidak ada gambar yang sesuai tidak usah pakai gambar
dan membuat tulisan menjadi nampak (Lampiran 4). Sedangkan pada validasi
materi terdapat kesalahan yaitu kurang referensi dan ada kalimat yang sulit

34
35

dipahami, maka saran perbaikan dari ahli materi adalah perbanyak referensi untuk
menambah materi dan perjelas materi sehingga mudah untuk dipahami oleh yang
membaca (Lampiran 5). Hasil yang didapat setelah melakukan uji validitas dengan
ahli media dan ahli materi adalah media layak untuk uji coba lapangan dengan
revisi sesuai saran.
Uji validitas media kepada sasaran dilakukan dengan sasaran penelitian
yang sama yaitu remaja namun dengan responden yang berbeda (Lampiran 6). Uji
validitas dilakukan di SMAN 1 Kota Bengkulu dengan jumlah responden 14
dengan hasil dari kuesioner tersebut dapat disampaikan sebagai berikut :
1) Kiriman foto dalam media sosial Instagram tentang “HIV dan AIDS”
terbanyak mendapat penilaian menarik
2) Isi materi dalam kiriman foto di media sosial instagram tentang “HIV dan
AIDS” terbanyak mendapat penilaian mudah dipahami
3) Gambar dalam kiriman foto media sosial instagram “HIV dan AIDS”
terbanyak mendapat penilaian menarik
4) Yang disukai dari kiriman foto “HIV dan AIDS” di media sosial instagram
terbanyak mendapat jawaban tulisan, gambar dan materi
5) Gambar – gambar yang terdapat dalam kiriman foto tentang “HIV dan AIDS”
terbanyak mendapat penilaian menarik
6) Ukuran tulisan dalam kiriman foto media sosial instagram tentang “HIV dan
AIDS” terbanyak mendapat penilaian mudah dibaca
7) Pewarnaan dalam kiriman foto media sosial instagram tentang “HIV dan
AIDS” terbanyak mendapat penilaian sangat menarik
8) Setelah membaca kiriman foto media sosial instagram tentang “HIV dan
AIDS” responden sangat berniat mencegah penyakit HIV dan AIDS
9) Sampul kiriman foto media sosial instagram tentang HIV dan AIDS terbanyak
mendapat penilaian menarik
10) Secara keseluruhan responden menyukai kiriman foto media sosial Instagram
tentang “HIV dan AIDS” karena sangat menarik

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa media yang dikembangkan


dinyatakan baik dan dapat digunakan untuk penelitian.
36

c. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan menentukan sampel. Cara
pengambilan sampel menggunakan teknik sampel stratified random sampling
yaitu dengan memperhatikan suatu tingkatan (strata) pada elemen populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa – siswi SMAN 10 Kota
Bengkulu berjumlah 577 orang. Setelah dihitung menggunakan rumus Slovin
maka didapatkan sampel berjumlah 85 orang. Cara pengambilan sampel yaitu
diambil dari kelas X MIPA dan IPS sampai XII MIPA dan IPS yang berjumlah 19
kelas, setiap perwakilan kelas diambil secara acak (random) berjumlah 4 sampai 5
orang yang bersedia menjadi responden dan memiliki media sosial Instagram.
Setelah itu proses pengambilan data yang diambil melalui proses pengisian
kuesioner. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Mei sampai 7 juni 2021 di
SMAN 10 Kota Bengkulu.
1) Tahap pertama, penelitian ini diawali dengan memberikan kuesioner kepada
siswa - siswi yang bersedia untuk menjadi responden dengan mengisi
surat persetujuan menjadi responden. Lembar kuesioner diberikan untuk
menilai skor pre test pada remaja sekolah menengah atas terhadap pengetahuan
tentang HIV dan AIDS. Setelah siswa - siswi selesai mengisi kuesioner,
peneliti memberikan arahan terhadap responden tentang jalannya penelitian
yang akan dilakukan peneliti, yaitu 1 hari setelah diberikan kuesioner tersebut
akan dilakukan promosi kesehatan menggunakan media sosial Instagram
tentang HIV dan AIDS. Peneliti juga memberikan kuota 1 GB kepada
responden untuk membantu responden dalam mendapatkan edukasi melalui
media sosial Instagram.
2) Tahap kedua, memberikan promosi kesehatan menggunakan media sosial
Instagram tentang HIV dan AIDS melalui akun Instagram “rapi.hivaids”.
Pengikut akun tersebut merupakan responden penelitian dan promosi
kesehatan diberikan setiap pukul 19.00 WIB. Absensi responden dilakukan
dengan cara melihat jumlah like dari setiap postingan. Promosi kesehatan
menggunakan media sosial Instagram diberikan selama 7 hari dari tanggal
28 Mei sampai 3 Juni 2021 dengan materi HIV dan AIDS yang berbeda setiap
harinya yang terdiri dari pengertian, tanda dan gejala, penyebab, kelompok
resiko, penularan, pencegahan, dan pengobatan. Setelah itu dihari ke 8
dilakukan review kembali (diskusi singkat) tentang materi dan hari ke 9 tidak
37

dilakukan tindakan apapun untuk memberikan waktu istirahat dalam


mengingat materi yang diberikan.
3) Tahap ketiga, setelah diberikan intervensi maka diberikan kuesioner post test,
untuk menilai skor pengaruh penggunaan media sosial Instagram terhadap
pengetahuan remaja tentang HIV dan AIDS di SMAN 10 Kota Bengkulu.
Penelitian ini diolah dengan menggunakan uji Wilcoxon untuk menguji
signifikasi pengaruh penggunaan media sosial Instagram terhadap
pengetahuan remaja tentang HIV dan AIDS di SMAN 10 Kota Bengkulu.

