Anda di halaman 1dari 127

HUBUNGAN ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA

HIPERTENSI DENGAN FUNGSI KELUARGA MENURUT


MODEL FAMILY CENTERED NURSING DI PUSTU
DESA KERPANGAN KECAMATAN LECES

SKRIPSI

Oleh :
Maulindawati
NIM.2010.01.097

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2014
HUBUNGAN ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA
HIPERTENSI DENGAN FUNGSI KELUARGA MENURUT
MODEL FAMILY CENTERED NURSING DI PUSTU
DESAKERPANGAN KECAMATANLECES

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

Oleh :
Maulindawati
NIM : 2010.01.097

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN
GENGGONG - PROBOLINGGO
2014

i
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Maulindawati

NIM : 2010.01.097

Jurusan : Ilmu Keperawatan

Prodi :S1 Keperawatan STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong

Probolinggo

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-

benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan orang

lain atau pikiran saya sendiri. Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa

hasil skripsi ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Probolinggo, Mei 2014

Mahasiswa

(Maulindawati)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat taufik serta

hidayah-Nya atas terselesaikannya skripsi yang berjudul “Hubungan Anggota

Keluarga yang Menderita Hipertensi dengan Fungsi Keluarga menurut Model

Family Centered Nursing di Pustu Desa Kerpangan Leces”.

Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

program S-1 Keperawatan di STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Probolinggo.

Pada penyusunan penelitian ini, tidak lepas dari kesulitan dan hambatan

namun berkat bimbingan pengarahan dan bantuan dari berbgai pihak, sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan, untuk itu dengan segala hormat penulis

sampaikan terima kasih kepada :

1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM. selaku Ketua Yayasan

STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo.

2. Ns. Titik Suhartini, M.Kep. selaku Ketua STIKES Hafshawaty Zainul

Hasan Genggong Probolinggo.

3. Ns. Iin Aini Isnawati, S.Kep, M.Kes selaku Kaprodi S1 Keperawatan

STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo.

4. H. Nur Hamim, SKM, M.MKes., selaku pembimbing I dalam pembuatan

skripsi ini.

5. Ns. Jamilatus Syamsiah Anwar, S.Kep. selaku Pembimbing II dalam

pembuatan skripsi ini.

v
6. Kedua orang tua yang telah memberi semangat, motivasi baik materiil

maupun nonmateriil dalam menyelesaikan skripsi.

7. Kepala Puskesmas Pembantu Desa Kerpangan, karena telah memberi

ijin kepada saya untuk dilakukan penelitian.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang

diberikan dan semoga skripsi ini berguna baik penulis maupun pihak lain yang

memanfaatkan.

Probolinggo,25 Mei 2014

Peneliti

vi
ABSTRAK

Maulindawati. 2014. Hubungan anggota keluarga yang menderita


hipertensi dengan fungsi keluarga menurut model family
centered nursing di Pustu Desa Kerpangan Kecamatan Leces.
Skripsi. S1 Keperawatan. STIKES Hafshawaty Zainul Hasan
Genggong. Pembimbing : (1) H. Nur Hamim, SKM, M.Kes . (2)
Jamilatus Syamsiah Anwar, S.Kep.Ns.

Hipertensi merupakan masalah penting dalam kesehatan


masyarakat secara global. Keluarga dengan anggota yang menderita
hipertensi akan mempengaruhi kelangsungan fungsi keluarganya, seperti
dalam teori model family centered nursing. Fungsi-fungsi tersebut adalah
fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi, perawatan kesehatan.
Keluarga harus melindungi, mendukung, dan merawat anggota keluarga
yang memiliki hipertensi tersebut.
Penelitian ini bersifat survei (survey research method) yang sering
disebut penelitian non eksperimen dengan metode jenis rancangan desain
studi analitik korelasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua anggota
keluarga yang menderita hipertensi dan semua kepala keluarga yang
mempunyai anggota keluarga yang menderita hipertensi di Pustu Desa
Kerpangan. Tekhnik sampling yang digunakan adalah probability sampling
dengan menggunakan metode Simple Random Sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden paling banyak
responden dengan hipertensi berat yang mempunyai fungsi keluarga
cukup yaitu 12 responden (40%), 11 responden (36.7%) hipertensi sedang
dengan fungsi keluarga baik, 6 responden (20%) dengan hipertensi
sedang dengan fungsi keluarga cukup dan 1 responden (3.3%) dengan
hipertensi berat dengan fungsi keluarga baik.
Berdasarkan hasil uji korelasi menggunakan Uji Spearman Rank (Rho)
diperoleh nilai p value = 0.001 berarti nilai p < α (α : 0.05). H 1 diterima, H0
ditolak.
Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat hubungan yang
bermakna dari variabel anggota keluarga yang menderita hipertensi
dengan fungsi keluarga menurut model family centered nursing di Pustu
Desa Kerpangan Kecamatan Leces.

Kata kunci : Hipertensi, keluarga, fungsi keluarga , family centered nursing

vii
ABSTRACT

Maulindawati. 2014. The Relationship Of Family Members Who


Suffering Hypertension With Family Functions Based Of
Family Centered Nursing’s Model In Pustu Kerpangan Leces.
Skripsi, STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong. Guide : (1)
H. Nur Hamim, SKM, M.Kes . (2) Jamilatus Syamsiah Anwar,
S.Kep.Ns.

Hypertension is an important global issue in public health globally.


Families with hypertension members will affect the continuity of the
functioning of the family as in family centered nursing’s theory. These are
functions of affective, socialization, reproduction, the economy, health
care. Families must protect, support, and caring for family members who
suffering hypertension.
This research is a survey (the survey research method) that is often
called a non-research experiments and used study analytic design of
correlation Population in this research is all the family members who
suffering hypertension, and all the families who have family members who
suffering hypertension at the Pustu Kerpangan Leces. Used the probability
sampling with a Simple Random Sampling method.
The results of this research indicate that most respondents are
respondents with severe hypertension that has quite a family function, i.e.
12 respondents (40%), 11 respondents (36.7%) medium hypertension with
family functions well, 6 respondents (20%) with moderate hypertension by
family and enough functions and 1 respondents (3.3%) with hypertensive
heavy with family functions well.
Based on the test results using the Spearman Rank Test correlation
(Rho) obtained the value of p value = 0,001 means grades p < α (α: 0.05).
H1 is accepted, H0 is rejected.
Thus it can be concluded there are meaningful relationships from
the variable family members who suffering hypertension with family
functions based of family centered nursing’s model in the Pustu
Kerpangan Leces.

Keywords: Hypertension, family, family member, family function, family


centered nursing

viii
DAFTAR ISI

Halaman
COVER JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................... iv
KATA PENGANTAR................................................................................. v
ABSTRAK................................................................................................ vii
ABSTRACT.............................................................................................. viii
DAFTAR ISI.............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xii
DAFTAR TABEL....................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum.................................................................. 4
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................... 5
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan................................................. 5
1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan............................................... 5
1.4.3 Bagi Lahan Penelitian..................................................... 5
1.4.4 Bagi Responden.............................................................. 6
1.4.5 Bagi Peneliti.................................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Keluarga...................................................................... 7
2.1.1 Definisi Keluarga........................................................... 7
2.1.2 Struktur Keluarga.......................................................... 8
2.1.3 Tipe / Bentuk Keluarga.................................................. 10
2.1.4 Peran Keluarga............................................................. 10
2.1.5 Fungsi Keluarga............................................................
11
2.1.6 Tahap Perkembangan Keluarga.................................... 12
2.2 Hipertensi.................................................................................. 17
2.2.1 Pengertian ................................................................... 17
2.2.2 Klasifikasi...................................................................... 18
2.2.3 Etiologi.......................................................................... 18
2.2.4 Patofisiologi.................................................................. 19
2.2.5 Manifestasi Klinis.......................................................... 20
2.2.6 Penatalaksanaan.......................................................... 22
2.2.7 Komplikasi.................................................................... 26
2.3 Model Teori Family Centered Nursing (Friedman)..................... 27

ix
2.4 Fungsi Keluarga menurut Family Centered Nursing.................. 31
2.4.1 Fungsi Afektif................................................................ 31
2.4.2 Fungsi Sosialisasi......................................................... 40
2.4.3 Fungsi Reproduksi........................................................ 40
2.4.4 Fungsi Ekonomi............................................................ 41
2.4.5 Fungsi Perawatan Keluarga.......................................... 42
2.5 Hubungan Anggota Keluarga yang menderita Hipertensi
dengan Fungsi Keluarga menurut model Family Centered
Nursing ............................................................................
46
2.5.1 Fungsi Afektif................................................................
46
2.5.2 Fungsi Sosialisasi.........................................................
48
2.5.3 Fungsi Reproduksi........................................................
48
2.5.4 Fungsi Ekonomi............................................................
49
2.5.5 Fungsi Perawatan Keluarga..........................................
49

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS


3.1 Kerangka Konsep..................................................................... 50
3.2 Hipotesis................................................................................... 51

BAB 4 METODE PENELITIAN


4.1 Rancangan Penelitian............................................................... 53
4.2 Kerangka Kerja......................................................................... 54
4.3 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Sampling....................... 55
4.3.1 Populasi.......................................................................... 55
4.3.2 Sampel............................................................................ 55
4.3.3 Sampling......................................................................... 56
4.4 Variabel Penelitian.................................................................... 57
4.4.1 Identifikasi Variabel......................................................... 57
4.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian.................................................... 58
4.5.1 Lokasi Penelitian............................................................. 58
4.5.2 Waktu Penelitian............................................................. 58
4.6 Definisi Operasional Penelitian…………………………………... 58
4.6.1 Definisi Operasional Variabel............................................ 59
4.7 Prosedur Penelitian.................................................................. 59
4.7.1 Prosedur Administrasif...................................................... 59
4.7.2 Prosedur Tekhnis............................................................ 60
4.8 Pengumpulan Data................................................................... 61
4.8.1 Instrumen Penelitian....................................................... 61
4.8.2 Uji Validitas dan Reliabilitas............................................. 62
4.8.3 Pengolahan Data............................................................ 63
4.9 Analisa Data.............................................................................. 65
4.10 Etika Keperawatan.................................................................. 65
4.10.1 Lembar Persetujuan...................................................... 65
4.10.2 Tanpa Nama (Anonymity).............................................. 66

x
4.10.3 Kerahasiaan.................................................................. 66
4.11 Keterbatasan Penelitian.......................................................... 66

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA


5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................... 67
5.2 Data Umum............................................................................... 69
5.3 Data Khusus.............................................................................. 72
5.4 Hubungan anggota keluarga yang menderita hipertensi
dengan fungsi keluarga menurut model family centered
nursing di Pustu Desa Kerpangan Leces...................................

73

BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Identifikasi Kejadian Hipertensi................................................. 75
6.2 Identifikasi Fungsi keluarga menurut model family centered
nursing pada keluarga yang mempunyai anggota keluarga
menderita hipertensi.................................................................
.................................................................................................
78
6.3 Analisis Hubungan anggota Keluarga yang menderita
Hipertensi dengan Fungsi keluarga..........................................
79

BAB 7 PENUTUP
7.1 Kesimpulan............................................................................... 84
7.2 Saran........................................................................................ 84
7.2.1 Bagi Institusi Pendidikan................................................. 84
7.2.2 Bagi Profesi Keperawatan............................................... 85
7.2.3 Bagi Lahan Penelitian..................................................... 85
7.2.4 Bagi Responden.............................................................. 85
7.2.5 Bagi Peneliti Selanjutnya................................................. 85

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 86
LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 : Struktur keluarga……………………………………………….
9

Gambar 2.2 : Fungsi Keluarga Menurut Model Family Centered Nursing...


31

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi .............................................................................


18

Tabel 2.2 Kebutuhan Sosioemosional Anggota Keluarga .....................................


37

Tabel 4.1 Definisi Operasional ..............................................................................


59

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden (anggota keluaraga) berdasarkan jenis


kelamin di Pustu Desa Kerpangan Kecamatan Leces
...........................................................................................................
69

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden (Kepala Keluarga) berdasarkan jenis


kelamin di Pustu Desa Kerpangan Kecamatan Leces
...........................................................................................................
69

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan (anggota keluarga) umur


di Pustu Desa Kerpangan Kecamatan Leces
...........................................................................................................
70

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden (Kepala Keluarga) berdasarkan jenis


kelamin di Pustu Desa Kerpangan Kecamatan Leces
...........................................................................................................
70

xiii
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan penghasilan keluarga tiap
bulan di Pustu Desa Kerpangan Kecamatan Leces
...........................................................................................................
71

Tabel 5.6 Distribusi responden (Anggota Keluarga) berdasarkan tekanan darah


di Pustu Desa Kerpangan Kecamatan Leces
...........................................................................................................
72

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi klasifikasi fungsi keluarga menurut teori model
family centered nursing di Pustu Desa Kerpangan Kecamatan Leces
...........................................................................................................
72

Tabel 5.8 Hubungan anggota keluarga yang menderita hipertensi dengan fungsi
keluarga menurut model family centered nursing di Pustu Desa
Kerpangan Leces
...........................................................................................................
73

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Angota Keluarga


yang Menderita Hipertensi dengan Fungsi Keluarga
menurut Model Family Centered Nursing di Pustu Desa
Kerpangan Leces................................................................
50

Bagan 4.2 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Angota Keluarga


yang Menderita Hipertensi dengan Fungsi Keluarga
menurut Model Family Centered Nursing di Pustu Desa

xiv
Kerpangan Leces................................................................
54

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Studi Pendahuluan.................................................................


88

Lampiran 2 Surat Balasan Studi Pendahuluan...................................................


89

Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian..........................................................................


90

xv
Lampiran 4 Surat Balasan Ijin Penelitian............................................................
91

Lampiran 5 Pengantar Kuesioner.......................................................................


92

Lampiran 6 Surat Persetujuan Menjadi Responden Penelitian...........................


93

Lampiran 7 Lembar Persetujuan menjadi responden..........................................


94

Lampiran 8 Pernyataan telah melakukan Inform Consent………………………..


95

Lampiran 9 SOP Pengukuran Tekanan Darah dan lembar observasi.................


96

Lampiran 10 Lembar Kuesioner............................................................................


98

Lampiran 11 Kisi-kisi kuesioner............................................................................


100

Lampiran 12 Lembar Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas.......................................


101

Lampiran 13 Jadwal Penelitian.............................................................................


102

Lampiran 14 Data Primer Responden...................................................................


103

Lampiran 15 Master Tabel Skor Kuesioner...........................................................


104

Lampiran 16 Tabulasi Data SPSS.........................................................................


106

Lampiran 17 Lembar Konsultasi Pembimbing I.....................................................


109

Lampiran 18 Lembar Konsultasi Pembimbing II....................................................


110

Lampiran 19 Lembar Konsultasi Revisi Ujian Skripsi............................................


111

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Hipertensi disinyalir merupakan penyebab berbagai penyakit

berat dan komplikasi. Hipertensi tidak menunjukkan gejala namun

berpotensi menimbulkan berbagai penyakit di organ berpembuluh

darah. Sebagian besar penderita stroke, ginjal dan jantung mengidap

hipertensi (Widjaya dan Nurlaila, 2009). Pemahaman di masyarakat,

hipertensi sudah umum diketahui sebagai tekanan darah tinggi yang

sering diidentikkan dengan orang yang sering marah-marah dan

pusing. Pengertian lebih lanjut tentang hipertensi adalah tekanan pada

pembuluh nadi dari peredaran darah sistemik didalam tubuh,

seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan darahnya di atas normal

yaitu tekanan sistolik-nya 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik-

nya di atas 90 mmHg atau lebih (Palmer, 2005).

National Health and Nutrition Examination Survey

(NHANES) menyebutkan bahwa sebanyak 28,7% orang dewasa di

Amerika Serikat menderita hipertensi. Kejadian hipertensi

meningkat seiring dengan meningkatnya usia (≥ 60 tahun), pada

penderita obesitas angka kejadian juga meningkat (dari 60%

penderita, 20% mengalami obesitas). Faktor-faktor lain yang dapat


mempengaruhi peningkatan tekanan darah adalah genetik, alkohol,

rendahnya asupan Ca, dan penurunan aktifitas fisik (Kotchen,

2008).

Prevalensi hipertensi diseluruh dunia, diperkirakan sekitar 15-

20%. Hipertensi lebih banyak menyerang pada usia setengah baya

pada golongan umur 55-64 tahun. Hipertensi di Asia diperkirakan

sudah mencapai 8-18% pada tahun 1997, hipertensi dijumpai pada

4.400 per 10.000 penduduk. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga

tahun 1995, prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi, 83 per

1.000 anggota rumah tangga, pada tahun 2000 sekitar 15-20%

masyarakat Indonesia menderita hipertensi (Depkes RI, 2003).