2. Hasil Penelitian
a. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi
masing-masing variabel penelitian, yaitu jenis kelamin, umur responden, serta
distribusi pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi di SMAN 10 Kota
Bengkulu sebagai berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

No. Variabel Frekuensi Persen %

1. Jenis Kelamin

Laki – Laki 40 47.1

Perempuan 45 52.9

Jumlah 85 100

2. Umur

Remaja Awal (11 - 14 Tahun) 0 0

Remaja Pertengahan (15 - 17 Tahun) 81 95.3

Remaja Akhir (18 – 20 Tahun) 4 4.7

Jumlah 85 100

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa distribusi frekuensi responden


berdasarkan jenis kelamin sebagian besar (52.9%) perempuan. Sedangkan
distribusi umur responden, hampir seluruh (95.3%) berumur 15 – 17 tahun (remaja
pertengahan).
38

Tabel 4.2 Deskripsi Pengetahuan Siswa Tentang HIV dan AIDS Sebelum dan
Sesudah Diberikan Promosi Kesehatan Melalui Media Sosial Instagram

No. Item Pertanyaan Pengetahuan tentang Sebelum (%) Sesudah (%)


HIV/AIDS
Salah Benar Salah Benar

1 AIDS kepanjangan dari … 84,7 15,3 21,2 78,8

2 HIV kepanjangan dari … 88,2 11,8 20 80

3 AIDS yaitu …. 49,4 50,6 12,9 87,1

4 Bagimana cara penularan HIV/AIDS...... 27,1 72,9 11,8 88,2

5 Kelompok resiko tertinggi tertular AIDS


85,9
adalah … 52,9 47,1 14,1

6 Berikut merupakan gejala AIDS,


61,2 38,8 20 80
kecuali.....

7 HIV/AIDS menyerang tubuh kita terutama


34,1 65,9 7,1 92,9
pada….

8 Hal – hal yang harus dilakukan agar tidak


41,2 58,8 15,3 84,7
dapat tertular HIV/AIDS adalah ….

9 Mengapa remaja rentan terhadap


27,1 72,9 8,2 91,8
HIV/AIDS ....

10 Menurut anda apakah HIV/AIDS dapat


71,8 28,2 71,8
disembuhkan … 28,2

11 Kapan kita mengetahui bahwa kita


75,3 24,7 42,4 57,6
terjangkit penyakit HIV positif ....

12 Mengapa HIV/AIDS dapat menyebabkan


21,2 78,8 11,8 88,2
kematian .....

13 Dimana kita dapat tertular penyakit


27,1 72,9 9,4 90,6
HIV/AIDS .....

14 Faktor utama penyebab dari kenakalan


28,2 71,8 2,4 97,6
remaja yaitu ....

15 Dimanakah tempat untuk melakukan


28,2 71,8 16,5 83,5
pemeriksaaan HIV/AIDS ?

Hasil penelitian ditemukan bahwa dari 15 item pertanyaan pengetahuan


didapatkan jawaban yang benar terbanyak di soal nomor 7 dan 14 tentang HIV dan
AIDS menyerang tubuh kita terutama pada sistem apa dan faktor utama penyebab
dari kenakalan remaja. Dan didapatkan jawaban yang salah terbanyak di soal
nomor 10 dan 11, yaitu tentang apakah HIV dan AIDS dapat disembuhkan dan
kapan kita mengetahui bahwa kita terjangkit penyakit HIV positif. Tetapi terjadi
perubahan setelah diberikan edukasi.
39

b. Analisis Bivariat
Analisis ini dilakukan untuk melihat pengaruh promosi kesehatan
menggunakan media sosial Instagram tentang HIV dan AIDS terhadap
pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Uji statistik yang
digunakan adalah uji wilcoxon, karna normalitas data menunjukkan bahwa data
tidak berdistribusi normal.

Tabel 4.3 Rerata Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Promosi


Kesehatan Melalui Media Sosial Instagram Tentang HIV dan AIDS

Variabel Mean SD ∆ Mean N

Pengetahuan

Sebelum 7.82 2.226 85

4.77

Sesudah 12.59 1.303 85

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan terjadinya peningkatan rerata skor


pengetahuan siswa - siswi setelah dilakukannya intervensi promosi kesehatan
menggunakan media sosial Instagram tentang HIV dan AIDS sebesar 4,77 dari
sebelum 7,82 menjadi 12,59 pada saat sesudah.

Tabel 4.4 Pengaruh Penggunaan Media Sosial Instagram Terhadap


Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Di SMAN 10 Kota Bengkulu.