Data yang didapat dari Profil Puskesmas Pembantu Desa

Kerpangan pada tanggal 29 April 2013, pada pasien rawat jalan

kelompok semua umur penderita hipertensi 48% dan menjadi

peringkat ke-2 setelah Rheumatoid Arthritis. Data ini didapat

berdasarkan hasil rekam medis para lansia yang datang dan

diperiksa tekanan darahnya di puskesmas 3 bulan terakhir. Sebelum

dibuat diagnosa hipertensi, diperlukan pengukuran secara berulang

pada tiga kesempatan disertai dengan konsultasi tentang perubahan

gaya hidup kepada dokter. Jika hasil pengukuran tekanan darah

pada tiga kesempatan masih tinggi atau ≥140/90 mmHg, maka

pasien didiagnosa menderita hipertensi oleh dokter.


Salah satu aspek terpenting dari perawatan adalah penekanan

pada unit keluarga. Manusia lahir sebagai individu dalam kelompok.

Hal ini merupakan awal kehidupan dalam keluarga. Kelompok penting

yang dimiliki oleh individu yang lahir adalah keluarga keberadaan

keluarga pada umumnya adalah untuk memenuhi fungsi-fungsi

keluarga. Fungsi keluarga, berbeda sesuai dengan sudut pandang

terhadap keluarga. Akan tetapi, dari sudut kesehatan keluarga.

(Friedman, 1998 dalam Andarmoyo Sulistyo, 2011).

Keluarga dengan anggota yang menderita hipertensi akan

mempengaruhi kelangsungan fungsi keluarganya, fungsi-fungsi

tersebut adalah fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi,

perawatan kesehatan. Keluarga harus melindungi, mendukung, dan

merawat anggota keluarga yang memiliki hipertensi tersebut

(Allender & Spradley, 2005 dalam Prasetyo, 2009).

Dalam satu unit keluarga, setiap gangguan yang dialami satu

anggota keluarga atau lebih, dapat mempengaruhi anggota keluarga

yang lain dan dapat mempengaruhi fungsi unit tersebut secara

keseluruhan (Marilyn M Freidman dkk., 2003 dalam thesis Yenni,

2011). Ini berarti ada kaitannya keluarga dengan status kesehatan

anggotanya, sehingga fungsi keluarga amat penting dalam setiap

aspek pelayanan individu anggota keluarga mulai dari promosi

kesehatan sampai tahap rehabilitasi. Dapat dikatakan bahwa keluarga

merupakan sumber daya penting dalam pemberian pelayanan


kesehatan baik bagi individu atau keluarga (Marilyn M Freidman dkk.,

2003 dalam Sulistyo.2011).

Dengan adanya fungsi keluarga terhadap pola hidup kearah

yang lebih sehat dan pengontrolan kesehatan secara teratur,

diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan pada anggota

keluarga yang mempunyai hipertensi. Berdasarkan hal itu, perlu tahu

bahwa penting bagi perawat komunitas dalam melakukan asuhan

keperawatan komunitas untuk selalu memberikan edukasi dan

informasi yang cukup kepada keluarga sesuai dengan apa yang

dibutuhkan keluarga tersebut, sehingga keluarga diharapkan dapat

menjalankan semua fungsi keluarganya dengan baik dalam

meningkatkan status kesehatan terutama pada anggota keluarga yang

mempunyai hipertensi.

Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk meneliti

“Bagaimana Hubungan Anggota Keluarga yang Menderita Hipertensi

dengan Fungsi Keluarga Menurut Model Family centered nursing di

Puskesmas Pembantu Desa Kerpangan Leces”.

1.2. Rumusan masalah

Adakah hubungan anggota keluarga yang menderita hipertensi

dengan fungsi keluarga menurut model family centered nursing di

Puskesmas Pembantu Desa Kerpangan Kecamatan Leces?.


1.2. Tujuan Penelitian

1.2.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

anggota keluarga yang menderita hipertensi terhadap fungsi

keluarga menurut model family centered nursing di Puskesmas

Pembantu Desa Kerpangan Kecamatan Leces.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi kejadian hipertensi pada anggota

keluarga di Puskesmas Pembantu Desa Kerpangan

Kecamatan Leces.

2. Mengidentifikasi fungsi keluarga menurut model family

centered nursing pada keluarga yang anggota keluarga

menderita hipertensi di pustu desa Kerpangan Leces.

3. Menganalisis hubungan anggota keluarga yang menderita

hipertensi terhadap fungsi keluarga di Puskesmas

Pembantu Desa Kerpangan Kecamatan Leces.

1.3. Manfaat Penelitian .

1.3.1. Bagi Institusi

Salah satu wujud Tridharma Perguruan Tinggi

(akademik, penelitian, dan pengabdian masyarakat) dalam


bidang status kesehatan masyarakat dan menjadi bahan

masukan untuk penelitian selanjutnya.

1.3.2. Bagi Profesi Keperawatan

Dapat dijadikan rujukan bagi mahasiswa khususnya S1

Keperawatan Zainul Hasan Genggong sebagai wacana

pengembangan wawasan keilmuan.

1.1.1. Bagi Lahan Penelitian

Sebagai bahan informasi untuk mengambil langkah-

langkah kebijakan dimasa depan, seperti memberikan

penyuluhan/informasi yang terkait dengan hipertensi dalam

rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dan perhatian

dalam upaya pencegahan penyakit degeneratif, sehingga

dapat menurunkan prevalensi hipertensi dikawasan tersebut.

1.1.2. Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi

masyarakat dalam menjaga kesehatannya dan dapat

meningkatkan kesadaran terhadap penyakit hipertensi

sehingga dapat dilakukan pencegahan dini.

1.1.3. Bagi Peneliti

Sebagai pembelajaran dan pengalaman dalam

melakukan penelitian yang terkait dengan status kesehatan

masyarakat serta media pengembangan kompetensi diri


sesuai dengan keilmuan yang diperoleh selama perkuliahan

dalam meneliti masalah yang berkaitan dengan status

kesehatan masyarakat.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Keluarga


2.1.1.Definisi Keluarga
Banyak definisi yang diuraikan tentang keluarga sesuai

dengan perkembangan sosial masyarakat. Berikut ini akan

dikemukakan pengertian keluarga


1. Keluarga adalah persekutuan dua orang atau lebih individu

yang terkait oleh darah, perkawinan atau adopsi yang

membentuk satu rumah tangga, saling berhubungan dalam

lingkup peraturan keluarga serta saling menciptakan dan

memelihara budaya (Tinkhan dan Voorhies, 1997 dalam

Muhlisin, 2012)
2. Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling

berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan

(WHO, 1969 dalam Wahid Mubarak dkk., 2009)


3. Menurut Duval (1997), keluarga adalah sekumpulan orang yang

dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang

bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang

umum; meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional,

dan sosial dari tiap anggota (Wahid Mubarak dkk., 2009)


4. Keluarga dalah kumpulan dua orang manusia atau lebih, yang

satu sama lain saling terkait secara emosional, serta bertempat

tinggal yang sama dalam satu daerah berdekatan (Friedman,

2002 dalam Muhlisin, 2012).


2.1.2. Struktur Keluarga
1. Macam-macam struktur keluaraga, diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi, di mana

hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.


b. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi di mana

hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.


c. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal

bersama keluarga sedarah istri.


d. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga sedarah suami.


e. Keluarga Kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.

(Wahid Mubarak dkk., 2009).


2. Ciri-Ciri Struktur Keluarga
Friedman (1998) dalam Muhlisin (2009) mengemukakan

bahwa cirri-ciri struktur keluarga :


a. Terorganisi, yaitu saling berhubungan, saling

ketergantungan antara anggota keluarga.


b. Ada keterbatasan, di mana setiap anggota keluarga

memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai

keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya

masing-masing.
c. Ada perbedaan dan kekhusukan, yaitu setiap anggota

keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-

masing.
d. Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas

pola & proses komunikasi, peran, nilai & norma dan

kekuatan, digambarkan sebagai berilkut :

Pola & proses Peran

Komunikasi

Nilai dan Kekuatan

Norma
Gambar 2.1 Struktur Keluarga

2.1.3. Tipe/Bentuk Keluarga

Friedman (2004) dalam Muhlisin (2012), dalam masyarakat

ditemukan tipe/bentuk keluarga :

1. Keluarga Inti (Nuclear Family) : keluarga yang terdiri dari ayah,

ibu dan anak-anak.

1. Keluarga Besar (Extended Family) : keluarga inti ditambah

sanak saudara misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara

sepupu, paman, bibi, dsb.

2. Keluarga Berantai (Serial Family) : keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan

merupakan satu keluarga inti.


3. Keluarga Duda/Janda (Single Family) : keluarga yang terjadi

karena perceraian atau kematian.

4. Keluarga Berkomposisi (Composite) : keluarga yang

perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama-sama.

5. Keluarga Kabitas (Cahabitation) : dua orang menjadi satu tanpa

pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

2.1.4. Peran Keluarga

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal yang berhubungan dengan posisi dan situasi tertentu.

Friedman (2004) dalam Muhlisin (2012) mengemukakan berbagai

peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:

1. Peran ayah sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan

pemberi rasa aman, kepala rumah tangga, anggota dari

kelompok sosialnya dan anggota masyarakat.

2. Peran ibu sebagai isteri, ibu dari anaknya, mengurus rumah

tangga, pengasuh, pendidik dan pelindung bagi anak-anaknya,

anggota kelompok sosial dan anggota masyarakat serta

berperan sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarga.

3. Peran anak-anak sebagai pelaksana peran psikososial sesuai

dengan tingkat perkembangan baik fisik, mental dan spiritual.

2.1.5. Fungsi Keluarga


Menurut Freidman (2004) fungsi dari keluarga adalah

memenuhi kebutuhan anggota individu keluarga dan masyarakat

yang lebih luas, fungsi keluarga adalah :

1. Fungsi Afektif

Merupakan suatu basis sentral bagi pembentukan

dan kelangsungan keluarga. Kebahagiaan keluarga diukur

dengan kekuatan cinta keluarga. Keberhasilan

melaksanakan fungsi afektif tampak kegembiraan dan

kebahagiaan seluruh anggota keluarga, tiap anggota

keluarga mempertahankan hubungan yang baik.

2. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan

yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan

belajar berperan dalam lingkungan sosial. Proses sosialisasi

dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk

belajar sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar

tentang norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan

dan interaksi dalam keluarga.

3. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan

keturunan dan menambah sumber daya manusia.


4. Fungsi Ekonomi

Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi

kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti makanan,

pakaian dan tempat tinggal.

5. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek

asuhan kesehatan yaitu mencegah terjadi gangguan

kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.

Kesanggupan keluarga untuk melaksanakan

pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan

keluarga untuk mengenal masalah kesehatan, membuat

keputusan tindakan, memberikan perawatan, memelihara

lingkungan dan menggunakan fasilitas kesehatan.

2.1.6. Tahap Perkembangan Keluarga

Perkembangan keluarga adalah proses perubahan dari

sistem keluarga yang terjadi dari waktu ke waktu meliputi

perubahan interaksi dan hubungan di antara keluarga dari

waktu ke waktu. Perkembangan ini terbagi dalam beberapa

tahapan, setiap tahapan memiliki tugas perkembangan yang


harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan

sukses.

Menurut Duvall (1977) dalam Wahid Mubarak dkk.(2009)

mengemukakan siklus kehidupan keluarga terdiri dari 8 tahapan yang

mempunyai tugas dan resiko tertentu pada setiap tahapan

perkembangannya. Adapun 8 tahapan perkembangan tersebut

adalah:

1. Tahap 1 keluarga pemula: dimulai saat individu membentuk

keluarga melalui perkawinan,

a. Tugas perkembangan :

1) Membina hubungan intim yang memuaskan

kehidupan baru;

2) Membina hubungan dengan teman lain, keluarga

lain;

3) Membina keluarga berencana;

4) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan

mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua.

b. Masalah kesehatan :

Masalah seksual, peran perkawinan, kehamilan

yang kurang direncanakan.


2. Tahap 2 keluarga dengan kelahiran anak pertama: dimulai

sejak anak pertama lahir sampai berusia 30 bulan.

a. Tugas perkembangan :

1) Perubahan peran menjadi orang tua;

2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga;

3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan

dengan pasangannya.

b. Masalah kesehatan :

Pendidikan meternitas, perawatan bayi yang baik,

pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik

secara dini, imunisasi, tumbuh kembang dan lain-lain.

3. Tahap 3 keluarga dengan anak pra sekolah: dimulai anak

pertama berusia 2,5 tahun sampai dengan 5 tahun.

a. Tugas perkambangan :

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga;

2) Membantu anak bersosialisasi, beradaptasi

dengan lingkungan;

3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir

sementara kebutuhan anak yang lain juga

harus dipenuhi;
4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di

dalam maupun di luar keluarga;

5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan

anak-anak;

6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga;

7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan

kembang anak.

b. Masalah kesehatan :

1) Masalah kesehatan fisik: penyakit menular

pada anak;

2) Masalah kesehatan psikososial: hubungan

perkawinan, perceraian;

3) Persaingan antara kakak adik;

4) Pengasuhan anak.

4. Tahap 4 keluarga dengan anak usia sekolah: dimulai saat

anak pertama berusia 6 tahun samapi 13 tahun.

a. Tugas perkembangan :

1) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga,

sekolah dan lingkungan;

1) Mempertahankan hubungan perkawinan

bahagia;
2) Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang

semakin meningkat;

3) Meningkatkan komunikasi terbuka.

5. Tahap 5 keluarga dengan anak remaja: dimulai saat anak

pertama berusia 13 tahun sampai 19-20 tahun.

a. Tugas perkembangan:

1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan

tanggung jawab, meningkatkan otonominya;

2) Mempererat hubungan yang intim dalam keluarga;

3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak

dan orang tua;

4) Perubahan sistem peran dan peraturan tumbuh

kembang keluarga.

b. Masalah kesehatan :

Penyalahgunaan obat-obatan dan penyakit jantung.

6. Tahap 6 keluarga dengan anak dewasa: dimulai saat anak

pertama meninggalkan rumah sampai anak terakhir,

lamanya tergantung dengan jumlah anak atau banyaknya

anak belum menikah dan tinggal dalam rumah.

a. Tugas perkembangan :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga

besar;

2) Mempertahankan keintiman pasangan;

3) Membantu orang tua yang sedang sakit dan

memasuki masa tua;

4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat;

5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah

tangga.

b. Masalah kesehatan :

1) Masa komunikasi dewasa muda dengan orang

tua tidak lancer;

2) Transisi peran suami istri;

3) Memberi perawatan;

4) Kondisi kesehatan kronis;

5) Masalah menopause;

6) Efek dari obat-obatan, merokok, diet dan lain-

lain.

7. Tahap 7 keluarga dengan usia pertengahan: dimulai saat

anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat

pensiunan atau salah satu pasangan meninggal.

a. Tugas perkembangan :
1) Mempertahankan kesehatan;

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan

dengan teman sebaya dan anak-anak;

3) Meningkatkan keakraban pasangan.

b. Masalah kesehatan :

1) Promosi kesehatan;

2) Masalah hubungan dengan perkawinan;

3) Komunikasi dan hubungan dengan anak cucu

dan lain-lain;

4) Masalah hubungan dengan perawatan.

8. Tahap 8 keluarga dengan usia lanjut: dimulai salah satu

meninggal atau pensiun sampai dengan dua-duanya

meninggal.

2.2. Hipertensi

2.2.1. Pengertian

Hipertensi adalah tekanan darah persistem

dimana tekanan sistoliknya diatas 140mmHg dan

tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi

manula (lansia), hipertensi didefinisikan sebagai tekanan


sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.

(Smeltzer,2002). Menurut WHO, penyakit hipertensi

merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar/sama

dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau

lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasim, 2003). Hipertensi

dalam istilah kedokteran menjelaskan suatu keadaan

dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan

tekanan darah (Mansjoer, 2000 dalam Triyastuti, 2012).

2.2.2. Klasifikasi

Menurut Bookes (2004), klasifikasi dari hipertensi


adalah seperti tabel berikut :
Tabel 2.1. Klasifikasi hipertensi
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal < 120 <80

Normal <130 <85

Pra Hipertensi 130 - 139 85 – 89

Hipertensi Grade I 140 - 159 90 – 99

Hipertensi Grade II 160 - 179 100 – 109

Hipertensi Grade III ≥180 ≥110

2.2.3. Etiologi
Menurut Ruhyanudin (2007), Hipertensi

berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi dua golongan

yaitu :

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer adalah

hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui.

Hipertensi esensial kemungkinan disebabkan oleh

beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh

darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan

meningkatnya tekanan darah.

2. Hipertensi sekunder adalah jika penyebabnya

diketahui. Penyebab hipertensi yang biasa ditemukan

seperti : kegemukan (obesitas),gaya hidup yang tidak

aktif (malas berolahraga) , stres, alkohol atau garam

dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi

pada orang yang memiliki kepekaan yang diturunkan

(keturunan).

2.2.4. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan

relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor,

pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula

jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda

spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis


ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan

pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang

bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke

ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion

melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut

saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan

ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah

terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan

hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,

meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf

simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons

rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan

vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan

steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons

vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan

pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan


angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin

II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.

Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh

tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra

vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan

hipertensi.

Pertimbangan gerontologis. Perubahan struktural

dan fungsional pada sistem pembuluh perifer

bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang

terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi

aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan

penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,

yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan

daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan

arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh

jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan

curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner

dan Suddarth, 2002 ).

2.2.5. Manifestasi Klinis


Individu yang menderita hipertensi kadang tidak

menampakkan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala, bila

ada biasanya menunjukkan kerusakan vaskuler, dengan

manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang

divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan.

Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala

yang paling menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri

terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel

saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik

yang meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi

menahan peningkatan beban kerja maka terjadi gagal

jantung kiri.

Perubahan patologis pada ginjal dapat

bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada

malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea

darah dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak

dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik trasien

yang termanifestasi sebagai paralysis sementara pada

satu sisi (hemiplegi) atau gangguan ketajaman penglihatan

(Brunner dan Suddarth, 2002).

Gejala dan tanda yang biasa timbul pada penyakit

hipertensi adalah

1. Nyeri kepala yang menjalar sampai kekuduk;


2. Pandangan kabur;
3. Terjadi peningkatan tekanan darah yang nyata;
4. Mata berkunang-kunang;
5. Jantung berdebar-debar;
6. Badan terasa lemah;
7. Perubahan emosi (mudah marah);
8. Telinga sering berdenging;
9. Rasa pegal di bahu hingga tengkuk.

2.2.6. Penatalaksanaan

Berdasarkan penelitian Widjaya (2009)

mengemukakan prinsip pengelolaan penyakit hipertensi

meliputi :

1. Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai

tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai

tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.

Terapi tanpa obat ini meliputi :

a. Diet;

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi

adalah:

1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr

menjadi 5 gr/hr;
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak

jenuh;
3) Penurunan berat badan;
4) Penurunan asupan etanol.
b. Menghentikan merokok dan alcohol;
c. Diet tinggi kalium;
d. Latihan Fisik;
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan

terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi

adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip

yaitu :

1) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis

seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan

lain-lain;

2) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80

% dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari

denyut nadi maksimal yang disebut zona

latihan. Denyut nadi maksimal dapat

ditentukan dengan rumus 220 – umur;

3) Lamanya latihan berkisar antara 20–25

menit berada dalam zona latihan;

4) Frekuensi latihan sebaiknya 3x/minggu dan

paling baik 5x/minggu.

e. Edukasi Psikologis;

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita

hipertensi meliputi :

1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu teknik yang

dipakai untuk menunjukkan pada subyek

tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang

secara sadar oleh subyek dianggap tidak

normal. Penerapan biofeedback terutama

dipakai untuk mengatasi gangguan somatik

seperti nyeri kepala dan migrain, juga

untuk gangguan psikologis seperti

kecemasan dan ketegangan.

2) Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau

tehnik yang bertujuan untuk mengurangi

ketegangan atau kecemasan, dengan cara

melatih penderita untuk dapat belajar

membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.

3) Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu

untuk meningkatkan pengetahuan pasien

tentang penyakit hipertensi dan

pengelolaannya sehingga pasien dapat

mempertahankan hidupnya dan mencegah

komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya

menurunkan tekanan darah saja tetapi juga

mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi

agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan

hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup

penderita.

a. Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara

mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing)

sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang

mengakibatkan daya pompa jantung menjadi

lebih ringan. Contoh obatnya adalah

hidroklorotiazid.

b. Penghambat Simpatetik

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat

aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada

saat kita beraktivitas). Contoh obatnya adalah :

metildopa, klonidin dan reserpin.

c. Betabloker

Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah

melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis

betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang


telah diketahui mengidap gangguan pernapasan

seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah :

metoprolol, propranolol dan atenolol. Pada

penderita diabetes melitus harus hati-hati,

karena dapat menutupi gejala hipoglikemia

(kondisi dimana kadar gula dalam darah turun

menjadi sangat rendah yang bisa berakibat

bahaya bagi penderitanya).

d. Vasodilator

Obat golongan ini bekerja langsung pada

pembuluh darah dengan relaksasi otot polos

(otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam

golongan ini adalah : prasosin, hidralasin. Efek

samping yang kemungkinan akan terjadi dari

pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan

pusing.

e. Penghambat ensim konversi Angiotensin

Cara kerja obat golongan ini adalah

menghambat pembentukan zat angiotensin II

(zat yang dapat menyebabkan peningkatan

tekanan darah). Contoh obat yang termasuk

golongan ini adalah kaptopril. Efek samping yang


mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing,

sakit kepala dan lemas.

f. Antagonis kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung

dengan cara menghambat kontraksi jantung

(kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini

adalah : nifedipin, diltiasem dan verapamil. Efek

samping yang mungkin timbul adalah : sembelit,

pusing, sakit kepala dan muntah.

g. Penghambat Reseptor Angiotensin II

Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi

penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya

yang mengakibatkan ringannya daya pompa

jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam

golongan ini adalah valsartan (diovan). Efek

samping yang mungkin timbul adalah : sakit

kepala, pusing, lemas dan mual.

2.2.7. Komplikasi

Berdasarakan pada pengkajian, komplikasi yang

terjadi antara lain:

1. Perdarahan retina;
2. Cedera serebrovaskuler;
3. Infark miokard;
4. Gagal ginjal;
5. Penyakit katup jantung (Doengoes, M.E, 2000).

2.3. Model Teori Family centered nursing (Friedman)

Keluarga menjadi tempat sentral bagi pertumbuhan dan

perkembangan individu, sehingga keluarga menjadi salah satu aspek

terpenting dari keperawatan. Keluarga bersama dengan individu,

kelompok dan komunitas adalah klien atau resipien keperawatan

(Freidman dkk., 2003). Keluarga secara empiris, didasari bahwa

kesehatan para anggota keluarga dan kualitas kesehatan keluarga

mempunyai hubungan yang erat, akan tetapi hingga saat ini sangat

sedikit yang diberikan perhatian pada keluarga sebagai obyek dari

studi yang sistematis dalam bidang keperawatan ( Susanto, 2012)

Friedman dkk.,(2003) memberikan beberapa alasan atau

pertimbangan keluarga sebagai unit sentral pelayanan keperawatan di

masyarakat :

2.3.1. Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit,

cedera, perpisahan) yang mempengaruhi satu atau lebih

anggota keluarga, dan dalam hal tertentu, seringkali akan

mempengaruhi anggota keluarga yang lain dan unit ini secara

keseluruhan. Keluarga merupakan jaringan yang mempunyai

hubungan erat dan bersifat mandiri, dimana masalah-masalah

seseorang individu “menyusup” dan mempengaruhi anggota

keluarga yang lain dan seluruh sistem. Jika seorang perawat


hanya menilai seorang individu bukan keluarga, ia akan

kehilangan bagian yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu

pengkajian holistik. Salah satu kenyataan/prinsip terapi

keluarga penting adalah bahwa gejala-gejala dari seorang

pasien yang telah diidentifikasi (anggota keluarga dengan

masalah-masalah perilaku umum dan penyakit psikosomatis)

adalah indeks tingkat adaptasi keluarga, atau disebut

maladaptif.

2.3.2. Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan

status kesehatan anggotanya, bahwa peran dari keluarga

sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan

anggota keluarga secara individu, mulai dari strategi-strategi

hingga fase rehabilitasi. Mengkaji/menilai dan memberikan

perawatan kesehatan merupakan hal yang penting dalam

membentu setiap anggota keluarga untuk mencapai suatu

keadaan sehat (wellness) hingga tingkat optimum.

2.3.3. Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada

peningkatan, perawatan diri (self-care), pendidkan kesehatan,

dan konseling keluarga, serta upaya-upaya yang berarti dapat

mengurangi resiko yang diciptakan oleh pola hidup dan

budaya dari lingkungan. Tujuannya adalah untuk mengangkat

derajat kesehatan keluarga secara menyeluruh, yang mana


secara tidak langsung mengangkat derajat kesehatan dari

setiap anggota keluarga.

2.3.4. Upaya menemukan kasus merupakan satu alasan bagus

lainnya untuk memberikan perawatan kesehatan. Adanya

masalah-masalah kesehatan pada salah seorang anggota

keluarga dapat menyebabkan ditemukannya factor-faktor

resiko pada anggota lain. Ini sering menjadi masalah ketika

mengunjungi keluarga yang memiliki masalah-masalah

kesehatan yang kronis atau penyakit-penyakit yang dapat

menular. Perawat keluarga bekerja lewat keluarga agar

supaya dapat menyentuh seluruh anggota keluarga.

2.3.5. Seseorang dapat mencapai suatu pemahaman yang lebih

jelas terhadap individu-individu dan berfungsinya mereka bila

individu-individu tersebut dipandang dalam konteks keluarga

mereka.

2.3.6. Mengingat keluarga merupakan sistem pendukung yang vital

bagi individu-individu, sumber dari kebutuhan-kebutuhan ini

perlu dinilai dan disatukan kedalam perencanaan tindakan

bagi individu-individu.

Keluarga merupakan fokus sentral pemberian asuhan

keperawatan. Keluarga merupakan suatu gambaran status kesehatan

masyarakat dan individu dalam suatu keluarga, sehingga untuk dapat


mewujudkan kesehatan yang baik, maka fokus sentral asuhan

keperawatan adalah keluarga (Friedman dkk., 2003 dalam Susanto,

2012).

Dalam teori sistem, keluarga dipandang sebagai suatu sistem

terbuka dengan batasan-batasannya. Sebuah unit kesatuan yang

diarahkan pada tujuan, dibentuk dari bagian-bagian yang berinteraksi

dan bergantungan satu dengan yang lainnya dan yang dapat bertahan

dalam jangka waktu tertentu. Teori sistem merupakan suatu cara

untuk menjelaskan sebuah unit keluarga sebagai sebuah unit yang

berkaitan dan berinteraksi dengan sistem yang lain ( Friedman, 1998

dalam Abi Muhlisin, 2012).

Freidman (2004) mengemukakan bahwa proses keperawatan

keluarga relatif berbeda dengan proses keperawatan individu, dimana

perawat mengkonseptualisasikan keluarga sebagai unit pelayanan

sebagai fokusnya. Dalam praktiknya perawat di rumah akan bekerja

sekaligus untuk keluarga dan anggota keluarga secara individu, hal ini

mengandung arti bahwa perawat keluarga akan menggunakan proses

keperawatan pada dua tingkat, yakni tingkat individu dan keluarga,

sehingga pengkajian, diagnosa, perencanaan, intervensi dan evaluasi

menjadi lebih luas. Hal yang perlu di kaji dalam pengkajian keluarga

menurut model Freidman adalah identifikasi data lingkungan, tahap

dan perkembangan, struktur keluarga, koping keluarga dan fungsi

keluarga (Friedman, 1998 dalam Padila, 2011)


Perawat keluarga dalam praktiknya harus menstimulasi

individu dan keluarga dan sistem keluarga. Hal ini berarti perawat

dalam menerapkan asuhan keperawatan keluarga harus menerapkan

dua jalan, yaitu perawatan pada individu dan keluarga serta keluarga

sebagai sistemnya. Sehingga dalam melakukan pengkajian,

merumuskan diagnose keperawatan , intervensi, implementasi, dan

evaluasi keperawatan akan lebih komplek dan mendalam (Friedman,

2004 dalam Susanto, 2012).

Friedman (2004) dalam melakukan asuhan keperawatan

keluarga menerapkan langkah-langkah terkait dengan lima langkah

dalam proses keperawatan keluarga. Asuhan keperawatan keluarga

dimulai dengan pengkajian keperawatan sampai dengan evaluasi

keperawatan keluarga. Dalam pengkajian ditekankan pada struktur

dan fungsi keluarga secara menyeluruh dan terintegrasi (Friedman,

2004 dalam Susanto, 2012).

2.4. Fungsi Keluarga menurut Family centered nursing (Friedman,


Fungsi Perawatan Keluarga
2004)

Fungsi Sosisalisasi Fungsi Afektif

Keluarg
Fungsi Reproduksi Fungsi Ekonomi

Gambar 2.2 Fungsi Keluarga menurut Model Family Centered Nursing


Lima fungsi dasar keluarga menurut (Friedman, 1998 dalam

Padila, 2011) adalah :

2.4.1. Fungsi Afektif


Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi-fungsi internal

keluarga, perlindungan dan dukungan psikososial bagi para

anggotanya. Keluarga melakukan tugas-tugas yang menunjang

pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi anggotanya

dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosio-emosional

anggotanya, mulai dari tahun-tahun awal kehidupan individu dan

terus-menerus berlangsung sepanjang hidupnya. Adam (1971),

seorang sosiolog keluarga, menguraikan fungsi keluarga sebagai

berikut : “Keluarga menjadi seorang spesialis dalam memenuhi

kebutuhan psikologis, kebutuhan untuk memahami, kasih sayang,

dan kebahagiaan” (hal. 92). Satir (1972), menguraikan bahwa

pemenuhan fungsi afektif merupakan basis sentral bagi pembentukan

dan kelanjutan dari unit keluarga (Friedman, 2004).


Citra diri individu dan perasaan memiliki dari individu tersebut

diperoleh lewat interaksi kelompok primer (keluarga). Bahkan,

keluarga bertindak sebagai sumber utama dari cinta, persetujuan,

penghargaan dan dukungan (Friedman, 2004).


Pentingnya mengkaji fungsi afektif keluarga merupakan hal

tidak bisa dipungkiri. Karena fungsi afektif ini begitu vital bagi

kelangsungan hidup keluarga dan berfungsinya keluarga secara

individual, maka pengkajian dan intervensi di bidang ini sangat

penting. Konseling kesehatan dan penyuluhan kesehatan

merupakan strategi penting yang dapat digunakan dalam membantu

keluarga menggalang hubungan mereka dan memenuhi kebutuhan-


kebutuhan mereka satu sama lain dengan lebih baik. Pertimbangan

menyangkut fungsi afektif terutama dianggap penting dalam bekerja

dengan keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan hipertensi,

dimana hubungan keluarga dengan anggota keluarganya yang

memiliki hipertensi sangat penting dalam kaitannya dengan dampak

jangka panjang terhadap peningkatan status kesehatan individu dan

keluarga (Friedman, 2004).


Apakah anggota keluarga merasa kebutuhan-kebutuhan

individu lain dalam keluarga, apakah orang tua (suami/istri) mampu

menggambarkan kebutuhan-kebutuhan persoalan-persoalan lain dari

anak-anak mereka dan pasangannya, apakah mereka saling

menghormati satu sama lain, bagaimana mereka saling mendukung

satu sama lain. Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal

keluarga yang merupakan afektif berguna untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak melelui

keluarga yang bahagia. Anggota keluarga mengembangkan konsep

diri yang positif, rasa dimiliki dan memiliki, rasa berarti serta

merupakan sumber kasih sayang. Reinforcement dan support

dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga

(Friedman, 2004).
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga untuk

memenuhi fungsi afektif adalah :

1. Komponen-komponen fungsi afektif adalah :


a. Memelihara Saling Asuh
Fungsi Afektif yang pertama dan paling penting

adalah termasuk menciptakan dan memelihara sebuah

sistem saling asuh (mutual nurturance) dalam keluarga.


Mengingat tentang nilai-nilai keluarga, salah satu nilai

keluarga yang penting adalah menganggap keluarga

sebagai tempat untuk memperoleh kehangatan,

dukungan, cinta, dan penerimaan. Sebuah prasyarat

untuk mencapai saling asuh adalah komitmen dasar dari

masing-masing pasangan dan hubungan perkawinan

yang secara emosional memuaskan dan terpelihara. Ini

menjadi dasar emosi di mana di atasnya orangtua

membangun struktur yang bersifat menunjang. Sikap dan

tingkah laku pengasuhan mengalir dari orang tua dan

saudara (siblings) ke anak-anak yang lebih kecil dan akan

menghasilkan aliran balik dari anak-anak ke orang tua

(Freidman, 2004).
b. Perkembangan Hubungan yang Akrab
Lewat pemenuhan fungsi afektif keluarga, individu

mengembangkan kemampuan untuk berhubungan secara

akrab dan intim satu dengan yang lainnya. Keintiman

merupakan hal penting dalam hubungan manuasia

karena keintiman dapat memenuhi kebutuhan psikologis

terhadap keakraban emosional dengan orang lain dan

memungkinkan individu dalam hubungan tersebut untuk

mengetahui seluruh keunikan satu sama lain (Andrews,

1974 dalam Freidman, 2004).


c. Keseimbangan Saling Menghormati
Pendekatan yang cukup baik antar anggota

keluarga membantu pemenuhan fungsi afektif keluarga.