Variabel N Mean Rank Sig. (2-Tailed)

Pengetahuan 85 43.00 .000

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa pengaruh promosi kesehatan


menggunakan media sosial Instagram didapat dengan nilai p value = 0.000 <
0.05 dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95%, yang berarti ada pengaruh
penggunaan media sosial Instagram terhadap pengetahuan remaja tentang HIV dan
AIDS di SMAN 10 Kota Bengkulu.
40

B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Dari hasil distribusi frekuensi karakteristik responden hampir seluruh berumur
15 – 17 tahun yaitu 81 orang. Siswa SMA merupakan remaja pertengahan. Remaja
pada masa ini memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap sesuatu yang baru seperti
seks bebas. Remaja pada usia ini sudah mengalami pematangan fisik secara penuh,
yaitu laki – laki sudah mengalami mimpi basah dan perempuan mengalami haid
sehingga gairah seksual mencapai puncaknya dan melakukan sentuhan fisik (Tanjung,
2018). Sedangkan jenis kelamin dalam penelitian ini sebagian besar perempuan yaitu
45 orang. Menurut Handayani (2014), menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin
tidak mengganggu jalannya penelitian, sehingga tujuan akhir untuk mengetahui
pengaruh media sosial Instagram terhadap pengetahuan remaja tentang HIV dan AIDS
dapat tercapai.
Pada penelitian ini terdapat 15 pertanyaan pengetahuan, jawaban responden
pada soal pengetahuan masih terdapat banyak yang salah pada pertanyaan di soal
nomor 10 dan 11, yaitu tentang apakah HIV/AIDS dapat disembuhkan dan kapan kita
mengetahui bahwa kita terjangkit penyakit HIV positif. Namun masih terdapat banyak
yang salah pada pertanyaan di soal nomor 10 dan 11, yaitu tentang apakah HIV/AIDS
dapat disembuhkan dan kapan kita mengetahui bahwa kita terjangkit penyakit HIV
positif. Tetapi terjadi perubahan setelah diberikan edukasi. Hal ini dapat dipengaruhi
oleh beberapa hal, seperti pemahaman responden dan tingkat antusias responden disaat
mendengarkan edukasi yang diberikan.

2. Rerata Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Edukasi


Hasil distribusi frekuensi pengetahuan dari 85 responden terjadi peningkatan
pengetahuan sebelum intervensi yaitu 7,82 dan sesudah intervensi yaitu 12,72.
Peningkatan pengetahuan ini sejalan dengan hasil bahwa dari 15 item pertanyaan
pengetahuan didapatkan jawaban yang benar terbanyak di soal nomor 7 dan 14. Soal
nomor 7 tentang HIV/AIDS menyerang tubuh kita terutama pada sistem apa terjadi
peningkatan dari sebelum intervensi yaitu sebanyak 65,9% dan sesudah intervensi
92,9%. Pada soal nomor 14 tentang faktor utama penyebab dari kenakalan remaja
terjadi peningkatan dari sebelum intervensi 71,8% dan sesudah intervensi 97,6%.
Asumsi peneliti ini disebabkan responden sudah paham bahwa HIV dan AIDS
menyerang sistem kekebalan tubuh dan faktor utama penyebab kenakalan remaja itu
dari lingkungan yang tidak baik seperti pergaulan bebas.
41

Namun masih terdapat jawaban yang salah terbanyak di soal nomor 10


(28,2%) dan 11 (42,4%) yaitu tentang apakah HIV/AIDS dapat disembuhkan dan
kapan kita mengetahui bahwa kita terjangkit HIV positif. Asumsi peneliti ini
disebabkan responden mengira pada soal nomor 10 tentang HIV/AIDS dapat
disembuhkan karena sudah ada obatnya padahal obat tersebut hanya menahan lajunya
tahap perkembangan virus dan pada soal nomor 11 tentang kapan kita mengetahui
bahwa kita terjangkit penyakit HIV positif dikarenakan responden mengira 1 – 4
minggu setelah infeksi padahal kita dapat mengetahui bahwa kita terjangkit penyakit
HIV positif setelah 2 – 10 tahun. Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh beberapa hal
seperti pemahaman responden dan tingkat antusias responden saat diberikan edukasi.
Tetapi secara keseluruhan terjadi perbedaan rerata pengetahuan sebelum dan sesudah
responden setelah diberi intervensi dengan menggunakan media sosial Instagram.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Bilqis (2019) terjadi peningkatan
pengetahuan terhadap HIV/AIDS yang signifikan dari sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan kesehatan. Sebelum diberikan penyuluhan kesehatan, didapatkan jumlah
terbanyak dalam kategori baik berjumlah 29 responden (83%), kategori kurang baik
berjumlah 6 responden (17%). Sedangkan setelah dilakukan penyuluhan kesehatan,
tingkat pengetahuan tentang pencegahan HIV/AIDS didapatkan jumlah terbanyak
dalam kategori baik sebanyak 34 responden (97%) dan kategori kurang baik berjumlah
1 responden (3%).
Hal ini sejalan dengan penelitian Aisyah 2020, bahwa hasil penelitian tentang
pengaruh media sosial untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang
HIV & AIDS di kota Parepare menunjukkan bahwa intervensi melalui media sosial
(whatsapp, instagram, facebook, youtube) oleh peer educator mempengaruhi
peningkatan pengetahuan responden mengenai HIV & AIDS. Adanya peningkatan
rata-rata skor (mean) pengetahuan tentang HIV & AIDS pada kelompok intervensi,
peningkatan nilai mean dari pretest ke postest adalah 29,02 dengan nilai p = 0,000
(p<0,05).
Promosi kesehatan adalah peningkatan kesehatan. dan upaya memasarkan,
menyebarluaskan, mengenalkan atau “menjual” kesehatan, yang akhirnya masyarakat
mau berperilaku hidup sehat. Promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media karena
melalui media, pesan- pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami,
sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tersebut sampai memutuskan untuk
mengadopsi perilaku yang positif (Notoatmodjo, 2010).
42

3. Pengaruh Penggunaan Media Sosial Instagram


Sebelum melakukan uji bivariat dilakukan terlebih dahulu uji normalitas
mengunakan uji kolmogorov smirnov. Analisis bivariat dalam penelitian ini jika
distribusi data pengetahuan pre test dan post test normal menggunakan uji paired
sampel T-tes, sedangkan jika data berdistribudi tidak normal maka menggunakan uji
wilcoxon match pair test yang bertujuan untuk menguji pengaruh penggunaan media
sosial Instagram terhadap pengetahuan remaja tentang HIV dan AIDS di SMAN 10
Kota Bengkulu. Kriteria pengambilan keputusan hasil adalah jika nilai p < 0,05 maka
Ha diterima/ Ho ditolak artinya ada pengaruh penggunaan media sosial instagram
terhadap pengetahuan remaja tentang HIV dan AIDS di SMAN 10 Kota Bengkulu
Setelah dilakukan uji normalitas menggunakan uji kolmogorov smirnov data
yang diperoleh berdistribusi tidak normal, maka menggunakan uji wilcoxon match
pair test. Hasil penelitian dengan menggunakan uji wilcoxon diperoleh nilai p value =
0.000 < 0.05 yang berarti ada pengaruh pengaruh pengaruh penggunaan media sosial
Instagram terhadap pengetahuan remaja tentang HIV dan AIDS di SMAN 10 Kota
Bengkulu.
Hal ini sejalan dengan penelitian Rusdi (2021), terjadi peningkatan skor rata-
rata pengetahuan antara pretest dan posttest pada kelompok instagram dan whatsapp.
Pada kelompok instagram skor rata - rata pre-test adalah 12,67, sedangkan rata - rata
skor post-test 15,37. Pada kelompok whatsapp skor ratarata pre-test adalah 12,37,
sedangkan rata-rata skor post-test 13,47. Analisis uji statistik menunjukkan bahwa ada
perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi pada kelompok instagram dan
whatsapp. Penduduk berusia 15-19 tahun sebanyak 91% menggunakan internet
dengan alasan utama adalah untuk berkomunikasi. Remaja sering menggunakan media
sosial Instagram untuk mencari informasi kesehatan, selain whatsapp, facebook,
youtube dan Wikipedia. Instagram adalah salah satu media sosial berbasis audiovisual
yaitu media yang mempunyai unsur suara dan juga unsur gambar. Instagram lebih
efektif karena disertai dengan gambar dan video yang dapat mendukung penyampaian
informasi dengan gambar dan warna yang dapat menarik perhatian remaja. Selain itu,
edukasi melalui Instagram tidak terbatas oleh ruang dan waktu, sehingga pemberian
edukasi dapat dilakukan kapan dan dimana saja sehingga dan remaja juga dapat
mengakses informasi tersebut kapanpun dan dimanapun. Oleh karena itu promosi
kesehatan menggunakan media sosial Instagram sangat efektif.
Instagram merupakan salah satu media sosial yang banyak digunakan oleh
remaja pada saat ini berbasis gambar dengan memberikan layanan berbagi foto atau
43

video secara online dan dianggap sebagai media sosial yang paling terbaru oleh para
remaja karena media sosial ini lebih fokus dengan foto dan video yang berdurasi
pendek dibanding dengan media sosial lain, sehingga instagram lebih mudah
digunakan dan dinikmati (Mahendra, 2017).
Media yang efektif dan efisien diperlukan dalam menunjang edukasi agar
informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh sasarannya. Media sosial
adalah salah satu platform yang dapat digunakan untuk edukasi karena dapat
menjangkau banyak sekali sasaran yang tidak terbatas pada ruang dan waktu. Salah
satu media sosial yang dapat digunakan adalah instagram (Tamtomo, 2019).