Tujuan utama pendekatan ini adalah keluarga harus


memelihara suasana di mana harga diri dan hak-hak dari

kedua orang tua dan anak dijunjung tinggi. Dengan

demikian diakui bahwa setiap anggota keluarga memiliki

hak-haknya sendiri sebagai individu dan juga kebutuhan-

kebutuhan perkembangan yang spesifik bagi kelompok

usianya. Keseimbangan saling menghormati dapat

dicapai apabila setiap anggota keluarga menghormati

hak, kebutuhan dan tanggung jawab anggota keluarga

yang lain (Colley, 1978 dalam Freidman, 2004).


d. Pertalian dan Identitas
Kekuatan yang besar di balik persepsi dan

kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan individu dalam

keluarga adalah pertalian (bonding) dan kasih sayang

(attachmen ) (digunakan secara bergantian). Kasih

sayang menurut Wright dan Leahey (1984) adalah “ikatan

emosional yang relatif unik dan abadi antara dua orang

tertentu” (hal. 40). Pertalian dimulai pertama kali dalam

hubungan perkawinan (Friedman, 2004).


Agar pertalian atau kasih sayang bisa terjadi dalam

hubungan keluarga, pertama harus ada identifikasi positif.

Karena kebanyakan aspek kasih sayang bersifat

pervasive, kasih sayang dapat didasarkan atas

mekanisme simpati atau mekanisme libidal atau semata-

mata berasal dari internalisasi sikap orang yang ia beri

perhatian dan orang tempat ia bergantung. Sekali

terbentuk, maka konsekuensi jangka panjang dari

identifikasi dan pertalian adalah perubahan citra diri


individu terhadap karakteristik orang lain yang telah ia

identifikasi.
e. Keterpisahan dan Kepaduan
Salah satu masalah pokok psikologis yang sentral

dan menonjol yang meliputi kehidupan keluarga adalah

cara keluarga memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologis

anggota keluarga, dan bagaimana hal ini mempengaruhi

identitas dan harga diri individu. Untuk merasakan dan

memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga,

keluarga harus mencapai pola keterpisahan

(separatness) dan kepaduan (connectedness) yang

memuaskan (Friedman, 2004).


Keluarga perlu memberikan kesempatan untuk

menguasai dualitas ini, di satu pihak, keluarga harus

membantu anggotanya agar mereka dapat bersama-

sama mengembangkan serta mempertahankan

kekohesifan atau kepaduan. Di lain pihak, secara

perlahan-lahan keluarga harus memberikan kebebasan

dan saluran ekspresi bagi anggota keluarga untuk

menyendiri dan menjadi individu yang terpisah (Friedman,

2004).
f. Pola Kebutuhan Respon
Komponen afektif dari hubungan keluarga perlu

dievaluasi dalam hubungannya dengan sejauh mana

anggota keluarga saling merawat dan memperhatkan

satu sama lain (Hurtman dan Laird, 1983). Parad dan

Caplan (1965) mengemukakan persoalan ini dalam

pembahasan mereka tentang pengkajian mengenai pola-


pola kebutuhan respon dalam keluarga. Konsep ini pada

dasarnya sinonim sinonim dengan fungsi afektif keluarga.

Aspek-aspek saling asuh, saling menghormati, pertalian

dan keterpisahan-paduan muncul sebagai prasyarat vital

atau syarat-syarat inti untuk pola-pola kebutuhan-respons

yang memuaskan dalam keluarga. Diadaptasi dari Parad

dan Caplan, (1965) dalam Friedman (2004) kebutuhan

sosioemosional anggota keluarga adalah :

Tabel 2.2 Kebutuhan sosioemosional keluaraga

KEBUTUHAN SOSIOEMOSIONAL ANGGOTA


KELUARGA

1. Mencintai untuk kebutuhan diri sendiri.


2. Keseimbangan antara dukungan dan saling
ketergantungan berkenaan dengan tugas-tugas.
3. Keseimbangan antara kebebasan dan
pengendalian.
4. Ketersediaan model peran yang cocok.

Tiga fase yang terpisah dan saling terkait tersebut

merupakan sifat dari respons afektif keluarga terhadap

kebutuhan-kebutuhan ini. Pertama, anggota keluarga

harus merasakan kebutuhan-kebutuhan individu lain,

dalam batas-batas kultur keluarga. Berikutnya dipandang

dengan rasa hormat dan dipandang sebagai sesuatu

yang mendatangkan perhatian (seperti yang telah

dibahas dalam keseimbangan dalam hal saling

menghormati). Dan terakhir, kebutuhan-kebutuhan yang

dikenal dan dihormati ini harus dipenuhi semaksimal


mungkin dengan pertimbangan dengan sumber-sumber

yang ada dalam keluarga. Hal ini secara khusus akan

bermanfaat apabila anggota keluarga masing-masing

mempunyai keberanian dalam keluarga kepada siapa

mereka dapat mencurahkan diri mereka sendiri

(Friedman, 2004).
g. Peran Terapeutik
Peran terapeutik menggambarkan peran

sosioemosional yang pengting di dalam keluarga.

Terutama, peran terapeutik dalam pasangan, berorientasi

pada masalah, peran ini meliputi mendengarkan masalah,

bersikap simpati, memberikan ketenangan dan kasih

sayang, dan memberikan bantuan dalam memecahkan

masalah (Friedman, 2004).


1) Fungsi Afektif dalam Keluarga-Keluarga yang Kuat
Penting sekali untuk diketahui bagaimana

keluarga yang sehat, berfungsi, atau seperti apa

yang disebut Pratt (1976) “keluarga yang kuat“

(energized family) mencapai fungsi afektif mereka,

karena hal ini memberikan kita suatu standar

optimal untuk menggunakan tujuan-tujuan

komparatif (Friedman, 2004).


Ciri dari struktur keluarga yang kuat adalah

kecenderungan untuk memberikan otonomi dan

menjadi sensitif terhadap kebutuhan dan minat

tertentu anggota keluarga secara individual. Ini

tidak hanya meliputi kecenderungan untuk

menerima, melainkan juga memuji individualitas


dan keunikan, dan untuk mentoleransi

ketidaksepakatan dan penyimpangan. Rasa hormat

dan penerimaan diberikan tanpa syarat, tanpa

pertandingan terus-menerus orang dengan orang

lain atau dengan standart-standart yang telah

ditetapkan. Anggota keluarga didorong dalam

bidangnya masing-masing, khusus dalam mencoba

bidang-bidang pertumbuhan yang baru dan dalam

mengembangkan kreativitas, imaginasi, pemikiran

independen mereka (Pratt, 1976 dalam Friedman,

2004).
2) Keluarga Dalam Keadaan Stres: Fungsi Afektif
Memelihara lingkungan keluarga yang

mendukung perkembangan biasanya merupakan

sebuah tugas yang berat, karena banyak stressor

yang cenderung mengganggu homeostatis

keluarga dan membuat anggota keluarga kurang

sensitif dan kurang menyayangi satu sama lain.

Salah satu stressor adalah stressor sehat/sakit.

Brown (1978) menerangkan bahwa ketika stressor-

stressor keluarga terjadi, “maka sistem saling asuh

merupakan subjek gangguan; sekali gangguan

semacam itu terjadi, terdapat kecenderungan untuk

timbulnya ketegangan antar pribadi yang

menggema seluruh sistem keluarga dan untuk

menguatnya gangguan” (Friedman, 2004).


Gejala-gejala disfungsi keluarga meliputi

berbagai respons emosional seperti marah,

ansietas, dan depresi; perilaku-perilaku nakal atau

beringas, dan keluhan-keluahan somatik dan sakit

(Friedman, 2004).
2.4.2. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak lahir. keluarga merupakan tempat

individu belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu

dan keluarga di capai melalui interaksi atau hubungan antar anggota

keluarga yang di wujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga

belajar disiplin, belajar tentang norma, budaya, dan perilaku melalui

hubungan interaksi dalam keluarga. Sosialisasi adalah proses

perkembangan dan perubahan yang dialami individu yang

menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan

sosial (Friedman, 2004).


Karena fungsi ini dipikul bersama dengan lembaga-lembaga

lain dan dipengaruhi oleh banyak faktor-faktor ekstrinsik, maka dalam

sosialisasi keluarga memiliki peran yang telah berkurang . Keluarga

tidak pernah memiliki kontrol total dan menyeluruh terhadap

sosialisasi anggota keluarga. Keluarga berjuang menyesuaikan diri

dengan cita-cita keluarga yang telah ditetapkan (Friedman, 2004).


2.4.3. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan

keturunan dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya

program keluarga bencana maka fungsi ini sedikit terkontrol. Namun

disisi lain banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau diluar ikatan

perkawinan sehingga lahirnya keluarga baru dengan satu orangtua

(Friedman, 2004).
2.4.4. Fungsi Ekonomi
Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang pangan

dan papan dan sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang

ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan

keluarga. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga dibawah garis

kemiskinan (keluarga prasejahtera). Perawat berkonstribusi untuk

mencari sumber-sumber di masyarakat yang dapat digunakan

keluarga meningkatkan status kesehatan mereka. Fungsi ekonomi

meliputi tersedianya sumber-sumber dari keluarga secara cukup,

finansial, ruang gerak dan materi dan pengalokasian sumber-sumber

tersebut yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan

(Friedman, 2004).
Sebuah pengkajian terhadap sumber-sumber ekonomi

keluarga dapat memberikan data kepada perawat yakni data yang

relevan dengan keluarga untuk mengalokasikan sumber-sumber

secara pantas untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga

seperti sandang, pangan, papan dan perawat keluarga dapat

memperoleh suatu perspektif tentang sistem nilai keluarga (apa yang

penting bagi keluarga) yang jelas dan bagaimana sumber-sumber

tersebut diakses untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan (Friedman,

2004).
Karena fungsi ini sulit sekali terpenuhi oleh keluarga miskin

untuk memenuhi secara memuaskan, perawat keluarga harus

memperoleh informasi yang diperlukan , pekerjaan, konseling

pekerjaan dan bantuan finansial (Friedman, 2004).


2.4.5. Fungsi perawatan keluarga
Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan.

Selain keluarga menyediakan makanan, pakaian dan rumah,

keluarga juga berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap

anggotanya baik untuk mencegah terjadinya gangguan maupun

merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga juga menentukan

kapan angggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

memerlukan bantuan atau pertolongan tenaga professional.

Kemampuan ini sangat mempengaruhi status kesehatan individu dan

keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan

kesehatan terhadap anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan

keluarga yang dilaksanakan. Tugas kesehatan keluarga tersebut

adalah (Friedman, 1998 dalam padila 2011) :


1. Mengenal masalah kesehatan;
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat;
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit;
4. Mempertahankan suasana rumah yang sehat;
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
Kelima tugas kesehatan tersebut saling terkait dan perlu

dilakukan oleh keluarga. Perawat perlu melakukan pengkajian untuk

mengetahui sejauh mana keluarga melaksanakan kelima tugas

tersebut dengan baik, selanjutnya memberikan bantuan atau

pembinaan terhadap keluarga untik memenuhi tugas keluarga

tersebut.( Friedman, 1998 dalam Padila, 2011)


Bagi professional kesehatan keluarga, fungsi perawatan

kesehatan merupakan pertimbangan vital dalam pengkajian keluarga.

Untuk menempatkannya dalam perspektif, fungsi ini adalah salah

satu fungsi keluarga dan memerlukan penyediaan kebutuhan-

kebutuhan fisik : makanan, pakaian, tempat tinggal, dan perawatan


kesehatan. Tempat tinggal (perumahan dan tetangga serta

masyarakat) (Friedman, 2004).


Keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat

preventif dan secara bersama-sama merawat anggota keluarga yang

sakit. Lebih lanjut, keluarga mempunyai tanggung jawab utama untuk

memulai dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para

professional perawatan kesehatan (Pratt,1977;1982 dalam

Friedman,2004)
Ada sebuah asumsi yang pervasif, yaitu karena keluarga lebih

mengkhususkan diri pada fungsinya, fungsi perawatan kesehatan

keluarga telah hilang, dipindahkan ke ruang praktik dokter dan rumah

sakit (Adams,1971). Namun peran paling menyediakan perawatan

kesehatan kepada anggota keluarga merupakan bukti yang jelas bagi

para professional perawatan kesehatan. Dengan pengakuan bahwa

perbaikan dan pemeliharaan kesehatan berlangsung terutama

melalui komitmen dan modifikasi lingkungan dan gaya hidup pribadi,

peran pokok keluarga dalam memangku tanggung jawab terhadap

kesehatan para anggotanya semakin diperkokoh Pratt (1982) dan

Forrest (1981) mengemukakan bahwa penyediaan perawatan

kesehatan sudah tentu merupakan fungsi keluarga yang vital dan

mendasar. Jika perawat keluarga setuju, bagaimana caranya

perawatan kesehatan diberikan pada keluarga harus diubah, bahwa

penyuluhan dan konseling untuk perawatan diri keluarga akan

menjadi tujuan utama dari praktik keperawatan keluarga (Friedman,

2004).
Menurut Friedman (2004) untuk dapat merawat keluarga dan

menjalankan fungsi perawatan kesehatan keluarga dengan baik,


seluruh anggota keluarga seharusnya mempunyai pengetahuan

tentang kesehatan dan mempunyai kepercayaan kesehatan pribadi

dan keluarga.
1. Praktik-Praktik Perawatan Kesehatan
Promosi praktik-praktik kesehatan dalam keluarga

merupakan tujuan dasar dari keperawatan keluarga. Penting

untuk mendapat informasi mengenai praktik-praktik kesehatan

keluarga untuk membantu keluarga dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatan (Friedman, 2004)


Seberapa baik sebuah keluarga melaksanakan praktik

kesehatan untuk mencegah dan memperkokoh tumbuh kembang

yang sehat? Satu indikasi yang sering digunakan untuk menilai

tingkat fungsi keluarga adalah tingkat kesehatan seluruh anggota

keluarga. Selain melihat secara keseluruhan pola sehat dan sakit

angggota keluarga, ada tidaknya praktik-praktik kesehatan yang

jelas merupakan bidang pengkajian yang bermanfaat yang jelas

merupakan bidang pengkajian yang bermanfaat yang

memberikan bidang-bidang yang relevan untuk pendidikan klien.

Menurut Friedman (2004) ada empat bidang praktik kesehatan

yang digali yaitu :


a. Praktik gaya hidup : pola diet, tidur, dan istirahat, latihan dan

rekreasi, kebiasaan menggunakan obat, dan perawatan diri;


b. Praktik lingkungan : praktik kebersihan dan keamanan;
c. Praktik preventif berdasarkan media : pemeriksaan fisik

umum dan lebih spesifik, pemeriksaan penglihatan dan

pendengaran, imunisasi;
d. Praktik kesehatan gigi.
2. Kesehatan Keluarga
Bidang ini dianggap penting karena beberapa alasan.

Pertama, keluarga akan sering mengidentifikasi factor-faktor


resiko keluarga. Kedua, pengalaman-pengalaman keluarga

dengan penyakit tertentu mungkin menimbulkan ketakutan,

mitos, atau salah pengertian tentang penyakit ini. Ketiga, dengan

menggali medis keluarga, pengkaji akan belajar lebih banyak

tentang orientasi keluarga dan dengan demikian pengkaji akan

memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang masa lalu

keluarga.
Medis keluarga terdiri dari identifikasi penyakit yang

berkaitan dengan lingkungan dan genetik pada masa lalu dan

saat ini dari orientasi keluarga, kembali kakek-nenek dari ayah

dan ibu, termasuk paman dan bibi serta anak-anak mereka.

Disamping memastikan status kesehatan umum dari individu-

individu ini, para petugas kesehatan keluarga harus menyatakan

secara spesifik tentang adanya penyakit-penyakit (Friedman,

2004)

2.5 Hubungan Anggota Keluarga yang Menderita Hipertensi dengan Fungsi

Keluarga Menurut Model Family centered nursing (Friedman)


Umumnya diakui bahwa keberadaan keluarga adalah dalam rangka

untuk memenuhi fungsi-fungsi dasar tertentu yang sangat penting bagi

kelangsungan hidup manusia (kebutuhan masyarakat), yakni pemberian

nafkah. Di samping itu, keluarga bertindak sebagai mediator yang penting

antara masyarakat dan individu dan membentuk matriks dimana kebutuhan-

kebutuhan pribadi dipenuhi (Friedman, 2004)


Hubungan anggota keluarga yang memiliki hipertensi dengan masing-

masing fungsi keluarga:


2.5.1. Fungsi Afektif
1. Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota

keluarga yang sakit, membantu membentuk identitas dan

mempertahankan saat stress.


2. Menciptakan suasana persaudaraan/menjaga perasaan.
3. Gangguan proses keluarga
Anggota keluarga yang memiliki hipertensi, dia akan fokus

untuk menangani hepertensinya sehingga mengabaikan

atau menganggap enteng kebutuhan psikologis anggota

keluarga.
4. Gangguan menjadi orang tua
Dimisalkan anggota yang mengalami hipertensi adalah

ayah, sampai tidak bisa menangani masalah-masalah yang

terjadi pada keluarga tersebut, dengan demikian anggota

keluarga yang lain mengalami gangguan psikologis.