C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah hanya menggunakan sampel kelas X dan
XI dikarenakan kelas XII sudah lulus dari yang seharusnya menggunakan kelas X, XI dan
XII tetapi tetap dengan jumlah awal sampel yaitu 85 sampel. Masih terdapat responden
yang tidak membaca edukasi HIV dan AIDS di Instagram tepat waktu sehingga peneliti
mengirim pesan secara pribadi melalui Whatsapp untuk mengingatkan responden.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari tujuan penelitian dan hasil penelitian yang diperoleh dari
pengaruh penggunaan media sosial Instagram terhadap pengetahuan remaja tentang HIV
dan AIDS di SMAN 10 Kota Bengkulu, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan. Sedangkan distribusi umur
responden, hampir seluruh berumur 15 – 17 tahun (Remaja Pertengahan).
2. Ada peningkatan pengetahuan sebelum dilakukan intervensi dengan menggunakan
media sosial Instagram dan setelah dilakukannya intervensi.
3. Ada pengaruh penggunaan media sosial Instagram terhadap pengetahuan remaja
tentang HIV dan AIDS di SMAN 10 Kota Bengkulu.

B. Saran
1. Bagi Institusi
a. Bagi Akademik
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan atau materi sebagai sarana
untuk menambah pengetahuan, literature dan wawasan baik dikalangan mahasiswa
maupun masyarakat luas agar tujuan untuk melaksanakan pencegahan serta
pengendalian mengenai HIV dan AIDS dapat diatasi.
b. Bagi SMAN 10 Kota Bengkulu
Diharapkan akun media Instagram dalam penelitian ini dapat dijadikan
media alternatif sumber informasi tentang HIV dan AIDS dalam rangka
pencegahan HIV dan AIDS pada siswa siswi.
2. Bagi Peneliti Lain
Sebaiknya melakukan penelitian lebih lanjut dengan membandingkan media
sosial Instagram dengan media pembelajaran lainnya agar dapat melihat sejauh mana
keefektifan media dalam mempengaruhi responden serta membahas lebih lanjut
tentang sikap dan perilaku remaja terkait HIV dan AIDS, dalam penelitian ini hanya
membahas sebatas pengetahuan.

44
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S., Syafar, M., & Amiruddin, R. (2020). Pengaruh Media Sosial Untuk Meningkatkan
Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Hiv & Aids Di Kota Parepare. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Maritim, 3(1).
Amichai-Hamburger, Y. (2013). The Handbook of Intergroup Communication Chapter
Reducing Intergroup Conflict In The Digital Age. New York: Routledge.
Ardhiyanti, Y., Lusiana, N., & Megasari, K. (2015). Bahan ajar AIDS pada asuhan
kebidanan. Deepublish.
Asfar, A. (2018). Pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap
tentang penyakit HIV/AIDS di SMP Baznas Provinsi Sulawesi Selatan. Journal of
Islamic Nursing, 3(1), 26-31.
Atmoko Dwi, Bambang. (2012). Instagram Handbook Tips Fotografi Ponsel. Jakarta: Media
Kita
Badan Pusat Statistik Kota Bengkulu. (2020). Kota Bengkulu Dalam Angka 2021.
Bilqis, F. I. (2019). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat
Pengetahuan Dan Sikap Pencegahan HIV/AIDS Pada Remaja Di SMAN 1 Gamping
Sleman (Doctoral dissertation, Universitas' Aisyiyah Yogyakarta).
Damayanti, A., Tyastuti, S., & Yulianti Sari, R. (2019). Pengaruh Media Video Terhadap
Peningkatan Pengetahuan HIV/AIDS Pada Remaja Di SMKN 1 Temon. Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Ditjen PP & PL Kemenkes RI. (2019). Laporan Perkembangan HIV/AIDS Tahun 2019.
Dwi Maratus Sholikah, A. N. N. A. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap
Remaja Tentang Penyakit HIV/AIDS Di SMPN 2 Sukorejo Kecamatan Sukorejo
Kabupaten Ponorogo. Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Ferlitasari, R. (2018). Pengaruh Media Sosial Instagram Terhadap Perilaku Keagamaan
Remaja (Studi pada Rohis di SMA Perintis 1 Bandar Lampung). Doctoral
dissertation, UIN Raden Intan Lampung.
Fitriani. S. (2011). Promosi Kesehatan. Ed 1. Yogyakarta: Graha Ilmu
Handayani, T. E (2014) Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan
sikap masyarakat tentang pencegahan tuberkulosis paru di dusun kayangan kecamatan
karanganyar kabupaten karanganyer. Fik Ums, 169-180.
Hidayat, D. N. (2006). Pengantar Komunikasi Massa. Rajawali Press: Jakarta
Hidayati, A. N. (2020). Manajemen HIV/AIDS: terkini, komprehensif, dan multidisiplin.
Airlangga University Press.
Husaini, H., Panghiyangani, R., & Saputra, M. (2017). Pengaruh Penyuluhan HIV/AIDS
Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Tentang HIV/AIDS Mahasiswi Akademi Kebidanan
Banjarbaru Tahun 2016. Indonesian Bulletin of Health Research
Kemenkes RI. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun
2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Konseling dan Tes HIV.
___________. (2016). Situasi Umum HIV/AIDS dan Tes HIV.

45
46

___________. (2019). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana HIV.


Khairi, M. A. (2017). Media Sosial Instagram Sebagai Media Komunikasi Dan Informasi
Café Koffie Tijd. Doctoral Dissertation, Perpustakaan.
Liana, L. T. W. (2019). Pengaruh Seks Bebas Pada Remaja Terhadap Meningkatnya Resiko
Terjadinya HIV/AIDS.
Mahendra, I. T. (2017). Peran media sosial instagram dalam pembentukan kepribadian remaja
usia 12-17 tahun di Kelurahan Kebalen Kecamatan Babelan Kabupaten
Bekasi (Bachelor's thesis, fitk).
Mehrad, Jafar, and Pegah Tajer. (2016). ―Uses and Gratification Theory in Connection with
Knowledge and Information Science: A Proposed Conceptual Model.‖ International
Journal of Information Science and Management 14(2):1–14.
Muntamah, U., & Ismiryam, F. F. (2019). Pengembangan Media Sosial sebagai New Media
Informatif sebagai Upaya Peningkatan Pengetahuan Remaja tentang HIV-
AIDS. Indonesian Journal of Nursing Research (IJNR), 1(2).
Nasronudin. (2020). Pendekatan biologi, molekuler, klinis, dan sosial HIV dan AIDS Ed 2.
Surabaya: Airlangga University Press.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
_____________. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
_____________. (2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Okviana. (2015). Hubungan Antara Konformitas Dengan Kecenderungan Perilaku Bulliying.
Jakarta: Salemba Medika
Pardede, J. A., Hutajulu, J., & Pasaribu, P. E. (2020). Harga Diri dengan Depresi Pasien
Hiv/aids. Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar, 11(01).
Rahayu, I., & Rismawanti, V. (2017). Hubungan tingkat pengetahuan tentang hiv/aids dengan
perilaku seksual pranikah pelajar. Jurnal Endurance, 2(2), 145-150.
Robson, David. (2018). “Cara sederhana untuk meningkatkan daya ingat”,
https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-43206587, diakses pada tanggal 13 Juli 2021
pukul 21.14.
Rusdi, F. Y., Helmizar, H., & Rahmy, H. A. (2021). Pengaruh Edukasi Gizi Menggunakan
Instagram Terhadap Perubahan Perilaku Gizi Seimbang Untuk Pencegahan Anemia
Pada Remaja Putri Di SMAN 2 Padang. Journal of Nutrition College, 10(1), 31-38.
Sofia, A., & Adiyanti, M. A. (2014). Hubungan pola asuh otoritatif orang tua dan konformitas
teman sebaya terhadap kecerdasan moral. Jurnal pendidikan progresif, 4(2), 133-141.
Suiraoka, I. P., & Supariasa, I. D. N. (2012). Media pendidikan kesehatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 5-7.
Tamtomo, D. G., & Cilmiaty, R. (2019). Nutritional booklet and social media: Their effects
on adolescents’ fattening-food knowledge and consumption. In IOP Conference Series:
Materials Science and Engineering (Vol. 633, No. 1, p. 012057).
Tanjung, R. D. S. (2018). Analisis Pengetahuan Remaja Tentang Program Generasi
Berencana Di Smu Negeri 1 Marbau Tahun 2018. Jurnal Gentle Birth, 1(2), 26-33.
47

Tiyasari, I. (2018). Persepsi Masyarakat Terhadap Kelompok Risiko HIV/AIDS di Desa


Tlogomulyo Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Semarang).
Triningtyas, D. A. (2017). Sex Education. Magetan: CV. AE MEDIA GRAFIKA.
UNICEF. (2018). Children, HIV and AIDS: The world today and in 2030.
https://data.unicef.org/resources/children-hiv-and-aids-2030/
WHO. (2019). About HIV/AIDS. https://www.who.int/teams/global-hiv-hepatitis-and-stis-
programmes/hiv/strategic-information/hiv-data-and-statistics
ZA, A. F. S., Sari, N. P., & Nabila, N. (2019). Promosi Kesehatan “Sadari” Menggunakan
Instagram pada Mahasiswi Non Kesehatan Universitas Andalas. Media Kesehatan
Masyarakat Indonesia, 15(3), 253-263.
Lampiran 2
KUESIONER

"Pengaruh Penggunaan Media Sosial Instagram Terhadap Pengetahuan Remaja


Tentang HIV Dan AIDS di SMAN 10 Kota Bengkulu"

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jujur dan gasil jawaban akan dijamin
kerahasiaannya dan tidak akan berisiko pada saat mendatang.

A. IDENTITAS RESPONDEN

Nama Responden :

Usia :

Jenis kelamin :

B. Kuesioner Pengetahuan

Mohon dijawab pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda (×) pada jawaban yang
menurut anda benar.