5. Koping keluarga tidak efektif
Anggota keluaraga (missal; ibu) dirawat di RS karena

hipertensi. Dia adalah pengasuh utama dalam keluarga,

baik bagi anak-anak maupun suaminya. Suami-ayah telah

berupaya memberikan perhatian dan cinta kepada anak-

anak, tetapi tetap saja tidak seperti ibu, maka fungsi kasih

sayang atau perhatian akan mengalami gangguan.


6. Potensial terjadinya kekerasan dan emosi
Masalah ini bisa terjadi pada situasi tertentu di mana

kebutuhan psikososial anggota keluarga tidak dipenuhi

secara adekuat. Hipertensi adalah dimana meningkatnya

tekanan darah, yang bisa mempersempit pembuluh darah,

dan mempengaruhi emosi klien hipertensi. Dengan

demikian anggota keluarga yang lain akan merasakan

dampak dari emosi klien dan akan mempengaruhi terhadap

psikologis anggota keluarga yang lain.


7. Kesepian
Anggota keluarga yang lain (tidak mempunyai hipertensi)

akan merasakan kesepian ketika ada anggota keluarga lain

dengan hipertensi yang tidak boleh melakukan semua

aktivitas seperti biasanya, ada batasan aktivitas.


8. Gangguan psikologis berupa cemas, takut, stress
Anggota keluarga secara otomatis akan merasa takut,

cemas dan stress ketika anggota keluarga yang lain sakit.


Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan

mengakibatkan ketidakseimbangan keluarga dalam mengenal

tanda-tanda gangguan kesehatan selanjutnya (Friedman, 2004).

2.5.1. Fungsi Sosialisasi


Jika salah satu anggota keluarga memiliki hipertensi, maka :
1. Memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah.
2. Hubungan-hubungan peran antara anggota keluaraga

menjadi kacau dan terjadi konflik peran.


3. Pada kasus penderita HT yang sudah mengalami komplikasi

seperti stroke, dapat mengalami gangguan fungsi sosial baik

di dalam keluarga maupun didalam komunitas sekitas

keluarga.
Sosialisasi mengajarkan bagaimana keluarga berinteraksi

antar anggota keluarga dan keluarga satu dengan keluarga lain,

jika interaksi ini berjalan tidak baik (misalkan : pertengkaran,

permusuhan, iri) akan mempengaruhi pikiran anggota keluarga

yang menderita hipertensi, dan ini membuat kondisinya semakin

buruk sehingga akan membuat anggota keluarga yang lain

menerima dampak buruknya (Friedman, 2004).

2.5.2. Fungsi Reproduksi


Jika anggota keluarga dengan hipertensi (missal ; ayah)

maka fungsi reproduksinya akan terganggu karena tidak bisa

memenuhi kebutuhan biologis secara optimal (Friedman, 2004).

2.5.3. Fungsi Ekonomi


Status ekonomi keluarga sangat mendukung terhadap

kesembuhan penyakit. Biasanya karena faktor ekonomi orang

segan untuk mencari pertolongan dokter ataupun petugas

kesehatan lainnya (Friedman, 2004).

2.5.4. Fungsi Perawatan Kesehatan


Mubarak dkk., (2009) mengatakan keluarga dengan

anggota keluarga yang memiliki hipertensi akan berusaha

mencari hidup sehat, karena keluarga ingin menurunkan

hipertensi anggota keluarga tersebut contohnya dalam :


1. Memanfaatkan pelayanan kesehatan secara optimal;
2. Kebiasaan menggunakan obat dalam keluarga;
3. Praktik perawatan diri dalam keluarga;
4. Pola hidup sehat;
5. Diet rendah garam;
6. Mengenal masalah kesehatan keluarga;
7. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat;
8. Memberi perawatan pada angggota keluarga yang sakit;
9. Mempertahankan suasana rumah yang sehat.

BAB 3

KERANGKA KONSEP
Family centered
nursing
(Friedman ,
2004):
- Data
Penyebab : lingkungan
HT Primer : keluarga
3.1.- Kerangka
Perubahan Konseptual
Jantung dan - Tahap dan
Pembuluh darah riwayat
perkembangan
HT Sekunder :
- Obesitas - Struktur Fungsi Afektif
- Gaya hidup tidak Keluarga
aktif
- Stres - Koping
- Alkohol & garam keluaraga
Penatalaksanaan:
Anggota
berlebihkeluarga Fungsi Sosialisasi
 Nonfarmakologi
- Keturunan - Fungsi Fungsi Perawatan
 Farmakologi
yang menderita
Keluarga Fungsi
Fungsi Reproduksi
Ekonomi
Keluarga
Keterangan :

: Tidak diteliti

: Diteliti

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Anggota Keluarga yang Menderita

Hipertensi dengan Fungsi Keluarga Menurut Model Family centered nursing di

Puskesmas Pembantu Desa Kerpangan Kecamatan Leces

Etiologi dari hipertensi diantaranya adalah perubahan jantung dan

pembuluh darah, obesitas, gaya hidup tidak aktif, stres, alkohol & garam

berlebih, keturunan. Pasien dengan hipertensi dapat ditatalaksana dengan

terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi. Tetapi pemilihan terapi tidak

serta merta diputuskan oleh individu yang menderita hipertensi itu sendiri.
Individu mempunyai keluarga, dimana dalam keluarga tersebut

mempunyai kepala keluarga yang memutuskan bagaimana dan apa yang

harus dilakukan ketika anggota keluarganya menderita hipertensi.

Dalam teori model Family Centered Nursing, Dalam melakukan

suatu asuhan keperawatan perlu dilihat dari:

1. Data lingkungan

1. Tahap dan riwayat perkembangan

2. Struktur Keluarga

3. Koping keluaraga

4. Fungsi Keluarga

Hal yang sangat penting dalam teori yng diungkap dalam Family

centered nursing adalah fungsi keluarga yang mempunyai 5 komponen

yaitu :

1. Fungsi Afektif

2. Fungsi Sosialisasi

3. Fungsi Ekonomi

4. Fungsi Reproduksi

5. Fungsi Perawatan Keluarga

Fungsi keluarga dinilai penting karena jika fungsi keluarga baik,

maka besar kemungkinan tingkat kesejahteraan dalam keluraga akan baik

pula.

3.2. Hipotesis
Secara umum pengertian hipotesis berasal dari kata hipo

(lemah) dan tesis (pernyataan), yaitu suatu pernyataan yang masih

lemah dan membutuhkan pembuktian utuk menegaskan apakah

hipotesis tersebut dapat diterima atau harus ditolak, berdasarkan fakta

atau data empiris yang telah dikumpulkan dalam penelitian (Alimul

Aziz, 2007).

H1 : Ada Hubungan Anggota Keluarga yang Menderita Riwayat

Hipertensi dengan Fungsi Keluarga Menurut Model Family

centered nursing di Pustu Desa Kerpangan


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam

penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil. Istilah rancangan penelitian

digunakan dalam dua hal; pertama, rancangan penelitian merupakan

strategi penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum

perencanaan akhir pengumpulan data; dan kedua, rancangan penelitian

digunakan untuk mendefinisikan struktur penelitian yang akan digunakan

(Nursalam, 2008).
Penelitian ini bersifat survei (survey research method) yang sering

disebut penelitian non eksperimen dengan metode jenis rancangan desain

study analitik kolerasi yaitu suatu rancangan penelitian yang diarahkan

untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi dengan menggunakan

pendekatan “Cross Sectional”. Survey cross sectional ialah suatu penelitian

untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan

efek, dengan carapendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus

pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya

diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter

atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoadmodjo, 2010).

4.2. Kerangka Kerja (Frame Work)


Populasi :
1. Semua Anggota Keluarga yang Menderita Hipertensi di Pustu Desa
Kerpangan Leces sebanyak 33 Anggota
2. Semua Kepala Keluarga yang Mempunyai Anggota keluarga yang
Menderita Hipertensi di Pustu Desa Kerpangan Leces sebanyak 33
Kepala Keluarga
Teknik Sampling :

Probability Sampling dengan menggunakan metode

Simple Random Sampling

Sampel :
1. Sebagian Anggota Keluarga yang Menderita Hipertensi di Pustu Desa
Kerpangan Leces sebanyak 30 Anggota Keluarga
2. Sebagian Kepala Keluarga yang Mempunyai Anggota Keluarga
Menderita Hipertensi di Pustu Desa Kerpangan Leces sebanyak 30
Kepala Keluarga

Desain Penelitian :

Noneksperimen dengan menggunakan metode Survei

Instrumen Pengumpul Data :

Spignomanometer & Kuesioner

Pengolahan Data:

Editing, Coding, Scoring, Tabulating,

Analisa Data:

Bagan Setelah data terkumpul


4.1 Kerangka di lakukan
kerja penelitian analisis anggota
hubungan data dankeluarga
di uji dengan
yang menderita
riwayat hipertensi dengan fungsi keluarga menurut model family centered
nursingmenggunakan Uji Spearman
di Pustu Desa Kerpangan Rank (Rho)
Leces

H1 : Ada Sampel,
4.3. Populasi, HubunganBesar
Anggota Keuarga
sampel yang
dan menderita hipertensi dengan
Sampling
4.3.1. Populasi
fungsi keluarga menurut model family centered nursing
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiono, 2009)


Populasi dalam penelitian ini adalah semua anggota

keluarga yang menderita hipertensi dan semua kepala keluarga


yang mempunyai anggota keluarga yang menderita hipertensi di

Puskesmas Pembantu Desa Kerpangan yang berjumlah 33 anggota

keluarga.
4.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang akan

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Terdiri dari bagian

populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek

penelitian melalui sampling (Nusalam, 2008). Dengan demikian

peneliti mengambil sampel penelitian ini adalah sebagian anggota

keluarga yang menderita hipertensi dan sebagian kepala keluarga

yang mempunyai anggota keluarga yang menderita hipertensi di

Puskesmas Pembantu Desa Kerpangan.


1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek

penelitian yang layak untuk dilakukan penelitian atau di

jadikan subjek kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :


a. Bersedia menjadi subjek penelitian/menjadi responden.
b. Merupakan anggota keluarga yang menderita hipertensi.
c. Merupakan kepala keluarga dari anggota keluarga yang

menderita hipertensi.
d. Anggota keluarga yang beralih peran menjadi kepala

keluarga ketika anggota keluarga yang menderita

hipertensi adalah kepala keluarga itu sendiri.


2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan subjek penelitian yang tidak dapat

mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai

sampel penelitian, kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :


a. Angota keluarga yang menderita hipertensi & Kepala

keluarganya tidak bersedia menjadi subjek

peneltian/menjadi reponden.
b. Anggota keluarga dan kepala keluarga tersebut

mempunyai penyakit kronik yang bias menghambat

penelitian.
c. Anggota keluarga yang menderita hipertensi yang telah

menjadi sampel tetapi saat pengukuran tekanan darah,

tekanan darahnya normal <140/<85 mmHg


4.3.3. Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi

untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan

cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar

memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan

keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2008). Sampling

yang digunakan dalam penelitian ini probability sampling

dengan menggunakan metode Simple Random Sampling,

pemilihan sampel dengan cara ini merupakan jenis probabilits

yang paling sederhana (Nursalam, 2008). Jumlah subyek

penelitian tiap kelompok dihitung dengan menggunakan

rumus :

n Keterangan :

n = jumlah sampel

N = besar populasi

d = tingkat kepercayaan yang di inginkan ( 0,05)

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah :


n = 33/ 1+33(0,05)

= 33/1,0825

= 30

4.4. Variabel Penelitian


4.4.1. Identifikasi Variabel
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan

nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) berbeda

dengan yang dimiliki oleh kelompok tersebut (Rafii, 1985 dalam

Nursalam, 2008). Pada penelitian ini variabel dibedakan menjadi 2

yaitu variabel independen dan variabel dependen :

1. Variabel Independen (bebas)


Variabel independen adalah variabel yang nilainya

menentukan variabel lain ( Nursalam, 2008). Dalam penelitian

ini variabel independennya adalah Hipertensi


2. Variabel Dependen (terikat)
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya

ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2008). Dalam

penelitian ini variabel dependennya adalah fungsi keluarga

menurut model family centered nursing.

4.5. Lokasi dan Waktu Penelitian


4.5.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pustu Desa Kerpangan Leces.
4.5.2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17 Maret 2014 sampai dengan

18 Maret 2014.

4.6. Definisi Operasional


Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti


untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu

objek atau fenomena. Pada definisi operasional dapat ditentukan

parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian (Alimul Aziz, 2003).

4.6.1. Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional adalah mendevinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karkteristik yang diamati, sehingga


memungkinkan peneliti untuk melakukan opservasi atau

pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena

(Almul Aziz, 2008).

Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Anggota Keluarga yang Menderita Riwayat
Hipertensi terhadap Fungsi Keluarga Menurut Model Family centered nursing
di Pustu Desa Kerpangan Leces
Variabel Definisi Indikasi Alat Skal Skor
Operasional ukur a
Variabel Tekanan darah Tekanan Darah Spigno Ordin - Ringan =
Independen >140/90 mmHg mano al 140-159/
: meter(t 85-99 mmHg
Hipertensi ensim
eter) - Sedang =
160-179/
100-109
mmHg

- Berat =
>180/
>110mmHg

Variabel Keluarga - Afektif Kuesio Ordin Baik =


dependen : bertugas untuk - Sosialisasi ner al 76 %-100%
Fungsi memenuhi - Reproduksi Cukup =
Keluarga kebutuhan - Ekonomi 56% - 75%
keluarga Kurang =
- Perawatan
40%-55%
Keluarga
(Arikunto,
2002 dalam
Sugestyantoro
.A, 2012)

4.7. Prosedur Penelitian


4.7.1. Prosedur Administratif
Mendapatkan surat penelitian dari ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Jurusan S1 Keperawatan Genggong Probolinggo,


kemudian ditunjukan kepada Puskesmas Pembantu Desa

Kerpangan Kecamatan Leces.


4.7.2. Prosedur Teknis
1. Setelah mendapat izin dari Kepala Puskesmas Induk dari

pustu Desa Kerpangan Kecamatan Leces yakni Puskesmas

Jorongan, Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian


2. Peneliti meminta data pasien yang menderita hipertensi

kepada Puskesmas Pembantu Desa Kerpangan Leces.


3. Peneliti mendapatkan 33 responden, setelah menggunakan

rumus untuk sampel, di dapatkan 30 responden.


4. Menunggu datangnya responden di pustu pada tanggal 17

Maret 2014. Responden yang datang sebanyak 18

responden. 12 responden selebihnya didatangi ke rumahnya

pada tanggal 18 Maret 2014 dan melakukan pengambilan

data di rumah responden.


5. Memberikan informed consent pada responden yang setuju

untuk menjadi responden yang kemudian di tandatangani.


6. Mengidentifikasi responden yang memenuhi syarat.
7. Peneliti memberikan kuesioner kepada keluarga pasien

hipertensi yang sudah diukur tekanan darah sebelumnya

(dalam hal ini adalah kepala keluarga yang mempunyai

anggota keluarga yang mempunyai hipertensi). Kuesioner

berisi closedended questions tepatnya dichotomy question.


8. Peneliti menjelaskan kepada kepala keluarga tentang cara

pengisian kuesioner dan memberikan kesempatan pada

responden untuk menanyakan isi pertanyaan yang belum

dimengerti.
9. Peneliti mendampingi pengisian kuesioner
10. Setelah responden selesai mengisi kuesioner peneliti

mengambil lembar kuesioner


11. Peneliti mengumpulkan data serta memberikan skor pada

masing-masing pertanyaan.
12. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan data dan analisa

data dengan menggunakan program SPSS.

4.8. Pengumpulan Data


4.8.1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat/fasilitas yang di gunakan

oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar penelitiannya lebih

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap,

dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Notoadmojo, 2010).

Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan spignomanometer (tensimeter) untuk mengukur

tekanan darah dan menggunakan kuesioner untuk mengukur

variable dependen.
Kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang sudah tersusun

dengan baik, sudah matang, dimana responden hanya memberikan

jawaban atau tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo.2005) Pertanyaan

yang digunakan dalam kuesioner pada penelitian ini adalah

pertanyaan tertutup jenis closedended questions tepatnya

dichotomy question, yaitu hanya menyediakan dua

jawaban/alternatif, dan responden hanya memilih satu diataranya

(Arikunto.2006).

4.8.2. Uji Validitas dan Reliabilitas


Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner

dalam penelitian ini telah dilakukan uji validitas dan relibilitas pada

tanggal 20 Juni 2013 terhadap 30 kepala keluarga yang mempunyai

anggota keluarga yang menderita hipertensi di Puskesmas

Jorongan Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo. Uji validitas


dalam penelitian ini menggunakan teknik Kolerasi Product Moment

dengan sistem komputerisasi, yaitu dengan mengkolerasikan skor

tiap-tiap item dengan skor skor total dalam skala. Sedangkan uji

reliabiltas dalam penelitian ini menggunakan Alpha Cronbached.