1. AIDS kepanjangan dari …


a. Actived Infection Deficiency Syndrome
b. Actived Immuno Deficiency Syndrome
c. Acquired Immuno Deficiency Syndrome

2. HIV kepanjangan dari …


a. Human ImmunoVirus
b. Human Infection Virus
c. Human Immuno Deficiency Virus

3. AIDS yaitu ….
a. Suatu penyakit yang menyebabkan kematian
b. Suatu penyakit yang menyebabkan kebutaan
c. Suatu gejala menurunya system kekebalan tubuh

4. Bagimana cara penularan HIV/AIDS......


a. Melalui transfusi darah yang mengandung HIV
b. Hidup serumah dengan pengidap HIV
c. Berjabat tangan
5. Kelompok resiko tertinggi tertular AIDS adalah …
a. Orang yang hidup dilingkungan yang kumuh
b. Pecandu narkoba yang menggunakan suntik
c. Pemabuk

6. Berikut merupakan gejala AIDS, kecuali.....


a. Sering kencing pada waktu malam hari
b. Sesak nafas dan batuk yang berkepanjangan
c. Berat badan turun, kurus dan daya tahan tubuh menurun

7. HIV/AIDS menyerang tubuh kita terutama pada….


a. Sistem saraf
b. Sistem pernafasan
c. Sistem kekebalan tubuh

8. Hal – hal yang harus dilakukan agar tidak dapat tertular HIV/AIDS adalah ….
a. Tidak berhubungan seksual pra nikah atau seks bebas
b. Tidak bersentuhan dengan penderita HIV/AIDS
c. Tidak minum-minuman keras atau merokok

9. Mengapa remaja rentan terhadap HIV/AIDS ....


a. Remaja memilki solidaritas yang tinggi dan senasib sepenanggungan
b. Remaja mudah terpengaruh dengan lingkungan dan ingin mencoba hal yang baru
c. Kurangnya pengawasan dari orang tua

10. Menurut anda apakah HIV/AIDS dapat disembuhkan …


a. Dapat
b. Tidak dapat
c. Tidak tahu

11. Kapan kita mengetahui bahwa kita terjangkit penyakit HIV positif ....
a. 1-4 minggu setelah infeksi
b. 2-10 tahun setelah infeksi
c. 1 bulan setelah infeksi

12. Mengapa HIV/AIDS dapat menyebabkan kematian .....


a. HIV/AIDS menyerang sistem kekebalan tubuh manusia
b. Kurangnya ekonomi untuk berobat karena mahal
c. Orang yang terjangkit HIV biasanya malu dan merasa di kucilkan

13. Dimana kita dapat tertular penyakit HIV/AIDS .....


a. Dimana saja
b. Ditempat umum
c. Dikolam renang
14. Faktor utama penyebab dari kenakalan remaja yaitu ....
a. Teman sebaya
b. Pendidikan
c. Lingkungan

15. Dimanakah tempat untuk melakukan pemeriksaaan HIV/AIDS ?


a. Klinik VCT
b. Rumah bersalin
c. Puskesmas

(Dwi, 2015)
Lampiran 3
Media Sosial Instagram

Hari / Isi Postingan


Waktu
Pertama / Pengertian
Jam 19.00
HIV/AIDS
WIB
Kedua / Tanda dan
Jam 19.00 Gejala
WIB HIV/AIDS
Ketiga / Penyebab
Jam 19.00 HIV/AIDS
WIB

Keempat / Kelompok
Jam 19.00 Resiko
WIB HIV/AIDS
Kelima / Penularan
Jam 19.00 HIV/AIDS
WIB
Keenam / Pencegahan
Jam 19.00 HIV/AIDS
WIB

Ketujuh / Pengobatan
Jam 19.00 HIV/AIDS
WIB
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6

Hasil Uji Validitas Media Kepada Sasaran


Jumlah
Pertanyaan Pilihan Responden
Memilih

1 Menurutmu, bagaimana kiriman foto dalam media sosial Sangat Menarik 6


Instagram tentang “HIV/AIDS”?
Menarik 7

Cukup 1

Kurang Menarik

Tidak Menarik

2 Bagaimana dengan isi materi dalam kiriman foto di Mudah Dipahami 11


media sosial Instagram tentang “HIV/AIDS”?
Dipahami 2

Cukup 1

Kurang Dipahami

Tidak Dipahami

3 Bagaimana gambar dalam kiriman foto media sosial Sangat Menarik 4


Instagram “HIV/AIDS”?
Menarik 9

Cukup 1

Kurang Menarik

Tidak Menarik

4 Apa yang kamu sukai dari kiriman foto ”HIV/AIDS” di Tulisan, Gambar dan
13
media sosial Instagram ? Materi

Tulisan dan Gambar


1
Saja

Tulisan Saja

Gambar Saja

Tidak Ada
5 Bagaimana gambar-gambar yang terdapat dalam kiriman Sangat Menarik 2
foto tentang ”HIV/AIDS”?
Menarik 11

Cukup 1

Kurang Menarik

Tidak Menarik

6 Bagaimana ukuran tulisan dalam kiriman foto Media Sangat Mudah Dibaca 5
Sosial Instagram tentang “HIV/AIDS”?
Mudah Dibaca 9

Cukup Terbaca 1

Kurang Terbaca

Tidak Terbaca

7 Bagaimana menurutmu pewarnaan dalam kiriman foto Sangat Menarik 8


Media Sosial Instagram tentang “HIV/AIDS”
Menarik 6

Cukup

Kurang Menarik

Tidak Menarik

8 Apakah setelah membaca kiriman foto Media Sosial Sangat Berniat 9


Instagram tentang “HIV/AIDS” kamu berniat untuk
mencegah penyakit HIV/AIDS? Berniat 4