Kuesioner dapat dikatakan valid jika hasil uji SPSS menunjukkan

skor Correched Item Total Correlation ≥ dari r table taraf signifikasi

0,05 (r hitung ≥ 0,361) dan dapat dikatana reliable jika nilai Alpha

Cronbach mendekati satu.


Hasil dari perhitungan validitas dengan menggunakan

SPSS diperoleh uji validitas dan validitas dan reliabilitas hasilnya

semua item soal yang berjumlah 25 soal dan 30 sampel dikatakan

valid ( r hitung ≥ 0,361 pada taraf signifikansi 0,05), dan nilai

reliabilitasnya 0.980, dengan demikian tingkat reliabilitasnya

termasuk sangat kuat atau sangat tinggi.

4.8.3. Pengolahan Data


Langkah-langkah pengolahan data secara manual meliputi :
1. Editing
Editing adalah hasil wawancara atau angket yang

diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting

(edit) terlebih dahulu. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data terkumpul. Jika ada angket yang belum

diisi maka dilakukan wawancara responden dengan topik

yang sama dengan lembar kuesioner yang belum diisi

sehingga lembar kuesioner diisi lengkap. ( Notoatmodjo,

2010)
2. Coding
Coding yaitu memberikan kode pada setiap konsioner

dengan berupa nomor dan memberikan kode pada indentitas


responden. Mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan ( Notoatmodjo, 2010)


3. Scoring
Scoring merupakan memberikan penilaian terhadap item-

item yang perlu diberikan penilaian atau skor. Sunyoto (2011)

mengemukakan hasil dari pengukuran langsung pada

responden di interpretasikan dengan menggunakan skala

Guttman :
Ya = 1
Tidak =0
Menentukan jumlah total nilai pengaruh anggota keluarga

yang memiliki riwayat hipertensi, masing-masing diberi nilai :


a. Ringan = 140-159/ 85-99mmHg
a. Sedang = 160-179/ 100-109mmHg
b. Berat = >180/>110 mmHg
Fungsi Keluarga menurut Family centered nursing

masing-masing diberi nilai :


a. Baik : 76% - 100%
b. Cukup : 56% - 75%
c. Kurang : 40% - 55%
(Arikunto, 2002 dalam Sugestyanto Arief,2011)
4. Tabulating
Tabulating yaitu menampilkan data yang diperoleh dalam

bentuk tabulasi yakni membuat tabel-tabel data, sesuai

dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti

(Notoatmodjo, 2010). Menyusun data dalam bentuk table

untuk mengetahui penga ruh anggota keluarga yang memiliki

riwayat hipertensi terhadap fungsi keluarga menurut model

family centered nursing menggunakan tabel frekuensi dalam

bentuk persen, dengan menggunakan rumus :


X
P = x 100%
N
Ket : P = Prosentase
X = Skor Jawaban
N = Skor maksimal seluruh
4.9. Analisa Data
Penelitian ini datanya berbentuk nominal atau angka, maka

setelah data dikumpulkan dan diperiksa, kemudian akan dilakukan analisa

data dengan komputerisasi untuk menguji hipotesis yang akan dilakukan.


Untuk menguji hipotesis yang menyatakan adakah hubungan

anggota keluarga yang menderita riwayat hipertensi terhadap fungsi

keluarga menurut model family centered nursing di puskesmas pembantu

desa Kerpangan Kecamatan Leces, digunakan uji statistik “Spearman

Rank (Rho)” menggunakan media komputer program “Windows SPSS 17”.

Kemudian peneliti menyimpulkan hasil penelitian jika nilai p value < 0,05

maka H1 diterima, H0 ditolak artinya adanya hubungan anggota keluarga

yang memiliki riwayat hipertensi terhadap fungsi keluarga menurut model

family centered nursing di puskesmas pembantu desa Kerpangan

Kecamatan Leces.

4.10. Etika Keperawatan


Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memberikan penjelasan

kepada responden tentang berbagai hal terkait dengan penelitian yang

akan dilakukan. Hal yang perlu diperhatikan.


4.10.1. Lembar Persetujuan (Informed Concent)
Responden terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang

maksud dan tujuan serta manfaat intervensi sebelum dilaksanakan

penelitian. Kemudian lembar persetujuan (inform concent)

diberikan dan dijelaskan kepada keluarga dengan tujuan agar

responden dapat mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta

dampak yang akan timbul dalam penelitian selama pengumpulan

data. Bila responden menolak untuk diteliti, peneliti tidak akan

memaksa dan menghormati hak responden.


4.10.2. Tanpa Nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan subyek, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden pada pengumpulan data

observasi. Untuk mengikut sertakan peserta peneliti cukup

memberi tanda atau kode pada lembar pengumpulan data.


4.10.3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Informasi yang diberikan oleh responden dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu

yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil riset.

4.11. Keterbatasan penelitian


Keterbatasan merupakan kelemahan dan hambatan dalam penelitian,

keterbatasan penelitian adalah:


4.11.1. Instrument atau Alat Ukur
Pengumpulan data dengan kuesioner memungkinkan

responden menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan tidak jujur

atau tidak mengerti pertanyaan yang dimaksud sehingga hasil

berpengaruh.
4.11.2. Terbatasnya waktu penelitian.
4.11.3. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu dan dana.
4.11.4. Hasil jawaban responden kurang dapat dipercaya mengingat

kejujuran responden pada waktu menjawab juga akan

mempengaruhi jawaban yang diberikan.


BAB 5

HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini disajikan hasil penelitian yang berjudul “Hubungan anggota

keluarga yang menderita hipertensi dengan fungsi keluarga menurut model

family centered nursing di Pustu Desa Kerpangan Kecamatan Leces”. Penelitian

dilaksanakan tanggal 17 Maret 2014 sampai 18 Maret 2014 dengan

menggunakan simple random sampling berjumlah 30 responden. Dalam

pengumpulan data peneliti menyebarkan kuesioner pada anggota keluarga yang

menderita hipertensi yang aktif datang ke Pustu Desa Kerpangan Kecamatan

Leces. Hasil penelitian dianalisa dengan variabel yang diteliti dalam bentuk

tabulasi. Untuk mengetahui tingkat keabsahan hubungan digunakan uji statistic

analisis korelasi.

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Puskesmas pembantu (Pustu) yaitu unit pelayanan kesehatan yang

sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan

kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah

yang lebih kecil. Pustu Desa Kerpangan adalah salah satu satuan

penunjang dari puskesmas induk Jorongan. Pustu Kerpangan berada di

titik koordinat 7º49º34,57”S dan 113º13’62.46”elev dusun Paras di Desa

Kerpangan. Tugas dari Pustu sendiri adalah :

1. Menyusun rencana kegiatann pelayan kesehatan di puskesmas

pembantu berdasarkan data program puskesmas dan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.

1. Membantu melaksanakan kegiatan yang dilakukan UPT

Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah desa/kelurahan.


2. Mengevaluasi hasil kegiatan pelayanan kesehatan di

puskesmas pembantu secara keseluruhan di wilayah

desa/kelurahan sesuai dengan prosedur dan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku

3. Membuat catatan dan laporan kegiatan di bidang tugasnya

sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada

atasan.

4. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

Pustu Desa kerpangan dibuka setiap hari Senin dan Kamis,

pada pukul 07.00 – 12.00. Batas wilayah kerja Pustu Desa

Kerpangan :

1. Sebelah Utara : Desa Polotan

2. Sebelah Selatan : Desa Pondok Wuluh

3. Sebelah Timur : Desa Clarak

4. Sebelah Barat : Desa Kramat Agung

5.2. Data Umum


1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ( anggota keluarga

yang menderita hipertensi )


Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden yang
mengalami Hipertensi di Pustu Desa Kerpangan Kecamatan Leces.
Jenis Kelamin Frekuensi ( f ) Prosentase (%)

Laki-laki 11 37
Perempuan 19 63

Jumlah 30 100

Sumber : Data primer Kuesioner Penelitian 2014


Tabel 5.1 didapatkan bahwa responden terbanyak adalah responden

dengan jenis kelamin perempan dengan jumlah 19 responden (63%).

2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ( Kepala

keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang menderita hipertensi

)
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin kepala kepala
keluarga di Pustu Desa Kerpangan Kecamatan Leces.

Jenis Kelamin Frekuensi ( f ) Prosentase (%)

Laki-laki 19 63
Perempuan 11 37

Jumlah 30 100

Sumber : Data primer Kuesioner Penelitian 2014


Table 5.2 didapatkan bahwa responden terbanyak adalah responden

dengan jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 19 responden (63%).

3. Karakteristik responden berdasarkan umur (anggota keluarga

yang menderita hipertensi )


Tabel.5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di Pustu Desa
Kerpangan Kecamatan Leces

Umur (tahun) Frekuensi ( f ) Prosentase (%)

35-40 2 6.7

41-46 1 3.3

47-52 1 3.3

53-58 6 20.0

59-64 12 40.0

64-69 8 26.7
Jumlah 30 100

Sumber : Data primer penelitian 2014


Tabel 5.3 didapatkan bahwa responden terbanyak adalah responden

dengan jenis umur antara 56-65 tahun dengan jumlah 15 responden (45%).

4. Karakteristik responden berdasarkan umur (kepala keluarga

yang mempunyai anggota keluarga yang menderita hipertensi )


Tabel.5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di Pustu Desa
Kerpangan Kecamatan Leces.

Umur (tahun) Frekuensi ( f ) Prosentase (%)

40-42 6 20.0

43-45 5 16.7

46-48 3 10.0

49-51 5 16.7

52-54 1 3.3

55-58 10 33.3

Jumlah 30 100

Sumber : Data primer penelitian 2014


Tabel 5.4 didapatkan bahwa responden terbanyak adalah responden

dengan umur >46 tahun dengan jumlah 19 responden (63.3%).


5. Karakteristik responden berdasarkan pengahsilan keluarga

tiap bulan (kepala keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang

menderita hipertensi)
Tabel.5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan penghasilan keluarga
tiap bulan di Pustu Desa Kerpangan Kecamatan Leces

Penghasilan tiap bulan Frekuensi ( f ) Prosentase ( % )


(rupiah)

600.000-750.000 9 30.0

750.000-900.000 13 43.3

900.000-1.050.000 0 0

1.050.000-1.200.000 0 0
1.200.000-1.350.000 2 6.7

1.350.000-1500.000 6 20.0

Jumlah 30 100

Sumber : Data primer penelitian 2014

Tabel 5.5 didapatkan bahwa responden terbanyak adalah responden

tiap bulan Rp 500.000,00 – Rp 999.999,00 dengan jumlah 22 responden

(73.3%).

5.3. Data Khusus

1. Identifikasi responden berdasarkan karakteristik tekanan darah

anggota keluarga yang menderita hipertensi di Pustu Desa

Kerpangan Kecamatan Leces.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan klasifikasi


tekanan darah anggota keluarga yang menderita hipertensi
di Pustu Desa Kerpangan Kecamatan Leces (Maret 2014).

Klasifikasi TD Frekuensi ( f ) Prosentase (%)

Ringan 0 0
Sedang 17 56.7
Berat 13 43.3

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer Kuesioner Penelitian 2014


Tabel 5.6 didapatkan bahwa responden terbanyak adalah

responden dengan tekanan darah sedang dengan jumlah 17

responden (56.7 %).


2. Identifikasi klasifikasi fungsi keluarga menurut teori model family

centered nursing (Freidman) di Pustu Desa Kerpangan Leces.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi klasifikasi fungsi keluarga menurut teori


model family centered nursing (Freidman) di Pustu Desa
Kerpangan Kecamatan Leces (Maret 2014).
Klasifikasi Fungsi Frekuensi ( f ) Prosentase (%)
Keluarga

Baik 12 40
Cukup 18 60
Kurang 0 0

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer Kuesioner Penelitian 2014

Data dari tabel 5.7 didapatkan bahwa sebagian

responden mempunyai fungsi keluarga yang cukup dengan

jumlah 18 responden ( 60 %).

5.4. Hubungan Anggota keluarga yang menderita hipertensi

dengan fungsi keluarga menurut model family centered

nursing di Pustu desa Kerpangan Kecamatan Leces.

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Hubungan Anggota keluarga yang


menderita hipertensi dengan fungsi keluarga menurut model
family centered nursing di Pustu desa Kerpangan
Kecamatan Leces.

Tekanan Darah Fungsi keluarga


Anggota Keluarga Total
yang menderita
hipertensi Baik Cukup
%
Sedang 11 6 17

64.7% 35.3% 100.0%


%
1 12 13
Berat
7.7% 92.3% 100.0%
%
Total
12 18 30

40.0% 60.0% 100.0%


%

α : 0.05 p-value : 0.001


Sumber : Data Primer Kuesioner Penelitian 2014

Berdasarkan tabel di atas memperhatikan hasil uji statistic

Spearman Rank dengan bantuan SPSS 14 yang menunjukkan nilai

p < α berarti nilai p value hasil uji statistic pada penelitian ini

adalah lebih kecil dari α : 0.05, sehingga H0 ditolak dan H1

diterima. Artinya terdapat hubungan yang bermakna dari variabel

anggota keluarga yang menderita hipertensi dengan fungsi

keluarga menurut model family centered nursing di Pustu Desa

Kerpangan Kecamatan Leces.

Hasil korelasi didapat nilai korelasi 0,001 artinya ada

hubungan antara anggota keluarga yang menderita hipertensi

dengan fungsi keluarga menurut model family centered nursing di

Pustu Desa Kerpangan Kecamatan Leces.


BAB 6

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan mengenai pembahasan hasil

penelitian tentang hubungan anggota keluarga yang menderita hipertensi

dengan fungsi keluarga menurut model family centered nursing di Pustu

Desa Kerpangan Leces. Hal-hal yang akan dibahas meliputi identifikasi

kejadian hipertensi, identifikasi fungsi keluarga menurut model family


centered nursing pada keluarga yang anggota keluarga menderita

hipertensi, analisis hubungan anggota keluarga yang menderita hipertensi

terhadap fungsi keluarga.

6.1. Identifikasi kejadian hipertensi

Hasil penelitian ini (Tabel 5.3 ) di dapatkan bahwa sebagian

besar mempunyai hipertensi sedang yaitu sebanyak 17 responden

(56.7%) dan 13 responden (43.3%) hipertensi berat, sedangkan

yang hipertensi ringan tidak ada (0%).

Menurut Sugiarto Aris (2007) menuliskan bahwa hipertensi

ringan, sebagian besar penderita hipertensi termasuk dalam

kelompok ini perubahan pola hidup merupakan pilihan pertama

untuk penanganannya. Selain itu juga dibutuhkan pengobatan

untuk mengendalikan tekanan darah. Sedangkan hipertensi sedang

dan hipertensi berat, mereka dalam kelompok ini mempunyai risiko

terbesar untuk terkena serangan jantung, stroke atau masalah lain

yang berhubungan dengan hipertensi. Pengobatan untuk setiap

orang dalam kelompok ini dianjurkan kombinasi dari dua jenis obat

tertentu dibarengi dengan perubahan pola hidup.

Sebagian besar penduduk Indonesia lebih suka mengobati

daripada mencegah keparahan penyakit. Terbukti dalam penelitian

ini tidak ada penderita hipertensi ringan. Mereka yang datang ke

puskesmas pembantu adalah mereka yang sudah mengalami


hipertensi sedang dan berat. WHO telah mengusulkan agar

memusatkan penanggulangan PTM (Penyakit Tidak Menular)

melalui tiga komponen utama yaitu surveilans penyakit tidak

menular, promosi kesehatan dan pencegahan serta inovasi dan

reformasi manajemen pelayanan kesehatan yang diterapkan

secara integratif dan komprehensif.

Selama ini kegiatan penanggulangan penyakit tidak menular

masih tersebar, dilakukan secara tersendiri dan belum terkoordinasi

dengan baik. Hampir semua unsur yang terlibat dalam

pengendalian penyakit tidak menular telah bekerja, namun belum

menggunakan acuan yang sama. Sistem pengumpulan data PTM

melalui surveilans faktor risiko PTM juga belum memadai sehingga

belum dapat menyediakan informasi yang dibutuhkan secara

teratur untuk menopang program pencegahan dan pengendalian

PTM. Sehingga masyarakatpun belum banyak tahu tentang

pencegahan PTM seperti hipertensi.

Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin didapatkan

19 responden (63%) dengan jenis kelamin perempuan dan 11

responden (37%) dengan jenis kelamin laki-laki.

Menurut Arif Mansjoer, dkk, pria dan wanita terutama wanita

menapouse mempunyai pengaruh yang sama untuk terjadinya

hipertensi. Sedangkan menurut MN. Bustan yang dikutip oleh

Sugiharto Aris (2007) bahwa wanita lebih banyak yang menderita


hipertensi dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya

hormon estrogen pada wanita.