Cukup Berniat 1

Kurang Berniat

Tidak Berniat

9 Bagaimana menurutmu tentang sampul kiriman foto Sangat Menarik 4


Media Sosial Instagram tentang “HIV/AIDS”
Menarik 10

Cukup

Kurang Menarik

Tidak Menarik

10 Secara keseluruhan apakah kamu menyukai kiriman foto Sangat Menarik 8


Media Sosial Instagram tentang “HIV/AIDS”
Menarik 5

Cukup 1

Kurang Menarik

Tidak Menarik
Lampiran 7
KUESIONER PENELITIAN
TINGKAT KESUKAAN PADA MEDIA SOSIAL INSTAGRAM
“HIV/AIDS”

Nama Responden : __________________________________


Kelas : __________________________________
Jenis Kelamin : __________________________________
Umur : __________________________________

Petunjuk:
1. Pilih jawaban yang benar dengan menyilang (X) dikotak yang tersedia

1. Menurutmu, bagaimana kiriman foto dalam media sosial Instagram tentang


“HIV/AIDS”?

Sangat Menarik Menarik Cukup Kurang Menarik Tidak Menarik

2. Bagaimana dengan isi materi dalam kiriman foto di media sosial Instagram
tentang “HIV/AIDS”?

Tidak
Dipahami
Mudah dipahami Dipahami Cukup KurangDipahami

3. Bagaimana gambar dalam kiriman foto media sosial Instagram “HIV/AIDS”?

Sangat Menarik Menarik Cukup Kurang Menarik Tidak Menarik


4. Apa yang kamu sukai dari kiriman foto ”HIV/AIDS” di media sosial Instagram
?

Tulisan, Gambar, Tulisan dan Tulisan saja Gambar Saja Tidak Ada
dan Materi Gambar saja

5. Bagaimana gambar-gambar yang terdapat dalam kiriman foto tentang


”HIV/AIDS”?

Sangat Menarik Menarik Cukup Kurang Menarik Tidak Menarik

6. Bagaimana ukuran tulisan dalam kiriman foto Media Sosial Instagram tentang
“HIV/AIDS”?

Sangat Mudah Mudah Dibaca Cukup Terbaca Kurang Terbaca Tidak Terbaca
Dibaca

7. Bagaimana menurutmu pewarnaan dalam kiriman foto Media Sosial Instagram


tentang “HIV/AIDS”

Sangat Menarik Menarik Cukup Kurang Menarik Tidak Menarik

8. Apakah setelah membaca kiriman foto Media Sosial Instagram tentang


“HIV/AIDS” kamu berniat untuk mencegah penyakit HIV/AIDS?
Sangat Berniat Berniat Cukup Berniat Kurang Berniat Tidak Berniat

9. Bagaimana menurutmu tentang sampul kiriman foto Media Sosial Instagram


tentang “HIV/AIDS”

Sangat Menarik Menarik Cukup Kurang Menarik Tidak Menarik

10. Secara keseluruhan apakah kamu menyukai kiriman foto Media Sosial
Instagram tentang “HIV/AIDS”

Sangat Menarik Menarik Cukup Kurang Menarik Tidak Menarik


Lampiran 8

DOKUMENTASI PENELITIAN

Dokumentasi Keterangan

Uji media dengan Ahli


Media pada Jumat, 16
April 2021.

Uji Materi untuk Media


dengan Ahli Materi pada
Senin, 19 April 2021.

Uji Sasaran untuk Media


dengan Siswa Siswi
pada Selasa, 27 April
2021.
Pengisian Kuesioner Pre
test oleh responden hari
Kamis, 27 Mei 2021.

Intervensi hari Pertama


edukasi tentang
pengertian HIV/AIDS
pada Jumat, 28 Mei
2021 pukul 19.00 WIB.

Intervensi Hari kedua,


edukasi tentang tanda
dan gejala HIV/AIDS
pada Sabtu, 29 Mei 2021
pukul 19.00 WIB.
Intervensi hari ketiga,
edukasi tentang
penyebab HIV/AIDS
pada Minggu, 30 Mei
2021 pukul 19.00 WIB.

Intervensi hari keempat,


edukasi tentang
kelompok resiko
HIV/AIDS pada Senin,
31 Mei 2021 pukul
19.00 WIB.

Intervensi hari kelima,


edukasi tentang cara
penularan HIV/AIDS
pada Selasa, 1 Juni 2021
pukul 19.00 WIB.
Intervensi hari keenam,
edukasi tentang cara
mencegah HIV/AIDS
pada Rabu, 2 Juni 2021
pukul 19.00 WIB.

Intervensi hari ketujuh,


edukasi tentang
pengobatan HIV/AIDS
pada Kamis, 3 Juni 2021
pukul 19.00 WIB.

Intervensi hari
kedelapan, review
kembali (diskusi
singkat) tanya jawab
HIV/AIDS pada Jumat,
4 Juni 2021 pukul 19.00
WIB.
Jawaban untuk
pertanyaan dari
responden

Pengisian Kuesioner
Post test oleh responden
hari Senin, 7 Juni 2021.
Lampiran 9
Lampiran 10

Anda mungkin juga menyukai