Dalam penelitian ini sebagian besar anggota keluarga yang

menderita hipertensi adalah perempuan. Perempuan beresiko

hipertensi karena faktor menopause. Menopause dihubungkan

dengan pengurangan pada estradiol dan penurunan rasio estrogen

dan testosteron. Hal ini mengakibatkan disfungsi endothelial dan

menambah BMI (Body Mass Index) pada aktivasi saraf simpatetik

yang kerap kali terjadi pada wanita yang mengalami menopause.

Aktivasi saraf simpatetik ini akan mengeluarkan stimulant renin dan

angiotensin II.

Umur merupakan salah satu faktor risiko kuat yang tidak

dapat dimodifikasi. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan

seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang hipertensinya

meningkat ketika berumur lima puluhan dan enampuluhan

(Gunawan. 2001 dalam Sugiharto Aris.2007).

Frekuensi terbanyak angka kejadian hipertensi berdasarkan

umur dalam penelitian ini adalah responden dengan umur >46

tahun dengan jumlah 19 responden (63.3%). Penambahan usia,

risiko terjadinya hipertensi meningkat. Hipertensi bisa terjadi pada

segala usia, namun paling sering dijumpai pada usia lebih dari

40tahun. Perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan


hormon menjadi penyebab. Apabila perubahan tersebut disertai

faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi.

Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena

hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi

lebih besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut

cukup tinggi. Sebenarnya wajar bila tekanan darah sedikit

meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh

perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon.

Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa

memicu terjadinya hipertensi.

6.2. Identifikasi fungsi keluarga menurut model family centered

nursing pada keluarga yang anggota keluarga menderita

hipertensi

Hasil penelitian ini (Tabel 5.2) didapatkan bahwa sebagian

besar responden mempunyai fungsi keluarga yang cukup dengan

jumlah 18 responden (60%), fungsi keluarga yang baik sebanyak

12 responden (40%), sedangkan responden yang mempunyai

fungsi keluarga yang kurang tidak ada atau 0 responden (0%).

Menurut Friedman dalam Muhlisin (2012) keluarga dalah

kumpulan dua orang manusia atau lebih, yang satu sama lain saling

terkait secara emosional, serta bertempat tinggal yang sama dalam satu

daerah berdekatan. Sedangkan menurut Tinkhan dan Voorhies, 1997

dalam Muhlisin (2012) keluarga adalah persekutuan dua orang atau lebih
individu yang terkait oleh darah, perkawinan atau adopsi yang

membentuk satu rumah tangga, saling berhubungan dalam lingkup

peraturan keluarga serta saling menciptakan dan memelihara budaya.


Umumnya diakui bahwa keberadaan keluarga adalah dalam

rangka untuk memenuhi fungsi-fungsi dasar tertentu yang sangat penting

bagi kelangsungan hidup manusia (kebutuhan masyarakat), yakni

pemberian nafkah. Di samping itu, keluarga bertindak sebagai mediator

yang penting antara masyarakat dan individu dan membentuk matriks

dimana kebutuhan-kebutuhan pribadi dipenuhi (Friedman, 2004).


Salah satu aspek terpenting dari perawatan adalah penekanan

pada unit keluarga. Sejak awal, manuasia lahir sebagai individu dalam

kelompok. Hal ini merupakan awal kehidupan dalam keluarga. Kelompok

penting yang dimiliki oleh individu yang lahir ialah keluarga Keberadaan

keluarga pada umumnya adalah untuk memenuhi fungsi-fungsi keluarga.

Fungsi keluarga, berbeda sesuai dengan sudut pandang terhadap

keluarga. Tidak dilihat dari sudut kesehatan personal akan tetapi dilihat

dari sudut kesehatan keluarga.

6.3. Analisis hubungan anggota keluarga yang menderita hipertensi

terhadap fungsi keluarga


Hasil uji statistik pada penelitian ini adalah 0.001 lebih kecil dari

α : 0.05, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya terdapat hubungan

yang bermakna dari variabel anggota keluarga yang menderita hipertensi

dengan fungsi keluarga menurut model family centered nursing.

Dalam satu unit keluarga, setiap gangguan yang dialami satu

anggota keluarga atau lebih, dapat mempengaruhi anggota

keluarga yang lain dan dapat mempengaruhi fungsi unit tersebut


secara keseluruhan (Freidman, Bowden & Jones, 2003 dalam

thesis Yenni, 2011). Hal ini membuktikan bahwa ada kaitannya

keluarga dengan status kesehatan anggotanya, sehingga fungsi

keluarga amat penting dalam setiap aspek pelayanan individu

anggota keluarga mulai dari promosi kesehatan sampai tahap

rehabilitasi. Dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan sumber

daya penting dalam pemberian pelayanan kesehatan baik bagi

individu atau keluarga (Gillis & Davis dalam Freidman, Bowden &

Jones 2013 dikutip oleh Andarmoyo Sulistyo, 2011)

Keluarga dengan anggota yang memiliki riwayat hipertensi

akan mempengaruhi kelangsungan fungsi keluarganya, fungsi-

fungsi tersebut adalah fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi,

ekonomi, perawatan kesehatan. Keluarga harus melindungi,

mendukung, dan merawat anggota keluarga yang memiliki riwayat

hipertensi tersebut

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden paling

banyak responden yang hipertensi berat dengan mempunyai fungsi

keluarga yang cukup yaitu 12 responden (40%), 11 responden

(36.7%) hipertensi sedang dengan fungsi keluarga yang baik, 6

responden (20%) hipertensi sedang dengan fungsi keluarga yang

cukup dan 1 responden (3.3%) hipertensi berat dengan fungsi

keluarga yang baik.


Fungsi keluarga yang sangat berhubungan dengan parah

atau tidaknya kejadian hipertensi ini adalah fungsi afektif, fungsi

ekonomi dan fungsi perawatan kelurga.

Menurut Friedman (2004) fungsi afektif merupakan suatu

basis sentral bagi pembentukan dan kelangsungan keluarga.

Kebahagiaan keluarga diukur dengan kekuatan cinta keluarga.

Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak kegembiraan dan

kebahagiaan seluruh anggota keluarga, tiap anggota keluarga

mempertahankan hubungan yang baik, kadang-kadang keluarga

tidak peka terhadap apa yang dibutuhkan oleh anggota keluarga

yang sakit, sehingga malah membuat beban fikiran yang lebih berat

terhadap penderita hipertensi dan memperparah keadaan.

Pada fungsi ekonomi keluarga sejauh mana keluarga memenuhi

kebutuhan sandang pangan dan papan dan sejauh mana keluarga

memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya

peningkatan status kesehatan keluarga. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh

keluarga dibawah garis kemiskinan (keluarga prasejahtera). Perawat

berkonstribusi untuk mencari sumber-sumber di masyarakat yang dapat

digunakan keluarga meningkatkan status kesehatan mereka. Fungsi

ekonomi meliputi tersedianya sumber-sumber dari keluarga secara cukup,

finansial, ruang gerak dan materi dan pengalokasian sumber-sumber

tersebut yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan (Friedman,

2004).
Karena faktor ekonomi yang kurang pasien segan untuk

mencari pertolongan dokter ataupun petugas kesehatan lainnya,

sehingga akan memperparah kondisi kesehatannya, yang awalnya

hanya hipertensi ringan, karena tidak tertatalaksana dengan baik

akan bertambah parah menjadi hipertensi berat, pada penelitian ini

penghasilan keluarga sebagian besar adalah Rp. 750.000,00 – Rp.

900.000,00 dengan jumlah 13 responden (43.3%). Data tersebut

menjelaskan bahwa sebagian responden adalah berpenghasilan

kelas bawah, sehingga untuk memenuhi kebutuhan dalam

perawatan anggota keluarga yang hipertensi, penghasilan ini tidak

mencukupi untuk pengobatan.

Sedangkan pada fungsi perawatan kesehatan, Selain

keluarga menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga

juga berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya

baik untuk mencegah terjadinya gangguan maupun merawat

anggota keluarga yang sakit. Keluarga juga menentukan kapan

angggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

memerlukan bantuan atau pertolongan tenaga professional.

Kemampuan ini sangat mempengaruhi status kesehatan individu

dan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan

kesehatan terhadap anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan

keluarga yang dilaksanakan (Friedman, 1998 dalam padila 2011).


Keluarga dengan anggota keluarga yang memiliki hipertensi

akan berusaha mencari hidup sehat, karena keluarga ingin

menurunkan hipertensi anggota keluarga tersebut, tetapi

kenyataannya di masyarakat terutama dengan keluarga ekonomi

rendah, mereka tidak bisa merawat anggota keluarga yang sakit

terutama dalam hal menjaga lingkungan dan menjaga pola nutrisi

dan diit untuk anggota keluarga yang sakit.

Dengan adanya fungsi keluarga terhadap pola hidup kearah

yang lebih sehat dan pengontrolan kesehatan secara teratur,

diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan pada anggota

keluarga yang mempunyai riwayat hipertensi. Berdasarkan hal itu,

penting bagi perawat komunitas memberikan edukasi atau

informasi yang cukup kepada keluarga sesuai dengan apa yang

dibutuhkan keluarga tersebut, sehingga keluarga diharapkan dapat

menjalankan semua fungsi keluarganya dengan baik dalam

meningkatkan status kesehatan terutama pada anggota keluarga

yang mempunyai riwayat hipertensi.


BAB 7

PENUTUP

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian hubungan anggota

keluarga yang menderita hipertensi dengan fungsi keluarga

menurut model family centered nursing di Pustu Desa kerpangan

Leces, didapatkan :
1. Kejadian hipertensi didapatkan sebagian besar adalah

hipertensi sedang.

2. Fungsi keluarga menurut model family centered nursing pada

keluarga yang mempunyai anggota keluarga menderita

hipertensi sebagian besar mempunyai fungsi keluarga cukup

3. Ada hubungan yang signifikan antara anggota keluarga yang

menderita riwayat hipertensi dengan fungsi keluarga menurut

model family centered nursing.

7.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran

yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

7.2.1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebaiknya perlu diteliti lebih lanjut hubungan dari

anggota keluarga yang menderita hipertensi dengan masing-

masing fungsi keluarga menurut model family centered

nursing ini.

7.2.2. Bagi Profesi Keperawatan

Bagi profesi keperawatan diharapkan memberikan

penyuluhan secara kontinyu terhadap semua lapisan

masyarakat tentang keikutsertaan keluarga dalam mencegah

keparahan hipertensi.

7.2.3. Bagi Lahan Penelitian


Bagi lahan penelitian diharapkan lebih banyak

melakukan penyuluhan tentang penyakit tidak menular,

terutama tentang pencegahan.

7.2.4. Bagi Responden

Bagi responden disarankan untuk selalu menjaga

kesehatan, mencegah terjadinya keparahan penyakit, dan

rajinlah konsultasi dan kontrol tentang kesehatan kepada

petugas kesehatan setempat.

7.2.5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya perlu diteliti lebih lanjut

tentang bagaimana fungsi keluarga jika yang sakit adalah

kepala keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimul H.2005. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar


Manusia.EGC.Jakarta.

Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik , Edisi Revisi VI,
Rineka Cipta. Jakarta.

Brunner and Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC.


Jakarta.

Doenges M.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.EGC.Jakarta.

Friedman M.2004. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. EGC. Jakarta.

Ikhlas M., Sisti M.,2009. The Relationship between family with a History of
Hipertension and blood Pressure after Isotonic Exercise on
Normotensive Young Mature. Yogyakarta.
Mubarak W, Chayatin N, Santoso B A. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas
Konsep dan Aplikasi, Salemba Medika. Jakarta.

Muhlisin A. 2012. Keperawatan Keluarga. Gosyen Publishing. Yogyakarta.

Notoatmojo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan,Edisi kedua., Salemba Medika. Surabaya.

Padila. 2011. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga. Nuha Medika. Yogyakarta.

Palmer. 2005. Membonsai Hipertensi. Jaring Pena. Surabaya.

Prasetyo, Y.B.2009. Integration of Family-centered nursing, communitas as


partner, and Tannahill’s health promotion models: for child under five
years with eating. (online)
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/view/1045. Diakses
tanggal 16 Maret 2013. Jam 14.05.

Sugestyantoro A. 2012. Pengaruh Umur Terhadap Kemampuan Ereksi Pada


Lansia Di Desa Sarikemuning Kecamatan Senduro Kabupaten
Lumajang. Karya Tulis Ilmiah. Tidak diterbitkan, Akademi Keperawatan
Hafshawaty Genggong, Probolinggo.

Sugiharjo A.2007. Faktor-faktor risiko hipertensi grade II pada Masyarakat. Tesis.


Tidak diterbitkan. Program Studi Magister Epidemiologi Program Pasca
sarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Sulistyo A. 2011. Konsep Keperawatan Keluarga. Alemba Medika. Jakarta.

Sunyono Danang. 2011. Analisis untuk Penelitian Kesehatan. Nuha Medika.


Jakarta.

Susanto T. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Aplikasi Teori pada Praktik
Asuhan Keperawatan Keluarga. Trans Info Media. Jakarta.

Yenni. 2011. Hubungan Dukungan Keluarga Dan Karakteristik Lansia Dengan


Kejadian Stroke Pada Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Perkotaan Bukittinggi. Tesis.Tidak diterbitkan, Fakultas ilmu
keperawatan Universitas Indonesia, Depok.
PENGANTAR KUESIONER

Judul penelitian: Hubungan Anggota Keluarga yang Menderita Hipertensi


dengan Fungsi Keluarga Menurut Model Family
Centered Nursing Di Pustu Desa Kerpangan Leces
Peneliti : Nama : Maulindawati

Pembimbing :1). H. Nur Hamim, SKM.,M.Kes


2). Ns.Jamilatus Syamsiah A, S. Kep

Responden yang terhormat

Saya adalah mahasiswa semester 7 pada jurusan ilmu keperawatan


STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo. Dalam rangka
menyelesaikan tugas skripsi saya bermaksud mengadakan penelitian dengan
judul “Hubungan Anggota Keluarga yang Menderita Hipertensi dengan
Fungsi Keluarga Menurut Model Family Centered Nursing di Pustu Desa
Kerpangan Leces”.
Saya berkeyakinan bahwa penelitian ini memberi manfaat yang luas, baik
bagi institusi, mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya.
Apabila saudara bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian
saya, silahkan menandatangani persetujuan untuk menjadi obyek penelitian.
Atas kesediaan dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih .

Probolinggo,

Mengetahui:

Pembimbing I/II Peneliti

(H. Nur Hamim, SKM., M.Kes) (Maulindawati)


SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya telah mendapatkan penjelasan dengan baik mengenai tujuan dan


manfaat penelitian yang berjudul “Hubungan Anggota Keluarga yang Menderita
Hipertensi dengan Fungsi Keluarga Menurut Model Family Centered Nursing Di
Pustu Desa Kerpangan Leces”.
Saya mengerti bahwa saya akan diminta untuk mengisi kuesioner dan
menjawab pertanyaan tentang perasaan dan harapan saya, yang membutuhkan
waktu 15-20 menit. Saya mengerti bahwa resiko yang akan terjadi pada
penelitian ini tidak ada. Apabila ada pertanyaan yang memberikan respon
emosional maka penelitian akan dihentikan, dan peneliti akan member
dukungan.
Saya mengerti bahwa catatan mengenai data akan di rahasiakan,dan
kerahasiaan ini akan di jamin. Informasi mengenai identitas saya tidak akan di
tulis pada pada instrument penelitian dan akan di simpan dengan sebaik-
baiknya.
Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan serta dalam
penelitian ini atau mengundurkan diri dari penelitian in setiap saat tanpa adanay
sanksi atau kehilangan hak-hak saya.
Saya telah di beri kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini
atau mengenai peran serta saya dalam penelitian dan telah mendapatkan
keterangan dari peneliti dengan memuaskan. Saya secara sukarela dan sadar
bersedia menjadi responden penelitian dengan menandatangani surat pertujuan
menjadi responden penelitian.

Probolinggo,
Peneliti Responden

( ) ( )

Saksi I Saksi II

( ) ( )
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ............................................................................................

Umur : .............................................................................................

Jenis Kelamin : ...........................................................................................

Alamat : ............................................................................................

Pekerjaan : ............................................................................................

Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian


yang dilakukan oleh MAULINDAWATI mahasiswa STIKES Hafshawaty
Zainul Hasan Genggong - Probolinggo yang berjudul “Hubungan
Anggota Keluarga yang Menderita Hipertensi dengan Fungsi
Keluarga Menurut Model Family Centered Nursing di Pustu Desa
Kerpangan Leces”.
Saya mengerti dan memahami bahwa penelitian ini tidak akan
berakibat negative terhadap saya, oleh karena itu saya bersedia untuk
menjadi responden pada penelitian ini.

Probolinggo,.....................2014

Responden

( )
PERNYATAAN TELAH MELAKSANAKAN INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan di bawah ini


Nama : Maulindawati
NIM : 2010.01.097
Jurusan : Ilmu keperawatan

Menyatakan bahwa saya telah melaksanakan proses pengambilan data


penelitian sesuai dengan yang di setujui pembimbing dan telah memperoleh
pernyataan kesediaan dan persetujuan responden sebagai sumber data.

Probolinggo, Maret 2014

Mengetahui ,

Tim Etika Penelitian Yang membuat pernyataan

( ) ( )
SOP PENGUKURAN TEKANAN DARAH

Nilai tekanan darah merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler


bersamaan dengan pemeriksaan nadi. Pemeriksaan tekanan darah dapat diukur
dengan metode yaitu :

1. Metode Langsung: Metode yang menggunakan kanula atau jarum yang


dimasukkan kedalam pembuluh darah yang dihubungkan dengan
manometer. Metode ini merupakan cara yang paling tepat untuk
menentukan tekanan darah, tetapi memerlukan persyaratan dan keahlian
khusus
2. Metode Tak Langsung: Metode yang menggunakan sfigmomanometer.
Pengukuran tak langsung ini menggunakan 2 cara yaitu :
1. Palpasi yang mengukur tekanan sistolik tanpa menggunakan
stetoskop dan
2. Auskultasi yang dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dan
cara ini memerlukan stetoskop

TUJUAN :

Mengetahui nilai tekanan darah

ALAT dan BAHAN :

1. Sfigmomanometer (Tensimeter) yang terdiri dari :


1. Manometer air raksa + klep penutup dan pembuka
2. Manset udara
3. Slang karet
4. Pompa udara dari karet + sekrup pembuka dan penutup
2. Stetoskop
3. Buku catatan tanda vital
4. Pena

PROSEDUR KERJA PENGUKURAN PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH

Cara Palpasi

1. Jelaskan prosedur pada pasien


2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien
4. Letakkan lengan pasien yang hendak diukur pada posisi terlentang
5. Lengan baju dibuka
6. Pasang manometer pada lengan kanan/kiri atas, sekitar 3 cm diatas fossa
cubiti (Siku lengan bagian dalam). Jangan terlalu ketat atau terlalu
longgar
7. Tentukan denyut nadi arteri radialis (nadi pada siku bagian dalam)
dekstra/sinistra dengan jari tangan kita
8. Pompa balon udara manset samapi denyut nadi arteri radialis tidak teraba
9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg lebih tinggi dari titik
radialis tidak teraba
10. Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan
dengan memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
11. Catat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba. Nilai ini
menunjukkan tekanan sistolik secara palpasi dan tak mungkin dengan
cara ini menemukan tekanan diastolik
12. Catat hasil
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

Cara Auskultasi

1. Jelaskan prosedur pada pasien


2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien
4. Letakkan lengan pasien yang hendak diukur pada posisi terlentang
5. Lengan baju dibuka
6. Pasang manometer pada lengan kanan/kiri atas, sekitar 3 cm diatas fossa
cubiti (Siku lengan bagian dalam). Jangan terlalu ketat atau terlalu
longgar
7. Tentukan denyut nadi arteri radialis (nadi pada siku bagian dalam)
dekstra/sinistra dengan jari tangan kita
8. Pompa balon udara manset samapi denyut nadi arteri radialis tidak teraba
9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg lebih tinggi dari titik
radialis tidak teraba
10. Letakkan diafragma stetoskop diatas arteri brakhialis dan dengarkan
11. Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan
dengan memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
12. Catat tinggi air raksa manometer saat pertama kali kembali denyut
13. Catat tinggi air raksa manometer:
1. Suara Korotkoff I : Menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara
auskultasi
2. Suara Korotkoff IV/V: Menunjukkan besarnya tekanan diastolik
secara auskultasi
14. Catat hasilnya pada catatan pasien
15. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
PENGANTAR KUESIONER

Judul penelitian: Hubungan Anggota Keluarga yang Menderita Hipertensi


dengan Fungsi Keluarga Menurut Model Family
Centered Nursing Di Pustu Desa Kerpangan Leces
Peneliti : Nama : Maulindawati
Pembimbing :1). H. Nur Hamim, SKM.,M.Kes
2). Ns.Jamilatus Syamsiah A, S. Kep

Responden yang terhormat

Saya adalah mahasiswa semester 7 pada jurusan ilmu keperawatan


STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo. Dalam rangka
menyelesaikan tugas skripsi saya bermaksud mengadakan penelitian dengan
judul “Hubungan Anggota Keluarga yang Menderita Hipertensi dengan
Fungsi Keluarga Menurut Model Family Centered Nursing di Pustu Desa
Kerpangan Leces”.
Saya berkeyakinan bahwa penelitian ini memberi manfaat yang luas, baik
bagi institusi, mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya.
Apabila saudara bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian
saya, silahkan menandatangani persetujuan untuk menjadi obyek penelitian.
Atas kesediaan dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih .

Probolinggo,

Mengetahui:

Pembimbing I/II Peneliti

(H. Nur Hamim, SKM., M.Kes) (Maulindawati)


KISI – KISI KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA HIPERTENSI


DENGAN FUNGSI KELUARGA MENURUT MODEL FAMILY
CENTERED NURSING DI PUSTU DESA
KERPANGAN LECES

NO VARIABEL MATERI NO
SOAL
1 Independen - -
Hipertensi
2 Dependen
Fungsi Keluarga
- Fungsi Afektif - Saling asuh 1-5
- Hubungan akrab
- Saling menghormati
- Pertalian & identitas
- Kepaduan & keterpisahan
- Pola Hubungan respon
- Peran Terapeutik

- Fungsi - Belajar Disiplin 6-10


Sosialisasi - Belajar norma, budaya, perilaku
- Belajar berperan dalam keluarga

- Fungsi - Program KB terkontrol 11-15


Reproduksi - Mengontrol penyakit genetic

- Fungsi Ekonomi - Terpenuhinya kebutuhan sandang, 16-20


pangan & papan
- Pemanfaatan sumber daya dalam
upaya peningkatan status
kesehatan

- Fungsi - Bisa melakukan asuhan kesehatan 21-25


Perawatan anggota keluarga yang sakit
Kesehatan - Mencegah terjadinya gangguan
kesehatan
- Bisa menetukan kapan keluarga
memerlukan tenaga kesehatan
- Sanggup melaksanakan
pemeliharan kesehatan terhadap
keluarga
- Mampu melaksanakan tugas
kesehatan keluarga
HASIL UJI RELIABILITAS dan VALIDITAS
Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.980 25
Kesimpulan
 Nilai r table dengan N 30 adalah 0,361
 Hasil uji reabilitas diperoleh = 0,980
 Kesimpulan : hasil hitung > r tabel
 Artinya data reliabel
Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
P1 16.93 81.995 .834 .979
P2 16.93 82.340 .790 .979
P3 16.97 81.757 .832 .979
P4 17.07 81.099 .851 .979
P5 16.87 83.085 .774 .979
P6 16.90 83.128 .724 .980
P7 16.90 82.162 .852 .979
P8 17.03 81.689 .797 .979
P9 17.03 81.275 .846 .979
P10 16.97 82.447 .747 .979
P11 16.93 82.685 .746 .979
P12 16.97 81.757 .832 .979
P13 16.93 82.271 .798 .979
P14 17.07 81.099 .851 .979
P15 17.00 81.586 .828 .979
P16 16.90 82.162 .852 .979
P17 16.97 81.620 .849 .979
P18 17.03 81.620 .805 .979
P19 16.93 82.754 .737 .979
P20 16.90 82.507 .806 .979
P21 16.90 82.921 .751 .979
P22 17.03 82.171 .740 .980
P23 16.97 81.551 .858 .979
P24 16.97 81.689 .841 .979
P25 16.90 82.645 .787 .979
Kesimpulan
 Nilai r tabel dengan N30 = 0,361
 Hasil uji validitas diperoleh, nilai max = P23
 Nilai min = P6
 Kesimpulan hasil keseluruhan pertanyaan yang VALID = P1 - P25
 Pertanyaan yang TIDAK VALID = TIDAK ADA YANG TIDAK VALID
HUBUNGAN ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA HIPERTENSI DENGAN FUNGSI KELUARGA MENURUT
MODEL FAMILY CENTERED NURSING DI PUSTU DESA KERPANGAN

Tahun 2013 Tahun 2014


Keterangan Jan Feb Mar April Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar April Mei Juni
Informasi Penelitian
Konfirmasi Penelitian
Konfirmasi Judul
Penyusunan Proposal
Sidang Proposal
Revisi
Pengumpulan Data
Analisis Data
Konsul Penyusunan
Data
Sidang Skripsi
Revisi
Pengumpulan

DATA PRIMER RESPONDEN


NO NAMA Umur Tekanan Darah Klasifikasi KK Umur Penghasilan Skor Fungsi
Anggota Anggota Tekanan Darah keluarga / bulan Keluarga
keluarga Keluarga
(mmHg)
1 Tn. Ks 40 200/110 Berat Tn.SL 40 700.000 72%
2 Ny. Rh 35 180/110 Berat Tn.Sf 42 1.450.000 92%
3 Ny.Ah 41 170/90 Sedang Tn.Br 41 750.000 64%
4 Ny.Mn 50 170/100 Sedang Tn.Sl 42 700.000 64%
5 Ny. An 54 180/110 Berat Tn.Af 43 800.000 72%
6 Tn.Mh 54 200/110 Berat Tn.Sm 42 600.000 56%
7 Ny.Sm 55 160/100 Sedang Tn.As 45 1.400.000 84%
8 Ny.Nr 60 180/100 Berat Tn.Mz 45 900.000 72%
9 Ny.N 61 170/100 Sedang Tn.Ed 43 800.000 72%
10 Tn.Sm 60 160/90 Sedang Ny.Fs 44 600.000 56%
11 Ny.Ms 62 180/100 Berat Tn.Mr 50 800.000 76%
12 Ny.Spy 64 160/90 Sedang Tn.Sg 56 800.000 76%
13 Ny.Sn 56 160/100 Sedang Tn.Bs 40 1.450.000 80%
14 Ny.Id 63 210/120 Berat Tn.Ay 60 1.250.000 80%
15 Ny.Sl 64 180/110 Berat Tn.Sy 50 1.450.000 84%
16 Ny.Bn 62 160/100 Sedang Tn.Mk 47 700.000 64%
17 Ny.En 61 160/100 Sedang Tn.Ac 60 1.500.000 92%
18 Tn.Sr 60 200/110 Berat Tn.Bo 50 900.000 76%
19 Ny.Ni 67 190/100 Berat Tn.Mz 55 850.000 64%
20 Ny.Tn 68 180/110 Berat Tn.Sm 54 800.000 64%
21 Tn.Sl 66 170/100 Sedang Tn.Sh 56 1.500.000 84%
22 Tn.Sh 69 160/100 Sedang Ny.Sp 56 900.000 64%
23 Ny.Mt 69 170/100 Sedang Ny.Sj 47 800.000 72%
24 Tn.Mt 66 170/90 Sedang Ny.Nr 66 900.000 72%
25 Tn.Ma 68 170/90 Sedang Ny.Us 48 800.000 64%
26 Tn.Ms 66 160/100 Sedang Ny.Ht 49 900.000 80%
27 Tn.Rh 60 170/100 Sedang Ny.Wr 50 1.300.000 84%
28 Ny.Um 58 180/100 Berat Tn.Sb 55 700.000 56%
29 Ny.St 58 180/100 Berat Tn.Af 56 750.000 64%
30 Tn.Sh 59 170/100 Sedang Ny.Mt 58 750.000 64%

MASTER TABEL KUESIONER HUBUNGAN ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA HIPERTENSI DENGAN
FUNGSI KELUARGA MENURUT MODEL FAMILY CENTERED NURSING DI PUSTU DESA KERPANGAN LECES
MASTER TABEL KUESIONER HUBUNGAN ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA HIPERTENSI DENGAN
FUNGSI KELUARGA MENURUT MODEL FAMILY CENTERED NURSING DI PUSTU DESA KERPANGAN LECES

NO NAMA Nama N % kategori


Anggota KK Fungsi Keluarga menurut model family centered nursing
keluarga Fungsi Perawatan
HT Fungsi Afektif Fungsi Sosialisasi Fungsi Reproduksi Fungsi Ekonomi Kesehatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

1 Tn. Ks Tn.SL 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 18 72% Cukup


2 Ny. Rh Tn.Sf 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 92% Baik
3 Ny.Ah Tn.Br 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 16 64% Cukup
4 Ny.Mn Tn.Sl 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 16 64% Cukup
5 Ny. An Tn.Af 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 18 72% Cukup
6 Tn.Mh Tn.Sm 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 14 56% Cukup
7 Ny.Sm Tn.As 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 84% Baik
8 Ny.Nr Tn.Mz 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 18 72% Cukup
9 Ny.N Tn.Ed 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 18 72% Cukup
10 Tn.Sm Ny.Fs 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 14 56% Cukup
11 Ny.Ms Tn.Mr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 19 76% Baik
12 Ny.Spy Tn.Sg 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 19 76% Baik
13 Ny.Sn Tn.Bs 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 20 80% Baik
14 Ny.Id Tn.Ay 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 20 80% Baik
15 Ny.Sl Tn.Sy 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 84% Baik
16 Ny.Bn Tn.Mk 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 16 64% Cukup
17 Ny.En Tn.Ac 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 92% Baik
18 Tn.Sr Tn.Bo 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 19 76% Baik
19 Ny.Ni Tn.Mz 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 16 64% Cukup
20 Ny.Tn Tn.Sm 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 16 64% Cukup
21 Tn.Sl Tn.Sh 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 21 84% Baik
22 Tn.Sh Ny.Sp 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 16 64% Cukup
23 Ny.Mt Ny.Sj 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 18 72% Cukup
24 Tn.Mt Ny.Nr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 18 72% Cukup
25 Tn.Ma Ny.Us 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 16 64% Cukup
26 Tn.Ms Ny.Ht 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 20 80% Baik
27 Tn.Rh Ny.Wr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 84% Baik
28 Ny.Um Tn.Sb 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 14 56% Cukup
29 Ny.St Tn.Af 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 16 64% Cukup
30 Tn.Sh Ny.Mt 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 16 64% Cukup

KETERANGAN :

1 : Ya

0 : Tidak

N : Jumlah

% : Prosentase
Frequency Table
Jenis Kelamin anggota keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 11 36.7 36.7 36.7
Perempuan 19 63.3 63.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

jenis Kelamin KK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 19 63.3 63.3 63.3
Perempuan 11 36.7 36.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

umur anggota keluarga yang menderita hipertensi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 35-40 tahun 2 6.7 6.7 6.7
41-46 tahun 1 3.3 3.3 10.0
47-52 tahun 1 3.3 3.3 13.3
53-58 tahun 6 20.0 20.0 33.3
59-64 tahun 12 40.0 40.0 73.3
64-69 tahun 8 26.7 26.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

umur kepala keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 40-42 tahun 6 20.0 20.0 20.0
43-45 tahun 5 16.7 16.7 36.7
46-48 tahun 3 10.0 10.0 46.7
49-51 tahun 5 16.7 16.7 63.3
55-58 tahun 11 36.7 36.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

penghasilan keluarga tiap bulan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 600.000-750.000 9 30.0 30.0 30.0
750.000-900.000 13 43.3 43.3 73.3
1.200.000-1.350.000 2 6.7 6.7 80.0
1.350.000-1500.000 6 20.0 20.0 100.0
Total 30 100.0 100.0

Frequency Table
Fungsi keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 12 40.0 40.0 40.0
cukup 18 60.0 60.0 100.0
Total 30 100.0 100.0

Tekanan Darah Anggota Keluarga yang menderita hipertensi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sedang 17 56.7 56.7 56.7
berat 13 43.3 43.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

Crosstabs
Tekanan Darah Anggota Keluarga yang menderita hipertensi * Fungsi keluarga
Crosstabulation

Fungsi keluarga
baik cukup Total
Tekanan Darah Anggota sedang Count 11 6 17
Keluarga yang % within Tekanan Darah
menderita hipertensi Anggota Keluarga yang 64.7% 35.3% 100.0%
menderita hipertensi
berat Count 1 12 13
% within Tekanan Darah
Anggota Keluarga yang 7.7% 92.3% 100.0%
menderita hipertensi
Total Count 12 18 30
% within Tekanan Darah
Anggota Keluarga yang 40.0% 60.0% 100.0%
menderita hipertensi
Symmetric Measures

Asymp.
Std. Approx.
Value Error(a) T(b) Approx. Sig.
Interval by Interval Pearson's R .577 .133 3.735 .001(c)
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .577 .133 3.735 .001(c)
N of Valid Cases 30

Nonparametric Correlations
Correlations

Tekanan
Darah
Anggota
Keluarga
yang
menderita Fungsi
hipertensi keluarga
Spearman's rho Tekanan Darah Anggota Correlation Coefficient 1.000 .577(**)
Keluarga yang Sig. (2-tailed) . .001
menderita hipertensi
N 30 30
Fungsi keluarga Correlation Coefficient .577(**) 1.000
Sig. (2-tailed) .001 .
N 30 30
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Anda mungkin juga menyukai